Kristus
Jalan, kebenaran, dan hidup
SPIK BAGI GENERASI Baru
Kristus
Jalan, kebenaran, dan hidup
Stephen Tong
dan Rekan-Rekan
Penerbit Momentum
KRISTUS:
JALAN, KEBENARAN, DAN HIDUP
oleh: Stephen Tong dan Rekan-Rekan
Tong, Stephen,
Kristus: jalan, kebenaran, dan hidup / Stephen Tong dan rekan-rekan;
transkripsi, Darwin Kusuma, Godwin Wong, Jimmy Ngaditowo, dll.;
editor utama, Sutjipto Subeno, Hendra Wijaya; editor bahasa,
Darwin Kusuma, Noah Riandiputra Sundah; Surabaya: Momentum,
Cetakan 2019.
x + 126 hlm.; 21 cm.
ISBN 978-602-393-087-6
1. Kristologi—Kekristenan 2. Doktrin Kristen
2019 232
Terbit pertama: Mei 2019): November 2013
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali, atau memperbanyak se-
bagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa
izin tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi, atau kebutuhan non-
komersial dengan jumlah tidak sampai satu bab.
DAFTAR ISI
PRAKATA VII
Rekan-rekan pembicara
THEOFANI DAN KRISTOFANI 63
— Pdt. Aiter
1 1 Korintus 1:30.
12 KRISTUS: RAHASIA IBADAH SEJATI
McNeill, ed.).
Pdt. Dr. Stephen Tong 13
1 Yohanes 14:6.
2 1 Yohanes 5:11-12.
Pdt. Dr. Stephen Tong 57
erti dengan lebih baik. Hal ini bukan berarti bahwa ketika
seseorang mempunyai anak barulah pikirannya terbuka
dan hatinya celik. Konteks disediakan oleh Tuhan untuk
menolong kita dengan menjadi semacam jalan masuk ketika
Roh Kudus bekerja, sehingga kemudian kita dapat mengerti
dengan lebih mendalam. Kadang-kadang waktu kita mende-
rita, kita membayangkan penderitaan Kristus, kita mulai
mendapatkan bayangan. Di sini, rasionalitas itu menanti
konteksnya untuk menjadi jalan masuk yang lebih baik da-
lam kita memahami kemuliaan Tuhan. Namun demikian,
kuncinya adalah pekerjaan Roh Kudus melalui firman Tu-
han, bukan konteks dan pengalaman hidup kita. Pengalaman
kita akan firman itu perlu, tetapi kehadiran Roh Kudus
dalam pekerjaan-Nya melalui firman itu bersifat mutlak un-
tuk membawa kita mengerti rasionalitas kemuliaan Kristus.
Ada jalan lain yang akan kita pelajari di sini, yakni
imajinasi perasaan. Untuk menangkap kemuliaan Kristus,
kita dapat membayangkan atau mengimajinasikan perasaan
yang dialami oleh Kristus ketika Ia berinkarnasi. Pemikiran-
pemikiran kontemporer banyak membahas tentang perasa-
an. Seorang pemikir Amerika, Richard Rorty mengatakan,
“Apa bedanya manusia dengan binatang?” Dari dahulu,
yakni sejak filsafat Yunani, kita semua sudah tahu bahwa
perbedaan manusia dengan binatang adalah bahwa manu-
sia berpikir dan berpengetahuan, sedangkan binatang ha-
nya berperasaan dan berintuisi. Binatang bisa merasakan
sakit kalau kakinya diinjak atau kepalanya ditendang. Teta-
pi Rorty mengatakan bahwa perbedaan manusia dengan bi-
natang bukan saja bahwa manusia berpengetahuan, tetapi
bahwa manusia mungkin feeling each other, merasakan
orang lain, berempati, bersimpati, merasakan prihatin. Bi-
natang tidak bisa prihatin. Saudara tidak pernah melihat
kucing prihatin kepada kawannya yang terjepit pintu, lalu
KRISTOLOGI KALSEDON
DAN YOHANES
Pdt. Dr. Billy Kristanto
yang satu dan sama sebagai Putera Tuhan, yang hanya di-
lahirkan dan dikenal dalam dua natur, tidak tercampur,
tidak berubah, tidak terpisah, dan tidak terpecahkan. Per-
bedaan di antara kedua natur itu, sama sekali tidak ditiada-
kan oleh adanya kesatuan, akan tetapi sifat masing-masing
dari natur itu dipelihara dan dihubungkan dalam satu pro-
sopon dan satu hypostasis—tidak dibagi-bagi atau dipisah-
pisahkan ke dalam dua pribadi, akan tetapi Putera yang
sama, dan satu-satunya yang hanya dilahirkan, Kalam
Ilahi, Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana nabi-nabi dalam
Perjanjian Lama, dan Yesus Kristus sendiri mengajarkan ke-
pada kita mengenai Dia dan pengakuan iman dari bapa-
bapa (suci) yang diturunkan (kepada kita).”1
Pertama, ketika dikatakan sehakikat dengan Bapa (con-
substantial with the Father), atau memiliki substansi yang
sama, satu substansi dengan Allah Bapa, gagasan ini me-
lawan bidat Ebionisme, yaitu bidat yang muncul dari antara
orang Kristen Yahudi di zaman awal gereja, di mana ada
orang Yahudi yang percaya, lalu menjadi Kristen. Mereka
1 “We, then, following the holy Fathers, all with one consent, teach
people to confess one and the same Son, our Lord Jesus Christ, the
same perfect in Godhead and also perfect in manhood; truly God and
truly man, of a reasonable [rational] soul and body; consubstantial [co-
essential] with the Father according to the Godhead, and consubstantial
with us according to the Manhood; in all things like unto us, without
sin; begotten before all ages of the Father according to the Godhead,
and in these latter days, for us and for our salvation, born of the Virgin
Mary, the Mother of God, according to the Manhood; one and the same
Christ, Son, Lord, only begotten, to be acknowledged in two natures,
inconfusedly, unchangeably, indivisibly, inseparably (e©ν δύο φύσεσιν
a©συγχύτως, a©τρέπτως, a©διαιρέτως, a©χωρίστως—in duabus naturis inconfuse,
immutabiliter, indivise, inseparabiliter); the distinction of natures being
by no means taken away by the union, but rather the property of each
nature being preserved, and concurring in one Person (prosopon) and
one Subsistence (hypostasis), not parted or divided into two persons,
but one and the same Son, and only begotten God (μονογενῆ Θεόν), the
Word, the Lord Jesus Christ; as the prophets from the beginning [have
declared] concerning Him, and the Lord Jesus Christ Himself has
taught us, and the Creed of the holy Fathers has handed down to us.”
Pdt. Dr. Billy Kristanto 95
percaya Yesus itu manusia saja, bukan Allah. Dia itu adalah
anak Allah yang diangkat dan ditinggikan, tetapi hanya
manusia dan bukan Anak Allah yang dilahirkan di dalam
kekekalan, tetapi dibuat menjadi anak Allah. Jadi sebetul-
nya Yesus hanyalah manusia biasa. Penggambaran ini mirip
seperti pandangan dalam zaman modern, di mana orang
Liberal percaya bahwa Yesus hanya sekadar guru moral
besar, memiliki teladan yang tinggi, agung, dan sebagainya,
tetapi Ia bukan Allah. Pandangan sedemikian sebenarnya
merupakan variasi dari bidat kuno yaitu Ebionisme. Jadi,
dalam pengertian ini, yang ditekankan hanyalah kema-
nusiaan Yesus, tetapi menghilangkan divinitas atau keila-
hian Yesus.
Kedua, bidat yang lain ialah Arianisme, yang mengata-
kan Kristus tidak sepenuhnya Allah dan hanya merupakan
ciptaan. Tuhan Yesus dapat dikatakan sebagai demigod (se-
mi-Allah), tetapi tidak sepenuhnya dan sejajar dengan Allah
Bapa. Yesus berposisi lebih rendah, sehingga tidak consub-
stantial tetapi merupakan substansi yang berbeda dari Bapa.
Bapa selalu lebih besar dan Yesus lebih kecil. Kita mau me-
manggil Dia Allah tidak apa, tetapi bukan Allah yang sama
besar seperti Bapa. Inilah bidat Arianisme, yang tidak per-
caya Yesus itu sepenuhnya ilahi dan mereka percaya Yesus
itu diciptakan.
Ketiga, di dalam Pengakuan Iman Kalsedon ada pernya-
taan “Sama seperti kita dalam segala hal kecuali dalam hal
dosa.” Pernyataan ini untuk menentang bidat Doketisme,
dari kata Yunani: dokeo, yang berarti seolah-olah, seperti,
mirip. Doketisme mengajarkan bahwa Yesus itu kelihatan
seperti manusia, tetapi tidak benar-benar manusia. Bidat ini
berbahaya, karena sekiranya Yesus tidak betul-betul manu-
sia, berarti Dia tidak betul-betul menderita dan semua tin-
dakan-Nya itu sandiwara. Di atas kayu salib Dia tidak
KRISTUS KOSMIS
Pdt. Ivan Kristiono
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong adalah seorang penginjil dan pemim-
pin Kristen terkemuka pada zaman ini. Dengan semangat yang tak
kunjung padam, beliau memperjuangkan kemurnian iman Kristen
dan memberitakan Injil dengan tekun dan setia. Beliau adalah
pengkhotbah yang sangat diurapi Tuhan, dan sejak 1957 hingga
kini telah berkhotbah kepada lebih dari 30 juta orang di seluruh
dunia. Beliau adalah pendiri Gerakan Reformed Injili Indonesia,
pendiri Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII), Reformed Institute
di Amerika, dan STT Reformed Injili Internasional (STTRII) di
Jakarta, pendiri Jakarta Oratorio Society (JOS), sekaligus menjadi
konduktor simfoni dan orkestra. Beliau merancang Reformed
Millennium Center Indonesia di Jakarta, yang meliputi Katedral
Mesias, Aula Simfonia Jakarta—gedung konser musik kelas dunia
terbesar di Indonesia, dan museum Sophilia Fine Art Center.
Pdt. Dr. Benyamin F. Intan adalah Ketua dan dosen STT Reformed
Injili Internasional dan Gembala Sidang GRII Pondok Indah. Beliau
memperoleh M.A. in Theological Studies dari Reformed Theological
Seminary, M.A. in Religion dari Yale Divinity School, dan Ph.D.
dari Boston College.