Anda di halaman 1dari 7

Tugas Mata Kuliah Kitab Mazmur Dan Kebijaksanaan

MEMAKNAI PENDERITAAN DALAM KATEKESE PENGHARAPAN DILIHAT


DARI KITAB AYUB
Dosen: Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum.

Disusun oleh:
Stefanus Novian S (162902)

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Widya Yuwana
2019
MEMAKNAI PENDERITAAN DALAM KATEKESE PENGHARAPAN DILIHAT
DARI KITAB AYUB

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Penderitaan dalam kehidupan sehari-hari menjadi manusia yang berakal budi adalah
sebuah pengalaman yang manusiawi dalam kehidupan kita. Bagi setiap manusia yang berakal
budi dan masih menjalani kehidupan sebagai manusia tidak akan lepas dengan yang namanya
penderitaan. Penderitaan yang pada dasarnya sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia,
lalu apakah dengan demikian kita tidak akan lepas dari penderitaan?
Berbica mengenai penderitaan dan manusia, penderitaan yang manusiawi, tentunya
kita akan pula bertanya pada akhirnya siapakah manusia yang dimaksudkan disini. Dan dalam
kesadaran akan keutuhan jiwa raga manusia, penderitaan dalam kehidupan sehari-hari itu
akan menjadi penderitaan yang khas bagi manusia yang berakal budi, karena dengan
kesadaran akan siapa manusia, khususnya yang menderita, maka akhirnya manusia itu dapat
menerima realitas utuh manusia yang menderita bukan hanya mengenai aspek jasmaninya saja
namun juga bisa meliputi penderitaan jiwa raganya. Dari situ dalam manusia beriman
tentunya kita semua dapat menengok kembali kedalam sumber Kitab Suci. Oleh karena itu
melihat penederitaan maka seperti dalam Kitab Suci yang sesuai dengan penderitaan adalah
salah satunya Kitab Ayub. maka Banyak sekali pertanyaan mengenai penderitaan dalam
kehidupan sehari-hari. Melihat penderitaan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari
maka penulis melihat pandangan penderitaan dari Kitab Ayub itu senderi. Ayub yang dalam
kehidupannya sehari-hari banyak mengalami penderitan, tetapi Ayub sebagai orang beriman
tidak mudah lepas begitu saja, maka dari kisah Ayub ini muncul pertanyaan-pertanyaan
Pertama, bagaimana penderitaan dimaknai dalam Kitab Ayub? Kedua, bagaimana mengetahui
makna penderitaan dalam katekese pengharapan itu sendiri. Dan ketiga, bagaimana katekese
pengharapan diterapkan dalam konteks kehidupan kita? Oleh karena itu untuk menjawabi
permasalahan-permasalah yang ada, maka Kitab Ayub dijadikan sumber utama dalam tema
katekese pengahrapan ini, yang dimana katekese merupakan salah satu bentuk pewartaan Injil
yang diamanatkan Yesus Kristus. Katekese merupakan penyampaian ajaran Kristen, yang
pada umumnya diberikan secara sistematis agar para pendengar memasuki kepenuhan hidup,
oleh karena itu penulis ingin dari peristiwa kisah Ayub dapat menjadi motiasi atau ajaran bagi
kita dalam mengahrapkan suatu kenikmatan hidup yang tidak lepas dari yang namanya
penederitaan.
1. Katekese
Setiap umat Katolik yang sudah dibaptis memiliki tugas yaitu melaksanakan
pewartaan iman seperti yang diperintahkan Tuhan Yesus dalam lnjilnya Tuhan berfirman :
"Karena itu pergilah dan buatlah semua bangsa murid-Ku, baptislah mereka dalam nama ·
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ingat, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman".
Secara etimologis sendiri kata "katekese" berasal dari kata catechein (v) dan
catechesis (n). Kata catechein berasal dari dua kata, yakni cat (berarti: keluar, ke arah luas)
dan echo (berarti: gema/gaung). Jadi, secara etiomologis (makna profan), katekese adalah
suatu gema yang diperdengarkan/disampaikan ke arah luas/keluar. Sebagaimana gema dapat
terjadi jika ada suara yang penuh dengan keyakinan dan gema tidak pernah berhenti pada satu
arah, demikian juga katekese harus dilakukan/dijalankan dengan penuh keyakinan dan tidak
pernah berhenti pada satu arah. Dalam konteks ini katekese diartikan sebagai pengajaran,
pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang umat katolik semakin dewasa dalam iman,
jadi katekese biasanya diperuntukan bagi orang-orang yang sudah dibaptis di tengah umat
katolik. Namun pada prakteknya, terutama pada masa Gereja Purba, katekese dimengerti
sebagai pengajaran bagi para calon baptis ini merupakan arti sempit dari katekese. Sedangkan
Gereja masa kini menempatkan katekese untuk pengertian yang lebih luas. Selain itu juga
dalam Dokumen Gereja ada tiga dokumen yang dijadikan acuan dalam berkatekese, yaitu
Direktorium Kateketik Umum (1971), Evangelii Nuntiandi, dan Catechesi Tradendae.
a) Direktorium Kateketik Umum
Menurut Direktorium Kateketik Umum (1971), katekese merupakan salah satu bentuk
pelayanan sabda, yang bertujuan membuat iman umat hidup, dasar, dan aktif lewat
cara pengajaran(DKU 17) dan karya gerejani, yang menghantarkan kelompok maupun
perorangan kepada iman yang dewasa (DKU. 21). Katekese terpadu dengan karya-
karya pastoral Gereja yang lain, tetapi sifat khasnya, yakni sebagai inisiasi,
pendidikan, dan pembinaan, tetap dipertahankan (DKU 31). Isi katekese adalah wahyu
Allah, misteri Allah dan karya-karya-Nya yang menyelamatkan, yang terjadi dalam
sejarah umat manusia (DKU 37).

b) Evangelii Nuntiandi - Dokumen Evangelii Nuntiandi menegaskan bahwa Evangelisasi


adalah rahmat dan panggilan khas Gereja, merupakan jati dirinya yang paling dasar.
Gereja ada untuk mewartakan injil (EN 14). Bagi Gereja penginjilan berarti membawa
Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil mengubah
umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi manusia baru (EN 18). Injil harus
diwartakan melalui kesaksian hidup(EN. 21). Kabar Baik yang diwartakan dengan
kesaksian hidup cepat atau lambat haruslah diwartakan dengan Sabda Kehidupan. Dan
segi yang penting dari pewartaan Sabda Kehidupan adalah kotbah dan katekese.
c) Catechesi Tradendae - Sementara Dokumen Catechesi Tradendae menjelaskan bahwa
penyelenggaraan katekese oleh Gereja selalu dipandang sebagai salah satu tugas yang
amat penting, yang disadari oleh tugas perutusan dari Yesus sendiri kepada para
murid-Nya (CT 1). Katekese yang otentik seluruhnya berpusat pada Kristus (CT 5).
Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam
iman, yang khususnya mencakup penyampain ajaran Kristen, yang pada umumnya
diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud menghantar para pendengar
memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT 18).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dasar katekese adalah “penugasan Kristus kepada
para rasul dan pengganti-pengganti mereka” (Mat 28 : 19-20).

2. Katekese pengharapan
Katekese pengharapan adalah salah satu katekese atau salah satu alternatif katekese
untuk menyikapi realitas kehidupan, khusunya dalam hal ini adalah penederitaan yang sesuai
dengan kisah Ayub yang menderita dan tentu saja realitas hidup kita yang juga tidak lepa dari
yang namanya penederitaan dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu katekese
pengaharapan dirtikakn sebagai suatu proses pendidikan iman yang bersifat dialogis bagi dann
demi kebangkitan harapan umat beriman. Atau katekese pengahrapan adalah katekese yang
menekankan harapan sebagi aspek yang diprioritaskannya.
Dengan memperhatikan tekan pada harapan, maka ketekese ini membedakan dalam
hal tekanan dari ketekese yang lain. Atau dapat juga dikatakan katekese pengharapan lebih
memfokuskan diri pada pergulatan akan harapan bagi umat beriman, khusunya dalam
penderitaan.
Isi dari katekese pengharapan sendiri adalah bahan atau materi yang dibawakan dalam
suatu proses berkatekese ada dua aspek penting yaitu pengalaman konkret hidup umat atau
pengalaman kita sendiri dan pengalaman iman. Pengalaman konkret diupayakan menjadi
sumber refleksi atas realitas oleh umat dalam nantinya mereka mensharingkan pengalaman
kongkretnya. Pengalaman adalah realitas konkret karena bila didialogkan dengan pengalaman
iman, maka akan tercipta usaha konstektualisasi iman itu sendiri. Artinya pengalaman yang
nyata sebagai fakta, contohnya dalam hal ini adalah penderitaan yang menjadi objek refleksi
yang akhirnya direalisasikan dengan kesadarann akan Tuhan, sehingga imann yang abstrak
menjadi mudah untuk dipahami dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kitab Ayub
Kitab Ayub merupakan tergolong salah satu kitab hikmat dan syair dalam Perjanjian
Lama. Disebut kitab “hikmat” karena membahas secara mendalam soal-soal universal yang
penting dari umat manusia. Disebut juga kitab “syair” karena hampir seluruh kitab Ayub
berbentuk syair. Selain itu juga kitab Ayub juga merupakakn kita yang istimewa, karena
didalam kitab Ayub mengandungsuatu hikmat yang mendalam bagi kehidupan manusia. Dan
kitab Ayub merupakan kitab pertama dari lima kitab puisi di dalam Alkitab. Mungkin kitab
ini ditulis pada zaman Abraham, yaitu pada tahun 2100-1800 SM. Sama seperti orang-orang
lain pada zaman Abraham, Ayub hidup lebih dari seratus tahun (Ayb. 42:16), memiliki
banyak hewan dan budak (Ayb. 1:3), bertindak sebagai imam bagi keluarganya (Ayb. 1:5).
Ayub berasal dari kota Uz di Arabia Utara, serta hidup pada zaman penyerangan suku Syeba
(Ayb. 1:15) dan Kasdim (Ayb. 1:17). Selain itu juga kitab Ayub adalah kitab puisi yang
bercerita tentang penderitaan. Pelajaran dari kitab ini penting untuk kita pahami, agar kita
mengerti hikmat, rencana dan maksud Allah yang abadi.

4. Tujuan Ayub
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ayub, kita sebagai umat manusia mengerti
bahwa suatu penderitaan dapat membawa kemenangan dan pengenalan yang lebih dalam akan
Allah. Dan dalam kehidupan sehari-hari penederitaan dalam diri manusia dapat dimaknai
dengan iman yang tidak takut untuk menjalani kehidupan sebagai umat beriman ditengah
penderitaan yang ada.

5. Relevansinya Kitab Ayub Bagi Katekese Pengaharapan


Kitab Ayub merupakan kitab yang berisi mengenai penederitaan Ayub alah satunya
adalag ketika Ayub yang seorang yang kaya raya harus jatuh miskin karena cobaan yang
diberikan Tuhan, penderitaan yang diberikan Tuhan kepada Ayub melalui setan. Didalam
kitab Ayub yang berisi penderitaan tetapi dengan penderitaan yang hebat itu Ayub tidak
begitu saja meninggalkan Tuhan dengan mudah, dia tetap setia kepada Tuhan. Dari peristiwa
singkat mengenai Ayub dan katekese pengharapan dimana katekese pengaharapan memiliki
fungsi dan tujuan yaitu artinya katekese pengharapan mengenai harapan akan manusia
beriman yang setia dalam menjalankan penederitaan karena penederitaan adalah bagian dari
sifat manusia itu akhirnya terwujud katekese pengaharapan yang sesuai yaitu katekese
pengharapan ini. Dalam relevansinya Kitab Ayub yang berisi penederitaan dengan katekese
harapan ini, dimana umat dapat memaknai bahwa harapan kedepan dalam menjalani proses
kehdupan manusia sebagai umat Allah yaitu tidak terlepas dari yang namanya penderitaan.
Selain itu juga katekese pengharpan sabagai proses peyadaran akan kehidupan kita dibumi
tidak jauh berbeda dengan kehidupan pada zaman Tuhan Yesus.

6. Penutup
Kitab Ayub adalah kitab penderitaan, sebagaimana menjadi pandangan kebanyakan orang.
Dan Kitab Ayub merupakan salah satu dari kitab mengenai ajaran kekuataan dan penderitaan
dalam kehidupan. Sebagai hasil belajar dari kitab Ayub dalam rangka memaknai penderitaan,
dapat dirumuskan juga bahwa penederitaan bukanlah semata-mata karena dosa dan hukuman
atas dosa. Cara pandang demikian serupa dengan sikap dari sahabat Ayub terhadap
penderitaan Ayub, dan pandangan ortodoks akan hukum pembalasan. Dan diambil katekese
pengharapan sesuai yang dijelaskan bahwa diharapkan umat dapat mekmaknai kisah Ayub ini
dalam kehidupan sehari-hari yang tidak lepas dari yang namanya penederitaansebagai sifat
alamiah manusia yang berakal budi dan beriman, tetapi dengan penderitaan itu kita
diharapakan semakin dengan dengan Tuhan dan menjadikan kita semakin bertumbuh dalam
iman dan dapat menjalankan kehidupan dibumi menjadi manusia ya beriman dan berakal
budi. Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, A. W. 2018, Diktat Kuliah Hermeneutika Perjanjian Lama II (Kitab-kitab


Naynyian dan Kebijaksanaan), Madiun: STKIP Widya Yuwana
Dewantara, A. W. (2011). MEMPROMOSIKAN AMSAL DALAM KATEKESE
KELUARGA. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 6(3), 101-111.
https://www.lusius-sinurat.com/2012/11/pengertian-katekese.html
http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/id600.htm
https://injil.co/Ajaran_utama_kitab/Ayub

Anda mungkin juga menyukai