Anda di halaman 1dari 22

OLEH KELOMPOK 2

NAMA KELOMPOK :
1. DORTIA MELANIA GISELA TOBI
2. EDGARD ALEXANDER B. BETANG
3. FRANSISKA MARIA DERORASI KOLLO
4. GRACIANA L. KASANDRA NAHAK
5. MARIA ANJELINA BUPU
TUGAS AGAMA KATOLIK

AGAMA DAN DIALOG


A. PLURALITAS AGAMA
Pluralisme agama adalah sebuah konsep yang mempunyai makna yang luas, berkaitan
dengan penerimaan terhadap agama-agama yang berbeda, dan dipergunakan dalam cara yang
berlain-lainan pula:
Sebagai pandangan dunia yang menyatakan bahwa agama seseorang bukanlah sumber satu-
satunya yang eksklusif bagi kebenaran, dan dengan demikian di dalam agama-agama lain
pun dapat ditemukan, setidak-tidaknya, suatu kebenaran dan nilai-nilai yang benar.Sebagai
penerimaan atas konsep bahwa dua atau lebih agama yang sama-sama memiliki klaim-klaim
kebenaran yang eksklusif sama-sama sahih. Pendapat ini seringkali menekankan aspek-aspek
bersama yang terdapat dalam agama-agama.Kadang-kadang juga digunakan sebagai sinonim
untuk ekumenisme, yakni upaya untuk mempromosikan suatu tingkat kesatuan, kerja sama,
dan pemahaman yang lebih baik antar agama-agama atau berbagaidenominasi dalam satu
agama.Dan sebagai sinonim untuk toleransi agama, yang merupakan prasyarat untuk ko-
eksistensi harmonis antara berbagai pemeluk agama ataupun denominasi yang berbeda-beda.
1. Religiositas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian religiusitas didefinisikan dalam
beberapa istilah yang memiliki hubungan satu sama lainnya, yaitu:
Religi (kata benda): kepercayaan kepada Tuhan; kepercayaan akan adanya kekuatan
adikodrati diatas manusia; kepercayaan (animisme, dinamisme),agama.
Religius (kata sifat): bersifat religi; bersifat keagamaan; yang bersangkut-paut dengan religi.
Religiusita: pengabdian terhadap agama; kesalehan.
Maka religiusitas adalah proses seseorang dalam memahami dan menghayati suatu
ajaran agama, yang mana akan mengarahkan dirinya untuk hidup dan berperilaku sesuai
dengan ajaran yang dianutnya. Dalam hal ini mencakup aspek-aspek yang bersifat teologi
(keyakinan), pengetahuan keagamaan, serta pengamalan/praktik keagamaan
2. Pengalaman beragama
pengalaman beragama adalah perasaan yang muncul dalam diri seseorang setelah menjalankan
ajaran agama. Pengalaman beragama disebut juga pengalaman spiritual, pengalaman suci, atau
pengalaman mistik. Pengalaman tersebut berisikan pengalaman individual yang dialami
seseorang ketika dia berhubungan dengan Tuhan.
Pengalaman bergama yang paling berkesan dalam kehidupan umat adalah puasa. Menurutnya,
puasa itu mempunyai fungsi kesehatan. Contohnya, ketika seseorang berpuasa maka
makannya teratur. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan di luar puasa, di mana makan dan
minum tidak teratur.
Selanjutnya berdoa, seorang beriman merasakan bahwa dengan berdoa maka akan
merasakan kelegaan terkhususnya bagi yang sedang memiliki. Dengan berdoa maka masalah
yang dihadapi terasa lebih ringan dan dapat berpikir jernih dalam mengadapi masalah. Contoh
yang lebih kongkritnya adalah ketika seseorang yang dihadapi cobaan, tantangan, atau ingin
mewujudkan sesuatu dengan berserah kepada Tuhan memalui Novena maka dengan kekuatan
novena maka apa yang diharapkan akan terwujud dengan doa yang tulus dan usaha tanpa
putus asa.
Ketika perayaan besar seperti natal,lebaran dan sebagainya juga memberikan makna
tersendiri. Umat beriman bisa bertemu dengan kerabat-kerabat yang jauh. Silarurrahmi
semakin terjalin dengan sesama dan merasakan kebahagian saat berkumpul kembali
dengan keluarga terdekat yang pertemuan itu hanya sekali setahun.
Ibadah tidak hanya bersifat vertikal, tetapi juga untuk saling menjalin hubungan
horizontal sesama makhluk Tuhan. Ibadah juga mengandung manfaat lain selain nilai-
nilai spritualitas.
Ketika seseorang mampu memaknai dan memahami setiap pelaksanaan ajaran
keagamaan, maka agama mampu memberikan pengaruh yang signifikan dalam
kehidupannya. Dia tidak akan bisa lepas dari agama yang diyakininya karena agama
tersebut bersifat universal.
3. Agama
Agama menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Kata “ agama ” berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “ tradisi ”. sedangkan kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa latin region dan berakar pada kata
kerja re-ligare yang berarti “ mengikat kembali ”. maksudnya dengan bereligi seseorang mengikat
dirinya dengan tuhan.
Secara terminologis, pengertian agama di kalangan para ahli juga berbeda-beda, tergantung dari
sudut pandang dan perspektif.

4. Motivasi Beragama
Motivasi beragama diartikan sebagai kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk merespon
pranata ke-Tuhanan, sehingga seseorang tersebut mampu mengungkapkan dalam bentuk
pemikiran, perbuatan dan komunitas kelompok.
Macam-Macam Motivasi Beragama
Motivasi beragama sangat berkaitan langsung dengan perjalanan rokhani seseorang untuk mencari
keridhaan Allah. Secara garis besar motivasi beragama dibagi menjadi dua:

 Motivasi intrinsik.
Ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang tanpa dirangsang dari luar. Dalam beragama seseorang
merespon ajaran melalui pemahaman yang mendalam lewat kitab suci (Alkitab) untuk mendapatkan
kebenaran yang haqiqi setelah melalui perjalanan rokhani yang panjang. Motivasi intrinsik ini sering
diperoleh oleh para umat sehingga dia yakin tentang kebenaran agama.
 Motivasi ekstrinsik
Ialah motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar. Seseorang beragama karena memang
dari keturunan dan atau lingkungannya memilih keyakinan. Ataupun juga dipengaruhi oleh hal-hal lain
di luar dari nilai yang terkandung dalam ajaran itu sendiri. Motivasi ini terdapat pada masyarakat
secara umum termasuk kita sendiri.
5. Hubungan Agama, Wahyu dan Iman
a) Hubungan Agama dan Wahyu
Wahyu di bagi menjadi dua yaitu, wahyu umum dan wahyu khusus. Wahyu umum dan wahyu
khusus itu merupakan dua cara Allah mengungkapkan diri-Nya kepada manusia. Wahyu
umum merujuk pada kebenaran-kebenaran umum tentang Allah, yang diketahui melalui
penciptaan alam semesta. Wahyu khusus merujuk pada kebenaran yang lebih spesifik tentang
Allah, yang diketahui melalui cara supranatural.
Dalam kaitannya dengan wahyu umum, Mazmur 19:2-5 menyatakan, “Langit menceritakan
kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu
kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak
ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan
perkataan mereka sampai ke ujung bumi ”.
Menurut ayat-ayat ini, keberadaan dan kuasa Allah dapat dilihat dengan jelas melalui alam
semesta. Keteraturan, kerumitan, dan keajaiban ciptaan berbicara mengenai Pencipta yang
berkuasa dan mulia.
Wahyu umum juga dinyatakan melalui Roma 1:20, “Sebab apa yang tidak nampak dari
pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada
pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.”
Sama dengan Mazmur 19, Roma 1:20 menyatakan bahwa kuasa kekal dan natur
keilahian Allah dapat “dilihat dengan jelas” dan “dimengerti” dari apa yang diciptakan-
Nya, dan tidak ada alasan bagi manusia untuk menolak fakta ini.
Dengan mengingat ayat-ayat ini, mungkin definisi yang tepat untuk wahyu umum adalah,
“penyataan Allah kepada semua orang, di segala zaman, dan di semua tempat, yang
menyatakan bahwa Allah ada dan bahwa Dia berakal budi, berkuasa dan transenden.”
Wahyu khusus itu mengenai bagaimana Allah memilih menyatakan diri-Nya melalui
cara-cara ajaib. Wahyu khusus mencakup penampakan fisik Allah, mimpi, penglihatan-
penglihatan, Firman Allah yang tertulis, dan yang paling penting – melalui Yesus Kristus.
Alkitab mencatat Allah berkali-kali menampakkan diri dalam wujud fisik (beberapa
contoh antara lain Kejadian 3:8; 18:1; Keluaran 3:1-4; 34:5-7). Kedua, Alkitab mencatat
Allah berbicara kepada manusia melalui mimpi (Kejadian 28:12; 37:5; 1 Raja-Raja 3:5;
Daniel 2) dan penglihatan-penglihatan (Kejadian 15:1; Yehezkiel 8:3-4; Daniel 7; 2
Korintus 12:1-7).
yang paling penting dalam pengungkapan diri Allah ialah Firman-Nya, Alkitab, yang
merupakan wujud wahyu khusus. Allah secara ajaib menuntun para penulis alkitab untuk
mencatat berita-Nya secara tepat, sambil tetap mempertahankan gaya dan kepribadian dari
para manusia penulisnya.
Firman Allah hidup dan aktif (Ibrani 4:12). Firman Allah diinspirasikan, bermanfaat, dan
cukup (2 Timotius 3:16-17). Allah menentukan untuk memberikan catatan tertulis mengenai
keberadaan-Nya, karena Dia mengetahui ketidaktepatan dan tidak dapat disandarnya tradisi
lisan.
Dia juga mengerti bahwa mimpi-mimpi dan penglihatan-penglihatan manusia dapat
disalahtafsirkan dan apa yang diingat dapat berubah.
Allah memutuskan untuk mengungkapkan segala yang manusia perlu tahu tentang Dia, apa
yang diinginkan-Nya, dan apa yang telah dilakukan-Nya untuk manusia di dalam Alkitab.
Wujud wahyu khusus yang paling utama itu adalah Pribadi Yesus Kristus. Allah
menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14). Ibrani 1:1-3 memberi ringkasan yang paling
bagus, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam berbagai cara
berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman
akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, Ia adalah
cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah.”
Allah telah menjadi manusia, dalam Pribadi Yesus Kristus, untuk menjadi sama
dengan kita, menjadi teladan kita, mengajar kita, mengungkapkan diri-Nya kepada
kita, dan yang paling penting, untuk menyediakan keselamatan kepada kita dengan
merendahkan diri-Nya mati di salib (Filipi 2:6-8).
b. Hubungan Agama dan Iman
Iman adalah percaya. Iman adalah karunia Allah, yang dikerjakan di dalam hati oleh Roh
Kudus, yang menghidupkan dan memandu semua kemampuan kita menuju satu tujuan. Kita
harus berdoa untuk memiliki iman, dan supaya iman kita bertumbuh. Iman kita juga akan
diperkuat dengan selalu mengingat janji-janji Kristus yang berulangkali diucapkan bahwa doa-
doa kita kepada Bapa, dalam nama-Nya, pasti akan dijawab kalau kita memintanya dengan
iman, dan percaya sewaktu kita memintanya. Lihat Matius 7:7; Lukas 11:9; Yohanes 14:13, 15,
16; Yakobus 4:2; I Yohanes 3:22, 5:14; Lukas 11:10. Iman didefinisikan sebagai "dasar dari
segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr.
11:1); iman adalah pekerjaan jiwa yang dengannya kita merasa pasti akan keberadaan dan
kebenaran dari sesuatu yang tidak ada di depan kita, atau tidak tampak.bagi indera manusia.
Setiap orang menilai iman secara berbeda, yang akan dirasanya sukar bahkan tidak mungkin
untuk menunjukkannya dengan cara-cara yang tampak.
Ini merupakan hal mempraktikan iman - latihan sukarela - yang memampukan kita untuk
bertambah dalam mempercayai kebenaran-kebenaran besar yang Allah berkenan nyatakan. Paulus
menyatakan "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat" (II Kor. 5:7).
Yesus sendiri berfirman (Yoh. 20:29), "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya".
Dengan demikian, sementara mempercayai apa yang kita lihat dan pahami akan mendatangkan
manfaat, percaya pada apa yang tidak terlihat dan hanya dipahami secara samar-samar
mendatangkan manfaat yang lebih besar. Ada banyak hal di alam semesta ini yang kita percayai,
tanpa harus kita pahami sepenuhnya; kita percaya karena kita mendapatkan buktinya dari orang lain,
meskipun bukan dari panca indera kita sendiri. Iman yang begitu saja percaya pada apa yang bisa ia
lihat, pahami, jelaskan dan tunjukkan sama sekali bukan iman. "Tidak seorang pun melihat Allah",
akan tetapi semua orang percaya kepada Allah. Hal-hal dalam dunia rohani tidak dapat ditunjukkan
melalui perantara-perantara materiil, melainkan hanya bisa melalui perantara-perantara rohani.
Menggunakan iman akan meningkatkan kerohanian kita, memampukan kita memahami berbagai hal
yang tanpa latihan semacam ini tidak akan terpahami. Paulus mengatakan bagi orang Yunani
terpelajar yang skeptis Injil adalah "kebodohan". Kebanggaan akan kepandaian adalah salah satu
penghalang terbesar terhadap pertumbuhan rohani.
c. Hubungan Agama dan Kebajikan Umat
Kebajikan adalah suatu kecenderungan yang tetap dan teguh untuk melakukan yang baik. Ia
memungkinkan manusia bukan hanya untuk melakukan perbuatan baik, melainkan juga untuk
menghasilkan yang terbaik seturut kemampuannya.
Dengan segala kekuatan moral dan rohani, manusia yang berkebajikan berusaha untuk
melakukan yang baik. Ia berusaha untuk mencapainya dan memilihnya dalam tindakannya
yang konkret.
"Tujuan kehidupan yang berkebajikan ialah menjadi serupa dengan Allah"
Kebajikan dapat di bagi menjadi 2 yaitu ,
1. Kebajikan Manusiawi
Kebajikan manusiawi adalah sikap yang teguh, kecenderungan yang dapat diandalkan,
kesempurnaan akal budi dan kehendak yang tetap, yang mengarahkan perbuatan kita, mengatur hawa
nafsu kita dan membimbing tingkah laku kita supaya sesuai dengan akal budi dan iman. Mereka
memberi kepada manusia kemudahan, kepastian dan kegembiraan untuk menjalankan kehidupan
moral secara baik. Manusia yang berkebajikan melakukan yang
baik dengan sukarela.Kebajikan moral diperoleh melalui usaha manusia. Ia adalah buah
dan sekaligus benih untuk perbuatan baik secara moral; ia mengarahkan seluruh kekuatan manusia
kepada tujuan, supaya hidup bersatu dengan cinta ilahi.
2. Kebajikan manusiawi berakar dalam kebajikan ilahi, yang memungkinkan kemampuan
manusiawi mengambil bagian dalam kodrat ilahi. Karena kebajikan ilahi langsung berhubungan
dengan Allah. Mereka memungkinkan orang Kristen, supaya hidup dalam hubungan dengan
Tritunggal Mahakudus. Mereka memiliki Allah yang Esa dan Tritunggal sebagai asal, sebab, dan
obyek. Kebajikan ilahi adalah dasar jiwa, dan tanda pengenal tindakan moral orang Kristen. Mereka
membentuk dan menjiwai semua kebajikan moral. Mereka dicurahkan oleh Allah ke dalam jiwa
umat beriman, untuk memungkinkan mereka bertindak sebagai anak-anak Allah dan memperoleh
hidup abadi. Mereka adalah jaminan mengenai kehadiran dan kegiatan Roh Kudus dalam
kemampuan manusia. Ada tiga kebajikan ilahi: iman, harapan, dan kasih Bdk. 1 Kor 13:13.;
Iman
Iman adalah kebajikan ilahi, olehnya kita percaya akan Allah dan segala
sesuatu yang telah Ia sampaikan dan wahyukan kepada kita. dan apa yang
Gereja kudus ajukan supaya dipercayai. Karena Allah adalah kebenaran itu
sendiri. Dalam iman "manusia secara bebas menyerahkan seluruh dirinya
kepada Allah" (DV 5). Karena itu, manusia beriman berikhtiar untuk mengenal
dan melaksanakan kehendak Allah. "Orang benar akan hidup oleh iman" (Rm
1:17); Iman yang hidup "bekerja oleh kasih" (Gal 5:6). Anugerah iman tinggal
di dalam dia yang tidak berdosa terhadapnya.. Tetapi "iman tanpa perbuatan
adalah mati" (Yak 2:26). Iman tanpa harapan dan kasih tidak sepenuhnya
mempersatukan orang beriman dengan Kristus dan tidak menjadikannya
anggota yang hidup dalam Tubuh-Nya.
B. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
Istilah kerukunan umat beragama identik dengan istilah toleransi. Istilah toleransi
menunjukkan pada arti saling memahami, saling mengerti, dan saling membuka diri
dalam bingkai persaudaraan
1. Pengertian Dialog Antar Umat Beragama
Agama merupakan salah satu pembatas peradaban. Artinya, umat manusia
terkelompok dalam agama Islam, Kristen, Katolik, Kong Hucu dan sebagainya. Potensi
konflik antar mereka tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
pecahnya konflik antar umat beragama perlu dikembangkan upaya-upaya dialog untuk
mengeliminir perbedaan-perbedaan pembatas tersebut.
Dialog adalah upaya untuk menjembatani bagaimana benturan bisa dieliminir. Dialog
memang bukan tanpa persoalan, misalnya berkenaan dengan standar apa yang harus
digunakan untuk mencakup beragam peradaban yang ada di dunia. Dialog antar umat
beragama merupakan sarana yang efektif menghadapi konflik antar umat beragama.
Pentingnya dialog sebagai sarana untuk mencapai kerukunan, karena banyak konflik
agama yang anarkis atau melakukan kekerasan. Mereka melakukan pembakaran tempat-
tampat ibadah dan bertindak anarki, seperti penjarahan dan perusakkan tempat tinggal
Di dalam Negara Indonesia yang pluralitas agama, dialog menjadi pilihan alternatif yang ideal
dalam penyelesaian konflik antar umat beragama. fenomena konflik antar umat beragama harus
ditangai, karena berdampak sangat negatif. Untuk menghadapi fenomena ini, para pemuka lintas
agama tingkat pusat melakukan dialog antar umat beragama.
Dialog antar umat beragama, bertujuan untuk :
 tumbuhnya saling pengertian yang objektif dan kritis
 menumbuhkan kembali alam kejiwaan yang tertutup oleh tirai pemisah karena tiadanya saling
pengertian kepada alam dan bentuk kejiwaan yang otentik dan segar, yang memungkinkan dua
belah pihak mengembangkan diri sendiri sebagai pribadi yang sejati.
 Dialog yang baik akan mengarah kepada terciptanya pertemuan pribadi-pribadi yang bentuk
konkretnya berupa kerja sama demi kepentingan bersama.
 Untuk menumbuhkan pengenalan yang lebih mendalam kepada orang lain dan kemudian
melahirkan keperdulian kepada sesame manusia.
 Untuk menciptakan ketemtraman didalam masyarakat.
 Menjamin terbinanya kerukunan dan kedamaian yang terarah kepada suatu bentuk kongkret.
 Untuk menanggapi penderitaan yang terus bertambah dan menakutkan serta menyakitkan.
 Untuk menolong dan melayani orang lain menghadapi krisis kemanusiaan
2. Bentuk-bentuk Dialog Antar Umat Beragama
 Dialog Kehidupan
Dialog ini diperuntukkan bagi semua orang dan merupakan level dialog yang paling mendasar. Dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat yang plural dialog kehidpan ini sangat dibutuhkan. Aneka pengalaman,
entah suka maupun duka, gembira maupun sedih dialami bersama. Dalam tingkatan dialog ini manusia dari
setiap agama hidup dan bekerja sama, dan setiap orang memperkaya dirinya dengan pengantaraan mengamati.
Dialog kehidupan memang sudah terlaksana dalam masyarakatIndonesia, seperti silahturahmi pada hari raya,
kerja bakti membersihkan lingkungan, dan sebagainya.
 Dialog Karya
Yang dimaksudkan dengan dialog karya adalah kerja sama yag lebih intens dan mendalam dengan
penganut-penganut agama lain. Sasaran yang hendak diraih yakni pembangunan dan peningkatan martabat
mausia. Bentuk dialog ini kerap berlangsung dalam kerangka kerja sama organisasi-organisasi internasional
maupun nasional di mana agama-agama bersama-sama menghadapi masalah dunia. Jadi pelbagai macam
pemeluk agama dapat melaksanakan proyek-proyek pembangunan dalam meningkatkan kehidupan keluarga
dan nilai-nilainya, membantu rakyat dari kemiskinan, dan proyek-proyek kemanusiaan lainnya. Gereja secara
konkret dan resmi terlibat dalam dialog karya ini. Sekurang-kurangnya ada dua sekretariat yang pelaksanaan
kerjanya meminta kerja sama dengan penganut agama lain. Dua sekretariat itu adalah; The Pontifical
commission for Justice and Peace dan Dewan Kepausan Cor Unum. Gereja juga mendesak umatnya untuk
mengusahakan dialog karya, sebuah dialog yang ditumpukkan tidak pada agama melainkan pada kerja sama
dalam kaya-karya.
 Dialog Pandangan Teologis
Dialog ini dikhususkan bagi para teolog atau siapa saja yang mempunyai
kemampuan untuk itu. Dalam dialog ini orang diajak menggumuli, memperdalam
dan memperkaya warisan-warisan keagamaan masing-masing. Dialog semacam ini
jelas membutuhkan visi yang mantap. Dalam dialog pandangan teologis tidak boleh
ada pretensi, kecuali untuk saling memahami pandangan teologis masing-masing
agama dan penghargaan terhadap nilai-nilai rohani masing-masing.

 Dialog Pengalaman Iman


Dialog ini dimaksudkan untuk saling memperkaya dan memajukan
penghayatan nilai-nilai tertinggi dan cita-cita rohani masing-masing pribadi. Dalam
dialog ini, pribadi-pribadi yang berakar dalam tradisi keagamaan masing-masing
berbagi pengalaman doa, kontemplasi, dan meditasi, bahkan pengalaman iman
dalam arti yang lebih mendalam.
THANK YOU 
GOD BLESS ALL OF YOU

Anda mungkin juga menyukai