Uts Perdak-Punik Dani Dipera - Bki 4B
Uts Perdak-Punik Dani Dipera - Bki 4B
Jawaban
1. Jelaskan pengertian dan tujuan perbandingan dakwah!
Jawab:
Dalam KBBI perbandingan berasal dari kata banding yang berarti persamaan, dan
membandingkan mempunyai arti mengadu dua hal untuk diketahui sisi perbandingannya,
atau juga dapat disebut selisih dari persamaan menurut (Bambang Marhiyanto, 2000:
57).
Mulyani (2016), menyatakan bahwa sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan
dari unsur, komponen, atau variable yang terorganisir, saling berinteraksi, saling
bergantung satu sama laindan terpadu.
Kemudian arti dakwah menurut Kusnawan ialah sebagai seruan atau ajakan kepada
masyarakat/umat kepada ebaikan atau mengubah suatu situasi menjadi situasi lebih baik
sesuai ajaran Islam.
Dapat disimpulkan bahwa perbandingan system dakwah adalah mencari seilisih atau
mencari perbedaan bagaimana sistematika berdakwah dari berbagai kalangan, daerah,
ormas, dan lain sebagainya.
Adapun salah satu tujuan dari perbandinggan dakwah adalah menemukan
bagaiamana menemukan konsep dakwah yang tepat berdasarkan pengalaman, riset, dan
analisis tentang studi akwah islam.
Maka dari mempelajari perbandingan dakwah ini, sebagai umat muslim bisa
mengetahui bagaimana pola dan sistem dakwah dari berbagai agama lainnya agar pola
dan sitem dakwah Islam lebih maju dan kuat.
3. Jelaskan, apa maksud spirit misi/ dakwah Kristen berikut: Setelah memperoleh
otoritas penuh, kemudian Yesus memberikan mandat/amanat/perintah kepada para
murid-Nya. Kuasa Tuhan yang universal membawa tugas universal untuk
mengabarkan Injil. Mandat itu berupa empat kata kerja yaitu “Pergi, Jadikan
Murid, Baptislah dan Mengajarlah.
Jawab
o Pergi
Kata “pergilah” seakan-akan merupakan kata kerja pokok yang mengindikasikan inti
Amanat Agung. Penafsiran lebih seksama dalam bahasa Yunani memperlihatkan
bahwa kata ini bukan merupakan kata kerja pokok melainkan salah satu kata kerja
pembantu. Kata kerja pokok Amanat Agung adalah “memuridkan atau menjadikan
murid”. Pendapat diatas mendapat dukungan dari Peters yang mengatakan bahwa dari
empat kata kerja itu, kata kerja “disciple” adalah satu-satunya yang merupakan perintah
(langsung). Kata ini menyatakan inti dari Amanat Agung. Tiga kata kerja lainnya
berbentuk participle yang terkait dengan amanat pokok sebagai cara dan metode untuk
melaksanakan amanat itu. Poreuthentes adalah bentuk participle maskulin jamak yang
berfungsi sebagai subyek, aorist pertama dari kata poreumai, sebuah kata kerja deponen
(kata kerja pasif). Kata ini mengalami perubahan bentuk kata sesuai dengan subyek dari
kata perintah yang ada di belakangnya secara langsung (dalam hal ini matheteusate).
Dengan demikian, pengertian yang lebih tepat adalah “karena itu, sementara pergi,
jadikanlah murid”. Shipman yang menulis bahwa Amanat Agung tidak menyuruh
orang-orang pergi, melainkan berasumsi para murid Yesus pasti akan pergi
mengabarkan Injil. Hal ini disebabkan kata “pergilah” lebih tepat diterjemahkan
sebagai “sambil pergi”. Sebuah masalah di sini adalah konteks pengertian “pergi” itu
sendiri. Perjanjian Baru Interlinear mencatat kata poreuo digunakan sebanyak 153 kali
dan memiliki arti “pergi, berangkat, bepergian, berjalan, meneruskan perjalanan,
berlalu, hidup, dan meninggal”. Sedangkan menurut bahasa Yunani, poreuthentes dapat
dimengerti sebagai go (pergi), proceed (lanjutkan), dan travel (melakukan perjalanan).
Dari tiga arti ini, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Amanat Agung harus dilakukan
dalam setiap situasi, di mana saja kita berada (sementara kamu pergi….), di komunitas
hidup sehari-hari (melanjutkan….), dan terlibat dengan proyek misi, baik sebagai
misionaris atau sebagai pengutus (melakukan perjalanan…..). Penjelasan kedua arti
kata poreuthentes dalam Bible Works 8 adalah sebagai berikut: “as a euphemism go to
one's death” Penjelasan ini mempunyai arti setiap murid dipanggil untuk menjadi
radikal dalam arti taat sampai mati seperti Kristus sendiri. Sebuah hal lagi yang perlu
dijelaskan pada bagian ini adalah “siapa saja yang dimaksud dengan murid”. Apakah
hanya berlaku bagi para rasul dan orang-orang tertentu saja. Penelitian teks pada ayat
19 menunjukkan bahwa Yesus memang berbicara dengan ke-sebelas murid-Nya.
Penelaan lebih cermat menunjukkan bahwa Paulus mengatakan bersama sebelas murid
itu ada “lebih daripada 500 saudara” (1Korintus 15:6). Dari data ini dapat disimpulkan
bahwa Amanat Agung diberikan kepada semua orang percaya dan tidak hanya
ditujukan kepada orang-orang tertentu saja.
o Jadikan Murid
Kata ini adalah bentuk kedua plural dari μαθητεύω (matheteuo) dan mempunyai kata
dasar mathetes (murid). Sangat menarik, Matius dengan sengaja merubah kata benda
“murid” menjadi kata kerja (jadikan murid). Bentuk kata kerja dari kata ini hanya
muncul empat kali dalam Perjanjian Baru (Mat. 13:52; 27:57; 28:29; Kis. 14:21).32
Kata ini adalah “jangkar” yang menjadi titik tolak ketiga kata kerja lainnya. Kata ini
adalah perintah, baik dilihat bentuk maupun artinya – satusatunya bentuk perintah
verbal dalam ayat 16 sampai ayat 20. Inilah penekanan dari Amanat Agung yaitu
menjadikan murid orang-orang yang belum mengenal-Nya. Tomatala menyatakan
bahwa para murid diperintahkan untuk menjadikan murid melalui pergi, mengajar,
dan membaptis. Pada bagian inilah dapat dilihat arti penginjilan secara “operasional-
objektif”, yaitu penginjilan yang aktif dan dinamis umat Allah dengan tujuan untuk
menjadikan murid.33 Pengertian “mengajar” di bagian ini tentun pengajaran tentang
keselamatan yang menuntun orang yang tidak percaya menjadi percaya dan
menuntunnya untuk mengikrarkan kepercayaannya dalam upacara baptisan.
o Baptislah
Baptizontes adalah bentuk perticiple maskulin jamak yang berfungsi sebagai subyek.
Kata ini tidak berbentuk perintah, namun karena hubungan dan kedudukannya dengan
kata kerja yang mempengaruhinya, maka kata ini mempunyai kedudukan untuk
menyampaikan gagasan perintah.34 Sutanto menerjemahkan baptizo sebagai
“membasuh (dalam penyucian ritual orang Yahudi); membaptis”.35 Sementara itu
Mounce menambahkan nuansa baptisan sebagai tindakan yang mencerminkan
dedikasi.36 Sebagai langkah lanjut setelah percaya dan menerima Yesus sebagai
Tuhan dan Juru-selamatnya, orang itu memasuki fase yang baru yaitu baptisan.
Baptisan bukan sarana untuk menerima keselamatan melainkan justru setelah
diselamatkan, maka orang itu mengikrarkan kepercayaan-nya yang baru di hadapan
Tuhan dan orang-orang lain melalui upacara baptisan. Baptisan juga merupakan
pengakuan penerimaan mereka yang dibaptis ke dalam persekutuan tubuh Kristus.
Setelah baptisan dilakukan dan mereka diterima di antara murid Kristus, mereka harus
diajarkan semua hal yang diperintahkan Kristus. Baptisan harus dilakukan dalam
nama Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.
Setiap orang telah menerima baptisa mempunyai lima kewajiban yaitu: (a) Untuk
menjadikan perintah Kristus sebagai penguasa dalam hidupnya. (b) Untuk mentaati
apa yang diperintahkan Kristus. (c) Untuk mentaati semua hal yang diperintahkan
padanya, tanpa kecuali. (d) Untuk membatasi dirinya pada perintahperintah Kristus
dan bukan untuk menguranginya. (e) Untuk belajar kewajibannya terhadap hukum
Kristus.
o Mengajarlah
Kata mengajar adalah untuk mengajarkan semuanya. Kata ini harus dianalisa sama
dengan baptizontes. Artinya aktivitas mengajar dikaitkan secara langsung dengan
aktivitas membaptis. Dengan kata lain, setelah baptisan dilakukan, aktivitas yang
harus dilakukan beruikutnya adalah mengajarnya
Yesus memerintahkan agar petobat baru itu dibantu dengan diajarkan semua hal yang
diperintahkan-Nya. Disini jelas penekanan Yesus alaah pada pengajaran yang sehat
dan berkesinambungan. Pengajaran yang baik akan menghasilkan murid yang pada
waktunya juga akan memuridkan orang lain
5. Nikah beda agama boleh jadi sangat strategis bagi kaum Kristen dalam melancarkan
misinya, ini berbeda dengan muslim, mengapa, jelaskan!
Jawab
Sebagian umat Kristen yang memperbolehkan menikah beda agama dikarenakan
mungkin berpegang teguh pada “Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang
akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. 1 Petrus 4:8”
“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. 1
Yohanes 4:8”
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Kejadian 2:24”
Sedangakn dalam Agama Islam menikah berbeda agama sangat dilaranag apalagi jika
dipakai sebagai strategi untuk menyebarkan agama (sama dengan mencemarkan agama,
karena melanggar ayat al-Quran) ayatnya: QS. Al-Baqarah ayat 221:
“Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman.
Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik
meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik
(dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman.”
Dari Abubakar bin Muhammad Al Azdi dia berkata, “Aku bertanya kepada Abu Hasan
tentang mut’ah, apakah termasuk dalam pernikahan yang membatasi empat istri?” Dia
menjawab, “Tidak.” (Al-Kafi, Jilid:5 Hal. 451).
Wanita yang dinikahi secara mut’ah adalah wanita sewaan, jadi diperbolehkan nikah
mut’ah walaupun dengan 1000 wanita sekaligus, karena akad mut’ah bukanlah
pernikahan. Jika memang pernikahan, maka hanya akan dibatasi sampai empat istri.
Dari Zurarah dari Ayahnya dari Abu Abdullah, “Aku bertanya tentang mut’ah pada
beliau apakah merupakan bagian dari pernikahan yang membatasi 4 istri?” Jawabnya,
“Menikahlah dengan seribu wanita, karena wanita yang dimut’ah adalah wanita
sewaan.” (Al-Kafi, Jilid: 5, Hal. 452).
Hal yang penting dalam pelaksanan nikah mut’ah yang adalah waktu (masa
pernikahan) dan mahar. Jika keduanya telah disebutkan ketika akad, maka sahlah akad
nikah mut’ah laki-laki dan perempuan yang akan mut’ah ini. Karena seperti yang akan
dijelaskan kemudian bahwa hubungan pernikahan mut’ah berakhir dengan selesainya
waktu yang disepakati. Jika pernikahan ini tidak memiliki batas waktu yang harus
disepakati, maka nikah mut’ah tidak berbeda dengan pernikahan biasa yang dikenal
dalam Islam.
Dari Zurarah bahwa Abu Abdullah berkata, “Nikah mut’ah tidaklah sah kecuali dengan
menyertakan 2 perkara; waktu tertentu dan bayaran tertentu.” (Al-Kafi, Jilid:5,
Hal.455). Sama seperti barang sewaan, misalnya mobil. Jika kita menyewa mobil harus
ada dua kesepakatan dengan si pemilik mobil, berapa harga sewa dan berapa lama kita
ingin menyewa.
Telah disebutkan bahwa rukun akad mut’ah adalah adanya kesepakatan atas waktu dan
mahar. Berapa batas minimal mahar nikah mut’ah? Dari Abu Bashir dia berkata, “Aku
bertanya pada Abu Abdullah tentang batas minimal mahar mut’ah, lalu beliau
menjawab bahwa minimal mahar mut’ah adalah segenggam makanan, tepung, gandum,
atau kurma.” (Al-Kafi, Jilid:5, Hal. 457).
Maka tidak ada batasan mahar untuk nikah mut’ah jika merujuk pada kondisi zaman
sekarang, berapapun harta yang dimiliki bisa untuk dijadikan sebagai mahar dengan
digarisbawahi sesuai dengan kesepakatan diantara dua belah pihak.
Dalam nikah mut’ah tidak mengenal istilah talak (cerai), karena nikah mut’ah adalah
pernikahan yang tidak lazim dalam Islam. Jika hubungan pernikahan yang lazim
dilakukan dalam Islam, maka pernikahan berakhir dengan beberapa hal dan salah
satunya adalah talak atau cerai. Adapun dalam nikah mut’ah, hubungan pernikahan
dikatakan selesai adalah dengan berlalunya waktu yang telah disepakati bersama.
Seperti yang diterangkan
dalam riwayat di atas, kesepakatan atas jangka waktu mut’ah adalah salah satu
rukun/elemen penting dalam mut’ah selain kesepakatan atas mahar.
Dari Zurarah, dia mengatakan, “Masa iddah bagi wanita yang mut’ah adalah 45 hari.
Seakan saya melihat Abu Abdullah menunjukkan tangannya tanda 45. Jika selesai
waktu yang disepakati, maka mereka berdua terpisah tanpa adanya talak.” (Al-Kafi,
Jilid:5, Hal. 458).
Dalam nikah mut’ah juga tidak ada batas minimal mengenai kesepakatan waktu
berlangsungnya mut’ah. Jadi boleh saja nikah mut’ah dalam jangka waktu satu hari,
satu minggu, satu bulan, bahkan untuk sekali hubungan suami istri.
Dari Khalaf bin Hammad, dia berkata, “Aku mengutus seseorang untuk bertanya pada
Abu Hasan tentang batas minimal jangka waktu mut’ah. Apakah diperbolehkan mut’ah
dengan kesepakatan jangka waktu satu kali hubungan suami istri?” Jawabnya, “Ya
(boleh ed.). (Al-Kafi, Jilid:5, Hal.460).
Orang yang melakukan nikah mut’ah diperbolehkan melakukan apa saja layaknya
suami istri dalam pernikahan yang lazim dikenal dalam Islam, sampai habis waktu yang
disepakati. Jika waktu yang disepakati telah habis, mereka berdua tidak menjadi suami
istri lagi, dan kembali ke hukum semula yang haram dipandang, disentuh, dan lain
sebagainya. Bagaimana jika terjadi kesepakatan mut’ah atas sekali hubungan suami
istri? Padahal setelah berhubungan layaknya suami istri mereka sudah bukan suami istri
lagi, yang mana berlaku hukum hubungan pria wanita yang bukan mahram? Tentunya
diperlukan waktu untuk berbenah dan mengenakan pakaian sebelum keduanya pergi.
Dari Abu Abdillah, ditanya tentang orang nikah mut’ah dengan jangka waktu sekali
hubungan suami istri. Jawabnya, “Tidak mengapa, tetapi jika selesai berhubungan
hendaknya memalingkan wajahnya dan tidak melihat pasangannya.” (Al-Kafi, Jilid:5,
Hal.460
7.
Lambang Hima Persis berpegang teguh pada Al- organisasi yang konsen
adalah sebuah buku Qur’an dan As-Sunnah terhadap ajaran Islam yang
terbuka berwarna putih dalam topik pemikiran murni, secara umum di
yang melambangkan agama islam, di sisi lain bidang keagamaan
Islam” dengan huruf Arab, sangat fundamental serta Qurani yaitu generasi
yang melambangkan signifikan dalam muslim muslimah yang