Anda di halaman 1dari 16

TANGGUNG JAWAB GEREJA TERHADAP ESKATOLOGI

MAKALAH

DISERAHKAN KEPADA DOSEN PENGAMPU :


Pdt. NATANAEL RIWONO M.Ag.
SEBAGAI BAGIAN DARI TUGAS DALAM MATA KULIAH :
EKLESIOLOGI DAN ESKATOLOGI

OLEH:
NEHEMIA BIMA FIRNANDO

2020.2.644

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BERITA HIDUP

KARANGANYAR
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
D. METODE PENULISAN

BAB II

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI ERA


DIGITAL

A. PENGERTIAN GEREJA
B. TUJUAN UTAMA DARI GEREJA
C. PENGERTIAN ESKATOLOGI
D. TANGGUNG JAWAB GEREJA TERHADAP ESKATOLOGI

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dari berkembangnya zaman orang percaya banyak tersapu mengikuti arus. Sebagai
anggota tubuh kristus tidak lagi memntingkan mengenai tanggung jawab gerja terhadap
eskatologi banyak yang terlena akan ahal tersebut kita kembali disarkkan bahwa memiliki
perannan yang penting dalam perkembangan iman jemaat dan terutama hal bersangkutan
dengan kerajaan Allah yang berkaitan dengan akhir zaman.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam penulisan karya ilmiah yang berjudul tanggung jawab agerja terhadap
eskatologi memiliki rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa perngertian dari Gereja?


2. apa saja tugas dari gereja?
3. Apa pengertian dari eskatologi?
4. Bagaimana tanggung jawab gereja terhadap eskatologi?
C. TUJUAN PENULISAN

Dalam penulisan karya ilmiah yang berjudul tanggung jawab gereja terhadap eskatologi
adalah tidak lain tidak bukan sebagai tugas penilaian akhir dan juga sebagai penambah
wawasan kepada peneliti.

D. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan untuk mengkaji tulisan ini adalah metode deskriptif pendekatan
kajian pustaka. Kajian pustaka adalah mengumpulkan teori dan informasi dari kepustakaan
yang berkaitan dengan topik penelitian sebagai landasan dalam pemecahan masalah
penelitian Albi dan Johan menambahkan bahwa penelitian kualitatif tidak menggunakan
statistik, tetapi melalui pengumpulan data, analisis, kemudian diinterpretasikan Kajian ini
bertujuan untuk menjelaskan strategi pembelajaran pendidikan agama kristen di era digital
Peneliti kemudian memperoleh data melalui penelusuran perpustakaan, penelusuran makalah
yang diterbitkan oleh peneliti sebelumnya pada subjek penelitian. Menggunakan literatur,
peneliti mengumpulkan data melalui studi artikel jurnal otoritatif, buku, dan makalah
akademis. Peneliti kemudian menganalisis teori tersebut dan menjelaskannya melalui teknik
analisis data.

BAB II

PEMBAHASAN

TANGGUNG JAWAB GEREJA TERHADAP ESKATOLOGI

A. PENGERTIAN GERAJA

Gereja adalah bagian yang tidak terpisahkan dari isi inti iman Kristen, gereja serentak
sebagai realitas dari Iman orang percaya. Gereja menjadi realitas iman itu sendiri karena
orang percaya meyakini kehadiran Allah di dalam Gereja itu sendiri. Gereja adalah
persekutuan orang-orang percaya yang mengimani Yesus Kristus. Gereja juga dikenal
sebagai suatu organism yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Gereja sebagai persekutuan
sekaligus sebagai suatu organism pada saat ini merupakan wujud atau hasil perkembangan
dari jemaat Kristen mula-mula (Kisah Para Rasul 2:41-47) yang lahir dari sebuah gerakan
sosial keagamaan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa gereja adalah persekutuan
orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Istilah gereja mengacu pada Alkitab yang
menjelaskan tentang kehidupan umat yang percaya kepada Tuhan, dan aktifitas umat Allah
yang merupakan milik Allah.

Kata Gereja banyak diterjemahkan dalam Perjanjian Baru terambil dari bahasa Yunani
Yaitu ekklesia yang berasal dari kata ek berarti keluar dari dan kata kaleo berarti memanggil
yang juga berarti perkumpulan yang terdiri dari orang-orang yang dipanggil untuk
berkumpul dan Kata ini juga dipakai oleh orang Yahudi untuk jemaat Israel”yang berkumpul
dihadapan Allah dalam perayaab-perayaan tahunan. Dan Stefanus mempergunakannya dalam
pengertian yang sama dalam Kisah 7:38 tentang Israel sebagai kumpulan di padang gurun.
Dengan demikian, karena asal-usul ini kata itu juga dipergunakan untuk pertemuan-
pertemuan Kristen.1

1. Dua Macam Arti Gereja


a. Gereja Universal

1
Michael Griffiths, Gereja dan panggilannya dewasa ini (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1991).
Gereja universal terdiri dari semua orang Kristen, hidup dan mati, lepas dari semua
prasangka denominasi mereka, suku, kebangsaan atau status social. Bahkan Rasul Paulus
memberikan pemahaman yang sangat luar biasa bahwa gereja itu tidak terbatas pada satu
kelompok atau satu golongan saja. Dengan demikian gereja itu menembus batasan-
batasan yang menjadi persoalan dalam gereja bertumbuh yaitu latar belakang orang
percaya. Paulus juga menggunakan kata jemaat dalam arti semua orang yang dipanggil
Allah ( I Korintus 11:22).

b. Gereja Lokal

Rasul Paulus melihat gereja itu universal tetapi juga lokal/khusus, maksudnya adalah
suatu hal yang begitu spesifik menjadi hal utama yang di perhatikan oleh Rasul Paulus
dan merupakan bagian dari persekutuan orang percaya. Pandangan Paulus mengenai
Gereja, nampak jelas dalam surat-surat yang ditulisnya. Ini nampak terutama dalam
suratnya kepada jemaat di Korintus. Namun demikian yang harus diketahui bahwa yang
menjadi titik utama keprihatinan Paulus bukan pada paham tentang Gereja itu sendiri,
melainkan pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh jemaat Korintus sendiri,
misalkan tentang daging persembahan berhala, percabulan, sampai kepada soal
pertengkaran di antara jemaat sendiri. Dari jawaban atas aneka persoalan yang dihadapi
jemaat tampaklah pandangan Paulus mengenai Gereja. Menurut Griffiths Gereja local
dengan pengecualian dari nats-nats yang sudah disebut dalam Efesus hampir setiap acuan
lainnya mengacu pada jemaat Kristen setempat yang biasanya bertemu secara teratur
ditempat yang sama dan dengan kepemimpinan dan wewenangnya diakui oleh jemaat
secara keseluruhannya.2

Maka dapat diartikan bahwa gereja local, gereja yaitu kumpulan orang percaya yang
mengalami berbagai kompeksitas kehidupan bergereja tapi juga berada di tempat tertentu
dengan segala kemandirian yang dimiliki gereja itu.

2. Gambaran Tentang Gereja

Gereja seharusnya dipercayai dengan iman bahwa gereja merupakan kumpulan orang
percaya, kepercayaannya sendiri dan orang-orang yang percaya, tetapi bukan percaya di
dalam gereja. Jadi, alasan mengapa orang Kristen percaya kepada gereja bukan di dalam
gereja adalah :

2
sabdaabadi.blogspot.com/2012/02/teologi-paulus-tentang-gereja
a) Gereja bukanlah Allah, akan tetapi gereja adalah persekutuan orang-orang yang
percaya kepada Allah yang telah mendirikan gereja dan bekerja di dalamnya.
b) Percaya kepada gereja adalah bahwa itu berasal dari anugerah Allah dan melalui
iman bahwa gereja itu hidup.
c) Percaya kepada gereja maksudnya bahwa iman berasal dari anugerah Allah, melalui
gereja Allah memanggil setiap orang secara personal untuk percaya kepadaNya,
tetapi tanpa komunitas orang percaya maka tidak akan dicapai.

Iman dicapai oleh komunitas orang percaya dikarenakan pemberitaan injil oleh gereja
dan ajakan untuk percaya kepada Yesus. Jadi, gereja sebagai persekutua orang-orang
percaya bukan hanya sebagai onyek dari iman, tetapi juga sebagai rumah bagi iman
kepada Allah. Dengan demikian, iman dan gereja merupakan suatu hubungan yang saling
terkait satu dengan yang lain. Sebab fondasinya adalah berdasarkan tindakan kasih Allah
di dalam keselamatan dalam Yesus Kristus.

a. Gereja Sebagai Mempelai Kristus

Dalam Ef. 5:22-32 hubungan Kristus dengan gereja dianologikan dengan hubungan
suami-isteri. Suami mewakili Kristus dan isteri mewakili Gereja. Istri yang mewakili
gereja dinasihati untuk taat kepada suaminya seperti kepada Tuhan. Kualitas ketaatan itu
dilukiskan seperti ketaatan kepada Tuhan. Sikap taat isteri kepada suami dianggap
sebagai bagian dari kewajiban kepada Tuhan. Suami yang mewakili peran Kristus juga
dinasihatkan untuk mengasihi isterinya.

Menekankan cinta Kristus yang memberikan dirinya untuk gereja, Paul tidak hanya
menunjukkan cinta suaminya terbatas pada larangan praktis dari perlakuan kasar dan
belas kasihuntuk kepuasan kebutuhan material, tetapi juga untuk kesediaan untuk
mengorbankan kesenangan seorang isteri. Gambaran ini sudah ada zaman Perjanjian
Lama yang menggambar hubungan antara Allah dengan umat-Nya dengan hubungan
suami-istri ( Hosea 1-3; Yehezkiel 16; yesremia 31:21-22). Allah setia kepada umat-Nya;
rela mengampuni umat yang dicintai-Nya dan mau memulihkan kembali perjanjian
dengan umat-Nya.

Hubungan suami Istri dalam Efesus 5:22-32, digambarkan oleh rasul Paulus
sebagai hubungan Kristus dan Jemaat Efesus b5: 32 rahasia ini besar, tapi yang aku
maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Ini merupakan suatu pandangan yang
sangat real dari rasul Paulus tentang kehidupan gereja, yang harus tunduk kepada Kristus
seperti seorang istri tunduk kepada suami. Esensi dari suatu persekutuan umat percaya
adalah tunduk, taat, setia kepada Kristus.sosok istri yang lembut, ceria, indah dan selalu
mempesona suaminya, menjadi gambaran persekutuan umat Tuhan dihadapan Kristus.
Gereja harus menjadi seperti seorang istri yang tunduk kepada suaminya Dalam konteks
inilah Paulus mengatakan bahwa ia sangat cemburu jika mereka berbalik dari iman
kristiani karena mereka telah dipertunangankannya dengan satu laki-laki untuk membawa
mereka sebagai perawan suci kepada Kristus. Jika gereja digambarkan sebagai mempelai
bagi Kristus maka gereja harus tidak bercacacat. Dan terus memperjuangkan
kesempurnaan didalam Kristus, dan gereja harus hidup tidak seperti dunia ini.

b. Gereja Sebagai Tubuh Kristus

Salah satu gambaran Rasul Paulus untuk melukiskan gereja adalah tubuh Kristus.
Peskumpulan orang percaya di pandang sebagai satu tubuh dalam Kristus karena sama
seperti anggota tubuh karena angotanya sangat banyak dan semua anggota tubuh
memiliki banyak anggota tetapi tetap satu tubuh didalam Kristus. I Korintus 12:12
“Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” dan I
Korintus 12:27 ““kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristu”. 3 Paulus
merefleksikan kesatuan tubuh dengan anggota-anggotanya yang bekerja secara harmonis
untuk mengatasi perpecahan dalam perkumpulan orang percaya karena keanekaragaman
karunia. Tubuh kita terdiri dari banyak anggota yang berbedabeda antara satu dengan
yang lain. Semua anggota memerlukan satu sama lain tidak ada anggota yang
memonopoli dengan mengambil alih peranan orang lain dan tidak satu pun anggota yang
tidak membutuhkan yang lain.

B. TUJUAN UTAMA DARI GEREJA

Banyak gereja didirikan di berbagai daerah tanpa mengerti tujuan dari gereja itu
sendiri. Sering kali gereja didirikan karena adanya kebutuhan orang-orang percaya untuk
beribadah. Seharusnya, gereja diselenggarakan bukan hanya agar orang-orang percaya
dapat beribadah. Sering kali gereja dibangun hanya demi menyediakan tempat beribadah
sesuai dengan keberadaan tempat tinggal jemaat. Gereja bukan perusahaan atau toko,
gereja adalah rumah Tuhan. Gereja merupakan tempat pelatihan bukan hanya sekadar
tempat ibadah dan tempat sekumpulan orang yang melakukan kegiatan rohani. Pada
3
Lembaga Alkitab Indonesia
akhirnya gereja hanya menjadi tempat hiburan semata-mata dan pada saat orang tidak
merasa terhibur lagi di suatu gereja, maka mereka akan pindah ke gereja lain.

Gereja terkadang hanya dipandang sebatas gedung yang megah dibangun dengan
hubungan persekutuan orang percaya, banyak yang melupakan tugas utama dari pada
gereja yang di perintahkan langsung kepada setiap orang percaya.

1. Persekutuan

Terambil dari bahasa yunani yaitu Koinonia yang berasal dari kata koino yang
artinya adalah menjadi besama, memiliki sesuatu bersama, berbagi sesuatu dengan orang
lain atau ikut serta dalam kegiatan sesuatu. Dalam perjanjian Baru isitlah koinonia
dipakai bagi persekuatuan orang percaya. Menurut Gondowijoyo Sering juga dipakai
untuk menyebut orang yang mengadakan pertemuan dengan maksud tertentu misalnya
kerja sama antar gereja dan juga menyebitkan dalam suatu kelompok tertentu yang
umumnya menyebutkan persekutuan bersifat keagamaan.4 Pengertian tersebut lebih
spesifik ditujukan kepada gereja sebagai anggota keluarga seisi rumah Allah, dimana satu
sama lain ada hubungan yang erat terpanggil untuk mewujudkan kesatuan didalam
didalam dunia ini. Orang-orang beriman harus bersama-sama mencari dan berusaha untuk
menampakkan persekutuan itu, dengan bentuk-bentuk persekutuan yang memungkinkan,
artinya persekutuan itu harus dijauhkan dari persekutuan semu. Jadi gereja itu hidup di
dunia sebagai suatu persekutuan orang-orang percaya dan Yesus Kristus menjadi dasar
persekutuan itu.

Pesekutuan koinonia itu bukan hanya merupakan perkumpulan biasa-biasa saja,


melainkan persekutuan yang bersifat soteriologi oleh Roh Kudus gereja bergerak dinamis
menuju akhir yaitu penggenapan hari Tuhan di dalam persekutuan. Jadi dari keterangan di
ataskoinonia adalah salah satu unsur dari keberadaan gereja, dimana koinonia mempunyai
peranan yang mendasar dalam wujud gereja sebagai jemaat dalam kristus. Jemaat yang
bersekutu dalam pertemuan dan perkumpulan yang dasarnya adalah Kristus. Koinonia itu
bertujuan agar semua umat yang percaya satu adanya yaitu persekutuan yang berasal
daripribadi-pribadi yang dipersatukan dalam iman dan kasih Kristus. Persekutuan antara
jemaat dan Kristus dan antar sesama jemaat menuju keesaan gereja di dunia ini agar
terhindar dari perpecahan dan sebagai kesaksian gereja yang dimanifestasikan dalam diri
orang kristen.

4
Gondowijoyo, J.H, 2004. Sikap Perubahan dan Pertumbuhan Gereja, Yogyakarta: Yayasan Andi.
a. Persekutuan Orang Percaya

Persekutuan orang percaya adalah menyatakan kesatuan jemaat sebagai tubuh


Kristus, sebab didalam Yesus Kristus, Allah telah menyatakan diriNya dan dengan cara
yang demikian manusia dapat mengenal Dia dan ungakapan ini bukan sekedar arti
simbolis saja. Jadi persekutuan itu harus menjadi suatu yang hidup supaya dunia percaya
bahwa Allahlah yang mengutus Kristus ke dunia untuk menyelamatkannya (Yohanes 17).
Gereja sebagai tubuh Kristus yang hadir berada di dunia ini perlu terus menerus
meningkatkan persekutuannya.

b. Ibadah

Ibadah dapat diartikan sebagai satu karya manusia yang tujuannya memuliakan
Allah dan menghargai sesama ciptaan. Hal ini berarti bahwa panggilan memuliakan
Allah. bukan hanya berlangsung pada setiap hari Minggu di gereja atau di tempat ibadah,
tetapikeseluruhan aspek tindakan kehidupan orang beriman merupakan ibadah yang
benar dan merupakan puji-pujian bagi Allah. Dan juga harus diketahui bahwa dimensi
ibadah orang kristen tidak mengenal dimensi waktu dan tempat, karena ibadah ini
meliputi seluruh aspek kehidupannya.

2. Bersaksi

Bersaksi terambil dari bahasa yunani yaitu Marturia terambil dari kata martureo
yang artinya adalah menyatakan atau mengumumkan apa yang orang percaya imani dan
akui kepada orang lain dengan maksud supaya orang itu mengakui Yesus Kristus Munurut
prodjiwijino bersaksi bukan saja sekedar menyatakan tentang hal-hal yang dilihat saja
tetapi bersarkan hal yang berdasar.5 Ada dua sitilah yang digunakan untuk lenih mengerti
marturia yaitu :

a) Keryssein (memberikan, mengabarkan).

Istilah ini tidak menyatakan apaapa tentang isi pemberitaan, melainkan


menitikberatkan hubungan pemberitaan itu dengan beritanya yaitu ia membawa berita
yang tidak berasal dari dirinya sendiri, melainkan berita itu dinyatakan dan ditugaskan
kepadanya. Dan semata-mata menjadi pemberita, penyiar dari pesan yang disampaikan
kepadanya.
5
Prodjiwijono, S. 2008. Manajemen Gereja : Sebuah Alternatif. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
b) Euangelizesthai yaitu memberitakan Injil Memberitakan tentang suatu kabar yang
membawa kemenangan.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa apa yang disampaikan itu adalah
kesaksian tentang berita sukacita (Injil) yang diberitakan oleh orang-orang yang telah
percaya terhadap injil dan bertanggungjawab atas apa yang diberitakan. Yang pasti gereja
sipembawa berita kepada luar dan kedalam dirinya sudah harus terlebih dahulu memiliki
berita itu untuk disampaikan menjadi saksi.

3. MELAYANI

Melayani dari bahasa yunaninya yaitu Diakonia yang artinya pelyanan orang
percaya yang menjalankan biasanya di sebut diaken dari kata Diakonos. Pengertian istilah
tersebut telah diambil alih Yesus menjadi pola pelayanan-Nya dan selanjutnya menjadi
pola pelayanan Gereja. Abineno menekankan ”Yang baru dari Tuhan Yesus ialah bahwa
kata diakonia ini, yang dalam Yunani Purba mempunyai arti yang hina, bukan saja Ia
ambil alih, tetapi Ia juga mengisinya dengan suatu arti yang baru”.6

Seluruh Misi-Nya, justeru sebagai Anak manusia dari zaman akhir ialah bukan
untuk dilayani tetapi melayani dan mengorbankan hidup-Nya sebagai harga tebusan bagi
semua orang (Matius 20:28). Pelayanan gereja menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah
yang sedang berada dan berkarya, sekaligus menantikan kesempurnaan kehadiran-Nya
kedua kali yang penuh dengan kebenaran dan kemuliaan (Luk. 4:18-21; 2 Petrus 3:13).
Untuk mengembangakan arti dan pelaksanaan pelayanan tersebut dapat dilihat dalam
beberapa yang penting, yaitu Jemaat yang diakonal. Salah satu tugas pokok panggilan
gereja adalah diakonia. Tugas ini Berhubungan erat dengan gereja sebagai persekutuan
dan kesaksian. Diakionia merupakan kesaksian nyata tentang kasih Tuhan Allah terhadap
duni.

C. PENGERTIAN ESKATOLOGI

Kata Eskatologi terambil dari kata Eskaton yang memiliki arti Yang Akhir,
dimana yang dimaksud adalah mengacu kepada segala peristiwa yang terjadi menjelang
kedatangan tuhan Yesus kedua kalinya. Eskatologi menurut orang percaya terkait dengan
pemenuhan janji Allah yaitu Keselamatn yang sempurna didalam Kristus . ada beberapa
pandangan tentang eskatologi yaitu :

6
Abineno, J. L. Ch. 2006. Garis-garis Besar Hukum Gereja. Jakarta : Gunung Mulia.
a. Menurut J. Weiss

Menurut j. Weiss yesus menantikan perubahan zaman yang akan berlangsung


dengan segera menghasilkan sebagai hasil kegiatan Allah yang baru. Kerajaan Allah
bukanlah suatu keadaan sempurna, yang lamakelamaan dicapai melalui perkembangan
dunia yang berlangsungterus. Kerajaan Allah itu akan datang dengan tiba-tiba dari
seberang melalui suatu bencana semesta alam yang mengerikan.7

b. Oskar Cullmann

Cullmann mengembangkan pengertiannya yang temporal tentangeskatologi PB


dengan memperdebatkan secara kritis pandangan-pandangan tersebut di atas. Cullmann
menyatakan :

Eskatologi sudah genap realisasinya, belum kelihatan kesempurnaannya. Ibarat


suatu perang, pertempuran yang menentukan sudah berlalu “victory day”, yaitu hari
kemenangan, sudah tiba, tetapi gencatan senjata belum dilaksanakan oleh kedua belah
pihak yang telah berperang itu, sehingga disana sini masih berlangsung beberapa
perkelahian kecil. Hari kemenangan sudah tiba dengan kedatangan serta karya Yesus
Kristus dan sekarang kita sudah ditebus. Tetapi, pada pihak lain, dosa masih
berpengaruh, maut belum ditiadakan, dan seluruh dunia tampaknya memang belum
dikuasai oleh kemenangan Tuhan Yesus Kristus.8
c. Rudolf Bultman

Pandangan R. Bultmann dan sebagian murid-muridnya mengenai eskatologi


berkaitan dengan pengertian tentang sejarah. Sejarah tidak hanya diartikan sebagai suatu
rentetan zaman yang berturut-turut. Sejarah lebih mengartikan kesejarahan eksistensi
manusia. Yang dimaksud ialah sejarah hidup yang dialami setiap manusia dan yang
mengandung kedua kemungkinan, yaitu dapat atau tidak menemui kepribadian yang
sejati. Dalam kaitannya dengan eskatologi, Bultmann berpendapat bahwa orang percaya
hidup dari dan di dalam Kristus. Dan karena Kristus adalah “penyudah sejarah” (Roma
10:4), maka orang yang hidup “dalam Kristus” sudah menghadapi akhir sejarah dan telah
memasuk eskatlogi.

Harun Hadiwijono mengatakan bahwa eskatologi itu mulai dengan kelahiran


Tuhan Yesus Kristus hingga sekarang dan seterusnya. Agak senada dengan itu, Ulrich
Beyer menyatakan bahwa dengan kematian dan kebangkitan Yesus sudah berlangsung
kejadian eskatologis yang menentukan. Sedangkan menurut ajaran aliran-aliran

7
Ulrich Beyer, Garis-Garis Besar Eskatologi Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001)
8
Ulrich Beyer, Garis-Garis Besar Eskatologi Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001)
Pentakosta, eskatologi itu mulai ketika kedatangan Kristus kembali yang pertama dan
memerintah di bumi ini selama seribu tahun.9

D. TANGGUNG JAWAB GEREJA TERHADAP ESKATOLOGI

Tanggung jawab geraja menyambut kedatangan-Nya diibaratkan dengan sepuluh


gadis yang menantikan kedatangan seorang mempelai (Matius 25:1-13). Ada yang
bijaksana dan ada yang bodoh. Setiap individu mempersiapkan diri dengan sebaik
mungkin dengan pelita yang menyala serta merta persediaan minyak. Hal itu dilakukan
dikarenakan tidak ada pemberitahuan kapan harinya, bulannya dan tahunnya Sang
Mempelai Laki-laki itu datang. Alkitab mencontohkan, ketika masa-masa penantian
sebagian mempelai perempuan tersebut tidak membawa persediaan minyak meskipun
membawa pelita ditangan masing-masing. Itu adalah tindakan atau kesiapan perempuan
yang bodoh. Lain halnya dengan para mempelai perempuan yang bijaksana, bukan saja
membawa pelita tetapi juga membawa persediaan minyak yang cukup. Ketika Sang
Mempelai Laki-laki itu datang, perempuan yang bijaksana itu dibawa masuk ke tempat
pesta dan perempuan yang bodoh itu tidak diperbolehkan masuk. Demikian jugalah bagi
gereja masa kini dalam hal menyongsong kedatangan Kristus kedua kali. Gereja perlu
mempersiapkan diri dengan berbagai kesiapan-kesiapan yang benar dengan tujuan supaya
gereja ikut serta dalam pengangkatan gereja. Karena gereja yang benar-benar siap yang
akan diangkat oleh Allah.

Kesiapan-kesiapan yang perlu untuk dilakukan oleh gereja masa kini untuk
menyongsong kedatangan Kristus kedua kali adalah tetap waspada terhadap penyebaran
pengajaran palsu. Karena, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa menjelang
Kristus datang para nabi palsu akan muncul untuk menyesatkan siapa saja yang bisa
disesatkan. Masa-masa yang sukar sangat dipergunakan oleh Iblis dan para nabi palsu
untuk menyesatkan siapa saja yang bisa untuk disesatkan. Kalaulah gereja tidak waspada
akan antek-antek Iblis tersebut dan sampai jatuh pada kesesatan, maka gereja tidak akan
ikut dalam kebahagiaan yang abadi. Allah berkehendak supaya gereja mempersiapkan
diri sedini mungkin dengan keteguhan iman kepada Allah

Selanjutnya, gereja harus lakukan kesiapan yang tidak kalah penting yakni
meningkatkan persekutuan dengan Allah lewat peribadahan-peribadahan; baik dengan
9
Hadiwijono, Harun. Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
kelompok-kelompok sel, ibadah minggu raya atau pun Kebaktian Kebangunan Rohani .
Karena melalui peribadahan orang-orang percaya akan dikuatkan untuk tetap giat
menyongsong kedatangan Kristus yang sudah dekat (Ibr. 10:25). Karena melalui
peribadahan-peribadahanlah orang-orang percaya bisa saling memberkati, saling
mendoakan, saling menguatkan dan saling menasihati satu dengan sama yang lain. Rasul
Paulus juga mengingatkan kepada Timotius, bahwa ibadah itu mengandung janji bagi
orang yang melaksanakannya dan ibadah itu baik untuk hidup sekarang ini maupun untuk
hidup yang akan datang (1 Timotius. 4:8).

Sering sekali orang menganggap enteng dalam hal persiapan untuk bertemu
dengan Tuhan Yesus. Alkitab mencontohkan dengan lima orang perempuan yang bodoh.
Dalam perumpamaan tersebut dikatakan bahwa perempuanperempuan itu tidak membawa
persediaan minyak. Perempuan-perempuan tersebut merasa aman dengan hanya
membawa pelita yang menyala, padahal perempuan-perempuan tersebut sama sekali tidak
tahu pasti kapan datangnya sang mempelai laki-laki. Dalam kehidupan para perempuan
yang bodoh itu didapati indikasi rasa anggap enteng atau kurang persiapan selain dengan
faktor kebodohannya. Belajar dari hal tersebut, orang percaya dan gereja-Nya sebaiknya
memiliki kesiapan dan kesiapan yang serius dalam hal penantian akan kedatangan Kristus
kedua kali. Kapan pun Kristus datang untuk menjemput gereja atau orang percaya, gereja
atau orang percaya harus siap sedia atau berjaga-jaga. Mengapa harus? Karena
kedatangan Kristus kedua kali merupakan topik penting bagi semua orang. Dari zaman
rasul sampai generasi masa kini, tetap menyakini bahwa kedatangan Kristus kedua kali
merupakan suatu peristiwa yang pasti akan terjadi di muka bumi ini. Meskipun ada
pandangan serta pemahaman doktrin yang berbeda-beda, namun perbedaan tersebut tidak
akan mengurangi betapa pentingnya pemahaman atas sesuatu pengajaran. Mengenai
kembalinya Kristus ke dunia ini, Paul Enns berpendapat demikian :

Kristus mengajarkan bahwa kedatangan-Nya kembali akan merupakan peristiwa


yang harafiah dan fisikal Ia akan kembali dengan cara yang sama sebagimana para
murid-Nya melihat Ia pergi (Kis.1:11). Ia juga mengajarkan bahwa kembali-Nya
akan merupakan penghiburan bagi pengikut-Nya karena Ia akan kembali untuk
membawa mereka untuk bersama-Nya dalam rumah Bapa-Nya (Yoh.14:1-3).
Namun demikian, waktu kembali-Nya tidak akan diketahui, karena itu orang harus
berjaga-jaga untuk kedatangan-Nya (Mat.24:36,42; 25:1-13). Selama
ketidakhadiran-Nya, umat-Nya harus menjadi pelayan yang setia (Mat.24:45-51),
mereka yang dengan setia melayani Dia akan menerima penghargaan dan upah
pada waktu Ia kembali (Mat.25:14-30).10
Berhubung karena kedatangan Kristus merupakan momen yang sangat penting
dan mempunyai tujuan bagi semua orang, maka penting pula kalau gereja maupun
orang percaya benar-benar memiliki persiapan dengan arti lain menjadi gereja yang
berjaga-jaga. Karena tujuan kedatangan Kristus adalah memperkenalkan era yang
akan datang dan keadaan akhir dari segala sesuatu.

10
Paul Enns, The Moody Handbook Of Theology I, pen., Rahmiati Tanudjaja, peny., Nicholas Kurniawan, Sri
Lestari, Elisabeth Yuliasari (Malang: Literatur SAAT, 2004), 467.
PENUTUP
KESIMPULAN

Gereja bukan saja diartikan sebagai sebuah gedung saja tetapi gereja merupakan
sekumpulan orang percaya yang melakukan suatu kegitan yang memiliki tujuan yaitu
memalaukan persekutuan, bersaksi, dan melayani. Banyak ornag percacaya datang hanya
untuk sebagai sebuah rutinitas biasa tetapi penulis menuliskan bagaimana gerjea juga
memiliki tanggung jawab besar dalam membangaun iman dan juga terhadap eskatologi bukan
sebatas pengetahuan biasa tetapi dapat memahami bagaimana gambaran kerajaan Allah dan
saiapa saja yang dapt masuk dala kerajaan Allah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Michael Griffiths, Gereja dan panggilannya dewasa ini (Jakarta: BPK Gunung

Mulia 1991).

2. Sabdaabadi.blogspot.com/2012/02/teologi-paulus-tentang-gereja

3. Lembaga Alkitab Indonesia

4. Gondowijoyo, J.H, 2004. Sikap Perubahan dan Pertumbuhan Gereja, Yogyakarta:

Yayasan Andi.

5. Prodjiwijono, S. 2008. Manajemen Gereja : Sebuah Alternatif. Jakarta : BPK

Gunung Mulia.

6. Abineno, J. L. Ch. 2006. Garis-garis Besar Hukum Gereja. Jakarta : Gunung

Mulia.

7. Ulrich Beyer, Garis-Garis Besar Eskatologi Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2001)

8. Hadiwijono, Harun. Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.

9. Paul Enns, The Moody Handbook Of Theology I, pen., Rahmiati Tanudjaja, peny.,

10. Nicholas Kurniawan, Sri Lestari, Elisabeth Yuliasari (Malang: Literatur SAAT,

2004), 467.

Anda mungkin juga menyukai