Anda di halaman 1dari 77

Pertemuan 1

AGAMA

Pengertian
Berasal dari bahasa Sansekerta, a yang berarti tidak, dan gam yang berarti
kacau. Jadi, agama berarti tidak kacau. Dalam bahasa Latin disebut religio, dari
kata religere yang berarti mengembalikan ikatan, mengikat kembali, dan
memperhatikan dengan seksama.
Istilah agama dapat diartikan sebagai tindakan manusia untuk
mengembalikan/memulihkan ikatan hubungan yang rusak antara manusia dan
Allah dengan memperhatikan kehendak Allah secara seksama.
Agama meliputi (lingkupnya):
1. Tindakan manusia untuk mengenal & mendekatkan diri kepada sesuatu
yang dipercayai menentukan keselamatan manusia.
2. Tindakan manusia untuk mengenal & mengikatkan diri pada kehendak
sesuatu atau tuntutan dari sesuatu yang dipercayai menentukan
keselamatannya.
3. System ajaran atau kepercayaan mengenai Allah, dunia kehidupan,
kematian, keselamatam dan wahyu; yang terhadapnya manusia
menyesuaikan dan mengikatkan diri.
4. Upacara-upacara / ritual
A. Definisi agama
Drs. D. Hendropuspito, O.C. Yaitu suatu jenis system social yang dibuat oleh
penganutnya yang berporos pada kekuatan nonempiris yang dipercayai dan
didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat
luas umumnya. Definisi ini mengandung unsur:
1. Agama adalah fenomena social, peristiwa kemasyarakatan, suatu system
yang dapat dianalisis sebab terdiri atas kaidah dan aturan yang dibuat
saling berkaitan dan terarah pada tujuan tertentu.
2. Berporos pada kekuatan nonempiris, berurusan dengan kekuatan dari
dunia luar yang lebih tinggi dari kekuatan manusia.
3. Manusia mendayagunakan kekuatan di atas untuk kepentingannya,
selamat di dunia dan sesudah kematiannya.
Thomas F. O. Dea. Yaitu pendayagunaan sarana supraempiris untuk maksud
nonempiris atau supraempiris. Ditujukan untuk kepentingan supraempiris saja,
sehingga seakan orang beragama itu hanya mementingkan kebahagiaan akhirat
dan lupa kebutuhan di dunia.

PAK STIES 2013/2014

60

Secara umum, agama adalah lembaga yang mengatur kehidupan rohani manusia
atau ada yang mengartikan sebagai jalan hidup; di mana seluruh aktifitas lahirbatin pemeluk diatur oleh agama yang dianutnya. Bagaimana makan, bergaul,
beribadah, dsb.

B. KATEGORI DAN ASAL USUL AGAMA


Para ahli membedakan agama dalam 2 kategori:
1. Agama alamiah (lapis bawah), yaitu agama yang diciptakan oleh manusia
sendiri dalam upaya mencari Ilah atau Tuhan. Didasarkan pada
penghayatan adanya Yang Maha Kuasa, melalui keadaan sekitarnya,
seperti segala mahluk, roh, benda di alam. Meliputi animism, dynamisme,
politheisme, dsb.
2. Agama wahyu (lapis atas), yaitu agama yang dinyatakan melalui
pewahyuan (revealed religion) yang diyakini berasal Tuhan atau dari Surga
atau dari atas. Biasa juga disebut agama Samawi (dari bahasa Ibrani
syamayim, berarti langit). Dalam hal ini Tuhanlah yang berinisiatif mencari
dan berkomunikasi dengan manusia, dengan memwahyukan seperangkat
kebenaran yang kemudian diwujudkan dalam bentuk dogma, moral dan
ritual. Yang termasuk kelompok ini: agama Yahudi, Kristen dan Islam.
C. FUNGSI AGAMA
Pada hakikatnya, tiap agama punya beberapa fungsi:
1. Edukatif
: mencakup tugas mengajar dan bimbingan. Nilai yang
ditanamkan adalah makna dan tujuan hidup, hati nurani, rasa tanggung
jawab, Tuhan, kekekalan, ganjaran, dan hukuman.
2. Penyelamatan
: mengajarkan dan memberikan jaminan dengan caracara yang khas untuk mencapai kebahagiaan akhir di mana untuk
mencapainya di luar kemampuan manusia.
3. Social Control
: bertanggung jawab atas adanya norma susila yang
baik. Menyeleksi kaidah susila yang ada, mengukuhkan sebagai yang baik
atau buruk; serta memberikan sanksi yang harus dijatuhkan kepada yang
melanggar dan mengadakan pengawasan ketat atas pelaksanaannya.
4. Profetis & Kritis
: menyampaikan suara kenabian (kebenaran yang dari
atas) terhadap kondisi yang menyalahi hak ilahi dan hak azasi manusia.
5. Memupuk persaudaraan
6. Transformatif
: mengubah bentuk kehidupan lama sebuah masyarakat
menjadi baru untuk kepentingan lebih luas.
D. PELEMBAGAAN AGAMA
Agama adalah pencarian manusia akan yang Maha Suci. Hal ini ditandai dengan
simbol-simbol seperti hormat dan kagum kepada yang luar biasa.
Perkembangan sikap itu menjadi ritual ibadah, lalu muncul seperangkat praktek
lain, teologi dan organisasi. Organisasi tersusun relative tetap atas pola perilaku,
peran dan relasi yang terarah dan mengikat individu. Punya otoritas formal dan
PAK STIES 2013/2014

60

sanksi hukum untuk mencapai kebutuhan dasar yang berkenaan dengan dunia
supraempiris.
Dalam hidup keagamaan, terdapat serangkaian fungsi dan peran yang harus
dilaksanakan para fungsionarisnya, artinya petugas diangkat secara resmi dalam
status dan jabatan yang jelas dengan deskripsi yang jelas, agar tidak terjadi
tumpang tindih dan kesewenangan. Untuk itu diperlukan suatu institusi yang
berwenang mengaturnya. Tujuannya: mencegah perubahan-perubahan hakiki
mengenai isi dan penerapannya dari masa ke masa sehingga stabilitas dan
kontinuitas dapat terjamin dan cita-cita pendirinya dapat dinikmati banyak orang
sepanjang masa.
E. PERAN AGAMA
1. Konstruktif :
1.1. Memberikan rasa aman bagi pemeluknya, sehingga dapat
menyalurkan kebutuhannya untuk mendekatkan diri pada Tuhan,
melaksanakan cara mengungkapkan hubungan dengan Tuhan dan
sesama, serta mendapatkan pembinaan hidup keagamaan.
1.2. Sarana mengembangkan diri, melalui interaksi dan komunikasi
dengan sesamanya sehingga dapat mengembangkan diri dalam iman,
intelektual, ekonomi dan social.
1.3. Pemersatu umat.
2. Destruktif :
2.1Fanatisme golongan
Dalam hal ini sering agama membagai manusia dalam 2 kelompok,
yakni kelompok dalam (seagama) yang juga disebut kelompok kudus
atau suci, dan kelompok luar (tidak seagama) yang biasa disebut kafir,
tak beragama atau murtad. Hal ini menyebabkan tembok pemisah
yang membedakan-bedakan umat manusia.
2.2Melegalisasi konflik (intern dan extern), bukan mengatasi dan
menghapuskan.
2.3Kebutuhan atas wilayah tertentu sebagai tempat kelompok dalam
(territorial claim).
2.4Politisasi agama.
2.5Intoleransi dan rasa superior dalam ajaran, ibadah, tingkah laku dan
kehidupan social.
2.6Pemberian stigma pada kelompok tertentu.
F. AGAMA KRISTEN
Setelah masa penciptaan, muncullah peristiwa yang berdampak pada
penderitaan, yakni pemberontakan manusia terhadap Tuhan, dengan tidak
mematuhi perintahNya (Kej 3). Dosa yang dilakukan manusia berakibat
kecemaran dan putusnya hubungan manusia dengan Tuhan (Kej 3:14-15), dan
berakibat pada kematian (Roma 6:23). Dampak dosa itu adalah, manusia
cenderung memberontak dan melanggar aturan apapun.
PAK STIES 2013/2014

60

Manusia yang berdosa berusaha menyelamatkan diri dan menghindari kematian,


namun selalu sia-sia. Allah tidak membiarkan manusia menjadi semakin rusak.
Ia berjanji mengirimkan Juru Selamat bagi dunia (Kej 3:15). Sejak itu, manusia
selalu menantikan Sang Juru Selamat yang dijanjikan akan membebaskan
manusia dari dosa. Dan, seluruh kitab Perjanjian Lama dipenuhi dengan harapan
dan berbagai nubuatan akan datangnya Juru Selamat itu (Yes 7:14, Mat 1:23).
Kesaksian dan nubuatan dalam Perjanjian Lama, digenapi dalam Perjanjian Baru.
Mesias itu datang dalam Yesus Kristus (Luk 1:47, 2:11, Yoh 4:42, Kis 5:31, 1 Yoh
4:14, Yud 25). Dengan kelahiran Yesus Kristus, maka nubuatan dan janji
kedatangan Juru selamat manusia sudah terealisasi. Yesus Kristus, menjadi cikal
bakal munculnya agama Kristen.
Istilah Kristen sendiri digunakan tiga kali dalam Perjanjian Baru (Kisah Rasul
11:26; 26:28; 1 Petrus 4:16). Para pengikut Yesus Kristus pertama kali digelari
Kristen di Antiokhia (Kisah Rasul 11:26) karena kelakuan mereka, kegiatan dan
kata-kata mereka yang seperti Kristus. Pada mulanya istilah ini dipakai oleh
orang-orang tidak percaya di Antiokhia sebagai ejekan dan penghinaan terhadap
orang-orang Kristen. Secara harafiah istilah tsb berarti menjadi bagian dari
kelompok Kristus atau pengikut Kristus.
Dari semua agama yang dianut manusia, Kristenlah yang paling luas tersebar di
muka bumi dan paling banyak penganutnya. Agama Kristen termasuk agama
wahyu namun bisa juga disebut agama sejarah, artinya landasan berdirinya
agama itu selain berdasarkan wahyu Allah, juga pada peristiwa-peristiwa nyata
yang sungguh terjadi dalam sejarah dunia.
Kekristenan adalah monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis
dalam bahasa Yunani hypostasis) Tuhan atau Tritunggal. Tritunggal dipertegas
pertama kali pada Konsili Nicea Pertama (325) yang dihimpun oleh Kaisar Romawi
Konstantin I. Pemeluk agama Kristen mengimani ketuhanan Yesus Kristus, dan
memegang ajaran yang disampaikanNya. Yesus Kristus adalah pendiri jemaat
(gereja) dan pemimpin gereja yang abadi (Injil Matius 16: 18-19)
Umat Kristen juga percaya bahwa Yesus Kristus akan datang untuk kedua kalinya
sebagai Raja dan Hakim akan dunia ini. Sebagaimana agama Yahudi, mereka
menjunjung ajaran moral yang tertulis dalam Sepuluh Perintah Tuhan.
Penutup
Dalam ajaran agama, manusia meyakini dirinya adalah ciptaan Allah yang paling
mulia dan sempurna. Namun, akibat dosa semua itu telah rusak dan mengubah
tabiat manusia yang baik menjadi buruk. Melalui agama, manusia diharapkan
dapat mengembalikan yang telah rusak itu ke posisi semula sehingga lebih baik
(Kej 4:25, 6:5). Namun dalam perspektif Kristen, manusia dapat dibaharui
hidupnya hanya dengan iman dan semata-mata karena kehendak/anugerah Allah
saja (Ef 2:8-9).

PAK STIES 2013/2014

60

Tugas :
Buat paper yang menjelaskan peranan agama di tengah masyarakat dan
bagaimana nilai-nilai kekristenan dapat dinyatakan.

Pertemuan 2
KEPERCAYAAN KRISTEN TENTANG ALLAH

Plato berpendapat, Allah merupakan akal budi, sebab dari semua kebaikan di
alam semesta.
Aristoteles berkata, Allah adalah sumber segala keberadaan.
Spinoza mendefinisikan Allah sebagai Substansi yang mutlak dan universal,
Penyebab sejati dari segala sesuatu dan segala yang ada, dan bukan sekedar
Penyebab segala keberadaan, tetapi Allah sendiri merupakan segala keberadaan
sehingga setiap benda yang ada merupakan modifikasiNya saja.
Bagi Ficthe, Allah merupakan tatanan moral alam semesta yang benar-benar
bekerja dalam kehidupan.
Hegel menganggap bahwa Tuhan sepenuhnya roh, namun juga roh yang tanpa
kesadaran sampai roh itu menjadi sadar dalam akal dan pemikiran manusia. Dan
banyak lagi...
Semua hal dimulai dari Allah. Ia permulaan dan penghabisan (Wahyu 1:8), sumber
dan pemelihara semua hal. Apakah yang dapat diketahui manusia tentang
Allah ? Apakah hal-hal penting yang harus diketahui oleh orang Kristen ?
1. Kenyataan adanya Allah
Alkitab tidak bermaksud untuk membuktikan bahwa Allah itu ada, sebab Alkitab
menganggap dan menyatakan keberadaan Allah. Di permulaan Alkitab
menceritakan perbuatan Allah yang maha kuasa (Kej 1:1, Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi). Penulis Alkitab tidak pernah merasa perlu
membuktikan adanya Allah, mereka seperti kebanyakan orang sepanjang waktu
PAK STIES 2013/2014

60

merasakan adanya Allah. Justru mereka yang tidak percaya dinyatakan bodoh
(Maz 14:1).
Bagaimana manusia bisa mengenal Allah ?
Allah membuat manusia menyadari keberadaannya dengan 2 penyataan:
a. Umum, melalui alam semesta, sejarah dan hati nurani manusia
Seringkali orang kristen menyatakan penyataan alam tidak mencukupi,
seolah-olah terdapat cacat dalam pernyataan alam tentang Allah itu. Hal itu
terlihat dari bukti-bukti yang diberikan manusia untuk menyatakan
keberadaan Allah melalui alam.
1. Dari dunia yang demikian ajaib ini dan demikian dalam untuk dapat
diselidiki oleh pikiran manusia, juga faktor sebab-akibat didalamnya, kita
bisa berpendapat tentang kemungkinan adanya Penyebab Yang Luar
Biasa.
2. Kalau memperhatikan keteraturannya, bulan, bumi, matahari dan galaksi
berputar pada aturannya, pastilah ada Perancang Yang Memiliki
Intelegensia yang mengatur semua ini.
3. Pengaturan dunia dengan hukum-hukum moral yang menghindari
penghancuran terhadap manusia itu sendiri, pastilah adanya
kemungkinan Pemberi Hukum Moral.
Juga kemungkinan-kemungkinan argumentasi lainnya yang dapat diberikan.
Perpaduan dari berbagai macam argumentasi diatas dan argumentasi
lainnya, diharapkan dapat meyakinkan orang-orang yang belum percaya
akan adanya suatu kemungkinan eksistensi Allah. Kemudian orang kristen
dapat melangkah lebih lanjut lagi, kalau memang Allah itu ada /eksis, maka
ada kemungkinan Allah itu adalah Allah dari Alkitab.
Pembuktian seperti ini sepertinya memang benar. Ketika kemungkinan
eksistensi Allah telah terbukti, bukti-bukti lebih lanjut yang mendukung
bahwa Allah itu memang ada bisa diberikan. Dengan argumentasi ini maka,
syarat-syarat pembuktian Allah memang ada itu ditentukan oleh manusia itu
sendiri. Manusia yang mengukur, menilai, menentukan kemungkinan ada
atau tidaknya Allah. Apakah demikian? Apakah manusia bisa lebih tinggi dari
Allah dan menjadi penentu ada tidaknya Allah?
Seorang filsuf juga memberikan contoh sebagai berikut: Membuktikan Allah
itu ada, sulit sekali. Tetapi membuktikan Allah itu tidak ada, jauh-jauh lebih
sulit. Namun, alam sudah cukup menyatakan tentang Allah itu sendiri.
Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan
pekerjaan tangan-Nya. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka
tidak terdengar (Maz. 19:2-3)

PAK STIES 2013/2014

60

Sebenarnya alam sudah cukup menyatakan keberadaan Allah. Dengan


melihat alam, kita bagaikan melihat cermin yang menyatakan keberadaan
Allah itu sendiri. Tetapi kenapa manusia tidak mampu melihatnya? Dosa
menyebabkan manusia tidak mampu lagi melihat alam ciptaan sebagai
cermin jernih, yang melaluinya Allah bisa terlihat dengan jelas.
b. Khusus, melalui Alkitab dan dalam diri Yesus Kristus.
2. Hakekat Allah
a. Allah itu Roh (Luk 24:39, Yoh 4:24, Kis 7:48-49))
Tidak berujud dan tidak dapat dilihat. Namun, dapat dirasakan
kehadiranNya.
b. Allah itu suatu oknum
Allah dinyatakan sebagai oknum yang mempunyai kepribadian dan sifat
dasar (hikmat-Ams 3:19; perasaan-Kej 6:6; kehendak-Yak 3:10, dsb)
c. Allah itu satu, tapi adalah Tritunggal
Pernyataan iman Kristen tentang Allah:
Ada satu dan hanya satu Allah yang hidup dan benar. Ia adalah zat yang
berakal, rohani dan bersifat oknum. Ialah pencipta, penebus, pemelihara
dan pemerintah alam semesta. KepadaNya kita wajib memberi kasih,
hormat dan patuh. Allah yang kekal itu menyatakan diriNya kepada kita
sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus, dengan sifat dasar perseorangan yang
jelas, tapi tanpa pembagian zat, inti dan sifat.
Kata Tritunggal tidak pernah disebut dalam Alkitab, tetapi pernyataan yang
menyebut ketritunggalan itu disebut di beberapa ayat (Mat 3:16-17, Mat
28:19, 2 Kor 13:13). Secara terpisah, Rom 1:7 menyebut Bapa itu Allah.
Ibrani 1:8 menyebut Anak itu Allah, dan Kis 5:3-4 menyebut Roh kudus
sebagai Allah. Bagi banyak orang hal ini tidak mungkin dipahami, bahkan
banyak penentang agama Kristen menuduh orang Kristen tidaklah
menyembah Allah yang esa, sebaliknya menyembah tiga Allah.
Seorang sarjana berpendapat,Paham tritunggal adalah usaha didalam
keterbatasan bahasa dan pikiran manusia untuk menyatakan bagaimana
kita mengalamai pernyataan Allah tentang diriNya sesuai keadaan manusia.
Seperti melihat sebuah gunung dari tiga sisi. Tiap pandangan memberikan
gambaran yang berbeda, tapi yang dilihat gunung itu juga. Dan adalah hal
yang tidak mungkin bagi manusia dalam keterbatasannya untuk
memahami Allah yang tidak terbatas.
3. Sifat Allah
a. Maha suci (Yes 6:3-6)
b. Maha adil dan benar (Maz 119:137, dll)
c. Maha baik/kasih (Mar 10:18, 1 Yoh 4:7-8b, Yoh 3:16, dll)
d. Maha kuasa (Yes 40:26, Efs 3:19-20, Mat 19:26, Maz 135:5, dll)
e. Maha hadir (Yer 23:34, Maz 139:1-12, dll)
f. Maha tahu (Mat 10:29-30, dll)
g. Maha kekal (Maz 90:2)
h. Tidak berubah (Mal 3:6, dll)

PAK STIES 2013/2014

60

4. Yesus Kristus
Keberadaan Kristus sebelum penjelmaan/ di masa lampau yang kekal, ditulis
dalam Yoh 1:1, bersama-sama dengan Allah... dan Ia adalah Allah. Ini terjadi
sebelum dunia ada (Yp 17:5). Ia dinamakan Firman (Yoh 1:1,14; Wah 19:13).
Bahkan turut serta dalam penciptaan (Yoh 1:3,10, 1 Kor 8:6, Kol 1:16-17).
Jelas bahwa Kristus terlibat dan menunjukkan diriNya sebagai pencipta,
pemelihara dan juga sasaran penciptaan.
Dalam keyakinan Kristen, Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi
manusia. Mengapa harus menjelma ?
a. Untuk mengukuhkan janji Allah (Kej 3:15, Yes 9:5, 7:14, dll)
b. Untuk menyatakan Bapa (Yoh 1:18, 14:9, Yoh 10:30, 17:22, dll)
c. Untuk menjadi imam besar manusia (Ibr 5:1-2,4-5, 2:10,17-18, dll)
d. Untuk menghapus dosa (Mar 10:45, 1 Yoh 3:5, dll)
e. Untuk membinasakan iblis (Ibr 2:14, Yoh 12:31, 14:30, dll)
f. Untuk memberikan teladan hidup (Mat 11:28, Fil 2:1-6, 1 Ptr 2:21, 1 Yoh 2:6,
dll)
Sekalipun lahir melalui perawan Maria dan berkembang normal sebagai
manusia (Luk 2:40), Ia tidak mengenal dosa (2 Kor 5:21, Ibr 7:26). Ia menjadi
sama dengan manusia (Flp 2:7) tapi tidak berdosa.
Mempelajari Kristus adalah hal sulit karena kepribadianNya yang unik. Namun
Ia sendiri menyatakan bahwa pengenalan yang benar akan Dia hanya akan
diperoleh melalui penyataan ilahi (Mat 11:27)
Yesus adalah teantropik (punya sifat manusiawi dan sifat ilahi) dimana kedua
sifatNya berjalan bersama. Ia punya kehendak Ilahi (mahakuasa), juga
kehendak manusiawi (tidak mau jatuh dalam dosa). Kesadaran Ilahi (Aku dan
Bapa adalah satu Yoh 10:30), kesadaran manusiawi (Aku haus Yoh 19:28).
Perpaduan 2 sifat itu disebut hipostatis, artinya satu cara berada yang pribadi.
Tidak bersatu dengan manusia, tapi dengan sifat manusia.
Dalam tujuan penjelmaan untuk menjadi teladan (Mat 11:28-29), watak Kristus
dapat menjadi patokan idaman dalam kehidupan Kristen. Di mana Ia hidup
kudus/suci (1 Ptr 2:22-23), kasihNya tulus (Yoh 15:9, Efs 5:2, 25, Rm 8:37-39),
rendah hati (Flp 2:5-8), lemah lembut (Mat 11:29, 2 Kor 10:1), tenang dalam
segala keadaan (Yes 53:3-4, Yoh 17:13), selalu berdoa (Mat 14:23, Luk 6:12),
bekerja tiada henti (Yoh 5:17, 9:4)
Evaluasi :
1. Bagaimana sdr menjelaskan adanya Allah kepada orang lain ?
2. Siapakah Yesus Kristus itu menurut keyakinan Sdr ?

PAK STIES 2013/2014

60

Pertemuan 3
ALKITAB

I.

PENGERTIAN ALKITAB

Istilah Alkitab berasal dari kata "Al-Kitab" (bahasa Arab: )yang secara
sederhana berarti "buku" atau "kitab". Di negeri-negeri berbahasa Arab
sendiri Alkitab disebut sebagai "Al-Kitab Al-Muqaddas" (bahasa Arab:
- Kitab Suci). Penulisan dalam bahasa Indonesia selalu menuliskan
kata ini dengan menggunakan huruf kapital "A", sebagaimana dilakukan

PAK STIES 2013/2014

60

juga untuk kitab-kitab suci agama-agama yang lain. Nama "Alkitab" sendiri
tidak muncul di dalam Alkitab.
Dalam bahasa Indonesia, untuk membedakan dengan Al-Qur'an, maka
umat Muslim kadang menyebut Alkitab Kristen dengan istilah Bibel atau
Injil. Istilah "bibel" pertama kali digunakan oleh Filo (20 SM 50 M) dan
Yosefus, yang menyebut Perjanjian Lama sebagai bibloi hirai. Hieronimus,
seorang Bapak Gereja yang disuruh oleh Paus Damaskus untuk merevisi
Alkitab Latin, berkali-kali menyebut Alkitab dengan nama "Biblia" yang
merupakan kata dari bahasa Latin yang berarti "buku" atau "kitab". Kata
Alkitab, dalam bahasa Inggris adalah "bible" yang berasal dari kata Yunani
"biblion" (tunggal) yang berarti "buku", atau "biblia" (jamak) yang berarti
"buku-buku". Alkitab dalam bahasa Inggris disebut the Bible (atau Holy
Bible - "Kitab Suci").
Istilah "Injil" berasal dari bahasa Arab Inl, yang diturunkan dari bahasa
Yunani (euangelion) yang berarti "Kabar Baik" atau "Berita
Kesukaan", yang merujuk pada 1 Peter 1:25 (BIS, TL, & Yunani). Injil dalam
bahasa Inggris disebut Gospel, dari bahasa Inggris Kuno gd-spell yang
berarti "kabar baik", yang merupakan terjemahan kata-per-kata dari
bahasa Yunani (eu- "baik", -angelion "kabar")
Menurut Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Alkitab adalah "nama kumpulan
kitab-kitab yang diakui sebagai kanonik dan diakui sebagai Firman Allah
oleh gereja Kristen." Kumpulan-kumpulan kitab tersebut terbagi menjadi 2
bagian besar, yaitu: Perjanjian Lama (39 kitab) Katolik ditambah 7 kitab
Apokrifa (deuterokanonika) dan Perjanjian Baru (27 kitab). Inti berita
dalam Perjanjian Lama adalah Allah memberikan janji keselamatan kepada
umat-Nya Israel, dan janji itu digenapi dalam Perjanjian Baru melalui diri
Tuhan Yesus Kristus.
Alkitab adalah Firman Tuhan Allah sendiri yang ditulis, yang berisi
pernyataan, janji, kehendak dan rencanaNya kepada manusia. Ada yang

PAK STIES 2013/2014

60

memberi pengertian, bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang ditulis dalam
bahasa manusia oleh karena ilham (iluminasi/ penerangan) Roh Kudus.
II.

TUJUAN ALKITAB

Setiap kitab dari Alkitab mempunyai berita dan ceritera dengan latar
belakang dan waktu tertentu, setiap kitab menceriterakan tentang Allah
dan kebenaran-Nya serta manusia dan keberadaannya dalam waktu
tertentu dan di tempat tertentu, atau dengan kata lain Allah dan dan
kebenaran-Nya serta manusia dan keberadaannya terjadi dalam sejarah.
Tujuannya agar manusia mengenal Allah dan mengetahui rencana
keselamatan dari Allah, yang diwujudkan dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
III.

TERJADINYA ALKITAB

Alkitab tidak terjadi dengan sendirinya atau tiba-tiba jatuh dari langit
dalam sebuah bentuk dan bahasa tertentu disuatu tempat. Alkitab juga
tidak didiktekan hanya kepada seseorang khusus untuk kemudian ditulis.
Tetapi Alkitab terjadi dengan cukup rumit tapi sangat bisa dimengerti. Tim
LaHaye dalam bukunya yang berjudul Mempelajari Alkitab Secara Praktis
menyatakan pendapatnya mengenai susunan Alkitab sebagai berikut:
"Salah satu hal yang luar biasa mengenai Alkitab ialah susunannya
yang mengherankan. Tidak ada buku sedemikian rupa yang pernah
ditulis oleh manusia, sedemikian rupa karena Alkitab tidak ditulis
oleh seorang penulis dalam jangka waktu tertentu, melainkan ditulis
oleh 40 orang dalam jangka waktu selama 1600 tahun, namun
keseluruhannya menunjukkan suatu hasil karya dari suatu tangan
yang tidak pernah salah .... Sebagian besar dari antara mereka tidak
saling mengenal dan banyak di antaranya yang tidak mengetahui
bahwa ada orang-orang lain yang juga menulis."

A. Penulisan Alkitab
PAK STIES 2013/2014

60

Alkitab terdiri dari 66 kitab: 39 di PL dengan 23.214 ayat dan 27


dalam PB dengan 7.959 ayat. Dibutuhkan waktu 1600 tahun untuk
menuliskan keseluruhan Alkitab dan ditulis oleh 40 orang dengan
berbagai latar belakang (nabi-nabi, imam, juru minum raja, seorang
raja, hakim-hakim, nelayan-nelayan, dll) , masa dan tempat hidup
yang berbeda (Afrika, Asia, dan Eropa); dalam 3 bahasa (Ibrani,
Aram, dan Yunani) dan mengejutkan, sebab secara internal konsisten
satu dengan lainnya. Kesatuan Alkitab adalah karena pada dasarnya
Alkitab hanya memiliki satu Penulis, Allah sendiri. Alkitab dinafaskan
oleh Allah (2 Timotius 3:16). Manusia selaku penulis menuliskan
secara tepat apa yang Allah ingin mereka tuliskan, dan hasilnya
adalah Firman Allah yang suci dan sempurna (Mazmur 12:6; 2 Petrus
1:21).
Dalam menuliskan Alkitab atau bagian-bagian Alkitab, seseorang
yang dipilih oleh Allah tidak langsung didiktekan perkata atau
kalimat dan tidak juga dalam kondisi yang trance, sebaliknya
mereka yang terpilih mendapat iluminasi (penerangan, penyadaran,
pencahayaan, peradaban) dari Allah menuliskan berbagai hal yang
dikehendaki Allah melalui berbagai cara. Ada yang secara langsung
mendengar suara / firman Allah, ada yang menerima penglihatan
atau pandangan abnormal/ supranatural (dalam kondisi terjaga), ada
yang menerima wahyu / mimpi (kondisi tidur), ada yang berdasarkan
peristiwa masa lalu, karya ilmiah, dsb. Anehnya, mereka menulis
dalam sebuah satu kerangka besar tentang rencana Allah bagi
keselamatan manusia dan penggenapannya. Siapakah yang
mengarahkan tema tulisan mereka ? Yaitu Allah sendiri. Inilah yang
dimaksud iluminasi.
Alkitab dikelompokkan atau dibagi dalam Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, di mana jeda penulisan keduanya berselang kurang
lebih 386 th. Pembagian tersebut dilihat dalam fokus percakapan
PAK STIES 2013/2014

60

tentang Tuhan Yesus Kristus yang adalah Firman Allah menjadi


manusia. Perjanjian Lama banyak berbicara tentang karya Allah
yang mempersiapkan kedatangan Yesus Kristus melalui bangsa
Israel. Allah berjanji menggunakan Israel untuk memberkati seluruh
dunia (Kejadian 12:2-3).
Sedangkan Perjanjian Baru berceritera tentang karya-karya langsung
Yesus Kristus dan karya-karya Yesus melalui para murid-Nya, hal ini
dapat dibaca secara jelas dalam 4 kitab Injil dan Kisah Para Rasul.
Perjanjian Baru memerinci datangnya Manusia yang dijanjikan itu.
Namanya adalah Yesus, dan Dia menggenapi nubuat-nubuat
Perjanjian Lama saat Dia menghidupi hidup yang tak berdosa, mati
menjadi Juruselamat, dan bangkit dari antara orang mati.
B. Prosesnya sampai ke tangan kita
1. Penulisan Alkitab
Allah dan Kebenaran-Nya serta manusia dan keberadaannya
disampaikan secara lisan melalui manusia-manusia dan terjadi dalam
peristiwa-peristiwa nyata kemanusiaan dalam lingkup bangsa Israel
dari generasi yang satu ke generasi yang lain. Dalam perjalanan
waktu, pernyataan lisan itu kemudian ditulis oleh orang-orang yang
dipakai secara khusus oleh Allah. Dan ini terungkap dalam naskahnaskah yang ditemukan. Naskah yang berbicara tentang peristiwa
dalam perjanjian lama dan perjanjian baru .
Penyampaian berita secara lisan, membuat penangkapan /
penyerapan berita menjadi tidak sama, akibatnya muncullah
berbagai versi ceritera Alkitab, yang berdampak pada penulisan
Alkitab (contoh : Kejadian 1 : 1 - 24 & Kejadian 2 : 5 25).
Berdasarkan perjalanan waktu yang panjang, maka disadari bahwa
naskah asli telah lama rusak dan semuanya sudah musnah, hal ini
disebabkan karena naskah asli itu ditulis di atas papyrus yang
PAK STIES 2013/2014

60

gampang rusak. Tetapi dalam perjalanan waktu naskah asli Alkitab


ini telah disalin.
Sejak abad ke 4 Sesudah

Masehi dipergunakanlah
perkamen sebagai bahan
untuk menulis, tetapi sebelum itu orang menggunakan papyrus.
Perkamen lebih awet dari pada papyrus. Perkamen adalah kulit
binatang yang sudah diolah, makanya dapat tahan lama berabadabad lamanya. Tetapi papyrus dibuat dari hati batang papyrus.
Papyrus adalah tumbuh-tumbuhan sebagai teberau atau gelagah,
yang banyak tumbuh di dekat sungai Nil di Mesir. Papirus tidak dapat
tahan berlama-lama.
2. Penyusunan Alkitab
Alkitab yang kita pakai sekarang ini adalah Alkitab yang berisi kitab
kitab kanonik artinya kitab kitab yang diakui sebagai kitab kitab
yang berisi Firman Allah. Istilah kanonik berarti hasil kanonisasi, yaitu
suatu proses bagaimana buku-buku dari Alkitab itu menerima
persetujuan untuk diterima oleh pemimpin-pemimpin sidang.
Sejak abad ke-4 kata kann berarti 'ukuran' bagi iman Kristen. Jika
istilah ini dipakai bagi Alkitab, maka Alkitab dipercayai sebagai
'ukuran' bagi Iman dan Hidup orang Kristen. Proses pengkanonan
dilakukan oleh berpuluh-puluh ahli kitab suci dan bahasa yang
PAK STIES 2013/2014

60

dengan teliti dan serius memilah-milah banyak tulisan yang


dianggap suci untuk menemukan kitab-kitab yang benar-benar suci
dan diwahyukan Allah untuk kemudian dijadikan satu, dengan
menggunakan standar atau norma yang disepakati.
Ketika orang-orang Kristen berhadapan dengan berbagai ajaran
sesat, mereka mulai merasakan pentingnya membedakan tulisantulisan yang sesungguhnya diilhami Allah dan yang tidak.
Petunjuknya ialah, "Jika banyak gereja memakai tulisan tersebut dan
jika tulisan tersebut dapat terus-menerus meningkatkan moral
mereka, maka tulisan tersebut diilhami". Meskipun standar ini
menunjukkan pendekatan yang agak pragmatis, namun ada juga
logikanya di balik itu. Sesuatu yang diilhami Allah akan mengilhami
juga para penyembah-Nya; tulisan yang tidak diilhami pada akhirnya
akan lenyap juga. Namun, standar-standar tersebut saja tidak cukup
untuk menentukan sebuah kitab sebagai kanon.

3. Kitab Apokrifa / Deuterokanonika dan Injil yang lain


Selain kitab-kitab kanonik, ada juga kitab-kitab lain yang beredar dan
ada yang dipergunakan sampai sekarang. Kita mengenal yang
namanya Kitab-kitab Apokrifa atau Deuterokanonika , hanya dipakai
oleh gereja Katolik Roma dan Ortodoks. Selain menerima kitab PL
yang kanonik, mereka juga menerima dan menggunakan ke 7 kitab
dan 2 tambahan dalam Alkitab mereka.
Istilah Apokrifa dipakai untuk sebutan sebuah koleksi tulisan-tulisan
Yahudi kuno yang ditulis antara tahun 250 sebelum Kristus dan AbadAbad Permulaan dari tahun Masehi. Buku-buku Apokripa ini telah
dipandang sebagai tulisan wahyu Allah dalam theologi dari Gereja
Katolik Romawi, tetapi dalam pandangan kelompok Protestan dan
PAK STIES 2013/2014

60

Yahudi menurut sejarah mereka, buku-buku tersebut tidak


memberikan inspirasi yang nyata pada mereka. Alasannya sebagai
berikut:
a. Tidak digunakan oleh Yesus atau Gereja abad pertama.
b. Tak pernah dipakai sebagai nast Alkitab.
c. Bapa-bapa Gereja melihat adanya satu perbedaan.
d. Tulisan-tulisan Apokrif dinyatakan tidak punya
kuasa/wibawa hingga abad
ke16.
Buku-buku Apokrif tak pernah dinyatakan sebagai tulisan yang
mempunyai kuasa otoritas sebelumnya, dan baru diakui oleh Badan
Musyawarah Umat Katolik (tahun 1546 Masehi). Pada saat itu
buku-buku Apokrip yang dinyatakan murni adalah : Tobit, Yudit,
Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Barukh (termasuk surat dari
Yeremia), I dan II Makabe, tambahan pada Kitab Esther dan
tambahan pada Kitab Daniel (yaitu: Susana, nyanyian dari tiga orang
pemuda dan Bel dan Naga).
Alasan kuat untuk percaya pada daftar kitab-kitab Perjanjian Baru
pada masa sekarang. Gereja menerima kitab-kitab Perjanjian Baru
hampir sesegera setelah kitab-kitab itu ditulis. Penulis-penulisnya
adalah sahabat-sahabat Yesus atau pengikut-pengikutNya yang baru,
orang-orang yang Yesus percayakan kepadanya kepemimpinan
gereja mula-mula. Penulis Injil Matius dan Yohanes adalah beberapa
pengikut Yesus yang paling dekat. Markus dan Lukas adalah rekanrekan para Rasul, yang memiliki akses kepada cerita-cerita para
Rasul tentang hidup Yesus.
IV.

PENUTUP

Kita menyadari bahwa pemahaman iman kita ditentukan oleh berita


Alkitab. Sebagai manusia jaman kini, kita dipengaruhi oleh pemikiran dan
PAK STIES 2013/2014

60

pola tingkah laku masa kini. Semua pengaruh itu bisa mengaburkan
pengertian kita terhadap keyakinan dan kebenaran iman. Kita sering tidak
menyadari bahwa hal yang kita anggap Alkitabiah sebenarnya tidak sesuai
dengan Alkitab itu sendiri. Sebaliknya, yang Alkitabiah justru kita abaikan.
Dengan mengenali Alkitab, kiranya semakin meningkatkan kecintaan pada
Alkitab dan kerinduan untuk mendalaminya sehingga menguatkan
panggilan keselamatan yang percaya.

Injil Barnabas
Injil Barnabas adalah Manuskrip kitab yang dibuat pada abad ke 16 (dalam bahasa
Italia dan Spanyol), namun banyak orang non Kristen mengira Barnabas adalah salah satu
murid Yesus, namun sebenarnya tidak. Injil barnabas adalah sebuah injil gnostik, tidak
diakui,karena, barnabas tidak pernah menulis kitab manapun. Kitab ini panjangnya lebih
kurang sama dengan keempat Injil (Perjanjian Baru) bersama-sama (naskah bahasa Italia yang
mengandung 222 pasal); sebagian besar memuat kisah tentang pelayanan Yesus, secara umum
sangat tidak selaras dengan laporan-laporan yang juga ditemukan dalam Injil-injil karena injil
Barnabas bukan lah manuscrib yang ditulis oleh para rasul Yesus seperti injil kanonik. Dalam
batas tertentu, kitab ini mengikuti penafsiran Islam tentang asal-usul Kristen; karena memang
penulisnya bukan dari kalangan kristen sehingga pengarang dan sejarah tekstualnya tetap
menjadi kontroversi yang berlanjut.

Injil Tomas

PAK STIES 2013/2014

60

Injil Tomas, yang terlestarikan lengkap dalam sebuah manuskrip papirus berbahasa
Koptik, dan ditemukan pada 1945 di Nag Hammadi, Mesir, adalah sebuah kumpulan dari 114
ucapan yang diyakini berasal dari Yesus. Sebagian dari ucapan-ucapan itu ditemukan dalam
keempat Injil kanonik (Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes), namun
ucapan-ucapan yang lainnya tidak dikenal sebelum penemuan naskah ini.
Berbeda dengan keempat injil kanonik yang menggunakan laporan naratif tentang
kehidupan Yesus, Tomas mengambil bentuk yang kurang terstruktur dari kumpulan ucapan
yang berasal dari Yesus, dialog-dialog singkat dengan Yesus, dan ucapan-ucapan yang
dilaporkan oleh murid-muridnya kepada Didimus Yudas Tomas tanpa diletakkan dalam narasi
apa pun atau disusun ke dalam konteks filosofis atau retorika yang mana pun.

Injil Yudas
Injil Yudas adalah nama sebuah tulisan kuno yang berisi tentang Yudas Iskariot.[1]
Yudas Iskariot adalah seorang murid yang telah mengkhianati Yesus menurut catatan Alkitab.
[1]
Di dalam Injil Yudas, perspektif yang dipakai untuk melihat Yudas Iskariot amat berbeda
dari yang selama ini dikenal dari Alkitab.[1] Di dalam Injil Yudas, perbuatan Yudas
menyerahkan Yesus sehingga Yesus mati di kayu salib tidak dipandang negatif, melainkan
justru amat positif.[1] Yudas bahkan dipandang sebagai murid yang terutama di antara muridmurid lainnya karena perbuatannya itu.[1] Perbedaan tersebut amat wajar sebab Injil Yudas
merupakan tulisan dari kelompok Kristen Gnostik.[1] Pada awal perkembangan kekristenan
abad ke-1 dan ke-2 M, aliran Gnostik merupakan salah satu lawan dari kekristenan.[1][2]

PAK STIES 2013/2014

60

Pertemuan 4
MANUSIA

I.

ASAL USUL MANUSIA


Segala sesuatu di dunia ini mempunyai sumber, demikian hidup juga ada
sumbernya. Alkitab menjelaskan bahwa sumber hidup manusia adalah Allah (Kej
2:7, Yoh 1:3-4). Dengan digembuskannya nafas hidup ke dalam lubang hidung
manusia, berarti:
a. Manusia milik Allah dan akan kembali ke pada Allah
b. Hidup manusia bergantung pada dan berada dalam genggaman Allah
c. Tujuan hidup manusia bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk kemuliaan
Allah
d. Manusia harus tunduk dan takluk pada Allah saja.
Allah memberikan manusian hidup yang berbeda dari mahluk lain. Manusia di roh
sehingga dapat mengenal Allah. Itu yang membuat manusia punya keinginan
untuk mengenalNya, sebab merasakan kekosongan dalam hatinya yang memaksa
dia mencari sesuatu. Kekosongan itu adalah kerinduan rohani terhadap Allah,
sumber hidup kerohaniannya.

II.

SEGAMBAR DENGAN ALLAH


Allah menciptakan dengan beberapa sifatNya. Hal ini tidak terdapat pada
mahluk yang lain. Sifat itu adalah akal budi, kesusilaan, kepribadian dan
PAK STIES 2013/2014

60

kerohanian; yang karenanya manusia dapat mengenal Allah yang juga berpribadi,
berakal dan rohani.
Adam diciptakan suci dan bergaul erat dengan Allah. Manusia yang suci dapat
mencerminkan kesucian Allah. Manusia berkesusilaan berarti bahwa ia
mengetahui hal yang baik dan yang jahat dan ia bertanggung jawab atas
perbuatannya. Sebagai mahluk berakhlak, manusia diwajibkan melakukan yang
baik. Tetapi sebagai pribadi, ia bebas untuk memilih dan menentukan pilihan
hidupnya.
Segambar dengan Allah berarti bahwa segala sesuatu yang ada pada manusia
ada juga pada Allah. Tujuannya agar manusia mengenal Allah dan Allah dapat
bergaul dengan ciptaanNya. Manusia sebagai ciptaanNya dipanggil untuk
bersembahyang pada Penciptanya, mengasihi dan menaatinya.
Hal lain adalah agar manusia dapat memuliakan Allah dengan segala yang
diperbuatnya.
Allah tidak menciptakan manusia untuk berdiam diri. Di sinilah relasi manusia
dan ciptaan Allah yang lain terbangun, di mana manusia diperintahkan Allah
untuk berkuasa atas (menguasai) bumi dan segala mahluknya (Kej 1:26-28).
Manusia akan memuliakan Allah jika dalam menjalankan tugas ini bertanggung
jawab.

III. KEJATUHAN MANUSIA DALAM DOSA


Kejatuhan manusia adalah akibat kehendak bebas manusia sebagai perwujudan
kepribadiannya. Sebagai pribadi, ia bebas menentukan pilihan dalam hidupnya,
termasuk untuk memilih mengikuti suara Allah atau suara yang lain (iblis). Saat
manusia ditempatkan di Eden, Allah berfirman memberi kebebasan untuk makan
apa saja yang ada di taman, kecuali buah pohon pengetahuan baik dan jahat (Kej
2:15-17). Allah juga menyampaikan akibat makan buah pohon itu.
Dalam kenyataan, manusia justru mendengar suara iblis daripada
memperhatikan perintah Allah. Iblis menyesatkan manusia dengan memutar
balikkan kebenaran firman Allah (Kej 2:16; 3:1-5). Iblis memberikan keterangan
berbeda yang kelihatannya baik, menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik
dan yang jahat. Pengetahuan adalah sesuatu yang baik dan apa salah menjadi
seperti Allah ? Perempuan percaya pada keterangan iblis karena melihat buah
itu : kelihatan baik dan sedap dimakan serta memberi pengetahuan. Ia tahu
akan firman Tuhan, tetapi tidak percaya bahwa firman itu benar. Akhirnya
terjadilah dosa (pelanggaran) yang pertama kali yang merusakkan rencana Allah
akan hidup manusia.
Dalam PL, dosa disebut dengan istilah bt yang berarti gagal atau luput (Ams
19:2,8; Hak 20:16), atau pasya dan awon yang artinya pemberontakan, tidak
PAK STIES 2013/2014

60

taat, tidak benar, bengkok, melenceng, menyimpang, kehilangan tujuan, tidak


mencapai tujuan. Dalam pengertian umum, dosa adalah tidak memperhatikan
peraturan yang diadakan/difirmankan Tuhan. Manusia berdosa karena melanggar
atau memberontak terhadap kehendak dan perintah Allah, yang dilakukan secara
sengaja (sadar).
IV.

AKIBAT DOSA
Akibat dosa, rusaklah hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesamanya.
Secara garis besar, Kejadian 3:14-23 menyatakan akibat dosa manusia adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kematian rohani (terpisah dari Allah)


Kesakitan dalam melahirkan
Kelelahan dan susah payah mencari rejeki
Bumi terkutuk dengan semak dan rumput duri
Kematian jasmani (tubuh akan kembali menjadi tanah)
Diusir dari Eden
Sifat dosa menjalar kepada keturunan

Manusia telah gagal, tetapi Allah tidak meninggalkan manusia tanpa harapan. Di
ayat 15, Allah mengatakan bahwa keturunan perempuan itu akan meremukkan
kepala si ular (iblis). Artinya Allah akan memberikan seorang juru selamat, yang
akan mengalahkan iblis dan menyelamatkan manusia.
V.

KEADAAN MANUSIA
Manusia semula diciptakan segambar dan serupa Allah (Imago Dei). Manusia
semula adalah citra Allah, namun tidak bisa mempertahankan keadaan,
keselarasan dengan Tuhan. Manusia tidak mau lagi terikat dengan Tuhan, dan
menggunakan kehendak bebasnya untuk melanggar hukum dan perintah Tuhan.
Setelah berbuat dosa, manusia dapat berbuat banyak namun semua
perbuatannya penuh dengan kesalahan. Manusia semakin kreatif, makin intens
dan makin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitasnya dalam
melakukan kesalahan. Namun, manusia tidak bisa membebaskan diri dan
menyelamatkan dirinya sendiri.

VI.

KESELAMATAN MANUSIA
Allah menyatakan perjanjian keselamatan kepada manusia melalui Yesus Kristus.
Yesus datang untuk menebus dosa, mengampuni manusia dan menyelamatkan
orang percaya, melalui kematian dan kebangkitanNya (Rm 5:19, Kol 1:20-22, Tit
2:14, Ibr 2:14-15, 1 Yoh 2:2).
Langkah yang harus dilakukan agar mengalami keselamatan adalah:
1. Sadar akan dosa (Rm 3:23, 6:23, Yak 4:17)

PAK STIES 2013/2014

60

2. Bertobat berarti berbalik kembali, berbakti kembali pada Tuhan (Yes 10:2122, Luk 13:3)
3. Beriman pada Kristus. Beriman berarti menyerahkan segalanya kepada
Kristus (Kis 4:12)
VII. EVALUASI
1. Siapakah manusia itu menurut pendapat saudara sendiri ?
2. Apa yang mendorong manusia manusia masa kini berani berbuat dosa ?
3. Bagaimana agar manusia mengalami pemulihan hubungan dengan Allah ?

Pertemuan 5
GEREJA DAN TUGASNYA
Gereja sebagaimana kita kenal apakah dalam situasi nasional atau di
persekutuan Kristen setempat terkadang sulit untuk kita dapat melihat
persamaannya dengan citra Kristus, tetapi kendatipun banyak kelemahan gereja
dipersiapkan untuk menjadi agung dan indah dalam setiap kesaksian dan
palayanannya. Itu berarti ada komitmen orang percaya untuk sungguh-sungguh
kepada persekutuan dan ada kesediaan untuk ikut menanggung penderitaan
demi Injil dan demi pertumbuhan gereja itu sendiri.
Visi itu akan menguatkan tekad kita untuk memberikan waktu dan milik
kita, untuk mengarahkan daya dan doa, dan untuk berkarya sepanjang waktu
yang Tuhan berikan. Untuk itu kita pun harus memahami ketika hendak mencapai
PAK STIES 2013/2014

60

visi itu gereja pun harus nampak dalam panggilannya. Ada 3 tugas panggilan
gereja yang disebut dengan tri tugas gereja.
Untuk memahami tri tugas gereja kita mulai dengan pemahaman gereja.
Latar Belakang dan pengertian
Kata gereja berasal dari bahasa Portugis Igreya dan dalam bahasa Yunani
Ekklesia yang berarti jemaat yang dipanggil keluar dari dunia dan menjadi milik
Tuhan.
Pengertian gereja secara thelogis Alkitabiah ialah bahwa gereja (ekklesia) itu
adalah tubuh Kristus (Ef 1:22-23) dimana Kristus adalah kepala.
Gereja bukanlah kelompok manusia yang berdiri atas inisiatif sendiri,tetapi
Kristuslah yang dengan perantara Firman dan Roh mengumpulkan bagiNya
jemaat itu. Gereja adalah persekutuan orang percaya yang di kumpulkan oleh
Kristus. Hari Pentakosta ketika Roh Kudus di curahkan menjadi hari lahirnya gereja
(Kis 2).
Tugas dan Panggilan gereja
Gereja yang hidup adalah gereja yang bersaksi tentang Yesus Kristus di
dunia ini (Kis 1: 8). Gereja terpanggil untuk melaksanakan amanat agung Kristus
(Mat 28:16-20; Markus 16:15).
Menjadi saksi Kristus adalah tugas gereja dan warganya yang berlaku sepanjang
masa dan bukan hanya bersaksi (Marturia), tapi juga bersekutu (Koinonia) dan
melayani (Diakonia). Inilah yang disebut tri tugas gereja. Gereja terpanggil untuk
memberitakan berita kesukaan dari Allah bagi semua orang agar percaya dan
diselamatkan.
Gereja harus terbuka, dinamis,dialogis pada situasi perkembangan di
masyarakat dengan sikap positif,kristis,kreatif dan realistis. Gereja kelihatan
sebagai gereja apabila gereja tersebut nampak sebagai satu segitiga sama sisi
yang terdiri dari segi persekutuan,kesaksian dan pelayanan yang ketiganya tidak
dapat dipisahkan.
1. Koinonia (bersekutu)
Koinonia berasal dari bahasa Yunani Koinon yaitu : Koinonein artinya
bersekutu.
Koinonos artinya teman, sekutu. Koinonia artinya persekutuan. Kata : koinonia
baik dalam Alkitab, maupun dalam masyarakat Yunani pada waktu itu tidak
terbatas pada salah satu pengertian saja, melainkan mempunyai arti yang luas
sesuai dengan keadaan yang berlaku pada waktu itu dan situasi tertentu. Dalam
masyarakat Yunani kata koinonia seringkali dipakai untuk mengambarkan
hubungan manusia dengan ilah-ilah. Hubungan itu dibayangkan sebagai
hubungan antar teman (koinonos). Koinonein berarti bergaul secara akrab
dengan ilah-ilah, supaya mencapai hubungan mistik yang membawa kepada
kebahagiaan yang hebat.
Namun dalam Perjanjian Baru ada perubahan karena melalui Yesus Kristus
manusia dapat dipersatukan kembali dengan Allah. Dalam Kristus, Allah datang
dan menemui manusia.
Dalam PB kata Koinonia,mempunyai beberapa pengertian :
1. Mengambil bagian bersama-sama dengan orang lain dalam sesuatu.

PAK STIES 2013/2014

60

Lukas 5 :10 waktu Tuhan Yesus menyuruh murid-murid menjala ikan, maka
mereka melaksanakan
perintah Tuhan. Mereka mendapat banyak ikan. Karena banyaknya mereka
semua harus mengambil bagian dalam hal menarik jala. Disini koinonia sebagai
persekutuan para pekerja
Dalam I Kor 10:16 arti persekutuan (koinonia) adalah mengambil bagian
dalam penderitaan dan kematian Yesus Kristus di dalam persekutuan
Perjamuan Kudus.
2. Memberi bagian kepada seseorang
Sebagai contoh untuk memahami kononia dalam lingkup ini, Filipi 4:15 (baca)
kata mengadakan perhitungan adalah terjemahan dari kata koinonein dalam
arti memberi bagian. Paulus memberi jemaat filipi bagian dalam mengabarkan
Injil,sedangkan jemaat Filipi tanpa diminta memberi Paulus bagian untuk
penghidupannya. Itulah salah satu segi dari persektuan yaitu saling memberi
bagian kepada orang lain.
3. Koinonia sebagai Persekutuan penuh (absolut)
Dalam Galatia 2:9, digambarkan bahwa Paulus dan Barnabas dengan
berjabatan tangan sebagai
tanda persekutuan diterima secara penuh dalam persekutuan yang dijadikan
oleh iman bersama
kepada Kristus. Tanda hubungan erat antara kedua belah pihak, bahwa
mereka bersekutu dalam
Kristus.
Jadi koinonia (persekutuan) mempunyai dasar dan tujuan yang berasal dari
Yesus Kristus. Dasar dan tujuan ini tidak dapat diganti dengan dasar dan tujuan
yang lain.jikalau persekutuan ini menganti dasar, yang sudah diletakkan oleh dan
di dalam Yesus Kristus maka persekutuan ini kehilangan hakekatnya dan secara
azasi bukan persekutuan (koinonia) lagi. Koinonia adalah persekutuan jemaat di
dalam Kristus, walaupun banyak anggota namun membentuk satu tubuh Kristus.
Di dalam Koinonia ini kita tidak hanya sekedar bersekutu, tetapi kita
mengabarkan Injil Kerajaan Allah melalui perkataan / kesaksian (Marturia)
maupun perbuatan /pelayanan (Diakonia) dimana saja kita berada.
2. Marturia
Berasal dari bahasa Yunani : Marturia = kesaksian. Marturein = bersaksi.
Marturein dalam Perjanjian Baru memberi arti antara lain:
1. memberi kesaksian tentang fakta atau kebenaran (Lukas 24:48 : Matius 23:31)
2. memberi kesaksian baik tentang seseorang (Lukas 4:22; Ibr 2:4)
3. membawakan khotbah untuk pekabaran Injil (Kis 23:11) disini bersaksi sebagai
istilah
pengutusan/pekabaran Injil.
Kita yang hidup sekarang ini memang bukanlah saksi mata dari karya
penyelamatan Yesus Kristus, tetapi kitalah saksi keyakinan, sehingga kehidupan
kitapun harus diwarnai dengan keyakinan itu. Dalam bentuk khotbah kita bisa
memberi kesaksian tetapi lebih dari itu kehidupan kita adalah khotbah yang
hidup.
PAK STIES 2013/2014

60

Allah mengutus anakNya Yesus Kristus, Kristus pun mengutus muridmuridNya kedalam dunia (Yoh 20:21), supaya kabar keselamatan (Injil)
diproklamirkan. Tugas ini diberikan Allah kepada setiap orang yang percaya
dengan karunia masing-masing, agar dapat diwujudkan dalam perkataan dan
perbuatan.
3. Diakonia (Pelayanan)
Berasal dari bahasa Yunani : Kata kerja Diakonein = melayani. Kata benda
Diakonia = pelayanan. Kata benda Diakonos = pelayan.
Dalam PB diakonein mempunyai arti sebenarnya melayani di meja (Lukas
17:8; Yoh 12:2). Disekitar meja sangat terasa perbedaan tingkat antara mereka
yang sementara makan yaitu orang besar dan mereka yang menanggalkan
jubahnya atau orang yang melayani meja. Yesus merubah secara total arti
melayani, karena Dia membalikkan hubungan antara melayani dan dilayani
(Lukas 22:26-30). Diantara murid-muridNya yang memimpin adalah Yesus yang
juga adalah diakonos (pelayan).
Arti kata diakonein sebagai melayani meja diperluas juga dengan
pemahaman mengumpul kan bahan makanan, menyiapkan makanan (Kis 6:2).
Diakonein artinya memperhambakan diri/ mengabdi. Disini artinya diperluas,
Yesus menyebut dalam Matius 25:42-44 pelbagai perbuatan seperti memberi
makan, minum,memberi penginapan,memberi pakaian, mengunjungi orang sakit
dan orang yang berada di penjara, itu diakonein. Diakonein = pelayanan ini
adalah maksud dan tujuan orang Kristen terhadap sesama manusia, sekaligus
juga menggambarkan bagaimana caranya
mengikut Kristus. Dari pandangan yang dasariah ini Yesus menyimpulkan
sehubungan dengan
sifatNya sendiri menurut Markus 19:43-45 dan matius 20:26-28, bahwa Anak
Manusia tidak
datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberi nyawaNya
sebagai tebusan bagi
banyak orang.
Diakonein sebagai cara hidup jemaat Kristus.
Dengan apa yang kita pahami dari bahasan diatas menjadi jelas maksud
dari melayani di dalam jemaat. Setiap karunia atau kharisma menurut I Petrus
4:10 merupakan pemberian yang
dipercayakan kepada setiap orang dengan maksud supaya mereka yang
mendapat karunia itu
memanfaatkannya dan mengunakan karunia yang Tuhan berikan untuk melayani.
Diakonein sebagai mengumpulkan persembahan/ kolekte
Pelayanan khusus yang mempunyai peranan penting di dalam kehidupan
Paulus adalah
pengumpulan dan penyerahan kolekte bagi orang kudus di Yeruselem (2 Kor
8:19). Pelayanan kasih ini adalah teladan sebagaimana orang Kristen saling
memperhatikan dan saling membantu
berdasarkan kasih Kristus.
Diakonein sebagai nama untuk pelayanan jabatan khusus.
Dalam I Tim 3:10,13 kata kerja Diakonein dipakai untuk nama jabatan
seorang syamas/
PAK STIES 2013/2014

60

syamaset/diaken.
Cara berdiakonia antara lain :
a.Diakonia sebagai pertolongan secangkir air atas nama Yesus.
Ada berbagai cara orang Kristen atau badan-badan gereja atau
lembaga Kristen didalam pelayanan pada sesama. Pelayanan ini
merupakaan pengaktaan kasih Kristus (membagi bahan makanan,
pakaian, obat dll). Prinsip motivasinya adalah mendemonstrasikan kasih
Kristus dalam perbuatan nyata. Pertolongan ini disebut dengan diakonia
kharitatif. Teologia secangkir air itu penting dalam rangka diakonia
jemaat tetapi itu hanya salah satu unsur saja dalam berdiakonia. Karena
pemahaman diakonia itu punya pengertian yang luas.
Ketaatan dan kerendahan hati gereja yang terdiri dari persekutuan
orang percaya hendaknya terwujud dalam pola penatalayanan dan
bukan pola tuan melainkan pola hamba, pola melayani. Yesus
menghendaki pelayanan kepadaNya terwujud dalam pelayanan kepada
orang-orang yang paling hina, terhadap merekalah gereja melayani.
b.Diakonia dan Pembangunan
Sisi lain diakonia adalah diakonia social yang berupa upaya untuk
membangun masyarakat yang bertanggung jawab. Itu berarti menuntut
keterlibatan jemaat dalam pembangunan, jadi diakonia adalah
pembangunan. Diakonia berarti sikap kritis kenabian gereja untuk
memulihkan dan meluruskan arah pembangunan yang keliru dan
mengangkat mereka yang tersisihkan dan terlupakan dalam
pembagunan.
Diakonia adalah pelayanan yang berjalan,berbicara, dan berbuat
bersama-sama dengan mereka yang hina. Diakonia adalah belajar
sambil berbuat di tengah-tengah kehinaan.
Dengan ulasan diatas, kita pun harus mampu untuk memahami tugas
panggilan gereja di dalam kehadirannya di dunia ini yakni Koinonia, Marturia dan
Diakonia. Ketiganya saling behubungan satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahkan. Tugas yang satu akan menjadi sempurna ketika berada di dalam
keterkaitannya dengan tugas yang lain, begitu juga sebaliknya. Kononia sebagai
persekutuan yang hidup harus menjalankan peran marturia dan diakonianya.
Tugas dan panggilan gereja menurut gereja Kristen meliputi Koinonia
(persekutuan), Marturia (Kesaksian), dan Diakonia (Pelayanan). Namun dalam
gereja Katolik, 2 (dua) tugas lagi yang dikenal dengan
Panca Tugas Gereja
1. Liturgi (Liturgia) berarti ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang
dilakukan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Ini berarti
mengamalkan tiga tugas pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan Raja. Dalam
kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup beriman.
Melalui bidang karya ini, setiap anggota menemukan, mengakui dan menyatakan
identitas Kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Hal ini dinyatakan dengan doa,
simbol, lambang-lambang dan dalam kebersamaan umat. Partisipasi aktif dalam
bidang ini diwujudkan dalam memimpin perayaan liturgis tertentu seperti:
PAK STIES 2013/2014

60

memimpin Ibadat Sabda/Doa Bersama; membagi komuni; menjadi: lector,


pemazmur, organis, mesdinar, paduan suara, penghias Altar dan Sakristi; dan
mengambil bagian secara aktif dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama,
menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan.
2. Pewartaan (Kerygma) berarti ikut serta membawa Kabar Gembira bahwa
Allah telah menyelamatkan dan menebus manusia dari dosa melalui Yesus
Kristus, Putera-Nya. Melalui bidang karya ini, diharapkan dapat membantu Umat
Allah untuk mendalami kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk
menghayati hidup berdasarkan semangat Injili, dan mengusahakan pengenalan
yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak mudah goyah
dan tetap setia. Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya:
pendalaman iman, katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan
sakramen-sakramen lainnya. Termasuk dalam kerygma ini adalah pendalaman
iman lebih lanjut bagi orang yang sudah Katolik lewat kegiatan-kegiatan katekese.
3. Persekutuan (Koinonia) berarti ikut serta dalam persekutuan atau
persaudaraan sebagai anak-anak Bapa dengan pengantaraan Kristus dalam
kuasa Roh KudusNya. Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan
erat dengan Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, PuteraNya,
dalam kuasa Roh Kudus. Melalui bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk
membentuk jemaat yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus. Hal ini
berhubungan dengan cura anima (pemeliharaan jiwa-jiwa) dan menyatukan
jemaat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Oleh karena itu diharapkan dapat
menciptakan kesatuan: antar umat, umat dengan paroki/keuskupan dan umat
dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan dalam menghayati hidup
menggereja baik secara territorial (Keuskupan, Paroki, Stasi / Lingkungan,
keluarga) maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.
4. Pelayanan (Diakonia) berarti ikut serta dalam melaksanakan karya karitatif /
cinta kasih melalui aneka kegiatan amal kasih Kristiani, khususnya kepada
mereka yang miskin, telantar dan tersingkir. Melalui bidang karya ini, umat
beriman menyadari akan tanggungjawab pribadi mereka akan kesejahteraan
sesamanya. Oleh karena itu dibutuhkan adanya kerjasama dalam kasih,
keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keiklasan hati untuk berbagi satu
sama lain demi kepentingan seluruh jemaat (bdk. Kis 4:32-35)
5. Kesaksian (Martyria) berarti ikut serta dalam menjadi saksi Kristus bagi
dunia. Hal ini dapat diwujudkan dalam menghayati hidup sehari-hari sebagai
orang beriman di tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin
relasi dengan umat beriman lain, dan dalam relasi hidup bermasyarakat. Melalui
bidang karya ini, umat beriman diharapkan dapat menjadi ragi, garam dan terang
di tengah masyarakat sekitarnya. Sehingga mereka disukai semua orang dan tiaptiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Tugas:

PAK STIES 2013/2014

60

Buat paper tentang tugas gereja yang baik dalam mewartakan sukacita
sorgawi, menurut pendapat sdr.

Pertemuan 6
KEBERAGAMAN GEREJA
Banyaknya denominasi dalam iman Kristen dapat ditelusuri kembali kepada
Reformasi Protestan, gerakan untuk mereformasi gereja Katolik Roma pada
abad 16, di mana dari gerakan ini lahir empat bagian atau tradisi utama
Protestanisme: Lutheran, Reformed, Anabaptis dan Anglikan. Dari keempat tradisi
ini, denominasi lainnya bertumbuh dalam abad-abad berikutnya.
Denominasi Lutheran dinamai menuruti Martin Luther dan mengikuti
pengajarannya. Metodis mendapat nama mereka karena pendiri mereka, John
Wesley terkenal dengan metode-metode untuk pertumbuhan rohani.
Presbiterian dinamakan berdasarkan pandangan mereka soal kepemimpinan
gereja kata Yunani untuk penatua adalah presbuteros. Orang-orang Baptis
mendapatkan nama mereka karena mereka selalu menekankan pentingnya
baptisan. Setiap denominasi memiliki doktrin atau penekanan yang sedikit
berbeda dari yang lainnya, misalnya: cara baptisan, Perjamuan Kudus bagi semua
orang atau hanya bagi mereka yang kesaksiannya dapat diteguhkan oleh para
pemimpin gereja, kedaulatan Allah vs kehendak bebas dalam soal keselamatan,
masa depan Israel dan gereja, peran perbuatan baik dalam keselamatan,
pengangkatan orang percaya pra-tribulasi vs pasca-tribulasi, karunia tandatanda ajaib dalam zaman modern, dan seterusnya. Inti dari perpecahan ini tidak
pernah soal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, melainkan perbedaan yang
tulus dari orang-orang yang saleh, sekalipun bukan tanpa cacat, orang-orang

PAK STIES 2013/2014

60

yang berusaha menghormati Allah dan mempertahankan kemurnian doktrin


berdasarkan hati nurani mereka dan pemahaman mereka akan FirmanNya.
Zaman sekarang ada banyak dan beraneka denominasi. Denominasi
utama yang mula-mula sebagaimana yang disebutkan di atas telah menetaskan
berbagai cabang seperti Sidang Jemaat Allah, Kemah Injil, Nazarene, Evangelical
Free, gereja-gereja Alkitabiah yang bersifat berdiri sendiri, dan lain-lainnya.
Beberapa denominasi menekankan perbedaan kecil dalam doktrin, namun yang
lebih sering mereka hanya berbeda dalam pola ibadah demi untuk memuaskan
selera dan preferensi (kecenderungan/pilihan/kesukaan/prioritas) yang berbeda di
antara orang-orang Kristen. Namun jangan salah, kita sebagai orang-orang
percaya, harus sehati dalam hal-hal yang mendasar dalam iman, namun
di luar itu ada kebebasan mengenai bagaimana orang Kristen beribadah bersama.

1. Katolik
Kata Katolik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, (katholikos),
artinya "universal". Secara umum, sebutan Gereja Katolik merujuk pada Gereja
Katolik Roma. Kata Roma diatributkan pada Gereja ini karena Gereja Katolik
mengimani Paus yang berkedudukan di kota Roma, Italia sebagai kepala gereja
yang kelihatan, wakil Yesus Kristus di bumi, yang merupakan kepala utama gereja
yang tak kelihatan. Paus adalah penerus Petrus turun temurun yang tidak
terputuskan. Menurut tradisi gereja, Petrus menjadi uskup Roma dan menjadi
martir di sana. Gereja Katolik dengan penambahan kata Roma sendiri sebenarnya
tidak pernah menjadi nama resmi yang digunakan oleh Gereja Katolik. Gereja
Katolik adalah Gereja Kristen terbesar di dunia dan mengklaim memiliki semilyar
anggota, yakni kira-kira setengah dari seluruh umat Kristiani dan seperenam dari
populasi dunia.
Otoritas duniawi tertinggi Gereja ini dalam perkara iman, moral dan
pemerintahannya adalah Sri Paus, yang memegang otoritas tertinggi bersamasama Dewan Uskup, yang diketuainya. Komunitas Katolik terdiri atas seorang
pelayan umat tertahbis (rohaniwan) dan umat awam; baik rohaniwan maupun
umat awam dapat pula menjadi anggota dari komunitas-komunitas religius.
Gereja ini mendefinisikan bahwa misinya adalah memberitakan Injil Yesus
Kristus, memberikan pelayanan sakramen-sakramen dan melakukan karya amal.
Gereja ini menjalankan program-program dan lembaga-lembaga sosial di seluruh
dunia, termasuk juga sekolah-sekolah, universitas-universitas, rumah-rumah
sakit, misi-misi dan perumahan, serta organisasi-organisasi seperti Catholic Relief
Services, Caritas Internationalis dan Catholic Charities yang membantu kaum
papa, keluarga-keluarga, orang-orang jompo, dan orang-orang sakit.
Dengan sejarah yang membentang sepanjang dua ribu tahun, Gereja ini
adalah salah satu lembaga tertua di dunia dan telah berperan penting dalam
sejarah peradaban Barat sekurang-kurangnya sejak abad ke-4. Pada abad ke-11,
sebuah perpecahan besar, yang kadang-kadang disebut Skisma Akbar, terjadi
antara Kristianitas Timur dan Barat yang terutama diakibatkan oleh
ketidaksepahaman mengenai primasi kepausan. Gereja-Gereja Timur yang tetap
maupun yang kelak kembali menjalin persekutuan dengan Uskup Roma, Sri Paus,
membentuk Gereja-Gereja Katolik Timur, dan Gereja-Gereja yang tetap berada di
luar otoritas kepausan biasanya dikenal sebagai Gereja-Gereja Ortodoks Timur.
Pada abad ke-16, juga sebagai tanggapan atas bangkitnya Reformasi Protestan di
Eropa Barat, Gereja ini menyelenggarakan proses reformasi dan renovasi internal,
yang dikenal sebagai Kontra-Reformasi.
PAK STIES 2013/2014

60

Meskipun Gereja ini menyatakan bahwa dialah "Gereja yang satu, kudus,
katolik, dan apostolik," didirikan oleh Yesus Kristus, tempat orang dapat
menemukan kepenuhan sarana keselamatan, Gereja ini pun mengakui bahwa
Roh Kudus dapat menggunakan komunitas-komunitas Kristiani lainnya untuk
membawa orang menuju keselamatan. Gereja ini percaya bahwa dia dipanggil
oleh Roh Kudus untuk mengupayakan kesatuan antar segenap umat Kristiani,
sebuah gerakan yang dikenal sebagai ekumenisme. Tantangan-tantangan modern
yang dihadapi Gereja ini mencakup bangkitnya sekularisme dan penentangan
terhadap sikapnya mengenai aborsi, euthanasia, kontrasepsi, dan moralitas
seksual.
A. Keyakinan
Gereja Katolik meyakini bahwa hanya ada satu Allah saja, yang hadir dalam
tiga pribadi: Allah Bapa, Yesus Sang Putera, dan Roh Kudus. Infalibilitas kepausan,
Maria dikandung tanpa noda, Tradisi Gereja, Ekaristi, penghormatan orang-orang
kudus, serta dalam isu-isu yang berkaitan dengan anugerah, perbuatan baik, dan
keselamatan.
B. Sakramen
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus menginstitusikan tujuh
sakramen, tidak lebih dan tidak kurang, baik menurut Kitab Suci maupun Tradisi
Suci dan sejarah Gereja. Adapun sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik Roma
sebagai berikut:
Baptis

Pengakuan dosa/Rekonsiliasi

Ekaristi

Penguatan/Krisma

Imamat

Pernikahan

Pengurapan orang sakit/Minyak suci

Sakramen-sakramen adalah ritual-ritual kasat mata yang penting artinya,


dan yang oleh umat Katolik dipandang sebagai tanda-tanda kehadiran Allah serta
saluran-saluran yang efektif dari anugerah Allah kepada orang-orang yang
menerima sakramen-sakramen tersebut. Diyakini diwariskan oleh Yesus Kristus
kepada gereja. Santo Agustinus menyebut sakramen sebagai "tanda kelihatan
dari rahmat Allah yang tidak kelihatan".
C. Otoritas pengajaran
Gereja Katolik percaya bahwa ia dibimbing secara berkesinambungan oleh
Roh Kudus, dan oleh sebab itu terhindar dari kemungkinan kekeliruan doktrin.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Roh Kudus menyingkapkan kebenaran Allah
melalui Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium.
PAK STIES 2013/2014

60

Kitab Suci atau Alkitab Katolik, terdiri atas kitab-kitab yang sama dengan
yang terdapat dalam Perjanjian Lama versi Yunanidisebut pula Septuaginta
beserta ke-27 tulisan Perjanjian Baru yang terdapat dalam Codex Vaticanus dan
terdaftar dalam Surat Hari Raya yang ke-39 yang ditulis Athanasius. Seluruh kitab
tersebut merupakan ke-73 Kitab Suci Katolik, berbeda dengan banyak gereja
Protestan yang menggunakan 66 kitab saja. Kitab-kitab dan tulisan-tulisan yang
dianggap kanonik oleh Gereja Katolik tetapi tidak dianggap kanonik oleh
beberapa kelompok lainnya disebut juga kitab-kitab Deuterokanonika.
Tradisi Suci terdiri atas ajaran-ajaran yang menurut keyakinan Gereja telah
diwarisi dari zaman para Rasul. Kitab Suci beserta Tradisi Suci bersama-sama
disebut "deposit iman" (Bahasa Latin: depositum fidei). Deposit iman ini nantinya
ditafsirkan oleh Magisterium (dari kata magister dalam bahasa Latin yang artinya
"guru"), otoritas pengajaran Gereja Katolik, yangmelalui suksesi apostolik
dilaksanakan oleh Sri Paus dan uskup-uskup yang berada dalam kesatuan dengan
Sri Paus.

2. Protestanisme

Protestan adalah sebuah mazhab dalam agama Kristen. Mazhab atau


denominasi ini muncul setelah protes Martin Luther pada tahun 1517 dengan 95
dalilnya. Kata Protestan sendiri diaplikasikan kepada umat Kristen yang
menolak ajaran maupun otoritas Gereja Katolik. Pada kenyataannya, gerakan
Reformasi (Pembaharuan) yang dilakukan oleh Martin Luther bukanlah yang
pertama kali terjadi di kalangan Gereja Katolik, sebab sebelumnya sudah ada
gerakan-gerakan serupa seperti yang terjadi di Perancis yang dipimpin oleh Peter
Waldo (dan kini para pengikutnya tergabung dalam Gereja Waldensis) pada
pertengahan abad ke-12, dan di Bohemia (kini termasuk Ceko) di bawah pimpinan
Jan Hus atau Yohanes Hus (1369-1415). Gereja Waldensis banyak terdapat di Italia
dan negara-negara yang mempunyai banyak imigran dari Italia, seperti Uruguay.
Sementara para pengikut Yohanes Hus di Bohemia kemudian bergabung dengan
Gereja Calvinis.
Pada 2005, sekitar 5,9%14.276.459 dari 241.973.879 penduduk
Indonesia, beragama Protestan. Karena pengaruh para misionaris dari Belanda,
kebanyakan gereja Protestan di Indonesia sangat diwarnai oleh ajaran Calvin, dan
sebagian lagi mempunyai corak Lutheran.
A. Doktrin-doktrin
Meskipun doktrin dari denominasi-denominasi Protestan jauh dari seragam,
ada beberapa keyakinan yang tersebar pada Protestantisme yaitu doktrin sola
gratia, sola fide, dan sola scriptura.
Sola gratia berpegang bahwa keselamatan merupakan anugerah dari
Tuhan. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Sola fide berpegang bahwa keselamatan yang datang hanya melalui iman
di dalam Yesus sebagai Kristus, bukan melalui perbuatan baik.

Sola scriptura mempertahankan bahwa Alkitab (bukan tradisi gereja atau


interpretasi gerejawi dari Alkitab) adalah sumber otoritas final untuk semua
orang Kristen.

PAK STIES 2013/2014

60

Gereja-gereja Protestan umumnya menolak doktrin Katolik dan Ortodoks


mengenai pewarisan apostolik dan pelayanan sakramental dari klerus. Kecuali
yang ditemukan pada banyak negara, seperti di bagian selatan Eropa, yang
berada di bawah pengaruh non-Katolik jauh sebelum Reformasi.
Pendeta Protestan dan pemimpin gereja memiliki peran dan otoritas yang
sedikit berbeda di dalam komunitas mereka dibandingkan dengan pastor dan
uskup pada Katolik, Anglikan dan Ortodoks.
B. Denominasi Gereja Protestan
Pengikut gerakan Protestan menyebut pengelompokan gereja-gereja
menurut doktrin-doktrin landasan mereka sebagai "denominasi". Mereka
merupakan nama bagian-bagian berbeda dalam suatu "Gereja" yang utuh. Kaum
Protestan menolak doktrin Gereja Katolik Roma sebagai satu-satunya gereja yang
benar. Sejumlah denominasi Kristen lebih ketat dibanding yang lain dan ada
dasar-dasar ortodoksi yang dipertentangkan di antara denominasi-denominasi
tersebut.
Denominasi individual juga bermunculan menurut perbedaan teologi yang
kadang sangat tidak kentara. Banyak juga denominasi yang sekedar merupakan
ekspresi kedaerahan atau etnis terhadap kepercayaan yang sama, yang
mengakui lima sola sebagai prinsip dasar utama iman Kristen. Kelompok Nondenominasional juga dimasukkan ke dalam golongan Protestan. Karena semua
faktor ini, penghitungan yang pasti tidak dimungkinkan, tetapi diperkirakan ada
sekitar 33.000 denominasi Protestan.
Kebebasan ini menyebabkan begitu banyak rasa keKristenan. Gereja
Presbiterian di Sumatera memiliki pola ibadah yang berbeda dari Gereja
Presbiterian di Jawa, namun sikap doktrin mereka adalah serupa.
Keanekaragaman adalah hal yang baik, bercerai berai bukanlah hal yang baik.
Kalau dua gereja berbeda secara doktrin, dialog dan diskusi mengenai Firman
Allah mungkin dibutuhkan. Cara besi menajamkan besi (Amsal 27:17) seperti ini
menguntungkan semua. Kalau ada perbedaan dalam hal gaya dan bentuk, tidak
ada masalah kalau keduanya tetap terpisah. Pemisahan semacam ini tidak
menyingkirkan tanggung jawab orang-orang Kristen untuk saling mengasihi (1
Yohanes 4:11-12) dan pada dasarnya dipersatukan dalam Kristus (Yohanes 17:2122).
Ketika mencari gereja, orang percaya seharusnya mulai dengan Pernyataan
Iman dari gereja itu. Apa yang dipercaya dan dipraktekkan oleh gereja harus
sejalan dengan doktrin yang dijabarkan oleh Alkitab. Apa yang kita cari adalah
kumpulan orang-orang percaya di mana Injil Kristus diberitakan, otoritas Alkitab
sebagai kebenaran yang mengatur, kesempurnaan Alkitab diakui, di mana kita
bisa bertumbuh dalam hubungan kita dengan Tuhan, di mana kita dapat saling
melayani dengan karunia-karunia rohani kita, mengabarkan Injil dan memuliakan
Allah.
Gereja penting adanya dan semua orang percaya harus menjadi bagian
dari kelompok yang memenuhi kriteria tsb. di atas. Kita membutuhkan relasi yang
hanya dapat ditemukan dalam kumpulan orang-orang percaya, kita
membutuhkan dukungan yang hanya dapat ditawarkan oleh gereja, dan kita perlu
melayani Allah dalam masyarakat dan juga secara pribadi.

PAK STIES 2013/2014

60

Pertemuan 7
MORALITAS KRISTEN
Moralitas berasal dari kata dasar moral berasal dari kata mos dan
mores. Kata mos berarti kebiasaan dan kata mores yang berarti kesusilaan
dari mos. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan
susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat;
bergairah; berdisiplin dan sebagainya.
Moral secara etimologi (asal usul kata) diartikan:
a) Keseluruhan kaidah-kaidah kesusilaan dan kebiasaan yang berlaku pada
kelompok
tertentu,
b) Ajaran kesusilaan, dengan kata lain ajaran tentang azas dan kaidah
kesusilaan yang dipelajari secara sistimatika.
Moralitas yang secara leksikal (berkaitan dng kata) dapat dipahami sebagai
suatu tata aturan yang mengatur pengertian baik atau buruk perbuatan
kemanusiaan, yang mana manusia dapat membedakan baik dan buruknya yang
boleh dilakukan dan larangan sekalipun dapat mewujudkannya, atau suatu azas
dan kaidah kesusilaan dalam hidup bermasyarakat.
Secara terminology (istilah/definisi)/batasan) moralitas diartikan oleh
berbagai tokoh dan aliran-aliran yang memiliki sudut pandang yang berbeda:
Franz Magnis Suseno : moralitas adalah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai
dan sikap seseorang atau sebuah masyarakat. Menurutnya, moralitas adalah
sikap hati yang terungkap dalam perbuatan lahiriah (mengingat bahwa tindakan
merupakan ungkapan sepenuhnya dari hati), moralitas terdapat apabila orang
mengambil sikap yang baik karena Ia sadar akan kewajiban dan tanggung
jawabnya dan bukan ia mencari keuntungan. Moralitas sebagai sikap dan
perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih.
W. Poespoprodjo : moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang
dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk
atau dengan kata lain moralitas mencakup pengertian tentang baik buruknya
perbuatan manusia.
Immanuel Kant : moralitas itu menyangkut hal baik dan buruk, yang dalam
bahasa Kant, apa yang baik pada diri sendiri, yang baik pada tiap pembatasan
sama sekali. Kebaikan moral adalah yang baik dari segala segi, tanpa
PAK STIES 2013/2014

60

pembatasan, jadi yang baik bukan hanya dari beberapa segi, melainkan baik
begitu saja atau baik secara mutlak.
Emile Durkheim : moralitas adalah suatu sistem kaidah atau norma mengenai
kaidah yang menentukan tingkah laku kita. Kaidah-kaidah tersebut menyatakan
bagaimana kita harus bertindak pada situasi tertentu. Dan bertindak secara tepat
tidak lain adalah taat secara tepat terhadap kaidah yang telah ditetapkan.
Dari pengertian tersebut, disimpulkan bahwa moralitas adalah suatu
ketentuan-ketentuan kesusilaan yang mengikat perilaku sosial manusia untuk
terwujudnya dinamisasi kehidupan di dunia, kaidah (norma-norma) itu ditetapkan
berdasarkan konsensus kolektif, yang pada dasarnya moral diterangkan
berdasarkan akal sehat yang objektif.
Moralitas Kristiani artinya : Ketentuan susila atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan etiket atau adat istiadat atau adat sopan santun yang
didasarkan atas ajaran iman Kristen yang bersumber dari Alkitab.
Fungsi moralitas
Empat alasan mengapa moralitas sangat perlu diperhatikan pada zaman
ini:
Pertama, masyarakat sekarang ini semakin pluralistik atau majemuk, baik
dari suku, daerah, agama yang berbeda-beda; demikian pula dalam bidang
moralitas. Kita berhadapan dengan sekian banyak pandangan moral yang sering
saling bertentangan. Mana yang mau diikuti, apakah yang diterima dari orang tua
kita dahulu, moralitas tradisional desa, atau moralitas yang ditawarkan melalui
media massa ?
Kedua, masa transformasi (perubahan) masyarakat yang tanpa tanding.
Perubahan yang diakibatkan gelombang modernisasi merupakan kekuatan yang
menghantam semua segi kehidupan manusia. Kehidupan di kota sudah jauh
berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dalam transformasi ekonomi, sosial,
intelektual dan budaya itu nilai-nilai budaya tradisional ditantang semuanya.
Dalam situasi inilah etika membantu kita agar jangan kehilangan orientasi, dapat
membedakan antara apa yang hakiki dan apa yang boleh saja berubah, dan
dengan demikian tetap sanggup untuk mengambil sikap-sikap yang dapat kita
pertanggungjawabkan.
Ketiga, perubahan sosial budaya menawarkan ideologi-ideologi sebagai
obat penyelamat. Moral yang kuat dapat membuat kita sanggup untuk
menghadapi ideologi tersebut secara kritis dan objektif, dan untuk membentuk
penilaian kita sendiri, agar tidak terlalu mudah terpancing. Moralitas juga
membantu kita jangan naif atau ekstrem, yaitu jangan cepat-cepat memeluk
segala pandangan yang baru, tetapi juga jangan menolak nilai-nilai hanya karena
baru dan belum biasa.

PAK STIES 2013/2014

60

Keempat, moralitas juga diperlukan oleh kaum agama yang di satu


fihak menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka,
dan di lain pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut-takut dengan tidak
menutup diri dari semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah
itu.
Dalam hal ini, moralitas bertugas untuk menilai perbuatan manusia,
mengontrol/mengawasi, mengoreksi dan mengarahkan perbuatan manusia agar
menuju pada kebaikkan. Perbuatan baik atau buruk itu mempunyai ukuran, yakni
sesuai atau tidak dengan tuntutan masyarakat. Dalam moralitas Kristiani
acuannya adalah firman Tuhan.
Iman sebagai sumber moralitas kristiani.
Iman itu harus disertai dengan perbuatan sebab tanpa perbuatan pada
hakekatnya mati. Iman itu tidak hanya sebuah keyakinan akan Tuhan yang
abstrak, sebaliknya justru iman yang kelihatan abstrak itu harus mampu
mengontrol dan mengendalikan seluruh aspek pikiran, perilaku dan perbuatan
sehari-hari. Iman kristiani harus menjadi dasar berpikir dan bertindak dalam
kehidupan orang kristen. Bagi orang kristiani memiliki moralitas yang bersumber
dari imannya pasti sadar bahwa iman itu bersumber dari Firman Tuhan. Iman
kristiani tidak bermanfaat apabila tidak diaplikasikan secara nyata dalam hidup
sehari hari.
Alkitab memberikan cetak biru kepada kita untuk membentuk kerohanian
atau pengembangan moral dan karakter . Dalam Mazmur 78:1-8, Allah
menggariskan langkah-langkah dalam melatih suatu generasi yang tidak seperti
generasi sebelumnya (yang pemberontak dan suka melawan), suatu generasi
yang dicirikan bukan dengan melupakan pekerjaan Allah namun dengan
memelihara perintah-perintahNya. Tanggapan paling penting yang diharapkan
adalah mereka "meletakkan kepercayaan mereka pada Allah" (ayat 7) dan
tanggapan ini adalah langkah awal dari pembentukan kerohanian (band. Matius
28:20).

Sikap-sikap kepribadian moral yang harus dikembangkan


1.

Kejujuran

Dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara moral adalah
kejujuran. Tanpa kejujuran kita sebagai manusia tidak dapat maju selangkah pun
karena kita belum berani menjadi diri kita sendiri. Tanpa kejujuran keutamaankeutamaan moral lainnya kehilangan nilai mereka. Bersikap baik terhadap orang
lain, tetapi tanpa kejujuran, adalah kemunafikan dan sering beracun. Hal yang
sama berlaku bagi sikap tenggang rasa dan mawas diri: tanpa kejujuran dua sikap
itu tidak lebih dari sikap berhati-hati dengan tujuan untuk tidak ketahuan maksud
yang sebenarnya.

PAK STIES 2013/2014

60

Bersikap jujur terhadap orang lain berarti dua:


Pertama, sikap terbuka berarti: orang boleh tahu, siapa kita ini. Maksudnya
bahwa kita harus muncul sebagai diri kita sendiri, sesuai keyakinan kita. Tidak
menyembunyikan wajah kita yang sebenarnya.
Kedua, bersikap wajar atau fair. Yakni memperlakukannya menurut standarstandar yang diharapkannya dipergunakan orang lain terhadap dirinya.
Menghormati hak orang lain, memenuhi janji yang diberikan, tidak bertindak
bertentangan dengan suara hati atau keyakinannya.
Langkah awal untuk menerapkan sikap tersebut adalah berhenti
membohongi diri kita sendiri. Kita harus berani melihat diri seadanya. Kita harus
berhenti main sandiwara, bukan hanya terhadap orang lain, melainkan terhadap
kita sendiri. Kita perlu melawan kecondongan untuk berasionalisasi,
menghindari show dan pembawaan berlebih-lebihan. Orang jujur tidak perlu
mengkompensasikan perasaan minder dengan menjadi otoriter dan menindas
orang lain.
Allah juga mencela segala perbuatan yang tidak susila seperti pencurian,
dusta, perjudian, suap dan pengecohan (Kel 20:15-16, 2 Kor 13:7-8, Efs 4:28,
Amos 5:12, Maz 15:5).

2. Kesediaan untuk bertanggung jawab


Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani
kita. Kita merasa terikat untuk menyelesaikannya, dan tidak memberikan ruang
pada pamrih kita. Kita akan melaksanakannya dengan sebaik mungkin, meskipun
dituntut pengorbanan atau kurang menguntungkan atau ditentang oleh orang
lain. Tugas itu bukan sekedar masalah di mana kita berusaha untuk
menyelamatkan diri tanpa menimbulkan kesan yang buruk, melainkan tugas itu
kita rasakan sebagai sesuatu yang mulai sekarang harus kita emong, kita
pelihara, kita selesaikan dengan baik, bahkan andaikata tidak ada orang yang
perduli. Merasa bertanggung jawab berarti bahwa meskipun orang lain tidak
melihat, kita tidak merasa puas sampai pekerjaan itu diselesaikan sampai tuntas.
Kesediaan untuk bertanggung jawab termasuk kesediaan untuk diminta,
dan untuk memberikan, pertanggungjawaban atas tindakan-tindakannya, atas
pelaksanaan tugas dan kewajibannya. Kalau ia ternyata lalai atau melakukan
kesalahan, ia bersedia untuk dipersalahkan. Ia tidak pernah akan melemparkan
tanggung jawab atas suatu kesalahan yang diperbuatnya kepada bawahan.
Sebaliknya, sebagai atasan ia, dengan hubungan dengan pihak luar, bersedia
PAK STIES 2013/2014

60

untuk mengaku bertanggung jawab atau suatu keteledoran, meskipun yang


sebenarnya bertanggung jawab adalah seorang bawahan.
Alkitab mengajarkan bahwa setiap orang harus belajar
mempertanggungjawabkan hidupnya (Rom 14:12)
3. Kemandirian moral
Kemandirian moral berarti bahwa kita pernah ikut-ikutan saja dengan
pelbagai pandangan moral di lingkungan kita, melainkan selalu membentuk
penilaian dan pendirian sendiri dan bertindak sesuai dengannya. Jadi kita tidak
anut grubyug atau sekedar mengikuti apa yang biasa, juga tidak menyesuaikan
pendirian kita dengan apa yang mudah, enak, nyaman. Sekalipun untuk itu ada
resiko yang harus dibayar.
4. Keberanian moral
Keberanian moral berarti berpihak pada yang lebih lemah melawan yang
kuat, yang memperlakukannya dengan tidak adil. Keberanian moral tidak
menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan yang ada kalau itu berarti
mengkrompomikan kebenaran dan keadilan.
Orang yang berani secara moral akan membuat pengalaman yang
menarik. Setiap kali ia berani mempertahankan sikap yang diyakini, ia merasa
lebih kuat dan berani dalam hatinya, dalam arti bahwa ia semakin dapat
mengatasi perasaan takut dan malu yang sering mengecewakan dia. Ia merasa
lebih mandiri. Ia bagaikan batu karang di tengah-tengah sungai yang tetap kokoh
dan tidak ikut arus. Ia memberikan semangat dan kekuatan berpijak bagi mereka
yang lemah, yang menderita akibat kezaliman pihak-pihak yang kuat dan
berkuasa.
5. Kerendahan hati
Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan
kenyataannya. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya,
melainkan juga kekuatannya. Tetapi ia tahu bahwa banyak hal yang dikagumi
orang lain padanya bersifat kebetulan saja. Ia sadar bahwa kekuatannya dan juga
kebaikannya terbatas. Tetapi ia telah menerima diri. Ia tidak gugup atau sedih
karena ia bukan seorang manusia super. Justru karena itu ia kuat. Ia tidak
mengambil posisi berlebihan yang sulit dipertahankan kalau ditekan. Ia tidak
perlu takut bahwa kelemahannya ketahuan. Ia sendiri sudah mengetahuinya
dan tidak menyembunyikannya. Maka ia adalah orang yang tahu diri dalam arti
yang sebenarnya.

PAK STIES 2013/2014

60

Kerendahan hati ini tidak bertentangan dengan keberanian moral,


melainkan justru prasyarat kemurniannya. Tanpa kerendahan hati keberanian
moral mudah menjadi kesombongan atau kedok untuk menyembunyikan, bahwa
kita tidak rela untuk memperhatikan orang lain, atau bahkan bahwa kita
sebenarnya takut dan tidak berani untuk membuka diri dalam dialog kritis. Justru
orang yang rendah hati sering menunjukkan daya tahan yang paling besar
apabila betul-betul harus diberikan perlawanan. Orang yang rendah hati tidak
merasa diri penting dan karena itu berani untuk mempertaruhkan diri apabila ia
sudah meyakini sikapnya sebagai tanggung jawabnya.
6. Realistis dan kritis
Realistis berarti bersifat nyata atau wajar, yaitu menyatakan apa adanya.
Namun sikap realistis mesti berbarengan dengan sikap kritis. Tanggung jawab
moral menuntut agar kita terus-menerus memperbaiki apa yang ada supaya lebih
adil, lebih sesuai dengan martabat manusia, dan supaya orang-orang dapat lebih
bahagia. Prinsip-prinsip moral dasar adalah norma kritis (analisa tajam/tak mudah
percaya) yang kita letakkan pada keadaan.
Tanggung jawab moral yang nyata menuntut sikap realistis dan kritis.
Pedomannya ialah untuk menjamin keadilan dan menciptakan suatu keadaan
masyarakat yang membuka kemungkinan lebih besar dari anggota-anggota untuk
membangun hidup yang lebih bebas dari penderitaan dan lebih bahagia.
Allah tidak berkenan pada kebohongan, panjang lidah, bujukan
menyesatkan, kemunafikan, dan sebagainya. Orang percaya sepatutnya bicara
yang benar (Yak 1:26, 3:5, Yes 59:2-3, Zak 8:16-17, Efs 4:25, Kol 3:9-10).

8. Lain lain :
1. Keadilan (Im 19:35-36, Ams 3:33, Ams 11:1).
Allah menyalahkan kelobaan, ketamakan, tipu daya, korupsi, cinta akan
uang/materi, dan segala ketidakadilan.
2. Kesucian (Efs 5:3-4, 1 Tim 5:22, 1 Kor 6:12-20)
Allah menyatakan murka terhadap segala percabulan atau kekejian. Orang
percaya harus menjalankan hidup yang membawa orang lain kepada
Kristus.
3. Perdamaian (Mat 5:9, Rm 12:18, Flp 2:14-15, 1 Tim 2:1-2).
Allah tidak menghendaki adanya pertengkaran, perselisihan, gerutu, dan
segala yang berhubungan dengan omelan, pelanggaran hukum dan
pemberontakan.
Dalam kenyataannya sikap-sikap tersebut memang sangatlah sulit untuk
diterapkan namun dengan adanya tekad yang bulat dan keyakinan yang mantap
serta senantiasa melatih diri untuk selalu mengamalkan dan memelihara sikapPAK STIES 2013/2014

60

sikap tersebut, maka dengan seiring berjalannya waktu sikap-sikap tersebut akan
mudah kita terapkan dengan sendirinya. Dan dengan demikian kita pasti akan
menjadi sosok pribadi yang memiliki etika dan moral yang mantap.

Pertemuan 8
ESKATOLOGI
(Peristiwa-peristiwa Akhir Jaman)
Istilah "eskatologi" (Yun, eschatos, terakhir) dipakai pertama kali pada abad
ke-19 di Jerman dalam rangka Teologi Sistematik untuk menunjuk pada doktrin tentang halhal terakhir (kematian, penghakiman, neraka, sorga) dimana yang terjadi pada masa itu
adalah tindakan Allah menghakimi dan menyelamatkan manusia, dan yang terjadi setelah itu
adalah masa keselamatan dan penghukuman yang abadi. Jadi Eskatologi bertumpu
pada kegiatan Allah di akhir zaman dan juga membahas mengenai perkembangan
pemahaman akan makna eskatologi itu sendiri dari waktu ke waktu.
Eskatologi dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yakni :
PAK STIES 2013/2014

60

1. Eskatologi Pribadi, yang membahas apa yang akan dialami oleh seorang
percaya sejak ia mengalami kematian jasmani sampai ia menerima
tubuh kebangkitannya.
2. Eskatologi Umum, yang membahas peristiwa-peristiwa yang akan
terjadi, mulai dari kedatangan Kristus yang kedua sampai penciptaan
langit dan bumi yang baru.
Perjanjian Baru melihat eskatologi dalam dua aspek yaitu aspek futuris dan
present, di mana
keseluruahan PB bersatu dalam keyakinan bahwa dalam diri Yesus, zaman akhir
itu sudah mulai terwujud (eskaton). Orang yang menaruh kepercayaan pada
Yesus sudah memperoleh keselamatan eskatologis (segi sudah/present), namun
disadari bahwa penggenapan dalam kemuliaan belum terlihat. Jemaat di dunia
masih di tengah jalan menuju kedatangan hari Tuhan (segi belum/future). Yang
menarik adalah pengertian bahwa kebangkitan Yesus Kristus adalah sebagai awal
atau pendahuluan masa eskaton.
1. ESKATOLOGI PRIBADI
Eskatologi Pribadi, yang membahas kematian jasmani dan keadaan antara
saat kematian dan kebangkitan.
1. Kematian Jasmani
Kematian jasmani adalah terpisahnya jiwa dari tubuh dan merupakan
berakhirnya kehidupan jasmaniah. Dalam teologi, jiwa (sanskt. Jiva,
english. Soul, sinonim roh/akal) dipercaya hidup terus setelah seseorang
meninggal ataun mati. Kematian ini digambarkan sebagai:
a.
Perpisahan tubuh dengan jiwa (Pkh 12:7, Kis 7:59, Yak 2:26)
b.
Kehilangan jiwa atau nyawa (Mat 2:20, Mrk 3:4, Yoh 13:37)
c.
Kepergian (Luk 9:31, 2 Ptr 1:15)
Kematian jasmani bukanlah pemusnahan atau berhentinya keberadaan
seseorang, namun lebih tepat dikatakan sebagai perubahan hubungan
alami antara jiwa dengan tubuh yang terputus. Tubuh jasmani menjadi
rusak di dalam kubur (atau sejenisnya) dan menjadi debu kembali (Kej
3:19), sedangkan jiwa terus hidup. Kematian jasmani merupakan akibat
kematian rohani manusia (Rm 5:21, 6:23, 1 Kor 15:56) dan sesungguhnya
adalah sesuatu yang tidak wajar dalam jalan hidup manusia, karena
merupakan penghukuman (Rm 1:32, 5:16) dan menjadi musuh (yang
ditakuti) manusia.
Namun demikian, di dalam Kristus orang percaya tidak perlu lagi takut
pada kematian, sebab Dia sudah membebaskan dari maut itu (Ibr 2:14-15).
Bagi orang percaya kematian adalah pintu masuk ke hadapan Kristus. Ia
tinggal bersama Kristus (2 Kor 5:8, Fil 1:23) dan dikatakan tertidur di dalam
Yesus (1 Tes 4:14). Bertentangan sekali keadaan orang yang tidak percaya.
Mereka tidak memiliki pengharapan dan penghiburan. Mereka menghadapi
hukuman kekal dan dijauhkan dari hadirat Tuhan untuk selamanya (Yoh
3:36, 2 Tes 1:9, Why 20:10).
PAK STIES 2013/2014

60

2. Keadaan antara saat kematian dan kebangkitan


Jiwa itu bersifat abadi karena itu tidak akan mati (Mat 22:32, Luk 16:1931, Why 6:9-10). Lalu, apa yang terjadi setelah kematian jasmani di mana
jiwa terpisah dari tubuh ?
a. Keterangan Alkitab. Sekalipun tidak banyak informasi mengenai
pokok ini, namun masukan yang ada cukup memadai untuk menarik
kesimpulan. Bagi orang percaya keadaan ini yang akan dialami :
- Ada bersama dengan Kristus (2 Kor 5:8, Fil 1:23, Luk 23:34)
- Bersekutu dengan orang-orang percaya lainnya (Ibr 12:23)
- Dalam keadaan hidup, sadar dan bahagia (Luk 16:19-31, Why
14:13)
- Lebih suka dan lebih baik daripada sebelum kematian (Fil 1:23, 2
Kor 5:8)
Namun, bagi orang-orang yang tidak percaya, mereka berada dalam
keadaan mengalami siksaan secara sadar, sambil menantikan hari
penghakiman (Luk 16:19-31, Why 20:11-15).
b. Purgatori (api penyucian). Dalam teologi Katolik Roma, jiwa-jiwa
yang saat mati sudah kudus sepenuhnya diizinkan langsung masuk
sorga ( hadirat Allah). Bagi jiwa yang belum murni sepenuhnya,
harus melalui pembersihan dengan memasuki tempat yang disebut
Purgatori atau api penyucian. Api penyucian bukan tempat
percobaan, tetapi untuk menyucikan jiwa-jiwa dari dosa yang dapat
diampuni. Di sini orang percaya menderita untuk sementara waktu
(Zak 9:11, Mat 12:32, 1 Kor 3:13-15, juga 2 Makabe 12:42-45).
Memang harus diakui bahwa dalam kehidupan ini badan kita
dihukum karena dosa yang kita lakukan, tetapi jangan lupa bahwa
Kristus telah menanggung seluruh hukuman kita dan kita tak dapat
menambah apa-apa atas apa yang telah Yesus lakukan (Ibr 1:3).
c. Jiwa tidur. Sebagian orang beranggapan bahwa saat orang mati
jasmani, jiwanya masuk ke suatu keadaan tidur atau menjadi tidak
sadar. Alkitab juga sering berbicara kematian sebagai tidur (Mat
9:24, Yoh 11:11), tidak sadar (Maz 146:4, Pkh 9:5-6 & 10, Yes 38:18).
Anggapan ini dipakai untuk orang percaya, lalu bagaimana dengan
yang tidak percaya ?
d. Pemusnahan. Ajaran ini berkaitan dengan orang-orang yang tidak
diselamatkan. Saat orang mati maka keberadaan orang yang tidak
terselamatkan akan berhenti. Mereka menafsirkan istilah mau atau
kebinasaan sebagai tidak ada lagi atau dijadikan tidak ada (Yoh
3:16, 8:51, Rm 9:22). Namun, Alkitab dengan jelas mengatakan
PAK STIES 2013/2014

60

bahwa orang yang tidak diselamatkan akan tetap ada selamalamanya (Pkh 12:7, Mat 25:46, Rm 2:5-10, Why 14:11). Juga
dikatakan berbagai tingkat hukuman, ini tak mungkin terjadi bilas
mereka dimusnahkan (Luk 12:47, Rm 2:12, Why 20:12).
e. Kekekalan bersyarat. Menurut ajaran ini, jiwa tidak diciptakan kekal,
tetapi menjadi kekal saat mengaku percaya kepada Yesus Kristus.
Sifat kekal itu pemberian Allah kepada mereka yang menanggapi
panggilanNya.
Sebagai kesimpulan, saat kematian jasmani, orang percaya
memasuki hadirat Tuhan. Ia tinggal dalam bersama Tuhan dalam
keadaan bahagia yang dialaminya secara sadar hingga saat
kebangkitan, saat ia menerima tubuh kemuliaan. Sebaliknya, saat
kematian orang yang tidak percaya akan memasuki masa penyiksaan
yang dialami secara sadar sampai saat kebangkitan, ia akan
dicampakkan ke dalam lautan api. Doktrin api penyucian, jiwa yang
tidur, pemusnahan dan kekekalan bersyarat tidak dapat dianggap
sebagai ajaran yang alkitabiah.
2. ESKATOLOGI UMUM
Peristiwa eskatologis umum di dahului dengan kedatangan Yesus Kristus
yang kedua kali, lalu disusul dengan berbagai peristiwa lainnya.
1. Kedatangan Yesus Kristus (Parousia). Istilah ini menunjuk pada
kunjungan seorang pejabat tinggi ke suatu wilayah kekuasaannya.
Dikatakan sejak kenaikanNya ke Sorga, Yesus berada di sebelah kanan
Allah dan satu saat nanti Ia akan mengunjungi bumi kembali, hadir
secara pribadi (Kis 1:11) di dalam kemuliaan dan kekuasaan-Nya
(Mat.24:27).
2. Bersamaan dengan kedatanganNya itu, terjadi pengangkatan (Yoh 14:3,
1 Kor 15:51-54, 1 Tes 4:14-17, 2 Tes 2:1) dan kebangkitkan orang-orang
mati yang berada dalam Kristus (1 Kor 15:23) serta pengubahan tubuh
kemuliaan (1 Tes 4:17, 1 Kor 15:51-52) untuk bersatu denganNya (2 Tes
2:1 bnd. Mat 24:31).
3. Penghancurkan si jahat (2 Tes 2:8 lih. Juga 1 Tes 2:19; 3:13; 4:15 dan
5:23).
4. Penghakiman orang percaya terhadap penggunaan talenta dan
kesempatan yang dipercayakan padanya selama hidup (Mat 25:14-30,
Luk 19:11-27, Mat 20:1-16). Orang percaya dihakimi menurut
perbuatan tersebut (2 Kor 5:10, Rm 14:12).
5. Pemberian pahala bagi orang percaya
Dalam masa akhir tersebut juga dikenal yang namanya masa kesengsaraan
atau masa pencobaan (Why 3:10) dan adanya kerajaan seribu tahun, di mana
manusia akan mengalami berbagai masalah besar yang menyengsarakan,
meliputi :
PAK STIES 2013/2014

60

1. Aspek politik, adanya pemerintahan federasi politik, otokratis dan


menghina Allah. Aniaya besar bagi orang percaya akan dialami
sebelum ditundukkan Kristus.
2. Aspek keagamaan, munculnya pengaku Mesias yang diterima kalangan
Yahudi, yang kemudian lazim disebut antikristus.
3. Aspek Israel, dimana bangsa Israel bertobat dan diselamatkan.
4. Aspek ekonomi, perdagangan akan dimuliakan di atas segala sesuatu,
dan pusat perdagangan besar akan didirikan.
3. Makna Eskatologi bagi hidup umat
Perlu diingat, masa datangnya kerajaan Allah juga akan disertai dengan
hukuman bagi orang yang tidak menggunakan kesempatan akhir untuk
mengubah sikap menjadi baik. Penekanannya pada pengakuan, dengan kata dan
perbuatan praktis, kini dan di sini. Kemudian bagi orang-orang yang
diselamatkan, Yesus membayangkan masa keselamatan yang akan datang itu
sebagai suatu pesta perjamuan yang meriah dan penuh kegembiraan (sesuai
dengan tradisi Yahudi).
Memahami Eskatologi akan menantang umat untuk :
1. Hidup senantiasa dalam kewaspadaan dan berjaga-jaga,
2. Melawan apa pun yang menentang kedatangan kuasa Allah ,
3. Mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah itu meski harus berseberangan dengan nilainilai dunia (Mat 6:33; 1 Kor 7:29-31; Fil 3:18-21; Kol 3:1-4).
4. Tindakan sosial Kristiani pada masa sekarang. Perwujudan Kerajaan Allah itu mulai
diantisipasi dalam komunitas Kristiani yang mencoba hidup berdasarkan nilai-nilai
Kerajaan Allah. Maka tindakan sosial Kristiani demi perwujudan kehendak Allah
dalam masyarakat merupakan salah satu tanda kedatangan Kerajaan Allah.

PAK STIES 2013/2014

60

Pelajaran 9
PANDANGAN KRISTIANI TERHADAP IPTEK DAN SENI

Diskusi :
1. Pandangan mahasiswa terhadap kloning, transplasi organ tubuh, abortus,
dll ?
2. Pandangan mahasiswa terhadap internet, hp, cctv, scanner, usg, mri, dll ?
3. Pandangan mahasiswa terhadap budaya nyadran, kenduren, bersih desa,
midadareni, dll ?
4.
Pengertian IPTEK dan Seni
Kamus Bahasa Indonesia menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah
gabungan berbagai pengetahuan yang disusun secara logis dan bersistem
dengan memperhitungkankan sebab dan akibat. Sementara itu, teknologi berarti
keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Dan seni memiliki arti karya
bermutu yang diciptakan dengan keahlian luar biasa. Jika dirangkum berarti
segala karya manusia untuk kelangsungan dan kenyamanan hidupnya berdasar
pengetahuannya secara logis dan bersistem.

IPTEKS dalam Firman Tuhan


Penggunaan IPTEK sudah ada sejak zaman dahulu sejak Tuhan Yesus
menciptakan manusia. Karena IPTEK berasal dari Tuhan melalui perantara atau
dikembangkan oleh manusia. Secara filosofis, setelah kejatuhan ke dalam dosa,
ide dan pemikiran manusia selalu dipengaruhi oleh dua kekuatan:

manusia

dengan ide dan pemikiran yang telah dipulihkan oleh Allah atau ide dan
pemikiran yang tetap dalam dosa. Dua pengaruh ini akan tampak terlihat pada
tujuan dan karya-karya manusia dalam IPTEKS.
Yang mendasari lahirnya IPTEKS yaitu karena tanggung jawab yang
diberikan oleh Tuhan kepada Umat Manusia. Sebagaimana yang tertulis dalam
Kejadian 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka :
Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu,
berkuasalh atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap dibumi.

Inilah yang melahirkan pikiran manusia untuk

bisa menguasai bumi sesuai dengan kehendak Allah. Dan pengetahuan tentang
PAK STIES 2013/2014

60

teknologi terdapat dalam Amsal 1:7 Takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan:
Contoh perwujudan IPTEKS dalam sejarah manusia dalam Alkitab :
a). Bahtera Nuh

Allah memerintahkan Nuh membuat Kapal untuk

menyelamatkan
Nuh dan keluarganya serta semua binatang. Dimensi ruang, cara
pembuatan kapal
dan bahan telah ditentukan Allah. (Kejadian 6:14-15)
b). Pembuatan Kemah Suci (Keluaran 25:9),
Allah sendiri menjadi arsitek yang merancangkan ruang-ruang, dimensi
dan bahan untuk Kemah Suci (Keluaran 25). Kemudian kemuliaan Allah
memenuhi. Kemah suci (Keluaran 40:35).
c). Pembangunan Bait Suci dan Istana yang dibuat Salomo, (1
Raja-raja 7-8).
Dari beberapa contoh diatas, dapat dilihat bahwa Allah tidak pernah
menghalangi atau menutup segala perkembangan IPTEK. Dan dalam contohcontoh ini bahwa setiap teknologi yang diciptakan selalu dikaitkan dengan
keselamatan dan maksud Allah bagi manusia dan dunia. Namun, di sisi lain Allah
juga menentang/setiap penciptaan teknologi yang hanya bermotifikasikan untuk
kebesaran diri, kelompok ataupun bangsa. Contohnya sebagai berikut :
a. Ketika Allah memporak-porandakan Babel ( Kejadian 11:1-9). Yang ditentang
Allah bukan pendirian kota atau menara Babel, tapi karena motivasi mereka
untuk yang mencari kedudukan dan ingin menyamai Allah (Kejadian 11:4)
b. Kemewahan Teknologi di zaman salomo yang menyebabkan Ia berbuat zinah
dan jatuh menyembah berhala (1Raja-raja 11:1-3).
c. Ketika murid-murid membanggakan bangunan Bait Suci, Yesus mengatakan
bahwa bangunan itu akan diruntuhkan. ( Matius 24:1-2).
d. Tuhan menentang penyalagunaan fungsi bait suci yang dibangun selama 46
tahun menjadi tempat berjualan(Yohanes 2:16).
IPTEKS bagi Kemuliaan Nama Tuhan
IPTEKS di buat untuk memuliakan nama Tuhan. Dalam Keluaran 35:30-36,
mencatat bahwa Allah menunjuk orang-orang yang dipilihnya untuk membuat

PAK STIES 2013/2014

60

segala keperluan untuk membangun bait Allah. Kemudian Allah memperlengkapi


mereka dengan segala keahlian, pengertian, dan pengetahuan dalam segala
pekerjaan untuk membuat segala rancangan bait Allah. Allah memberikan RohNya untuk membuat mereka mampu menyelesaikan pembanguna Bait Allah
seperti yang difirmankan-Nya (ayat 31). Melalui ayat ini, kita tahu bahwa sumber
segala pengetahuan dan keahlian adalah dari Allah dan semua itu dipakai untuk
kemuliaan Allah.
Contoh-contoh

IPTEK

yang

dapat

digunakan

seperti

tv,

internet,

handphone, speaker, kesaksian, dll. adalah contoh-contoh kecil yang dapat di


gunakan oleh umat yang percaya pada Tuhan untuk memuji kebesaran dan
memuliakan Dia yang mencipta segala alam semesta ini.

Efesus 6:10-20

memberi bekal buat kita untuk menghadapi tipu muslihat iblis yang seringkali
memanfaatkan IPTEKS

sebagai sarananya. Tuhan telah memberi Perisai Iman,

Ketopong Keselamatan dan Pedang Roh (ayat 17). Oleh karena itu, kita harus
manfaatkan IPTEKS dan talenta yang kita miliki, untuk kemuliaan nama Tuhan.
Sikap orang Kristen dalam Menghadapi perkembangan IPTEKS
Bagaimana
seharusnya
sikap
orang
Kristen
dalam
menyikapi
perkembangan IPTEKS?
Amsal 1:5, Berbunyi Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu
dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan. Dari
ayat ini Tuhan memerintahkan manusia untuk senantiasa mengembangkan ilmu
pengetahuan

yang

ada

dalam

dirinya

dan

terus

mencari

suatu

bahan

pertimbangan, agar manusia menjadi bijak dan berpengertian. Dalam Kejadian


1:27-28, Allah memberikan suatu amanat bagi manusia untuk menaklukan alam
semesta. Untuk menaklukan semuanya itu, manusia membutuhkan pengetahuan
dan tujuan.

PAK STIES 2013/2014

60

Pertemuan 10
PLURALISME (KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA)

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat Indonesia adalah


masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras dan agama. Di sini
gereja harus sadar bahwa diluar lingkungannya (eksternal), ada perbedaan yang
harus di sikapi. Kita pasti berbeda dan perbedaan sangat berpotensi
menimbulkan gesekan, konflik, tindakan anarkis dan lainnya, karena itu sangatlah
dibutuhkan sikap toleransi dalam hidup bersama dan saling menghormati antara
satu dengan yang lainnya. Dengan perbedaan kita bisa belajar untuk saling
menghargai satu dengan yang lainnya. Sebagai suatu lembaga, maka agama
seharusnya memiliki peran yang konstruktif (membangun). Pada kenyataannya,
justru agama bisa menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hal ini disebabkan karna kurangnya pemahaman tentang cara
hidup dalam kebersamaan.
Dua hal yang sering mendasari terjadinya konflik antar agama, yakni
kurangnya pemahaman tentang makna simbolisme dan pluralisme atau
kerukunan antar umat beragama.
1. Simbolisme Di dalam Agama
Kata Simbol berasal dari bahasa Yunani yakni sumbolon yang berarti
Tanda pengingat (benda ingat-ingatan). Dapat dikatakan simbolisme adalah halhal yang berhubungan dengan penggunaan simbol atau lambang tertentu untuk
mengekspresikan gagasan tertentu. Dalam agama, simbol keagamaan juga
memiliki fungsi sebagai tanda, pengingat, pelambang dari hal-hal yang agung
PAK STIES 2013/2014

60

ataupun menggambarkan peristiwa-peristiwa keagamaan yang terjadi. Dengan


kata lain, simbol juga dapat dipahami sebagai sarana umat untuk mengerti
agamanya.
Beberapa contoh simbol Kekristenan : kata Halleluya atau Shalom, kota
Yerusalem, salib, patung Yesus/Bunda Maria, jubah pendeta, natal, paskah,
perjamuan kudus, baptisan, dll. Simbol atau tanda bukanlah suatu Keselamatan,
melainkan hanya sebuah alat (sakramentalia) untuk menuju kepada keselamatan
yang sesungguhnya. Jadi, kita tidak perlu untuk mengagung-agungkan suatu
simbol keagamaan dengan berbagai tujuan. Karna hal ini dapat menyebabkan
kita lebih melihat simbol tersebut dari pada apa yang disimbolkan. Sikap seperti
ini berbahaya dan menimbulkan Kesombongan Rohani.
2.

Pluralisme Agama
Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berdasarkan sudut

pandang sosial. Pluralisme agama bisa dipahami dalam minimum tiga kategori.
a)

Kategori Sosial, dalam pengertian ini, pluralisme agama berarti semua


agama berhak untuk ada dan hidup. Secara sosial, kita harus belajar
untuk toleran dan bahkan menghormati iman atau kepercayaan dari

b)

penganut agama lainnya.


Kategori Etika dan Moral, dalam hal ini pluralisme agama berarti bahwa
semua pandangan
moral dari masing-masing agama bersifat relatif dan sah. Jika kita
menganut pluralisme agama dalam nuansa etis, kita didorong untuk tidak
menghakimi penganut agama lain yang memiliki pandangan moral
berbeda, misalnya terhadap isu pernikahan, aborsi, hukuman gantung,

c)

eutanasia, dll.
Kategori Teologi-Filosofi. Secara sederhana berarti agama-agama pada
hakekatnya setara,
sama-sama benar dan sama-sama menyelamatkan. Mungkin kalimat
yang lebih umum adalah banyak jalan menuju Roma. Semua agama
menuju pada Allah, hanya jalannya yang berbeda-beda.

Faktor-faktor Pendorong Pluralisme Agama :


Ada banyak faktor yang mendorong orang untuk mengadopsi pluralisme
agama. Beberapa faktor yang signifikan adalah:

PAK STIES 2013/2014

60

1) Iklim Demokrasi : Dalam iklim demokrasi, kata toleransi memegang peranan


penting. Sejak kecil
di negara ini kita diajar untuk saling menghormati kemajemukan suku, bahasa
dan agama. Berbeda-beda tetapi satu jua. Begitulah motto yang mendorong
banyak orang untuk berpikir bahwa semua perbedaan yang ada pada
dasarnya bersifat tidak hakiki. Beranjak dari sini, kemudian toleransi terhadap
keberadaan penganut agama lain dan agama-agama lain mulai berkembang
menjadi penyamarataan semua agama. Bukankah semua agama mengajarkan
kebaikan? Jadi, tidak masalah Anda menganut yang mana!
2) Pragmatisme : Dalam konteks Indonesia maupun dunia yang penuh dengan
konflik horisontal
antar pemeluk agama, keharmonisan merupakan tema yang digemakan
dimana-mana. Aksi-aksi fanatik dari pemeluk agama yang bersifat destruktif
dan tidak berguna bagi nilai-nilai kemanusiaan membuat banyak orang
menjadi muak. Dalam konteks ini, pragmatisme bertumbuh subur. Banyak
orang mulai tertarik pada ide bahwa menganut pluralisme agama (menjadi
pluralis) akan lebih baik daripada seorang penganut agama tertentu yang
fanatik. Akhirnya, orang-orang ini terdorong untuk meyakini bahwa
keharmonisan dan kerukunan lebih mungkin dicapai dengan mempercayai
pluralisme agama daripada percaya bahwa hanya agama tertentu yang benar.
Yang terakhir ini tentu berbahaya bagi keharmonisan masyarakat. Begitulah
pola pikir kaum pragmatis.
3) Relativisme : Kebenaran itu relatif, tergantung siapa yang melihatnya. Ini
adalah pandangan yang populer, sehingga mudah memahaminya. Dalam era
postmodern ini penganut relativisme percaya bahwa agama-agama yang ada
juga bersifat relatif. Masing-masing agama benar menurut penganutnyakomunitasnya. Kita tidak berhak menghakimi iman orang lain. Akhirnya, kita
selayaknya berkata agamamu benar menurutmu, agamaku benar menurutku.
Kita sama-sama benar. Relativisme agama seolah-olah ingin membawa prinsip
win-win solution ke dalam area kebenaran.
4) Perenialisme : Filsafat perennial adalah kepercayaan bahwa Kebenaran
Mutlak (The Truth) hanyalah satu, tidak terbagi, tetapi dari Yang Satu ini
memancar berbagai kebenaran (truths). Sederhananya, Allah itu satu, tetapi
masing-masing agama meresponinya dan membahasakannya secara berbedaPAK STIES 2013/2014

60

beda, maka muncullah banyak agama. Hakekat dari semua agama adalah
sama, hanya tampilan luarnya yang berbeda.
Reaksi Destruktif dalam Pluralisme :
1) Fundamentalisme ; Suatu reaksi yang ingin menutup diri dengan cara
menolak kehadiran serta
hubungan dengan agama lain karena menganggap agamanya yang paling
benar. Sikap demikian biasanya disertai dengan fanatisme dan eksklusifisme.
2) Proselistisme : Pluralisme terjadi dalam perjumpaan dengan agama-agama
lain, dimana agama
seseorang Dipaksa atau Terpaksa berpindah pada keagamaan yang ditemui
atau sebaliknya.
3) Sinkritisme : Reaksi ini bersifat terbuka, dimana reaksi ini berusaha untuk
mencari hal-hal baik dari agama lain untuk dapat diikuti bersama dengan
agamanya sendiri.
Pluralisme Dalam Perspektif Kristen
Pluralisme

agama

memang

menjanjikan

perdamaian,

karena

ingin

membangun teologi yang terdengar amat toleran, Semua agama sama-sama


benar dan Semua agama menyelamatkan. Walaupun demikian teologi pluralisme
agama pada dasarnya menyangkali Iman Kristen sejati yang kembali pada
Alkitab. Kita akan memberikan beberapa kritik terhadap pluralisme agama ini.
a)

Pluralisme agama merupakan pendangkalan Iman : Orang yang percaya


pada teologi pluralisme
agama biasanya tidak benar-benar mendasarkan pandangannya atas dasar
kitab suci agama yang dianutnya atau tidak benar-benar berteologi
berdasarkan sumber utama (kitab suci). Jika kita benar-benar jujur membaca
kitab suci agama-agama maka kita menemukan klaim-klaim eksklusif yang
memang tidak bersifat saling melengkapi tetapi saling bertentangan.
Contoh: Buddhisme tidak percaya pada kehidupan kekal (surga) sebagai
tempat bersama Allah. Buddhisme percaya pada Nirwana dan Reinkarnasi.
Bagi Budhisme, tidak ada neraka dalam definisi tempat dan kondisi dimana
Allah menghukum manusia. Yang ada adalah reinkarnasi bagi mereka yang
belum mampu memadamkan keinginan-keinginan duniawinya. Hal ini tentu
bertentangan dengan konsep Kristen yang percaya surga dan neraka. Bahkan
jika kita berkata bahwa Islam juga mempercayai surga dan neraka, tetap

PAK STIES 2013/2014

60

terdapat perbedaan konsep (Lih.Q.S.6:128; 78:31-34). Disini kita melihat


bahwa pluralisme adalah konsep yang mereduksi keunikan pandangan agama
masing-masing.
b) Pluralisme Agama memiliki dasar yang lemah : Pragmatisme yang mendasari
pluralisme agama
adalah sebuah cara berpikir yang tidak tepat. Demi keharmonisan maka
mengganggap semua agama benar adalah mentalitas orang yang dangkal
dan penakut. Selanjutnya, relativisme kebenaran adalah sebuah pandangan
yang salah. Penganut relativisme agama tampaknya sering tidak bisa
membedakan antara relativisme dalam hal selera (enak/tidak enak,
cantik/tidak cantik), dan sudut pandang (ekonomi, sosiologi) dengan
kemutlakan kebenaran. Kebenaran itu mutlak, sedangkan selera dan sudut
c)

pandang memang relatif.


Penganut pluralisme Agama seringkali tidak konsisten : Penganut pluralisme
agama sering
menuduh golongan yang percaya bahwa hanya agamanyalah yang benar
(sering disebut eksklusivisme atau partikularisme dalam teologi Kristen)
sebagai fanatik, fundamentalis dan memutlakkan agamanya. Padahal dengan
menuduh demikian, kaum pluralis telah menyangkali pandangannya sendiri
bahwa tiap orang boleh meyakini agamanya masing-masing secara bebas.
Jika seorang pluralis anti terhadap kaum eksklusivis maka ia bukanlah
pluralis yang konsisten. Dalam realita, kita menemukan banyak pluralis yang
seperti itu dan memutlakkan pandangan bahwa semua agama benar. Kaum
pluralis seringkali terjebak dalam eksklusivisme baru yang mereka buat yaitu
hanya mau menghargai kaum pluralis lainnya dan kurang menghargai kaum

eksklusivis.
d) Pluralisme Agama menghasilkan toleransi yang semu : Jika kita membangun
toleransi atas dasar
kepercayaan bahwa semua agama sama-sama benar, hal itu adalah toleransi
yang semu. Toleransi yang sejati muncul dalam kalimat berikut, Meskipun
saya tidak meyakini iman-kepercayaan Anda, meskipun iman Anda bukan
kebenaran bagi saya, saya sepenuhnya menerima keberadaan Anda. Saya
gembira bahwa Anda ada, saya bersedia belajar dari Anda, saya bersedia
bekerja sama dengan Anda.

PAK STIES 2013/2014

60

Tentang kemajemukan Agama, terdapat 3 (Tiga) sikap dalam komunitas


Kristen yang perlu di waspadai agar tidak terjadi perselisihan antar umat
beragama, yakni sebagai berikut :
1)
2)

Eksklusif (Kebenaran dan Keselamatan hanya ada melalui jalan Kristus),


Inklusif (Kristus juga hadir serta bekerja dikalangan mereka yang tidak
mengenal Kristus),

3)

Pluralis (Allah dapat dikenal melalui bermacam-macam jalan)


Pertanyaan yang timbul sebagai reaksi dari Misi Penginjilan yang terdapat di
dalam Kitab Matius 28 : 19-20 adalah : Bagaimanakah suatu Penginjilan
dapat dilakukan jika seorang Kristen harus menggunakan sikap
Pluralisme tersebut ? dan hal yang kedua, terkait dengan Jalan Keselamatan
yang terdapat dalam Kitab Yohanes 14 : 6, ketika murid Yesus yang bernama
Tomas bertanya kepada Yesus tentang Jalan keselamatan : Haruskah kita
memandang setiap agama yang ada di indonesia sama-sama menuju
kepada Keselamatan walaupun dengan jalan yang berbeda ? yang
berarti bahwa semua agama yang ada merupakan jalan keselamatan
yang telah dikukuhkan oleh Yesus Kristus ? Untuk menjawab kedua hal
tersebut, kita perlu melihat secara kritis dan bijaksana agar tercipta suatu kondisi
yang kondusif dan selaras dalam menjalankan Misi Kristus didalam kehidupan
yang Pluralistik . Seperti dalam kitab Matius 10 : 16, Gereja dan warga Gereja
harus bisa menempatkan atau membawa diri dalam situasi dan kondisi dimana
Gereja atau warga Gereja tersebut berada (Kontekstualisasi).
Kesimpulan
Pluralisme harus di pahami sebagai semangat untuk menghargai
dengan menghormati keyakinan agama lain. Di mana penganut agama lain
tidak dilihat sebagai musuh, lawan dan saingan. Sebaliknya mereka adalah kawan
sekerja, saudara, sesama yang memiliki tujuan yang sama. Dan sesuai dengan
misi penginjilan, kita juga harus menyadari bahwa Pluralisme agama dalam
pengetian teologi-filosofi memiliki kelemahan, dan kita harus menolak pandangan
semua agama menuju pada Allah dan semua agama menyelamatkan.

PAK STIES 2013/2014

60

Orang Kristen perlu berani mengakui perkataan Yesus "Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa,
kalau tidak melalui Aku. Sikap demikian bukanlah fanatik tetapi konsisten.
Fanatik adalah mempercayai sesuatu atau seseorang tanpa bersikap kritis
terhadapnya. Seseorang yang belum pernah belajar semua agama tetapi terburuburu mengatakan semua agama pada dasarnya sama justru adalah orang yang
fanatik terhadap pluralisme agama. Akhirnya, tentu saja kita perlu menerima
pluralisme agama secara sosial, tetapi pluralisme agama dalam kategori
teologi-filosofi harus kita tolak dengan tegas.

PAK STIES 2013/2014

60

Pelajaran 11
Agama dan Masyarakat

Manusia dan masyarakat sekarang pada hakekatnya telah mengalami


kerusakan secara moral, yang berimbas pada perilaku. Tidak ada lagi batasan
antara yang salah dan benar, baik dan jahat, pengabaian norma dan keadilan.
Agama dipanggil untuk membaruinya. Membarui berarti mengubah sesuatu yang
sifatnya lama atau tidak baik menjadi sesuatu yang baik. Agama diharapkan
dapat membarui masyarakat atau mengubah masyarakat, baik dalam pola pikir,
tutur kata, serta tingkah laku masyarakat. Berangkat dari asumsi bahwa pada
dasarnya agama mengajarkan hal yang baik atau dengan kata lain setiap agama
mengajarkan manusia untuk berbuat baik, secara tidak langsung agama
diharapkan dapat menata kehidupan manusia agar lebih manusiawi sebagai
manusia.
Agama yang hadir dalam sejarah peradaban manusia tidak hanya
berorientasi kepada Tuhan (spiritual) namun juga berorientasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Dr.Th. Kobong mengatakan bahwa agama adalah sumber hidup
manusia dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan Allah pencipta, dengan
sesama dan dengan seluruh ciptaan lainnya, dan kalau digambarkan demikian:
Allah<--------Agama-------->Sesama Manusia-------->Ciptaan Lainnya
Memang harus diakui tidak sedikit pemeluk agama meningkatkan
kehidupan spiritualitasnya masing-masing. Tetapi pada sisi lain, kegiatan itu
seolah-olah terpisah dari kehidupan bersama dalam masyarakat. Padahal sejak
semula para pendiri agama tidak memisahkan kehidupan spiritualnya dengan
masyarakat. Misalnya, Sidharta Gautama memahami manusia dan dunia
sebagai sesuatu yang beragama dan mempengaruhi. Itu sebabnya perbedaan
harus dihargai. Nabi Mohammad yang mencoba merubah masyarakat Arab
yang primordialisis menjadi masyarakat yang berlandaskan persaudaran
PAK STIES 2013/2014

60

universal. Yesus Kristus, memperjuangkan keadilan, kebenaran dan


kesejahteraan untuk semua orang.
Dalam konteks Indonesia yang pada dasarnya adalah masyarakat
majemuk, dimana kemajemukan itu dapat kita lihat dalam hal: suku, etnis,
bahasa, agama, dan lain-lain. Dalam hal agama, enam agama ada ditengah
tengah bangsa ini dan itu dilindungi/diakui oleh undang-undang (legal). Pancasila
yang adalah landasan Negara telah menjadi payung guna melindungi agamaagama yang ada di dalamnya. Pancasila menjadi wadah yang memadai sebagai
dasar pijak bersama seluruh anak bangsa dan agama memberi isi pada dimensi
ritual.
Dalam perspektif agama Kristen, manusia dapat membarui hidupnya hanya
dengan iman. Hal ini dikerjakan oleh Allah melalui karyaNya yang tertulis dalam
Alkitab, di mana Allah berperan sebagai pencipta, penyelamat dan pembaru.
Melalui iman kepada Yesus Kristus, pembaruan pada diri manusia terjadi. Secara
tidak langsung, manusia yang beriman pada Allah telah dibarui hidupnya, dari
tabiat dosa menjadi manusia merdeka yang berpengharapan di bawah kuasa
Allah. Dengan demikian, manusia dimungkinkan untuk hidup secara baik dan
benar di mata Allah. Hanya dengan pimpinan dan kuasa Allah, manusia mampu
menjalankan hidup yang mengubahkan dan menyempurnakan.
Panggilan Gereja di Tengah Masyarakat
Gereja dan umat Kristen dipanggil untuk mewujudkan apa yang tercantum
dalam Matius 22:37-40 dan Matius 7:12. Gereja harus berusaha mewujudkan
Terang dan Garam kepercayaanNya dalam masyarakat yang bergolak ini dan
menjadi hati nurani dari masyarakat. Bagaimanapun juga beratnya, ini adalah
sikap warga negara yang bertanggung jawab.
Sekalipun gereja berada di tengah masyarakat yang heterogen, panggilan
di atas masih sangat memungkinkan dilaksanakan, sebab :
1. Masyarakat selalu mengindahkan dan menghargai sikap dan tindakantindakan yang didasarkan atas kasih pada sesama manusia. Seperti padi
tumbuh tanpa bersuara, demikian juga adalah pengaruh kasih ini dalam
kehidupan masyarakat.
2. Bagaimanapun, perintah Tuhan kepada murid-muridNya tetap berlaku: Kamu
adalah garam dan terang dunia (Matius 5:13-14) dan Demikianlah

PAK STIES 2013/2014

60

hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat


perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Matius
5:16).
Melalui sejarah Gereja (misalnya Kerajaan Romawi) dan sejarah dunia
(Rusia dan Tiongkok) kita diingatkan bahwa sebagian kecil dari masyarakat dapat
mempengaruhi kehidupan seluruh masyarakat dan bangsa, bahkan
memimpinnya. Namun diperlukan syarat, yaitu bagian yang kecil itu harus
mempunyai keyakinan dan kepercayaan yang teguh dan persatuan yang kokoh.
Di Indonesia, memang tidak dapat diharapkan bahwa tiap pejabat pemerintah
mempunyai kesadaran bertanggung jawab, bukan saja kepada rakyat (parlemen)
tetapi juga kepada Tuhan, tapi minimal kita dapat berusaha agar pemerintah kita
terdiri dari orang-orang yang mempunyai kesadaran itu.
Sentral Pembangunan Masyarakat
Beberapa sentral pembaruan yang memerlukan perhatian kita, ialah:
1. Keluarga. Keluarga adalah dasar masyarakat. Relasi orang tua - anak-anak,
suami - isteri, anak-anak satu dengan yang lain, merupakan relasi-relasi dari
suatu masyarakat kecil. Baik atau tidak baik relasi ini, mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam masyarakat di luar rumah tangga, ialah masyarakat
ramai. Di sini semua orang dapat belajar apa artinya kasih.
2. Sekolah. Sekolah tetap menjadi pusat di mana tiap orang dididik dalam hal
tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat (bangsa) dan warga negara
yang berharga.
3. Organisasi kepemudaan. Organisasi kepemudaan juga menjadi sentrum di
mana kaum pemuda belajar bertindak bersama secara teratur dan disiplin;
suatu sentrum dinamik di mana dapat tumbuh kualitas-kualitas (talenta) yang
terpendam, sentrum di mana mereka belajar bertanggung jawab satu kepada
yang lain, yang satu mengasihi yang lain.
4. Tempat Pekerjaan (kantor, perusahaan dan lain-lain). Tempat pekerjaan
yang beraneka ragam merupakan tempat di mana kita dapat menunjukan
kesadaran kita sebagai warga negara yang bertanggung jawab terhadap
tugas-tugas kita sehari-sehari dan pergaulan dengan sesama, atasan atau
bawahan kita.
5. Gereja (bagi umat Kristen). Bagi umat Kristen, Gereja merupakan
persekutuan dari orang-orang yang percaya dan taat kepada Allah dalam

PAK STIES 2013/2014

60

Yesus Kristus. Gereja membangun masyarakat, sebagai suatu penjelmaan dari


ciptaan yang baru dari dunia ini.
Gereja membangun dunia ini dengan menjadikan dirinya gereja yang sejati,
ialah persekutuan di antara persekutuan-persekutuan yang lain di dunia ini,
dengan jalan menghubungkan orang-orang yang tidak mempunyai ikatan apaapa, dengan mempertemukan orang-orang yang hidup tersendiri dengan sesama
manusianya. Dengan demikian ia menjadikan dari suatu persekutuan.
Lingkup pembaruan
Melalui iman kepada Yesus Kristus, gereja dapat terlibat membarui
masyarakat dalam :
1. Berpikir. Bagaimana manusia menggunakan pikiran untuk kemuliaan Tuhan
dan sesama, sebab manusia cenderung berpikir negatif.
2. Perkataan. Iman mengajarkan manusia bertutur kata yang baik,
mendatangkan damai dan tidak menyakiti sesama.
3. Perilaku. Iman Kristen senantiasa mengajak, menganjurkan dan menuntun
manusia untuk bertingkah laku yang baik dan mendatangkan damai sejahtera
bagi sesama.
Agama dan iman memang dapat membarui masyarakat, namun semua itu
bergantung pada kedalaman iman (pemahaman, pengetahuan, pengalaman) dan
kesetiaan tiap individu yang beriman.
Pertemuan 12
BUDAYA KERJA

Pengertian Budaya Kerja


Budaya kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup
sebagai nilai - nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang
dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku,
cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja.
1. Terbentuknya Budaya Kerja
Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu
dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang
dalam organisasi berbeda. Budaya kerja yang terbentuk secara positif akan
bermanfaat karena setiap anggota dalam suatu organisasi membutuhkan
sumbang saran, pendapat bahkan kritik yang bersifat membangun dari ruang
lingkup pekerjaaannya demi kemajuan di lembaga pendidikan tersebut, namun
budaya kerja akan berakibat buruk jika pegawai dalam suatu organisasi
PAK STIES 2013/2014

60

mengeluarkan pendapat yang berbeda hal itu dikarenakan adanya perbedaan


setiap individu dalam mengeluarkan pendapat, tenaga dan pikirannya, karena
setiap individu mempunyai kemampuan dan keahliannya sesuai bidangnya
masing-masing.
Untuk memperbaiki budaya kerja yang baik membutuhkan waktu bertahuntahun untuk merubahnya, maka itu perlu adanya pembenahan-pembenahan yang
dimulai dari sikap dan tingkah laku pemimpinnya kemudian diikuti para
bawahannya. Terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran pemimpin
atau pejabat yang ditunjuk, dimana besarnya hubungan antara pemimpin dengan
bawahannya akan menentukan cara tersendiri apa yang dijalankan dalam
perangkat satuan kerja atau organisasi. Maka dalam hal ini budaya kerja
terbentuk dalam satuan kerja atau organisasi itu berdiri, artinya pembentukan
budaya kerja terjadi ketika lingkungan kerja atau organisasi belajar dalam
menghadapi permasalahan yang menyangkut masalah organisasi.
Cakupan makna setiap nilai budaya kerja tersebut, antara lain:
a. Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma
yang berlaku di dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi
ketaatan terhadap peraturan perundang -undangan, prosedur, berlalu
lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.
b. Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang
benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.
c. Saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap
individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.
d. Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan
atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan.
Kesuksesan organisasi bermula dari adanya disiplin menerapkan nilai-nilai
inti perusahaan. Konsistensi dalam menerapkan kedisiplinan dalam setiap
tindakan, penegakan aturan dan kebijakan akan mendorong munculnya kondisi
keterbukaan, yaitu keadaan yang jadi prasangka negatif karena segala sesuatu
disampaikan melalui fakta dan data yang akurat (informasi yang benar).
Selanjutnya, situasi yang penuh dengan keterbukaan akan meningkatkan
komunikasi horizontal dan vertikal, membina hubungan personal baik formal
maupun informal diantara jajaran manajemen, sehingga tumbuh sikap saling
menghargai; dan pada gilirannya menyuburkan semangat kerjasama, menjaga
kekompakkan manajemen, mendukung dan mengamankan setiap keputusan
manajemen, serta saling mengisi dan melengkapi. Inilah yang menjadi tujuan
bersama dalam rangka membentuk budaya kerja.
Fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun keyakinan sumberdaya
manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang melandasi atau
mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen membiasakan
suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Dengan adanya suatu keyakinan
dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya membiasakan
kerja berkualitas, sesuai standar, atau sesuai ekpektasi pelanggan (organisasi),
efektif atau produktif dan efisien.

PAK STIES 2013/2014

60

Tujuan fundamental budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya


manusia seutuh nya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu
hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam komunikasi dengan orang lain
secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Budaya kerja berupaya
mengubah komunikasi tradisional menjadi perilaku manajemen modern, sehingga
tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang tinggi serta disiplin.
Dengan membiasakan kerja berkualitas, seperti berupaya melakukan cara kerja
tertentu, sehingga hasilnya sesuai dengan standar atau kualifikasi yang
ditentukan organiasi. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik atau membudaya
dalam diri pegawai, sehingga pegawai tersebut menjadi tenaga yang bernilai
ekonomis, atau memberikan nilai tambah bagi orang lain dan organisasi. Selain
itu, jika pekerjaan yang dilakukan pegawai dapat dilakukan dengan benar sesuai
prosedur atau ketentuan yang berlaku, berarti pegawai dapat bekerja efektif dan
efisien.
Budaya kerja mempunyai arti yang sangat mendalam, karena akan
merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai
produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa
depan. Disamping itu masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti kepuasan
kerja meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan
fungsional berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi menurun, terus
ingin belajar, ingin memberikan terbaik bagi organisasi, dan lain-lain.
Berdasarkan pandangan mengenai manfaat budaya kerja, dapat ditarik
suatu deskripsi sebenarnya bahwa manfaat budaya kerja adalah untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas hasil kerja, kuantitas hasil
kerja sehingga sesuai yang diharapkan.
2. Unsur unsur Budaya Kerja
Budaya kerja berpijak dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa atau
masyarakat yang diolah sedemikian rupa menjadi nilai-nilai baru yang akan
menjadi sikap dan perilaku manajemen yang diharapkan dalam upaya
menghadapi tantangan baru. Budaya kerja tidak akan muncul begitu saja, tetapi
harus diupayakan dengan sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali
dengan melibatkan semua sumber daya manusia dalam seperangkat sistem, alatalat dan teknik-teknik pendukung.
Budaya kerja akan menjadi kenyataan melalui proses panjang, karena perubahan
nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk menjadi
kebiasaan dan tak henti-hentinya terus melakukan penyempurnaan dan
perbaikan.
Menurut Taliziduhu Ndraha, budaya kerja dapat dibagi menjadi dua unsur,
yaitu:
1. Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan
dengan kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh
kepuasan dari kesibukan pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa
melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya.
2. Perilaku saat bekerja, seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab,
berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas
dan kewajibannya, suka membantu sesma pegawai, atau sebaliknya.
PAK STIES 2013/2014

60

Budaya kerja merupakan suatu organisasi komitmen yang luas dalam


upaya untuk membangun sumber daya mnusia, proses kerja dan hasil kerja yang
lebih baik. Untuk mencapai tingkat kualitas yang makin baik tersebut diharapkan
bersumber dari perilaku setiap individu yang terkait dalam organisasi kerja itu
sendiri. Setiap fungsi atau proses kerja mempunyayi perbedaan cara kerja, yang
mengakibatkan berbeda nilai-nilai yang cocok untuk diambil dalam kerangka kerja
organisasi. Setiap nilai-nilai apa yang sepatutnya dimiliki oleh pemimpin puncak
dan pemimpin lainnya, bagaimana perilaku setiap orang akan mempengaruhi
kerja mereka.
3. Budaya Kerja Kristiani
Kerja adalah bagian yang utuh dari kehidupan atau merupakan intisari
kehidupan. Manusia diciptakan dan ditempatkan Allah di dunia ini pertama adalah
untuk menjalankan karya penyelamatan Allah. Manusia dijadikan sebagai kawan
sekerjaNya atau mitra kerja Allah. Karya penyelamatan Allah dijalankan manusia
di dunia dalam segala hal yang berkenan kepadaNya, termasuk bekerja. Karena
Allah sendiri bekerja, maka manusia bekerja menjalankan karya penyelamatan
Allah. Kerja itu merupakan ungkapan hakekat Allah, demikian pula kerja itu
termasuk hakekat manusia.
Kejadian 1 menjelaskan Allah adalah Pekerja dan Ia menginginkan manusia
yang dicipta menurut gambar dan rupaNya juga bekerja. Kerja ditahbiskan
Allah sebagai sesuatu yang suci, menyukacitakan dan diberkati, sehingga
selesai menciptakan Ia mengatakan semuanya baik. Jadi, Allah menetapkan
bahwa kerja itu baik. Kerja adalah sebuah panggilan Allah kepada
manusia yang diciptakannya sehingga kita disebut sebagai mitra kerja Allah
dalam mengelola bumi. Maka bekerja merupakan salah satu aspek dari
ibadah. Kerja menjadi peraturan ilahi, panggilan dan perintah.
Sebagai bagian rencana Allah sejak awal mulanya, maka kerja merupakan
sesuatu yang kudus. Menyatu dalam tujuan Ilahi bagi manusia. Hal ini tersirat
dalam perintah ke-4 dari Sepuluh Firman. Jelas bagi kita bahwa sebelum
kejatuhan manusia dalam dosa, pekerjaan itu baik dan menyenangkan. Kerja
adalah karya menghasilkan sesuatu yang teratur dan rapi, suatu mandat (kuasa)
kepada manusia, yang mendatangkan kepenuhan dan kenikmatan. Tegasnya,
manusia bekerja sebelum Kejatuhan, dan Allah terus meminta manusia untuk
bekerja setelah Kejatuhan, meskipun tugas menjadi lebih sulit. Kejatuhan tidak
mengubah Mandat Penciptaan, melainkan itu menambah peran manusia sebagai
rekan kerja, dan sekarang manusia membantu Allah dalam karya penebusan,
yang meliputi restorasi ciptaan Allah.
Tuhan mencipta kita bukan sejak dunia jatuh dalam dosa tetapi sejak dunia
berada dalam kemurnian dan kebenaran untuk mengelola dan memelihara
PAK STIES 2013/2014

60

taman. Berarti sejak semula tidak ada natur apapun yang tidak menyetujui
manusia harus bekerja dan ketika tidak bekerja maka kita sedang melanggar
natur kita. Jadi, kerja adalah baik bagi manusia, bukan saja karena melalui kerja
manusia dapat mengubah alam menjadi sumber pemenuhan kebutuhannya
melainkan karena melalui kerja manusia menjadi lebih manusiawi. Pada
hakikatnya kerja menjadi sebuah kebutuhan mendasar dari setiap orang yang
normal maupun cacat.
Sesuai dengan kasih karunia kerja manusia telah disucikan menjadi kerja
yang kekal, maksudnya bahwa kerja manusia bagi Allah adalah kerja yang
berdampak dalam kekekalan (Yoh 15:16). Dalam hal ini manusia diperkenan
menjadi kawan sekerja Allah. Inilah maksud dan tujuan kekal Allah menciptakan
manusia. Di tempat masing-masing sesuai dengan panggilan khusus yang
diemban anak-anakNya sebagai pedagang, arsitek, dokter, guru, petani dan lain
sebagainya semuanya memberi diri bagi kepentingan penerusan karya salib
Tuhan bagi dunia ini. Bila terjadi demikian maka kerja tidak lagi menjadi beban
dengan susah payah, kerja merupakan sukacita pengabdian bagi Tuhan. Ukuran
sukses kerja terletak pada: Apakah dengan hasil pekerjaan dan melakukan
pekerjaan tersebut nama Tuhan dipermuliakan dan pekerjaan Tuhan dalam
penerusan karya salib Tuhan diatas muka bumi ini didukung.
Secara tidak wajar manusia telah membagi pekerjaan menjadi yang
duniawi dan yang suci, tetapi Alkitab tidak mengatakan demikian. Pekerjaan
kita seharusnya menjadi tempat kita melayani Tuhan dan sesama. Tempat
kita bekerja harus merupakan tempat ibadah kita dan tempat kita menaruh pelita
kita untuk menjadi saksi. Kerja dimaksudkan untuk menjadi panggilan Tuhan dan
pelayanan.
Semua pekerjaan dianggap sebagai pelayanan kepada Tuhan, karena ada
yang membedakan pekerjaan yang suci (seperti: Pendeta, Gembala, Pastor,
dsbnya) dan pekerjaan sebagai guru, dokter, petani dan sebagainya sebagai yang
sekuler. Pada prinsipnya, semua jenis pekerjaan adalah kudus, sejauh
mereka lakukan dalam iman dan dalam ketaatan kepada Allah. Jadi semua
pekerjaan, baik yang suci dan sekuler, intelektual dan manual, sebagai caracara melayani Allah. Tempat kita bekerja harus merupakan tempat ibadah kita
dan tempat kita menaruh pelita kita untuk menjadi saksi.
Dalam Perjanjian Baru, kerja sangat dihargai lebih sebagai karakter utama
menjabat sebagai buruh manual: Yesus sebagai tukang kayu, beberapa murid
sebagai nelayan dan pemungut cukai, dan Paulus sebagai pembuat tenda. Yesus
diidentifikasi dengan pekerja bersama melalui perumpamaan-Nya. Juga, Kitab
Suci memerintahkan kerja keras bagi semua orang berbadan sehat dan mengutuk
kemalasan bahkan sambil berharap untuk segera kembali dramatis Yesus (Kolose

PAK STIES 2013/2014

60

3:23;. 2 Tesalonika 3:10). Kristen memberi budak dan nilai pekerja sebagai orang
yang mencintai Allah .
4. Kerja Sebagai Anugerah
Jadi, kerja menurut konsep Alkitabiah merupakan suatu anugerah
bahkan mandat atau amanat yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai
suatu ibadah kepadaNya dan sebagai bukti pelayanan manusia kepada
sesamanya. Sesuai dengan kasih karunia Allah, manusia diperkenankan oleh
Allah untuk menjadi kawan sekerja Allah, dalam arti bahwa manusia dapat
bekerja sama dengan Allah untuk melayani Dia karena segala sesuatu adalah dari
Dia, oleh Dia dan bagi kemuliaanNya.
Makna bekerja dalam budaya Ibrani memiliki nilai jauh di atas budaya
Yunani-Romawi. Dalam budaya Ibrani karya inteletual sama dengan kerja fisik.
Bahkan rabi yang mengajar juga bekerja untuk dukungan keuangan, seperti Yesus
(Markus 6:3) dan Paulus (Kisah 18:3). Menyeimbangkan intelektual dengan
keterampilan fisik, hampir setiap anak laki-laki Yahudi diajarkan bagaimana
bekerja dengan tangannya dalam perdagangan untuk mendukung dirinya sendiri
secara finansial.
Dalam pandangan Kristen tujuan kerja bukan gengsi dan kehormatan
walaupun menyetujui bahwa hasil pekerjaan adalah tujuan terpenting. Namun
harus dipahami bahwa hasil itu bukan dinikmati sendiri tetapi juga untuk
kebutuhan sesama dan masyarakat serta untuk memuliakan Tuhan. Manusia
diciptakan dan ditempatkan oleh Allah di dunia ini pertama-tama adalah untuk
menjalankan karya penyelamatan Allah. Manusia dijadikan Allah sebagai kawan
sekerja-Nya atau mitra kerja Allah.Karya penyelamatan Allah dijalankan oleh
manusia di dunia dalam segala hal yang berkenan kepada-Nya, termasuk bekerja.
Karena Allah sendiri bekerja, maka manusia bekerja menjalankan karya
penyelamatan Allah. Oleh karena itu kerja merupakan hal yang sangat penting
bagi manusia termasuk orang-orang Kristen.
Jadi hak atas pekerjaan merupakan suatu hak asasi manusia, sebagaimana
hak atas hidup. Hak atas kerja dimiliki manusia hanya karena dia adalah manusia.
Kerja melekat pada manusia karena Allah Pencipta adalah Pekerja, maka tak
seorangpun dapat merampasnya. Selanjutnya kerja merupakan perwujudan diri
manusia, melalui kerja manusia merealisasikan dirinya sebagai manusia dan
sekaligus membangun hidup dan lingkungannya yang lebih manusiawi dengan
tujuan memuliakan Tuhan.
5. Allah Yang Terus Bekerja

PAK STIES 2013/2014

60

Perjanjian pertama yang dilakukan antara Allah dan Adam, manusia


pertama, wakil dari semua manusia dan dikenal dengan istilah Perjanjian Kerja.
Allah menuntut manusia hidup di dalam ketaatan kepadaNya dan Ia berjanji
memberikan berkatNya kepada mereka, yaitu suatu kehidupan di dalam taraf
yang tinggi, hidup di atas kematian. Disebut sebagai Perjanjian Kerja oleh karena
adanya kondisi kerja yang ditetapkan bersama. Kerap juga disebut dengan nama
lain, yaitu sebagai perjanjian kehidupan olehkarena berisi janji kehidupan atau
perjanjian legal oleh karena adanya tuntutan ketaatan sempurna kepada hukum
Allah. Disinilah tanggungjawab manusia dalam kerja dituntut.
Kerja adalah bagian yang hakiki dan luhur dari kemanusiaan kita,
karena, pertama: Allah adalah Allah yang bekerja. Allah yang bersukacita
melihat hasil karyaNya (Kej.1:31). Ia terus bekerja hingga hari ini (Yoh.15:17).
Karena manusia diciptakan segambar dengan Allah yang bekerja, maka kita harus
juga bekerja. Kedua, sejak awal diciptakan, manusia diperintahkan untuk bekerja,
dalam rangka menunaikan mandat Ilahi yang luhur untuk mengelola bumi ciptaan
Allah dan segala isinya.
Bekerja merupakan sesuatu yang mulia, yang melekat pada natur
manusia sejak awal ia diciptakan, bukan kutuk karena kejatuhannya.
Kejatuhan manusia dalam dosa menyebabkan manusia menempatkan dirinya
sebagai pusat dari segala sesuatu, termasuk tujuan kerjanya. Sehingga kerja
dimaknai hanya sebagai cara manusia untuk mempertahankan hidupnya,
memenuhi kebutuhannya dan alat mengaktualisasikan diri.
Secara Alkitabiah, bekerja pertama-tama adalah respon ketaatan
kepada Allah, untuk menunaikan panggilanNya mengelola dunia
ciptaanNya demi kemuliaanNya, sesuai peran yang Ia percayakan
kepada kita masing-masing. Selanjutnya, bekerja adalah untuk berkarya,
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama, dalam bentuk barang
maupun jasa.
Kerja merupakan hal yang sangat esensial dalam seluruh kehidupan
manusia, karena dengan bekerja manusia dapat mengubah alam menjadi sumber
pemenuhan kebutuhannya. Mengapa kerja penting bagi orang Kristen adalah
karena terus bekerja. Allah yang aktif. Allah yang bertindak. Allah sekalipun
pemilik segala sesuatu, tetap bekerja. Bekerja adalah bagian hakikat dariNya.
Allah adalah Pekerja yang sesungguhnya. Juga karena bekerja adalah hakikat
Allah, maka bekerja juga merupakan hakikat manusia itu sendiri. Bekerja adalah
tugas manusia di dunia.
Kerja adalah baik bagi manusia: tidak hanya layak dan berguna, juga
sesuai martabat manusia. Makna etika kerja: manusia tidak hanya mengubah
alam, dan menyesuaikan dengan kebutuhan, tapi ia mencapai pemenuhan
PAK STIES 2013/2014

60

manusia dan menjadi lebih dari seorang manusia. Dapat pula disebut
bahwa kerja adalah tanda terima kasih manusia kepada Allah (pelayanan
kepada Allah), karena mereka dipanggil ke dalam kerajaan Allah melalui Kristus
dalam persekutuan dengan Allah.
Tujuan dari bekerja adalah untuk mencintai dan menyembah Allah,
untuk melayani orang lain, mengembangkan karakter, menyediakan
kebutuhan, serta mendapatkan keuangan untuk berinvestasi. Kerja bukan
hanya bertujuan untuk mendapatkan gaji, mengubah status, tapi ini adalah
tentang melayani manusia dan Allah, yang menetapkan kerja. Jadi, pengabdian
kepada Allah dan sesama memiliki tempat utama di atas pengabdian kepada diri
sendiri.
Tujuan bekerja dalam paradigma Kristiani ialah agar kita menjadi
seperti Kristus: dalam kesungguhan hati, konsistensi, dan tanggung jawab;
dalam kasih, solidaritas, dan keberanian; dalam kecerdasan, kreatifitas, dan
inovasi; serta dalam visi, konsekrasi, dan kesetiaan.
Dari perspektif teologi, makna dan tujuan hidup manusia hanya dapat
ditemukan secara penuh sejauh hidup kita mempunyai hubungan yang positif dan
produktif dengan Allah. Hidup yang bermakna dan hidup yang bertujuan hanya
dapat ditemukan secara penuh sejauh kita menyadari Allah sungguh-sungguh
menganggap penting hidup kita, dan tahu persis bahwa Allah menginginkan
sesuatu yang besar untuk dilakukan bersamaNya melalui hidup kita, untuk
kemuliaan Allah dan tujuan-tujuan kehidupan ini secara luas.

PAK STIES 2013/2014

60

Pertemuan 13
Keluarga Kristen

Tuhan adalah Oknum pembentuk sebuah keluarga. Tentu Dia memberikan


pemahaman kepada kita tentang bagaimana seharusnya fungsi sebuah keluarga
dan Dia sanggup mengingatkan kita akan bahaya-bahaya yang dapat
menghancurkan keutuhan keluarga. Memang, Tuhan telah memberikan banyak
prinsip dalam FirmanNya mengenai struktur keluarga dan peranan yang harus
dipikul oleh tiap anggota. Ketika perintah-perintah dalam Alkitab ditaati, maka
keluarga-keluarga akan menikmati semua berkat yang Allah mau mereka
dapatkan. Ketika perintah dilanggar, muncullah kekacauan dan sakit-hati.
Peranan Suami dan Istri
Allah telah merancang keluarga Kristen agar mengikuti struktur tertentu.
Karena kerangka ini memberikan stabilitas bagi kehidupan keluarga, Setan bekeja
keras untuk mengacaukan rancangan maksud Allah.
Pertama, menetapkan suami sebagai kepala keluarga. Hal ini tidak
memberikan hak kepada suami untuk secara egois mendominasi istri dan anakanaknya. Allah memanggil suami untuk mengasihi, melindungi, mencukupi
kebutuhan, dan memimpin keluarganya sebagai kepala keluarga. Allah juga
menghendaki agar istri menyerah kepada pimpinan suaminya. Hal itu jelas
dinyatakan dalam Alkitab:
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami
adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang
menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus,
demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu (Efesus 5:22-24).
Suami bukanlah kepala rohani dari istrinya Yesus adalah Pribadi yang
memenuhi peran itu. Yesus adalah kepala rohani dari gerejanya, dan istri Kristen
adalah anggota gereja, sama halnya dengan suami Kristen. Tetapi, di dalam
keluarga, suami Kristen adalah kepala dari istri dan anak-anaknya, dan ia harus
berserah kepada otoritas yang diberikan oleh Allah.
Sejauh mana istri menyerah kepada suaminya? Ia harus tunduk kepada
suami dalam segala sesuatu, seperti kata Paulus. Kecuali jika suaminya
mengharapkannya untuk tidak menaati Firman Tuhan atau melakukan sesuatu
yang melanggar kata-hatinya. Sudah tentu, tidak ada suami Kristen pernah
berharap istrinya untuk melakukan sesuatu yang melanggar Firman Tuhan atau
kata-hati istrinya. Suami bukanlah tuhan bagi istrinya hanya Yesus yang
memiliki tempat itu dalam kehidupan sang istri. Jika harus memilih siapa yang
akan ditaati, sang istri harus memilih Yesus.
PAK STIES 2013/2014

60

Suami harus ingat bahwa Allah tidak secara langsung selalu berpihak
kepada suami. Allah pernah berkata kepada Abraham untuk melakukan apa kata
istrinya Sarah kepadanya (lihat Kejadian 21:10-12). Alkitab juga mencatat bahwa
Abigail tidak menaati suaminya yang bodoh, Nabal, dan menimbulkan bencana
(lihat 1 Samuel 25:2-38).

Firman Tuhan kepada Para Suami


Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat
dan telah menyerahkan diriNya baginya.. Demikian juga suami harus mengasihi
isterinya sama seperti tubuhnya sendiri : Siapa yang mengasihi isterinya
mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri,
tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, 30
karena kita adalah anggota tubuh-Nya. .Bagaimanapun juga, bagi kamu
masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri
hendaklah menghormati suaminya. (Efesus 5:25, 28-30, 33).
Suami diperintahkan untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi
gereja. Itu bukanlah tanggung-jawab kecil! Dengan senang hati, setiap istri
tunduk kepada orang yang mencintainya persis seperti yang Yesus lakukan
yang memberikan kehidupanNya dalam kasihNya yang penuh pengorbanan.
Seperti Kristus mengasihi gerejaNya, demikian juga suami harus mengasihi istri
yang olehnya ia menjadi satu daging (Efesus5:31). Jika suami Kristen mengasihi
istrinya sebagaimana seharusnya, maka ia akan menyediakan kebutuhan,
mempedulikan, menghormati, menolong, memberi dorongan, dan meluangkan
waktu untuk istrinya. Jika tak sanggup bertanggung-jawab mengasihi istrinya,
suami itu berada dalam bahaya karena akan menghambat jawaban atas doadoanya:
Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan
isterimu, sebagai [kaum] yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman
pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang (1
Petrus 3:7).
Belum pernah ada pernikahan yang tak pernah mengalami konflik dan
pertengkaran. Tetapi, melalui komitmen dan perkembangan buah-buah roh dalam
kehidupan, suami dan istri dapat belajar hidup secara harmoni dan mengalami
keberkatan yang terus-menerus dalam pernikahan Kristen. Melalui permasalahan
yang tak dapat dihindarkan yang muncul dalam tiap pernikahan, setiap pasangan
dapat belajar bertumbuh makin dewasa menjadi serupa dengan Kristus.
Untuk menyelidiki lebih lanjut tentang kewajiban suami dan istri, lihat
Kejadian 2:15-25; Amsal 19:13;21:9, 19; 27:15-16; 31:10-31; 1 Korintus 11:3;
13:1-8; Kolose 3:18-19; 1 Timotius 3:4-5; Titus 2:3-5; 1 Petrus 3:17.
Seks dalam Pernikahan

PAK STIES 2013/2014

60

Allah adalah oknum yang menemukan seks, dan Ia menciptakan seks demi
kesenangan juga untuk menghasilkan keturunan. Tetapi, Alkitab tegas-tegas
berkata bahwa hubungan seks harus dinikmati hanya oleh mereka yang telah
menyatukan diri mereka dalam ikatan pernikahan seumur-hidup.
Hubungan seks tanpa ikatan pernikahan digolongkan sebagai perzinahan
atau perselingkuhan. Rasul Paulus menyatakan bahwa mereka yang melakukan
hal-hal itu tidak akan mewarisi Kerajaan Allah (lihat 1 Korintus 6:9-11). Walaupun
orang Kristen dapat dicobai dan berzinah atau berselingkuh, ia akan merasakan
hukuman dalam rohnya yang akan membawanya pada pertobatan.
Paulus juga memberikan beberapa petunjuk khusus tentang tanggungjawab seks kepada suami dan istri:
Tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai
isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah
suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap
suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian
pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Janganlah
kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara
waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu
hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai
kamu, karena kamu tidak tahan bertarak (1 Korintus 7:2-5).
Seks adalah karunia pemberian Allah, dan seks adalah hal yang suci atau
bukan dosa selama dalam batas-batas pernikahan. Paulus mendorong para
pasangan nikah Kristen untuk tetap terlibat dalam hubungan seks. Lagipula, kita
bisa temukan saran tersebut bagi para suami Kristen dalam kitab Amsal:
Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa
mudamu: rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu
memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya (Amsal 5:1819).
Bila pasangan suami-istri Kristen ingin menikmati hubungan seks yang
saling memberi kepuasan, maka keduanya harus memahami bahwa ada
perbedaan besar karakter seksual antara pria dan wanita. Bila diperbandingkan,
kualitas seksual pria lebih bersifat fisik, sedangkan kualitas seksual wanita terkait
dengan emosinya. Secara seksual, pria mudah terangsang oleh stimulasi visual
(lihat Matius 5:28), sedangkan secara seksual wanita cenderung terangsang
melalui sentuhan (lihat 1 Korintus 7:1). Pria tertarik kepada wanita yang menarik
di matanya; sedangkan wanita cenderung tertarik kepada pria yang mereka
sanjung karena berbagai alasan, dibandingkan hanya daya-tarik fisik. Jadi, istri
yang bijak selalu memperhatikan hal terbaik yang bisa dilakukannya untuk
menyenangkan suaminya sepanjang waktu. Suami yang bijak menunjukkan
perhatiannya kepada istrinya setiap waktu dengan memberi pelukan dan
perhatian penuh, bukannya mengharapkan istrinya untuk tetap siap setiap saat
dalam sekejap di penghujung hari.

PAK STIES 2013/2014

60

Anak-anak Keluarga Kristen


Anak-anak harus diajarkan agar tunduk dan taat pada orang-tua Kristen
mereka. Dan jika mereka tunduk dan taat, ada janji umur panjang dan berkatberkat lain bagi mereka:
Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah
demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu(ini adalah suatu perintah yang
penting, seperti yang nyata dari janji ini), supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi (Efesus 6:1-3).
Sebagai kepala keluarga, bapak-bapak Kristen bertanggung-jawab utama
untuk mendidik anak-anak mereka:
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anakanakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. (Efesus 6:4).
Perlu dicatat bahwa ada dua tanggung-jawab bapak: mendidik anakanaknya dalam disiplin dan pengajaran Tuhan. Mulanya, perhatikanlah
pendisiplinan bagi anak-anak.
Efesus 6:4, ayah bertanggung-jawab mendisiplinkan anak dan harus
mengajari anak di dalam Tuhan. Gereja tak bertanggung-jawab mengajari hal
moralitas yang Alkitabiah kepada anak, karakter Kristen, atau teologi itu tugas
ayahnya. Adalah keliru bila orang tua mengalihkan semua tanggung-jawabnya
kepada guru Sekolah Minggu untuk mengajari anak-anak tentang Allah.
Perhatikan bahwa Allah memerintahkan Israel melalui Musa:
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau
perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anakanakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila
engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun (Ulangan 6:6-7).
Anak harus diperkenalkan kepada Allah, sejak usia dini, oleh orang tua
Kristen, dengan menceritakan kepada anak tentang siapa Allah dan betapa Ia
mengasihinya. Anak harus diajari kisah tentang Yesus kelahiran, kehidupan,
kematian, dan kebangkitanNya. Banyak anak dapat mengerti pesan Injil sebelum
usia lima atau enam tahun dan dapat memutuskan untuk melayani Tuhan. Segera
setelah itu (sebelum usia enam atau tujuh tahun, terkadang sebelum usia itu),
anak dapat menerima baptisan Roh Kudus dengan berbahasa lidah. Tentu, tak
boleh diberikan aturan ketat karena setiap anak berbeda. Masalahnya adalah
orang-orang tua Kristen membuat pendidikan rohani bagi anak-anak mereka
menjadi prioritas duniawi tertinggi menurut ukuran mereka.
Perkawinan Kristen yang Alkitabiah
Sebuah keluarga yang dipakai oleh Tuhan sebagai percontohan adalah
pada manusia pertama. Adam dan Hawa yang diciptakan Allah sebagai sepasang
suami isteri yang tidak mengenal poligami dan poliandri (Kej 1:27, 2:24b).
Ditekankan pada Efesus 5:22-23, supaya perempuan diibaratkan hormat dan setia
kepada suaminya seperti menghormati Tuhan dan tidak mungkin ada dua Tuhan
PAK STIES 2013/2014

60

atau dua suami (artinya di sini wanita tidak boleh berpoliandri). Dan semua
pasangan dilarang berkhianat: Maleaki 2:16 Sebab Aku membenci perceraian,
firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya dengan
kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah
berkhianat!
Pernikahan dalam keluarga Kristen :
1.

Tidak mengenal perceraian

2.

Tidak boleh berpoligami ataupun berpoliandri

3.

Tidak boleh berkhianat

4.

Boleh bercerai jika pasangan yang sedang berlangsung tersebut adalah


hasil perkawinan kedua (karena statusnya dalam perzinahan dan tidak sah)

5.

Apapun kesalahan pasangan kita harusnya kedua pasangan saling


berlomba mengatakan kata maaf, bukan malah menceraikan, sekalipun
parahnya kesalahan pasangan kita. Karena jika kita meceraikan pasangan
kita, misal karena alasan pasangan kita berselingkuh, maka kita
membatalkan hukum kasih yang sudah diajarkan oleh Yesus Kristus.

6.

Perceraian karena kematian/maut dianggap sah dan perkawinan kedua


boleh berlangsung dengan batas-batas kewajaran.

7.

Para pendeta adalah orang-orang yang sangat berperan dalam perkawinan


Kristen. Saya masih sering mendapati mereka tetap mengawinkan
pasangan yang bercerai atau memberkati pasangan yang pernah bercerai.
Hal ini sungguh mengerikan, karena mereka memberkati pasangan yang
berzinah.

PAK STIES 2013/2014

60

Pertemuan 14
Politik dan Hukum
A. PERSPEKTIF IMAN KRISTEN TERHADAP POLITIK
1. Pengertian Politik
Kata politik berasal dari kata Yunani, yaitu Polis yang diartikan sebagai
kota (city). Dalam perkembangan berikutnya, kota-kota memperluas diri atau
menyatukan diri dan kemudian disebut negara. Sebagai ilmu, politik merupakan
analisa tentang pemerintahan, proses-proses di dalamnya, bentuk-bentuk
organisasi, lembaga-lembaga dan tujuannya (William Ebenstein; Political Science,
1972. p.309). Dalam bentuk yang lebih operasional, politik merupakan
pembuatan keputusan yang dilakukan masyarakat; suatu pengambilan
keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan-kebijakan publik (Joice &William
Mitchel; Political Analysis and Public Policy, 1969. p.4).
Pendapat masyarakat mengenai definisi politik, diantaranya yaitu
menyatakan politik adalah proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang
mengikat bagi masyarakat/proses alokasi dan distribusi. Inti proses politik
adalah : Keputusan yang mengikat masyarakat, melibatkan sejumlah ketentuanketentuan politik (partai politik,kelompok, kepentingan, dan sebagainya) untuk
kepentingan dan kebaikan bersama.
PAK STIES 2013/2014

60

2. Keterlibatan Lembaga-lembaga Masyarakat dalam Politik


Lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat (termasuk lembaga
keagamaan) merupakan kekuatan tersendiri untuk mempengaruhi kebijakan
publik atau keluarnya suatu peraturan. Lembaga-lembaga yang ada itu dapat
mendengar dan menyalurkan pelbagai keprihatinan dan aspirasi yang ada di
tengah-tengah sekelompok masyarakat untuk menekan penguasa memberi
perhatian atau mengeluarkan kebijakan pada tuntutan masyarakat tersebut.
Keterlibatan politik secara kritis (critical engagement) dari lembagalembaga atau kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat akan menjadi
sarana dan alat yang sangat efektif untuk mengontrol segala tingkah penguasa
dan dengan itu batas-batas etis kekuasaan yang layak tetap terjaga. Upayaupaya melakukan kritik, menekan pemerintah dan melakukan kontrol, jika
dilakukan secara berkesinambungan dan terhormat akan membiasakan suatu
bangsa atau negara hidup dalam keseimbangan yang terukur.
Pemerintah juga akan dididik untuk tunduk pada yang seharusnya.
Perubahan-perubahan yang dilakukan penguasa terhadap kebijakannya yang
salah atas desakan masyarakat merupakan pendidikan politik yang paling baik.
Dengan itu akan lahir kebiasaan-kebiasaan positif yang pada akhirnya akan
berujung pada suatu karakter politikyang terbuka serta mau berubah ke arah
yang lebih baik dan maju. Namun, satu hal yang harus disadari adalah bahwa
semua itu tidak akan berjalan dan tercapai dengan sendirinya. Sangat diperlukan
proses yang terus-menerus untuk membuka kesadaran bersama dalam
pengelolaan politik.
3. Konsep Alkitab terhadap Politik
Menurut Alkitab, politik adalah suatu upaya dan proses sadar untuk
memahami dan memaknai realitas politik dari cara pandang dan pola pikir
Alkitab. Apa kata Alkitab terhadap politik? Bagaimana konsepsi dan sistem politik
yang sesungguhnya dikandung Alkitab? Bagaimana penerjemahannya secara
tepat ke dalam realitas?
Perkatan politik (city) muncul dengan tegas dalam Yeremia(29:7). Mencari atau
mengupaya kan kesejahteraan kota (politik), jelas merupakan amanat Alkitab
pada umat Tuhan. Penataan politik tidak bisa dilepaskan dari urusan Tuhan di
segala tempat, ruang dan waktu. Amanat atau perintah Alkitab untuk berpolitik
bagi umat di dalam kitab Yeremia tidak serta merta diikuti dengan suatu bentuk
atau sistem, apalagi yang menyangkut prosedur dan mekanisme penataan politik
yang detail. Pertanyaan penting muncul: Apakah Alkitab memberi konsep kosong
atau memberi keleluasaan kepada umat terutama para pemimpinnya?
Alkitab tidak memberikan suatu paku mati, konsep baku dan menyeluruh
menyangkut upaya perealisasian dari politik itu. Formula politik itu tidak menjadi
urusan Alkitab, tetapi menjadi suatu keharusan yang dirumuskan umat Tuhan.
Alkitab hanya memberikan suatu konsep sangat fundamental: mengupayakan
kesejahteraan. Kepada umat Tuhan, Alkitab memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk merumuskan suatu formula politik, baik itu menyangkut
dasar dan sistem politik, bentuk, prosedur dan mekanisme pemerintahan; tapi
hanya memberi satu tekanan dan kepastian: kesejahteraan.
4. Teologi Politik Kristen di Indonesia

PAK STIES 2013/2014

60

Upaya berteologia politik telah lama ada dalam khasanah keristenan di


Indonesia. Sebagaisuatu proses yang tidak pernah berhenti, eksperemintasi
berteologia politik itu telah dicatat sejarah pada masa penjajahan. Bahkan dapat
dikatakan unik, sebab upaya itu tidakberangkat dari laboratorium intelektual,
tetapi justru dari kalangan publicans, seperti Pattimura yang melakukan gerakan
politik dengan mengangkat senjata di Maluku dan Manullang dan kawan-kawan di
tanah Batak yang melakukan bentuk-bentuk penyadarandan pengorganisasian
yang mengusung tema-tema kemandirian dan kerja keras.
Pada masa-masa pembebasan diri dari penjajahan, orang-orang kristen
juga telah melakukan bentuk-bentuk teologia yang operasional dengan
mendirikan organisasi-organisasi kemasyarakatan dan sebagain merubah diri
menjadi partai politik. Kita dapat mencatat perkumpulan sosail Mardi Pratojo yang
kemudian menjadi Partai Perserikatan Kaum Kristen (PKC) atau Christelijke
Ambonche Volksbond (CAV), dll. Hal yang sama jugaterjadi pada saat Indonesia
merdeka. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) hadir sebagai bagian dari upaya dan
proses berteologia politik secara operasional. Hanya saja, proses-proses tersebut
mengalami pasang surut disebabkan faktor internal dan situasi politik negara.
Muatan atau tema-tema yang diusung dan dikomunikasikan kepada orang-orang
kristen adalah dari dan demi kepentingan orang kristen. Sesuatu yangseringkali
dikatakan orang sebagai lebih berpolitik teknis ketimbang berpolitik etis.
Disadari atau tidak, telah terjadi pembiaran yang berkepanjangan dalam
tataran konseptual
teologia politik kristen di Indonesia. Dasar berpijak dalam tabung independensi
gereja, dalam realitasnya seringkali diterjemahkan sebagai netralitas dan
sterilisasi politik dalam semua ruang gereja. Tidaklah mengherankan bila
kekristenan mengalami kegamangan menghadapi pelbagai realitas politik di
Indonesia. Sesungguhnya, independensi tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan
dan tanggung jawab politik gereja. Perumusan menyangkut keterlibatan dalam
konteks independensi harus dirumuskan batasan-batasannya secara teologis.
5. Tanggung Jawab Sosial Politik Umat Kristen
Orang kristen harus menghormati kewibawaan pemerintahan dunia selama
kebijakan itu dilakukan demi kesejahteraan masyarakat dan didasarkan pada
undang-undang yang berlaku. Tetapi kebijakan itu tidak boleh mengambil alih
kewibawaan atau wewenang Allah. Bagaimana seharusnya orang kristen sebagai
warga negara menaati lembaga-lembaga resmi negara yang mengatur kehidupan
masyarakat dalam usahanya menegakkan kebenaran dan keadilan kesejahteraan
masyarakat ditulis di Roma 13:13. Sikap orang kristen terhadap politik ada 3
bersifat antagonistis, rejektif, dan menyesuaikan. Respon yang benar itulah yang
lebih penting dan menentukan sikap kita terhadap berbagai gejolak politik yang
terjadi. Allah menghendaki orang kristen taat kepada pemerintah, sesuai dengan
pengertian bahwa pemerintah menjalankan tugas dan wewenang yang diberikan
oleh Allah. Tentunya pemerintah harus mempertanggungjawabkannya kepada
pemberi kekuasaan yaitu Allah sendiri (ayat 1).
Jika orang kristen tidak taat kepada pemerintah dan berpartisipasi secara
aktif sebagai warga negara yang bertanggung jawab maka citra kekristenan akan
rusak. Orang Kristen harus mengakui lembaga pemerintahan yang diadakan oleh
karena kehendak Allah (ayat 1). Panggilan tersebut tentu menuntut peran aktif,
PAK STIES 2013/2014

60

yang harus dimulai dari pasal 12, yaitu penyerahan diri kepada Allah (Roma 12:1,
2) sehingga tidak menjadi serupa dengan dunia. Dengan demikian pemerintah
dapat berperan sebagai hamba Allah (Roma 13:4). Di sinilah tugas dan tanggung
jawab gereja supaya memampukan pemerintah menjadi hamba Allah. Ini dapat
terjadi apabila orang kristen memenuhi panggilannya. Jadi sudah seharusnya kita
menjawab panggilan itu, untuk menjadi garam dan terang dunia, biar melalui diri
kita citra Kristus boleh terpancar sehingga semua orang memuji dan memuliakan
Allah.
6. Implikasi
Sikap orang kristen dalam kehidupan politik hendaknya didasari atas
penghayatan:
a. Kekuasaan sebagai anugerah Allah. Kekuasaan bukan sesuatu yang buruk,
jabatan dan kekuasaan dipandang sebagai kesempatan mengabdi kepada
rakyat dan Tuhan .
b. Keberpihakan kepada yang lemah. Para politikus kristen dipanggil karena
memiliki keberpihakan kepada yang lemah, karena kelompok masyarakat inilah
yang sering kali menjadi korban penindasan, ketidakadilan dan kesewenangwenangan. Keberpihakan mereka tidak boleh dilandasi oleh sentimen yang
bersifat primodial (suku, ras, atau agama).
c. Memiliki visi dan misi yang berorientasi pada rakyat dan kerajaan Allah. Visi
dan misi para politikus kristen hendaknya tidak hanya dibatasi oleh lingkup dan
waktu. Maksudnya kiprah dalam dunia politik tidak hanya dibatasi oleh
konstituennya saja (kelompok pemilihnya) ataupun jangka waktu memiliki
jabatan itu. Bahkan lebih jauh lagi para politikus kristen juga sekaligus adalah
agen-agen eskatologis dan seharusnya ikut serta dalam menghadirkan tandatanda Kerajaan Allah (keadilan, kebenaran, perdamaian dan keutuhan ciptaan)
sampai dengan sepenuhnya.
d. Mendorong perubahan yang benar dalam masyarakat Indonesia. Para politikus
kristen hendaknya juga menjadi agen-agen perubahan. Untuk itu dibutuhkan
keteladanan sikap perilaku yang baik. Setiap politikus kristen harus berani
mengatakan tidak atas semua tawaran, bujukan, atau strategi-strategi yang
dapat membuat jatuh pada tindak korupsi, kolusi ataupun nepotisme; menjauhi
segala bentukpremanisme dan menegakkan hukum secara konsisten dan
konsekuen.
7. Sikap terhadap Pemerintah yang Salah Menggunakan Otoritas
Berkaitan dengan pemerintah, Roma 13:1-7 menyatakan bahwa
pemerintah adalah hamba Allah. Kekuasaan pemerintah berasal dari Allah, oleh
karena itu pemerintah wajib menjalankan kehendak Allah untuk mengupayakan
keamanan dan kesejahteraan rakyat. Maka titik tolak pelaksanaan tugas-tugas
pemerintah (hukum atau undang-undang) haruslah bersesuaian dengan
kehendak Allah. Sehubungan dengan itu, pemerintah berhak dan wajib
menjalankan hukuman kepada orang yang bersalah. Sebagai umat yang telah
mengenal kebenaran di dalam Kristus, tentunya setiap orang percaya bisa menilai
PAK STIES 2013/2014

60

apakah sesuatu itu benar atau tidak. Kematian Kristus adalah untuk
menghancurkan kerajaaan kegelapan dan menegakkan Kerajaan Allah, dan orang
Kristen dipanggil untuk menyatakan kehendak Allah dan memuliakan nama-Nya
dalam segala bidang kehidupan.
Orang kristen tidak boleh menyia-nyiakan perkara yang di bumi termasuk
kebangsaan. Kebangsaan itu tidak lahir dari si iblis, tetapi dari Tuhan Allah.
Kecintaan kepada bangsa itu tidak boleh dipisahkan dengan kecintaan hal kita.
Orang kristen mempunyai kewajiban yang lebih berat dalam perkara politik
daripada orang lain. Sebab di bidang politik dan pemerintahan, peran orang
kristen bukan semata-mata demi kesejahteraan bangsa, tetapi yang terutama
semuanya dilakukan untuk kemuliaan nama Tuhan. Otoritas yang berkuasa
ditunjuk oleh Tuhan adalah Rasul Paulus pernah membuat pernyataan yang jelas
mengenai bagaimana kita seharusnya berespon terhadap otoritas. Dalam hal ini
kita seharusnya berespon terhadap otoritas tiap-tiap orang harus takluk kepada
pemerintah yang di atasnya (Roma 13:1). Kita sebagai orang kristen tidak boleh
menentang otoritas yang sah didalam kehidupan kita. Sebab tidak ada
pemerintah yang tidak ditetapkan oleh Allah.
Jaman sekarang, penguasa memiliki reputasi negatif. Banyak pemimpin,
baik dalam Negara maupun kalangan sosial, salah menggunakan otoritas yang
dimiliki. Tidak heran rasa hormat terhadap otoritas tampak seperti kebodohan
yang naif. Namun kembali lagi, Tuhan mengatakan kalau kita harus menghormati
otoritas yang sah, tidak peduli bagaimanapun otoritas tersebut karena semua
otoritas berasal dari Tuhan. Bahkan dengan lebih tegas lagi, semua otoritas
ditetapkan oleh Allah.

B. PERSPEKTIF IMAN KRISTEN TERHADAP HUKUM


1. Pengertian Hukum
Hukum memiliki pengertian yang beragam karena memiliki ruang lingkup
dan aspek yangluas. Hukum dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan, disiplin,
kaidah, tata hukum, petugas (hukum), keputusan penguasa, proses
pemerintahan, perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur dan juga sebagai
suatu jalinan nilai-nilai. Hukum juga merupakan bagian dari norma, yaitu norma
hukum.
Ada beberapa pengertian hukum yang dikemukakan oleh para ahli, antara
lain:
E. M. Meyers. Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan
kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan
menjadi pedoman sebagai penguasa-penguasa dalam melakukan tugasnya.

PAK STIES 2013/2014

60

Immanuel Kant. Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini


kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri kehendak bebas
dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.
S. M. Amin, S,H. Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri atas
norma dan sanksi-sanksiserta bertujuan untuk mengadakan ketertiban dalam
pergaulan manusia sehinggakeamanan dan ketertiban terpelihara).
M. H. Tirto Atmidjaya, S.H. Hukum adalah semua aturan (Norma) yang harus
diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan
ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan-aturan itu
membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya, didenda dan sebagainya.
2. Unsur-unsur Hukum
Unsur-unsur hukum meliputi:
a. Peraturan atau norma mengenai pergaulan manusia dalam pergaulan
masyarakat.
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
c. Peraturan itu bersifat memaksa (wajib/harus).
d. Sanksi terhadap pelanggar peraturan tersebut tegas, berupa hukuman.
3. Sejarah Pemikiran Deklarasi Universal HAM
Hak kebebasan beragama merupakan hak yang harus dihormati oleh
semua manusia hal tersebut dinyatakan secara tegas dalam Deklarasi Universal
HAM dalam pasal 1 dan 18 yang berbunyi: Seluruh umat manusia dilahirkan
merdeka dan setara dalam martabat dan hak. Mereka dikaruniai akal serta nurani
dan harus saling bergaul dalam semangat persaudaraan (pasal 1). Setiap orang
berhak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama; hak ini meliputi
kebebasan untuk mengubah agama atau keyakinannya, serta kebebasan secara
pribadi, atau bersama-sama dengan orang-orang lain dan secara terbuka atau
pribadi, untuk menjalankan agama atau keyakinannya dalam pengajaran,
praktek, ibadah dan kataatan. Pernyataan mengenai kebebasan beragama dalam
Deklarasi Universal HAM merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh seruan
Presiden Roosevelt tentang 4 macam kebebasan. Dimana salah satunya adalah
kebebasan untuk setiap orang bertakwa kepada Tuhan menurut caranya sendiri
(Freedom of every person to worship God in his way). Pemisahan antara agama
dan negara yang merupakan kelahiran negara sekuler dipelopori oleh pengakuan
Peace of Westphalia dan pengakuan ini jugalah yang mempengaruhi lahirnya
negara sekuler Amerika Serikat yang menghargai kebebasan beragama.
Hak kebebasan beragama telah diakui secara internasional lebih awal
dibandingkan dengan hak-hak lain, dalam implementasinya ternyata menjadi
sesuatu yang paling sulit terlebih lagi dengan adanya perbedaan pandangan
mengenai kebebasan beragama (paham universal dan relativisme HAM), baik
yang berasal dari negara atau kelompok agama tertentu. Namun demikian usaha
untuk menegakkan kebebasan beragama tetap mengalami perkembangan, hal ini
terlihat setelah Deklarasi Universal HAM tahun 1948, kemudian dibuat suatu
covenant on Human Rights tahun 1966 dan kemudian pada tahun 1981 ada hal
yang lebih menggembirakan yaitu adanya Declaration on the Elimination of All
PAK STIES 2013/2014

60

Forms of Intolerance and Discrimination Basedon Religion or Belief Pernyataan


deklarasi tersebut memang dapat menunjukkan bahwa pelanggaran hak
kebebasan beragama masih terus berlangsung dan perlu penanganan terus
menerus secara lebih serius. Namun kebebasan beragama merupakan kerinduan
manusia di bumi ini, karena itu harus terus diperjuangkan.
4. Kebebasan Beragama Menurut Alkitab
HAM adalah pemberian Allah dan dapat diimplementasikan dengan baik
dalam hukum yang berkeadilan dan bersumber pada Allah. Maka menurut
pandangan kristiani, kebebasan beragama juga harus didasarkan pada Allah dan
hukum keadilan Allah. Alkitab memerintahkan dalam Keluaran 20:3, Jangan ada
padamu allah lain dihadapanKu, dan dalam Perjanjian Baru Yesus mengatakan
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu(Matius22:37). Kebenaran tersebut dinyatakan
karena manusia tidak dapat menyembah kepada dua tuan (Matius 6:24).
Pernyataan-pernyataan di atas menunjukan bahwa manusia hidup dihadapan
Allah, dan beragama karena semua manusia diperintahkan untuk menyembah
Allah. Jadi semua kehidupan manusia adalah agama. Menurut pandangan Kristen,
kebebasan beragama bukan hanya kebebasan untuk memilih hari Sabtu atau hari
Minggu untuk beribadah, tetapi berarti juga kebebasan untuk untuk memilih
setiap area kehidupannya. Berarti hak kebebasan beragama juga berarti hak
untuk melepaskan keyakinan agamanya atau berganti agama sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 18 dari Deklarasi Universal HAM.
Hak Kebebasan Beragama adalah kemerdekaan untuk memeluk agamanya
yang didasarkan kehendak bebas manusia (sesuai dengan keinginan hati
nuraninya), tidak seorangpun dapat dipaksa untuk menyembah apa yang dia
ingin sembah atau apa yang ia tidak ingin menyembahnya. Sedang menurut
Vatikan II tahun1965, kebebasan beragama merupakan hak yang didasarkan pada
martabat manusia yang dinyatakan oleh Firman Allah. Selanjutnya kebebasan
beragama tersebut juga berarti kemerdekaan berkumpul karena aktivitas agama
bersifat komunal. Namun hak tersebut juga berarti hak untukmenyendiri, karena
hak tersebut juga berarti hak untuk tidak beragama. Karena itu aktivitas
penyembahan agama merupakan sesuatu yang tidak boleh dibelenggu.
Hak menyembah Allah sesuai dengan keyakinan dan agama seseorang
tidak diberikan oleh pemerintah, tetapi pemerintah wajib menjaga agar hak
kebebasan beragama tersebut dapat terimplementasi dengan baik. Karena itu
penyembahan kepada Allah baik secara pribadi maupun kelompok tidak
memerlukan ijin dari pemerintah. Namun, karena kebebasan beragama tidak
tanpa batas, maka kebebasan beragama secara bersamaan juga merupakan
kewajiban untuk umat beragama lain dapat melaksanakan kebebasan
beragamanya.
Negara harus menyadari bahwa kekuasaannya berasal dari Tuhan dan
harus menjalankan fungsinya sesuai apa yang telah Tuhan tetapkan, dimana
negara harus menjaga institusi yang ada, termasuk individu-individu untuk tidak
melampaui batas kekuasaan mereka, sehingga tidak terjadi pembelengguan
terhadap hak-hak institusi atau individu lain. Negara dapat melaksanakan
kewajiban nya dengan baik apabila memiliki toleransi terhadap Religious
Pluralism. Negara juga harus menjamin kedaulatan individu (Sovereignty of
individual person), karena setiap individu berkedudukan sebagai seorang raja
dalam hati nuraninya, kecuali dari semua kewajiban-kewajibannya. Manusia
PAK STIES 2013/2014

60

memiliki Absolute Liberty of Conscience baik untuk beragama maupun tidak


sebagaimana dinyatakan dalam Deklarasi Universal HAM. Pengakuan adanya
kedaulatan individu ini merupakan hak asasi yang paling utama dan negara harus
menjaga hak-hakini, baru dapat dikatakan bahwa ada proteksi HAM dalam suatu
negara. Kemerdekaan hati nurani ini juga merupakan akar dari Civil Rights.
KESIMPULAN
Dalam dunia politik dan hukum, sikap gereja yang perlu dikembangkan
adalah sikap positif, kritis, dan kreatif. Positif artinya memandang dunia politik
dan hukum sebagai bidang pengabdian dan pelayanan panggilan dari Tuhan serta
karena itu berasal dari pandangan positif ketika kita memberikan kontribusi
sesuai iman Kristen. Kritis artinya tidak ragu-ragu memberi kritik jika penguasa
berbuat kesalahan, menyimpang dari hukum dan prinsip-prinsip yang berlaku.
Kritik yang sesuai dengan etika Kristen adalah kritik yang konstruktif
(membangun, santun, dan memperdayakan), bukan kritik yang destruktif
(menjatuhkan, vulgar, dan mencari kesalahan). Kreatif artinya berusaha
memberikan terobosan atau alternative baru di tengah kebuntuan terhadap
politik maupun hukum. Kita harus mampu berkomunikasi terbuka dan dialogis,
tidak alergi terhadap perubahan.
Selain itu, gereja juga dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam bidang politik dan hukum antara lain:
a) Gereja perlu terlibat dalam politik dan hukum. Dalam arti yang luas, ia
mengikuti dengan seksama berbagai perkembangan politik dan hukum.
b) Gereja perlu melakukan pertemuan konsultatif secara berkala dengan
anggota-anggota jemaatnya yang terlibat dalam politik dan hukum
praktis.
c) Gereja juga perlu mendengar masukan dari LSM ataupun perguruan
tinggi yang menaruh perhatian terhadap kehidupan politik.
d) Gereja perlu menyelenggarakan berbagai pembinaan ataupun juga
forum diskusi yang menggumuli masalah-masalah dan etikanya bagi
anggota jemaatnya sehingga pemahaman salah yang dimiliki oleh anggota
dapat dipatahkan dengan memperdalam kehidupan politik dan hukum
sesuai kapasitas dan kemampuannya.
e) Gereja perlu terlibat dalam forum-forum dialog antarumat
beragama.

PAK STIES 2013/2014

60

Anda mungkin juga menyukai