Pada saat agama Islam menjadi agama kedua terbesar di dunia dan salah satu
negara yang masyarakatnya mayoritas menganut agama Islam adalah Indonesia. Di
Indonesia, agama Islam memiliki salah satu pergumulan yang digumuli oleh semua umat
yakni pergumulan tentang kerasukan setan. Beberapa stasiun televise menayangkan
sebuah ritual pengusiran setan dengan menggunakan media air dan dibacakan doa-doa
untuk mengeluarkan jin atau setan yang merasuki tubuh seseorang. Fazlur Rahman di
dalam bukunya yang berjudul Etika pengobatan Islam menyatakan bahwa pengusiran Roh
ketika manusia kerasukan merupakan suatu hal yang sangat ditentang di dalam Al-
Quran.Beberapa ajaran Islam meyakini bahwa penyakit yang disebut sebagai kerasukan
merupakan penyakit mental yang disebabkan oleh ketidakseimbangan empat cairan (darah,
lender, empedu hitam, dan empedu kuning) Penolakan tersebut berasal dari tradisi Galenis
dan keyakinan Islam Ortodoks.Ibn Sina dalam Chahar Maqala dikisahkan pernah
menyembuhkan pangeran yang diduga kerasukan roh jahat.Ibn Sina menyatakan bahwa
pangeran tersebut menderita penyakit mental (Rahman 1999, 118-120).Hal terssebut
menimbulkan kebingungan bagi umat Islam dan umat dari agama selain Islam. Dalam
pembahasan ini kami akan memaparkan mengenai okultisme dan eksorsisme dalam agama
Islam. Di dalam pemaparan tersebut kami akan membahas mengenai beberapa ajaran
agama Islam yang berkenaan dengan Tuhan, neraka, malaikat, Jin atau setan, dan
pengusiran roh jahat yang merasuki seseorang.
“Ya, barangsiapa berserah diri sepenuhnya kepada Allah (aslama), dan berbuat baik kepada
orang lain, ia memperoleh pahala dari Tuhannya, dan tiada ketakutan akan menimpa mereka, dan
tiada pula mereka akan susah” (2: 112).
Melalui perkataan di atas Islam dianggap sebagai agama perdamaian yang memiliki dua
ajaran pokok, yaitu: Keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia
(Islamologi, 2).
Dalam buku Wawasan Islam terdapat beberapa definisi tentang agama Islam, yaitu
(Anshari, 39):
1. Wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada
umat manusia sepanjang masa dan di setiap persada.
2. Satu sistem akidah dan tata kaidah yang mengatur segala perikehidupan dan
penghidupan manusia dalam berbagai hubungan, baik hubungan manusia dan Tuhannya,
sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan alam lainnya (nabati, hewani, dan lain
sebagainya).
3. Bertujuan untuk mencari keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
4. Secara garis besar terdiri dari akidah dan syariah (yang meliputi ibadah daam arti
khusus dan muamalah dalam arti luas).
5. Bersumber dari Kitab Suci, yaitu kodifikasi wahyu Allah swt. untuk umat manusia di atas
bumi, dalam bentuknya yang terakhir berupa Al-Qur’anul-karim sebagai penyempurna
wahyu-wahyu Allah sejak manusia hadir dan ditafsirkan oleh Sunnah Rasullullah saw..
Definisi mengenai agama Islam dipertegas oleh beberapa ulama, salah satunya
Syekh Mahmud Syaltut yang menyatakan bahwa Islam adalah agama Allah yang
diperintahkan untuk mengajarkan pokok-pokok dan peraturan-peraturannya kepada Nabi
Muhammad saw. dan menugaskan untuk menyampaikan agama itu kepada seluruh
manusia, lalu mengajak mereka untuk memeluknya (Gani dan B. Hamdany Ali 1967, 15).
Tiga Pokok Ajaran Agama Islam
Secara garis besar, agama Islam terdiri atas akidah, syariat, dan akhlak. Akidah
adalah ‘kepercayaan’, ‘keyakinan’, ‘iman’, ‘creed’, ‘credo’. Secara garis besar, dalam akidah
terdapat enam rukun iman, yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-malaikat-Nya,
Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasul-rasul-Nya, Iman kepada hari Akhirat, dan
Iman kepada qadha dan qadar (Anshari , 44). Syariat adalah satu sistem norma Ilahi yang
mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, hubungan sesama manusia, serta
hubungan antara manusia dan alam lainnya. Secara garis besar kaidah syariat Islam terbagi
menjadi dua bagian besar, yaitu: ibadah (dalam arti khusus) dan muamalah (dalam arti
luas). Dalam ibadah terdapat: thaharah, shalat, zakat, shaum, haji. Dalam muamalah
terdapat hukum perdata (hukum niaga, hukum nikah, hukum waris,dsb) dan hukum publik
(hukum pidana, hukum negara, hukum perang dan damai = jihad, dsb) (Anshari , 45).
Akhlak adalah ‘perbuatan’. Garis besar akhlak meliputi: akhlak manusia terhadap Khalik,
akhlak manusia terhadap makhluk, makhluk bukan manusia; flora, fauna, dan lain-lain,
makhluk manusia terhadap diri pribadi, rumah tangga atau keluarga, antartetangga, dan
masyarakat luas lainnya (Anshari, 46).
c. Haji (Hajj)
Ritus haji diwajibkan bagi seluruh kaum Muslim yang mampu secara fisik ataupun
keuangannya. Dalam ritus haji, ritus-ritus yang penting adalah: 1) mengenakan ihram, 2)
memasuki Kota Makkah Al-Mukarramah dan melakukan thawaf al-qudum (berjalan
mengelilingi Ka’bah atau rumah Allah), 3) berada di ‘Arafah (sebuah padang dekat Makkah),
4) bermalam di Muzdalifah, 5)melemparkan batu-batu di tiga tempat yang dipercaya ada
setan yang pernah berusaha menggoda Nabi Isma’il, 6) menyembelih hewan kurban di
Mina, 7) Melakukan thawaf lagi, 8) minum air zamzam (Asyraf 2002,161). Dengan
melakukan ritus haji, seseorang memasuki rumah Allah yang pertama kali didirikan di
Bumi. Masuk kota Makkah dan melakukan tawaf berarti memasuki tempat suci, rumah
Allah yang pertama didirikan di Bumi. Mengelilingi rumah Allah Allah, berarti memuliakan
Arasy Allah yang disekelilingnya malaikat dan seluruh ciptaan-Nya terus mengitarinya.
Umat Muslim percaya dengan tawaf, jamaah yang melaksanakan ritus haji bersama dengan
para malaikat dan makhluk-makhluk lain mengelilingi Arasy Ilahi (Asyraf 2002,162).
Pada intinya Syaikh ‘Abd Al-Qadir Jilani menggambarkan aspek ibadah haji sebagai
Hajj-Al-Thariqah (ziarah di jalan spiritual). Ini merupakan makna yang sesungguhnya dari
berbagai ritual dalam ibadah haji. Ziarah di jalan spiritual ini merupakan makna yang
difirmankan Tuhan dalam Al-Quran (Asyraf 2002,167).
d. Jihad
Dalam pandangan umat Muslim, jihad dianggap sebagai perang untuk
mendatangkan perdamaian. Sebab, Allah berfirman dalam Al-Quran “Mereka yang
mengikuti jalan iman berperang di jalan Tuhan dan mereka yang mengikuti jalan kafir
berperang di jalan setan. Maka perangilah para penolong setan dengan keyakinan ini. Maka
perangilah para penolong setan dengan keyakinan ini. Rencana-rencana jahat setan itu
sesungguhnya sangat lemah dan akan gagal” (QS Al-Nisa’ [4]: 76). Melalui firman tersebut
makna pokok jihad adalah pengerahan tenaga atau usaha, dan di antaranya hanya sebagian
saja yang berarti perang. Dengan kata lain, jihad berarti berperang di jalan Allah melawan
kekuatan-kekuatan jahat dengan mempertaruhkan nyawa dan harta untuk membuat jalan
Allah berjaya di muka bumi dan bukan perang untuk tujuan duniawi semata (Asyraf
2002,168).
Jihad memaksa seseorang untuk menguji dirinya melalui ketulusan dan
kecintaannya kepada Allah dan Nabi. Kecintaan kepada Allah dan Nabi berarti mencintai
kebaikan, tidak mementingkan diri sendiri, menaati semua yang telah ditetapkan oleh Allah
dan dicontohkan oleh Nabi untuk membawa manusia menuju cita-cita tertinggi umat
manusia. Cita- cita itu adalah memenuhi fungsi sebagai khalifah Allah (khalifah Allah) di
muka bumi dan membenci segala kekuatan jahat, termasuk penindasan, ketidakadilan,
kepalsuan, penipuan, fitnah, perampasan kebebasan manusia, dan penolakan terhadap hak
asasi manusia yang dijamin dalam Al-Quran (Asyraf 2002, 169).
Neraka
Neraka merupakan istilah dari bahasa Sansekerta yang menggambarkan suatu
tempat di mana orang berdosa akan dihukum. Al-Quran menyebut neraka dengan tujuh
nama yang berbeda, yakni Jahannam yang berartikedalaman yang menghujam, Haawiya
yang berarti lubang yang dalam yang tidak memiliki dasar, Jahiim yang berarti nyala api,
Saqar yang berarti terik matahari yang membakar, Sa’iirdan Nar yang berarti nyala api dan
api, Laza yang berarti nyala api, dan yang terakhir Hutama yang berarti api yang panas
sekali (Gazalba 1976, 109-110).
Neraka diciptakan oleh Allah sebagai tempat penghukuman bagi manusia yang
menghidupi percabulan dan tindakan yang sangat berdosa. Kerusakan dunia, menurut Al-
Quran berasal dari tindakan manusia yang berdosa dan tindakan tersebut terjadi karena
adannya peran setan yang membuat manusia mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan tersebut. Allah menentukan orang-orang yang masuk ke dalam neraka dan juga
ke luar dari neraka (Gazalba 1976, 111-114).
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas kami menyimpulkan bahwa jin atau setan memiliki
peran yang besar di dalam tindakan manusia. Jin memengaruhi manusia untuk
mengeluarkan nafsu “rendahnya” dan melakukan kejahatan.Kerasukan merupakan salah
satu bentuk pengaruh yang dilakukan oleh setan kepada manusia.Pengusiran merupakan
suatu bentuk pembebasan terhadap orang yang mengalami kerasukan.
Daftar Acuan
Al-Faruqi, Isma’il R dan Louis Lamya Al-Faruqi. 1998. Atlas budaya Islam. Terjemahan Ilyas
Hasan. Bandung: Mizan.
Asyraf, Syed Ali. 2002. Dalam mazhab Syi’ah Dua-Belas-Imam. Dalam Ensiklopedi tematis
spiritual Islam, peny. Tim Editor Mizan, 213-236. Bandung: Mizan.
Esposito, John, Darrell J Fasching, dan Todd Lewis. 2012. Agama-agama dunia saat ini:
Ensiklopedi agama dan kepercayaan dunia. Ed.ke-4. Terjemahan Ayu Yudha, Desy
Natalia, Satwika Citahariasmi H, dan Yuniasari Shinta D. Jakarta: Elex Media
Komputindo, s.v. Islam (John Esposito, Darrell J Fasching, dan Todd Lewis).
Gani, H. Bustami Ali dan B. Hamdany Ali. 1967. Islam sebagai akidah dan syariah. Jakarta:
Gramedia.
Gazalba, Sidi. 1976. Ilmu Islam I: Asas ajaran Islam, pembahasan ilmu &filsafat tentang
rukun iman. Jakarta: Bulan Bintang.
Hasanah, Siti. 2017. Ruqyah dalam Islam dan Eksorsisme dalam Katolik. Skripsi S.Ag.,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Nasution, Harun H, peny. 1992. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, s.v. Jin
(IAIN Syarif Hidayatullah).
Taufiq, Muhammad Izzuddin. 2006. Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam. Terjemahan
Sari Narulita, At-Ta’shil al-Islami Lil Dirasaat an-Nafsiyah. Jakarta: Gema Insani.
Website
Porltal Ganda. Ruqyah dalam Islam.
http://www.portalgaruda.org/Ruqyah-dalam-Islam
(diakses pada tanggal 9 April 2018)