Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani

Sekolah Tinggi Teologi Kasih Allah Indonesia


Volume 1 Nomor 1 (Juli 2021) (Hal. 40-51)
http://e-journal.sttkai.ac.id/index.php/xairete/index

Tinjauan Biblika Terhadap Pandangan Gereja Tentang Esensi Kristus


Yesus Sebagai Anak Allah dan Juruselamat

1Oktapianus Parintak, 2Anton Saragih


1,2
Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia
1
oktavzuri@gmail.com, 2surrendyanton@gmail.com

Abstract:
The Church stands because its main initiative is Jesus Christ. Church attendance in the middle
of the world to be an agent in continuing the mission of preaching the Great Commission as Christ
had done. The Church as an extension of God's hand on the face of the earth is required to voice
Christ-centered truths. Therefore, the church must not forget the main essence in the narrative of
Christ is the Divinity of Jesus as the God incarnate in human form. This paper uses a descriptive
qualitative method with a literature study approach. The results of this article are at the forefront of
bringing in people who do not believe in Christ, and emphasize Jesus as the Son of God in His
divinity. The Church emphasizes Jesus as the Son of God as part of the emphasis that scripture has
written. With the church emphasizing the Alahan of Jesus Christ, he has performed his role as a
representative of God on earth.

Keywords: Jesus Christ, God, Church.

Abstrak:
Gereja berdiri karena prakarsa utamanya adalah Yesus Kristus. Kehadiran gereja di tengah
dunia ini untuk menjadi agen dalam melanjutkan misi pemberitaan Amanat Agung sebagaimana
yang telah diperbuat oleh Kristus. Gereja sebaga perpanjangan tangan Tuhan di muka bumi dituntut
untuk menyuarakan kebenaran yang berpusat kepada Kristus. Oleh sebab itu, gereja tidak boleh
melupakan esensi utama dalam pemebritaan tentang Kristus adalah Keilahian Yesus sebagai Allah
yang berinkarnasi dalam wujud manusia. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriftif
dengan pendekatan studi kepustakaan. Hasil uraian pada artikel ini gereja terdepan dalam membawa
orang-orang yang belum percaya kepada Kristus, serta menekankan Yesus sebagai Anak Allah dalam
keilahian-Nya. Gereja menekankan Yesus sebagai Anak Allah sebagai bagian dari penekanan yang
telah dituliskan oleh Kitab Suci. Dengan gereja menekankan Ke-Alahan Yesus Kristus, ia telah
menjalankan perannya sebagai wakil Allah di bumi.

Kata kunci: Yesus Kristus, Allah, Gereja

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 40


XAIRETE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani (Volume 1 Nomor 1 (Juli 2021)

Pendahuluan
Berdirinya Gereja dimuka bumi ini adalah karena upaya Allah dengan landasan kuat
yaitu dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal (Yoh. 3:16-17), dan ini ditegaskan kembali
oleh Yesus Kristus Anak Allah dengan kuat: “di atas batu karang ini Aku akan mendirikan
Jemaat-Ku,” (Mat 16:16-19). Dalam hal ini penulis menguatkan kembali bahwa gereja harus
memandang tajam bagaimana terjadinya gereja pada mulanya sehingga fondasi awal yakni
batu pertama. Gereja adalah Yesus Kristus yang menjadi Iman dan juruselamat bagi mereka.
Untuk itulah penulis meninjau tajam Alkitab supaya pandangan Gereja hanya berfokus
kepada Yesus Kristus Anak Tunggal Allah.1
Pandangan gereja adalah tolok-ukur atau nadi orang percaya yang menentukan
keberlangsungan hidup di dunia ini sampai kesudahan yang harus berjalan dalam arah hidup
secara benar (Yoh 14:6). Walaupun di dunia ini banyak pengetahuan alam yang dapat
memberikan ilmiah membuat keberlangsungan baik secara jasmani namun itu tidaklah dapat
dijadikan menjadi tolok-ukur pandangan hidup sebagai orang percaya yang gerejani.2
Dengan demikian pandangan gereja harus tepat terhadap apa yang dipandang Alkitab supaya
orang percaya secara konprehensif dapat melihat dan mengalami apa yang telah dikerjakan
oleh Allah yakni mendirikan Gereja-Nya dengan kuat yang tidak dapat dirubuhkan oleh alam
maut, dengan jalan percaya Anak Tunggal-Nya sebagai “Kristus” yakni: ‘Christos’ yang
diurapi atau diutus menjadi Juruselamat. Demikian hakikat pandangan ini sangat kuat dan
esensial menentukan arah gereja. Sampai pada kedatangan Yesus Kristus kedua kali,
sehingga tidak ada kesalah-pahaman persepsi maupun dasar antara Alkitab dan orang
percaya. Untuk itulah menjadikan “pandangan teologi” sebagai yang mewakili gereja yang
harus menyematkan Biblika secara mutlak menjadi tolak-ukur bagi orang percaya.3
Esensi Kristus Yesus sebagai “Anak Allah dan Mesias” bukanlah landasan dan teori
manusia, melainkan Alkitab mencatat “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup” (Yoh 14:6)
merupakan tolok ukur dan kepala Gereja (Ef. 1:22-23). Yesuslah Kepala Gereja yang
memberikan nyawa dan roh gereja sehingga dapat berkelangsungan dengan baik. Gereja
harus meresapi dan meminum serta memakan apa yang telah dipercayainya (Yoh. 6:53-57).
Eksistensi Gereja bukanlah gagasan atau suatu manifestasi sikap yang dogmatis saja dan
bukan organisasi dunia melainkan yang realistis, yang keluar dari pernyataan Allah atau
rencana Allah jauh sebelum dunia ada (Mat 16:16-19).4 Representasi gereja tidak dapat
dinilai hanya dengan pembaharuan sifat atau “character building” dan hidup dalam
komunitas atau organisasi saja, tetapi itu akan lahir bersamaan sesuai dengan apa yang
diterima atau dipahami gereja seiring dengan pertumbuhan rohaninya. Orang percaya harus
benar-benar korelatif dengan Tinjauan Alkitab yakni serupa dengan maksud dari Kepala
Gereja “Yesus Kristus.” Hal inilah yang dirindukan oleh Allah, baik Bapa-bapa Gereja
maupun para pendahulu.

1
Paul Enns, The Moody Hanbook Of Theology (Malang: SAAT, 2010).
2
J Wesley Brill, Dasar Yang Teguh (Kalam Hidup, 1999).
3
Charles C Ryrie, “Teologi Dasar Jilid II,” Yogyakarta: Yayasan Andi, 1992.
4
Steven Tommy Dalekes Umboh, “Argumentasi Teologis Tentang Ineransi Alkitab,” DUNAMOS:
Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 2, no. 1 (2021).

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 41


Parintak, Saragih, Tinjauan Biblika Terhadap Pandangan Gereja Tentang…..

Berdasarkan pemaparan pemaparan di atas, maka topik ini perlu diuraikan mengenai
tinjauan gereja terhadap esensi Yesus Kristus sebagai anak Allah. Topik ini perlu ditulis
sebagai refleksi bagi orang percaya untuk tidak melupakan keilahian Yesus Kristus. Tujuan
topik ini ditulis sebagai pengingat kepada orang Kristen, bahwa esensi utama dari Yesus
Kristus adalah masih sama sebagaimana pandangan gereja mengenai keabslotan-Nya
sebagai yang Ilahi.

Metode Penelitian
Tulisan ini menggunakan metode penelitian literatur atau metode studi teks/pustaka.5
Penggunakan studi literarur erat kaitannya denagn sumber atau naskah-naskah yang
memiliki korelasi dengan judul seperti buku tafsiran-tafsiran, buku konkordansi atau kamus
Alkitab lainnya serta buku-buku yang berhubungan dengan gereja dan praktik hidup orang
percaya yang disusun ekspositoris untuk mencapai tujuan penulisan yang sesuai dengan
Alkitab. Metode ini menyelidiki makna kata dan penggunaannya yang dihubungkan dengan
konteks pandangan gereja tentang esensi Kristus Yesus yang substansial sebagai Juruselamat
dan Anak Allah.

Hasil Dan Pembahasan


Defenisi Gereja
Kata "Gereja" merupakan kata ambilan dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari
bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek = keluar; klesia dari
kata kaleo = memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia. 'umat', atau
lebih tepat, 'persekutuan' orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang
Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung. Gereja (untuk arti yang
pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta,
yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada
Yesus Kristus. 6Ekklesia berbicara dalam arti benang merah sejak awal bagaimana dia
disebut sebagai jemaat atau umat. Jadi dalam konteks ini belum menjadi suatu organisasi
ataupun persekutuan tapi bagaimana orang percaya disebut gereja, karena dipanggil dari luar
dan dikumpulkan, sehingga memisahkan diri dari dunia demikian percaya dan masuk dalam
persekutuan dengan Yesus Kristus. Esensi dari gereja ini diabstraksi dari eksistensi relasi
antara orang percaya itu sendiri terhadap Allah maka disebut sebagai Gereja.7
Dalam konteks ini kata ekklesia’ disebutkan Yesus karena adanya pengakuan Petrus
terhadap siapa Yesus secara hakiki, sehingga Yesus mengakui dan menyebut “jemaat”,
Petruslah yang mewakili orang percaya diatas pengakuan dan pengenalan tentang siapa
Yesus, dan itulah yang menjadi landasan kuat seperti batu karang dan berdirinya jemaat
sebagaimana yang diakui Tuhan Yesus, dari ayat ini lebih lanjut Ki Dong Kim menekankan
maksud Gereja lebih kuat dan dalam lagi bahwa jemaat yang dipanggil dari luar atau dari
dunia itu terkumpul tidak dapat eksis tanpa Yesus Kristus. Ini ditegaskan Yesus kembali

5
Burhan Bungin, “Metodologi Penelitian Kualitatif,” 2001.
6
Paul P Enns, The Moody Handbook of Theology (Moody Publishers, 2008).
7
Henry C Thiessen, Teologi Sistimatika, ed. Vernon D Doerksen, 8th ed. (Malang: Gandum Mas, 2010).

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 42


XAIRETE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani (Volume 1 Nomor 1 (Juli 2021)

ketika Dia berkata dalam perumpamaan; Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-
rantingnya, diluar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa, Yohanes 15:5 dalam pernyataan
terdeskripsi suatu eksistensi hubungan yang kuat antara pohon dan ranting satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, karena bila dipisahkan yang ada hanya kematian, tidak ada
hidup. Tuhan Yesus mengatakan kepada kita bahwa Dia batang anggur dan kita cabang-
cabangnya. “orang yang tidak tetap bersama dengan Aku akan dibuang seperti cabang lalu
menjadi kering. Cabang cabang yang seperti itu akan dikumpulkan dan dibuang ke dalam
api, lalu dibakar” Yohanes 15:6.8

Gereja adalah Eksistensi Kerajaan Allah di Bumi


Kerajaan Allah dimaksud diatas ini adalah kerajaan surga yang telah ditetapkan Allah
untuk Anak-Nya Yesus Kristus. Dalam kerajaan identik yang menjadi perhatian mutlak
adalah wibawa dan otoritas-Nya.9 Dalam satu kerajaan dapat dilihat kuasa dan kemampuan
dari raja dengan menggunakan wibawa dan otoritasnya. Kolose 1:15-16 Ia adalah gambar
Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di
dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang
kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah,
maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Yesus Kristus adalah
Pewaris kerajaan Allah atau kerajaan surga yang telah ditetapkan daripada-mulanya baik
yang ada di bumi, singgasana, kerajaan, pemerintah maupun penguasa, semuanya itu
diciptakan untuk Yesus serta mewarisi dan menjadi Raja atas segalanya.10
Dengan demikian Kerajaan Sorga adalah ditangan Yesus Kristus, pemilik kerajaan
sorga adalah Yesus Kristus. Lebih lanjut dalam Ibrani 1:2 maka pada zaman akhir ini Ia
telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai
yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.
Alasan Allah menciptakan segalanya dan alam semesta, baik singgasana, kerajaan di Sorga
maupun di bumi adalah untuk Yesus Kristus. Yesuslah inti dari segala karya dan ciptaan
Allah untuk diwariskan bagi-Nya. 11 Dengan kata lain, kerajaan Surga adalah di dalam
tangan Yesus, Yesuslah pemilik Kerajaan surga yang datang ke dunia.

Yesus Kristus Sebagai Anak Allah


Dalam Yunani anak itu: υἱός transliterasinya “uihos” dalam Yohanes 16:16,
menyatakan “uihos theos” Anak Allah, dalam hal ini Anak Allah bukan sebagai kiasan,
imaginasi, gagasan, atau suatu dogma yang sepertinya dapat berubah-ubah. Tetapi Anak
Allah didoktrinasi sebagaimana adanya atau hakikatnya. Dalam buku The Son of God –

8
Florence Littauer and Marita Littauer, “Pohon Kepribadian Anda,” Jakarta: Binarupa Aksara, 1997,
389.
9
Simon Simon, “Peran Roh Kudus Bagi Hamba Tuhan Dalam Merintis Gereja,” LOGIA: Jurnal
Teologi Pentakosta 1, no. 2 (2020): 41–64.
10
Nur Budi Santosa, “KONSEP KERAJAAN ALLAH MENURUT YESUS,” Jurnal Antusias 2, no. 3
(2013): 133–44.
11
Robi Panggarra, “Kerajaan Allah Menurut Injil-Injil Sinoptik,” Jurnal Jaffray 11, no. 1 (2013): 109–
28.

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 43


Parintak, Saragih, Tinjauan Biblika Terhadap Pandangan Gereja Tentang…..

Three Views of The Identity of Jesus, Charles, Danny dan Dustin membedah dan
memisahkan dan mengasumsikan Kristus dan Anak Allah sinonim namun lebih lanjut dapat
dipisahkan lebih spesifik dari unsur hakikinya. Tapi dalam bab ini intinya mereka
menyatakan Yesus Anak Allah dan Mesias. Distinction Between “Messiah” and “Son of
God” Te “Son of God” title cannot be reduced to “Son of David” or “Messiah” because it
is used to explain what kind of Messiah He is. Te phrase “the Christ, the Son of God” occurs
six times in the Gospels (Matt 16:16; 26:63; Mark 1:1; 14:61; John 11:27; 20:31). Te way
the two titles, “the Christ”and “the Son of God,” are juxtaposed can be interpreted in
different ways. It might mean that the two titles are synonyms. But another way of inter-
preting the juxtaposition is to take the second title as adding precision and definition to the
first title. “Te second title, ‘the Son of God,’ far from being a synonym for ‘the Messiah,’
indicates what sort of messianic expectation is in view: not the Messiah-Son-of-David, nor
the Messiah as the son of any other human being, but rather the Messiah-Son-of-God.12
Charles, Danny dan Dustin menguraikan perbedaan Antara "Mesias" dan "Anak
Allah", Hakikatnya sebagai "Anak Allah" tidak dapat direduksi menjadi "Anak Daud" atau
"Mesias" karena digunakan untuk menjelaskan Mesias macam apa Dia. Ungkapan "Kristus,
Anak Allah" muncul enam kali dalam Injil (Mat 16:16; 26:63; Markus 1: 1; 14:61; Yohanes
11:27; 20:31). Dua gelar ini, "Kristus" dan "Anak Allah," disandingkan tetapi dapat
ditafsirkan dengan cara yang berbeda. Ini mungkin berarti bahwa kedua judul tersebut adalah
sinonim. Tetapi cara lain untuk menafsirkan penjajaran adalah dengan mengambil judul
kedua sebagai menambahkan ketepatan dan definisi untuk judul pertama. “sebutan kedua,
'Anak Allah,' jauh dari sinonim untuk 'Mesias,' menunjukkan seperti apa harapan mesianis
dalam pandangan: bukan Mesias-Anak-Daud, atau Mesias sebagai putra segala manusia lain,
melainkan Mesias-Anak-Allah. Buku ini menegaskan bahwa “Mesias” adalah ungkapan
sebagai “Kristus” “Christos”: diurapi, diutus, supaya menjadi Raja dan Juruselamat.13
Seseorang diurapi adalah untuk diutus untuk mengemban tugas, demikian para hamba
Tuhan diurapi atau ditahbis untuk melakukan pekerjaan atau pelayanan kudus. Dengan kata
lain “Kristus: menyangkut tugas yakni: menyelamatkan, menebus demikian Dia menjadi
Juruselamat kita atau “Kristus”. Sedangkan “Anak Allah” adalah menyangkut hakikat,
unsur, keberadaan, walaupun Yesus belum datang ke dunia, Dia adalah setara dengan Allah,
Fil 2:6, Dia adalah Firman dari pada mulanya (Yoh 1:1). Tetapi ketika Firman keluar dari
pangkuan Bapa (Yoh 1:18), Dia menyatakan Allah, dan ketika Firman Keluar dari pangkuan
Bapa menjadi manusia (Yoh 1:14), Dia menjadi Anak Tunggal Bapa penuh kemuliaan.
Demikian hakikat sebagai Anak berbeda dengan Mesias atau Kristus. Lebih lanjut dalam
buku David K. Bernard ini memberi survei dalam sejarah doktrin Kristen dari A.D. 1900
hingga 2000. Secara umum mengikuti dan menguraikan urutan kronologis dan
mengidentifikasi peristiwa paling signifikan di dalam sejarah gereja, Dalam bab “Trinitarian
Pentecostal Organizations” David K. Bernard menegaskan dalam Tritunggal Allah

12
Charles Lee Irons, Danny André Dixon, and Dustin R Smith, The Son of God: Three Views of the
Identity of Jesus (Wipf and Stock Publishers, 2015), 6–7.
13
Heri Susanto, “Yesus Sebagai Anak Allah Menurut Injil Matius Dan Implementasinya Dalam
Berapologetika,” LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta 1, no. 1 (2019): 78–95.

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 44


XAIRETE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani (Volume 1 Nomor 1 (Juli 2021)

menyingkap kronologistik bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, ketiga pribadi ini tidak
dapat dipisahkan melainkan satu kesatuan yang nyata dan fakta jadi adalah pelanggaran
besar bagi David bila kita memisahkan secara gelar sekalipun bagi “Anak” karena
merupakan satu kesatuan dan dan hal Anak itu adalah fakta dari Bapa.14

Tinjauan Teologis Terhadap Pandangan Gereja


Pada umumnya orang Kristen menganggap Yesus sebagai Kristus, Mesias yang telah
lama dinantikan, serta satusatunya Anak Allah. Kalimat pembuka dalam Injil Markus (1:1),
"Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah", menyatakan dua atribut-Nya
sebagai Kristus dan sebagai Anak Allah. Keilahian-Nya ditegaskan kembali dalam Markus
1:11, Dalam Surat-surat Paulus, kata "Kristus" terkait erat dengan Yesus yang tampaknya
bagi jemaat Kristen awal tidak diragukan lagi bahwa Yesus adalah Kristus, sebab hal itu
dianggap diterima secara luas di antara mereka.15 Rasul Paulus menggunakan kata "Kristus"
tanpa keraguan akan siapa yang dimaksud, misalnya pada 1 Korintus 4:15 dan Roma 12:5
ia menggunakan ungkapan "di dalam Kristus" untuk merujuk pada para pengikut Yesus.
Dalam kitab Perjanjian Baru, sebutan "Anak Allah" digunakan pada banyak kesempatan.
Hal ini sering digunakan untuk merujuk pada keilahian-Nya, sejak peristiwa "Kabar
Gembira" (dari malaikat Gabriel kepada Maria) sampai pada Penyaliban Yesus.
Pernyataan bahwa Yesus adalah Anak Allah dibuat oleh banyak orang dalam
Perjanjian Baru, dan dalam dua kesempatan berbeda oleh Allah Bapa sebagai satu suara dari
Surga, serta ditegaskan juga oleh Yesus sendiri. Dalam Kristologi, konsep bahwa Kristus
adalah "Firman" (bahasa Yunani: λόγος, Logos) berperan penting dalam penetapan doktrin
akan keilahian Kristus dan posisi-Nya sebagai Allah Putera dalam Tritunggal sebagaimana
tercantum dalam Pengakuan Iman Khalsedon. Hal ini berasal dari pembukaan Injil Yohanes:
"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah." Doktrin pra-eksistensi Kristus merujuk pada keberadaan Kristus sebagai seorang
pribadi sebelum Ia dikandung (oleh Maria). Salah satu bagian Alkitab yang relevan adalah
Yohanes 1:1-18 di mana, menurut pandangan Trinitarian, Kristus diidentifikasi dengan satu
kodrat (hipostasis) ilahi yang telah ada (sebelum Ia menjadi manusia)-yaitu "Firman".
Doktrin ini ditegaskan kembali dalam Yohanes 17:5 dimana Yesus merujuk pada kemulian
yang Ia miliki bersama Bapa "sebelum dunia ada.16
Yesus menegaskan bahwa Nabi dan nenek moyangmu menulis tentang Aku “Yesus”
supaya mereka mendapat hidup kekal, tetapi walaupun mereka sudah menulisnya, kamu
“Yahudi dan ahli taurat” tidak mau datang kepadaku untuk mendapat hidup kekal itu. Dalam
nats yang lain Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yohanes 14:6). Yesus adalah hidup
itu sendiri. Dan juga dalam Yohanes 20:31, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat,
supaya kamu percaya, “bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah yang hidup”, dan supaya kamu
oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. Semua yang tercantum dan dicatat di

14
R Del Colle, “David K. Bernard, A History of Christian Doctrine, Vol. 3: The Twentieth Century AD
1900-2000,” PNEUMA-GAITHERSBURG- 23, no. 2 (2001): 134–35.
15
Nursenta Dahliana Purba, “Keillahian Yesus Kristus,” Journal Kerusso 1, no. 2 (2016): 15–21.
16
L M Yusuf, “Interpretasi Kata Logos Dan Theos Dalam Yohanes 1: 1,” BONAFIDE: Jurnal Teologi
Dan Pendidikan Kristen 1, no. 1 (2020): 23–43.

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 45


Parintak, Saragih, Tinjauan Biblika Terhadap Pandangan Gereja Tentang…..

Alkitab supaya orang boleh percaya kepada Yesus Kristus adalah Mesias, Anak Allah yang
hidup untuk tujuan mendapatkan hidup kekal itu.17
Dengan demikian orang percaya awam sekalipun dapat secara jelas tujuan mereka
membaca Alkitab supaya mengenal isi Alkitab yang olehnya kita dapat diselamatkan dan
menerima hidup kekal itu. Maka dapat disimpulkan walaupun banyak tokoh dalam Alkitab
bila tidak menjelaskan tentang “Yesus” tidaklah ada artinya karena tanpa Yesus kitab itu
sendiripun kehilangan artinya. Inti dari Alkitab itu sendiri adalah Kitab Allah yang bercerita
tentang Anak Allah yang dapat memberi hidup kekal. Untuk itulah nats lain menegaskan
bahwa “hidup Kekal” itu adalah mengenal Allah satu-satunya dan “Yesus Kristus” yang
diutus oleh Allah Bapa, Yohanes 17:3.18

Yesuslah Mesias - Anak Allah


Inti dari Kristologi Yohanes ini memuat supaya percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak
Allah, dan oleh iman memperoleh hidup dalam nama-Nya Yohanes 20:31. Berikut premis-
premis pustaka yang memberi pernyataan kuat tentang siapa “Yesus Kristus” yang oleh-Nya
kita mendapat hidup kekal. Yesus adalah Anak Allah. hakikat Yesus Kristus sebagai Anak
Allah tidak dapat dikatakan secara kiasan atau gelar, sebab bila terjadi demikian adalah
menjadi pelanggaran besar, karena secara demikian kita telah menyangkali hakikat Bapa.
Baik Bapa maupun Anak secara hakikat masing-masing nyata dan kekal. Bahwa walaupun
dalam kesatuan namun mengambil kepribadian masing-masing. Bahwa Anak Allah keluar
dari pangkuan Bapa (Yoh. 1:18) namun Bapa dan Anak adalah satu (Yoh. 10:30).19
Pernyataan ketiga pribadi ini memang tidak dapat dijelaskan secara akal atau ilmiah, namun
ketiga pribadi ini eksis dan kekal. David Bernard mempunyai keyakinan penuh bahwa Yesus
dan Bapa adalah esensi kekal yang tidak dapat diurai atau ditelaah secara ilmiah, karena
keduanya adalah satu-kesatuan kekekalan yang tidak dapat dipisahkan, maka bila
mengenakan atau pemakaian ‘sebagai” atau “gelar” Anak Allah, ini sudah membua “syak”
dalam hati dan ini menjadi pelanggaran besar dalam dunia rohani dihadapan Allah. 20
Yesus adalah Firman (Logos) yang bersama Allah daripada mulanya dan ketika
menyatakan diri ke dunia maka disebut Anak Allah. Anak Allah berunsur Firman dan
Firman itu adala unsur Allah demikian Firman itu adalah Allah. dan David menegaskan
bahwa adalah Mesias-Anak Allah yang hidup. Alasan Dia tertulis dicakup seluruh Kitab
Suci sampai kepada Perjanjian Baru hanya untuk menyatakan “hidup kekal” supaya setiap
yang percaya dalam nama-Nya diselamatkan dan boleh menerima hidup kekal di sorga.21
Yesus adalah Mesias dalam arti lainnya yang diutus dan diurapi sebagai Raja segala
raja, kedatangan Raja untuk ketemu raja angkasa untuk membinasakan ketidakbenaran.

17
Simon Simon and Semuel Ruddy Angkouw, “Perintisan Gereja Sebagai Bagian Dari Implementasi
Amanat Agung,” Manna Rafflesia 7, no. 2 (2021): 210–34, https://doi.org/10.38091/man_raf.v7i2.142.
18
Semuel Rudy Angkouw and Simon Simon, “Efisiensi Kepemimpinan Gembala Sidang Bagi
Pertumbuhan Gereja,” DIDASKO: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 1, no. 1 (2021): 53–63.
19
Daniel Tumbel, “Kristologi Dalam Injil Sinoptik,” Journal Kerusso 1, no. 2 (2016): 42–56.
20
Tri Untoro, “Trinitas Dalam Konsep Sang Logos Bersama Sang Theos Menurut Yohanes 1: 1,”
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi Dan Kepemimpinan Kristen 1, no. 1 (2019): 13–21.
21
Elizabeth Rachel Soetopo, “Inkarnasi Yesus Sebagai Logos,” 2014.

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 46


XAIRETE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani (Volume 1 Nomor 1 (Juli 2021)

Iblislah raja kegelapan atau angkasa ini. untuk itulah Dia datang untuk membinasakan Iblis
penguasa kerajaan angkasa (Efesus 2:2). Untuk itulah kedatangan Yesus telah dideklarasikan
Yohanes pembabtis (Matius 3:2) kerajaan Allah sudah dekat persiapkan jalan bagi Tuhan.22
Yesus adalah Raja yang membawa wibawa kerajaan surga ke angkasa (Mat. 9:35) untuk
membinasakan perbuatan Iblis (1 Yohanes 3:8), untuk selanjutnya bagi Gereja atau orang
percaya karena kerajaan sorga sudah diberikan pada kita (Mat. 16:19). Karena Yesus
mengusir setan dengan kuasa Roh Allah maka “Kerajaan Allah” sudah datang pada orang
percaya atau gereja-Nya. Oleh karena itu kenakanlah ketopong keselamatan dan lawanlah
Iblis dengan pedang Roh yakni Firman Allah (Efesus 6:17). 23

Pandangan Gereja Tentang Esensi Yesus Kristus


Hubungan antara Gereja dan Yesus Kristus adalah hubungan kekal yang tidak dapat
dipisahkan dan dibatalkan oleh siapapun termasuk Allah sendiri, karena hal ini telah menjadi
Kebenaran Allah (Righteousness) atau Undang-undang Dasar kekal Allah dalam kerajaan
surga. Ada banyak contoh hubungan yang erat dan kuat di dalam Alkitab antara lain: Bapa-
Anak, Pohon Anggur dan Ranting, Tuan dan Hamba, Suami Istri, Kepala-Tubuh, Tabib-
Pasien dll.24 Semuanya itu dinyatakan Yesus dalam Alkitab untuk menunjukkan harmoni
dan kekuatan suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan karena didalamnya terdapat
unsur-unsur hukum, moril dan spiritual yang menjadi satu-kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. rusaknya sebuah hukum karena hubungan dan ikatan inkonsistensial. Yesus
pernah berkata: Akulah pokok anggur, kamu ranting-rantingnya, Aku didalam dia, dia
didalam Aku, diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa apa (Yoh 15:7), suatu fakta yang
tidak ada pengecualian. Demikian hubungan antara pemikiran atau konsepsi gereja atau
jemaat tidak dapat jauh apalagi memisahkan diri dari Yesus Kristus, yang ada hanya
kematian kekal. Untuk itu perkembangan pemikiran harus memenuhi landasan Biblika
sebagai akar yang kuat. Dalam hal ini sinoptik dan testimony dari analisis para ahli kembali
menjadi fundasi tentang mana histori para rasul memandang kepada Yesus harus menjadi isi
dogma dan doktrin gereja. Sehingga histori tentang siapa Yesus adalah menjadi iman yang
tersirat dalam roh gereja.25
Menurut Richard Van Egmond “Injil Matius mencakup dalam dua cara. Sambil
menyusun kembali harapan mesianis tanpa menolak Mesianisme Daud - komponen utama
dalam pengharapan alkitabiah untuk pembebasan Israel - Matius menghubungkan kisahnya
dengan sejarah Israel yang lebih besar. Pada saat waktu yang sama, dengan menghubungkan
mesianisme dengan penggambaran tradisional Daud dengan cara baru, Matius menantang
ekspektasi mesianik yang meluas untuk pembebas politik sambil memperluas kerajaan Daud
dan sepenuhnya Yahudi anteseden mengharapkan Mesias”. Sedangkan menurut FR.
B.M.Thomas (2004), “Matius menilik mengungkapkan sisi kristologinya Yesus adalah
“Yesus adalah Anak Daud, Anak Abraham, Anak Allah dan Kristus, sbb; (Matius 1:16)

22
Ryrie, “Teologi Dasar Jilid II.”
23
Bimo Setyo Utomo, “Pengurapan Yesus Di Betania Menurut Injil Markus: Sebuah Redefinisi
Terhadap Konsepsi Mesias,” Jurnal Antusias 2, no. 3 (2013): 100–111.
24
Henry C Thiessen, Teologi Sistimatika.
25
Moody Daniel Goni, “BIBLIOLOGI,” RHEMA: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika 4, no. 1 (2018).

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 47


Parintak, Saragih, Tinjauan Biblika Terhadap Pandangan Gereja Tentang…..

Yesus disebut Kristus, (2:15) Dari Mesir aku memanggil Putraku (Anak Allah), (14:33)
Sungguh, Yesus adalah Anak Allah, (6:27) Yesus sebagai Anak Manusia dengan para
malaikatnya, (25:32) Dia sebagai Gembala”. Kedua analisis ini menunjukkan keberadaan
Yesus yang sangat kuat sebagai Anak Allah dan Mesias walaupun ditengah maksud dan
prediksi politik zamannya.
Dalam keadaan sejarah pada saat itu dimana Yesus hadir dalam tradisi dan situasi
politik yang terkondisi untuk kepentingan yahudi maupun oposisi namun latar sejarah
tersirat dan hadir Mesias yang dikumandangkan nenek moyang yahudi dan para Nabi yang
akan menyelamatkan bangsa Israel seperti yang mereka maksud. Walaupun dalam berbagai
motif dan ragam persepsi tetapi pada point intinya Yesus hadir, ada berada ditengah-tengah
mereka, yakni Mesias, Anak Allah yang hadir lewat garis keturunan Abraham, Daud, Anak
Allah kemudian menjadi Mesias. Demikian dalam perjalanan pelayanan-Nya sebagai Imam,
Guru, Gembala dan Juruselamat manusia.26
Dengan demikian jelas dapat dilihat gereja bahwa Yesus Kristus “Anak Allah dan
Mesias” hadir ditengah-tengah sejarah sesuai yang ditulis Rasul Matius. Menurut pendapat
Suzanne Watts Henderson (2006) “Walaupun garis pemisah dalam Injil Markus tidak
berkaitan dengan penegasan yang tepat dari identitas Yesus (kepercayaan bahwa Yesus
adalah Kristus) tetapi, lebih tepatnya, penegasan tegas bahwa, melalui Yesus, kekuasaan
Allah sedang memegang dunia ini (supaya percaya pada misi dan perwujudan mesianis).
Demikian Injil Yesusnya Markus mendorong orang lain untuk “mempercayai” kesaksian
dari kesaksiannya tentang kerajaan Allah, degan tujuan supaya “percaya bahwa Yesus adalah
Kristus, Anak Allah”.27 Sedangkan menurut pendapat Mark L. Strauss (1995) “Lukas
menghubungkan yahudi bersama dengan klimaks redaksional yang sama, yang Schubert
tunjukkan 'bukti dari nubuat' bahwa Yesus adalah Kristus. Tema ini adalah 'elemen struktural
dan material yang menyediakan literatur dan teologis. kesatuan dan klimaks dari Injil, dan
peristiwaperistiwa yang dibuktikan dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus
sebagai Kristus dijamin tanpa keraguan, oleh nubuat-nubuat yang telah dinubuatkan dan
terus-menerus berlangsung yang terungkap dalam sejarah. "kehendak dan rencana" Allah
(lihat Kisah Para Rasul 2.23; 4.28; 13.36; 20.27)”kedua pandangan ini saling terkait
walaupun melihat Yesus dari sisi poin yang berbeda.
Suzanne melihat injil Markus mengambil fakta “tentang penegasan kerajaan Allah
sedang menguasai dunia ini lewat kehadiran Yesus” demikian menekankan “Ke-Mesias-an
Yesus sebagai Anak Allah”. supaya meyakinkan Yahudi pada saat itu sedangkan Mark L.
Strauss melihat Injil Lukas menekankan klimaks redaksional 'bukti dari nubuat' bahwa
Yesus adalah Kristus. Ini menjadi 'elemen struktural dan material yang menyediakan literatur
dan teologis. demikian peristiwa-peristiwa yang dibuktikan dalam kehidupan, kematian dan
kebangkitan Yesus sebagai Kristus dijamin terus-menerus berlangsung yang terungkap
dalam sejarah.

26
Edi Purwanto, “Meneropong Ketimpangan Sosial Ekonomi Masyarakat Yahudi Pada Zaman Yesus
Melalui Lensa Teori Sosial” (Stulos, n.d.).
27
Hotman Parulian Simanjuntak, “Implementasi Kepemimpinan Yesus Kristus Menurut Yohanes 13:
1-20,” SHAMAYIM: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1 (2020): 58–77.

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 48


XAIRETE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani (Volume 1 Nomor 1 (Juli 2021)

Menurut pendapat Jason Eaglen (2006), “Injil Paulus dalam suratnya Filipi 2: 5-11
berisi komponen-komponen kunci dari teologi Paulus, termasuk keyakinannya pada Yesus
yang bangkit yang kematiannya di kayu salib berfungsi sebagai penggenapan orang Yahudi
“harapan untuk pembenaran,” Paulus menjelaskan kepada kita ke “Kristusan” Yesus lewat
kebangkitanNya untuk karya keselamatan bagi orang percaya”. Sedangkan dalam Kristologi
Yohanes menurut pendapat T.E. Pollard (1970) “Dalam pembahasan para cendekiawan
menemukan satu titik-temu konsep menggunakan konsep Logos dalam Prolog, setelah itu
tidak menggunakannya lagi tetapi langsung mengacu kepada ke-Mesianism-an Yesus untuk
tujuan dapat percaya bahwa “Yesus adalah Kristus, Anak Allah” supaya dapat memiliki
hidup dalam nama-Nya (Yohanes 20:31), demikian konsep kristologis Injil bukanlah Logos
semata, tetapi KeKristusan-Nya”. Kedua temuan diatas sinkron dalam titik subjektifitas
KeKristus-an Yesus dalam karya keselamatan yang dikerjakan-Nya.
Dalam penelitian kedua tokoh ini melihat pernyataan Kristologi dari sisi pandang
Rasul Paulus dan Yohanes jelas melihat secara historis, propetik dan ilmiah bahwa Yesus
adalah Mesias dan Anak Allah yang memberikan keselamatan dan hidup kekal bagi orang
percaya. Dengan demikian perkembangan pemikiran gereja harus selaras dan mengarah
tajam kepada Yesus Kristus yang menjadi sumber dan dasar nyawa dan hidup gereja. Karena
Alkitab sudah mencekoki gereja dengan berbagai tinjauan teologis supaya fundasi bangunan
atau akar dari pohon dapat naik keatas sesuai apa yang diasup atau diberi oleh pemilik
bangunan atau pohon. Kekuatan bangunan ditinjau dari fundasinya, kekuatan pohon ditinjau
dari akarnya. Demikian gereja atau jemaat adalah bangunan Allah karena fundasi bangunan
adalah Yesus Kristus (Ef 2:20-22) dan akar-pohon adalah Yesus kristus, kita adalah
rantingnya.
Demikian dapat berbuah lebat sesuai dengan apa yang diserap ranting dari getah yang
bersumber dari akar pohon. Hidup dan hasil pertumbuhan gereja tergantung kepada sebesar
apa pengenalan dan pengalaman akan Allah dan Yesus Kristus serta Roh Kudus yang diutus
Allah (Yoh 17:3; 1 Kor 2:10-11) gereja dituntun dan dididik ketat sampai amat dalam (Yoh
14:26) bahkan menerima kuasa dan melakukan tanda tanda yang heran (Kis 1:8; Roma 8:11;
Mrk 16:17-18). Oleh sebab itu, bila secara demikian Allah mengasup berbagai makanan
rohani dan membekali segala wibawa dan otoritas ilahi yang memampukan gerejanya berdiri
sangat kuat, maka tidak mungkin gereja mati dan dikalahkan oleh alam maut. Untuk itu
dogma dan doktrin gereja yang dikendarai oleh Bapa-bapa gereja sebagai penilik bahkan
semua pelayan gereja harus sesuai dengan perintah Allah, harus selaras dengan Yesus
(Kepala). Dengan kata lain dogma dan doktrin gereja harus serupa percis dengan Alkitab,
supaya gereja tidak kehilangan hakikatnya. Yesus Kristus dan seluruh kandungan diri dan
perintah-Nya harus menjadi makanan dan minuman bagi gereja (Yoh 6:53-57) supaya dapat
hidup. Maka adalah sangat vital dan urgent bagaimana jemaat mengenal dan mengimani
serta mentaati Yesus Kristus, sehingga tidak goyah karena inilah batu pertama atau penjuru
bangunan gereja.
Kekuatan dan keteguhan gereja adalah bagaimana pandangan atau perspektif para
Rasul pada saat itu, dengan kasat mata dan dilatarbelakangi nubuatan kitab para Nabi mereka
pegang teguh dan bersaksi sehingga gereja boleh bertumbuh besar dan luas hingga sampai
sekarang. Dalam pandangan sinoptik begitu kuat dan menjadi satu kesatuan tentang siapa
COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 49
Parintak, Saragih, Tinjauan Biblika Terhadap Pandangan Gereja Tentang…..

Yesus yang menjadi fundasi gereja. Dengan demikian kesatuan dan dampak pandangan
gereja terhadap esensi Yesus kristus memberikan implikasi besar yang signifikan sesuai
harapan Allah karena pemikiran gereja tepat sasaran dan alkitabiah dan mengerti serta
mengalami hubungan kekal antara gereja dan Yesus kristus (Kepala gereja) dapat
berlangsung sesuai kehendak Allah.

Kesimpulan
Topik Tinjauan Biblika Terhadap Pandangan Gereja Tentang Esensi Yesus Kristus
Sebagai Anak Allah Dan Juruselamat” ini berhasil mengemukakan dan menganalisa adanya
faktor-faktor tinjauan Biblika atau mempelajari Alkitab sebagai kaca mata atau cara pandang
buat Gereja sehingga mempengaruhi signifikan cara pandang atau pola pemikiran
(konsepsi/watak) jemaat atau gereja dan merupakan landasan utama dogma dan doktrin.
Sebab dalam penelitian ini hanya satu yang menjadi tolok ukur gereja yakni “Yesus Kristus”
Anak Allah dan Mesias (Mat 16:16-19) yang menyelamatkan manusia.

Referensi
Angkouw, Semuel Rudy, and Simon Simon. “Efisiensi Kepemimpinan Gembala Sidang
Bagi Pertumbuhan Gereja.” DIDASKO: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 1, no.
1 (2021): 53–63.
Brill, J Wesley. Dasar Yang Teguh. Kalam Hidup, 1999.
Bungin, Burhan. “Metodologi Penelitian Kualitatif,” 2001.
Colle, R Del. “David K. Bernard, A History of Christian Doctrine, Vol. 3: The Twentieth
Century AD 1900-2000.” PNEUMA-GAITHERSBURG- 23, no. 2 (2001): 315–17.
Enns, Paul P. The Moody Handbook of Theology. Moody Publishers, 2008.
Goni, Moody Daniel. “BIBLIOLOGI.” RHEMA: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika 4, no.
1 (2018).
Henry C Thiessen. Teologi Sistimatika. Edited by Vernon D Doerksen. 8th ed. Malang:
Gandum Mas, 2010.
Irons, Charles Lee, Danny André Dixon, and Dustin R Smith. The Son of God: Three Views
of the Identity of Jesus. Wipf and Stock Publishers, 2015.
Littauer, Florence, and Marita Littauer. “Pohon Kepribadian Anda.” Jakarta: Binarupa
Aksara, 1997.
Panggarra, Robi. “Kerajaan Allah Menurut Injil-Injil Sinoptik.” Jurnal Jaffray 11, no. 1
(2013): 109–28.
Paul Enns. The Moody Hanbook Of Theology. Malang: SAAT, 2010.
Purba, Nursenta Dahliana. “Keillahian Yesus Kristus.” Journal Kerusso 1, no. 2 (2016): 15–
21.
Purwanto, Edi. “Meneropong Ketimpangan Sosial Ekonomi Masyarakat Yahudi Pada
Zaman Yesus Melalui Lensa Teori Sosial.” Stulos, n.d.
Ryrie, Charles C. “Teologi Dasar Jilid II.” Yogyakarta: Yayasan Andi, 1992.
Santosa, Nur Budi. “Konsep Kerajaan Allah Menurut Yesus.” Jurnal Antusias 2, no. 3
(2013): 133–44.
Simanjuntak, Hotman Parulian. “Implementasi Kepemimpinan Yesus Kristus Menurut
Yohanes 13: 1-20.” SHAMAYIM: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1
(2020): 58–77.
Simon, Simon. “Peran Roh Kudus Bagi Hamba Tuhan Dalam Merintis Gereja.” LOGIA:
Jurnal Teologi Pentakosta 1, no. 2 (2020): 41–64.
COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 50
XAIRETE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani (Volume 1 Nomor 1 (Juli 2021)

Simon, Simon, and Semuel Ruddy Angkouw. “Perintisan Gereja Sebagai Bagian Dari
Implementasi Amanat Agung.” Manna Rafflesia 7, no. 2 (2021): 210–34.
https://doi.org/10.38091/man_raf.v7i2.142.
Soetopo, Elizabeth Rachel. “Inkarnasi Yesus Sebagai Logos,” 2014.
Susanto, Heri. “Yesus Sebagai Anak Allah Menurut Injil Matius Dan Implementasinya
Dalam Berapologetika.” LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta 1, no. 1 (2019): 78–95.
Tumbel, Daniel. “Kristologi Dalam Injil Sinoptik.” Journal Kerusso 1, no. 2 (2016): 42–56.
Umboh, Steven Tommy Dalekes. “Argumentasi Teologis Tentang Ineransi Alkitab.”
DUNAMOS: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 2, no. 1 (2021).
Untoro, Tri. “Trinitas Dalam Konsep Sang Logos Bersama Sang Theos Menurut Yohanes
1: 1.” MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi Dan Kepemimpinan Kristen 1, no. 1 (2019):
13–21.
Utomo, Bimo Setyo. “Pengurapan Yesus Di Betania Menurut Injil Markus: Sebuah
Redefinisi Terhadap Konsepsi Mesias.” Jurnal Antusias 2, no. 3 (2013): 100–111.
Yusuf, L M. “Interpretasi Kata Logos Dan Theos Dalam Yohanes 1: 1.” BONAFIDE: Jurnal
Teologi Dan Pendidikan Kristen 1, no. 1 (2020): 23–43.

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 51

Anda mungkin juga menyukai