Anda di halaman 1dari 34

SPIK BAGI GENERASI Baru

Kristus
Jalan, kebenaran, dan hidup
SPIK BAGI GENERASI Baru

Kristus
Jalan, kebenaran, dan hidup

Stephen Tong
dan Rekan-Rekan

Penerbit Momentum
KRISTUS:
JALAN, KEBENARAN, DAN HIDUP
oleh: Stephen Tong dan Rekan-Rekan

Transkripsi: Darwin Kusuma, Godwin Wong, Jimmy Ngaditowo,


Koe Han Beng, Melissa Prawirasatya, Samantha Subeno,
dan Sebastian Subeno
Editor Utama: Sutjipto Subeno dan Hendra Wijaya
Editor Bahasa: Darwin Kusuma dan Noah Riandiputra Sundah
Tata Letak: Djeffry Imam, Patrick Serudjo, dan Yasmin KC
Pengoreksi: Irenaeus Herwindo
Tata Letak Sampul: Patrick Serudjo

Hak cipta © 2019 pada Stephen Tong


Diterbitkan oleh Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature)
Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275, Indonesia
Telp.: +62-31-5323444; Faks.: +62-31-5459275
e-mail: momentum-cl@indo.net.id
website: www.momentum.or.id

Perpustakaan: Katalog dalam Terbitan (KDT)

Tong, Stephen,
Kristus: jalan, kebenaran, dan hidup / Stephen Tong dan rekan-rekan;
transkripsi, Darwin Kusuma, Godwin Wong, Jimmy Ngaditowo, dll.;
editor utama, Sutjipto Subeno, Hendra Wijaya; editor bahasa,
Darwin Kusuma, Noah Riandiputra Sundah; Surabaya: Momentum,
Cetakan 2019.
x + 126 hlm.; 21 cm.
ISBN 978-602-393-087-6
1. Kristologi—Kekristenan 2. Doktrin Kristen
2019 232
Terbit pertama: Mei 2019): November 2013

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali, atau memperbanyak se-
bagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa
izin tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi, atau kebutuhan non-
komersial dengan jumlah tidak sampai satu bab.
DAFTAR ISI

PRAKATA VII

Pdt. Dr. Stephen Tong


PENDAHULUAN 3

KRISTUS: RAHASIA IBADAH SEJATI 11

„AKULAH JALAN DAN KEBENARAN DAN HIDUP‰ 55

Rekan-rekan pembicara
THEOFANI DAN KRISTOFANI 63
— Pdt. Aiter

UPAYA MENGENAL KRISTUS 71


— Pdt. Tumpal Hutahaean

KEMULIAAN KRISTUS YANG MENDERITA 81


— Pdt. Antonius Un

KRISTOLOGI KALSEDON DAN YOHANES 93


— Pdt. Dr. Billy Kristanto

KRISTUS KOSMIS 107


— Pdt. Ivan Kristiono

NABI, IMAM, RAJA 115


— Pdt. Dr. Benyamin Intan
KRISTUS:
RAHASIA IBADAH SEJATI
Pdt. Dr. Stephen Tong

idak ada rahasia lebih besar dari rahasia mengerti siapa


T Kristus. Tidak ada iman kepercayaan orang beragama
yang lebih mendalam daripada mengerti Kristus yang
berinkarnasi. Paulus berkata, “Alangkah besarnya rahasia
ibadah.” Kristologi adalah rahasia bagi orang yang beriba-
dah kepada Tuhan. Orang yang sungguh-sungguh mau
mengerti, penuh perasaan takut, dan penuh perasaan ber-
bakti kepada Tuhan, dia akan mengerti dan merasakan
rahasia yang agung dan dalam ini. Segala kebijaksanaan
Allah Bapa, segala kebijaksanaan alam semesta tersimpan
dan berwujud di dalam diri Kristus.
Paulus berkata, “Allah menjadikan Kristus sebagai ke-
sucian kita, kebijaksanaan kita, keadilan kita, dan penebus-
an bagi kita.”1 Kita bersyukur kepada Tuhan. Semua peng-
ikut agama adalah orang berdosa yang merasa tidak ada ja-
lan keluar, perlu suatu jaminan supaya boleh menemukan
suatu kebahagiaan yang kekal. Agama adalah suatu peng-
harapan. Agama mengandung unsur pengharapan, lebih
daripada unsur kebajikan. Kalimat ini banyak dilalaikan

1 1 Korintus 1:30.
12 KRISTUS: RAHASIA IBADAH SEJATI

oleh orang. Di dalam teori Immanuel Kant,2 agama hanya


merupakan suatu sistem moral dan ibadah. Dalam pemikir-
an saya, pemikiran Kant di dalam hal ini kurang mendalam.
Kalau dikatakan bahwa sebenarnya ia sendiri memikirkan
hal ini, hanya saja tidak dia ucapkan atau ungkapkan da-
lam definisinya, saya kira ini kelalaian Kant yang paling be-
sar. Kant seumur hidup hanya mau tahu empat hal yang
dianggap paling penting, yaitu: 1) Siapa saya? 2) Bagaimana
saya bisa tahu? 3) Apa yang seharusnya saya lakukan? 4)
Apa pengharapan saya? Berbeda dengan Augustinus3 yang
hanya mau tahu dua hal. Augustinus mengatakan, “Saya
hanya ingin mengetahui dua hal, yaitu Allah dan jiwaku.”4
Jika mengerti Allah, saya perlu mengerti diri; kalau meng-
erti diri, saya perlu melewati pengertian tentang Allah. Dan
akhirnya John Calvin di dalam bukunya Institutes of the
Christian Religion mengatakan, “Jika engkau mau mengenal
Allah, engkau harus mengenal diri; ketika engkau mau me-
ngenal diri, engkau harus mengenal Allah.”5 Calvin lebih ta-
jam lagi mencoba mengerti mana yang lebih dahulu dan
mana yang kemudian. Bagi saya, Augustinus dan Calvin
adalah dua dari sekitar tiga puluh orang yang terbesar se-

2 Immanuel Kant (1724-1804), filsuf Jerman yang merupakan tokoh

utama Filsafat Modernitas. Karya utama Kant meliputi Critique of Pure


Reason, Critique of Practical Reason, Critique of Judgement, dan The Meta-
physics of Morals. Kant menempatkan pembicaraan tentang agama di
dalam kategori filsafat moral (lihat Religion within the Limits of Bare
Reason).
3 Augustinus (354-430), bapa Gereja abad ke-4 dari Afrika Utara.

Luther dan Calvin menerimanya sebagai Bapa Gereja Reformasi Protestan


oleh karena karyanya tentang doktrin keselamatan dan doktrin anugerah
ilahi. Augustinus memberikan sumbangsih besar dalam formulasi doktrin
dosa asal dan doktrin Tritunggal—doktrin ini telah ditetapkan melalui
Konsili Nicea dan Konsili Konstantinopel. Tiga karya utama Augustinus
adalah Confession, City of God, dan On Christian Doctrine.
4 Lihat Confession.
5 Lihat Book 1, Chapter 1, Institutes of the Christian Religion (John T.

McNeill, ed.).
Pdt. Dr. Stephen Tong 13

cara otak, jiwa, dan ketajaman berpikir di dalam sejarah.


Banyak orang bisa belajar, bisa mendapat gelar akademis,
tetapi tidak banyak yang bisa menerobos sampai mengerti
kedalaman agama, kedalaman kebudayaan, dan melampaui
pencapaian intelektual manusia. Maka “mengenal Allah dan
mengenal jiwa” merupakan dua hal yang ingin diketahui
Augustinus, lalu ia melanjutkan, “Jika orang bertanya, apa-
lagi yang ingin engkau ketahui, saya akan jawab: Tidak ada
yang lain lagi.” Saya hanya perlu mengetahui kedua hal ini,
semua lainnya sekunder dan tidak penting.
Mengenal Allah dan mengenal jiwa, mengenal Dia dan
mengenal diri, mengerti hubungan antara saya yang dicipta
dan Sang Pencipta dan Penebus, itulah pengetahuan di atas
segala pengetahuan. Itulah pengetahuan utama yang paling
penting, paling utama, paling fundamental, paling kekal,
dan paling bernilai. Tetapi mengenal Allah ini adalah menge-
nal dengan sifat ilahi, dan didasarkan pada wahyu Kitab
Suci, membawa kita kepada Allah Tritunggal. Inilah yang
begitu sulit diterima oleh agama-agama lain ataupun sulit
dimengerti oleh intelektual-intelektual yang dicipta oleh
Tuhan berdasarkan daya diri sendiri. Manusia yang meng-
andalkan kapasitas yang diberikan Tuhan ketika mencipta
kita sebagai makhluk intelektual, membuat manusia tidak
mungkin secara inisiatif sendiri bisa menemukan semua pe-
nerobosan ini. Hanya di dalam rahasia yang tersimpan di
dalam inisiatif wahyu Tuhan dalam Kitab Suci. Orang yang
mempersamakan semua kitab agama dengan Kitab Suci
sebagai wahyu Allah adalah orang yang tidak benar.
Allah memberikan wahyu yang tidak mungkin berten-
tangan dalam dirinya sendiri. Allah yang mewahyukan se-
suatu, tidak mungkin Dia juga memberi wahyu lain, lalu
kedua wahyu itu saling berbenturan. Jika terjadi, itu meng-
gambarkan suatu ilah yang tidak konsisten. Allah yang
„AKULAH JALAN DAN
KEBENARAN DAN HIDUP‰
Pdt. Dr. Stephen Tong

esus adalah Jalan, Yesus adalah Kebenaran. Jalan ini


Y dimulai dari Dia dan kembali kepada Dia. Ia adalah
satu-satunya Jalan yang sah, karena dimulai dari atas ke
bawah. Setelah menggenapi keselamatan yang dimenang-
kan, Ia pergi, menerobos hambatan Iblis, karena Dia peng-
antara di antara Allah dan manusia. Ini adalah jalan yang
benar dan baru, melewati tirai itu.
Yesus adalah Kebenaran, semua nabi mengambil kebe-
naran-Nya untuk dinubuatkan. Yesuslah Firman itu sendiri.
Ia tidak perlu meminjam dari siapa pun, Ia tidak mem-
butuhkan wahyu dari kebenaran mana pun. Dia sendiri Ke-
benaran itu. Dia lebih dari semua nabi. Nabi memberitakan
firman, Yesus adalah Firman itu sendiri, yang datang mem-
beritakan Allah kepada kita. Sebelum Kristus datang, Ia
pernah memakai nabi-nabi, dan sesudah Ia pergi, Ia mema-
kai para rasul. Ketika Ia sendiri hadir, Ia melampaui nabi
dan rasul, karena Dia adalah kebenaran yang diwahyukan
kepada para nabi untuk bernubuat dan kepada para rasul
untuk memberikan penjelasan. Ialah Kebenaran itu.
56 „AKULAH JALAN DAN KEBENARAN DAN HIDUP‰

Ia juga adalah Hidup.1 Semua nabi mati, semua rasul


juga akhirnya mati, semua pendiri agama juga mati, tetapi
Kristus bukan hanya hidup, Ia adalah Sumber hidup. Ia bu-
kan hanya Pencipta hidup. Di dalam Alkitab satu kali dicatat
dengan menggunakan istilah “Ia adalah Penghulu Hidup”2
(The Master of Life). Ia adalah Penghulu dari segala yang
hidup. Ia telah mengalahkan kematian dan telah bangkit
dari kematian. Ia menguasai hidup itu sendiri.
Yesus adalah Jalan, Yesus adalah Kebenaran, dan Dia
adalah Hidup. Maka kini saya akan mengambil konklusi
penting. Ketika manusia di dunia, terlihat bahwa seluruh
agama besar hanya ada di satu benua, yaitu Asia. Oleh
karena itu, orang Asia jangan menghina diri. Orang Asia
adalah satu-satunya benua yang menghasilkan semua aga-
ma besar. Tidak ada benua lain yang menghasilkan agama
yang bermutu tinggi seperti agama Buddha, Konfusius, Tao,
Shinto, Yahudi, dan Islam. Semua agama penting muncul di
benua Asia, di daerah kebudayaan Timur. Agama orang
Romawi diambil dari filsafat dan agama Gerika, sementara
Gerika mengambil agama dari Timur Tengah, di mana
Asytoret, akhirnya menjadi Aphrodites di Gerika dan Venus
di Romawi. Jadi agama Timur diadopsi oleh mitologi Barat.
Suatu hari saya bertemu dengan seorang dari Norwegia,
Skandinavia. Ia mengaku percaya kepada ilah dari tradisi
Norwegia Kuno. Ia percaya ilah yang dipercaya oleh bangsa
Viking, bangsa barbar yang suka membajak kapal, ganas
sekali, suka membunuh dan memotong kepala orang.
Heran, di zaman seperti ini ada orang yang masih percaya
ilah seperti itu. Justru kita melihat bangsa yang tadinya ga-
nas dan liar itu menjadi beradab setelah Tuhan Yesus dibe-
ritakan di sana, sesudah Injil masuk ke Skandinavia. Kini

1 Yohanes 14:6.
2 1 Yohanes 5:11-12.
Pdt. Dr. Stephen Tong 57

Skandinavia menjadi bangsa yang kuat, yang berpendidikan


tinggi, dan ekonominya kuat. Agama Katolik berasal dari
Kristen, Protestan juga dari Kristen, semua dari Asia.
Di Asia, Konfusianisme berkembang luas di Tiongkok,
Korea Utara, dan Jepang. Taoisme berkembang di Tiongkok
pedesaan dan pegunungan, serta di dalam dunia akademis.
Hinduisme berkembang luas di India hingga memengaruhi
Indonesia. Dari semua agama ini, mereka mencari apa? Mere-
ka sedang mencari jalan ke Tuhan, ke akhirat atau ke sorga.
Mereka sedang mencari jalan kepada Allah. Mereka me-
mikirkan jalan sebagai cara atau metode. Maka jalan itu
adalah bagaimana hidup baik, hidup yang memiliki morali-
tas yang tinggi, bagaimana menyatakan hidup bahagia.
Semua ini yang oleh manusia dianggap jalan.
Dalam dunia Barat, khususnya pemikiran Gerika, ma-
nusia berusaha mencari kebenaran. Mereka memikirkan
mana yang benar dan mana yang salah. Bagaimana caranya
manusia bisa mencari dan memikirkan kebenaran. Maka
dunia Barat menemukan filsafat. Di dalam filsafat, yang di-
pelajari adalah logika, logos, cara berpikir. Sedangkan da-
lam dunia agama, yang dipentingkan adalah iman dan kela-
kuan. Yang dipikirkan adalah bagaimana saya percaya, ba-
gaimana berbuat segala sesuatu, bagaimana aku mendapat
berkat dari Allahku, dan bagaimana memiliki iman yang
mendalam. Inilah isu agama. Kita melihat ada dua jalan,
yaitu: 1) Di Asia seluruh agama mementingkan hati; 2) Se-
mentara di Eropa kita melihat kebudayaan mementingkan
otak. Orang Asia mencari jalan dan menemukan agama,
berbicara tentang iman dan perasaan. Orang Eropa mema-
kai otak, akhirnya menemukan logika, perdebatan, dan pe-
ngetahuan rasio.
Kita melihat sebagian manusia mementingkan hati,
yang kemudian berkembang menjadi agama yang memen-
THEOFANI DAN KRISTOFANI
Pdt. Aiter

i dalam Yohanes 1:18 terdapat pernyataan yang sa-


D ngat menarik, yaitu “Tidak seorang pun yang pernah
melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pang-
kuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Bukankah di
dalam Perjanjian Lama kita melihat nabi-nabi berbicara de-
ngan Tuhan dan Tuhan berbicara dengan mereka? Bukan-
kah di dalam Perjanjian Lama kita melihat Tuhan terus be-
relasi dengan umat pilihan-Nya? Mengapa dikatakan tidak
pernah ada orang yang melihat Allah? Di sini kita perlu
mengerti Pribadi Allah Tritunggal yang mana yang muncul
di dalam Perjanjian Lama ini.
Di dalam theologi, ada istilah Theofani, yang berarti
Allah yang berbicara di dalam Perjanjian Lama menampak-
kan diri di dalam wujud yang terlihat. Ini Pribadi yang mana
di dalam Allah Tritunggal? Dalam Perjanjian Lama ada
muncul “Malaikat TUHAN” dengan huruf “M” besar. Di da-
lam bahasa Ibrani tidak ada huruf besar dan huruf kecil,
tetapi Alkitab terjemahan bahasa Indonesia membedakan an-
tara malaikat, yang adalah malaikat-malaikat ciptaan Tuhan;
dan Malaikat, yang adalah Malaikat TUHAN yang mengacu
kepada Pribadi Tuhan.
64 Theofani dan kristofani

Istilah Malaikat artinya Utusan. Alkitab menyatakan


bahwa Allah Bapa, Pribadi Pertama Allah Tritunggal selalu
disebut sebagai Pengutus (Yang Mengutus). Allah Bapa
mengutus Allah Anak (Yoh. 16:5, “tetapi sekarang Aku pergi
kepada Dia yang telah mengutus Aku …”) dan Allah Roh
Kudus (Yoh. 14:26a, “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus,
yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku”). Karena sta-
tus Allah Bapa adalah Pengutus dan bukan Utusan, maka
Ia pasti bukan Malaikat TUHAN. Sedangkan Allah Anak, Pri-
badi Kedua Allah Tritunggal, atau Yesus Kristus, bisa dise-
but Pengutus dan juga Utusan. Lalu Pribadi Ketiga juga di-
sebut Pengutus dan Utusan. Alkitab menyatakan bahwa
Roh Kudus tidak pernah menampakkan diri dalam wujud
manusia, karena Roh Kudus tidak berdwi-sifat (sifat Allah
dan sifat manusia). Roh Kudus memang disebut Utusan, te-
tapi Dia bukanlah Malaikat TUHAN yang menampakkan diri
di dalam Perjanjian Lama yang memakai wujud seorang
laki-laki.
Dengan demikian, satu-satunya kemungkinan Malaikat
TUHAN adalah Pribadi Kedua atau Yesus Kristus. Di dalam
Perjanjian Baru, dicatat bahwa Yesus datang ke dalam du-
nia dalam wujud seorang laki-laki (inkarnasi). Dia diutus
menjadi manusia. Dia adalah Tuhan yang juga mempunyai
tubuh manusia (berdwi-sifat). Jadi satu-satunya kemung-
kinan Malaikat Tuhan yang menampakkan diri di dalam
Perjanjian Lama yang memakai wujud manusia, adalah
Yesus sebelum inkarnasi. Dalam istilah theologi ini disebut
Kristofani.
Di dalam Perjanjian Lama, Yesus beberapa kali menam-
pakkan diri. Jangan Saudara pikir bahwa orang-orang Per-
janjian Lama hanya beriman kepada Yesus yang kelak akan
datang. Mereka beriman kepada Yesus yang sedang berbica-
ra dengan mereka, bukan hanya Yesus yang akan datang
Pdt. Aiter 65

dan melambai-lambaikan tangan dari jauh, tetapi mereka


beriman kepada Yesus yang sedang berbicara dengan mere-
ka. Pada saat Abraham diminta untuk membunuh anaknya,
Ishak, muncul kalimat, “Untuk kedua kalinya berserulah
Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham” (Kej. 22:15),
dan, “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan
mendapat berkat, karena engkau mendengar firman-Ku”
(Kej. 22:18). Di sini kita melihat bahwa pada waktu Malaikat
TUHAN berbicara kepada Abraham, Abraham bukan ber-
iman kepada Yesus yang kelak akan datang menyatakan
diri, melainkan Yesus yang sedang berbicara dengannya.
Memang Yesus pernah mengatakan, “Abraham bapamu ber-
sukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah meli-
hatnya dan ia bersukacita” (Yoh. 8:56). Tetapi di dalam
Kejadian 22:18, Malaikat TUHAN yang adalah Yesus mene-
gaskan bahwa Abraham mendengarkan firman-Ku. Ini salah
satu contoh iman orang-orang dalam Perjanjian Lama yang
melihat jauh ke depan akan kedatangan Yesus, tetapi juga
mendengar dan taat kepada Yesus yang sedang berbicara
kepada mereka.
Selain Malaikat TUHAN yang menyatakan diri-Nya, kita
juga akan melihat bagaimana orang-orang beriman di Per-
janjian Lama memberi sebutan kepada Malaikat TUHAN ter-
sebut ketika mereka bertemu dengan-Nya. Orang yang per-
tama memberi sebutan kepada Malaikat TUHAN adalah
Hagar, perempuan Mesir, hamba Sarai. Ketika Malaikat
TUHAN bertemu dengan Hagar, dicatat, “Kemudian Hagar
menamakan Dia yang telah berfirman kepadanya itu dengan
sebutan: ‘Engkaulah El-Roi.’ Sebab katanya: ‘Bukankah di
sini kulihat Dia yang telah melihat aku?’” (Kej. 16:13). Hagar
mengakui bahwa dia telah melihat Malaikat TUHAN (El-Roi)
yang adalah TUHAN. Mengapa Hagar tidak mati? Bukankah
barang siapa yang melihat Tuhan pasti akan mati? Bukan-
UPAYA
MENGENAL KRISTUS
Pdt. Tumpal Hutahaean

iapakah tokoh di dunia ini, yang dari sebelum kelahiran-


S Nya sampai sekarang ini selalu diperdebatkan? Dia ada-
lah Yesus Kristus yang kita percayai. Sampai sekarang Ia
masih terus diperdebatkan dan dipersoalkan. Pribadi Yesus
Kristus telah menginspirasi kita sebagai orang-orang Kristen
untuk memiliki hidup yang lebih berarti dan bernilai. Kita
juga tahu bahwa nama Yesus bagi kita yang percaya adalah
nama yang berkuasa, bermakna, berarti, bernilai, dan me-
nyelamatkan. Namun apakah selama 2.000 tahun ini nama
Yesus begitu diterima oleh semua orang dengan mudah?
Jawabannya ternyata tidak. Ternyata nama Yesus Kristus
telah menjadi kontroversi yang terus-menerus dibicarakan,
didiskusikan, atau diperdebatkan tanpa henti sampai saat
ini. Perdebatan-perdebatan itu pada akhirnya menghasilkan
pandangan-pandangan yang berbeda-beda.
Pertama, ada yang berpandangan bahwa Yesus hanya-
lah seorang pribadi yang berbeda. Dia dianggap sebagai ma-
nusia biasa tetapi telah diberikan kuasa untuk menjadi
Anak Allah. Dia diberikan kuasa Allah dan Dia dianggap bu-
72 UPAYA MENGENAL KRISTUS

kan Allah 100%. Dia hanya dianggap sebagai manusia yang


luar biasa, hanya sebagai pribadi yang berbeda.
Kedua, ada yang berpandangan bahwa Yesus adalah se-
orang yang bertanggung jawab. Dia dianggap sebagai seorang
tokoh teladan moralitas, yang harus diikuti oleh setiap orang.
Ketiga, Yesus hanya dilihat sebagai seorang penganut
asketisme. Ia dinilai sebagai orang yang siap berkorban atau
siap menderita untuk kebaikan orang lain.
Keempat, ada pula yang menyatakan bahwa Yesus ha-
nyalah seorang yang berbijaksana yang kerap tidak pernah
berpikir untuk diri-Nya sendiri. Dia tidak pernah egois. Dia
tidak pernah mengutamakan kesenangan diri. Dia adalah
orang yang bijaksana dalam mengelola dan mengisi waktu.
Dia adalah orang yang bijaksana dalam mengartikan hidup-
Nya sebagai manusia agar hidup-Nya berarti bagi orang lain.
Kelima, ada pula yang mengatakan bahwa Yesus hanya-
lah seorang martir. Dia tidak dinubuatkan untuk mati teta-
pi Dia diatur oleh kekuatan penguasa politik pada saat itu.
Dia harus dikorbankan karena Dia terlalu populer. Di dalam
bagian ini kita dapat menilai bahwa semua kontroversi ini
tidak memandang Yesus sebagai Tuhan yang berinkarnasi
menjadi manusia yang sejati. Di sinilah kita melihat bahwa
ternyata dunia akan selalu membicarakan Yesus dari lima
aspek ini.
Namun pertanyaan selanjutnya, “Apakah kontroversi ini
akan terus terjadi?” Ya, ini akan terus terjadi. Inilah meng-
apa dunia sekarang ini menampilkan wajah Yesus dalam
versi yang berbeda-beda. Di dalam bagian ini seolah-olah
ada orang yang ingin mewujudkan Yesus dari perspektif mo-
dern atau postmodern. Jadi masing-masing berkata, “Sila-
kan tafsir Yesus menurut dirimu sendiri, yang penting eng-
kau mengagumi Dia dan sangat mau mengikut Dia.” Namun
belum tentu orang itu percaya dengan sungguh-sungguh
Pdt. Tumpal Hutahaean 73

bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatnya secara pri-


badi. Di dalam keadaan seperti inilah kita terkadang ditan-
tang untuk menyatakan kebenaran Tuhan Yesus Kristus
secara objektif dan komprehensif. Dia adalah jalan, kebe-
naran, dan hidup. Itu menjadi satu tema pokok yang dapat
membangun iman kita secara pribadi.
Selanjutnya kita juga dapat bertanya, “Pada waktu Kris-
tus diserang, perlukah kita menyerang balik?” Tidak perlu.
Karena secara theologis, Kristus tidak perlu dibela dalam
esensi-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Namun, setiap
kita dipanggil untuk menegakkan supremasi Kristus di dalam
iman, tingkah laku, buah kehidupan, keluarga, dan pekerjaan
kita. Di mana pun kita berada, mari kita buktikan bahwa
Tuhan yang kita percaya adalah Tuhan yang benar. Tuhan
yang sudah menyelamatkan kita adalah Tuhan yang sudah
membuat kita berarti. Tuhan yang sudah hidup dalam
kehidupan kita adalah Tuhan yang sanggup mengubah kita
terus-menerus untuk dapat menjadi alat kemuliaan Tuhan.
Banyak orang yang pada akhirnya bertanya, “Benarkah
Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat? Benarkah
Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan? Be-
narkah sejarah yang tertulis di dalam Alkitab itu benar-benar
berasal dari Tuhan atau hanya rekayasa orang beriman dan
ditulis di dalam metodologi orang beriman untuk menyatakan
supremasi Kristus?” Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin se-
ring kita dengar. Jika jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan
di atas adalah “salah,” hal itu akan mengancam nasib kehi-
dupan banyak orang percaya termasuk kita. Jika jawaban-
nya “benar,” hal tersebut akan mengancam orang-orang
yang tidak percaya. Kita harus menyadari bahwa begitu ba-
nyak orang berdosa yang yakin bahwa Yesus itu bukan
Tuhan dan Juruselamat berdasarkan pemikirannya sendiri.
Ada begitu banyak orang yang terlihat rohani tetapi mem-
KEMULIAAN KRISTUS
YANG MENDERITA
Pdt. Antonius Un

ekarang ini, kita akan memikirkan kemuliaan Kristus


S yang menderita. Di dalam kehidupan Tuhan Yesus, kita
bukan hanya memikirkan kemuliaan kebangkitan Tuhan
Yesus, tetapi juga penderitaan Kristus. Kristus yang bangkit
memang mulia. Dalam 1 Korintus 15:26 dikatakan, “Musuh
yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.” Kata “ter-
akhir” menyatakan bahwa semua musuh sudah dikalahkan:
dosa, dunia, dan setan. Terakhir, maut dikalahkan oleh
Tuhan Yesus yang bangkit. Selain memikirkan Kristus yang
bangkit, kita juga memikirkan kemuliaan Kristus yang men-
derita.
Bagaimanakah kita memikirkan kemuliaan Kristus? Ka-
lau kita memikirkan kemuliaan Kristus, kita memikirkan
melalui jalan pertama, kita memikirkan rasionalitas, yaitu
the rationality of the glory of Christ (rasionalitas kemuliaan
Kristus). Kita pikir apa yang disebut dengan kemuliaan
Kristus. Mengapa Kristus disebut “mulia”? Jawaban atas
pertanyaan ini adalah jalan rasionalitas, yakni kita menang-
kap menurut penjelasan Alkitab, kita melihat dengan ma-
suk akal betapa Tuhan kita adalah Tuhan yang mulia,
82 KEMULIAAN KRISTUS YANG MENDERITA

betapa Tuhan kita adalah Tuhan yang hebat. Jalan rasio-


nalitas berarti kemuliaan Kristus mungkin ditangkap oleh
akal kita. Tetapi kita tidak berhenti sampai di sini, karena
kemuliaan Kristus bersifat melampaui akal kita.
Menurut Pdt. Stephen Tong, akal manusia itu bersifat
dicipta, terbatas, dan berdosa. Dengan sifat akal seperti ini,
kita sulit bisa menangkap kemuliaan Tuhan kecuali kita
menggunakan akal yang sudah ditebus oleh darah Kristus
dan dipimpin oleh Roh Kudus sesuai dengan firman Tuhan.
Jadi, akal budi memang diberi kesempatan untuk mencicipi
kemuliaan Kristus yang demikian luar biasa. Namun demi-
kian, kita percaya bahwa kemuliaan Kristus juga melam-
paui akal manusia. Ketika Kitab Wahyu dituliskan, Rasul
Yohanes banyak menggunakan kata “bagaikan” dan “seper-
ti.” Ketika ia mencatat tentang takhta Allah di dalam pasal
4, ia melihat suatu penglihatan yang seperti pelangi tetapi
bersifat zamrud. Kemuliaan Allah seperti pelangi tetapi
didominasi oleh zamrud. Pelangi memiliki banyak warna,
tetapi zamrud hanya berwarna hijau. Bagaimana mungkin
pelangi seperti zamrud? Gambaran pelangi-zamrud di sini
adalah suatu contoh dari sesuatu yang melampaui kemung-
kinan akal manusia pahami dan melampaui penggambaran
manusia akan kemuliaan Allah yang duduk di atas takhta.
Kemuliaan Allah bisa ditangkap oleh akal kita, tetapi juga
melampaui akal kita. Atau, juga ada kemungkinan yang
lain, yakni kemuliaan Allah dapat kita pahami pada konteks
yang sesuai. Hal ini berarti pada suatu waktu tertentu, kita
mungkin belum memahami. Meski kita terus memikirkan-
nya, namun kita belum menangkap atau memahaminya
juga. Kita belum memahami karena konteksnya belum se-
suai. Secara akal budi, banyak orang mengerti Yohanes
3:16, yakni Tuhan begitu mengasihi dunia. Namun, setelah
seseorang mempunyai anak, maka ia mungkin akan meng-
Pdt. Antonius Un 83

erti dengan lebih baik. Hal ini bukan berarti bahwa ketika
seseorang mempunyai anak barulah pikirannya terbuka
dan hatinya celik. Konteks disediakan oleh Tuhan untuk
menolong kita dengan menjadi semacam jalan masuk ketika
Roh Kudus bekerja, sehingga kemudian kita dapat mengerti
dengan lebih mendalam. Kadang-kadang waktu kita mende-
rita, kita membayangkan penderitaan Kristus, kita mulai
mendapatkan bayangan. Di sini, rasionalitas itu menanti
konteksnya untuk menjadi jalan masuk yang lebih baik da-
lam kita memahami kemuliaan Tuhan. Namun demikian,
kuncinya adalah pekerjaan Roh Kudus melalui firman Tu-
han, bukan konteks dan pengalaman hidup kita. Pengalaman
kita akan firman itu perlu, tetapi kehadiran Roh Kudus
dalam pekerjaan-Nya melalui firman itu bersifat mutlak un-
tuk membawa kita mengerti rasionalitas kemuliaan Kristus.
Ada jalan lain yang akan kita pelajari di sini, yakni
imajinasi perasaan. Untuk menangkap kemuliaan Kristus,
kita dapat membayangkan atau mengimajinasikan perasaan
yang dialami oleh Kristus ketika Ia berinkarnasi. Pemikiran-
pemikiran kontemporer banyak membahas tentang perasa-
an. Seorang pemikir Amerika, Richard Rorty mengatakan,
“Apa bedanya manusia dengan binatang?” Dari dahulu,
yakni sejak filsafat Yunani, kita semua sudah tahu bahwa
perbedaan manusia dengan binatang adalah bahwa manu-
sia berpikir dan berpengetahuan, sedangkan binatang ha-
nya berperasaan dan berintuisi. Binatang bisa merasakan
sakit kalau kakinya diinjak atau kepalanya ditendang. Teta-
pi Rorty mengatakan bahwa perbedaan manusia dengan bi-
natang bukan saja bahwa manusia berpengetahuan, tetapi
bahwa manusia mungkin feeling each other, merasakan
orang lain, berempati, bersimpati, merasakan prihatin. Bi-
natang tidak bisa prihatin. Saudara tidak pernah melihat
kucing prihatin kepada kawannya yang terjepit pintu, lalu
KRISTOLOGI KALSEDON
DAN YOHANES
Pdt. Dr. Billy Kristanto

alam topik ini, kita akan membahas dua subtema, ya-


D itu: 1) Konsili Kalsedon (Council of Chalcedon [tahun
451]), salah satu konsili ekumenis (ecumenical council) yang
paling penting dan mungkin yang terpenting untuk Kristologi,
dan 2) Ajaran bidat-bidat, yang sedang dihadapi atau dicegah
oleh konsili tersebut.

A. Kredo Konsili Kalsedon (Chalcedonian Creed)


Konsili Kalsedon mengajarkan:
“Dengan meneladani para Bapa suci, kami sepenuhnya
mengajarkan dan mengakui Sang Putra yang satu dan sa-
ma, Tuhan kita Yesus Kristus: yang sempurna dalam keila-
hian dan sempurna dalam kemanusiaan yang sama, yang
adalah Allah sejati dan manusia sejati yang sama, yang
terdiri atas tubuh dan jiwa yang rasional; yang sehakikat
(konsubstansial) dengan Sang Bapa dalam keilahian-Nya
dan sehakikat dengan kita dalam kemanusiaan-Nya; ‘sama
seperti kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa.’ Ia
diperanakkan dalam kekekalan dari Bapa menurut keila-
hian-Nya, demi kita dan demi keselamatan kita, dilahirkan
dalam kemanusiaan-Nya dari Perawan Maria, Bunda Allah
(theotokos). Ia dipandang dari kemanusiaan-Nya, Kristus
94 KRISTOLOGI KALSEDON DAN YOHANES

yang satu dan sama sebagai Putera Tuhan, yang hanya di-
lahirkan dan dikenal dalam dua natur, tidak tercampur,
tidak berubah, tidak terpisah, dan tidak terpecahkan. Per-
bedaan di antara kedua natur itu, sama sekali tidak ditiada-
kan oleh adanya kesatuan, akan tetapi sifat masing-masing
dari natur itu dipelihara dan dihubungkan dalam satu pro-
sopon dan satu hypostasis—tidak dibagi-bagi atau dipisah-
pisahkan ke dalam dua pribadi, akan tetapi Putera yang
sama, dan satu-satunya yang hanya dilahirkan, Kalam
Ilahi, Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana nabi-nabi dalam
Perjanjian Lama, dan Yesus Kristus sendiri mengajarkan ke-
pada kita mengenai Dia dan pengakuan iman dari bapa-
bapa (suci) yang diturunkan (kepada kita).”1
Pertama, ketika dikatakan sehakikat dengan Bapa (con-
substantial with the Father), atau memiliki substansi yang
sama, satu substansi dengan Allah Bapa, gagasan ini me-
lawan bidat Ebionisme, yaitu bidat yang muncul dari antara
orang Kristen Yahudi di zaman awal gereja, di mana ada
orang Yahudi yang percaya, lalu menjadi Kristen. Mereka

1 “We, then, following the holy Fathers, all with one consent, teach

people to confess one and the same Son, our Lord Jesus Christ, the
same perfect in Godhead and also perfect in manhood; truly God and
truly man, of a reasonable [rational] soul and body; consubstantial [co-
essential] with the Father according to the Godhead, and consubstantial
with us according to the Manhood; in all things like unto us, without
sin; begotten before all ages of the Father according to the Godhead,
and in these latter days, for us and for our salvation, born of the Virgin
Mary, the Mother of God, according to the Manhood; one and the same
Christ, Son, Lord, only begotten, to be acknowledged in two natures,
inconfusedly, unchangeably, indivisibly, inseparably (e©ν δύο φύσεσιν
a©συγχύτως, a©τρέπτως, a©διαιρέτως, a©χωρίστως—in duabus naturis inconfuse,
immutabiliter, indivise, inseparabiliter); the distinction of natures being
by no means taken away by the union, but rather the property of each
nature being preserved, and concurring in one Person (prosopon) and
one Subsistence (hypostasis), not parted or divided into two persons,
but one and the same Son, and only begotten God (μονογενῆ Θεόν), the
Word, the Lord Jesus Christ; as the prophets from the beginning [have
declared] concerning Him, and the Lord Jesus Christ Himself has
taught us, and the Creed of the holy Fathers has handed down to us.”
Pdt. Dr. Billy Kristanto 95

percaya Yesus itu manusia saja, bukan Allah. Dia itu adalah
anak Allah yang diangkat dan ditinggikan, tetapi hanya
manusia dan bukan Anak Allah yang dilahirkan di dalam
kekekalan, tetapi dibuat menjadi anak Allah. Jadi sebetul-
nya Yesus hanyalah manusia biasa. Penggambaran ini mirip
seperti pandangan dalam zaman modern, di mana orang
Liberal percaya bahwa Yesus hanya sekadar guru moral
besar, memiliki teladan yang tinggi, agung, dan sebagainya,
tetapi Ia bukan Allah. Pandangan sedemikian sebenarnya
merupakan variasi dari bidat kuno yaitu Ebionisme. Jadi,
dalam pengertian ini, yang ditekankan hanyalah kema-
nusiaan Yesus, tetapi menghilangkan divinitas atau keila-
hian Yesus.
Kedua, bidat yang lain ialah Arianisme, yang mengata-
kan Kristus tidak sepenuhnya Allah dan hanya merupakan
ciptaan. Tuhan Yesus dapat dikatakan sebagai demigod (se-
mi-Allah), tetapi tidak sepenuhnya dan sejajar dengan Allah
Bapa. Yesus berposisi lebih rendah, sehingga tidak consub-
stantial tetapi merupakan substansi yang berbeda dari Bapa.
Bapa selalu lebih besar dan Yesus lebih kecil. Kita mau me-
manggil Dia Allah tidak apa, tetapi bukan Allah yang sama
besar seperti Bapa. Inilah bidat Arianisme, yang tidak per-
caya Yesus itu sepenuhnya ilahi dan mereka percaya Yesus
itu diciptakan.
Ketiga, di dalam Pengakuan Iman Kalsedon ada pernya-
taan “Sama seperti kita dalam segala hal kecuali dalam hal
dosa.” Pernyataan ini untuk menentang bidat Doketisme,
dari kata Yunani: dokeo, yang berarti seolah-olah, seperti,
mirip. Doketisme mengajarkan bahwa Yesus itu kelihatan
seperti manusia, tetapi tidak benar-benar manusia. Bidat ini
berbahaya, karena sekiranya Yesus tidak betul-betul manu-
sia, berarti Dia tidak betul-betul menderita dan semua tin-
dakan-Nya itu sandiwara. Di atas kayu salib Dia tidak
KRISTUS KOSMIS
Pdt. Ivan Kristiono

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih


utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah
diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di
bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana,
maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala
sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih
dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam
Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang
pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih
utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah
berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamai-
kan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi,
maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamai-
an oleh darah salib Kristus. (Kol. 1:15-20)

ristus hadir dalam sejarah. Ia berinkarnasi menjadi


K manusia, lahir di Betlehem, mengembara dan kemu-
dian mengajar di Galilea, menuju Yerusalem untuk mati di
atas kayu salib, kemudian Dia bangkit dan naik ke sorga.
Melalui teks di atas, Paulus menjelaskan bahwa Kristus
yang kita kenal bukan hanya yang kita ketahui di dalam
peristiwa inkarnasi, tetapi Kristus sudah ada, sudah berek-
sistensi sebelum Dia berinkarnasi. Pada pembahasan Pdt.
108 KRISTUS KOSMIS

Aiter, kita belajar tentang Kristofani. Di dalam Surat Kolose


dikatakan bahwa Yesus Kristus adalah Pencipta. Segala se-
suatu dicipta di dalam Dia, dan ditopang oleh Dia. Karena
alam semesta ini ditopang oleh Kristus, kita dapat memba-
yangkan betapa besar kuasa-Nya.
Segala sesuatu yang ada dicipta untuk Dia. Yesus
mengklaim dalam Matius 28 bahwa segala kuasa baik di
sorga maupun di bumi ada pada-Nya. Jadi ketika kita me-
lihat ada orang-orang yang berotoritas di dalam dunia aka-
demis, Kristus lebih berkuasa dari otoritas akademis mana
pun di dalam dunia. Ketika kita melihat ada negara-negara
dengan militer yang begitu kuat, Kristus lebih berotoritas,
lebih berdaulat, dan lebih berkuasa daripada militer mana
pun. Kristus memiliki seluruh singgasana, artinya Ia ber-
kuasa di dalam dunia politik, di dalam dunia ekonomi, dan
di dalam segala aspek kehidupan manusia. Dia bertakhta,
Dia berkuasa, Dia Pencipta, Penopang, Raja, Hakim; dan juga
dikatakan sebagai Penebus yang mendamaikan seluruh du-
nia melalui pengorbanan dan darah-Nya. Maka wilayah ke-
kuasaan Kristus bukan hanya di dalam gereja, Ia berdaulat
di seluruh alam semesta. Kedaulatan Kristus atas semesta
itu disebut dengan istilah Kristus Kosmis (Cosmic Christ),
yaitu Kristus yang berkuasa, yang mencipta dan yang me-
nebus, serta yang mengembalikan seluruh alam ciptaan
kembali kepada tujuan semula Tuhan mencipta.
Kristus Kosmis yang saya maksud ini dekat dengan tra-
disi Abraham Kuyper. Saya tidak menggunakan istilah Kris-
tus Kosmis di dalam tradisi mistik atau pengertian lain, ka-
rena memang istilah ini bisa dimengerti dengan berbagai
macam cara dan di dalam berbagai tradisi, khususnya
orang-orang Kristen yang ingin memasukkan unsur ekologi
di dalam theologinya. Ada yang menggunakan istilah ini un-
tuk menggambarkan adanya semacam sifat ilahi yang di-
Pdt. Ivan Kristiono 109

anggap melekat di dalam diri manusia. Ini mirip pemikiran


dalam sebagian filsafat Timur di mana ada potensi ilahi
yang berdiam di seluruh umat manusia. Dan tugas kita
adalah membangunkan potensi ilahi itu. Konsep Kristus
Kosmis di sini bukan dimengerti secara demikian. Kristus
Kosmis yang kita bicarakan adalah bahwa takhta Kristus,
kuasa Kristus, dan kedaulatan Kristus mencakup seluruh
alam semesta ini. Dia yang mencipta, Dia yang menopang,
dan Dia yang menebus dan memulihkan seluruh ciptaan.
Kita melihat bahwa orang Kristen biasanya menyempitkan
konsep atau gambaran mengenai Kristus hanya sebagai Pe-
nebus. Bukan hanya itu, Yesus disempitkan hanya menjadi
Penebus pribadiku, Penebus saya. Dan bahkan disempitkan
lebih lagi dengan menjadikan Kristus Penebus pribadi dari
jiwaku. Bukan berarti pengertian Yesus mati untukku, me-
nebus jiwaku tidak penting. Hal itu sedemikian penting dan
diperjuangkan di dalam Reformasi. Namun kita tidak boleh
mereduksi pemahaman akan Yesus Kristus hanya di dalam
aspek itu.
Martin Luther memperjuangkan pengertian bahwa Kris-
tus mati untukku secara individu, bukan komunal. Kierke-
gaard bingung, orang Kristen bisa pergi ke gereja, pulang ti-
dak gelisah. Menurutnya itu karena mereka bersembunyi di
belakang massa dan tidak berani bertanggung jawab. Kalau
orang Kristen betul-betul berani bertanggung jawab di ha-
dapan Tuhan, dia pulang dari gereja pasti ketakutan dan
gelisah. Misalnya, ketika Tuhan memerintahkan kita untuk
memberitakan Injil, orang yang bertanggung jawab akan
berespons, “Wah celaka… saya yang disuruh Tuhan, dan
saya belum melakukannya. Apa yang akan terjadi kepada
saya? Tuhan pasti akan marah kepada saya.” Atau juga ba-
gaimana kita menanggapi perkataan Allah, “Kasihilah se-
sama manusia, jangan membenci,” di mana kita sadar bah-
NABI, IMAM, RAJA
Pdt. Dr. Benyamin Intan

etika berbicara tentang kontribusi penting Theologi Re-


K formed terhadap doktrin Kristologi, sejarah gereja men-
catat bahwa John Calvin adalah orang pertama yang mem-
berikan “muatan theologis” terhadap tiga jabatan Kristus
(the three offices of Christ) sebagai raja, imam, dan nabi.
Bagi Calvin, ketiga jabatan ini sangat penting untuk mere-
alisasikan peran Yesus sebagai mediator antara Allah dan
manusia. Kita akan melihat signifikansi dari ketiga jabatan
Kristus tersebut.
Tentang nabi, Tuhan berkata kepada Musa, “Seorang
nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara
mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku
dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka
segala yang Kuperintahkan kepadanya.” Di sini kita melihat
ada dua elemen yang melekat pada diri nabi. Pertama, ele-
men pasif (receptive). Nabi adalah seseorang yang menerima
firman dari Tuhan. Elemen kedua bersifat aktif (productive).
Setelah menerima firman Tuhan, nabi meneruskan firman
Tuhan kepada umat pilihan Tuhan. Sehingga kita bisa meli-
hat di sini, elemen yang pasif lebih penting daripada elemen
yang aktif; yang receptive mengontrol yang productive.
116 NABI, IMAM, RAJA

Yesus adalah Nabi Allah. Ia berkata dalam Yohanes


12:49-50, “Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sen-
diri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerin-
tahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan
dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu
adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku
menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa
kepada-Ku.”
Nabi bukan sekadar penerima firman Tuhan. Nabi juga
adalah utusan Allah, seseorang yang mewakili Allah. Kristus
adalah nabi yang dinubuatkan dalam Ulangan 18:15. Kisah
Para Rasul 3:22-23 yang mengutip Ulangan 18:15 menegas-
kan, “Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang
nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: De-
ngarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakan-
nya padamu.” Dan Lukas, penulis Kisah Para Rasul, me-
nambahkan, “Semua orang yang tidak mendengarkan nabi
itu, akan dibasmi dari umat kita.” Westminster Shorter Cate-
chism, Pertanyaan 24, menyatakan, sebagai nabi, melalui
firman dan Roh-Nya, Kristus menyatakan kepada kita ke-
hendak Allah bagi keselamatan kita.
Kedua, kita melihat jabatan Yesus sebagai imam. Ibrani
5:1 mendefinisikan imam sebagai berikut, “Sebab setiap
imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan
bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya
ia mempersembahkan persembahan dan korban karena
dosa.” Dengan demikian, ada tiga peran imam. Pertama,
imam mewakili manusia. Kedua, imam ditetapkan oleh Allah.
Dan ketiga, imam membawa korban pengampunan dosa.
Yesus adalah imam.
Surat Ibrani merupakan satu-satunya tulisan dalam Al-
kitab yang menyatakan Yesus Imam Besar (Ibr. 4:14). Begitu
banyak bagian dalam Perjanjian Baru menyatakan substan-
Pdt. Dr. Benyamin Intan 117

si Yesus sebagai Imam Besar, salah satunya Injil Yohanes,


“Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia”
(Yoh. 1:29). Westminster Shorter Catechism, Pertanyaan 25,
menegaskan, sebagai imam, Yesus mempersembahkan diri-
Nya sebagai korban untuk memuaskan keadilan Allah de-
ngan tujuan mendamaikan kita dengan Allah dan siap sedia
menjadi pengantara antara kita dan Allah.
Ketiga, kita akan melihat jabatan Kristus sebagai raja.
Kristus memerintah dalam Kerajaan-Nya (Kingdom of Christ)
dalam dua hal. Pertama, Ia memerintah secara spiritual da-
lam kerajaan anugerah (kingdom of grace) sebagai Penebus,
Kepala Gereja (Ef. 1:22), dan kesatuan mistis (1Kor. 12:27).
Kedua, Ia memerintah dalam kerajaan kuasa (kingdom of po-
wer) sebagai Pencipta, memerintah alam semesta, dan me-
melihara ciptaan (providential care) melalui firman-Nya yang
menopang (Ibr. 1:3).
Jadi Alkitab menolak ide Deisme, yang percaya bahwa
setelah Tuhan mencipta, Ia kemudian meninggalkan ciptaan-
Nya. Dalam ide ini, Allah tidak menopang. Ia membiarkan
ciptaan-Nya berjalan sendiri. Padahal ketika terjadi gejala
alam, kita percaya, Tuhan bekerja olehnya, di dalamnya,
dan melaluinya. Di dalam systematic theology, kita menge-
nal doctrine of concurrence, yang artinya bekerja bersama-
sama, seperti yang dikatakan dalam Matius 5 bahwa Allah
menerbitkan matahari dan menurunkan hujan. C. S. Lewis
pernah bertanya mengapa air mendidih. Saudara bisa men-
jawab pertanyaan tersebut dan menjelaskannya dengan
Hukum Termodinamika 1 dan Hukum Termodinamika 2.
Tetapi bagi Lewis jawaban tersebut hanya menjelaskan ba-
gaimana air mendidih, dan bukannya mengapa air men-
didih. Bagi Lewis, air mendidih karena ia mau minum kopi.
Semua gejala alam yang terjadi ada di dalam ketetapan
Tuhan.
KONTRIBUTOR

Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong adalah seorang penginjil dan pemim-
pin Kristen terkemuka pada zaman ini. Dengan semangat yang tak
kunjung padam, beliau memperjuangkan kemurnian iman Kristen
dan memberitakan Injil dengan tekun dan setia. Beliau adalah
pengkhotbah yang sangat diurapi Tuhan, dan sejak 1957 hingga
kini telah berkhotbah kepada lebih dari 30 juta orang di seluruh
dunia. Beliau adalah pendiri Gerakan Reformed Injili Indonesia,
pendiri Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII), Reformed Institute
di Amerika, dan STT Reformed Injili Internasional (STTRII) di
Jakarta, pendiri Jakarta Oratorio Society (JOS), sekaligus menjadi
konduktor simfoni dan orkestra. Beliau merancang Reformed
Millennium Center Indonesia di Jakarta, yang meliputi Katedral
Mesias, Aula Simfonia Jakarta—gedung konser musik kelas dunia
terbesar di Indonesia, dan museum Sophilia Fine Art Center.

Pdt. Aiter adalah lulusan M.Div. di Institut Reformed (sekarang


bernama STT Reformed Injili Internasional) di Jakarta. Beliau
sekarang Gembala Sidang di GRII Kertajaya dan GRII Citra Raya,
Surabaya.

Pdt. Antonius Steven Un adalah Ketua Badan Pengurus Sinode


GRII (2019-2022) dan Gembala Sidang GRII Kebon Jeruk dan
GRII Semarang serta mengajar di STT Reformed Injili Internasio-
nal. Ia meraih gelar Magister Theologia pada STTRII dan merupa-
kan kandidat Ph.D. bidang Filsafat Politik pada VU Amsterdam.
126 kontributor

Pdt. Dr. Benyamin F. Intan adalah Ketua dan dosen STT Reformed
Injili Internasional dan Gembala Sidang GRII Pondok Indah. Beliau
memperoleh M.A. in Theological Studies dari Reformed Theological
Seminary, M.A. in Religion dari Yale Divinity School, dan Ph.D.
dari Boston College.

Pdt. Dr. Billy Kristanto adalah Gembala Sidang GRII Kelapa


Gading dan Dekan Akademis di STT Reformed Injili Internasional
di Jakarta. Ia mendapatkan gelar Ph.D. dalam musikologi dan
Th.D. dalam Teologi Sistematik dari Universitas Heidelberg, Jer-
man. Khotbah-khotbahnya dapat didengarkan di youtube melalui
channel Sola Dei Gloria.

Pdt. Ivan Kristiono adalah Pendeta Gereja Reformed Injili Indone-


sia, aktif di dalam dunia pendidikan sebagai guru, memperoleh
M.Div. dari Institut Reformed (STT Reformed Injili Internasional),
dan M.Hum. dari STF Driyarkara.

Pdt. Tumpal Hutahaean adalah Gembala Sidang GRII Cikarang,


dosen di STT Reformed Injili Internasional di Jakarta, Konselor
Pernikahan dan Keluarga, lulusan S.Th. dari STT Reformed
Indonesia, Kemang, dan M.Th. dari STT Reformed Injili Internasio-
nal. Sekarang ia sedang menyelesaikan program Doktor di Univer-
sitas Negeri Jakarta (UNJ) dengan bidang Manajemen Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai