Anda di halaman 1dari 19

LOGIKA MISI

Mungkin judul yang saya berikan, Logika Misi kelihatannya aneh, tetapi saya mempunyai
keprihatinan untuk menggali pertanyaan bagaimana misi gereja mempunyai akal dalam injil itu
sendiri. sudah ada misi lama yang sudah melihat misi gereja terutama sebagai kesetiaan sebagai
suatu perintah. Sudah terbiasa utuk berbicara tentang mandate missioner. Cara menempatkan
permasalahan seperti ini tentu saja tidak tanpa pertimbangan, dan sementara itu salah menangkap
pokoknya. Dia cenderung membuat misi itu sebagai beban, daripada kesukacitaan, membuat mi
situ sebagai bagian dari hukum, daripada sebagai bagian dari injil. Kalau seseorang melhat
kenyataan dari perjanjian baru, ia akan mmemperoleh kesan yang lain. Misi dimulai dengan
semacam kesukacitaan. Berita bahwa Yesus yang ditolak dan disaalib bangkit, adalah sesuatu
yang tidak mungin dapat ditindas. Berita itu harus diceritakan. Siapakah yang dapat menjadi
diam dengan fakta sedemikian itu? misi gereja dalam halaman-halaman perjanjian baru adalah
lebih menyerupai jatuhan dari ledakan yang dasyat, radioaktif yang tidak mematikan tapi
memberi kehidupan. Orang mencari dengan sia-sia seluruh surat Paulus untuk menemukan suatu
pandangan bahwa ia dimana-mana meletakkan misi ini diatas kesadaran para pembacanya bahwa
mereka harus aktiif dalam misi. Bagi dirinya adalah tidak dapat dipahami bahwa ia harus tetap
diam. Celakalah aku, jika aku tidak mengabarkan injil! (1 korintus 9:16). Tetapi dimanapun
kita tidak menemukan ia mengatakan kepada para pembacanya bahwa mereka mempunyai tugas
untuk melakukan hal itu.
Adalah suatu fakta yang mencolok, selain itu, bahwa hampir semua proklamasi injil yang
diceritakan dalam Kisah Para Rasul adalah dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh mereka yang diluar gereja. Ini adalah demikian dalam khasus khotbah Petrus pada
hari Pentakosta, kesaksian yang diberikan para rasul dan oleh Stefanus dibawah interogasi,
pertemuan Filipus dengan orang Ethiopia, pertemuan Petrus dengan anggota rumah tangga
Kornelius dan khotbah Paulus didalam Sinagoge, di Antiokia-Pisidia. Dalam setiap kasus ada
sesuatu yang hadir, suatu kenyataan yang baru, yang meminta penjelasan dan dengan demikian
mendesakkan pertanyaan yang terhadapnya pemberitaan injil adalah jawabannya. Ini adalah
sedemikian jelas dalam kasus pertama yang sudah saya kutip, khotbah Petrus pada hari
pentakosta. Sesuatu yang sedang terjadi, yang mendorong orang banyak itu yang berkumpul dan
bertanya:Apakah yang sedang terjadi? jawaban Petrus adalah sebenarya suatu pernyataan
bahwa apa yang sedang terjadi adalah: hari terakhir itu sudah tiba dan kekuatan dari zaman yang
baru itu sudah bekerja, dan bahwa ini adalah demikian oleh karena kehidupan, pelayanan,
kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus. Khotbah itu mencapai puncaknya dalam pengutipan
Mazmur 110 (Kisah Para Rasul 2:34). Yesus yang mereka telah salibkan, sekarang duduk
disebelah kanan Allah sampai segala sesuatu diletakkan dikaki-Nya. Ini harus diceritakan kepada
semua orang yang mau mendengar hanya karena hal itu adalah kebenaran.ini adalah semua
kenytaan yang mulai sekarang harus diperhitungkan oleh semua manusia. Pemerintahan yang riil
atas alam semesta, kenyataan yang final yang pada akhirnya memperhadapkan setiap manusia,
adalah Yesus yang disalibkan dan bangkit. Dan untuk pertanyaan apakah yang harus kami
perbuat? jawabannya adalah Bertobatlah dan dibaptiskan dalam nama Yesus. Bertobat adalah
melakukan putaran-U dalam pikiran yang memampukan anda untuk percaya akan apa yang
tersembunyi dari penglihatan, kenyataan kehadiran pemerintahan Allah dalam Yesus yang
disalib. Dibabtiskan adalah diidentifikasikan dengan, digabungkan kedalam apa yang dilakukan
Yesus ketika ia turun kedalam sungai Yordan sebagai salah satu anggota perkumpulan dari orangorang yang berbeban dos dan dengan demikian mensahkan suatu misi yang akan membawanya
melalui pertemuan yang hebat dengan kekuasaan dan pemerintah-pemeritah sampai kepuncak
kemengannya diatas salib. Dibaptiskan berate dimasukan kedalam kesengsaraan Yesus
sedemikian supaya menjadi orang yang ikut mengambil bagian dalam misi-Nya yang
berlangsung terus kepada dunia ini. Itu berarti dibaptiskan kedalam misi-Nya.
Adalah yang paling penting utuk melihat bahwa misi itu adalah tetap misiNya. Salah satu
bahaya dalam penekanan konsep misi sebagai mandate yang diberikan kepada gereja adalah

bahwa Dia menggoda kita untuk melakukan apa yang selalu menggoda kita untuk
melakukannya, yaitu melihat pekerjaan misi ini sebagai suatu pekerjaan yang baik dan berusaha
untuk membenarkan diri kita dengan pekerjaan-pekerjaan kita. Mnurut pandangan ini, kita
adalah yang harus menyelamatkan orang-orang yang tidak percaya dari kebinasaan. Penekanan
dari perjanjian baru, bagi saya kelihatannya adalah sebaliknya. Juga Yesus sendiri berbicara
tentang perkataan-perkataan dan pekerjan-pekerjaan-Nya yang hebat adalah pekerjaan Bapa.
Demikin juga dalam injil sinoptik, pekerjaan-peerjaan yang hebat dari Yesus adalah pekerjaan
dari Rajani Allah, dari Roh-Nya, demikian pula dengan murid-murid. Adalah Roh yang akan
memberikan mereka kekuatan dan Rohlah yang akan memberikan kesaksian. Bukanlah bahwa
mereka harus bicaradan berbuat, mereka meminta pertolongan Roh untuk melakukan demikian.
Namun bahwa dalam kesetiaan mereka kepada Yesus, maka mereka menjadi tempat dimana Roh
berbcara dan bertindak.
Ini berarti bahwa misi mereka tidak hanya akan merupakan masalah khotbah dan
pengajaran tetapi juga belajar. Ketika ia mengutus mereka dengan misi mereka, Yesus
mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa banyak hal yang mereka masih harus pelajari dan
Ia menjanjikan bahwa Roh yang akan menghukum dunia akan juga akan juga menuntun mereka
kedalam kebenaran dalam kepenuhannya (Yohanes 16:12-15). Apakah artinya bahwa Yesus ada
disebelah kanan Allah sampai semua musuh-Nya menyerah?
Percaya tidaak berarti tiba pada akhir dari semua pelajaran tetapi tiba pada suatu titik awal untuk
belajar. Semua sejarah daan semua pengalaman sekarang harus dipahami dalam pengertian iman
ini dan janji ini.tetapi Pemahaman ini adaalah sesuatu yang harus dipelajari gereja dalam
perjalanan misinya.bahkan Tuhan yang berinkarnasi, menurut kitab suci, harus belajar untuk taat
dengan hal-hal yang dideritanya (ibrani 5:8). Seperti Tuhannya, gereja harus meninggalkan klaim
apapun untuk mengembalikan sejarah. Dengan mengikuti jalan Tuhannya pergi, jalan kesaksian
yang menderita, ia menanggalkan kedok-kedok kekuasaan yang mengklaim pengendalian ini dan
menghadap-mukakan setiap generasi yang melanjutkannya dengan sasaran yang paling akhir dan
paling menentukan dari sejarah. Arti ketuhanan Kristus atas dunia, bahwa semua kekuasaan
diberikan kepadanya, adalah sesuatu yang harus dipelajari gereja dalam perjalanan. Roh,
pendahulu dari kerajaan itu, yang melakukan pekerjaan-pekerjaaan yang penuh kuasa ditengahtengah kelemahan manusia dan dehubungan dengan demikian menghukum dunia dalam
hubungan dengan ide-idenya yang fundamental, dengan cara yang sama memimpin gereja dalam
kepenuhan kebenaran itu, suatu kepenuhan yang akan menjadi sempurna-Nya kalau ketuhanan
Kristus tidak lagi tersembunyi tetapi nyata kepada semua orang.
Misi gereja harus dipahami secara benar, dalam pengertian model trinitaris. Allah adalah
yang memegang semua hal ditangan-Nya, yang pemeliharaan-Nya memegang semua hal, yang
kemurahan-kemurahannya yang lembut ada diatas semua karya-Nya, dimana ia diakui dan
dimana ia ditolak dan yang tidak pernah meninggalkan dirinya tanpa kesaksian kepada hati dan
kesadaran danakal budi dari setiap manusia. Dalam inkarnasi anak, ia sudah memperkenalkan
hakikat dan tujuan-Nya secara penuh dan sempurna, karena dalam Yesusseluruh kepenuhan
Allah berkenan tinggal didalamnya (kolose 1:19). Tetaapi kehadiran ini adalah kehadiran yang
terselubung supaya dapat ada kemungkinan pertobatan dan pemberian iman secara Cuma-Cuma.
Didalam Gereja misi Yesus diteruskan dalam bentuk terselubung yang sama. Dia diteruskan
melalui kehhadira dan kegiatan yang aktif dari Roh Kudus, yang adalah pendahulu dari
kehadiran pemerintahan Allah. Misi gereja kepada semua bangsa, kepada semua masyrakat
manusia dalam semua keberagamannya dan dalam semua kekhususannya, adalahpada dirinya
sendiri pekerjaan yang luar biasa dari Allah, tanda dari kekokohan kerajaan itu. gereja tidak
banyak berfungsi sebagai agen dari misi itu, namun lebih dari seperti sebagai (locus) dari misi
itu. allah bertindak dari kekuatan Rohnya, tanda-tanda dari zaman baru, bekerja secara rahasia
dalam hati manusia untuk menarik mereka kepada Kristus. Kalaumereka sudah ditarik, mereka
menjadi bagian dari persekutuan yang tidak mengkalim pengendalian atas sejarah tetapi terus
memberikan kesaksian tentang makna yang riil dan sasaran dari sejarah, dengan suatu kehidupan
yang dalam kata-kata Paulus dengan selalu menanggung kesengsaraan Yesus menjadi tempat

dimana kehidupan kehidupan Tuhan Yesus dapat diperoleh bagi orang-orang lain (II Korintus
4:10).
Tidaklah mungkin untuk menekankan dengan kuat bahwa permulaan dari misi adalah
bukan tindakan dari kita, tetapi kehadiran dari kenyataan yang baru, kehadiran dari Roh Allah
dalam kekuatannya. Seluruh perjanjian baru memberikan kesaksian tentang ini, dan demikian
pula pengalaman missioner Gereja sepanjang zaman. Mungkin ni sudah dibuat sanggat jelas bagi
kita dalam abad sekarang melalui pengalaman Gereja diRusia dan diCina. Didalam kedua
Negara besar ini, kita sudah melihat Gereja hancur sampai ketitik dimana tidak ada lagi semacam
kesaksian umum yang eksplisit, baik dalam bentuk lisan ataupun tertulis, atau dalam pelayanan
kepada umum, yang diizinkan. Dan justru dalam situasi-situasi seperti ini, kita sudah melihat
pertumbuhan yang luar biasa dari Gereja, melalui kekuatan yang aktif dari Roh yang menarik
manusia untuk melihat didalam kelemahan manusiawi ini kehadiran dan kekuatan Allah. Ini
adalah sesuai dengan apa yang kita lihat dalam Perjanjian Baru, tidak hanya dalam hubungan
eksplisist antara satu misi dan kehadiran Roh, tetapi juga dalam fakta bahwa proklamasiproklamasi missioner besar dalam kisah Para Rasul tidak disampaikan atas dasar inisiatif sepihak
dari para rasul tersebut tetapi sebagai tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh orangorang lain, pertanyaan-pertanyaan yang didesakkan oleh kehadiran sesuatu yang meminta
penjelasan. Dalam diskusi-diskusi tentang misi gereja masa kini sering dikatakan bahwa gereja
seharusnya mengarahkan dirinya kepada pertanyaan-pertanyaan riil yang sedang dilontarkan
oleh orang-orang. Itu adalah menyalah-pahami misi Yesus dan misi gereja. Pertanyaanpertanyaan dari dunia bukanlah pertanyaan-pertanyaan yang menuntut kepada kehidupan. Yang
sebenarnya perlu dikatakan adalah bahwa di mana gereja itu setia kepada Tuhannya, di sanalah
kekuatan kerajaan itu hadir dan orang-orang mulai untuk mengemukakan pertanyaan yang
untuknya injil adalah jawabannya. Dan itulah, saya kira, mengapa surat Rasul Paulus
mengandung banyak peringatan untuk kesetiaan tetapi tidak ada peringatan untuk menjadi aktif
dalam misi.
Gereja adalah kehadiran pendahuluan dari kehadiran kerajaan itu, buah-buah sulungnya,
jaminannya (arrabon) dalam Roh. Dia adalah kehadiran dari kekuatan yangterselubung dalam
kelemahan. Dia adalah kehadiran yang memimpin kita untuk berbicara, dengan istilah Perjanjian
Baru, tentang hal memiliki dan hal mengharapkan. kita sendiri, kata Rasul Paulus, yang telah
menerima buah sulung roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan
sebagai anak, yaitu penyelamatan tubuh kita. Karena kita diselamatkan dalam pengharapan
(Roma 8:23-24). Ini adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari memiliki dan mengharap,
kehadiran sekarang dari sesuatu ini yang adalah jaminan tentang masa depan, arrabon ini yang
adalah kenyataan masa kini dan pada saat yang sama adalah janji tentang sesuatu yang lebih
besar yang akan datang, inilah yang mengangkat gereja sebagai saksi. Tetapi gereja bukanlah
sumber kesaksian itu, namun dia adalah tempat (locus) dari kesaksian. Terang yang dipancarkan
oleh sinar pertama dari matahari pagi yang menyinari wajah serombongan wisatawan akan
menjadi bukti bahwa hari yang baru sedang tiba. Wisatawan itu bukanlah sumber dari kesaksian
itu tetapi hanya tempat dari kesaksian itu. Untuk melihat bagi dirinya sendiri bahwaitu benar,
bahwa hari yang baru benar-benar sedang tiba, ia harus berbalik, menghadap kea rah berlawanan,

bertobat. Dan kemudian wajah orang itu sendiri akan mengambil bagian dalam terang yang
sama dan menjadi bagian dari bukti itu.
Kehadiran dan kenyataan yang baru ini, kehadiran dalam kehidupan bersama dalam
Gerea Roh yang adalah arrabon dari kerajaan itu, sudah dimungkinkan oleh karena apa yang
sudah dilakukan Yesus, oleh karena inkarnasi-Nya, pelayanan-Nya sebagai Anak yang setia dari
Bapa-Nya, penderitaan-Nya dan kematian-Nya, kebangkitan-Nya ke sorga, dan kedudukan-Nya
di sebelah kanan Allah. Ketika rasul-rasul diminta untuk menerangkan kenyataan yang baru itu,
mereka menjelaskan tentang kekuatan

yang baru untuk memperoleh kesukacitaan dalam

penderitaan, kehidupan dalam kematian,. Ini adalah penjelasan yang mereka berikan. Hasilnya
adalah, bahwa perwujudan yang kelihatan dari kenyataan yang baru ini bukanlah suatu gerakan
yang akan mengambil kendali atas sejarah dan membentuk masa depan sesuai dengan visinya
sendiri, bukan suatu imperialisme baru, bukan suatu perang salib. Perwujudannya yang kelihatan
akan merupakan suatu persekutuan yang hidup oleh cerita ini, suatu persekutuan yang
keberadaannya secara kelihatan ditentukan dalam pelatihan kembali yangteratur dan memainkan
kembali cerita itu yang sudah memberikan kepadanya kelahiran, cerita tentang Allah yang
mengosongkan diri-Nya dalam pelayanan, kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus.
Pusatnya yang dapat dilihat sebagai kesatuan social yang terus menerus hidup adalah peristiwa
yang berulang secara minggusn yang dalamnya orang-orang percaya secara bersama mengambil
bagian roti dan anggur seperti yang diperintahkanYesus, seperti janji-Nya kepada mereka dan
janji mereka kepada-Nya bahwa mereka adalah satu dengan Dia dalam kesengsaraan-Nya dan
satu dengan Dia dalam kemenangan-Nya. Sebagai ganti dari perayaan sabat sebagai akhir
penciptaan Tuhan yang lama, mereka merayakan hari pertama dari minggu itu, Hari Tuhan,
sebagai permulaan dari ciptaan yang baru.Dalam hal ini mereka memerankan dan menegaskan
makna dan tujuan kehidupan mereka sebagai bagian dari kehidupan kosmos, cerita-cerita mereka
sebagai bagian dari cerita yang universal. Cerita ini sungguh-sungguh membawa kepada suatu
akhir yang mulia dank arena itu diisi dengan makna, tetapi keakhiran itu bukanlah pada suatu
waktu yang jauh di dalam sejarah dunia ini. Akhir itu adalah hari ketika Yesus akan datang lagi,
ketika peraturan-Nya yang tersembunyi akan menjadi nyata dan semua hal akan dilihat
sebagaimana mereka sebenarnya. Itulah alasan mengapa kita mengulang pada setiap perayaan
Perjamuan Malam kata-kata yang membungkus seluruh misteri iman :Kristus sudah mati.
Kristus bangkit. Kristus akan datang lagi.
Dalam terang inilah kita harus memahami tujuan dan sasaran misi-misi. Saya di sini
mempergunakan kata misi untuk membedakan dari kata yang lebih menerangkan semuanya
misi. Kata yang belakangan ini saya pakai untuk mengartikan seluruh tugas yang untuknya
Gereja diutus ke dalam dunia. Dengan misi misi saya mengartikan kegiatan-kegiatan spesifik
yang diusahakan oleh keputusan-keputusan manusia untuk membawakan injil ke tempat-tempat
atau situasi-situasi di mana injil tidak didengar, untuk menciptakan kehadiran Kristen di tempat
atau situasi di mana tidak ada kehadiranyang seperti itu atau di mana kehadiran itu tidak efektif.
Sasaran dari kegiatan missioner yang sedemikian itu sudah ditetukan dalam berbagai cara.
Kadang-kadang penekanan adalah pada pertobatan dalam jumlah yang sebesar-besarnya dari

individu-individu dan penggabungan mereka ke dalam Gereja. Keberhasilan misi dinilai dalam
pengertian pertumbhan gereja. Kadang-kadang penekanan adalah pada pemanusiaan masyarakat,
pembasmian penyakit-penyakit social, penyediaan pendidikan, pengobatan, dan pengembangan
ekonomi. Berhasilnya salah satu dari tujuan-tujuann ini disambut sebagai keberhasilan untuk
misi itu. Sebaliknya kriteria Rasul Paulus rupanya berbeda. Ia dapat megatakan kepada orangorang Kristen di Roma bahwa ia sudah meyempurnakan pekerjannya di dalam seluruh wilayah
yang luas mulai dari Yerusalem sampai ke Adriatik dan tidak lagi mempunyai lagi ruang untuk
bekerja dalam wilayah ini (Roma 15:23). Apakah sebenarnya yang dilakukannya? Pasti bukan
mempertobatkan semua penduduk di wilayah-wilayah itu. Pasti bukan penyelesaian masalahmasalah social dan ekonomi mereka. Ia telah, dalam kata-katanya sendiri,secara penuh
memberitakan injil itu dan meninggalkan persekutuan-persekutuan orng-orang yang percaya
kepada injil itu dan hidup dengannya. Dengan demikian pekerjaannya sebagai seorang misionaris
sudah ditunaikannya. Adalah mencolok, bagi pembaca modern, bahwa ia tidak merasa menderita
tentang orang banyak di wilayah-wilayah itu yang belum mendengar injil itu atau yang sudah
tidak menerimanya. Ia sungguh-sungguh, dalam surat yang sama, menderita atas fakta bahwa
orang-orang Yahudi, yang kepada mereka injil itu terutama ditujukan, sudah menolaknya.Tetapi
ia yakin bahwa pada akhirya jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain akan dikumpulkan di
dalamnya

dan

seluruh

Israel

akan

diselamatkan

(Roma

11:25-26).

Kita

harus

mempertimbangkan dalam bab yang selanjutnya apakah yang membuat rasul yakin akan hal
ini.Yang menjadi pokok di siniadalah bahwa ia sudah menyelesaikan tugas misionernya dalam
penciptaan persekutuan-persekutuan yang percaya di semua daerah yang sudah dilewatinya.
Persekutuan-persekutuan ini adalah, seperti

yang dikatakannya kepada orang-orang

Korintus,terutama terdiri atas orang-orang yang dianggap hina oleh dunia. Mereka tidak
kelihatan seperti lambaian dari masa depan. Mereka diabaikan oleh para ahli sejarah masa itu.
Mereka tidak menganggap diri akan mengambil kendali atas kekaiaran Roma, apalagi seluruh
dunia. Jadi apakah makna mereka itu?
Orang dapat menjawab paling sederhana dapat mengatakan bahwa makna mereka adalah
bahwa mereka akan meneruskan misi Yesus sesuai dengan ucapan-Nya :seperti Bapa mengutus
Aku, demikian pula Aku mengutus kamu. Mereka mengambil bagian dalam kelemahannya, dan
karena mereka melakukannya demikian, mereka mengambil bagian dalam kekuasaan-kekuasaan
zama baru yang dibawanya. Dengan demikian mereka menjalankan seperti yang ia lakukan,
fungsi yang kritis. Mereka menghadap-mukakan manusia degan isu yang paling akhir dan paling
menentukan tentang keberadaan manusia. Karena itu mereka mengambil bagian, dalam ukuran
mereka, dalam kesengsaraannya. seorang budak tidaklah lebih besar dari tuannya, demikian
pula seorang utusan (rasul) tidaklah lebih besar daripada yang mengutusnya (Yohanes 13:16).
Semua ini diejakan dalam kalimat-kalimat apokaliptis dari ketiga Injil pertama dan dalam
ucapan-ucapan yang sesuai dengan itu dalam Injil keempat. Sebagaimana kedatangan Yesus
menimbulkan krisis bagi Israel, demikian pula kedatangan Gereja akan menimbulkan krisis bagi
dunia. Kedatangan terag itu ke dalam kegelapan harus mempunyai dampak ini. Dalam kegelapan
banyak perkara dapat disembunyikan. Ketika terang itu datang orang harus memilih. Kalau
Yesus ditolak, maka demikian pula utusan-Nya. Tidak hanya demikian, akan ada kristus-kristus

palsu. Kedatangan ke dalam dunia, janji keselamatan yang menyeluruh itu, zaman yang benarbenar baru, menimbulkan pada saat yang sama penampakan dari mereka yang menawarkan
keselamatan dalam pengertian-pengertian yang lain. Karena itu bukan hanya penyembahan
berhala yang lama yang bertempur melawan gereja, tetapi juga mesianisme yang baru. Di
manapun

injil

diberitakan,

ideology-ideologi

yang

baru

muncul-humanisme

sekuler,

nasionalisme, marxisme-gerakan-gerakan yang menawarkan visi tentang zaman baru, suatu


zaman yang bebas dari semua kesakitan yang menimpa kehidupan manusia, dibebaskan dari
kelaparan dan penyakit dan peperangan-dengan syarat lain. Bukanlah hal yang kebetulan di
India, daerah-daerah di mana marxisme sudah menjadi kekuatan yang nyata adalah daerahdaerah dari kegiatan missioner Kristen yang menggebu-gebu, atau bahwa mereka yang
memimpin revolusi Marxist di Cina adalah produk-produk dari sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi Kristen. Sekali injil itu diberitakan dan di sana ada persekutuan yang hidup oleh injil,
maka pertanyaan tentang makna yang paling akhir dan menentukan dari sejarah dikemukakan
dan mesianis-mesianis lain muncul. Dengan demikian krisis sejarah semakin diperdalam. Juga
yang lebih bermakna sebagai contoh perkembangan ini daripada kebangkitan Marxisme adalah
kebangkitan Islam.Islam yang secara dasariah berartik kepatuhan, adalah gerakan pasca-Kristen
yang paling kuat, yang mengklaim untuk menawarkan kerajaan Allah tanpa salib. Penolakanatas
penyaliban adalah dan selalu harus menjadi sentral bagi pengajaran Islam. Tetapi Islam dan
Marxisme hanyalah gambaran-gambaran yang paling kuat tentang sesuatu yang secara perlu
harus menandai kemajuan misi-misi Kristen kepada bangsa-bangsa. Sekali akhir sejarah yang
nyata itu sudah disingkapkan dan sekali undangan diberikan untuk hidup dengannya dalam
persekutuan mesias yang disalib dan yang bangkit, maka pola-pola yang statis dan siklis
dipatahkan dan tidak pernah dapat dipulihkan. Kalau Yesus tidak diakui sebagai Kristus, maka
kristus-kristus lain, juruslamat-juruslamat lain akan muncul. Tetapi injil itu adalah yang pertama
yang harus diberitakan kepada semua bangsa. Setiap masyarakat manusia harus mempunyai
kesempatan untuk mendengar, percaya dan secara bebas menerima tujuan yang benar itu. Tujuan
itu terletak di seberang sejarah. Kerajaan-kerajaan akan berlalu. Bumi ini sendiri dan kosmos
yang dapat dilihat akan lenyap. Pada akhirnya Yesus Kristus akan dilihat sebagai seorang yang
kepadanya diberikan kuasa. Dan dengan demikian panggilan kita adalah untuk bersabar dan
bertekun.
Apa yang sudah saya katakan adalah usaha untuk merefleksikan bahan apokaliptis dari
injil sinoptik. Pengajaran Yohanes yang sesuai dengan masalah itu dapat ditemukan dalam injil
keempat pasal 14:16. Di sini juga murid-murid diperingatkan bahwa mereka akan ditolak dan
diusir (Yohanes 15:18 dan selanjutnya). Mereka dijanjikan penyertaan Roh, yang Dia sendiri
akan menjadi saksi dan dengan penyertaan-Nya mereka juga akan menjadi saksi-saksi (Yohanes
15:26-27). Roh yang sama ini akan membawa dunia ke bawah penghakiman, menunjukkan
kekuatan yang sama yang sudah hadir di dalam Kristus untuk menjungkir-balikkan ide-ide yang
telah diterima tentang dosa dan kebenaran dan penghakiman (Yohanes 16:8-9). Roh itu akan
menuntut pertobatan yang radikal yang sama dengan yang telah dilakukan dalam memanggil
manusia. Roh itu adalah Roh kebenaran, yang berlawanan dengan banyak roh dari zaman ini
yang memimpin manusia kepada ketidak-benaran. Roh kudus akan membimbing gereja kedalam

pemahaman yang lebih penuh tentang kebenaran melampaui apa yang mungki bagi Tuhan yang
berinkarnasi untuk mengkomunikasikan kepada kelompok murid-murid-Nya yang terbatas pada
satu waktu dan tempat dan kebudayaan (Yohanes 16:12-15). Pekerjaan Roh akan menyatakan
kemuliaan Yesus dengan mengambil apa yang menjadi miliknya (yang dalam kenyataannya
adalah segala sesuatu, karena segala apa yang dipunyai Bapa adalah kepunyaanku) dan
memperlihatkannya kepada Gereja. Oleh pekerjaan Roh, gereja akan dapat memahami hal-hal
yang akan datang dan belajar bahwa semua yang berada adalah milik Kristus. Sebagaimana dia
hidup dalam kekuatan Roh, dan sebagaimana dia mengambil bagian dalam penderitaan dan
penolakan Yesus, gereja akan belajar semakin lebih penuh tentang apa artinya bahwa Yesus
adalah tanda, sumber dan sasaran sejarah. Tetapi jelas bahwa proses belajar ini adalah bagian
dari dan tidak dapat dipisahkan dari perjalanan missioner gereja kepada semua bangsa. Di dalam
kehidupan gereja sudah ada pendahuluan tentang apa yang dijanjikan untuk akhir sejarah itu,
yaitu bahwa semua bangsa akan berjalan dalam terang Anak Domba dan raja-raja mereka akan
membawa kemuliaan mereka ke dalam kota suci (Wahyu 21:24). Dalam arti ini, sebagaimana
misi itu berjalan pada jalannya menuju ke ujung-ujung bumi, harta benda yang baru dibawa ke
dalam kehidupan gereja, dan kekristenan itu sendiri bertumbuh dan berubah sampai dia menjadi
lebih dapat dipercaya sebagai pendahuluan dari kesatuan semua umat manusia. Langkah-langkah
pertama dari penjelasan ini sudah dicatat secara berurutan dalam Perjanjian Baru, di mana kita
melihat perjuangan-perjuangan yang dituntut sebelum gereja dapat menerima bahwa bangsabangsa lain, sebagai bangsa-bangsa bukan Yahudi dan bukan sebagai bangsa-bangsa yang
diyahudikan, adalah bagian dari persekutuan yang baru itu.
Pemenuhan misi gereja itu dengan demikian menuntut bahwa gereja itu sendiri harus
berubah dan belajar hal-hal yang baru. Sudah sangat jelas gereja harus belajar sesuatu yang baru
sebagai akibat dari pertobatan Kornelius dan seisi rumahnya. Dan sekali lagi, pengertian pokok
itu harus ditegaskan : ini bukanlah prestasi gereja, melainkan pekerjaan Roh. Dalam cerita itu
kita melihat keengganan yang ekstrim dari Petrus untuk berbaur dengan rumah tangga seorang
perwira Romawi yang kafir. Ia menyampaikan cerita tentang Yesus di dalam rumah perwira
Romawi itu karena secara langsung ditanya. Buah dari penyampaian cerita itu adalah suatu
tindakan dari Roh yang mengambil masalah itu dari tangan Petrus. Ia harus dapat mengaku
dengan takjub bahwa orang-orang kafir yang tidak disunat ini sudah dijadikan bagian dari rumah
tangga Allah. Dengan demikian gereja digerakkan satu langkah pada jalan ke arah menjadi
rumah untuk semua bangsa dan suatu tanda kesatuan semuanya itu. Dua abad terakhir ini sudah
melihat langkah-langkah raksasa di sepanjang jalan itu. Gereja sekarang dapat dilihat sebagai
persekutuan yang universal yang dalamnya semua kebudayaan

manusia dapat datang dan

disambut dengan baik. Tetapi kita baru di tengah-tengah jalan itu, dan gereja harus terus belajar
hal-hal yang baru bila orang-orang yang baru dibawa kepada Kristus. Hanya pada akhir kita
akan mengetahui apakah artinya bahwa Yesus adalah Tuhan bagi semua. Sampai sekarang
pengakuan kita hanyalah dapat merupakan sebagian saja, terbatas secara kebudayaan, dan
dengan demikian tidak sempurna. Seluruh dunia perlu mengetahui apakah arti ketuhanan Yesus.
Penulis surat kepada orang-orang Ibrani yang berbicara tentang orang-orang kudus generasigenerasi yang sebelumnya, mengatakan bahwa jika terpisah dari kita maka mereka tidak dapat

menjadi sempurna, karena Allah sudah menyediakan sesuatu hal yang lebih baik untuk kita
(Ibrani 11:39-40). Logika yang sama memimpin kita untuk melihat ke dalam masa depan dan
berkata bahwa kita tidak dapat mejadi sempurna tanpa mereka yang akan datang berikutnya.
Pemerintahan yang sempurna dari Allah tidak dapat dinyatakan kepada semua orang sampai misi
gereja kepada semua bangsa selesai.
Dalam ikhtisar tentang logika misi ini, adalah jelas bahwa pusat dari gambaran itu tidak
ditempati masalah keselamatan, atau kegagalan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa perorangan dari
kebinasaan. Masalah itu sudah menguasai pemikiran missioner Protestan dalam jangka waktu
yang lama dan di banyak tempat. Jelas dia tidak dapat dikeluarkan dari gambaran itu, tetapi saya
tidak menemukan bahwa dalam Perjanjian Baru dia menempati posisi yang sentral. Kalau ini
adalah masalah yang sentral, Rasul Paulus sudah tidak dapat mengatakan bahwa pekerjaannya di
Kekaisaran Romawi Timur sudah selesai. Meskipun banyak gereja local sudah didirikan melalui
pelayanannya, namun hanya segolongan kecil dari mereka yang sudah mati selama bertahuntahun pelayanannya meninggal sebagai orang-orang Kristen yang percaya.Kalau ini adalah
kriterium yang dengannya misi-misi dinilai, maka itu adalah dan masih tetap merupakan
kegagalan yang besar. Tidak hanya masa kini, tetapi di sepanjang segala abad, beriman dalam
Kristus. Panggilan missioner kadang-kadang sudah ditafsirkan sebagai panggilan untuk
membendung air terjun besar dari jiwa yang pergi ke kebinasaan yang kekali ini. Tetapi saya
tidak menemukan ini selaku pusat penggambaran panggilan missioner bahwa Allah mencari
domba terakhir yang hilang, dan Paulus sudah bersedian menjadi segala galanya untuk semua
orang, supaya ia sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka (I Korintus
9:22). Dan selanjutnya ia berkata, Aku melakukan itu semua demi injil, supaya aku dapat ikut
ambil bagian dalam berkatnya. Saya akan kembali lagi pada ayat ini. Tetapi sementara itu kita
juga harus mempertimbangkan bagian yang pentig dalam Roma pasal 9-11 di mana Paulus
mengemukakan teologinya tentang misi yang telah dikembangkannya secara paling penuh, dan
di sini pusat dari gambar itu adalah peristiwa eskatologis yang dalamnya kepenuhan dari
bangsa-bangsa bukan Yahudi akan dikumpulkan dan seluruh Israel akan diselamatkan. Ini adalah
demikian meskipun faktanya adalah bahwa sebagian terbesar orang Yahudi sudah menolak injil,
dan akan terjadi lama setelah kematian orang-orang Yahudi yang tidak percaya. Jelas bahwa
Paulus tidak berpikir dalam pengertian perorangan tetapi dalam pengertan penafsiran tentang
sejarah yang universal. Pusat gambaran itu adalah peristiwa eskatologis yang dalamnya
kedalaman yang tidak dapat diukur dari kebijaksanaan dan anugrah Allah akan dinyatakan.
Jalan-jalan-Nya tidak dapat dimengerti dan keputusan-keputusan-Nya tidak dapat diselidiki. Ia
sudah meyerahkan semua manusia manusia kepada ketidak-setiaan supaya Ia dapat menunjukkan
kemurahan-Nya atas mereka semua (Roma 11:32-36). Sampai hari itu tidak ada seorangpun yang
dapat mengambil bagian dalam kesempurnaan Allah.Sampai hari itu kita semua ada pada jalan
itu. Tidak ada ruang baik untuk kekhawatiran tentang kegagalan kita maupun untuk
kesombongan atas keberhasilan kita. Hanya ada ruang untuk kesaksian yang tepat, kepada Dia
yang kepada-Nya seluruh rencana tujuan Allah untuk searah kosmis ini akan dinyatakan dan
diberlakukan, yaitu Kristus yang disalib, bangkit dan memerintah.

Dengan demikian logika misi adalah ini: makna yang benar dari riwayat manusia
disingkapkan. Oleh karena ini adalah kebenaran, maka dia harus dibagika secara universal. Dia
tidak dapat merupakan pendapat prbadi. Ketika kita membagikannya secara bersama dengan
semua orang, kita memberikan kepada mereka kesempatan untuk mengetahui kebenaran tentang
diri mereka sendiri, mengetahui siapakah mereka karena mereka dapat mengetahui cerita yang
benar yang darinya kehidupan mereka merupakan sebagian. Di manapun injil itu diberitakan
pertanyaan tentang makna riwayat manusia-riwayat yang universal dan riwayat yang pribadi dari
setiap manusia-dikemukakan. Sesudah itu situasinya tidak pernah dapat menjadi sama. Dia
tidak pernah dapat kembali kepada keselarasan-keselarasan yang lama, rasa aman atau
keamanan-keamanan yang lama,pola-pola masa lalu yang statis dan siklis. Sekarang keputusankeputusan harus dibuat untuk atau melawan Kristus, untuk Kristus sebagai petunjuk dari sejarah
atau untuk petunjuk yang lain. Di sana akan selalu ada godaan, juga untuk mereka yang di
dalam persekutuan Kristen, untuk mendapatkan petunjuk itu dalam keberhasilan dari suatu
proyek kita sendiri, untuk melihat program kita (apakah pertumbuhan gereja atau perkembangan
manusia) sebagai cerita kebenaran yang akan memberikan makna kepada kehidupan kita. Injil itu
memanggil kita kembali, secara terus-menerus, kepada petunjuk yang benar, Yesus yang disalib
dan bangkit, sehingga kita belajar bahwa makna sejarah tidaklah imanen dalam sejarah it sendiri,
bahwa sejarah tidak dapat menemukan maknanya pada akhir proses perkembangan, tetapi bahwa
sejarah diberi maknanya oleh apa yang Allah sudah lakukan dalam Yesus Kristus dan oleh apa
yang dijanjikan untuk dilakukan-Nya; dan bahwa cakrawala yang benar tidaklah pada hasil yang
sukses dari proyek-proyek kita, tetapi dalam kedatangan-Nya untuk memerintah.
Karena itu orang dapat berkata, bahwa misi-misi adalah ujian bagi iman kita. Dalam babbab terdahulu saya sudah menekankan fakta bahwa injil Kristen tidak dapat disahkan dengan
rujukan ke komitmen pada sesuatu yang lebih akhir. Iman Kristen adalah pada dirinya sendiri
suatu komitmen-iman yang terakhir dan menentukan yang hanya dapat disahkan dalam
pelaksanaannya.Begitu pula dia terbuka terhadap tuduhan subjektivitas. Dalam menggambarkan
tentang karya epistemologis dari Polanyi saya menunjukkan pendapatnya yang kuat atas
kepentingan dari kutub subyek dalam semua pengetahuan kita. Semua pengetahuan adalah hasil
pekerjaan dari subyek yang mengetahui yang melibatkan komitmen pribadi. Bagaimana dia
diselamatkan dari subyektivitas yang murni? Ini adalah pertanyaan yang penting dalam situasi
kebudayaan kita masa kini di mana iman Kristen secara luas dianggap sebagai milik dunian nilainilai subyektif daripada milik dunia fakta-fakta obyektif, dan karena itu hanya sebagai suatu
masalah pilihan pribadi yang tentangnya kata-kata, benar dan salah tidak dapat
dipergunakan. Bagaimanakah tuduhan ini harus ditangkis? Tidak dengan mencari dasar yang
lebih definitive yang di atasnya iman dapat bertumpu. Tidak ada yang lebih definitive dan lebih
menentukan daripada Yesus Kristus, yang melaluinya semua hal menjadi ada dan yang dalamnya
semua hal akan menemukan kesempurnaannya. Jawaban Polanyi terhadap tuduhan
subyektivisme adalah bahwa selag kita memegang kepercayaan-kepercayaan kita sebagai subyek
yang mempunyai komitmen secara pribadi, kita memegangnya dengan maksud universal dan kita
menyatakan maksud itu dengan mengumumkannya dan mengundang semua orang untuk
mempertimbangkan dan menerimanya. Menghendaki untuk mengumumkannya demikian adalah

ujian atas kepercayaan yang riil. Dalam arti ini misi-misi adalah ujian atas iman kita. Kita
percaya bahwa kebenaran tentang riwayat manusia sudah disingkapkan dalam peristiwaperistiwa yang membentuk substansi injil. Kita percaya, karena itu, bahwa peristiwa-peristiwa ini
adalah petunjuk yang benar untuk riwayat setiap orang, karena setiap kehidupan manusia adalah
bagian dari riwayat keeluruhan umat manusia dn tidak dapat dimengerti terpisah dari riwayat itu.
Maka dari itu ujian kepercayaan kita yang riil adalah kesiapan kita untuk mengambil bagian
secara bersama dalam iman itu dengan semua bangsa.
Saya tidak mengatakan bahwa itulah satu-satunya cara untuk berbicara tentang misi-misi.
Misi-misi adalah juga pengungkapan dari pegharapan kita :misi-misi mengungkapkan
kepercayaan kita bahwa ada suatu masa depan yang riil untuk kita dan untuk dunia dan bahwa,
karena itu, ada dasar yang kuat bagi pengharapan. Misi-misi adalah juga pengungkapan dari
kasih.Seperti yang dikatakan Paulus, kasih Kristus mendesak kita. Kita sudah diperdamaikan
dengan Allah melalui kasih penebusan Kristus, dan karena itu kita mempunyai suatu kewajiban
untuk mengambil bagian dalam kasih itu bersama dengan semua orang yang untuk mereka Ia
mati. Kita mempunyai pelayanan pendamaian yang dipercayakan kepada kita karena Allah sudah
memperdamaikan kita dengan diri-Nya. Tetapi jelaslah kedua motif ini bergantung pada
kebenaran dari apa yang kta percayai. Kalau dia tidak benar, maka tidak ada dasar untuk
pengharapan. Dan kalau dia tidak benar, maka membujuk orang untuk mengikut bukanlah
perbuatan kasih. Misi-misi adalah ujian bagi iman kita bahwa injil itu adalah benar.
Akan menjadi jelaslah dari apa yang saya sudah katakana tentang misi visi eskatologis
Paulus tentang keselamatan bahwa saya tidak menempatkan sebagai pusat argument, pertanyaan
tentang keselamatan atau kebinasaan individu.Jelas itu adalah bagian yang tercakup, tetapi
pendiran saya adalah bahwa gambaran Alkitab diselewengkan kalau ini diletakkan sebagai
pusat. Tetapi dapat ditanyakan : kalau benar bahwa mereka yang mati tanpa beriman kepada
Kristus tidak tentu harus binasa, dan kalau juga benar bahwa mereka yang adalah orang-orang
Kristen yang dibaptis tidak tentu harus selamat, apakah makna pokok dari misi-misi itu?
Mengapa tidak membiarkan saja hal-hal itu untuk mengambil jalan mereka masing-masing?
Dalam menjawab pertanyaan itu, saya akan merujuk lagi pada kata-kata Paulus yang sudah saya
kutip di muka,aku melakukan itu semua demi injil, supaya aku mendapat bagian di dalamnya
(I Korintus 9:23). Yesus berkata pada saat ia berada di jalan menuju salib, di mana saya
berada, di situpun hamba-Ku berada (Yohanes 12:26). Seorang yang sudah dipanggil dan
dikasihi Tuhan, seorang yang menghendaki untuk mengasihi dan melayani Tuhan, akan ingin
beradadi mana ia berada. Dan di mana ia berada adalah pada daerah perbatasan yang terdapat di
antara kerajaan Allah dan kekuatan dirampas dari si jahat.Ketika Yesus mengutus murid-muridNya dalam misi-Nya, Ia memperlihatkan mereka tangan dan rusuk-Nya. Mereka akan
mengambil bagian dalam misi-Nya seperti mereka mengambil bagian dalam kesengsaraan-Nya,
seraya mereka mengikuti-Nya dalam menantang dan melepaskan kedok kekuasaan-kekuasaan
jahat. Tidak ada jalan lain untuk berada bersama dengan-Nya. Inti pokok dari misi hanyalah
keinginan untuk berada bersama dengan-Nya dan mempersembahkan kepada-Nya kehidupan
kita. Inti pokok dari misi adalah rasa syukur dan pujian. Kita menyelewengkan permasalahannya

kalau kalau kita membuat misi menjadi usaha dari kita sendiri dengan pekerjaan-pekerjaan kita.
Saya berkata pada awal bab ini bahwa misi gereja mulai seperti jatuhan radioaktif dari ledakan
kesukacitaan. Kalau misi itu benar pada hakikatnya, maka demikianlah pula dia tetap benar
sampai pada akhirnya. Misi adalah pujian yang bertindak keluar. Itu adalah rahasianya yang
paling dalam. Tujuannya adalah bahwa Allah dapat dimuliakan.

MISI : PERKATAAN, PERBUATAN DAN KEBERADAAN BARU.


Dalam seluruh bab-bab ini saya mengemukakan bahwa injil harus dimengerti sebagai
petunjuk bagi sejarah, bagi sejarah universal dan dengan demikian bagi sejarah dari setiap orang,
dank arena itu merupakan jawaban yang harus diberikan setiap orang atas pertanyaan, siapakah
sayaberbeda dari sejumlah besar tulisan Kristen yang mengambil pribadi perorangan sebagai
titik berangkat untuk memahami keselamatan dan kemudian memperhitungkan dari itu ke isu-isu
yang lebih luas seperti isu-isu social, politik dan kehidupan ekonomi, saya mengemukakan
bahwa, dengan alkitab sebagai penuntun kita, kita akan mulai dari arah yang berlawanan, yang
mana kita mulai dengan alkitab sebagai penafsiran yang unik atas sejarah manusia dan sejarah
kosmis dan bergerak dari titik berangkat itu ke suatu pemahaman tentang apa yang diperlihatkan
oleh alkitab kepada kita tentang arti dari kehidupan pribadi. Dan secara lebih khusus, saya sudah
mengemukakan bahwa kita harus memahami misi gereja dalam terang fakta bahwa makna dari
sejarah masa kini adalah bahwa dia merupakan sejarah dari waktu antara kenaikan Kristus dan

kedatangan-Nya kembali, waktu ketika pemerintahan-Nya di sebelah kanan Allah merupakan


kenyataan yang tersembunyi, waktu yang dalamnya tanda-tanda diberikan tentang pemerintahan
yang tersembunyi itu tetapi yang dalamnya pernyataan yang penuh dari kekuasaan-Nya dan
kemuliaan-Nya ditunda supaya semua bangsa-seluruh masyarakat manusia-dapat mempunyai
kesempatan untuk bertobat dan percaya dalam kebebasan. Orang karenanya dapat berkata bahwa
misi Kristen kepada dunia adalah petunjuk bagi sejarah dalam arti ganda, yang dapat dicirikan
sebagai memproklamasikan dan menggerakkan.
Pada satu pihak, dengan memproklamasikan Kristus misi Kristen kepada dunia
menawarkan kepada semua orang kemungkinan untuk memahami apa yang sedang dilakukan
Allah di dalam sejarah. Dengan kesaksiannya-dalam perkataan dan perbuatan dan kehidupan
bersama-tentang kesentralan pekerjaan Yesus dalam pelayanan, kematian dan kebangkitan-Nya,
dia menawarkan semua kepada semua orang kemungkinan untuk memahami bahwa maknadan
tujuan sejarah tidaklah ditemukan dalam proyek-proyek, program-program, ideologi-ideologi
dan utopia-utopia yang menawarkan diri sendiri dalam berkompetensi satu terhadap yang
lainnya; muncul dan tenggelamnya satu gerakan setelah gerakan yang lain yang menyajikan
kebahagiaan dalam masa depan;gerakan-gerakan yang menyapu ke depan untuk suatu waktu dan
kemudian terputus dan memukul balik seperti gerakan ombak yang tak henti-hentinya di pantai
laut; tetapi bahwa dia harus ditemukan di dalam seorang manusia dan suatu sejarah yang
mendobrak secara

menentukan melalui pergantian yang tidak berakhir, dengan menerobos

penghalang terakhir dari kematian dan membuka satu cakrawala baru untuk usaha-usaha
manusia, suatu pengharapan yang pada satu pihak menegaskan dan memberikan kekuatan
kepada semua pengharapan manusia yang sesuai dengan tujuan Allah sebagaimana dinyatakan
dalam Kristus, tetapi sementara itu pada pihak lain mentransendensikan itu semua. Gereja yang
menjangkau setiap masyarakat manusia menjalani kehidupan yang berpusat dalam pengingatan
dan pementasan yang terus menerus tentang penyataan yang sentral itu menawarkan kepada
semua orang suatu visi mengenai sasaran sejarah Indonesia yang dalam kebaikannya ditegaskan
dan kejahatannya diampuni dan dihapuskan, suatu visi yang memugkinkan untuk bertindak
dengan penuh harapan ketika tidak ada harapan di dunia ini dan menemukan jalan ketika segala
sesuatu adalah gelap dan tidak ada petunjuk di dunia ini. Ini adalah apa yang saya sudah sebut
aspek proklamasi dari misi Kristen ke dunia sebagaimana dia dihubungkan dengan sejarah yang
universal.
Pada pihak lain, misi itu mempunyai apa yang saya sebut peran menggerakan. Dia
mendedak peristiwa-peristiwa ke arah tujuan akhirnya yang benar. Ini adalah makna yang tinggal
tetap dalam pengajaran apokaliptis perjanjian baru kedatangan injil mengubah jalannya
peristiwa-peristiwa itu. Dia membangunkan orang dari ketidurannya yang lama, dari apa yang
disebut Arend Van Louwen masyarakat ontokratis, cara hidup yang berada dalam masyarakatmasyarakat di mana begitu saja diterima bahwa semua hal dikuasai oleh apa yang ada dan bukan
oleh apa yang aka ada.
J.L Myres dalam bukunya The dawn of hstory mempunyai bab pembukaan yang berjudul
The People Who Have No History. Itu adlah suatu peringatan bagi pembaca bahwa sejumlah

besar manusia sudah hidup dan mati tanpa meninggalkan sejarah apapun. Mereka telah hidup
(seperti berjuta-juta orang masih melakukannya) dalam kepercayaan bahwa hal-hal/perkaraperkara adalah seperti apa adanya dan tidak akan berubah secara mendasar; bahwa pengharapan
untuk masa depan yang berbeda adalah suatu khayalan yang lahir dari keinginan, suatu khayalan
yangakan dihindarkan oleh orang yang bijaksana karena mereka mengetahui bahwa apa yang
akan terjadi akan terjadi demikian, dan tidak ada keinginan dari kita yang dapat mengubahnya.
Di dalam masyarakat-masyarakat seperti itu mungkin ada suatu cerita yang dikatakan tentang
unit-unit yang kecil-keluarga, kota, sekolah-karena di dalam unit-unit ini orang dapat menyusun
geakan ke arah sasaran-sasaran yang penting. Tetapi untuk masalah-masalah manusia sebagai
keeluruhan tidak ada sejarah. Kedatangan injil ke dalam masyarakat yang seperti itu
memperkenalkan visi tentang dunia yang baru, dunia yang berbeda, dunia yang untuknya adalah
sah untuk berharap. Visi itu menciptakan, seperti yang kita katakan, sesuatu revolusi
pengharapan-pengharapan. Inti pokok dari buku Van Leeuwen (Arend Van Leeuwen,
Christianity in world history, 1964) adalah bahwa juga bentuk-bentuk sekuler dari pengharapan
Kristen yang sudah mengisi bahan bakar bag ide kemajuan di Eropa dan yang sudah
memungkinkan pertumbuhan yang eksplosif dalam ilmu pengetahuan modern dan teknologi,
sesudah mempunyai dampak yang sama atas masyarakat-masyarakat ontokratis yang lama.
Mereka sudah menciptakan satu ledakan pengharapan-pengharapan dank arena itu akan
memperdalam krisis kalau pengharapan-pengharapan ini tidak dipenuhi.
In dapat digambarkan dari hampir setiap halaman sejarah missioner dalam beberapa ratus
tahun terakhir ini, dan di manapun tidak ada yang dapat digambarkan secara lebih hidup daripada
di Cina. Orang-orang muda lulusan sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi Kristenlah
yang memutuskan hubungan-hubungan dengan Cina yang lama, dan mempunyai visi yang
menyala-nyala tentang suatu Cina baru, yang dikomunikasikan kepada mereka dengan cara
pengajaran yang mereka terima dari guru-guru misionaris, dan yang menjadi yakin bahwa
Kekristenan tidak dapat memberikan apa yang dijanjikan, sehingga berpaling ke Marxisme
dengan janji-janjinya tentang dunia baru esok hari. Saya sudah mendengarkan seorang India
yang masih muda berkat Kekristenan mengajar saya untuk percaya kepada suatu kemungkinan
akan dunia yang berbeda; Marxisme menunjukkan bagaimana mencapainya. Tidak lebih
daripada satu generasi yang diperlukan untuk menemukan bahwa Marxisme mengkhianati
pengharapan-pengharapan yang sebenarnya dengannya dia hidup. Saya diberi tahu bahwa hanya
ada beberapa orang tua Cina yang masih tetap Marxist. Tetapi titik pokoknya adalah bahwa Cina
atau India ataupun masyarakat lain tidak dapat kembali ke keadaan sebelum visi tentang dunia
yang berbeda ini dibawakan kepadanya. Burma sudah mencoba unntuk melakukan halyang
demikian dengan mengisolasikan dirnya dari Barat, tetapi usaha itu tidak dapat menjadi gagal.
Sekali bentuk ontokrati lama itu patah, dia tidak akan pernah dapat dipulihkan. Sejarah
digerakkan dengan tidak dapat ditawar-tawar kea rah masa depan.
Saya sudah mengemukakan bahwa bagian-bagian apokaliptis dalam Perjanjian Baru
adalah petunjuk untuk pemahaman tentang hal ini. Kedatangan Yesus menimbulkan krisis di
dalam sejarah. Sekali suatu visi diberikan tentang zaman baru, di sana akan ada nabi-nabi yang

menawarkan berkat-berkat dari zaman baru itu dalam pengertian yang lain daripada yang
ditawarkan dalam cerita Yesus.

Pertanyaan tentangmakna dan tujuan sejarah tidak dapat

dielakkan lagi. Konflik berkecamuk antara visi-visi yang saling bersaing tentang tujuan itu.
terjadi kekacauan dan peperangan. Ini adalah di antara tanda-tanda dan fakta bahwa pada akhir
itu-tujuan dari sejarah-sudah dekat dalam Yesus. Semua ini dibawakan ke hadapan kita dalam
kitab terakhir dari alkitab dalam serangkaian gambaran yang hidup. Yesus yang naik ke sorga
mempunyai pedang bermata dua yang tajam yang datang dari mulutnya, karena perkataan Injil
mempunyai ketajaman itu untuk memisahkan kebenaran dar ketidak benaran. Ia adalah Anak
Domba yang disembelih, yang seorang diri dapat membuka gulungan sejarah dan menyatakan
maknanya serta tujuan akhirnya. Kepada kita diperlihatkan serangkaian malapetaka dan dalam
setiap malapetaka itu ada penghancuran dan pembatasan atas kehancuran itu. Kepada kita
diperlihatkan pemunculan kekuasaan-kekuasaan yang berperang melawan Anak Domba itu, antikristus, yang berwujud (seperti halnya semua kekuasaan rohani itu mempunyai wujud) dan
megambil bentuk imperialism Romawi dengan aparat-aparat propagandanya. Kepada kita
diperlihatkan gambar pengendara di atas kuda putih sedang memberitakan injil ke seluruh dunia.
Kita diberi penglihatan tentang pemerintahan seribu tahun dari orang-orang suci untuk
mendorong kita sehingga dengan tepat dapat bekerja demi tujuan-tujuan di dalam sejarah ini.
Tetapi pada akhirnya kepada kita diperlihatkan akhir dari sejarah, penciptaan langit baru dan
bumi baru dan turunnya Kota suci sebagai pemberian anugerah Allah dan sebagai
penyempurnaan dari sejarah. Anak domba yang disembelih itulah yang membuka meteraimeterai dan melepaskan tali malapetaka-malapetaka itu ke atas bumi. Senjatanya adalah firman
kesaksian. Ia diikuti oleh serombongan orang yang telah mengucurkan darah mereka untuk
kesaksian tentang Yesus. Ia adalah yang memimpin sejarah sampai akhirnya yang benar, melalui
kesetiaan dari mereka yang mengikutinya dalam kesaksiannya. Misi Gereja bukanlah hanya
suatu penafsiran tentang sejarah. Dia adalah dalam ungkapan Berkhof kekuatan yang
membuat sejarah. Bahkan karena demikian maka misi gereja memberikan tempat di mana tujuan
sejarah dapat dimengerti. Misi itu tidak hanya bersifat menyatakan dan mengumumkan, namun
dia juga bersifat melakukan atau melaksanakan. Dia dapat menjadi yang pertama karena dia
adalah yang kedua.
Sudah ada tradisi yang lama yang sudah mengisolasikan unsur menyatakan itu di dalam
misi gereja dan memegang teguh bahwa dia harus mempunyai prioritas. Evangelisme,
pemberitaan injil yang langsung, demikian sering dikatakan, harus menjadi prioritas yang
pertama. Segala sesuatu yang lain adalah sekunder, atau paling-paling sebagai pembantu.
Gerakan missioner pada masa kini menanggung penderitaan dari pertempuran yang berlangsung
atara mereka yang membuat penekanan ini menjadi yang paling utama dari evangelisme, tentang
fungsi menyatakan dari gereja, dan mereka yang berpegang teguh bahwa prioritas pertama harus
diberikan kepada tindakan untuk menentang ketidak-adilan, prasangka buruk, dan penindasan,
tindakan untuk keadilan dan perdamaian. Karena bagaimanakah, itu dapat ditanyakan, berita
Kristen itu dapat dipercaya kalau maknanya tidak digambarkan dalam pola-pola tindakan yang
sesuai dengan itu? Dan sementara itu Perjanjian Baru mempunyai banyak bagian yang berbicara
tentang kekuasaan firman. Dia adalah benih yang kecil dan mudah tertimpa bahaya, dia dapat

melahirkan buah yang hebat. Dia adalah pedang yang dengannya Tuhan naik ke sorga
menghancurkan musuh-musuh-Nya. Dia adalah kekuatan Allah untuk keselamatan. Apakah tidak
ada dasar alkitabiah yang baik untuk menegaskan prioritas peberitaan (khotbah) melebihi
tindakan lain apapun di dalam misi gereja?
Kalau kita berpaling kepada injil-injil, kita terpaksa mencatat adanya jaringan yang tidak
dapat dipecahkan antara perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan. Sangat banyak bagian
dari ketiga Injil pertama diisi dengan perbuatan-perbuatan Yesus perbuatan-perbuatan
menyembuhkan, mengusir setan, memberi makan kepada orang yang lapar. Dan sedang dalam
injil Yohanes proporsi pengajaran adalah lebih besar, sementara itu sebagian terbesar dari
pengajarannya adalah penjelasan atas sesuatu yang sudah dikerjakan Yesus : penyembuhan orng
yang lumpuh, pemberian makan untuk orang banyak, pencelikan mata orang yang buta, dan
pembangkitan seorang dari kematian. Keempat perbuatan Yesus yang luar biasa ini merupakan
konteks untuk bagian yang panjang dari pengajarannya mulai pasal 5 sampai dengan pasal 11,
dan percakapan Yesus dengan Nikodmus secara eksplisit dinyatakan sebagai yang sudah
meuncul dari pekerjaan-pekerjaan Yesus yang hebat. Hubungan yang sangat erat antara
perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan dibuat sangat jelas dalam misi yangdibebankan
kepada keduabelas murid-Nya sebagaimana di ceritakan dalam Matius pasal kesepuluh. Pada
permulaannya ini hanyalah suatu mandate untuk menyembuhkan dan mengusir setan, Ia
memanggil keduabelas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh
jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan, kemudian diikuti dengan
nama-nama keduabelas rasul itu. Tidak satupun di di sini dikatakan tetang khotbah. Hanya dalam
ayat 7 kita membaca pergilsh dan beritakanlah :kerajaan sorga sudah deat. Jelaslah, karena
itu, pemberitaan adalah penjelasan atas kesembuhan. Pada satu pihak,penyembuhan-penyembhan
itu yang mana sangat mengagumkan tidak menjelaskan dirinya sendiri. Malah dapat disalahtafsirkan seperti dalam fakta hal itu dilakukan oleh musuh-musuh Yesus, yang memberikan ciri
bagi pekerjaan-pekerjaan penyembuhannya sebagai yang berasal dari kuasa setan. Pekerjaanpekerjaan itu sendiri tidak mengkomunikasikan fakta yang baru. Itu harus dinyatakan dalam
kata-kata yang jelas : Kerajaan Allah sudah dekat. Itu berarti ada panggilan untuk pengamblan
keputusan yang radikal, untuk bertobat dan beriman. Kesembuhan-kesembuhan itu sendiri, tanpa
ditafsirkan, tidak membuat tuntutan sepertiitu. Mereka dapat disesuaikan ke dalam tatanan yang
sudah ada. Setelah itu, ada penyembuh-penyembuh lain dan pengusir-pengusir sean lain di
Galilea dan Yudea. Kesembuhan-kesembuhan, bahkan yang paling menakjubkan sekalpun, tidak
mempersoalkan dunia yang ada ini secara radikal; injil melakukannya, dan inilah yang harus
dibuat eksplisit.
Pada pihak lain, pemberitaan adalah tidak bermakna tanpa penyembuhan-penyembuhan
itu. Pemberitaan adalah penjelasan yang benar tentang apa yang terjadi, tetapi kalau tidak ada
sesuatu yang terjadi tidak diperlukan penjelasan dan perkataan-perkatan itu adalah perkataanperkataan yang kosong. Perkataan-perkataan itu tidak menjawab pertanyaan yang riil. Juga dapat
diremehkan sebagai hanyalah percakapan yang tidak mempunyai arti. Dan perkataan-perkataan
itu hanya mempunyai arti di dalam konteks pekerjaan-pekerjaan yang dahsyat. Perkataan-

perkataan itu mempunyai praduga bahwa sesuatu sedangterjadi yang meminta penjelasan. Di sini
saya merujuk lagi kepada pokok yang saya sudah minta untuk diperhatikan di muka, yaitu bahwa
hampir semua khotbah-khotbah utama orang Kristen dalam kitab Kisah Para Rasul dilakukan
untuk menanggapi suatu pertanyaan,. Sesuatu sudah terjadi yang membuat orang sadar tentang
kenyataan yang baru, dank arena itu pertanyaan muncul: apakah kenyataan ini? Penyampaian
injil adalah jawaban atas pertanyaan itu. Dunia ini mempunyai ribuan pertanyaan lainnya yang
hendak segera dilontarkan. Gereja tidak perlu mempunyai jawaban untuk setiap pertanyaan itu.
Dalam kasus apapun, jawaban terhadap pertanyaan dunia bukanlah urusan gereja. Tetapi jawaban
atas pertanyaan ini (apakah kenyataanini) adalah urusan pertama dari gereja. Dan pertanyaan
tersebut hanya dikemukakan untuk bila ada cukup bukti bahwa kenyataan yang baru itu hadir.
Apakah kenyataan yang baru ini?
Dalam injil-injil kenyataan yang baru adalah kehadiran Yesus itu sendiri. Ia di sini. Di
dalam diri-Nya kerajaan Allah sudah dekat sehingga sekarang Dia menghadap-mukakan manusia
dengan kenyataan-Nya dan menuntut mereka : atau menjadi sedemikian radikal berbalik karena
mereka melihat kebenaran dan percaya,atau yang lainnya,yaitu meneruskan pada jalan mereka
yang menghadap kearah yang salah yang mengejar sesuatu yang bukan

kerajaan Allah.

Kehadiran kenyataan yang baru itu disaksikan dengan pekerjaan-pekerjaan yang dahsyat dari
Yesus, yang pada gilirannya meminta penjelasn yang adalah pemberitaan injil tentang kerajaan
itu. Tetapi apakah kehadiran itu berakhirnya riwayat inkarnasi? Ada orang-orang yang
sebenarnya mengatakan Ya. Yesus, kata mereka, tidak bermaksud mendirikan suatu gereja. Ia
memberitakan kerajaan Allah dan memanggil orang untuk mencarinya, mereka yang datang
sesudahnya (dan tentu saja Rasul Paulus adalah penjahat utama) menggantikan kerajaan itu
degan gereja dan dengan demikian meruntuhkan maksud Yesus. Kalau kita sekarang harus setia
kepada maksud Yesus, kita harus menempatkan dipusat visi kita bukannya gereja tetapi kerajaan
itu. Sekarang orang dapat melihat biji kebenaran yang sudah menghasilkan kepercayaan ini.
Gereja itu dalam dirinya sendiri bukanlah tujuan, pertumbuhan dan kemakmuran gereja bukanlah
tujuan dari sejarah. Gereja bukanlah kerajaan Allah. Ini adalah kebenaran, tetapi itu tidak
menjamin kebenaran kesimpulan yang ditarik darinya. Yesus secara nyata tidak bermaksud
meninggalkan suatu perangkat pengajaran. Kalau itu sudah menjadi maksudnya, ia pasti sudah
menulis sebuah buku dan kita akan memiliki sesuatu seperti Quran sebagai pengganti dari buku
yang kita miliki. Apa yang Ia lakukan adalah mempersiapkan satu persekutuan yang terpilih
untuk menjadi pengemban rahasia kerajaan itu. Perskutuan ini adalah harta pusaka-Nya. Injil
Yohanes membuat ini sangat jelas, baik dalam penafsirannnya doa Yesus pada malam
kesengsaraan-Nya dan dalam penafsiran-Nya atas penugasan-Nya kepada rasul-rasul setelah
kebangkitan-Nya. Dalam doa pengudusan yang agung, menghadapi kematian-Nya di salib, Yesus
berkata,seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku mengutus
mereka ke dalam dunia. Dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka juga dapat
dikuduskan dalam kebenaran (Yohanes 17:18-19). Setelah kebangkitan Yesus digambarkan
sebagai berkata kepada murid-murinya seperti Bapa telah mengutus Aku, demikian pula Aku
mengutus kamu, dan perkataan itu digabungkan dengan tanda yang memperlihatkan bagaimana
pengutusan itu jadinya : Ia memperlihatkan kepada mereka tangannya dan rusuk-Nya

(Yohanes 20:19-20). Maksud Yesus tidaklah untuk meninggalkan pengajaran yang tidak
diwujud-nyatakan. Melalui pengudusan-Nya yang total kepada Bapa di dalam kesengsaraan-Nya
harus diciptakan suatu persekutuan yang akan meneruskan akan hal itu, yang mana Ia datang dari
Bapa untuk menjadi dan melakukan yaitu mewujud-nyatakan dan mengumumkan kehadiran
pemerintahan Allah. Dan tanda yang mengotentikkan perwujudan itu, kalau dia setia pada
hakikat dan panggilannya, yaitu bahwa dia akan mengambil bagian dalam kesengsaraan Yesus.
Gereja tidak berwenang menggambarkan pemerintahan Allah, keadilan dan perdamaiannya,
dalam cara yang lain apapun daripada yang digambarkan Yesus, yaitu dengan menjadi mitra-Nya
dalam menantang kekuasaan-kekuasaan jahat dan menanggung dalam kehidupannya sendiri
pengorbanan yang dilakukan untuk tantangan itu. Kalau gereja dan kerajaan itu diperhadapkan
satu sama lain, maka bahasa dari kerajaan itu dapat digunakan dan terus-menerus dipergunakan,
untuk menguduskan apapun program masa kini untuk keadilan dan perdamaian. Berita dari
kerajaan itu kemudian menjadi suatu bentuk hukum lagi. Dia menjadi kesatuan kumpulan
tuntutan-tuntutan etis. Hal ini mempunyai dampak seperti yang selalu ada bila hukum dipisahkan
dari injil, mengeraskan suasana hati dan meningkatkan secara dahsyat kekuatan kejahatn. Hal
baru yang sudah muncul bersama dengan kedatangan Yesus ada dua : Pertama, bahwa kerajaan
Allah tidak lagi merupakan suatu konsep formal yang ke dalamnya kita bebas mencurakan isi
dari kita sendiri sesuai dengan roh zaman ini. Kerajaan Allah sekarang mempunyai nama dan
wajah : nama dan wajah Yesus. Kalau kita berdoa,Kerajaanmu datanglah, kita sedang berdoa,
atau

kita seharusnya sedang berdoa, seperti yang dilakukan oleh gereja yang mula-mula,

Maranatha: Datanglah, Tuhan Yesus. Fakta bahwa liberalisme protestan memisahkan keduanya
ini, mau berbicara tentang kedatangan kerajaan itu tetapi tidak mau membicarakan tentang
kedatangan Yesus, adalah tanda penghianatan. Kedua, hal yang baru itu adalah bahwa kita sudah
diberikan panjar dari kerajaan itu dalam kasih karunia Roh kepada persekutuan yang percaya dan
yang mempunyai komitmen. Kehadiran panjar inilah, arrobon ini, karunia yang sudah ada ini
tentang ukuran yang benar dari keadilan dan perdamaian kerajaan itu, yang membuat gereja
menjadi saksi untuk Injil dan yang membuat pemberitaanya menjadi injil dan bukan hukum.
Kehadiran kenyataan baru inilah yang (kalau gereja itu setia) mendesakkan pertanyaan yang
terhadapnya pemberitaan injil adalah jawabannya. Dialog missioner yang benar, dalam kata lain,
tidaklah diprakarsai oleh gereja. Dalam arti sekunder dia diprakarsaioleh pihak luar yang tertarik
untuk bertanya: Apakah rahasia dari kenyataan baru ini, kehidupan dari pujian, keadilan dan
perdamaian ini? Dalam arti utamanya, bagaimanapun juga dia diprakarsai oleh kehadiran Roh
yang adalah arrabon dari kerajaan itu, dan yang kehadirannya memimpin manusia (mungkin
tanpa pengetahuan pendahuluan dari seorang misionaris atau evangelis) membuat pertanyaan ini.
Rasanya sangat penting untuk berpegang bahwa misi itu pertama-tama bukanlah tindakan
dari kita. Itu adalah tindakan Allah, Allah tri tunggal/Allah Bapa yang tak henti-hentinya bekerja
di dalam semua ciptaan dan di dalam hati serta pikiran manusia, apakah mereka mengakui atau
tidak dengan anugerah-Nya membimbing sejarah kea rah akhir yang benar; Allah anak yang
telah menjadi bagian dari sejarah ciptaan ini dalam inkarnasi; dan Allah Roh kudus yang
diberikan sebagai panjar dari akhir sejarah itu untuk menguatkan dan mengajar gereja dan untuk
menyadarkan dunia tentang dosa dan kebenaran dan penghakiman. Sebelum kita berbicara

tentang peran kita, peran dari perkataan-perkataan dan Perbuatan-perbuatan kita dalam misi, kita
perlu memegang dengan teguh dalam pusat pemikiran kita tindakan Allah ini. Ini adalah
kenyataan yang paling utama dalam misi; sisanya adalah penurunan (derivasi) dari kenyataan ini.
Saya menyadari bahwa doktrin tentang missio Dei ini kadang-kadang sudah dipergunakan untuk
mendukung konsep-konsep tentang misi yang melangkahi gereja dan bahkan melangkahi nama
Yesus. Itu adalah penyalahgunaan yang radikal atas konsep itu, yang darinya saya nanti akan
mengatakan sesuatu secara singkat. Tetapi di sini ijinkanlah saya bahwa kalau kita menempatkan
dalam pusat pemikiran kita kenyataan misi Allah, kitab akan diselamatkan dari dua konsep yang
keliru tentang misi yang sekarang ini yang secara mendalam memecah persekutuan Kristen.
Pada satu pihak, ada orang-orang yang menempatkan penekanan yang ekslusive atas
pemenangan

individu-individu

kepada

pertobatan,

baptisan

dan

keanggotaan

gereja;

pertumbuhan jumlah dalam gereja menjai sasaran dari misi. Tindakan untuk keadilan dan
perdamaian di dalam dunia adalah masalah sekunder. Hal itu bukanlah inti pokok dari misi. Injil,
dikatakannya adalah mengenai perubahan manusia, tidak menyangkut perubahan strukturstruktur. (Saya akan mencoba dalam bab berikut memperlihatkan ini berarti melupakan
pengajaran Alkitab yang sangat penting tentang pemerintahan dan kekuasaan-kekuasaan, tetapi
utnuk sementara saya menyampaikan dahulu). Penekanan di sini adalah secara ekslusif atas
keselamatan jiwa pribadi dan pertumbuhan gereja. Tugas utama adalah evangelisme,
pemberitaan injil dalam kata-kata lisan ataub tulisan. Tindakan untuk keadilan social dan
perdamaian mungkin merupakan suatu jalan untuk menarik orang untuk mendengarkan injil,
tetapi itu bukanlah bagian yang hakiki dari injil itu sendiri. Pemberitaan injil tentangan
keselamatan dari dosa dan penawaran kehidupan kekal adalah usaha yang paling utama dari
gereja.
Pada pihak lain, ada orang-orang yang mencemoohkan itu sebagai tidak relevan atau
keliru. Injil, menurut mereka adalah mengenai kerajaan Allah, pemerintahan Allah atas semua
bangsa dan atas segala sesuatu. Inti pokok dari pengajaran Yesus adalah doa: kerajaanmu
datanglah; kehendakmu jadilah seperti di sorga demikian juga di atas bumi. Tanggung jawab
yang sentral dari gereja ditunjukkan oleh doa tersebut. Itu berarti berusaha melakukan kehendak
Allah akan kebenaran dan perdamaian, di dalam dunia ini. Suatu persekutuan Kristen yang
menjadikan pembangunan dirinya sendiri sebagi tugasnya yang utama dapat berarti bertindak
melawan kehendak Allah. Di dalam masyarakat-masyarakat seperti di India di mana orang-orang
berusaha untuk mengatasi perselisihan antar umat beragama dan membangun kehidupan umum
bersama, program gereja tentang evangelisme yang agresif dianggap berbahaya. Apa yang
diperlakukan bukanlah pemberitaan yang evangelistis tetapi perbuatan-perbuatan oleh orang
Kristen bersama dengan seluruh rakyat yang beritikad baik untuk mengatasi masalah-masalah
bangsa yang berat, untuk membebaskan yang tertindas, menyembuhkan yang sakit, dan
membawakan pengharapan kepada orang-orang yang tidak mempunyai pengharapan.
Kalau saya tidak keliru, konflik antara dua cara pemahaman tentang misi ini, secara
mendalam memperlemah kesaksian gereja. Konflik itu berlanjut terus karena kedua belah pihak
sudah memegang kebenaran yang penting. Dan saya menyatakan bahwa kedua belah pihak itu

tidak mempunyai pemahaman yang cukup tentang kenyataan yang sentral, yaitu bahwa misi itu
bukanlah terutama pekerjaan kita apakah itu pemberitaan atau tindakan social tetapi terutama
adalah tindakan yang agung dari Allah. Apa yang benar dalam penegasan dari pihak evangelical
dalam perdebatan ini adalah masalah yang sangat penting, bahwa setiap manusia harus
mempunyai kesempatan untuk mengenal Yesus sebagai Tuhan dan juruslamat, bahwa tanpa
gereja yang hidup di mana kesaksian ini dibawa, tidak mungkin ada evangelisme maupun
tindakan social, dan bahwa injil itu tidak pernah dapat diidentifikasikan dengan proyek khusus
apapun tentang keadilan dan perdamaian berapapun proyek itu patut dipuji dan menjanjikan
sesuatu yang baik. Apa yang benar dalam kelompok aktivis social adalah bahwa suatu gereja
yang hanya berada untuk dirinya sendiri dan hanya untuk pertumbuhannya sendiri adalah suatu
kesaksian yang bertentangan dengan injil, yaitu bahwa gereja itu berada tidak untuk dirinya
sendiri dan tidak untuk angota-anggotanya tetapin untuk menjadi tanda dan agen serta panjar dari
kerajaan Allah, dan bahwa tidaklah mungkin untuk memberikan kesaksian yang penuh tentang
injil kalau tidak memperdulikan situasi orang yang kelaparan, sakit, korban-kornban ketidakmanusiawian manusia.
Saya sedang mengemukakan bahwa kedua belah pihak yang berselisih ini perlu
mendapatkan kembali pengertian yang lebih lengkap tentang kenyataan yang utama, yang
diberikan, prioritas antologis dari kenyataan baru yang sudah diwujudkan oleh karya Kristus.
Karena Yesus sudah menemui dan mengalahkan kekuasaan-kekuasaan yang memperbudak
dunia, karena Ia sekarang duduk di sebelah kanan Allah dank arena sudah diberikan kepada
mereka yang percaya anugerah dari panjar yang riil, janji, arrabon dari kerajaan itu, yaitu Roh
Allah yang berkuasa, oknum ketiga dari trinitas, maka kenyataan yang baru ini, kehadiran yang
baru ini menciptakan suatu momen krisis di manapun dia tampak. Dia merangsang pertanyaanpertanyaan yang meminta jawaban dan kalau jawaban yang tidak benar, tidak diterima,
membawa kepada jawaban-jawaban yang salah.

Anda mungkin juga menyukai