a. Pertanyaan
b. Pernyataan Tesis
c. Penjelasan Tesis
Untuk menjelaskan tesis di atas ada beberapa hal yang perlu diuraikan: pengertian
agama, fitrah manusia sebagai homo teofani, fungsi personal agama, dan fungsi
sosial agama.
Pengertian agama
1 Tesis ini disusun ulang dan disistematisasi dari “Manusia dan agama” dalam Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an
Tematik: Hubungan antarumat Beragama (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur′an, 2008), 1-25.
2 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/agama diakses 1 Oktober 2020.
3 https://www.britannica.com/topic/religion diakses 1 Oktober 2020.
1
suci, sakral, absolut, spiritual, ilahi, atau layak untuk dihormati secara khusus. Ia
juga umumnya dianggap terkait dengan cara orang menangani perhatian terdalam
tentang kehidupan mereka dan nasib mereka setelah kematian.” Sementara itu, al-
dîn didefinisikan sebagai majmû’ah min al-mu’taqadât wa al-afkâr ladâ al-syahkhsh, wa
huwa al-îmân bi majmû’ah min al-sulûkiyyât wa al-farâidl wa al-qabûl bihâ fî al-hayâh;”4
“Sekelompok keyakinan dan ide yang dimiliki seseorang, yaitu keyakinan dan
penerimaan pada serangkaian perilaku dan tugas dalam hidup.” Beberapa definisi
di atas mengandung kesamaan dalam melihat unsur fundamental agama, yaitu
relasi manusia dengan yang spiritual dan tata aturan tentang kehidupan yang
bersumber dari relasi tersebut.
2
keesaan-Nya (Q.S. 42: 13). Bahkan secara khusus, Nabi Muhammad mendapat
perintah untuk menegakkan agama (al-dîn) yang menguatkan kecenderungan
fitrah manusia itu sendiri (Q.S. 30: 30). Sebagai konsekuensinya, agama Islam
memiliki fungsi-fungsi personal dan sosial sesuai dengan kecenderungan fitrah
tersebut.
3
hubungan yang erat antarmanusia bagai hubungan antarsaudara sedarah.
Hubungan ukhuwah ini ditegaskan oleh Allah atas orang-orang yang beriman
(Q.S. 49: 10) yang selanjutnya perlu diwujudkan dalam praktik sosial.
Praktik ukhuwah ini telah dicontohkan oleh para Sahabat Nabi, khususnya
antara kaum Muhajirin Mekah dan Anshar Madinah. Sahabat Anshar dipuji oleh
Allah karena mereka membuktikan persaudaraan mereka dengan mencintai dan
mendahulukan pemenuhan kebutuhan Sahabat Muhajirin daripada kebutuhan
mereka sendiri sekalipun mereka juga membutuhkan. Sahabat Anshar telah
berhasil menjaga diri dari kekikiran sebagai kecenderungan hawa nafsu sehingga
mereka menjadi orang-orang yang beruntung (Q.S. 9: 51). Contoh perilaku Sahabat
di atas menunjukkan kedalaman hubungan mereka sebagai kaum beriman.
Bahkan, hubungan antarorang beriman tidak saja bersifat lahir, tetapi juga bersifat
batin. Hubungan batin antarorang beriman tercermin dari kesamaan keyakinan
mereka kepada rukun iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para
Rasul, dan hari akhir. Dalam Q.S. 2: 285, Allah mengikrarkan bahwa orang-orang
beriman yang terdiri atas Nabi Muhammad dan para Sahabat beliau beriman secara
bersama sebagai komunitas. Kesamaan iman ini selanjutnya berimplikasi kepada
kebersamaan mereka dalam ibadah dan doa. Dalam ibadah, orang beriman
menyebutkan diri mereka beribadah bersama-sama dengan komunitas orang
beriman yang lain. Dalam Q.S. 1: 5, orang beriman menyatakan: “Hanya kepada-
Mu kami menyembah, dan kepada-Mu kami meminta tolong.” Kata ganti “kami”
digunakan dalam ayat tersebut, bukan “aku”. Ungkapan tersebut menunjukkan
kebersamaan mereka dalam beribadah. Begitu pula dalam Q.S. 2: 286, orang
beriman memanjatkan doa dengan menggunakan kata ganti “kami”:
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum
kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap
kaum yang kafir.”
4
Dengan demikian, kebersamaan orang beriman secara sosial, sebagaimana
ditunjukkan oleh praktik komunitas para Sahabat Nabi, juga dilakukan dalam batin
mereka melalui keimanan, ibadah, dan doa. Ukhuwah yang demikian itulah yang
disebut sebagai berpegang teguh kepada tali Allah (al-i’tisâm bi habl Allah) yang
diperintahkan oleh Allah (Q.S. 3: 103).
Fungsi sosial agama yang kedua adalah kontrol sosial. Dalam al-Qur’an,
kontrol sosial terungkap dalam ajaran tentang amar makruf nahi munkar. Dalam
Q. S. 3: 104, ada perintah Allah agar sebagian orang beriman melakukan amar
makruf nahi munkar: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari
yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Al-Ma’rûf adalah
sesuatu yang dipandang baik secara syara’ maupun akal. Sementara itu, al-munkar
adalah sesuatu yang dipandang buruk secara syara’ maupun akal. 5 Untuk itulah,
amar makruf artinya memerintahkan atau mengupayakan tegaknya segala hal
yang baik dan nahi munkar artinya melarang atau mencegah kemungkinan
terjadinya segala hal yang buruk. Dalam pandangan Kuntowijowo, amar makruf
bisa dimaknai dengan humanisasi, yaitu memanusiakan manusia, menghilangkan
kebendaan, ketergantungan, kekerasan, dan kebencian dari manusia. Sementara
itu, nahi munkar bisa dimaknai sebagai liberasi, yaitu pembebasan manusia dari
belenggu sosial.6 Dalam konteks Q.S. 3: 104, perintah itu muncul dalam rangka
mengukuhkan persatuan umat beriman dalam meneguhkan pelaksanaan agama
Allah. Penegakan agama Allah memerlukan segolongan umat Islam yang bergerak
dalam bidang dakwah yang selalu memberi peringatan saat muncul gejala-gejala
perpecahan dan penyelewengan. Namun demikian, menganjurkan berbuat
5 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir Jilid 2, terj. Abdul Hayyi al-Kattanie et. al. (Jakarta:
Gema Insani Press, 2013), 365.
6 Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika (Jakarta: Teraju, 2005),
103-104.
5
kebaikan saja tidaklah cukup tetapi harus dibarengi dengan menghilangkan sifat-
sifat yang buruk.7
7 Ahsin Sakho Muhammad et. al., Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan)
(Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 16.
8 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kepedulian%20sosial diakses 5 Oktober 2020.
6
malam, dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar. Dan
pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bagian.”
Dalam ayat-ayat tersebut, spiritualitas dibangun dengan ibadah di malam hari,
sementara kepedulian sosial dibangun dengan memberikan bantuan dengan harta
benda kepada orang-orang miskin, baik mereka meminta atau tidak.
d. Daftar Rujukan
az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir Jilid 2. terj. Abdul Hayyi al-Kattanie et. al..
Jakarta: Gema Insani Press, 2013.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/agama diakses 1 Oktober 2020.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kepedulian%20sosial diakses 5 Oktober
2020.
https://mawdoo3.com/ تعريف الدينdiakses 1 Oktober 2020.
https://www.britannica.com/topic/religion diakses 1 Oktober 2020.
Kuntowijoyo. Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika. Jakarta: Teraju,
2005.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI. Tafsir Al-Qur’an Tematik: Hubungan antarumat Beragama. Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur′an, 2008.
Muhammad, Ahsin Sakho et. al.. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang
Disempurnakan). Jakarta: Widya Cahaya, 2011.
7
Lampiran: Teks Ayat dan Terjemahnya
1. Tentang fitrah agama (Q. S. 7: 172; 10: 90; 42: 13)
ُ ُ ََ ُ َ ٰٓ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َّ ُ ُ ُ َ َٰ َ َ ُّ َ َ َ َ َ
َ
واِ ذ اخذ ربك ِمنْۢ ب ِني ادم ِمن ظهو ِر ِهم ذ ِريتهم واشهدهم على انف ِس ِهم الست ِبر ِبكم
َ ٰ َ ٰ َ َُّ َّ َ ٰ َ َ
ُ َُ َ َ َ َٰ ُ َ
١٧٢ قالوا بلى ش ِهدنا ان تقولوا يوم ال ِقيم ِة ِانا كنا عن هذا غ ِف ِلين
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak
cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh
mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab,
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami
lengah terhadap ini.”
ُ َ َ َ َ ّٰ َ ً َ َّ ً َ ُ ُ ُ َ ُ َ ُ ََ ََ َ َ َ َ َ َ َ َ
اوزنا ِب َب ِني ِاسرا ِۤءيل البحر فاتبعهم ِفرعون وجنوده بغيا وعدوا حتى ِاذا ادركه وج
ََ َ َ َ َُ َ َٰ َّ َّ ٰ َ ََّ ُ ٰ َ َ ُ َ
َ َ
٩٠ الغ َرق قال ا َمنت انه لا ِاله ِالا ال ِذي امنت ِبه بنوا ِاسرا ِۤءيل وانا ِمن المس ِل ِمين
ُ َ
Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir‘aun dan bala
tentaranya mengikuti mereka, untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga
ketika Fir‘aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang
Muslim (berserah diri).”
َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ ُ َ َ َ
ٰ َُ َ ٰ َّ ً ُ ّٰ َ َ َ
الدي ِن ما وصى ِبه نوحا وال ِذي اوحينا ِاليك وما وصينا ِبه ِابر ِهيم وموسى ِ ش َرع لكم ِمن
َ َ َ َ
َُوعي ٰٓسى ان اقي ُموا الدي َن َو َلا َت َت َفَّر ُقوا في ِه ك ُب َر َع َلى ال ُمشركي َن َما َتد ُعو ُهم ا َلي ِه ا ّّٰلل
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ُّ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ
ُ
١٣ يجتبي ِالي ِه من يشاۤء ويه ِدي ِالي ِه من ي ِنيب
ِ
Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa
yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah agama
(keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya.
Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu
serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama
tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali
(kepada-Nya).
8
ُ ُ ٰ ُ ُ ُ َ َ
َك َما ار َسل َنا فيكم َر ُسو ًلا منكم َيت ُلوا َع َليكم ا ٰيت َنا َو ُي َزكيكم َو ُي َعل ُمك ُم الك ٰتب
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ َ َ ُ ُ َ َ َّ ُ ُ َ ُ َ َ َ
١٥١ الحكمة ويع ِلمكم ما لم تكونوا تعلمون ِ َو
Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari
(kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan
mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), serta
mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.
ُّ َ ُ ُّ َ ُ ُ َ ٰ َّ َ ُ ُ َ َ َّ ُ ّٰ َّيهدي ب ِه
اّلل َم ِن ات َب َع ِرضوانه سبل السل ِم ويخ ِرجهم ِمن الظلم ِت ِالى النو ِر ِب ِاذ ِنه
ٰ ُ
ِ ِ
َ ُّ ٰ
١٦ َو َيه ِدي ِهم ِالى ِصراط مست ِقيم
َ
Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti
keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan
menunjukkan ke jalan yang lurus.
ََ ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َٰ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َّ َ َ ُ ُ ُ َ َ
وما نر ِسل المرس ِلين ِالا مب ِش ِرين ومن ِذ ِرين فمن امن واصلح فلا خوف علي ِهم ولا
َ ُ َ ُ
٤٨ هم يح َزنون
Para rasul yang Kami utus itu adalah untuk memberi kabar gembira dan memberi
peringatan. Barangsiapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa
takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
3. Tentang fungsi sosial agama (Q. S. 3: 104; 49: 10; 59: 9; 51: 19; 107: 1-3)
َ َ َ َ ََ َ ُ ُ َ َ َ َ َ ُ ُ ُ
َّ ُ َ
َولتكن ِمنكم امة يدعون ِالى الخي ِر ويأمرون ِبالمعرو ِف وينهون ع ِن المنك ِر
ُ ُ َ َّ
َ ُ ُ َ ٰۤ ُ
١٠٤ َواول ِٕىك ه ُم ال ُمف ِلحون
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
َ ُ َ ُ ُ َّ َ َ َ ّٰ ُ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ُ ََ َ َ ُ َ َّ
١٠ ࣖ ِانما ال ُمؤ ِمنون ِاخوة فاص ِلحوا بين اخويكم واتقوا اّلل لعلكم ترحمون
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar
kamu mendapat rahmat.
9
َ ُ َ ََ َ
َ َ َ َ َ ُّ ُ َ َ َ َ َ َّ ُ ََّ َ َ َّ َ
يحبون من هاجر ِالي ِهم ولا ِيجدون ِفي
ِ وال ِذين تبوءو الدار وال ِايمان ِمن قب ِل ِهم
َ ُّ َ َ َ َ َ َ َ ََ ُ َ ٰٓ َ َ ُ ُ َ ُ ُ َّ ً َ َ ُ ُ
صدو ِر ِهم حاجة ِِما اوتوا ويؤ ِثرون على انف ِس ِهم ولو كان ِب ِهم خصاصة ومن يوق
َ ُ ُ َ ٰۤ ُ َ َ َّ ُ
٩ شح نف ِسه فاول ِٕىك ه ُم ال ُمف ِلحون
Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah
ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga
memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung.
َ َ َ
١٩ َو ِفي اموا ِل ِهم حق ِللساۤى ِِٕل والمحرو ِم
ُ َ َ َّ
Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak meminta.
َّ َ ٰ َ َ َّ َ َ
َ َ ٰ َ ُّ ُ َ َ َ َ َ ُّ ُ َ ُ ُ َ َ
ام
ِ ولا يحض على طع٢ فذ ِلك ال ِذي يدع الي ِتيم١ الدي ِن
ِ ارءيت ال ِذي يك ِذب ِب
10
11