Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imanen atau imanensi adalah faham yang menekankan berpikir


dengan diri sendiri atau subyektif. Istilah imanensi berasal dari Bahasa
Latin immanere yang berarti "tinggal di dalam". Imanen adalah lawan kata
dari transenden. Pertama kali, istilah ini diajukan oleh Aristoteles yang
memiliki arti "batin" dari suatu obyek, fenomena atau gejala. Kemudian
dikembangkan oleh Kant dan berlaku sampai sekarang. Transenden adalah
sesuatu yang di luar batas. Di luar batas pengetahuan dan kesanggupan
manusia. Atau di luar batas normal. Sesuatu yang luar biasa, dan
sebagainya. Kata ini di antaranya sering digunakan dalam matematika
untuk menunjukkan bilangan dan fungsi tertentu. Dan juga banyak
digunakan dalam filsafat untuk menunjuk kepada Tuhan atau wujud
super lainnya.
Kristen itu adalah murid Kristus. Setiap orang percaya dipanggil
untuk menjadi murid. Kekristenan tanpa pemuridan adalah kekristenan
tanpa Kristus. Kehidupan kekristenan kita tidak dimaksudkan hanya
sekedar menerima Yesus sebagai Juruselamat, menghadiri kebaktian gereja
secara teratur, membaca alkitab, berdoa, berbicara tentang Yesus, tetapi
juga dimaksudkan untuk mewakili Allah dan mendemonstrasikan gaya
hidup kerajaan Allah di dunia.
Penyataan umum bersumber dari Allah melalui sarana alam dan
diri manusia sendiri. Isi dari Penyataan umum yaitu pertama-tama adanya
Allah dengan sifat-sifat Allah dan kedua yaitu tuntutan serta kehendak
Allah. Sedangkan penyataan Khusus merupakan kelengkapan Alkitab
sebagai Penyataan Allah. Artinya adalah bahwa Alkitab mengandung
semua penyataan-penyataan Allah yang diperlukan sebagai standar iman.
Dengan demikian, tidak ada suatu kebenaran yang dibebankan kepada hati
nurani manusia untuk dapat mengerti.

1
Agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus Kristus sebagai
tokoh utama agama ini. Yesus lahir di kota Betlehem yang terletak di
Palestina sekitar tahun 4-8 SM, pada masa kekuasaan raja Herodes. Yesus
lahir dari rahim seorang wanita perawan, Maria, yang dikandung oleh Roh
Kudus. Ia dibesarkan di Nazaret secara adat Yahudi. Sejak usia tiga puluh
tahun, selama tiga tahun Yesus berkhotbah dan berbuat mukjizat pada
banyak orang, bersama kedua belas muridnya. Yesus yang semakin
populer dibenci oleh para pemimpin orang Yahudi, yang kemudian
berkomplot untuk menyalibkan Yesus. Yesus disalib pada usia 33 tahun
dan bangkit dari kubur pada hari yang ketiga setelah kematiannya. Setelah
kebangkitannya, Yesus masih tinggal di dunia selama empat puluh hari,
sebelum kemudian naik ke surga.
Setelah naiknya Yesus Kristus ke surga, rasul-rasul mulai
menyebarkan ajaran Yesus ke mana-mana, dan sebagai hasilnya, jemaat
pertama Kristen, sejumlah sekitar tiga ribu orang, dibaptis. Namun, pada
masa-masa awal berdirinya, agama Kristen cenderung dianggap sebagai
ancaman hingga terus-menerus dikejar dan dianiaya oleh pemerintah
Romawi saat itu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sifat Allah sebagai Allah yang imanen dan Transenden?
2. Mengapa orang Kristen disebut pengikut kristus?
3. Apa pengertian penyataan Allah secara umum dan penyataan Allah secara
khusus?
4. Bagaimana latar belakang munculnya istilah Kristen?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sifat sifat Allah yang Imanen dan Allah yang Transenden

2.1.1 Sifat Allah yang Imanen

2
Imanen atau imanensi adalah faham yang menekankan berpikir
dengan diri sendiri atau subyektif. Istilah imanensi berasal dari
Bahasa Latin immanere yang berarti "tinggal di dalam". Imanen
adalah lawan kata dari transenden. Pertama kali, istilah ini diajukan
oleh Aristoteles yang memiliki arti "batin" dari suatu obyek,
fenomena atau gejala. Kemudian dikembangkan oleh Kant dan
berlaku sampai sekarang.
Dalam istilah Filsafat Ketuhanan, Tuhan yang imanen
berarti Tuhan berada di dalam struktur alam semesta serta turut
serta mengambil bagian dalam proses-proses kehidupan manusia.
Berbeda dengan transenden yang sangat mengagungkan Tuhan
yang begitu jauh sehingga mereka sangat hormat. Imanensi lebih
dekat dan terbatas pada pengalaman manusia, seperti dikemukakan
Hume dalam teori fenomenalisme empiris dan Kanti dalam
Crtitique of Pure Reason.
Dalam bidang aliran agama, imanensi sangat ditekankan
oleh ajaran Panteisme untuk menentang transendensi. Hal ini
dimaksudkan agar manusia lebih akrab dengan Tuhan dalam
kehidupannya. Namun terdapat pandangan bahwa hal ini hanya
akan membatasi Allah yang maha kuasa atas kehidupan manusia,
Allah kehilangan unsur misterinya.

2.1.2 Sifat Allah yang Transenden

Transenden (Bahasa Indonesia) merupakan kata serapan


dari Bahasa Inggris: Transcendent. Transcendent sendiri memiliki
akar kata Transcend yang diserap ke dalam Bahasa Inggris dari
bahasa eropa lain, yaitu:

Bahasa Perancis Kuno : Transcender

Bahasa Latin : Transcendere

3
Bahasa Perancis Kuno pada mulanya adalah salah satu
dialek bahasa Latin Vulgar pada sekitar abad X Masehi. Seiring
berjalannya waktu, dan pengaruh dari berbagai bahasa lainnya
(diantaranya bahasa Celtic dan Bahasa Frankis Kuno atau German
Kuno), Bahasa Perancis Kuno akhirnya berkembang menjadi
bahasa yang berdiri sendiri dan unik. Melihat silsilah bahasa
tersebut, maka kata Transenden (Bahasa Indonesia) bisa dirunut
secara etimologis sebagai berikut:

Transenden (Indonesia) <== Transcendent (English) <==


Transcend (English) <== Transender (Old. French) <==
Transendere (Latin Vulgar)

Dalam Bahasa Latin:

Trans = Over

Scandere = To Climb

Secara Keseluruhan, berdasarkan situs wiktionary, Trancendent


berarti:

1. Surpassing usual limits


2. Being beyond the range of normal perception
3. Free from the constraints of the material world, as in the case
of a deity

Definisi Transenden menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia:

1. Di luar segala kesanggupan manusia; luar biasa


2. Utama

Intinya, Transenden adalah sesuatu yang di luar batas. Di


luar batas pengetahuan dan kesanggupan manusia. Atau di luar
batas normal. Sesuatu yang luar biasa, dan sebagainya. Kata ini di
antaranya sering digunakan dalam matematika untuk menunjukkan

4
bilangan dan fungsi tertentu. Dan juga banyak digunakan dalam
filsafat untuk menunjuk kepada Tuhan atau wujud super lainnya.

2.2 Orang Kristen disebut pengikut Kristus

Kristen itu adalah murid Kristus. Setiap orang percaya dipanggil


untuk menjadi murid. Kekristenan tanpa pemuridan adalah kekristenan
tanpa Kristus, kata Dietrich Bonhoeffer (Dr. Bil Hull, Choose The Life:
Exploring a Faith that Embraces Discipleship). Statement di atas tidaklah
berlebihan bila kita mengerti bahwa hanya dengan menjadi seorang
muridlah seseorang dapat menjadi terang atau saksi Kristus di dunia dan
memimpin orang lain kepada Kristus. Kehidupan kekristenan kita tidak
dimaksudkan hanya sekedar menerima Yesus sebagai Juruselamat,
menghadiri kebaktian gereja secara teratur, membaca alkitab, berdoa,
berbicara tentang Yesus, tetapi juga dimaksudkan untuk mewakili Allah
dan mendemonstrasikan gaya hidup kerajaan Allah di dunia. Orang
Kristen sejati adalah murid Yesus Kristus. Saking pentingnya, kata murid
disebut 269 kali dalam Alkitab Perjanjian Baru, yang menunjuk pada
individu-individu yang secara bersama-sama berkomitmen mengikuti
Yesus Kristus (The Complete Book of Everyday Cristianity: Discipleship).
Dengan kata lain, seseorang tidak akan pernah menjadi pengikut Yesus
tanpa menjadi murid atau berkomitmen pada pemuridan. Artinya,
menjadi seorang pengikut Yesus adalah hidup mengikuti Yesus (1 Yoh.
2:6). Itulah seorang Kristen sejati yaitu seorang murid.

Singkatnya murid tanpa berkomitmen pada pemuridan, bukanlah


seorang murid Yesus Kristus. Murid Kristus dibentuk melalui kelas
Pemuridan. Pemuridan, menurut George Barna, adalah tentang menjadi
dan menghasilkan pengikut-pengikut Kristus yang dewasa secara rohani.
Menurutnya, pemuridan bukanlah sekedar suatu program. Juga bukanlah
sekedar pelayanan. Pemuridan merupakan komitmen seumur hidup
terhadap sebuah gaya hidup, yaitu gaya hidup kerajaan sorga. Pemuridan
mengandung arti bahwa Anda sedang dipersiapkan untuk sebuah gaya

5
hidup khusus lebih dari pada pekerjaan khusus. Singkatnya , pemuridan
adalah komunitas yang menyiapkan seseorang guna menjadi pengikut
Yesus Kristus yang lengkap dan kompeten (George Barna, Growing True
Disciples).

2.3 Pengertian Penyataan Allah secara Umum dan Secara Khusus

2.3.1 Penyataan Allah Secara Umum

Penyataan umum bersumber dari Allah melalui sarana alam


dan diri manusia sendiri. Isi dari Penyataan umum yaitu pertama-
tama adanya Allah dengan sifat-sifat Allah dan kedua yaitu
tuntutan serta kehendak Allah. Pada mulanya penyataan di dalam
makhluk cukup bagi manusia. Manusia dapat mengenal Tuhan dan
mengetahui jalan untuk melayani Tuhan. Namun, dosa merusakkan
segala sesuatu. Dunia di dalam dan di luar manusia pun rusak juga.
Manusia dijatuhi hukuman oleh Tuhan dan oleh karena manusia
segala makhluk jatuh ke dalam hukuman. Segala Penyataan Umum
rusak. Tetapi hal ini tak berarti bahwa Penyataan Umum lenyap
sama sekali. Sekarang pun Penyataan-penyataan itu masih ada,
yaitu Tuhan masih memelihara alam semesta. Tujuan dari
Penyataan Umum adalah untuk menyatakan kemuliaan Allah,
kuasaNya dalam alam semesta, keunggulanNya, keahlianNya,
penentuNya dalam mengendalikan alam semesta.

Penyataan Umum tidak memberitahukan satu-satunya jalan


keselamatan. Penyataan Umum memberi kita suatu pengetahuan
tentang adanya oknum ilahi, tapi kita tidak dapat belajar melalui
Penyataan Umum tentang Allah yang benar dan Kristus. Padahal
pengetahuan eksperimental mengenaiNya dan bersamaNya adalah
jalan keselamatan satu-satunya. Penyataan Umum juga tidak
mengubah sesuatu dalam diri manusia yang berdosa. Padahal ini

6
merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Penyataan Umum tidak memberi pengetahuan tentang Allah dan
hal-hal rohani yang dapat disandari secara mutlak. Tidak membawa
kita pada pengenalan Allah sebagai Allah Tritunggal. Dan juga
Penyataan umum tidak melengkapi agama dengan suatu basis yang
cukup. Sejarah agama-agama membuktikan bahwa tidak ada satu
bangsa atau suku yang puas dengan agama natural secara alami.
Dosa telah merusak kemampuan manusia untuk dapat membaca
Penyataan Allah dalam alam secara benar, sehingga manusia hanya
melihat secara samar-samar dan tidak jelas. Meskipun demikian,
Penyataan umum masih mempunyai nilai-nilai. Tuhan di dalam
kasihNya masih menghidupkan Penyataan Umum.
Penyataan Umum tidak dapat dimengerti secara penuh
tanpa Penyataan Khusus. Orang-orang Babel, Mesir, dan Roma
melihat alam yang sama dengan yang dilihat orang Islam, Hindu,
Buddha, dan agama lainnya sekarang ini. Tapi pesan yang diterima
berbeda. Tanpa Penyataan Khusus kita tidak akan tahu bagaimana
menginterpretasikan Penyataan Umum. Dengan adanya Penyataan
Khusus maka kita dapat melihat dengan jelas karya keselamatan
Allah. Seperti yang dikatakan Nico Syukur Dister bahwa untuk
mengenal Allah lebih sempurna, manusia memerlukan pewahyuan
diri Allah yang lebih lanjut, yaitu Penyataan khusus dari Allah
melalui karyaNya sebagai Penyelamat dan Penebus (Nico, 2007,
p.78). Penyataan ini disebut khusus, karena hanya diperuntukkan
bagi orang-orang yang beriman saja. Penyataan Khusus diberikan
Allah dengan cara penampakan-penampakan dari yang ilahi
(Theofani), komunikasi supra-natural, dan mujizat. Dalam Kitab
Suci Allah digambarkan menggunakan cara yang dapat didengar,
dilihat, dan menggunakan alat-alat indera lainnya untuk
berkomunikasi, sehingga manusia mendengarNya, melihatNya,
atau merasakan gempa bumi saat kehadiranNya. Tujuan dari
Penyataan Khusus dalam waktu dekat adalah terdapat dalam Roma

7
11:36 yaitu, segala sesuatu dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Dan Tujuan akhir
dari Penyataan Khusus yaitu pembaharuan orang berdosa secara
lengkap, sehingga manusia yang diperbaharui dapat melihat
kebajikan dan kesempurnaan Allah.

2.3.2 Penyataan Allah Secara Khusus

Penyataan Khusus merupakan kelengkapan Alkitab sebagai


Penyataan Allah. Artinya adalah bahwa Alkitab mengandung semua
penyataan-penyataan Allah yang diperlukan sebagai standar iman. Dengan
demikian, tidak ada suatu kebenaran yang dibebankan kepada hati nurani
manusia untuk dapat mengerti. Yang mana Alkitab tidak secara langsung
ataupun secara tersirat menyatakanNya. Dan ini berarti tidak memberikan
peluang bagi tradisi lisan dan tertulis, ketetapan-ketetapan gereja, atau
resolusi yang dihasilkan oleh suatu konvensi, yang dapat dan boleh berdiri
setingkat dengan Alkitab. Umat Allah hanya terikat oleh Alkitab sebagai
Penyataan Allah.Yang paling penting dalam pengungkapan diri Allah
adalah Firman-Nya, Alkitab, yang juga adalah wujud dari Penyataan
Khusus. Allah secara ajaib menuntun para penulis alkitab untuk mencatat
berita-Nya secara tepat sambil tetap mempertahankan gaya dan
kepribadian dari para manusia penulisnya. Allah menentukan untuk
memberikan catatan tertulis mengenai keberadaan-Nya karena Dia
mengetahui ketidaktepatan dan tidak dapat disandarnya tradisi lisan. Dia
juga mengerti bahwa mimpi-mimpi dan penglihatan-penglihatan manusia
dapat disalahtafsirkan dan apa yang diingat dapat berubah. Allah
memutuskan untuk mengungkapkan segala yang manusia perlu tahu
tentang Dia, apa yang diinginkan-Nya, dan apa yang telah dilakukan-Nya
untuk kita di dalam Alkitab. Dan Dia sudah berjanji untuk memelihara dan
mempertahankannya sepanjang masa.
Penyataan Khusus menyingkapkan rahasia tentang Kerajaan Allah,
kehendak Allah, ketetapan Allah, dan rahasia Allah yaitu Kristus. Dengan
Penyataan Khusus Tuhan memberikan apa yang tidak tercantum dalam

8
Pernyataaan Umum yaitu petunjuk tentang kelepasan dari dosa. Dari
segala penyataan-penyataannya, Penyataan Allah paling sempurna
diberikan dalam diri Yesus Kristus, anakNya yang menjadi manusia.
Alkitab menyatakan bahwa penggenapan semua penyataan terdahulu
terjadi dalam diri, karya, dan khususnya perkatan Yesus Kristus. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam kitab Ibrani 1:2, yaitu maka pada zaman
akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan anakNya, yang
telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia
Allah telah menjadikan alam semesta. Dengan demikian Ia menunjukkan
diri sebagai yang penuh kasih. Melalui penyataan khusus atau langsung ini
kita mengenal dan menghayati, betapa Allah mengasihi kita dan sangat
memperhatikan kita. Dan yang terpenting ialah bahwa Allah berkenan
menyelamatkan kita dari dosa. Kita sebagai pribadi, kita sebagai bangsa
dan bahkan seluruh alam semesta sudah menuruti bujukan si jahat dan
sudah melawan Allah. Perlawanan kita terhadap Sang Pencipta membuat
kita tidak bisa mengenal Allah dengan murni dan baik. Hidup kita pun
menjadi rusak, tiada damai dan sejahtera, tiada kasih dan persaudaraan.
Lewat penyataan Allah yang khusus, yaitu lewat Tuhan Yesus Kristus
inilah terbuka kembali jalan kepada hidup yang kekal. Lewat Tuhan Yesus
Kristuslah kita mengenal dan mendapatkan "Jalan dan Kebenaran dan
Hidup". Lewat Tuhan Yesus Kristuslah kita dibawa kepada "Hidup yang
berkelimpahan". Lewat Tuhan Yesus Kristus diciptakanlah "langit dan
bumi yang baru".

2.4 Latar Belakang Munculnya Istilah Kristen

Agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus Kristus sebagai


tokoh utama agama ini. Yesus lahir di kota Betlehem yang terletak di
Palestina sekitar tahun 4-8 SM, pada masa kekuasaan raja Herodes. Yesus
lahir dari rahim seorang wanita perawan, Maria, yang dikandung oleh Roh
Kudus. Ia dibesarkan di Nazaret secara adat Yahudi. Sejak usia tiga puluh

9
tahun, selama tiga tahun Yesus berkhotbah dan berbuat mukjizat pada
banyak orang, bersama kedua belas muridnya. Yesus yang semakin
populer dibenci oleh para pemimpin orang Yahudi, yang kemudian
berkomplot untuk menyalibkan Yesus. Yesus disalib pada usia 33 tahun
dan bangkit dari kubur pada hari yang ketiga setelah kematiannya. Setelah
kebangkitannya, Yesus masih tinggal di dunia selama empat puluh hari,
sebelum kemudian naik ke surga.
Setelah naiknya Yesus Kristus ke surga, rasul-rasul mulai
menyebarkan ajaran Yesus ke mana-mana, dan sebagai hasilnya, jemaat
pertama Kristen, sejumlah sekitar tiga ribu orang, dibaptis. Namun, pada
masa-masa awal berdirinya, agama Kristen cenderung dianggap sebagai
ancaman hingga terus-menerus dikejar dan dianiaya oleh pemerintah
Romawi saat itu. Banyak pendiri gereja mula-mula yang menjadi korban
kekejaman kekaisaran Romawi dengan menjadi martir, yaitu rela disiksa
maupun dihukum mati demi mempertahankan imannya, salah satu
contohnya adalah Ignatius dari Antiokhia yang dihukum mati dengan
dijadikan makanan singa. Saat itu, kepercayaan yang berkembang di
Romawi adalah paganisme, di mana terdapat konsep balas jasa langsung.
Namun dengan gencarnya para rasul menyebarkan ajaran Kristen, perlahan
agama ini mulai berkembang jumlahnya, sehingga pemerintah Romawi
semakin terancam oleh keberadaan agama Kristen. Romawi pun berusaha
menekan, dan bahkan melarang agama Kristen, karena umat Kristen saat
itu tidak mau menyembah Kaisar, dan hal ini menyulitkan kekuasaan
Romawi. Selain itu, paganisme dan ramalan-ramalan yang sejak zaman
Republik sudah dipakai sebagai alat-alat propaganda dan pembenaran
segala tingkah laku penguasa atau alasan kegagalan penguasa, sudah tidak
efektif lagi dengan keberadaan agama Kristen. Maka, pada masa-masa ini,
banyak umat Kristen yang dibunuh sebagai usaha pemerintah Romawi
untuk menumpas agama Kristen. Penyebar utama agama Kristen pada
masa itu adalah Rasul Paulus, yang paling gencar menyebarkan ajaran
Kristen ke berbagai pelosok dunia.

10
Pada masa inilah, datang masa-masa kegelapan (192-284), mulai
dari Kaisar Commodus hingga Kaisar Diokletianus. Pada masa inilah
orang-orang masa itu kehilangan kepercayaan terhadap konsep balas jasa
langsung yang dianut di Paganisme, sehingga agama Kristen pun semakin
diminati. Hingga akhirnya pada tahun 313, Kaisar Konstantinus I
melegalkan agama Kristen dan bahkan minta untuk dipermandikan, dan 80
tahun setelahnya, Kaisar Theodosius melarang segala bentuk paganisme
dan menetapkan agama Kristen sebagai agama negara. Sebagai agama
resmi negara Kekristenan menyebar dengan sangat cepat. Namun Gereja
juga mulai terpecah-pecah dengan munculnya berbagai aliran (bidah).
Salah satu upaya untuk menekan bidaah adalah dengan diadakannya
Konsili Nicea yang pertama pada tahun 325 M. Konsili Nicea
mencetuskan pengakuan iman umat Kristen keseluruhan pertama kali,
sebagai tanda persatuan Kristen universal yang dibedakan dari umat-umat
Kristen yang bidaah. Salah satu contohnya adalah bidaah Arianisme, yang
merupakan salah satu krisis bidaah terbesar saat itu yang menjadi alasan
utama diadakannya Konsili Nicea yang pertama. Ketika Kerajaan Romawi
runtuh dan tercerai-berai, Gereja Kristen tetap bertahan. Pada abad ke-11
terjadilah Perang Salib, yang dianggap sebagai perang agama antara
Kristen dan Islam. Dicetuskan pertama kali oleh Paus Urbanus II atas
permohonan Kaisar Alexius I Komnenus dari Kekaisaran Bizantium,
Perang Salib I bertujuan merebut kembali kota suci Yerusalem dari
kekuasaan Islam, yang merupakan tempat penting umat Kristen sebagai
tujuan ziarah saat itu.
Bagian timur dari Kerajaan Romawi, bertahan sebagai Gereja yang
disebut Yunani atau Ortodoks, yang mewartakan kabar gembira di Rusia
dan memisahkan diri dari belahan barat yang berada di bawah pimpinan
Gereja Roma. Pemisahan ini terjadi pada tahun 1054. Sementara itu, pada
tahun 1460 penemuan percetakan oleh Gutenberg membuat Kitab Suci
terjangkau bagi semua orang. Sebelumnya, Kitab Suci dibatasi oleh Gereja
kepada umat dengan tujuan untuk menekan bidaah yang merupakan salah
satu krisis besar dalam tubuh Gereja saat itu. Kitab Suci hanya dibacakan

11
di Gereja dan menjadi sumber kotbah. Saat itu, banyak pihak-pihak tidak
bertanggungjawab memanfaatkan kedudukan di dalam Gereja Barat
(Katolik) sebagai sumber kekuasaan, sehingga secara tidak langsung
mencoreng nama baik Gereja. Pejabat-pejabat tinggi di dalam Gereja
semakin terpengaruh untuk mementingkan kepentingan duniawi sehingga
semakin menyeleweng dari ajaran dasar Gereja Katolik. Banyak oknum
yang menduduki posisi penting di dalam Gereja menggunakan
kekuasaannya secara semena-mena sehingga merugikan banyak umat saat
itu. Hal ini membuat banyak umat Kristen kecewa dan memprotes serta
menuntut pembaharuan. Banyak umat yang berpikir bahwa salah satu cara
mendatangkan pembaharuan di dalam Gereja ialah dengan memberikan
Kitab Suci kepada semua orang.
Puncak dari penyalahgunaan ajaran Gereja diawali dengan
penjualan surat indulgensi oleh gereja kepada masyarakat. Praktik ini
sendiri sebenarnya bertentangan dengan ajaran iman Gereja Katolik.
Martin Luther, seorang rahib, memutuskan untuk melakukan pembaharuan
dengan melakukan pemberontakan terhadap Gereja Katolik dengan
memakukan 95 dalil Luther di pintu Gereja Kastil di Wittenberg, Jerman,
31 Oktober 1517, dan membangun gereja tandingan baru. Sedangkan
Ignatius Loyola, pendiri ordo Yesuit dalam Gereja Katolik, berusaha
melakukan pembaharuan dari dalam, salah satunya adalah dengan
memberikan pendidikan teologi Kristen yang ketat kepada para klerus,
terutama dalam kepatuhan penuh pada otoritas dan ajaran Gereja, agar
praktik korup dalam Gereja berkurang dan tidak menjadi-jadi. Konsili
Trente merupakan konsili yang diadakan sebagai reaksi dari reformasi
Martin Luther, di mana reformasi Martin Luther dianggap oleh Gereja
Katolik sebagai tindakan yang memperparah kondisi kekristenan. Dalam
Konsili Trente-lah ajaran iman Gereja Katolik dipertegas (termasuk
penegasan kanon Alkitab Katolik) demi menekan dan mengurangi
berbagai macam penyalahgunaan yang sewenang-wenang dalam tubuh
Gereja. Ketika Martin Luther menerjemahkan Kitab Suci menjadi bahasa
Jerman, pengikut-pengikutnya mulai memiliki pandangan yang berbeda-

12
beda akan Kitab Suci tersebut, lalu terjadilah pertentangan penafsiran
antara umat satu dengan yang lain, salah satu kasusnya adalah
pertentangan antara denominasi protestan reformed-nya Zwingli dan
denominasi anabaptis, reformed-nya Calvinis dengan Arminian, dan masih
banyak lagi. Inilah yang membuat agama Kristen Protestan sekarang
banyak terbagi-bagi lagi menjadi denominasi-denominasi lagi.
Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dapat dibagi menjadi 3
zona waktu.
1. Sebelum kolonialisme Belanda
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada
bagian pertama abad ke-7 di Sumatera Utara. Kota Barus yang dahulu
disebut sebagai negeri Bancluur/Fansur dan saat ini terletak di dalam
Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat
Katolik tertua di Indonesia
2. Saat kolonialisme Belanda
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis,
yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-
rempah, Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di kepulauan
Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi.
Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit
bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547.
Namun ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, Belanda
mengusir para misionaris Katolik dan memperkenalkan Kristen
Protestan (dari aliran Calvinist Dutch Reformed Church), sehingga
terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.
Perkembangan Kekristenan di Indonesia pada zaman itu cukup
lambat. Hal ini dikarenakan ajaran Kalvinisme merupakan aliran
agama Kristen yang memerlukan pendalaman Alkitab yang mendalam,
sementara edisi Alkitab saat itu belum ada yang berbahasa Indonesia.
Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda untuk masuk dan
menguasai Indonesia saat itu adalah sebuah perusahaan sekuler dan
bukan perusahaan yang cukup religius, sehingga tidak mendukung

13
penyebaran agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri.
Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah
Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih
leluasa. Orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran
dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen
dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perizinan tersebut
untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera
pada tahun 1861, dan misionari Kristen Belanda dari aliran Rhenish
juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah.
3. Setelah kolonialisme Belanda
Pada abad ke-20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama
Kristen dan Katolik mulai berkembang pesat. Hal ini dimulai oleh
sebuah keadaan pada tahun 1965, ketika terjadi peralihan kekuasaan
Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto. Saat itu, Komunisme
(dan Atheisme) merupakan hal yang dilarang oleh pemerintah. Semua
orang-orang yang tidak beragama, langsung dicap Atheis, dan dengan
demikian sangat mudah untuk dituduh sebagai pengikut Komunis. Saat
itu, gereja dari berbagai aliran mengalami pertumbuhan jemaat yang
pesat, terutama dari orang-orang (sebagian besar beretnis Tionghoa
yang berasal dari Cina, yang merupakan negara Komunis) yang merasa
tidak nyaman dengan kebijakan pemerintah mengenai Komunisme dan
Atheisme pada saat itu. Pada akhir abad ke 20 sampai awal abad 21,
banyak misionaris dari Amerika yang menyebarkan aliran Evangelican
dan Pentecostal. Aliran yang sering disebut "Karismatik" ini
merupakan aliran yang dianggap "modern" karena menggabungkan
antara Kristen tradisional dengan pola pikir modern pada zaman ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lorens Bagus., Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996


2. Celia Deane-drumnond., Teologi Dan Ekologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006

14
3. Konferensi Waligereja Indonesia., Iman Katolik: buku informasi dan referensi,
Yogyakarta: Kanisius, 2000

4. Robert Audi., The Cambridge Dicitonary of Philosophy. Edinburg: Cambridge


University Press, Hal. 807-808
5. Agus M. Hardjana., Religiositas, Agama, Dan Spiritualitas. Yogyakarta:
Kanisius, 2005, Hal. 30
6. Feans Magnis Suseno., Menalar Tuhan. Yogyakarta: Kanisius, 2006, Hal. 192-
193
7. Robert Wrede dan Murray R. Spiegel., Kalkulus Lanjut, Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2006, Hal. 5

8. God's human face: the Christ-icon by Christoph Schoenborn 1994 ISBN 0-


89870-514-2 page 154
9. Sinai and the Monastery of St. Catherine by John Galey 1986 ISBN 977-424-
118-5 page 92
10. Jesus of history, Christ of faith by Thomas Zanzig 2000 ISBN 0-88489-530-0
page 33
11. Pannenberg, Wolfhart (1968). Jesus God and Man. pp. 3031. ISBN 0-664-
24468-8.
12. "Etymology Online: Christ". Etymonline.com. Diakses tanggal November 19,
2010.
13. The nine questions people ask about Judaism by Dennis Prager, Joseph
Telushkin 1981 ISBN 0-671-42593-5 page 87
14. Christology: A Biblical, Historical, and Systematic Study of Jesus by Gerald
O'Collins 2009 ISBN 0-19-955787-X pages 1-3
15. "X". Oxford English Dictionary. Oxford University Press. 2nd ed. 1989.

16. Hadiwijono, H.(2007). Iman Kristen. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

17. Lasor, W., Hubard D., & Bush F.(2008). Pengantar Perjanjian Lama 1:
Taurat dan Sejarah. Jakarta : BPK. Gunung Mulia.

18. Soedarmo, R.(2002). Ikhtisar Dogmatika. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

19. Syukur, N.(2007). Pengantar Teologi. Jakarta : Kanisius.

20. http://www.pesta.org/tbiblika
21. http://sangsabda.wordpress.com/2010/03/31/kebangkitan-yesus-kristus/
22. http://www.apg29.nu/index.php?artid=11233&hl=id
23. http://www.sesawi.net/2011/06/03/misi-dari-yesus-saat-naik-ke-surga/
24. http://www.bibleinfo.com/id/topics/perjanjian-baru
25. http://rivanstevanustampi.wordpress.com/2011/01/13/garis-besar-alkitab-
perjanjian-baru/

15

Anda mungkin juga menyukai