Menyatakan

Visi
Pendidikan Kristen

Cerita Alkitab
dan Pendidikan

Michael Goheen

16 Jurnal Guru-Guru Kristen 12.1


S ebagai pengikut Yesus Kristus pemikiran kita tentang
subyek apa pun, termasuk sekolah Kristen, harus
bermula dari Injil. Setelah Yesus muncul di atas panggung
sejarah dunia Ia memproklamasikan kabar baik bahwa kuasa
penyembuhan dari Kerajaan Allah telah dinyatakan ke dalam
penciptaan. Kuasa Tuhan untuk memperbarui seluruh
penciptaan telah berada di dalam Yesus Kristus oleh Roh
Kudus. Kekuasaan yang membebaskan ini telah dinyatakan di
dalam kehidupan dan perbuatan-perbuatan Yesus, dan
dijelaskan dengan kata-kata-Nya. Di atas kayu salib Ia
memerangi kuasa kejahatan dan meraih kemenangan yang
mutlak. Di dalam kebangkitan-Nya Ia menjadi anak sulung ke
dalam kebangkitan hidup dari penciptaan baru. Sebelum
kenaikkan-Nya Ia menugaskan para pengikut-Nya untuk
melanjutkan misi-Nya yaitu agar Injil dikenal sampai Ia kembali.
Sekarang Ia memerintah di sebelah kanan Allah, memegang
kuasa atas semua ciptaan dan dengan Roh-Nya yang membuat
pemulihan dan aturan komprehensif-Nya dikenal melalui umat-
Nya karena mereka mewujudkan dan memproklamasikan kabar
baik tersebut. Suatu hari setiap lutut akan bertelut dan setiap
lidah akan mengaku bahwa Yesus adalah Sang Pencipta,
Penebus, dan Tuhan. Sampai saat itulah gereja telah diambil ke
dalam pekerjaan Roh dalam membuat kabar baik dari kerajaan
Allah.
Untuk mengerti bagaimana pendidikan dibentuk oleh Injil,
berikut adalah tiga observasi penting. Pertama, Injil adalah
sebuah pengarahan ulang kuasa. Ia bukanlah pertama dari
semua doktrin religius atau teologi melainkan pembaruan kuasa
Tuhan terhadap keselamatan. Injil telah menjadi alat dari Roh
Tuhan untuk memperbarui semua ciptaan.
Kedua, Injil itu memulihkan, yaitu ia memulihkan ciptaan.
Kategori-kategori di dalam Injil yang paling mendasar adalah
penciptaan, kejatuhan, dan penebusan. Injil adalah tentang
pemulihan dan pembaruan ciptaan dari dosa. Di dalam sejarah
gereja barat pemulihan sering disalahpahami menjadi
keselamatan dari ciptaan daripada keselamatan akan ciptaan.
Sebagai sarjana Perjanjian Baru Inggris N T Wright
menyatakan:”Sudah sangat sering orang datang untuk
Perjanjian Baru dengan praduga bahwa “pergi ke surga
sewaktu anda meninggal” adalah titik implisit dari itu semua...
Mereka memperoleh sudut pandang tersebut dari suatu tempat,
tetapi bukan dari Perjanjian baru.” Terikat dalam proklamasi dari
Injil Yesus Kristus adalah pengertian bahwa Kristus
memulihkan dan memperbarui ciptaan yang baik yang telah
terinfeksi oleh dosa.
Ketiga, Injil itu komprehensif dalam ruang lingkupnya. Injil yang
Yesus telah beritakan adalah sebuah Injil Kerajaan. Herannya
walau pun ini adalah pusat kategori dari proklamasi dan
pelayanan Yesus seringkali ia menghilang ke dalam
ketidakjelasan. Hasilnya telah menjadi sebuah pengurangan
besar dalam lingkupan keselamatan, terbatas kepada
kemanusiaan, bahkan jiwa-jiwa manusia. Menurut Kitab Suci,
kerajaan adalah tentang pemerintahan Tuhan atas semua
ciptaan-Nya. Dengan kata lain, kerajaan menekankan kepada
sifat keselamatan yang Yesus wujudkan, beritakan, dan
selesaikan yang mencakup semuanya. Injil yang membentuk
lensa dimana kita melihat Pendidikan Kristen adalah kuasa
Tuhan yang melalui Kristus yang ditinggikan, di atas dasar
kematian dan kebangkitan-Nya, mengembalikan semua
kehidupan oleh Roh-Nya untuk hidup lagi di bawah otoritas dan
perkataan-Nya.
Alkitab sebagai satu cerita pengungkapan tentang
penebusan
Injil ini berdiri di pusat dan klimaks dari cerita Alkitab. Bila kita
adalah untuk mengerti tujuan Alkitabiah akan pendidikan, kita
harus mengerti bahwa Alkitab memberitahu satu cerita
pengungkapan tentang penebusan terhadap latar belakang
ciptaan dan dosa. Satu cara untuk mengilustrasikan adalah
untuk mendeskripsikan Alkitab sebagai satu lakon yang
diungkapkan dalam enam babak. Berikut adalah babak-babak
tersebut:
Babak pertama: Tuhan menciptakan dunia-Nya sebagai
sebuah kerajaan
Babak kedua: Dosa mencemari Kerajaan Tuhan
Babak ketiga: Tuhan mengatur keluar untuk memulihkan
kerajaan-Nya di Israel
Babak keempat: Tuhan menyelesaikan pemulihan dunia-Nya
di misi kerajaan Yesus
Babak kelima: Gereja meneruskan misi kerajaan Yesus
Babak keenam: Tuhan menyempurnakan pemulihan kerajaan-
Nya
Ilustrasi ini menonjolkan akan adanya kesatuan cerita, satu
cerita yang mengikat semua bagian bersama. Ilustrasi tersebut
juga menunjukkan kepada kita akan adanya pengungkapan
struktur yang terus mengalami kemajuan.
Masalah yang terjadi adalah kita sering kali tidak mengerti
Alkitab sebagai satu cerita pengungkapan. Seorang sarjana
Hindu yang terpelajar pernah mengeluh bahwa orang-orang
Kristen telah mensalahtafsirkan Alkitab. Dia mengatakan:
“Ketika saya membaca Alkitab saya menemukan di dalamnya
sebuah tafsiran unik akan sejarah universal, dan oleh karena
itu, sebuah tafsiran unik bahwa manusia sebagai seorang aktor
yang bertanggung jawab di dalam sejarah. Kalian para
misionaris telah berbicara tentang Alkitab seolah-olah Alkitab
hanyalah buku agama seperti yang lainnya. Kami telah
mempunyai banyak buku semacam ini di India dan kami tidak
memerlukannya buku lain lagi untuk ditambahkan ke
persediaan kami.” Keluhannya adalah bahwa Alkitab
memberitahu satu cerita pengungkapan tentang dunia, seluruh
dunia - sejarah universal, cerita nyata akan dunia - namun
orang-orang Kristen telah menguranginya menjadi sebuah buku
tentang kebenaran-kebenaran religius atau teologi.
Bagaimana hal ini terjadi di gereja-gereja kita? Satu cerita
Alkitab telah dipecahkan menjadi bagian-bagian kecil. Tipe-tipe
teologi memecahkan Alkitab menjadi bukti-bukti teks teologis
dan merekonstruksi kebenaran menjadi sebuah teologi
sistematis. Yang lain menggunakan kebaktian-kebaktian untuk
memecahkan Alkitab menjadi renungan-renungan kecil yang
segera memberikan janji-janji yang memberikan rasa nyaman
dan nasihat-nasihat yang menantang. Yang lainnya lagi
memecahkan Alkitab menjadi menjadi bagian-bagian moral
kecil yang menyediakan bimbingan moral. Masalah ini serius;
ini bukan hanya tentang salah penafsiran bagian-bagian dari
Kitab Suci. Ini adalah tentang cerita manakah yang membentuk
hidup kita? Beberapa cerita akan membentuk hidup kita. Ketika
Alkitab dipecahkan menjadi bagian-bagian kecil - teologis, yang
Jurnal Guru-Guru Kristen 12.1 17
 bersifat kebaktian, rohani, bagian-bagian kecil moral - maka
bagian-bagian kecil ini dapat terserap dengan baik ke dalam
pemerintahan cerita budaya dengan semua berhalanya!
Seorang dapat menjadi ortodoks secara teologis, saleh dengan
kebaktian, dan lurus moralnya namun secara signifikan
terbentuk oleh cerita Barat yang berkenaan dengan pemujaan
berhala. Alkitab kehilangan kekuatan dan kuasa formatifnya
karena terserap ke dalam pokok cerita
budaya.
Hari ini cerita modern tentang budaya kita Ini adalah waktu yang ideal
sedang kehilangan semangat. Ini adalah untuk menawarkan cerita
waktu yang ideal untuk menawarkan cerita
Alkitab sebagai sebuah alternatif. Seperti Alkitab sebagai sebuah
yang Brian Walsh katakan: alternatif.
Bila kisah tentang perkembangan
kapitalis mulai heboh di ujung-
ujungnya mungkin ini adalah
kesempatan penginjilan bagi pendidikan
Kristen untuk menawarkan cerita lainnya - cerita yang
menggantikan keselamatan diri dari perkembangan
ekonomis dengan kisah tentang kedatangan kerajaan
penebusan.
Kita akan menjadi tidak mampu untuk menawarkan cerita
Alkitab sebagai ‘cerita lainnya’, yang sesungguhnya cerita yang
benar, bila kita tidak mempunyai penegrtianl tentang kesatuan
ceritanya!
Saksi akan kerajaan Surga:
Posisi kita di dalam Kisah Alkitab
Kita tak boleh hanya melihat Alkitab sebagai sebuah
perkembangan cerita menuju pengampunan, melainkan kita
juga harus dapat menempatkan diri kita dalam cerita tersebut.
Kerajaan Tuhan yg dijanjikan akan datang kepada kita sebagai
pemenuhan Perjanjian Lama, ini merupakan salah satu karya
pengampunan Tuhan. Ketika Yesus menjanjikan kedatangan
kerajaan Allah, hasilnya tidak seperti yang orang-orang
harapkan. Ia berkata bahwa kerajaan Allah sudah ada tapi
belum datang kepada kita. Apa maksudnya? Jiak istri saya
mengatakan kepada saya bahwa tamu-tamu kami dari luar kota
sudah ada disini tapi belum datang, apa sebenarnya yang ingin
disampaikannya? Bagaimana mungkin kerajaan Tuhan sudah
ada disini tapi belum tiba?
Saya menghabiskan waktu cukup lama di seminar teologi
hanya untuk mengamati ayat-ayat Alkitab yang berbunyi,
"kerajaan Allah telah di sini" dan "kerajaan Allah belum tiba".
Tetapi saya tidak ingat jika professor saya menekankan dua hal
penting tentang kedua kutipan ini. Yang pertama, betapa
anehnya kata-kata ini bahkan para murid-murid Yesus tidak
mengerti. Namun yang terpenting adalah menanyakan "apa
tujuan Tuhan dalam mengatakan semua ini?". Ada apa di balik
kata-kata "sudah-belum"nya waktu kedatangan kerajaan Allah?
Apa yang sebenarnya ingin Tuhan sampaikan?
Dari awal kita sudah diberi sedikit gambaran tentang seperti apa
kerajaan Allah itu. Injil, sering membanding-bandingkannya
dengan pesta kebahagiaan, di mana pada akhirnya kita akan
18 Jurnal Guru-Guru Kristen 12.1
hidup dalam kebahagiaan. Gereja telah diberikan gambaran itu.
Jika saya pulang ke rumah dan mencium bau spageti, dan ia
dengan cepat mencicipinya. apakah saya sudah makan?
Jawabannya adalah ya dan tidak. Ya, saya telah mencobanya
sedikit, tetapi hal itu juga memberitahukan [ada saya bahwa
lebih dari itu. Kita adalah mereka yang telah merasakan
keselamatan dari kerajaan surga, bukan hanya menciumnya
tapi merasakan yang sesungguhnya.
Justru dengan mempunyai gambaran
tersebut, kita menjadi saksi kerajaan Allah.
Alasan mengapa kita diberikan gambaran
tentang akhir jaman adalah agar kita
menjadi saksi keselamatan itu. Biarlah
saya berikan ilustrasi lainnya. Anak-anak
Tuhan dalam cuplikan film kerajaan Allah.
Cuplikan film memberi gambaran tentang
cerita sebenarnya tentang film yang akan
datang, sehingga orang-orang pun mau
menontonnya. Kita, anak-anak Tuhan
adalah cuplikan dari kerajaan surga. Kita memberikan cuplikan
sekilas tentang keselamatan yang akan datang sehingga orang
dapat melihat dan menginginkannya. Itulah maksud menjadi
saksi. Kita pula, adalah tanda yang menunjukkan
kedatangannya di masa yang akan datang. Kita menjadi saksi
bagi kehadirannya dan perwujudannya. Di gereja saya,
kebanyakan saksi menjadi pembicara atas kesaksiannya, yang
sering kali dibumbui dengan sedikit nilai morak etik. Tetapi
memang, saksi kerajaan Surga yang kuat itu adalah kesaksian
yang dapat menghubungkan seluruh hidup seseorang dengan
apa yang dipercayainya, seperti nilai-nilai moral dan etik.
Mungkin sebelum menghubungkan kesaksian dan pendidikan,
sangatlah penting untuk mempertimbangkan dan mengatakan
satu hal lagi tentang keselamatan yang dijanjikan Tuhan, yang
gambarannya telah dapat kita rasakan. Namun sayangnya,
kepercayaan berhala yang berasal dari Plato agak merubah
nilai Alkitabiah dari kata “keselamatan”. Dalam Alkitab,
keselamatan dilihat sebagai pembangkitan atau pembaharuan
jiwa kita. Alkitab juga menceritakan tentang Yesus dalam tubuh
kebangkitannya, di bumi baru, hidup sepenuhnya dalam dunia
ciptaanNya, dengan pengampunan dosa. Penyelamatan
adalah pembaharuan baik dari ciptaan yang baik dan juga
kerusakan akibat dosa. Tetapi, keselamatan bagi banyak orang
di barat, keselamatan itu dianggap sebagai jaminan akan hidup
yang abadi di surga. Kepercayaan ini menganggap
keselamatan lebih sebagai pelarian dari kehidupan ini ke
kehidupan yang baru di Surga, daripada menganggapnya
sebagai pembaharuan hidup. Di bawah pengaruh dari filosofi
Yunani ini pun, kita sering menganggap penyelamatan sebagai
hal di masa yang akan datang, abadi, vertikal dan individu.
Dalam Alkitab, keselamatan yang kita dalami sangatlah luas,
seluas ciptaan Tuhan. Itu adalah masa sekarang dan masa
yang akan datang, kreasional, horizontal, dan sangatlah luas
dalam bidangnya. Keselamatan adalah pembaharuan lewat
pernikahan kita, pembaharuan keluarga kita, pembaharuan
politik, ekonomi, dan bahkan pendidikan. Saksi adalah
perwujudan dari keselamatan yang komprehensif.
Pesan yang kontemporer dari Gereja Reformasi Kristen yang
berjudul Dunia Kita Milik Tuhan mengatakan ini dengan sangat
indah:
Roh Kudus mendorong orang-orang Tuhan ke dalam misi di
seluruh dunia
Ia mengirim yang mnuda dan yang tua, laki-laki dan perempuan
Pergi ke tempat dekat dan jauh
Masuk ke dalam sains dan seni, media dan pasar
Dengan selalu membawa kabar baik dari kemurahanNya… (43)
Setelah para muridNya, kini Gereja-lah yang dikirim
Dengan kabar baik dari Kerajaan Allah
Ke dalam dunia yang asing dari Tuhan
Di mana terdapat jutaan wajah yang membingungkan
Misi ini adalah yang pusat dari kita semua…(44)
Pemerintahan Tuhan Yesus melingkup seluruh dunia
Mengikuti Tuhan adalah melayaniNya kemana dan dimanapun
kita berada,
Tanpa menyesuaikan diri, sebagai terang dalam kegelapan,
Sebagai garam dalam dunia yang penuh dengan kerusakan.
(45)
Saksi akan kerajaan Surga dan pendidikan
Kita dapat menganggap hubungan antara kesaksian dan
pendidikan sebagai pendidikan untuk saksi. Ada beberapa
saran yang baik mengenai tujuan pendidikan – ‘pendidikan
untuk’ pengikut yang responsif (Sronks dan Bomberg);
pendidikan untuk kebebasan (Fowler, van Brummelen, van
Dyk), pendidikan untuk tindakan pertanggungjawaban
(Wolterstroff); dan pendidikan untuk komitmen (Theissen).
Semuanya sangat penting dalam mengartikan beberapa aspek
dalam Alkitab. Saya berpendapat bahwa kata saksi adalah kata
yang tepat untuk masa postmodern ini. Tugas dari sekolah
Kristen adalah untuk mengajar murid-murid, meneruskan
wawasan dengan tujuan memperlengkapi mereka menjadi
saksi yang setia pada Injil Kerajaan Allah dalam sepanjang
hidup mereka.
Mengapa saya berbicara tentang saksi dan percaya bahwa itu
kata yang penting saat ini? Saya sendiri percaya dengan
pendapat Lesslie Newbigin ketika ia berkata bahwa gereja barat
kini adalah gabungan dari beberapa kepercayaan yang
berbeda. Sering kali kita mengajarkan anak anak kita bukan
untuk menantang segala kebudayaan yang kita cintai, tetapi
untuk mengakomodasi mereka agar cocok dengan itu.
Terkadang tujuan kita sebagai isntitusi pendidikan Kristen
adalah untuk menunjukkan diri kita sendiri dan memperoleh
penghargaan terhadap standard yang berlaku – bahkan ketika
standar-standar itu berasal dari kisah yang lain. Saya percaya
bahwa kita harus mengembangkan pola pikir seorang
misionaris. Jika misionaris pergi ke budaya lain, mereka tetap
berusaha keras untuk mengenal segala tantangan kepercayaan
religius mereka yang membentuk budaya itu secara
menyeluruh, termasuk bahasa, institusi sehingga mereka tidak
terpengaruhi olehnya. Saksi adalah, dapat dikatakan, bentrokan
antara kepercayaan yang paling dasar karena hal itu
menyangkut seluruh kehidupan. Pendidikan untuk pengikut
yang responsif, untuk kebebasan, untuk tindakan yang
bertanggung jawab, untuk komitmen adalah semua ungkapan
Alkitabiah. Tapi semua itu dapat disalahartikan dan dibaca jika
disesuaikan dalam hal pendidikan. Seorang misionaris tidak
dapt menyesuaikan diri dengan linkungannya, karena sebagai
misionaris pendidikan kita diharapkan dapat mengajarkan
kesaksian kepada anak-anak. Saksi yang setia, yang
dimengerti sepenuhnya, tidak akan menyesuaikan dirinya pada
budaya tempat kita tinggal. Saksi berarti sebuah pertemuan
antara kepercayaan kita dengan kepercayaan lainnya di dalam
seluruh kehidupan.
Pendidikan Kristen tidak akan membentuk siswa untuk
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, tetapi untuk
berdiri melawan kultur berhala. Bagaimana kita mendidik anak
anak kita supaya menjadi orang orang yang penuh harapan
melawan budaya kita yang penuh dengan keputusasaan dan
kejenuhan? Bagaimana kita mengajar mereka agar menjadi
orang-orang yang selalu membela kebenaran dan melawan
segala ketidakadilan dalam bidang ekonomi dan ekologi yang
merebut dunia kita? Bagaimana kita mengajar mereka untuk
berdiri dalam kebenaran dengan penuh percaya diri sementara
di lain pihak dengan rendah hati melawan pluralisme dan
relativisme di sekitar kita? Bagaimana kita mengajarkan mereka
untuk menyadari bahwa mereka perlu untuk hidup “memberi”
daripada menunjukkan kesombongan atas hal-hal yang kita
miliki sekarang ini? Bagaimana kita dapat membawa Injil untuk
berada pada tujuan pendidikan, kurikulum, pedagogi, evaluasi,
struktur, kelas, kepemimpinan, dan setiap disiplin sehingga kita
dapat mencapai semua ini?
Sampai sekarang sudah ada dua hal yang dapat
membahayakan posisi dari komunitas orang Kristen. Yang
pertama adalah godaan untuk ikut ke dalam budaya yang
menyembah berhala. Sedangkan yang kedua adalah
kesempatan untuk melarikan diri dari segala komitmen yang
kita telah buat. Keduanya tidak Alkitabiah. Kita dipanggil untuk
hidup dalam kebudayaan kita, berpartisipasi dengan kasih,
simpati, belas kasihan, dan adil dalam perkembangan budaya.
Namun, kita harus hidup dalam tanggungjawab pada terang Injil
terus menerus. Hali ini berarti sebuah perjumpaan. Dan Alkitab
sangat realistis mengenai hal ini. Kita tidak diharapkan akan
mencapai kemenangan akhir sampai Kristus datang. Tetapi
sebaliknya, kita mengharapkan penolakan, perlawanan,
bahkan penderitaan. Tugas kita bukan untuk membangun
kerajaan, tapi dengan setia menjadi saksi mengenai hal itu.
Seorang saksi yang setia dalam pendidikan akan menantang
segala model pendidikan public (humanis) yang berhala dan
berani melawan semua itu dengan kepercayaan tetap yang
sudah dimilikinya tentang Kristus dan kerajaan Tuhan. Yesus
berkata kepada para muridnya ketika mempersiapkan mereka
untuk melakukan misinya di dunia,” Jikalau dunia membenci
kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari
pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia
mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan
dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab
itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah
Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari
pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka
juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti
firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. (Yohanes
15:18-20)
Mungkin saya dapat menarik semua ini dalam kesimpulan
dengan memfokuskan pada saksi iman kita yang terpusat dan
tertinggi - salib Yesus Kristus. Di satu sisi, salib adalah ekspresi
tertinggi Tuhan akan kasihnya kepada dunia. Itu adalah sebuah
Jurnal Guru-Guru Kristen 12.1 19
 tindakan solidaritas dengan dosa dan kesengsaraan dunia. Itu
adalah sebuah identifikasi tindakan dengan penyembah berhala
yang Ia kasihi dan datang untuk menyelamatkan mereka. Di sisi
yang lain, salib adalah ekspresi tertinggi Tuhan akan
penghakiman atas dosa dan pemberhalaan dunia. Itu adalah
sebuah tindakan pemisahan dari dosa dan pemberhalaan yang
membentuk budaya. Itu adalah sebuah tindakan penolakan dan
oposisi yang menghancurkan ciptaan-Nya. Maka dari itu, hal ini
adalah sebuah tindakan akan solidaritas dan pemisahan,
identifikasi dan penolakan pada saat yang bersamaan. Orang-
orang percaya yang dipanggil untuk memikul salib dan
mengikut Yesus harus mempunyai pendirian yang sama seperti
ini: seorang saksi yang setia (termasuk dalam pendidikan) akan
melibatkan kedua sisi dari salib. Di satu sisi, kita hidup dalam
solidaritas dan identifikasi dengan orang-orang sejaman kami,
rekan pendidik kita yang sedang mencoba untuk menyebarkan
wawasannya kepada generasi berikutnya. Pendidikan adalah
suatu bagian yang baik dari pengembangan budaya. Di sisi
yang lain, kita berdiri menentang, menolak, dan memisahkan
diri kita sendiri dari dosa berhala yang membentuk institusi
pendidikan humanistik di jaman kita. Kesetiaan akan
membutuhkan kedua pendirian ini.
Kesetiaan di dalam pendidikan Kristen akan membutuhkan
kearifan dan kebijaksanaan. Apa itu penciptaan dalam sistem
pendidikan humanis barat yang dapat digabungkan ke dalam
pendidikan Kristen? Bagaimana wawasan-wawasan
penciptaan ini dapat dipisahkan dari pemujaan berhala yang
memutarbalikkannya? Kesetiaan juga akan membutuhkan
sebuah hidup penuh renungan yang sehat, berpusat pada
Firman Tuhan dan doa yang akan memampukan kita untuk
berakar di dalam Yesus Kristus.
Michael Goheen
Redeemer University College
Ancaster, Ontario, Canada
mgoheen@redeemer.on.ca
Mike adalah rekan profesor di departemen agama dan
teologi dari Redeemer College di Ontario Kanada. Ia
mengajar di bidang penelitian pandangan dunia, misi dan
dunia Kristen dan teologi Alkitab. Ia juga adalah duta
pengkhotbah di First Christian Reformed Church, Hamilton
dan tambahan asosiasi profesor di pandangan dunia dan
pendidikan di Trinity Western University.
Ia berpendidikan di Florida Atlantic University - BA;
Westminster Theological Seminary - MA; Institusi untuk
Penelitian Kristen, Toronto - PhD Penelitian; dan Utrecht
niversity -PhD. Mike menikah dengan Marnie dan mereka
mempunyai empat anak dalam batasan umur 16-22.
Ini
20 adalah
Jurnal Guru-Guru Kristen 12.1
sebuah
artikel
mendasar yang kita rekomendasikan untuk diskusi di
ruangan-ruangan staf anda. Kita telah tambahkan
beberapa saran untuk bacaan lebih lanjut yang
menguraikan tema-tema utama dari artikel ini dan
implikasi-implikasi untuk pendidikan Kristen: (editor
CTJ anda)
Pengenalan kepada ‘Pandangan Dunia’ dan drama
Alkitab secara umum
Brian Walsh. The Transforming Vision (bahan lama yang sangat bagus; masih
mendasar)
Albert Wolters. Creation Regained (pengembangan yang sangat baik tentang
cerita keselamatan)
Brian Walsh. Truth is Stranger Than it Used to Be (padat tetapi sangat
berwawasan)
Brian Walsh. Subversive Christianity (provokatif dan menantang)
Frank Gaebeien. The Pattern of God’s Truth
Sumber Daya untuk Pengembangan Kurikulum Kristen
Van Brummeien. Walking with God in the Classroom (wajib untuk semua guru-
guru baru)
Van Brummeien. Stepping stones in Curriculum (luas dan sangat baik)
Stronks & Blomberg. A Vision with a Task (sumber daya penting untuk
pendidikan Kristen)
Noel Weeks. The Christian School
Mark Roques. Curriculum unmasked
Ian Lambert and Suzanne Mitchell (tajuk rencana). Reclaiming the Future -
Australian Perspectives in Christian Schooling
Ian Lambert and Suzanne Mitchell (tajuk rencana). The Crumbling Walls of
Certainty - towards a critique of Christianity and Christian education
CCS. Primary Science Support Document
CCS. Primary Studies of Society and Environment Support Document
CCS. Primary English Support Document
CCS. Primary and Secondary Curriculum Materials CD
Sumber Daya untuk area subyek yang spesifik
Richard Wright. Biology Through the Eyes of Faith
Richard Chewning. Business Through the Eyes of Faith
Ronald Wells. History Through the Eyes of Faith
Ronald Wells. Literature Through the Eyes of Faith
Ronald Wells. Psychology Through the Eyes of Faith
David Fraser. Sociology Through the Eyes of Faith
Loren Wilkinson. Earthkeeping (sangat baik di ekologi, lingkungan, dan
penatalayanan)
Cameron Nun. Unreal Books for Real Kids (Personal Alkitab di sastra)
Mary Van Leeuwen. The Person in Psychology
Calvin Seerveld. A Christian Critique of Art and Literature
Calvin Seerveld. Rainbows for a Fallen World
Egbert Schuurman. Perspectives on Technology and Culture