Anda di halaman 1dari 15

BAB VI

TUHAN BERKARYA MELALUI AJARAN AGAMA

A. Pengertian Ajaran agama


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ajaran adalah segala sesuatu yang diajarkan; nasehat; petuah; petunjuk.

Ajaran agama berarti bentuk aktualisasi dari firman Tuhan yang dapat menyentuh hati dan pikiran, yang
membuat manusia percaya kepada ajaran tersebut sebagai sandaran hidup yang mampu memperbaharui dan
membuka jalan hidupnya. Kejernihan hati dan pikiran manusia akan akan berpengaruh pada sikap dan tingkah laku
yang positif dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, ajaran agama dapat membuat manusia kembali merasakan kebahagiaan, terlepas dari segala
kegelisahan hidup. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi manusia dapat terjawab ketika manusia mengalami
pengalaman keagamaan.

Ajaran agama yang merupakan bentuk aktualisasi firman Tuhan, hadir dan menyapa manusia dalam setiap agama
lewat wahyu Tuhan. Allah mewahyukan diriNya kepada umat manusia dari zaman-ke zaman secara berbeda pada
diri orang-orang tertentu yang berbeda pula. Mereka adalah orang-orang khusus yang dipilih Tuhan untuk
menerima wahyuNya. Maka munculah berbagai agama dengan ajarannya masing-masing.

B. Pengertian dan Pandangan tentang Wahyu Tuhan dalam Agama-agama

1.Menurut Kamus Bahasa Indonesia,


wahyu adalah petunjuk langsung dari Tuhan (Daryanto. 1997:628). Hal ini menunjukkan adanya
keterkaitan dengan pengetahuan akan kehadiran Tuhan. Wahyu juga dipahami sebagai kesediaan Allah
untuk mengungkapkan diri dan menyatakan kehendak-Nya kepada manusia dan dunia (Hardjana.
2007:41).
2.Menurut Agama-agama

= Menurut Agama Katolik,

wahyu adalah cara Tuhan untuk mendekati, menyapa, dan memperkenalkan diri-Nya pada manusia (Purwatma.
1998:16-20). Dari pengalaman kehadiran Tuhan, kita memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dan kehendakNya
kepada manusia. Tuhan menampakkan diri kepada manusia melalui wahyu-Nya. Dalam hal ini, gereja Katolik
memiliki sejarah panjang pemahaman tentang Wahyu.

Konsili Trente yang diselenggarakan sebagai tanggapan atas timbulnya Reformasi Protestantisme menegaskan
bahwa selain Kitab Suci, wahyu juga diteruskan oleh Tradisi Gereja dan ditafsirkan secara wewenang oleh kuasa
Mengajar Gereja/Magisterium. Yang termasuk paham wahyu menurut para bapa konsili ini adalah sejarah Israel,
peristiwa Kristus, dan kegiatan Roh Kudus yang bersifat pewahyu sepanjang zaman Gereja. Hal ini merupakan
tanggapan atas pandangan Gereja Reformasi yang menekankan Sola Scriptura (hanya Kitab Suci sebagai sumber
wahyu, magisterium/pimpinan gereja dan Tradisi dianggap tidak perlu).

Jadi wahyu adalah cara Tuhan mendekati,menyapa dan memperkenalkan diriNya kepada manusia melalui
firmanNya, ajaran magisterium gereja dan tradisi gereja .

= Menurut Agama Kristen

1
Dalam tradisi Kristen Reformasi, pandangan tentang wahyu menjadi amat penting, karena pertama, Allah
berkenan untuk dikenal oleh manusia. Allah berinisiatif memperkenalkan diri-Nya (Ibrani 1:1-2). Manusia
mengetahui tentang Allah karena Dia berkenan merendahkan diri untuk berkomunikasi dengan kita. Seperti orang
dewasa yang berbicara dengan anak kecil, Allah menyesuaikan bahasa dan ungkapan-Nya dengan kemampuan
kita. John Calvin berkata, ”Seperti pengasuh terhadap bayi, Allah berbicara kepada kita.” Kedua, manusia
memerlukan penyataan diri Allah jika ia ingin memperoleh pengetahuan secukupnya mengenai Dia. Tanpa wahyu
Allah maka manusia tidak dapat mengenal Allah & rencana-Nya. Segala spekulasi manusia tentang Allah akan sia-
sia belaka.

Maka Wahyu adalah inisiatif Allah untuk memperkenalkan diriNya serta merendahkan diriNya untuk
berkomunikasi dengan manusia sehingga manusia dapat memperoleh pengetahuan yang cukup tentang Allah.

= Menurut Agama Islam

Dalam tradisi Muslim, wahyu dipahami sebagai isyarat panca Indra seperti isyarat mata, tangan dan yang  lainnya
seperti firman Allah surat Myriam ayat 11: “Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, kemudian  ia memberi
isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih pada waktu pagi dan juga petang.” ( Mihrab: tempat imam
memimpin sholat berjamaah. Tasbih : memanjatkan puji-pujian kepada Allah).

Selain itu, wahyu juga dimengerti sebagai inspirasi yang timbul dari hati  yaitu apa yang disampaikan Allah kepada
hati seseorang berupa ilmu, perintah, ataupun larangan. seperti  Firman Allah “Dan kami ilhamkan kepada ibu
Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu merasa khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan
janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) merasa bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari antara para rasul” (Al-Qhasas: 7). Wahyu
tersebut diwujudnyatakan dalam Al-Quran dan juga Sunah para Nabi.

Jadi, wahyu adalah isyarat panca indra yang dimengerti sebagai inspirasi yang timbul dari hati seseorang akan apa
yang disampaikan Allah berupa ilmu, perintah atau larangan.

= Menurut Agama Hindu

Orang Hindu memahami bahwa para Rsi adalah penerima wahyu dari Sang Hyang Widhi. Rsi berarti yang
memandang, yang melihat atau yang memperoleh wahyu Sang Hyang Widhi. Wahyu yang telah diterima dihimpun
dalam kitab suci Veda. Dalam keyakinan orang Hindu, ada 7 (tujuh) Rsi yang paling banyak disebutkan namanya.
Ketujuh Rsi ini sering disebut Maha Rsi. Adapun ketujuh Maha Rsi itu adalah: Grtsamada, Wiswamitra,
Wamadewa, Atri, Bharadwaja, Wasistha, Kanwa. Seorang Maha Rsi adalah tokoh pemikir, pemimpin, dan penerus
ide dari Sang Hyang Widhi. Ia rendah hati dan tahan uji, ia memiliki pandangan yang luas dan mampu menatap
masa depan, mampu mengendalikan indrianya, suka melakukan tapa, brata, yoga, samadhi, karena itu ia
senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai pemimpin agama ia adalah pengayom yang
memberikan keteduhan dan kesejukan kepada siapa saja yang datang untuk memohon bimbingannya.

Maka wahyu adalah sesuatu yang diperoleh dari Sang Hyang Widhi , yang diterima oleh Maha Rsi dan dihimpunkan
dalam sebuah kitab suci.

= Menurut agama Buddha

Agama Buddha tidak mempersoalkan adanya wahyu atau tidak. Kaum Buddhis tidak mengatakan bahwa naskah-
naskah suci adalah wahyu Tuhan. Sebaliknya, naskah-naskah suci agama Buddha adalah penyampaian seorang
manusia yang telah mencapai pencerahan, yakni Sang Buddha, yang didengar dan diingat oleh manusia. Naskah-

2
naskah suci tersebut berisi ajaran dan pedoman moral untuk ditaati dan dihayati oleh diri sendiri. Agama-agama
lain memahami bahwa demi keselamatan orang harus mempercayai segala sesuatu yang ada di kitab suci, tetapi
seorang Buddhis harus mengerti dan memahaminya sendiri, kitab-kitab suci hanyalah sarana untuk melaksanakan
hal ini. Seperti yang disabdakan Sang Buddha dalam salah satu khotbah-Nya yang sangat terkenal, Khotbah pada
suku Kalama (Kalama Sutta): Janganlah bertindak hanya atas dasar kekuasaan kitab-suci (Pitaka Sampada) ....
tetapi bila engkau mengetahui sendiri: "Hal-hal ini adalah baik, hal-hal ini tidak akan dipersalahkan, hal-hal ini
dipuji oleh para bijaksana, dan bila dilaksanakan serta diikuti, membawa kebajikan dan kebahagiaan," maka ikuti
dan mantaplah dengannya.[A, I: 187].

Bagi seorang Buddhis hal yang paling penting adalah apa yang diucapkan dan apakah itu tepat serta berfaedah. Bila
kita membaca sabda-sabda Sang Buddha, kita hendaknya membiarkan sabda-sabda itu menyarankan pemahaman
bagi kita, kita merenungkan pemahamannya, mengerti dan membandingkannya dengan pengalaman sendiri.

Wahyu adalah naskah suci yang disampaikan oleh seseorang yang telah mencapai pencerahan, yakni sang Buddha
berupa ajaran dharma.

= Menurut agama Kong Hu Chu

Wahyu adalah turunnya firman Tien yang merupakan watak sejati ( roh kebajikan ) yang dapat menjadi tuntunan
hidup umat untuk dapat menempuh jalan suci.

Bimbingan untuk menempuh jalan suci itu kemudian disebut sebagai agama. Maka seseorang tidak boleh
memisahkan diri dari jalan suci

Tien ( Tuhan yang Maha Esa ) adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat dan di dengar oleh manusia, tetapi harus
ditakuti dan ditaati.

C. Macam-macam Wahyu.

Dalam konteks agama-agama, ada dua jenis wahyu, antara lain:

1. Wahyu Umum. Wahyu umum adalah petunjuk (pengetahuan)


penampakan/kehadiran Tuhan yang dirasakan dan disadari dalam dan melalui alam semesta, serta peristiwa
hidup sehari-hari. Untuk itu, manusia harus benar-benar peka akan kehadiran Allah yang tampak melalui:
o Alam semesta. Melalui alam semesta manusia dapat melihat hukum Allah yang mengatur alam dan segala
kehidupan yang ada di dalamnya.
o Hati nurani. Di dalam hati tertanam hukum yang mengatur perilaku moral, sehingga setiap manusia
memiliki kesadaran akan yang baik dan yang jahat.

Dua hal ini menjadi titik tolak pengalaman religius manusia akan kehadiran Allah. Dari sanalah setiap manusia
dapat menjadi penyalur wahyu Allah bagi orang lain yang membutuhkan atau bahkan belum megenalnya.

2. Wahyu Khusus. Wahyu khusus adalah petunjuk (pengetahuan) penampakan


Tuhan dan kehendakNya yang dapat ditelaah dari isi Kitab Suci dan ajaran para nabi. Secara khusus lagi, bagi
orang Kristen dan Katolik, Yesus Kristus adalah wahyu Tuhan. Ia selain nabi, juga diyakini sebagai Sang Sabda
( kalam Allah ) yang menjadi manusia. Dalam Yesus, Allah hadir ke dunia, mendekati dan menawarkan kasih-
Nya kepada manusia untuk hidup berbahagia bersamaNya. Dalam Yesus, orang bisa mengenal Tuhan. Wahyu
ini menjadi titik tolak pengalaman iman.

D. PEMUKA AGAMA SEBAGAI ORANG YANG MENYAMPAIKAN AJARAN AGAMA

3
Usaha manusia untuk dekat dengan Tuhan dapat dilakukan, selain dengan membaca, mendengarkan dan
merenungkan ajaran agama atau kepercayaan juga dengan mempelajari atau mendengarkan ajaran yang
disampaikan para pemuka agama/ kepercayaan atau juga melalui orang-orang pilihan Tuhan, misalnya: ustadz,
kiai, guru agama, pastor, pembimbing atau pemimpin rohani, melalui kotbah, pelajaran agama dan bimbingan.

E. INTI AJARAN SETIAP AGAMA

Tuhan tidak henti-hentinya menyapa manusia. Tuhan sangat mencintai menusia, sehingga Ia selalu menggerakan
hati manusia untuk menangkap kehendakNya. Melalui ajaran agama atau kepercayaan manusia diundang untuk
bisa memperbaharui diri, memperbaharui hidup. Sapaan Tuhan diharapkan dapat menjadi dasar atau pegangan
hidup dan dapat menenteramkan hati manusia. Pada bagian ini, akan dibahas beberapa aspek penting yang
menjadi inti ajaran agama dan kepercayaan.

1. AGAMA HINDU
Agama Hindu berakar pada tradisi dan sejarah bangsa India yang muncul pada tahun 1800 SM. Fakta historis
dimulainya Hinduisme kurang pasti, namun ditunjukkan peradaban Hindu dimulai di Lembah Sungai Indus.
Peradaban Lembah Sungai Indhus ini dibuktikan dengan begitu banyak patung yang ditemukan. Patung para dewi
yang menuangkan kesan bahwa di Lembah Indus peran Dewi Kesuburan amat nampak. Pada tahun 1500 SM,
bangsa Arya dari India Barat Laut datang ke lembah Sungai Indhus dan membawa banyak pengaruh. Salah satunya
adalah sistem kasta. Sistem kasta bertujuan agar setiap orang bekerja sesuai dengan warna dan peran serta
kedudukannya. Dalam waktu singkat, terjadi perkawinan campur antara orang Arya dan lembah Indhus. Tak lama
sesudah itu, muncul pula bentuk-bentuk sastra yang sangat khas dari ungkapan kepercayaan dan pengalaman
kehidupan orang Hindu sendiri yang kemudian ditulis dalam Veda (Weda).
Dewasa ini, orang Hindu memiliki pandangan tentang Hinduisme yang berbeda-beda. Namun, ada beberapa
doktrin/ajaran yang diterima oleh sebagian besar penganut Hinduisme, antara lain:
a. Percaya pada Allah.
Orang Hindu yakin dan percaya pada Allah. Kelompok ini adalah agama monoteis di mana para pengikutnya
yakin akan SATU ALLAH, yaitu Brahman (Roh yang Mutlak), yang tak dapat dijangkau dan dimengerti oleh
akal budi manusia. Brahman dapat diketahui dengan menampilkan berjuta-juta gambaran tentangnya.
Gambaran-gambaran tentang Brahman ditunjukkan dalam karya seni patung yang maha indah. Brahman
dipuja dan dipuji oleh pengikutnya dengan rupa-rupa cara dalam ibadat di kuil-kuil. Brahman dimaknai juga
sebagai roh yang maha tinggi. Manusia tak dapat menjangkaunya. Ia terbatas oleh ruang dan waktu.
Namun, Brahman juga dapat dijumpai dalam seluruh alam semesta. Dia adalah pencipta dan pemiliki
segalanya. Sampai dunia yang ada di dalam diri kita yaitu jiwa/atman adalah satu dengan Brahman.
Sayangnya, manusia sering tidak menyadarinya. Surga dicapai dan lingkaran kelahiran, kehidupan, dan
kematian berakhir jika Brahman dan atman bersatu kembali.
Orang Hindu juga memiliki keyakinan bahwa Brahman sebagai Yang Maha Kuasa menguasai dunia dengan
tiga sifat utamanya, yaitu Brahma, Vishnu, Shiva. Tiga serangkai (Trimurti) berkembang dalam dunia
Hindusime sekitar 2000 tahun yang lalu.

b. Percaya pada Dewa-Dewi.


Dewa-Dewi menghiasi semua karakter Brahman. Mereka memberikan keindahan yang luar biasa. Dalam hal
ini, orang Hindu menghayati bahwa Allah tidak memiliki jenis kelamin, bukan pria maupun wanita, sebab
Allah melingkupi semua makluk. Allah tampak dalam bentuk dan rupa apa pun, entah pria maupun wanita
bahkan binatang. Dewa-dewi tersebut memiliki tugas dan kewajiban tertentu yang harus dilakukan. Dewa-
dewi tersebut dinyatakan dalam bentuk patung-patung. Semua orang Hindu wajib mengungkapkan
penyembahan pada patung-patung itu.

c. Hukum Karma (Karma Phala).


Segala gerak (aktivitas) yang dilakukan disengaja atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah disadari atau
diluar kesadaran semua itu disebut “karma” (Sanskerta: bergerak atau berbuat). Menurut hukum sebab-
akibat, maka setiap sebab pasti ada akibat. Demikian pula sebab dari suatu gerak atau perbuatan akan
menimbulkan akibat, buah atau hasil.

4
Karma Phala dapat dibedakan atas 3 (tiga) macam yaitu:
 Sancita Karmaphala ialah hasil perbuatan dalam kehidupan terdahulu yang dinikmati pada masa
kehidupan ini.
 Prarabda Karmaphala ialah hasil perbuatan pada masa kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi.
 Kryamana Karmaphala ialah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat kehidupan ini,
sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.
Tegasnya, bahwa cepat atau lambat dalam kehidupan sekarang atau nanti segala hasil dari perbuatan itu
pasti akan diterima, karena hal itu sudah merupakan hukum perbuatan (karma).

d. Punarbhawa/Samsara (Percaya adanya Penitisan/Penjelmaan Kembali).


Punarbhawa artinya kelahiran berulang-ulang yang disebut reinkarnasi. Kelahiran yang berulang-ulang ini
membawa akibat sukha dan dukha. Samsara (punarbhawa) ini terjadi akibat jiwa / atman masih
dipengaruhi/diliputi oleh kenikmatan, sehingga kematian akan diikuti oleh kelahiran kembali. Sebab sebagai
manusia sekarang ini adalah akibat baik dan buruknya karma itu juga. Setelah selesai menikmati phala dari
perbuatan baik dan buruk menjelmalah ia mengikuti sifat karma phala itu. Oleh karena itu yang sangat
menentukan adalah perbuatan baik atau buruk yang dilakukan sekarang juga (Sarasamuscaya.7).
Karma dan Punarbhawa ini merupakan suatu proses yang terjalin erat. Setiap karma yang dilakukan atas
dorongan asubha karma (karma yang jahat) akan menimbulkan dosa dan atma akan mengalami neraka
serta dalam punarbhawa yang akan datang akan mengalami penjelmaan dalam tingkat yang lebih rendah,
sengsara atau menderita bahkan menjadi mahluk yang hina. Sebaliknya, setiap karma yang baik (subha
karma) akan mengakibatkan atma menuju sorga dan jika menjelma kembali akan mengalami tingkat
penjelmaan lebih sempurna/lebih tinggi (Sarasamuscaya.48).
Kesimpulannya dengan keyakinan akan punarbhawa ini maka orang harus sadar, bahwa bagaimanapun
kelahirannya tergantung dari karma wasananya. Oleh karena itu kelahiran kembali ini adalah kesempatan
untuk memperbaiki diri untuk meningkat ke taraf yang lebih tinggi.

e. Moksa (Percaya adanya Kelepasan/Merdeka).


Moksa merupakan tujuan yang terakhir/tertinggi. Moksa adalah kebebasan dari keterikatan benda-benda
duniawi dan terlepasnya atman dari pengaruh maya ( kekuatan dunia) serta bersatu kembali dengan
sumberNya. Dalam keadaan ini atman mengalami kesadaran dan kebahagiaan yang kekal abadi. Orang yang
telah mencapai moksa, tidak lahir lagi ke dunia karena tidak ada apapun yang mengikatnya. Ia telah bersatu
dengan-Nya.
Selain setelah di dunia akhirat, moksa juga dapat dicapai semasa hidup di dunia ini, (jiwan mukti) namun
terbatas kepada orang-orang yang sudah bebas dari keterikatan duniawi. Sebagaimana halnya para Maharsi
yang bebas dari keinginan menikmati mayanya dunia ini dan bekerja tanpa pamrih untuk kesejahteraan dan
kedamaian serta kebahagiaan dunia.

2. AGAMA BUDDHA

Inti ajaran Buddha yang diajarkan oleh semua aliran dan sekolah buddhisme adalah“Empat Kebenaran Mulia dan
Jalan Beruas Delapan”. Namun, teori dan prakteknya seringkali berbeda-beda. Tujuan utama Buddha dalam
pencariannya adalah untuk mencari pemecahan atas persoalan utama dari semua makhluk yaitu penderitaan.
Ajaran empat kebenaran dan jalan beruas delapan adalah hasil yang telah dijalani dan dipraktekkan Buddha,
sekaligus resep bagi manusia guna menghadapi penderitaan dan menemukan kebahagiaan sejati. Buddha
berkata ”Jika seseorang berhasil menaklukkan 1000 musuh dalam 1000 perperangan dan seseorang yang satu lagi
berhasil menaklukkan dirinya sendiri, ia adalah penakluk yang sebenarnya.”

Empat Kesunyataan Mulia

1. Kesunyataan Mulia tentang Dukkha

Hidup dalam bentuk apa pun adalah dukkha (penderitaan). Orang dilahirkan, usia tua, sakit, mati adalah
penderitaan. Orang berhubungan dengan orang yang tidak disukai adalah penderitaan. Orang ditinggalkan oleh

5
orang yang dicintai adalah penderitaan. Tidak memperoleh yang dicita-citakan adalah penderitaan. Masih memiliki
lima khanda ( hal jasmani,perasaan,pendengaran, pikiran dan kesadaran ) adalah penderitaan.

Dukkha dapat juga dibagi sebagai berikut :


 Dukkha-dukkha  ialah penderitaan yang nyata, yang benar di rasakan sebagai penderitaan tubuh dan
batin, misalnya sakit kepala, sakit gigi, susah hati dan lain-lain.
 Viparinama-dukkha merupakan fakta bahwa semua perasaan senang dan bahagia- berdasarkan sifat
ketidakkekalan – didalamnya mengandung benih benih kekecewaan, kekesalan dan lain-lain.
 Sankhara dukkha – lima khanda (rupa/jasmani, perasaan, pencerapan, bentuk pikiran, kesadaran) adalah
penderitaan;  selama masih ada lima khanda, tidak mungkin terbebas dari sakit fisik.

Kehidupan penuh dengan dukkha (penderitaan) yang tidak mungkin dapat dihindari. Buddha melihat bahwa
manusia berada di jalan tanpa pintu keluar menuju kematian. Sekilas penggambaran Buddha terhadap kehidupan
ini seperti pandangan yang pesimis, tetapi Buddha melihat penderitaan sebagai titik awal bukan akhir . Buddha
mengajukan apa yang menurutnya realistis dan kenyataan dari kondisi kehidupan manusia yang harus dilalui dan
dijalani oleh semua manusia dan kemudian menawarkan serangkaian cara penyembuhan untuk mampu menahan
dan menerima penderitaan yang harus dijalani oleh semua manusia.

2. Kesunyataan Mulia Tentang Asal Mula Dukkha ( Samudaya )

Penyebab penderitaan yaitu Tanha (Nafsu Indriawi). Buddha mengacu pada nafsu indrawi yang berakar dari
pandangan yang mementingkan diri sendiri. Berdasarkan pandangan yang salah tentang eksinstensi aku dan
milikku yang hanya membawa penderitaan, semakin kita berusaha memuaskan ego, maka ego kita akan semakin
besar dan semakin haus akan kepuasan, akhirnya kita menjadi budak nafsu dan akan menjadi penyebab
penderitaan.

Dikenal tiga macam tanha, yaitu:


 Kamatanha adalah kehausan akan kesenangan indriya yaitu kehausan akan keindahan, suara-suara
merdu, wangi-wangian, rasa nikmat, sentuhan lembut, bentuk pikiran.
 Bhavatanha : kehausan untuk lahir kembali sebagai manusia berdasarkan kepercayaan tentang adanya
“atma (roh) yang kekal dan terpisah”(attavada).
 Vibhavatanha: kehausan untuk memusnahkan diri, berdasarkan kepercayaan, bahwa setelah mati
tamatlah riwayat tiap-tiap manusia (ucchedavada).

3.  Kesunyataan Mulia Tentang Lenyapnya Dukkha ( Nirodha )

Kalau tanha dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan yang bahagia sekali, karena terbebas dari
semua penderitaan(batin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.
 Sa-upadisesa-Nibbana : Nibbana masih bersisa. Dengan ‘sisa’ dimaksud bahwa lima khanda itu masih ada.
 An-upadisesa-Nibbana : Setelah meninggal dunia , seorang Arahat ( seorang yang telah terbebas dari
belenggu hawa nafsu /tanha) akan mencapai anupadisesa-nibbana, ialah nibbana tanpa sisa atau juga
dinamakan pari-nibbana. Sang Arahat telah beralih ke dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata. Misalnya: kalau api padam, kejurusan mana api itu pergi? Jawaban yang tepat : ‘tidak tau’ sebab
api itu padam karena kehabisan bahan bakar.
Buddha Sakyamuni suatu saat pernah berkata : Semua pembicaraan yang tidak behubungan dengan
memadamkan penderitaaan , bukan diajarkan olehku.
Hal ini membutuhkan transformasi dalam diri kita, melalui semacam penyadaran kita dapat memahami kebenaran,
seperti apa yang dilihat Buddha dan mencapai penerangan sempurna.

Buddha Sakyamuni  berulang kali menginstruksikan pada muridnya Ananda dengan penuh perhatian “ Jangan
takut karena tubuh fisikku sudah tak ada lagi di dunia ini. Aku telah mengajarimu semua Dhammaku dan tidak

6
menyisakan apa pun. Dimasa yang akan datang kamu harus menerima Dhamma itu sebagai gurumu. Kamu juga
harus menggunakan Dhamma itu sebagai tempat perlindungan untuk- melindungi dirimu sendiri. Kamu harus
melayani seperti menara apimu sendiri yang mampu membimbingmu melintasi jalan perbaikan. Membimbing
indramu sendiri dan melakukan refleksi terhadap pikiranmu sendiri. Berkonsentrasi dengan rajin untuk bisa
mencapai tujuan. Tidak pernah membiarkan berpuas diri”.

4. Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha ( Magga ).

Delapan jalan utama (jalan utama beruas delapan) yang akan membawa kita ke jalan menuju lenyapnya dukkha ,
yaitu:
Panna (Kebajikan)
1. Pengertian Benar ( samma-ditthi)
2. Pikiran Benar ( samma sankappa)
Sila (Nilai moral)
3. Ucapan Benar (samma-vaca)
4. Perbuatan Benar (samma kammanta)
5. Pencaharian Benar (samma ajiva)
Samadhi (Meditasi/Konsentrasi
6. Daya Upaya Benar (samma vayama)
7. Perhatian Benar (samma sati)
8. Konsentrasi Benar ( samma samadhi)

NIRVANA
Yaitu suatu keadaan dan bukanlah suatu tempat. Nirvana lebih kepada suatu tingkat kesadaran dimana
seseorang tidak terikat lagi dengan hal-hal duniawi dan tidak lagi mengalami tumimbal kelahiran atau
reinkarnasi.

TISARANA
Yaitu ajaran tentang 3 perlindungan , yakni berlindung kepada Buddha, berlindung pada Dhamma dan
berlindung pada sangha.

ENAM PARAMITA
Disamping itu ada juga dua ajaran dasar lainnya yakni Enam paramita ( kesempurnaan Bodhisattva ) yakni :
murah hati, disiplin, sabar, rajin, mawas diri melalui meditasi dan kebijaksanaan ;
serta lima Sila ( Pancasila) yakni : jangan membunuh, jangan mencuri, jangan berbohong, jangan melakukan
tindakan asusila dan jangan minum minuman yang memabukan .

HUKUM KARMA
Hukum ini secara seksama memelihara agar hasil dan manfaat yang baik akan mengikuti pikiran dan perbuatan
yang baik, sebaliknya yang buruk akan mengikuti pikiran dan perbuatan yang buruk .

3. AGAMA ISLAM

Islam (al-Islām: "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Islam


memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: Allah). Pengikut ajaran Islam
dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah
Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh
bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

7
SYAHADAT ISLAM
Mengucap Kalimat syahadat merupakan satu amalan kebaikan yang paling besar disisi Allah, dan apabila tidak
mengucapkannya merupakan kemungkaran paling besar disisi Allah. Segala dosa akan diampunkan oleh Allah bagi
yang mengucapkannya dan bermula dia mengakui Allah sebagai tuhan untuk ditaati dan mengikuti cara yang
diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Adapun makna dua kalimah Syahadat atau Syahadattain itu adalah:
 Syahadat Tauhid: menyaksikan ke-Esa-an Allah subhanahu wa ta'ala.
 Syahadat Rasul: menyaksikan dan mengakui kerasulan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Adapun Lafadz dua kalimat syahadat itu adalah sebagai berikut: "ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, WA
ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH." Yang artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah utusan Allah."
Dengan mengucapkan 2 kalimat syahadat, seseorang sudah dapat  disebut sebagai Muslim. Adapun bagaimana
dengan hatinya, itu semua adalah urusan Allah Subhannahu Wa Ta'ala yang Maha Mengetahui yang lahir maupun
yang gaib.

Pengucapan Syahadat perlu dilakukan dengan jelas, selain mengucap perlu mengucapnya secara jujur dan ikhlas
dalam pengucapan dan juga perlu dilakukan untuk mengucapkan di hadapan dua orang saksi Muslim. Allah
adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Dengan mengikrarkan
kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allah sebagai tujuan, motivasi, dan
jalan hidup. Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allah yang
disampaikan melalui seorang 'Rasul Allah’, Muhammad.

RUKUN IMAN
a. Iman kepada Allah.
Artinya meyakini adanya Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah.
b. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah.
Meyakini bahwa Malaikat adalah hamba Allah yang selalu patuh pada perintah Allah.

c. Beriman kepada Kitab-kitab-Nya.

Meyakini bahwa Allah telah menurunkan Taurat kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil kepada Isa, dan Al
Qur’an kepada Nabi Muhammad. Namun harus diyakini juga bahwa semua kitab-kitab suci di atas telah
dirubah oleh manusia sehingga Allah kembali menurunkan Al Qur’an yang dijaga kesuciannya sebagai pedoman
hingga hari kiamat nanti. ”Maka kecelakaan yng besar bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan
mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit
dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan
mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” [Al
Baqarah/2:79]. Umat Islam harus meyakini kebenaran Al Qur’an dan mengamalkannya:”Kitab Al Quran ini tidak
ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah/2:2].

d. Beriman kepada Rasul-rasul (Utusan) Allah. Rasul/Nabi merupakan manusia yang terbaik yang pantas dijadikan
suri teladan yang diutus Allah untuk menyeru manusia ke jalan Allah. Ada 25 Nabi yang disebut dalam Al Qur’an
yang wajib kita imani di antaranya Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Karena ajaran Nabi-Nabi
sebelumnya telah dirubah ummatnya, kita harus meyakini bahwa Nabi Muhammad saw adalah Nabi terakhir
yang harus kita ikuti ajarannya. ”Muhammad bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” [Al Ahzab/33:40]

e. Beriman kepada Hari Akhir (Kiamat/Akhirat). Harus diyakini bahwa dunia ini fana. Suatu saat akan tiba hari
Kiamat. Pada saat itu manusia akan dihisab. Orang yang beriman dan beramal saleh masuk ke surga. Orang
yang kafir masuk neraka. Selain kiamat besar juga harus diyakini akan kiamat kecil yaitu mati. Setiap orang
pasti mati. Untuk itu setiap orang harus selalu hati-hati dalam bertindak.

8
f. Percaya kepada Takdir/qadar yang baik atau pun yang buruk. Meski manusia wajib berusaha dan berdoa,
namun apa pun hasilnya setipa orang harus menerima dan mensyukurinya sebagai takdir dari Allah.

RUKUN ISLAM
a. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Umat Islam meyakini hanya
Allah Tuhan yang wajib dipatuhi perintah dan larangannya. Jika ada perintah dan larangan dari selain Allah,
misalnya manusia, yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, maka Allah yang harus dipatuhi.
Ada pun Muhammad adalah utusan Allah yang menjelaskan ajaran Islam. Untuk mengetahui ajaran Islam yang
benar, setipa orang berkewajiban mempelajari dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad.

b. Shalat 5 waktu, yaitu: Subuh 2 rakaat, Dzuhur dan Ashar 4 raka’at, Maghrib 3 rakaat, dan Isya 4 raka’at. Shalat
adalah tiang agama barang siapa meninggalkannya berarti merusak agamanya.

c. Puasa di Bulan Ramadhan. Yaitu menahan diri dari makan, minum, hubungan seks, bertengkar, marah, dan
segala perbuatan negatif lainnya dari subuh hingga maghrib.

d. Membayar zakat bagi para muzakki (orang yang wajib pajak/mampu). Ada pun orang yang mustahiq (berhak
menerima zakat seperti fakir, miskin, amil, mualaf, orang budak, berhutang, Sabilillah, dan ibnu Sabil) berhak
menerima zakat. Zakat merupakan hak orang miskin agar harta tidak hanya beredar di antara orang kaya saja.

e. Berhaji ke Mekkah jika mampu. Mampu di sini dalam arti mampu secara fisik dan juga secara keuangan.
Sebelum berhaji, hutang yang jatuh tempo harus dibayar dan keluarga yang ditinggalkan harus diberi bekal
yang cukup. Nabi berkata barang siapa yang mati tapi tidak berhaji padahal dia mampu, maka dia mati dalam
keadaan munafik.

IHSAN MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH


Ada pun Ihsan adalah cara agar seseorang bisa khusyuk dalam beribadah kepada Allah. Seseorang beribadah
seolah-olah melihat Allah. Jika tidak bisa, seseorang harus yakin bahwa Allah SWT yang Maha Melihat selalu
melihat kita. Ihsan ini harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika berbuat baik, maka perbuatan
itu selalu diniatkan untuk Allah. Sebaliknya jika terbersit niat untuk berbuat keburukan, maka tidak
mengerjakannya karena Ihsan tadi. Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha
membuat senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin Allah
melihat perbuatannya.

4. AGAMA KONGHUCU

Tuhan yang Maha Esa menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Alam semesta ini diatur oleh sistem
organisme yang sempurna sehingga semua makhluk hidup dapat berkembang dan mempertahankan hidup. Sistem
organisme yang mengatur alam semesta ini disebut Dao. Semua makhluk hidup dan benda harus mengikuti Dao
dan tidak boleh berlawanan dengan Dao. 

Dalam alam semesta ini ada dua unsur yang berbeda, tetapi selalu bersama dan saling melengkapi disebut Yin dan
Yang. Semua benda dan perkara pasti mengandung dua unsur ini bersama-sama. Ada benda atau perkara yang
mempunyai unsur Yang lebih besar atau unsur Yin-nya ebih besar. Syarat bagi semua makhluk dan benda agar
tidak berlawanan dengan Dao yaitu menjaga kesimbangan Yin dan Yang

Tuhan menciptakan manusia untuk hidup di dunia ini dengan mengemban tugas. Tugas sebagai manusia yang
pertama adalah hidup sebagai manusia sewajarnya, tidak serakah, tidak jahat kepada sesama manusia, dan tidak
merusak lingkungan alam sebagai sumber hidup. Manusia lahir ke dunia ini untuk melaksanakan tugas dari Tuhan,
yaitu membangun dunia ini lebih baik agar manusia generasi yang akan datang bisa hidup lebih nyaman dan

9
sejahtera. Untuk itu generasi tua harus mendidik generasi muda dengan bekal keimanan, moralitas, keahlian, dan
keberanian untuk menghadapi kehidupan.

Manusia diberi hidup oleh Tuhan dan dibekali fisik yang dapat mengerjakan ketrampilan. Tuhan memberi
kecerdasan pikir, memberi berbagai macam perasaan, memberi berbagai nafsu, memberi hati nurani, dan
memberi watak sejati atau Xing sehingga manusia berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Bekal yang yang
dimiliki manusia ini sebagai sarana menjalankan tugas dari Tuhan.

Manusia wajib membina diri agar semua potensi yang telah diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing orang
dapat dikembangkan dan diwujudkan menjadi keahlian yang berguna bagi masyarakat dan negara. Setiap umat
Khonghucu wajib memberikan karyanya yang terbaik kepada bangsa dan negara di mana dia dilahirkan dan
dibesarkan. Wujud nyata dari keimanan manusia kepada Tuhan adalah bakti kepada orang tua. Diingatkan oleh
Nabi Kongzi, ajaran bakti yang utama yaitu seorang anak harus mempunyai masa depan. Seorang anak selayaknya
mempunyai masa depan yang cerah agar orang tuanya bahagia. Keluarga adalah tempat dimulainya perjalanan
hidup manusia. Oleh karena itu setiap manusia perlu menyiapkan diri untuk memiliki keluarga yang sejahtera dan
bahagia. 

Hidup mengikuti watak sejati itu dinamai hidup dalam Jalan Suci atau Xiu Dao. Tuntunan untuk hidup dalam Jalan
Suci itu dinamai agama. Agama Khonghucu adalah tuntunan bagi umat manusia untuk menempuh hidup dalam
Jalan Suci, yaitu jalan hidup manusia yang dikehendaki Tuhan.

Manusia perlu mendapat pendidikan agama agar dapat mengerti Jalan Suci atau Dao. Pendidikan agama dilakukan
oleh guru agama yang sudah terdidik supaya tidak terjadi kesalahan mengartikan isi kitab Suci. Kekacauan dan
perpecahan timbul di masyarakat karena banyak orang menafsirkan isi Kitab Suci sesukanya sendiri. Agama
Khonghucu sampai hari ini tidak terjadi perpecahan dalam sekte-sekte karena Kitab Sucinya jelas tertulis dalam
bahasa klasik. Orang yang akan membacanya perlu bantuan guru yang sudah mempelajarinya dan sudah dikenal
oleh masyarakat sebagai ahli kitab Klasik. Banyak buku yang menafsirkan Kitab Klasik, tetapi dalam buku itu tetap
dituliskan huruf aslinya, dan disertakan taksiran penulis lain yang sudah ternama.

Orang yang beragama wajib melaksanakan ibadah sesuai ketentuan yang sudah diajarkan Nabi Kongzi.
Pelaksanaan ibadah ini sebagai wujud dari kepercayaan manusia kepada Tuhan YME. Raja dan rakyat wajib
menjalankan upacara agama dan menjunjung tinggi moralitas seperti yang diajarkan oleh para raja suci purba.
Manusia wajib menghormati Tuhan dan patuh kepada perintahnya.

Pokok Keimanan Agama Khonghucu


Firman Tuhan atau Tian Ming itu dinamai Watak Sejati atau Xing. Hidup mengikuti Watak Sejati dinamai
Menempuh Jalan Suci atau Xiu Dao. Bimbingan untuk menempuh Jalan Suci dinamai agama atau Jiao.
Sebagai umat agama Khonghucu mempunyai kewajiban:
 Umat agama Khonghucu wajib percaya, satya, bertaqwa, hormat, dan sujud kepada Tuhan YME atau
Huang Tian.
 Umat agama Khonghucu wajib menjunjung tinggi kebajikan atau De.
 Umat agama Khonghucu wajib menegakkan Firman Gemilang atau Ming Ming.
 Umat agama Khonghucu wajib mempercayai adanya roh dan nyawa atau Gui Shen.
 Umat agama Khonghucu wajib berbakti kepada orang Tua atau Xiao Shi.
 Umat Khonghucu wajib mengakui dan mengikuti Nabi Kongzi sebagai Genta Rohani atau Mu Duo.
 Umat agama Khonghucu wajib mempercayai kebenaran Kitab Suci Wu Jing dan Si Shu.
 Umat agama Khonghucu wajib hidup menempuh Jalan Suci yang agung atau Da Dao.

5. AGAMA KATOLIK

Allah Tritunggal Maha Kudus

10
Inti pokok iman akan Allah Tritunggal ialah keyakinan bahwa Allah (Bapa) menyelamatkan manusia dalam Kristus
(Putra) oleh Roh Kudus. Allah Bapa sebagai Pencipta yang mengadakan segala sesuatu di atas bumi. Karena
kelemahan dan kelalaiannya, manusia berbuat dosa. Dosa inilah yang menjauhkan manusia dengan Tuhan. Dengan
latar belakang tersebut, Allah mengutus Yesus Putera-Nya untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa.
Peristiwa keselamatan ini berpuncak pada sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus dari alam maut dan kemudian
naik ke surga. Di sini salib menjadi lambang kehinaan sekaligus sumber keselamatan yang penuh. Sesaat sebelum
naik ke surga, Kristus menjanjikan Roh Kudus yang akan menjadi penuntun dan penghibur umat manusia. Peristiwa
Pentakosta menjadi peristiwa yang mengesankan. Allah memenuhi janji dengan mengutus Roh Kudus dalam rupa
lidah-lidah api. Roh Kudus inilah yang menyertai seluruh perjalan kehidupan gereja sampai saat ini. Dengan
demikian, ajaran mengenai Tritunggal pertama-tama berbicara bukan mengenai hidup Allah dalam diri-Nya sendiri,
melainkan mengenai misteri Allah yang memberikan diri kepada manusia. Ajaran Tritunggal ini tidak berhubungan
dengan rumusan kata-kata saja melainkan rangkuman dari keseluruhan peristiwa keselamatan Allah yang ada di
dalam Kitab Suci.
Konsekuensi praktis dari pemahaman tentang Tritunggal Maha Kudus ini tampak dalam keseharian hidup orang
Katolik. Setiap kali berdoa selalu membuka dan menutup doa dengan Tanda Salib (Dalam nama Bapa, dan Putera,
dan Roh Kudus). Hal ini menunjukkan bahwa orang Katolik senantiasa menghadirkan Allah Tritunggal yang Maha
Kudus di dalam hidupnya. Hubungan umat Katolik dengan Tritunggal yang maha kudus dipererat pula dan secara
mendalam diungkapkan dalam perayaan Ekaristi (misa kudus). Dalam Ekaristi, imam bersama umat merayakan
kembali peristiwa keselamatan Allah Tritunggal Maha Kudus. Pengurbanan Kristus merupakan perwujudan cinta
Allah kepada manusia, yang kemudian diteruskan dalam peran Roh Kudus yang selalu menghibur dan
mengarahkan hidup manusia.

Ajaran Cinta Kasih


Dalam Katekismus Gereja Katolik art. 420 dijelaskan bahwa hukum baru, yaitu hukum Injil adalah penggenapan
dan kepenuhan hukum Allah, baik alami maupun yang diwahyukan, yang diwujudkan melalui Kristus. Hukum itu
mencakup perintah mengasihi Allah dan sesama, supaya semua orang saling mengasihi seperti Kristus telah
mengasih umat-Nya. Hal ini tertulis dalam injil Matius 22:37, 39:”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Perintah ini memberikan konsekuensi yang tidak ringan bagi orang-orang Katolik. Orang Katolik diharuskan untuk
saling mencintai, menjalin relasi, komunikasi dan dialog yang baik dengan orang lain. Atas dasar cinta kasih
tersebut, orang Katolik juga diharuskan untuk mengampuni orang-orang yang bersalah. Tindakan ini adalah
tindakan Allah. Allah adalah cinta. Cinta yang tidak menghakimi tetapi selalu mengampuni. Oleh karena itu, setiap
orang Katolik harus memberikan jaminan dalam hidupnya dengan sebuah logika injili yang sederhana tetapi
kerapkali sulit dilakukan, yaitu “segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah
demikian juga kepada mereka” (Mat 7:12). Inilah patokan yang harus dimiliki oleh setiap orang Katolik dalam
menjalin relasi dengan orang lain.

Sepuluh Perintah Allah dan Lima Perintah Gereja


Sepuluh Perintah Allah (Dekalog) merupakan perintah yang ditulis oleh Yahweh dan diberikan kepada bangsa Israel
melalui Musa di gunung Sinai dalam bentuk dua Loh batu. Sepuluh Perintah Allah dapat dibaca dalam Kitab
Keluaran 20:1-17 dan Ulangan 5:6-21. Gereja yang setia pada Kitab Suci dan tradisi tetap mengaharapkan agar
umat Allah mengamalkan perintah-perintah ini dalam kehidupan sehari-hari.
Teks resmi Sepuluh Perintah Allah untuk Gereja Katolik adalah sebagai berikut:
1. Akulah Tuhan, Allahmu, Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepada-Ku saja, dan cintailah Aku lebih
dari segala sesuatu.
2. Jangan menyebut Nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat.
3. Kuduskanlah hari Tuhan.
4. Hormatilah ibu-bapamu.
5. Jangan membunuh.
6. Jangan berzinah.

11
7. Jangan mencuri.
8. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu.
9. Jangan mengingini istri sesamamu.
10. Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil.

Penomoran perintah-perintah ini buat oleh St. Agustinus. Ketiga perintah pertama mengatur hubungan Allah dan
manusia. Perintah keempat sampai kedelapan mengatur hubungan manusia dengan sesama. Dua perintah terakhir
mengatur pikiran pribadi.

Demikian pula dengan lima perintah gereja.


Perintah ini bertujuan agar umat Katolik tetap membina sikap hidup yang baik, yang sesuai dengan ajaran Tuhan
melalui para pemimpin (magisterium) Gereja. Perintah ini bertujuan agar umat Katolik tetap menjalankan hidup
doa dan sakramen dengan setia dan teratur. Selain itu, umat Katolik diharapkan mampu membangun sikap-sikap
moral yang baik, bertumbuh dalam iman dan kasih yang tulus kepada Tuhan dan sesama (KGK 431). Perintah-
perintah itu, antara lain:
1. Rayakanlah hari raya yang disamakan dengan hari Minggu
2. Ikutlah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan
pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
3. Berpuasalah dan berpantanglah pada hari yang ditentukan.
4. Mengaku dosa sekurang-kurangnya sekali setahun.
5. Sambutlah Tubuh Tuhan pada Masa Paskah

Gereja Katolik Merayakan Sakramen-sakramen


Secara etimologis, sakramen berasal dari bahasa Latin Sacramentum, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan yang
kudus atau yang ilahi. Sakramen berarti tanda keselamtan Allah yang diberikan kepada Manusia
"Untuk mengkuduskan manusia, membangun Tubuh Kristus dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada
Allah"(SC 59). Karena Sakramen sebagai tanda dan sarana keselamatan, maka menerima dan memahami sakramen
hendaknya ditempatkan dalam kerangka iman dan didasarkan kepada iman. Sakramen biasanya diungkapkan
dengan kata-kata dan tindakan. Maka sakramen dalam Gereja Katolik mengandung 2 (dua) unsur hakiki yaitu :
o Forma artinya kata-kata yang menjelaskan peristiwa ilahi. Sebagai contoh, forma sakramen
pembaptisan: Yohanes... Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus.
o Materia artinya barang atau tindakan tertentu yang kelihatan, yang menjadi simbol yang
digunakan dalam perayaan-perayaan sakramen, misalnya: penggunaan air dalam sakramen pembaptisan,
Roti dan Anggur sebagai lambang Tubuh Kristu dalam Ekaristi.
Dalam Gereja Katolik kita mengenal 7 sakramen, yaitu :
1. Sakramen Baptis        
2. Sakramen Ekaristi
3. Sakramen Tobat
4. Sakramen Krisma
5. Sakramen Perkwainan
6. Sakramen Perminyakan
7. Sakramen Imamat

6. Agama Kristen

Agama Kristen yang dijelaskan dalam konteks ini adalah kelompok-kelompok denominasi Kristen Reformasi yang
diawali oleh Martin Luther dan kemudian berkembanglah Gereja-gereja baik kecil maupun besar. Konteks ini
menimbulkan perbedaan yang berkaitan dengan pandangan teologis, spiritualitas, pola peribadatan dan praktik
hidup beriman. Namun, dibawah ini akan digambarkan secara garis besar ajaran Kristen (Denominasi Kristen)
dengan berpatokan pada ajaran Luther sebagai yang memprakarsai gerakan reformasi.

12
Yesus Pokok Iman
Yesus Kristus adalah pokok iman. Yesus tidak hanya dipahami sebagai Nabi, utusan Allah, tetapi juga sebagai
“pengantara Allah dengan manusia” (1Tim 2:4). Yesus hidup dalam tradisi manusia sungguh-sungguh sebagai
Kristus dan Tuhan. Tradisi tersebut berpusat pada Yesus dan seluruh ajaran-Nya. Tradisi yang termaktub dalam
Kitab Suci tidak ditulis oleh Yesus sendiri tetapi oleh orang lain. Tradisi dan Kitab Suci hanya merupakan
pengungkapan iman terhadap Yesus. Di dalamnya tercakup sikap-sikap yang harus dilakukan manusia dengan
benar baik kepada Allah maupun kepada sesama. Prinsip-prinsip etis dan moral tersebut merupakan cara untuk
mengungkapkan iman dan perilaku yang benar kepada Allah. Tradisi tersebut tidak semata-mata diciptakan
manusia, tetapi anugerah Allah yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dari generasi ke generasi.
Manusia berkumpul sebagai sebuah jemaat juga karena Allah yang memanggil dan mempersatukan di dalam
Yesus.

Tiga Sola
Ajaran khas Martin Luther yang seringkali juga diakui sebagai ciri khas ajaran Reformasi disimpulkan dalam
tiga sola, yaitu sola fide, sola gratia, dan sola scriptura, yang berarti "hanya iman", "hanya anugerah", dan "hanya
Kitab Suci". Maksudnya, Luther menyatakan bahwa keselamatan manusia hanya diperoleh karena IMAN kepada
karya  RAHMAT Allah yang dikerjakan-Nya melalui Yesus Kristus, sebagaimana yang disaksikan oleh KITAB SUCI.
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).

Menolak Ikonoklasme
Beberapa tokoh reformasi Protestan, khususnya Andreas Karlstadt, Huldrych Zwingli dan Yohanes
Calvin mendukung penyingkiran citra-citra religius dengan mendasarkan pendapat mereka pada larangan
penyembahan berhala dan pembuatan citra pahatan dari Allah dalam Dekalog (Sepuluh Perintah Allah). Hasilnya,
patung-patung dan gambar-gambar dirusak dalam serangan spontan individual maupun huru-
hara ikonoklastis yang tidak sah. Meskipun demikian, dalam banyak kasus citra-citra religius disingkirkan secara
baik-baik oleh otoritas sipil di kota-kota dan daerah-daerah teritorial Eropa yang baru saja direformasi. Gereja-
Gereja Lutheran pada umumnya tidak begitu anti terhadap penggunaan citra-citra religius. Ini disebabkan oleh
pernyataan Martin Luther sendiri bahwa orang-orang Kristen harus bebas untuk menggunakan citra-citra selama
mereka tidak menyembahnya sebagai ganti Allah.

F. SIKAP PARA PENGANUT AGAMA TERHADAP AJARAN AGAMANYA

Umat beragama atau berkepercayaan memiliki pengetahuan, pemahaman atau pengalaman akan Tuhan, yang
dipelihara sebagai pengetahuan dan pengertian yang ditafsirkan dan diteruskan dalam sejarah hidup sebagai
warisan tradisi. Tradisi itu menjadi sebuah ajaran agama atau kepercayaan yang dipakai sebagai referensi dan
pegangan seseorang dalam menghayati dan menjawab tantangan hidupnya. Ajaran agama atau kepercayaan
menjadi kumpulan segala pernyataan Diri Tuhan.
Dengan demikian, manusia diajak untuk dapat mempercayakan diri kepada Tuhan sebagai sandaran hidup, yang
mampu membuka dan memperbaharui jalan hidup, memberikan ketenteraman dan keteguhan hati. Pada akhirnya
ketenteraman dan keteguhan hati akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya: orang tidak mudah terombang-ambing, tidak mujdah marah, mudah memaafkan, bertindak adil, suka
menolong, dll.
Untuk itu, berdasarkan berbagai macam sudut pandang baik secara sosiologis maupun moral-spiritual, agama
sebenarnya memiliki fungsi, antara lain:
1. Agama merupakan sumber tatanan hidup dan pengetahuan manusia.
Di dunia ini terdapat banyak hal dan kejadian yang tidak mampu dijawab dengan keterbatasan yang ada pada
manusia. Misalnya pertanyaan seperti ke manakah jiwa manusia setelah raganya mati? Untuk apa manusia
ada di dunia ini? Untuk apa manusia hidup dengan berbagai cara namun akhirnya harus mati? Pertanyaan
pertanyaan tersebut tentu sulit untuk dijawab manusia dengan keterbatasan pikiran yang ada. Agama
memberikan jawaban jawaban dari pertanyaan yang tidak dapat ditemukan oleh nalar manusia. Agama akan

13
membimbing manusia untuk menemukan hakikat hidup dari setiap manusia merupakan salah satu dari
banyak manfaat agama.
2. Agama memberikan tujuan hidup yang terang dan jelas pada manusia.
Dalam ajaran agama, manusia dituntun agar beribadah dan melakukan kebaikan dalam hidup, baik antar
sesama manusia maupun dengan alam. Manusia diajarkan oleh agama untuk saling tolong menolong antar
manusia, saling toleransi dalam menerima keberagaman dalam manusia baik berdasarkan suku, agama, ras
dan kelompok. Agama juga mengajarkan manusia untuk tidak melakukan hal yang merugikan orang lain
maupun lingkungan sekitarnya.
3. Agama memberikan wawasan kepada manusia agar mampu membedakan antara yang baik dan yang tidak
baik.
Pada dasarnya, manusia ingin memperoleh semua hal yang ada di dunia ini karena nafsu yang ada dalam
masing masing diri manusia. Segala cara tentu akan dilakukan untuk mendapatkan hal yang diinginkan.
Dengan adanya agama dan ajarannya, manusia dapat mengetahui mana hal yang boleh dilakukan dan mana
hal yang tidak boleh dilakukan. Aturan aturan dalam agama adalah mengatur mana hal yang boleh dan mana
yang tidak boleh dilakukan oleh manusia.Dengan adanya larangan dalam agama bertujuan agar manusia tidak
merugikan diri sendiri, merugikan orang lain atau pun merugikan makhluk hidup lain dalam rangka
memperoleh hal yang ingin dimiliki oleh manusia.
4. Agama memberikan tuntunan kepada manusia untuk dapat memperoleh ketenangan dan kematangan jiwa
ketika beribadah demi menyeimbangkan kebutuhan fisik dan jiwa manusia.
Dengan banyaknya hal yang dapat diperoleh manusia dalam mempercayai dan menjalankan aturan dan
ajaran dalam agamanya, banyak aspek dalam ajaran agama yang digunakan untuk menjadi acuan dalam
menentukan dasar serta hukum suatu negara. Disadari atau tidak, banyak peraturan dalam suatu negara yang
diadopsi dari peraturan agama karena dilihat dari banyaknya hal yang diperoleh dalam manfaat agama.
5. Agama sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial memberikan pengaruh bagi pembentukan
kelompok sosial berdasarkan keagamaan.
Kelompok-kelompok sosial keagamaan ini memiliki pola pikir, filosofi, dan tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Pada sisi tertentu, agama membantu orang untuk merealisasikan diri untuk hidup dengan baik di dalam
masyarakat. Kelompok yang berdasarkan agama menciptakan persekutuan yang kuat dan erat karena
memiliki visi, misi, dan aturan hidup

Dengan melihat fungsi agama tersebut, setiap penganut agama patut bersyukur dan berbangga sebab agama
menolongnya untuk menjawabi setiap persoalan hidup yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan,
memberikan arahan hidup yang tegas dan jelas, memberikan arahan dalam bersikap dan bertindak. Oleh karena
itu, ajaran agama yang ada mesti dipahami dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, dewasa ini, sejumlah besar pemeluk agama telah menyimpang jauh dari esensi utama yang diajarkan
setiap agamanya. Agama tidak lagi patokan yang dapat dipakai untuk mempertebal iman dan meningkatkan sikap
atau perilaku moral yang baik. Sejumlah pihak malah menjadi agama sebagai tunggangan politik tanpa menyadai
esensi agama yang sebenarnya. Penghayatan nilai-nilai agama pun menjadi relatif dalam pengaruh egoisme, sikap
individualistis, hedonisme, dan materialisme. Corak hidup beragama seakan-akan menjadi milik para pemuka
agama saja, bukan umat pemeluknya.

Tugas!
Murid diminta untuk menemukan latar belakang/sebab, mengapa orang tidak mau mengahayati ajaran agama
masing-masing! Murid dapat merefleksikannya berdasarkan pengalaman pribadinya!

14
15

Anda mungkin juga menyukai