Anda di halaman 1dari 10

Implementasi Pengajaran Yesus Melalui Penginjilan Terhadap

Spiritualias Gereja Pada Masa Kini


Oleh :

Yuliana LepongS

Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja

yulianalepong123@gmail.com

Abstrack: This writing contanins about the teaching ot the Lord Jesus through evangelism as well
as what methods Jesus used when teching. There are several methods used by Jesus In his teaching,
namely: the questiong method, tehs story method (parable/illustration), the lecture method
(sermon), using objects or objects as props and also using the discussion method. These methods
were quite successful in the teaching of jesus, which is proven by the many people who worshiped
him so that he was called the great teacher. In this research, the writer wants to know the teaching
of Jesus through evangelism which can be applied ini the spirituality of the church today.

Keywords :evangelism, teaching, and spirituality

Abstrak: Penulisan ini berisikan tentang pengajaran Tuhan Yesus melalui penginjilan serta
metode-motede apa saja yang digunakan Yesus saat mengajar . Ada beberapa metode yang
digunakan Yesus dalam pengajaran-Nya yaitu:metode bertanya, metode cerita
(perumpamaan/ilustrasi), metode cerama (khotbah), menggunakan benda atau objek sebagai alat
peraga dan juga menggunakan metode diskusi. Metode-metode tersebut cukup berhasil dalam
pengajaran Yesus yang dibuktikan dengan banyaknya pengikut-Nya yang takjud terhadapnya
sehingga disebut sebagai guru Agung. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui pengajaran
Yesus melalui penginjil yang dapat diterapkan dalam spiritualitas gereja masa kini.

Kata kunci : penginjian, pengajaran, dan spiritualitas

Pendahuluan

Dalam pelayanan Tuhan Yesus ketika berada di dunia, Dia meninggalkan banyak teladan
yang seharusnya diikuti oleh setiap orang percaya. Salah satunya tentang pengajaran-pengajaran-
Nya. Dia disebut sebagai guru yang Agung. Sebagai guru Agung dia mengajar dengan penuh kuasa
yang ada pada-Nya. selain memiliki kuasa yang begitu hebat, Yesus juga dalam mengajar selalu
menggunakan beberapa metode untuk membangun kontak dengan pendengar-Nya. salah satu
bagian dalam kitab injil yang memperlihatkan bagaimana Yesus mengajar dengan menggunakan
metode adalah dalam Matius 7:24-29. Bagian ini merupakan akhir dari pengajaran Yesus dalam
khotbah dibukit.

Kemampuan Yesus dalam memberikan pengajaran membuat banyak orang takjud sehingga
orang banyak melihat-Nya sebagai sosok seorang yang begitu istimewa. Seringkali kita jumpai
dalam kitab Injil bagaimana Yesus menggugah kreatifitas orang lain dengan memperlengkapi
murid-murid-Nya dan pengikut-Nya dengan berbagai kebutuhan agar bertumbuh didalam Yesus
kristus. 1

Kasih kepada Allah menjadi motivasi, tujuan dan kreteria kasih orang Israel untuk Allah.
Kasih Allah itu didalam, tidak hanya tampak di luar. Spiritualitas Itu mengasihi Allah dan sesama.
Ketika seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus,”Guru, hukum manakah yang terutama dan bukan
Taurat?” jawab Yesus kepadanya: “kasihilah Tuhanmu, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri”(Matius 22:37-39). Spiritualitas itu adalah kehidupan saat ini dan sedang dijalani sekarang.
Alkitab berkata, “peda kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”
(Matius 22:40). Alkitab menyatakan keseluruhan sepuluh hukum dan keseluruhan Hukum Kasih.

Apa jadinya gereja dan orang percaya tanpa spiritualita? Akankah gereja hanya menjalani
kegiatan keagamaan yang bermuara pada kegiatan religious semata. Tulisan ini membahas tentang
implementasi pengajaran Tuhan Yesus melalui penginjilan terhadap spiritualitas gereja masa kini.
Implementasinya bagi kehidupan Kristen yang didalamnya menjelaskan tentang ajaran Yesus
kepada murid-murid-Nya dan pengikut-Nya melalui penginjilan yang dapat di terapkan dalam
kehidupan spiritualitas gereja masa kini. 2

Tujuan penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengajaran Tuhan Yesus melalui
penginjilan dan implementasinya dalam spiritualitas gereja masa kini.

Manfaat

Dengan adanya penulisan ini diharapkan pembaca dapat menemukan dan mengetahui
pengajaran Tuhan Yesus yang dapat diterapkan dalam kehidupan gereja masa kini.

Pembahasan

penginjilan

Penginjilan harus dilihat pada kabar baik yang disampaikan, karena kata yang berasal dari
istilah Yunani evanggeliso yang memiliki arti :”mengumumkan, memberitakan, atau membawa
kabar baik, memproklamasikan injil atau menjadi pembawa kabar baik didalam Yesus. Dalam
konteks aslinya “evanggeliso” merupakan istilah yang dipakai dalam kemiliteran Yunani. Kata ini
memilki arti “upaya yang diberikan kepada pembawa berita kemenangan dari medan tempur, dan
atau berita kemenangan itu sendiri.” Kemudian orang Kristen menggunakan kata “evanggeliso”
1
Marsi Bombongan Rantesalu,Hesti Arista Dara,” Penerapan Model Pembelajaran Yesus Dalam Matius 7:24-29
Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMPN 12 Kota Kupang,”92 Edulead 1 edisi 1 :2

2
Hengki Wijaya, Yoktafianus Harimisa,”Spiritualitas Kerajaan Allah: Khotbah Yesus Di Bukit dan
Implikasinya bagi Kehidupan Masa Kini,”(Desember 2015)
untuk menjelaskan “berita” tentang pengorbanan dan atau karya Yesus Kristus sebagai sebuah
kabar baik. Kata evanggeliso sinonim dengan kata kerysso. Kata ini pada mulanya adalah satu istilah
yang dipakai untuk seorang utusan resmi (utusan ini disebut kerux) yang menyampaikan
pengumuman dari raja

Kata ini dalam bahasa Yunani memiliki arti mengumumkan sebagai seorang bentara. Atau
memprolamasikan kabar baik. Pengumuman tersebut pada hakikatnya sangat pentng sehingga
tidak dapat dibantah atau ditundah. Perjanjian Lama menggunakan kata yang parallel dengan
kerysson yaitu qara artinya “berseru”. Dalam septuaginta (LXX) kata “kerysso” dipakai lebih dari 30
kali, baik dalam arti secular tentang pengumuman resmi raja –raja, maupun dalam arti agamawi
tentang pengucapan kenabian (Yes. 61:1; Yoel 1:14; Za. 9:9). Sedangkan dalam perjanjian Baru kata
“kerysso” dipakai sebanyak 60 kali. Selain itu dalam perjanjian Baru digunakan kata lain yang
berhubungan dengan penginjilan seperti kata “didasko” yang artinya mengajar, atau mengajarkan .
Tuhan Yesus sering menggunakan penginjilan dengan cara ini,contohnya penggunannya dicatat
dalam Matius 10:7-15; 4:23; 7:28; 9:35; Markus 1:21; 6:6; Lukas 10:4-12. Kata kedua ialah
“martureo” yang artinya bersaksi, atau menyampaikan kesaksian berdasarkan apa yang dialami.
Penginjilan dengan cara ini digunakan dan diteladini oleh para Rasul (kis. 2:40).

Penginjilan dapat dipahami sebagai :satu tugas untuk mengumumkan atau memberitakan
kabar baik, dan atau kabar keselamatan didalam Yesus Kristus. Tugas tersebut dilakukan dengan
cara menyerukannya seperti seorang utusan raja yang sedang mengumumkan satu dekrit, yaitu
dengan suara yang keras dan tegas, dan dapat juga dilakukan dengan mengajar seperti kepada
murid, dan dengan bersaksi berdasarkan apa yang dialami oleh pemberita injil tersebut.
Penginjilana adalah pemberitaan tentang karya Kristus yang sudah mati karena dosa manusia,
dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga (1 Kor. 15:3-4), serta menantang orang untuk
bertobat dari dosanya (kis. 26:18), menerima-Nya sebagai Tuhan dan juruselamat pribadi, sehingga
memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 20:30-31). Pemberitaan injil harus dilakukan oleh orang
percaya karena saksi kristus (kis. 1:8). Tuhan memerintahkan agar orang yang sudah diselamatkan
memberitakan injil (Mrk. 16:15-16). 3

Spiritualitas

Spiritualitas berasal dari bahasa Latin spiritus, yang berarti “nafas, kehidupan ,
Roh.”kemudian dalam Arti luas, spiritualitas berhubungan dengan seluruh kehidupan kita yang
didasarkan pada realitas tertinggi, yaitu di dalam roh, yang menyatu dengan dimensi keberadaan
Rohani yang melampaui aspek ragawi. Dengan demikian spiritualitas tidak tampak secara badaniah,
tetapi tidak terlihat yaitu didalam hati manusia.

Menurut Martin Luther (1483-1546) spiritualitas adalah membawa orang percaya kepada
Tuhan melalui firman Allah dan sakramen dalam liturgy ibadah sebagai bentuk penyembahan,
pujian dan ucapan syukur dalam berdoa. Liturgy telah menjadi formatif yang asli dalam meletakkan
istilah spiritualitas. Lain halnya dengan tokoh reformasi seperti Zwingli (1484-1531) dan John

3
Djuwansah Suhendro P. Stephanus, “Mengajar Penginjilan Sebagai Gaya Hidup Orang Percaya,” Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristiani 1, no 1,(Desember 2019): 2-4
Calvin (1509-1564) Zwingli menekankan dua elemen yang berhubungan dengan spiritualitas. Ia
menekankan pada Alkitab sebagai pusat spiritualitas.

Calvin menekankan pada kesatuan mistis orang percaya dengan kristus. Pembenaran dan
pengunduhan yang bertumbuh kea rah keserupan kristus. Menurut Calvin, gereja adalah konteks
utama pengembangan dan pertumbuhan dalam spirituaitas. Salah satu pernyataan Calvin yang
mengilustrasikan keyakinannya. “kita tidak dapat memilki Allah sebagai Bapa kita bila kita tidak
memilki Gereja sebagai ibu kita”

Pemahaman spiritualitas gerakan pentakosta dan karismatik dapat disimpulkan definisi


yang membantu dalam spiritualitas dalam konteks Kristen adalah dari ‘pengalaman hidup’ yang
menyatakan dimensi dasar manusia yaitu dimensi spiritual. Paulus berkata “jika kita hidup oleh
Roh, baiklah kita juga dalam Roh” (Galatia 5:25). Paulus dengan tegas memberikan penekanan
bahwa orang percaya adalah manusia yang dipimpin oleh Roh kudus, kebenaran Allahdan hidup
orang Kristen harus sesuai dengan kebenaran-Nya.

Spiritual yang dimaksud oleh para teolog adalah bertujuan untuk mengalami perjumpaan
denngan Tuhan (encounter with Lord) dengan berbagai cara dan pendekatan pemahaman teologis
dari masa ke masa hingga saat ini menunjukkan kekayaan Firman Tuhan yang dipahami dengan
berbeda oleh para teolog dengan maksud dan tujuan yang sama. 4

Pengajaran Yesus

Yang menjadi salah satu bahan pengajaran Yesus adalah segala sesuatu yang sudah pernah
Yesus lakukan sebelumnya itulah yang diajarkan dan diterapkannya berikuit ini adalah beberapa
cara bagaimana Yesus mengajar murid-murid-Nya atau pengikut-pengikut-Nya yang terdiri dari
latar belakang yang berbeda atau dari lapisan masyarakat yang majemuk.

Yesus mengajar melalui kehidupan yang nyata

Sebagai seorang guru, Yesus selalu mengajar dengan tidak mengenal lelah, Yesus terus
berjalan dan mengajar diberbagai tempat, keliling dari kota satu kekota lainnya. Tempat untuk
mengajar pun juga berpindah-pindah kadang dibukit, didanau, dan diperahu nelayan. Ketika Yesus
mengajar,Ia menjadikan diri-Nya sebagai teladan yang harus dilakukan oleh para murid-murid-Nya
maupun pengikut-Nya. beberapa teladan dari Yesus yang diajarkan misalnya: lemah lembut dan
rendah hati, dan cara berdoa yang benar. Dalam Matius 6:6, Yesus mengajarkan tentang doa yang
benar kepada murid-murid-Nya “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah kedalam kamarmu, tutuplah
pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada ditempat tersembunyi. Maka Bapamu yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu”.

Ayat ini menjelaskan bahwa betapa penting orang percaya membangun hubungan pribadi
dengan Allah Bapa tanpa harus orang lain mengatahuinya. Dalam membangun hubungan pribadi
dengan Allah harus memiliki tempat tersendiri dengan Allah. Ketika kita membahas teks dari
Matius 6:5-6 tentu tidak lepas dari konteks secara umum Matius 6:5-15 termasuk dalam khotbah
4
Hengki Wijaya, Yoktafianus Harimisa,”Spiritualitas Kerajaan Allah: Khotbah Yesus Di Bukit dan Implikasinya bagi
Kehidupan Masa Kini,”(Desember 2015)
Yesus ketika dibukit yang berisi nasihat-nasihat dan perintah-perintah (5-7). Namun yang menarik
dalam bagian ini adalah tidak hanya murid-murid-Nya yang saat itu tetap ada segerombolan orang
banyak yang datang dari galilee, Dekapilos, Yerusalem, Yudea dan dari seberang Yordan (4:25).
Serta murid-murid Yesus tentunya (5:1) artinya pengajaran Yesus tentang kehidupan yang nyata
sangat menarik untuk didengar dan dimengerti.

Tetapi yang lebih mengejutkan bahwa Yesus tidak hanya pintar mengajarkan tentang doa
kepada murid-murid-Nya, tetapi Yesus sendiri melakukan-Nya. Injil Markus memberitahukan
bahwa “pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap , Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ketempat yang
sunyi dan berdoa disana”(Mark. 1:35). Yesus sudah bangun di pagi masih gelap dan menyelinap
keluar kota sebelum orang lain bangun. Berdoa dipagi hari adalah sebagai bentuk penghormatan
kepada Allah yang memberi hidup dan berkat sekaligus sebagai pedoman hidup seseorang sebelum
melakukan segala sesuatu (Tafonao, 2018b). sebagai guru sebaiknya belajar dari keteladanan Yesus
sebagai guru yang tidak hanya pintar berteori tetapi dapat menerapkan dan melakukannya dalam
kehidupan sehari-hari. Harus diakui bahwa didalam Yesus sebagai guru memiliki ada beberapa
unsur yakni 1). Yesus mewujudkan kebenaranan dalam hidupnya. 2) Yesus berhasrat menolong. 3)
Yesus memahami sifat manusia.

Yesus selalu memulai mengajar dari cara berfikir murid-murid-Nya.

Dalam setiap memulai mengajar, Yesus lebih dahulu memahami cara berfikir orang yang
menjadi lawab bicara-Nya dalam hal ini adalah para murid dan pengikut-Nya. Lois E. Lebar
mengungkapkan bahwa Dia mengenal semua orang secara pribadi dan Dia mengetahui sifat
manusia pada umumnya (Yoh. 2:24-25). Dia mengajarkan kepada manusia kebenaran ‘sesuai
pengertian mereka’ (Mrk. 4:33). Setiap pengertian para murid dan pengikut-Nya selalu dijadikan
jembatan dan pintu masuk bagi pengajaran-Nya Alkitab menulis ketika Tomas meragukan Yesus, Ia
mulai mengajarnya dengan berangkat dari cara berfikir Tomas (Yoh. 20:29). Ketika Yesus mengajar
kepada perempuan samaria tentang Air kehidupan maka Yesus mulai dengan meminta air kepada
perempuan tersebut

Sebelum Yesus mengajarkan lebih jauh, Ia selalui memulai dengan cara berfikir atau cara
pandang para murid dan pengkut-Nya Yesus selalu menggunakan apa saja sebagai pintu masuk atau
jembatan untuk masuk dalam pengajaran-Nya sehingga hal itu dapat dipahami dan dimengerti oleh
pendengar-Nya dalam hal ini adalah para murid dan pengikut-Nya, Yesus tidak hanya menerangkan
dalam setiap pengajaran-Nya tetapi juga selalu bertanya untuk merangsang para murid dan
pengikut-Nya berfikir.5

Mengasihi Allah dan Sesama

Materi pengajaran Tuhan Yesus dilaksanakan untuk mengubah paradigma kalanga bangsa
Yuhudi yeng berfokus pada Hukum Taurat. Isi pengajaran Tuhan Yesus memberi tekanan kepada
unsur yang terpenting dalam seluruh kehidupan manusia yaitu kasih kepada Allah dan kasih
kepada sesama Matius 22:23-40, kita dapat melihat secara jelas bahwa inti bacaan tersebut adalah
5
Talizaro Tafonao,”Yesus Sebagai Guru Teladan dalam Masyarakat Berdasarkan Perspektif Injil Matius”,Available
online at:http://Journal.uinsgd.ac.id/index.php/kt khazanah Theologia 2, no 1:57-58
jawaban Yesus bahwa hukum terutama dalam hukum Taurat adalah mengasihi Tuhan dan
mengasihi sesama. Kaum farisi bertanya tetantang sesuatu yang dipandang itu sungguh sulit, yaitu
“guru, hukum, manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” (Mat. 22:36). Kemudian Tuhan Yesus
menjawab bahwa hukum yang terutama dan pertama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati,
jiwa dan akal budi (Mat. 22:37-38) dan hukum yang kedua adalah mengasihi sesama seperti
mengasihi diri sendiri.”(ay. 39).6

Beberapa kata kunci seperti kata “miskin dihadapan Allah, berdukacita, lapar dan haus akan
kebenaran, suci hatinya, dianiaya karena kebenaran” menunjukkan spiritualitas orang percaya
kepada kata Allah. Kata “miskin dihadapan Allah” yang dalam bahasa Yunani ptochoi to Pneumati,
yaitu kata sifat yang berarti miskin dalam Roh. Pada waktu Yesus menyebut “orang miskin” bukan
saja mempunyai arti orang yang tidak mempunyai apa-apa dibidang ekonomis, tetapi juga orang
yang miskin dibidang spiritual. Maka untuk menjadi “orang yang miskin dihadapan Allah,” orang
percaya harus mengakui kemiskinan spiritualnya, bahkan kebangkrutan kita dihadapan Allah.
Seperti yang tertulis oleh Calvin, “hanya dia yang menganggap dirinya tidak berarti sama sekali
dimata Tuhan, lalu semata-mata bergantung pada anugerah Tuhan, hanya orang seperti itulah yang
miskin dihadapan Tuhan.”

Kehidupan Kristen atau spiritualitas Kristen dalam perjanjian lama tercermin dalam
sepuluh hukum. Sepuluh hukum itu selanjutnya digenapi oleh Yesus kristus, dan disimpulkan dalam
Matius 22:37-40. Hukum yang terutama adalah hukum kasihi Tuhan Allahmu dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu, dan yang kedua ialah
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Hukum pertama hingga keempat adalah
hukum terutama (kel. 20:2-11) dan hukum kelima sehingga kesepuluh adalah hukum kasih
terhadap sesame (kel. 20:12-17). Intisari pengajaran kasih kepada Allah dan sesame juga dijumpai
dalam pengajaran Yesus atau khotbah Yesus di bukit.

Matius dan Lukas menerjemahkan kedalam bahasa Yunani apa yang dikutip oleh Yesus dari
Yesaya 61:1 dalam kitab suci Ibrani. Kata Ibrani menggabungkan kedua makna itu, “miskin secara
ekonomi” dan “rendah hati secara rohani”. Yesus menggenapi Yesaya 61:1-2, membawa kabar baik
kepada orang-orang miskin (Mat. 5:3-5; 11:5; Luk 4:16-21; 7:22). Yesus merangkul orang-orang
yang terbuang secara sosial dan religious, ucapan bahagia ini menunjuk kepada kabar baik bahwa
nubuat Yesaya tentang keadilan Allah sebagai pembebasan orang miskin, orenag tertindas, orang
rendah hati, orang yang membutuhkan, lemah dan rendah hati dihadapan Allah, yang peduli kepada
orang miskin dan orang yang rendah hati. Ayat ini mengingatkan orang percaya bahwa kasih yang
terutama adalah mengasihi Allah dan kasih Allah itu terpancar kepada orang lain.

Mengasihi sesama dalam ucapan bahagia di bukit menunjukkan sikap spiritualitas yang
harus dimilki setiap orang percaya didalam hatinya yaitu lemah lembut, kemurahan hati, membawa
damai dan menjadi garam dan terang dunia. Kemurahan hati bermuara dalam dua sikap yang saling
berbeda yaitu dalam mengasihi dan mengampuni. Mengasihi orang yang terlihat sakit, menderita
sengsara atau berdukacita tetapi juga mengampuni orang-orang yang berbuat salah kepada kita. 7

6
Dina Kristiani,” Implementasi Model Teaching Learning Tuhan Yesus Menurut Injil Matius Terhadap Guru-Guru
Pendidikan Agama Kristen Di Kota Surakarta”, Jurnal Pendidikan Agama Kristen 3, no 1 (Maret 2018):441
Metode yang digunakan Yesus dalam mengajar

Sebagai seorang guru, Yesus menggunakan banyak metode dalam mengajar. Ia tidak
monoton dengan menggunakan satu metode tetapi menggunakan berbagai metode untuk
menyampaikan pengajaran-Nya. metode-metode yang digunakan oleh Yesus antara lain:metode
bertanya, metode cerita (perumpamaan/ilustrasi), metode cerama (khotbah), menggunakan benda
atau objek sebagai alat peraga dan juga menggunakan metode diskusi. Dapat dikatakan bahwa
Yesus adalah guru yang kreatif, karena dalam setiap pengajaran-Nya Yesus menggunakan metode-
metode yang bervariasi, tergantung tujuan, bahan, situasi pendengar, serta lingkungan-Nya. 8

Metode pengajaran Yesus itu unik, sebab Ia tidak pernah mengajar didalam ruang, ruang
kelas, peserta didik dari pengajaran-Nya segala umur, segala status sosial, tidak dibatasi dengan
ruangan kelas, tetapi hasilnya dapat mengubah hidup semua orang yang mendengar-Nya. 9

Prinsip-prinsip pengajaran Tuhan Yesus yaitu:

a. Tuhan Yesus sangat memahami kemampuan setiap anak didik yang dihadapinya. Contoh
Matius 16:13-20. Perikop ini berbicara mengenai pertanyaan Tuhan Yesus kepada para
murid-Nya mengenai siapa diri-Nya.
b. Tuhan Yesus selalu melatih para murid-murid-Nya dan para pengikut-Nya dalam
pertumbuhan iman, contoh Yesus memberi makan lima ribu orang dalam Matius 14:13-21.
Perikop ini memaparkan tentang upaya Tuhan Yesus sebagai seorang guru Agung untuk
melatih para anak mrid-murid-Nya dan pengikut-Nya agar mereka memilki pertumbuhan
iman.
c. Tuhan Yesus melakukan pengelolaan suasana “kelas” dengan baik, sehingga murid-murid-
Nya dan pengikut-Nya tetap dapat mengikuti dari awal hingga akhir. Contoh: Matius 5:7
mengenai khotbah dibukit. Tuhan Yesus mengajar banyak orang diatas bukit (diluar
ruangan). Tuhan Yesus memilkik teknik mengajar yang sangat bagus, Ia naik keatas bukit,
lebih tinggi dari pada tempat duduk orang banyak itu, lalu Ia mengajar. Ia sedang
memperaktikkan strategi pengelolaan kelas yang sangat baik, sehingga suasana
pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar.
d. Dalam proses pembelajaran yang Tuhan Yesus lakukan, Ia sering menggunakan alat-alat
peraga untuk memperjelas materi pengajaran-Nya
e. Proses pembelajaran yang dilakukan Tuhan Yesus secara fleksibel, sehingga materi yang Ia
sampaikan disesuaikan kebutuhan murid-murid-Nya dan pengikut-Nya
f. Dalam melakukan proses pembelajaran, maka Ia juga memperhatikan kebutuhan jasmani
(kesehatan dan makanan yang dibutuhkan) murid-murid-Nya dan pengikut-Nya. Matius

7
Hengki Wijaya, Yoktafianus Harimisa,”Spiritualitas Kerajaan Allah:Khotbah Yesus di Bukit dan implementasinya
bagi Kehidupan Kristen,”(Desember 2015)

8
Imanuel Agung, Made Astika,”Penerapan Metode Mengajar Yesus Menurut Injil Sinoptik Dalam Pelaksanaan
Pendidikan Agama Kristen Di SMA Gamaliel Makassar,”Jurnal Jaffray (Oktober 2011):

9
Daniel Sutoyo,”Implementasi Metode Pengajaran Tuhan Yesus Dalam Injil-Injil,” Jurnal Teologi dan Pelayanan 1, no
1 (2011)
14:13-20 dan Matius 15:32-39 memberikan bukti kepada para pembaca bahwa Tuhan Yesus
juga sangat memperhatikan kebutuhan jasmani para murid-murid-Nya dan pengikut-Nya
g. Proses pembelajaran-Nya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia mengajar dalam
10
berbagai kesempatana dan dimanapun ia berada.

Implementasi spiritual gereja masa kini

McIntosh menggambarkan spiritualitas Kristen sebagai “aktivitas seseorang yang dipimpin


oleh roh kudus kedalam hubungan Kristus dengan Bapa-Nya”. kehidupan spiritualitas harus
dipahami sebagai kerinduan penuh dengan Roh kudus terus menerus melalui doa dan kehidupan
yang berserah kepada Tuhan. Kerinduan kita untuk mengenal Dia lebih dekat melalui perjumpaan
spiritual. Seperti yang tertulis dalam Surat Paulus, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia
dalam kematian-Nya”(Filipi 3:10), dan Paulus juga berkata, “sampai kita telah mencapai kesatuan
iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat
11
pertumbuhan yang sesuai denngan kepenuhan Kristus”(Efesus 4:13).

Melalui pengajaran-pengaran Tuhan yang telah diterapkan bagi murid-murid-Nya dan


pengikut-Nya menjadi suatu perenungan bagi tubuh kristus dalam hal ini pemimpin gereja, pekerja,
dan kaum awam yang berkumpul bersama untuk bertumbuh menuju kepenuhan kristus. Pertama,
apakah setiap kita memilki kerendahan hati untuk datang di hadapan Allah mengakui kemiskinan,
ketidak berdayaan kita melalui persekutuan Roh kudus-Nya ataukah kita hanya menjalankan
rutinitas agama semata? Kedua, apakah kita memilki keterbukaan hati untuk didikan dalam ajaran
Tuhan dan memilki karakter Kristus sebagai bukti bahwa kita adalah pewaris kerajaan-Nya? ketiga,
sudahkan kita mengamalkan kebenaran dan kasih Allah dengan menjadi berkat bagi sesama melalui
perbuatan dan tingkah sebagai wujud karakter Kristus dalam kehidupan Kekristenan kita?
Keempat, apakah kekristenan kita sudah berkenan dihadapan Tuhan dan berbeda dengan sesama
Kristen lainnya serta agama lain karena kita telah mengatahui pengajaran Yesus yang hendaknya
kita terapkan dalam kehidupan kita.

Spiritualitas orang percaya yang menerapkan pengajaran Tuhan Yesus dalam dirinya dan
menjadikan Tuhan sebagai teladan baginya adalah kesaksian bagi dunia dan menjadi perbedaan
dengan sesamanya karena mereka telah menjadi garam dan terang dunia sebagaimana yang Yesus
ajarkan dibukit (Mat. 5:3-12).

Kesimpulan

Dari kajian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuhan Yesus mengajar melalui penginjilan dimana
dalam setaip pengajaran-Nya ia memulai mengajar dengan mengambil suatu pembelajaran atau
materi dari kehidupan nyata, dan tentunya dalam pengajaran yang ia terapkan kepada murid-

10
Dina Kristiani,”Implementasi Model Teaching Learning Tuhan Yesus Menurut Injil Matius Terhadap Guru-Guru
Pendidikan Agama Kristen Di Kota Surakarta,”Jurnal Pendidikan Agama Kristen 3. No 1 (Maret 2018): 442-443

11
Hengki Wijaya,”Tinjauan Biblika Tentang Etika Kerajaan Allah Berdasarkan Injil Matius 5:3-12 Dan
Implementasinya Bagi spiritualitas Gereja Masa Kini”,Projeck Ilmu pendidikan (May 2018),12
murid-Nya Ia menggunakan beberapa metode pengajaran sehingga para murid-murid-Nya dan
pengikut-Nya tidak merasa bosan dan mudah memahami setiap pengajaran yang di ajarakan Tuhan.

Melalui pengajaran-pengajaran Tuhan yang telah diterapkan bagi murid-murid-Nya dan


pengikut-Nya menjadi suatu perenungan bagi tubuh kristus dalam hal ini pemimpin gereja, pekerja,
dan kaum awam yang berkumpul bersama untuk bertumbuh menuju kepenuhan kristus. Pertama,
apakah setiap kita memilki kerendahan hati untuk datang di hadapan Allah mengakui kemiskinan,
ketidak berdayaan kita melalui persekutuan Roh kudus-Nya ataukah kita hanya menjalankan
rutinitas agama semata? Kedua, apakah kita memilki keterbukaan hati untuk didikan dalam ajaran
Tuhan dan memilki karakter Kristus sebagai bukti bahwa kita adalah pewaris kerajaan-Nya? ketiga,
sudahkan kita mengamalkan kebenaran dan kasih Allah dengan menjadi berkat bagi sesama melalui
perbuatan dan tingkah sebagai wujud karakter Kristus dalam kehidupan Kekristenan kita?
Keempat, apakah kekristenan kita sudah berkenan dihadapan Tuhan dan berbeda dengan sesama
Kristen lainnya serta agama lain karena kita telah mengatahui pengajaran Yesus yang hendaknya
kita terapkan dalam kehidupan kita.

Saran

Dalam menyusun penulisan ini, penulis jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu diperlukan
kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki dan melengkapi karya penulisan ini.

Referensi

Agung Imanuel, Made Astika,”Penerapan Metode Mengajar Yesus Menurut Injil Sinoptik Dalam
Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen Di SMA Gamaliel Makassar,”Jurnal Jaffray
(Oktober 2011):

Bombongan Rantesalu Marsi,Hesti Arista Dara,” Penerapan Model Pembelajaran Yesus Dalam
Matius 7:24-29 Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMPN 12 Kota Kupang,”92 Edulead 1
edisi 1 :2

Eko Setiawan David.”Dampak Injil Bagi Transformasi Spiritual Dan Sosial”.Jurnal Teologi Dan
Pendidikan Kontekstual 2, no 1(Juli 2019):83-93.

Kristiani Dina,”Implementasi Model Teaching Learning Tuhan Yesus Menurut Injil Matius Terhadap
Guru-Guru Pendidikan Agama Kristen Di Kota Surakarta,”Jurnal Pendidikan Agama
Kristen 3. No 1 (Maret 2018): 442- 443

Panuntun Daniel Fajar, Jimmi Pindan Pute, Lisdayanti Anita Mangalik.”model Dialog Imajiner Etas-
Etas Untuk Mengkomunikasikan Kristus Kepada Masyarakat Tengger”.VSIO DEL:Jurnal
Teologi Kristen 2, no.1 (Juni 2020):85.

Sutoyo Daniel,”Implementasi Metode Pengajaran Tuhan Yesus Dalam Injil-Injil,” Jurnal Teologi dan
Pelayanan 1, no 1 (2011)
Tafonao Talizaro,”Yesus Sebagai Guru Teladan dalam Masyarakat Berdasarkan Perspektif Injil
Matius”,Available online at:http://Journal.uinsgd.ac.id/index.php/kt khazanah
Theologia 2, no 1:57-58

Wijaya Hengki, Yoktafianus Harimisa,”Spiritualitas Kerajaan Allah: Khotbah Yesus Di Bukit dan
Implikasinya bagi Kehidupan Masa Kini,”(Desember 2015)

Wijaya Hengki,”Tinjauan Biblika Tentang Etika Kerajaan Allah Berdasarkan Injil Matius 5:3-12 Dan
Implementasinya Bagi spiritualitas Gereja Masa Kini”,Projeck Ilmu pendidikan (May
2018),12

Anda mungkin juga menyukai