Anda di halaman 1dari 201

Melalui telinga kanannya yang nyaris tuli sama

sekali, ia justru mampu ·mendengar dengan jelas


pesan-pesan yang disampaikan roh kepadanya.
Melalui mata kirinya yanQ. nyaris buta, ia justru
mampu melihat "penampakan" yang dimunculkan
oleh roh.
Tak terhitung .banyaknya kasus nyata tentang
nasib malang yang akhirnya bisa disudahi dengan
kemampuannya berkomunikasi dengan roh-roh. Bu-
kan cuma nasib malang yang menimpa per-
seorangan, melainkan juga "nasib malang" .yang
menimpa sejumlah perusahaan. Kemasyhurannya
sebagai seorang "medium" kini sudah diakui sam-
pai di Amerika Serikat. .Banyak pihak, termasuk
sejumlah perusahaan, telah memanfaatkan jasanya.
Sebagian dari kasus nyata ' itu bisa Anda baca
dalam buku ini.
Aiko Gibo lahir di Yokohama, Jepang, pada
1932. Kemasyhurannya tidak mengalahkan pilihan-
nya untuk hidup bersahaja sebagai istri dan ibu
rumah tangga biasa. Pengalamannya bertahun-
tahun berhubungan dengan roh-.roh membuatnya
yakin bahwa kita yang masih hidup perlu selalu
menghormati serta mengenang dengan tulus roh
dari para saudara kita yang tidak lagi berada di
dunia ini. la pun yakin dan mengajak kita untuk
bersikap baik terhadap sesama kita di dunia ini,
agar kelak kita tidak hidup menderita di dunia roh.

Penerblt
PT Gramedla Pustaka Utama
JI. Palmerah Selatan 24-26 Lt. 6
Jakarta 10270

ISBN 979-605-204-4
Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan /a tau denda
paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus jula rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedar-
kan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang ha sil
pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), di-
pidana d engan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
MANUS IA
TIDAK MATI
Pengalaman spiritual
berhubungan dengan roh-roh

Aiko Gibo

-
Gii
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 1995
Judul asli:
Finding Your Guardian Spirit
Aiko Gibo
© 1992 by Kodansha International, Ltd .
Published by arrangement with Kodansha International, Ltd.

Manusia Tidak Mati


Pengalaman spiritual berhubungan dengan roh-roh
Alih bahasa: Dwi Helly Purnomo
© Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
JI. Palmerah Selatan 24--26, Jakarta 10270
GM 204 95.281
Editor: Danan Priyatmoko
Desain Sampul: Agus Purwanta
Perwajahan: Tim Desain GPU
Diterbitkan pertama kali dalam
terj emahan bahasa Indonesia oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota !KAP!,
Ja karta 1995.

Hak cipta dilindw1gi oleh undang-undang.


Dila rang mengutip atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertu lis d ari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramed ia, Jakarta


Isi di luar tanggung jawab Percetakan PT Gra media
DAFTAR ISi

Kata Pengantar ix
1 Roh Sungguh Ada 1
2 Anda Dapat Mengubah Nasib Anda 21
3 Saya Menyadari Kekuatan Saya 31
4 Dunia Roh 45
5 Apakah Roh Pelindung Itu? 75
6 Roh Pelindung yang Membawa Kebahagiaan 87
7 Roh Pelindung Perusahaan 103
8 Kehidupan di Alam Sana 121
9 Transmigrasi dan Reinkarnasi 145
10 Memberi Perhatian kepada Roh 151
11 Roh Pelindung Anda 177

v
Sebagai seseorang yang sejak kecil sudah melihat rah-rah dan
berkomunikasi dengan mereka, saya tidak lagi bisa menerima
pendapat umum bahwa jiwa manusia lenyap begitu saja seiring
dengan lenyapnya tubuh.

-Aiko Ciba
KATA PENGANTAR
Oleh: Colin Wilson
Kata Pengantar xi

D i bulan Februari 1992, sebuah perusahaan televisi


Jepang meminta kesediaan saya untuk membuat se-
buah paket acara bersama seorang medium· ber-
nama Aiko Gibo. Pihak perusahaan televisi itu menjelaskan
bahwa di Jepang Aiko diyakini sebagai seorang medium
yang paling diakui kehebatannya, dan pada · saat itu ia
sedang melakukan perjalanan keliling dunia bersama tim
televisi untuk memperlihatkan kemampuannya itu. Mereka
juga meminta saya untuk memilihkan sebuah rumah
angker di Inggris sebagai lokasi wawancara saya dengan
Nyonya Gibo. Atas permintaan itu, saya pun mengusulkan
sejumlah rumah angker. Ternyata perusahaan televisi itu
memilih sebuah pub angker-King's Cellars-di Croydon,
London selatan. Pilihan itu menyenangkan saya, sebab saya
sendiri pernah mengadakan penyelidikan ke dalam pub itu
sekaligus menulis tentang tempat tersebut dalam buku saya
yang berjudul Poltergeist.
Saya mulai tertarik pada segala hal yang berkaitan dengan
roh ketika umur saya hampir empat puluh. Sebelumnya, saya
pernah menulis tentang filsafat eksistensial-mengenai prob-
lem yang oleh H.G. Wells diringkas dalam judul Apa yang
Seharusnya Kita Lakukan dengan Kehidupan Kita? Buku pertama
saya, The Outsider, berbicara tentang orang canggung yang
merasa bahwa kehidupan ini dimaksudkan bagi sesuatu yang
lebih tinggi daripada sekadar rnenjadi bahagia. Saya terutarna
tertarik akan berbagai pengalaman iluminasi mistik, ketika
makna alam semesta tiba-tiba tampak jelas.
Ketika diminta menulis sebuah buku tentang klenik,
pada rnulanya saya skeptis, sebab saya sendiri rnerasa bah-

Catatan: Kata "medium" di sini adalah tetjemahan kata psychic. Tetapi,


seperti nanti bisa Anda baca dalam seluruh buku ini, Nyonya Aiko Gibo tidak
pernah sampai tak sadarkan diri selama proses dihubungi oleh roh-roh, seperti
yang umumnya tetjadi pada diri seorang medium. Ia melihat gambaran yang
dimunculkan oleh roh-roh melalui mata kirinya yang nyaris buta, dan men-
dengarkan semua yang dikatakan roh-roh itu melalui telinga kanannya yang
nyaris tuli. Roh-roh tidak pernah menggunakan tubuh Nyonya Gibo sebagai
medium, seperti yang umumnya dialami seorang medium (-penyunting).
xii Manusia Tidak Mati

wa sebagian besar pengalaman yang paling batiniah pun


dapat dijelaskan sebagai tipuan atas diri sendiri. Tetapi
ketika mulai mempelajari lusinan kasus tentang ahli tenung,
peramal, telepati, dan tempat-tempat berhantu, sadarlah
saya bahwa sikap skeptis saya berdasarkan ketidaktahuan
belaka. Ada banyak sekali bukti nyata tentang klenik. Lagi
pula, karena kenyataan itu rupanya membuktikan bahwa
pikiran manusia memiliki kekuatan mengenai hal-hal yang
tak kita sadari, persoalan itu jadi relevan juga dengan
pertanyaan saya mengenai makna eksistensi manusia.
Mulanya saya menyangsikan pendapat bahwa manusia
tetap hidup setelah kematiannya. Tetapi, sekali lagi, studi
terhadap ratusan kasus meyakinkan saya bahwa bukti me-
ngenai hidup sesudah mati betul-betul kuat.
Di tahun 1980, ketika saya meneliti sebuah buku tentang
poltergeist-atau "hantu-hantu yang menimbulkan kegaduh-
an di suatu tempat"-saya mendengar tentang pub King's
Cellars di Croydon, tempat hantu-hantu membanting botol-
botol dan gelas-gelas, serta kadang kala menyebabkan air
kloset tergelontor padahal tak ada seorang pun di sana.
Pada suatu kunjungan ke pub tersebut, saya menyaksikan
sendiri semua itu. Biasanya, gangguan yang disebabkan
oleh hantu-hantu tersebut berlangsung paling lama satu
tahun. Oleh karena itulah saya terkejut mendengar kabar
bahwa hantu-hantu di Croydon masih aktif sampai seka-
rang. ltu pula sebabnya saya tidak ragu-ragu mengusulkan
pub Croydon ketika diminta memilih lokasi untuk me-
wawancarai Nyonya Gibo.
Pada hari Minggu, 1 Maret, saya menunggu kedatangan tim
televisi di sebuah hotel di tengah kota London. Mereka tiba
sekitar tengah hari dan saya diperkenalkan pada Nyonya
Gibo. Saya heran bercampur senang. Karena suatu alasan yang
tak masuk akal, gambaran umum mengenai seorang medium
adalah fisik mereka yang kurang menarik- seringnya ber-
hubungan dengan roh-roh biasanya membuat seorang me-
dium luar biasa gemuk. Aiko Gibo adalah seorang wanita
menarik yang memancarkan rasa humor dan vitalitas. Ke-
mampuannya berbahasa Inggris baik sekali. Sementara
Kata Pengantar xiii

menunggu produser, Nyonya Gibo menceritakan pada saya


bagaimana ia menjadi seorang medium-seseorang yang
mampu berhubungan dengan roh-roh.
Sebagai kanak-kanak, ceritanya, ia pendiam dan lebih
suka menyendiri. Salah seorang dari sedikit teman dekat-
nya pada masa itu adalah Ayako, teman mainnya sepulang
sekolah. Ketika secara mendadak Ayako meninggal, pada
umur enam tahun, Aiko sangat terpukul. Ia semakin me-
narik diri lagi. Kemudian, pada suatu hari, ketika sedang
bermain sendirian, ia mendengar suara Ayako berkata:
"Kamu lagi ngapain?" Dan tiba-tiba, Ayako berada di dalam
ruangan itu bersamanya.
Dengan keluguan seorang kanak-kanak, Aiko menerima
fenomena aneh itu. Itu semata-mata membuktikan apa yang
selalu ia rasakan: manusia tidak mati. Kemudian ia semakin
terbiasa bercakap-cakap dengan Ayako, dan segera ia sadari
bahwa temannya itu dapat meramal tentang masa depan.
Antara lain Ayako pernah mengatakan pada Aiko bahwa
pada hari berikutnya seorang lelaki akan tenggelam di
sungai. Esoknya, hal itu terjadi, persis seperti yang di-
ramalkan Ayako.
Dapatlah dimengerti bahwa orang tua Aiko sangat geli-
sah melihat sikap anak perempuan mereka yang amat ber-
beda dengan anak-anak sebayanya. Mereka meminta Aiko
untuk tidak menceritakan pengalaman-pengalamannya yang
aneh. Aiko menurut. Orang tuanya lebih suka bila ia men-
. jadi anak yang biasa-biasa saja. Ketika umur Aiko mencapai
akhir belasan tahun, keinginan mereka terkabul. Seperti
remaja belasan tahun lainnya, Aiko ingin menikmati hidup
dan bertemu dengan banyak orang. Ketika ia menjadi se-
makin asyik dengan kehidupan sehari-hari, kekuatannya
sebagai seorang medium berangsur-angsur hilang.
Aiko menikah dengan seorang pengusaha. Kesibukan
mengurus suami dan mengasuh tiga orang anak meng-
ubahnya menjadi seorang realis, yang tidak punya waktu
untuk dunia yang tak tampak. Dari umur 21 sampai 37, ia
tak lagi mengalami pengalaman-pengalaman spiritual.
Hingga pada suatu hari, kekuatan itu kembali sepenuhnya.
xiv Manusia Tidak Mati

Anak lelaki bungsu Nyonya Gibo berumur empat tahun


dan sudah mulai masuk taman kanak-kanak. Pada suatu
hari, ketika Aiko sedang minum teh bersama seorang te-
man bernama Nyonya Hayakawa, tiba-tiba ia "melihat" kota
kediaman Nyonya Hayakawa, tiga ratus kilometer jauhnya
dari tempat mereka minum teh. Ia juga melihat sebuah
makam yang salah satu batu nisannya roboh, dan seorang
lelaki tua berjenggot putih panjang, berkimono, yang me-
ngeluh karena makamnya dibiarkan rusak dan tak diper-
baiki. Aiko memaparkan tentang makam dan lelaki tua itu
kepada Nyonya Hayakawa, yang kemudian berkata dengan
heran, "Sepertinya itu kakek saya ." Tetapi sejauh yang di-
ketahuinya, makam itu dalam keadaan baik. Nyonya Haya-
kawa menelepon saudaranya, yang tinggal sangat dekat
dengan makam itu. Saudaranya itu segera menelepon kem-
bali untuk mengatakan bahwa batu nisan kakek mereka
telah tercabut dari tanah, kelihatannya dilakukan oleh se-
orang perusak.
Malam itu, Nyonya Hayakawa bermimpi tentang kakek-
nya yang sedang sangat marah. Tetapi ketika makam diper-
baiki seperti keadaan semula, Nyonya Gibo bisa melihat
bahwa sekarang kakek itu puas; rohnya kembali dalam
kedamaian.
Ketika Nyonya Gibo mengatakan kepada ibunya bahwa
kekuatan paranormalnya kembali, ibunya mengeluh, "Oh,
tidak!" dan tak mau berbicara dengannya selama tiga hari.
Sampai di sini, pembicaraan Nyonya Gibo terpotong oleh
kedatangan produser, dan kami pergi makan siang. Ke-
mudian pada sore hari itu, sebuah bis membawa kami
semua ke Croydon untuk mengunjungi King's Cellars.
Ternyata pub itu telah berganti nama menjadi Goody's.
Karena hari itu hari Minggu, pub tutup. Bar berhantu ada
di lantai dasar. Pemiliknya, seorang gadis cantik bernama
Tracy, membawa kami turun ke sana .
Begitu kami mulai menuruni tangga, Nyonya Gibo ber-
henti dan berkata, "Saya bisa melihat seorang lelaki terba-
ring di kaki tangga." Mendengar itu, saya jadi sadar bahwa
saya telal} melanggar salah satu peraturan pertama dalam
Kata Pengantar xv

riset mengenai masalah dunia roh, karena sebelumnya saya


sudah mengatakan pada Nyonya Gibo bahwa lelaki pe-
miliknya ditemukan meninggal di kaki tangga. Oleh sebab
itu, saya berpendapat bahwa penglihatannya tak bisa di-
pandang sebagai bukti yang meyakinkan.
Ketika kami sampai di bar itu, Nyonya Gibo berhenti
lagi clan membelalak. "Seorang gadis baru saja melintasi
ruangan clan menghilang di balik dinding itu." Saya me-
mintanya untuk melukiskan dengan tepat dari mana da-
tangnya gadis itu, clan ia menunjuk dinding di belakang
bar. Saya pergi ke belakang bar itu untuk melihat apakah
mungkin pernah ada sebuah pintu di sana, tetapi jelas
bahwa yang ada di situ hanya dinding.
Saya mewawancarai Nyonya Gibo di depan kamera. Se-
sudah itu saya mewawancarai Tracy di belakang bar itu. Ia
menceritakan kepada saya bahwa hantu yang suka meng-
ganggu itu masih aktif-gelas-gelas sering jatuh dari meja
dan pecah, clan pada saat lain pompa bir mulai bekerja
sendiri dan menumpahkan bir ke lantai.
Sampai di situ, kamera berhenti untuk penggantian film.
Saya berdiri sendirian di belakang bar, sambil berbicara
dengan Tracy. Sejak saat itu, harus saya akui bahwa skep-
tisisme saya benar adanya, dan saya mulai merasa bahwa
semua itu hanya membuang-buang waktu saja. Walaupun
tidak meragukan ketulusan Nyonya Gibo, saya mulai ber-
pikir-pikir apakah ia tidak membiarkan imajinasinya di-
pengaruhi oleh apa yang telah saya katakan padanya.
Bagaimanapun, sangatlah tidak lazim bahwa gangguan oleh
hantu bisa berlangsung sampai sepuluh tahun.
Sementara saya berdiri sambil berbicara dengan Tracy,
terdengar dentingan keras di belakang saya. Saya berbalik
dan melihat sebuah gelas yang berat telah jatuh ke lantai.
Untuk sesaat saya sempat berpikir jangan-jangan gelas itu
tersenggol mantol panjang yang saya kenakan. Tetapi saya
sadar itu tidak mungkin sebab jaraknya terlalu jauh. Gelas-
gelas itu ditaruh di rak-rak kecil di bagian bawah meja
layan; jaraknya paling tidak satu meter dari tempat saya
berdiri. Saat itu hanya ada saya dan Tracy di belakang bar
xvi Manusia Tidak Mati

itu, dan tidak mungkin ada orang lain dari sisi lain yang
bisa menyebabkan jatuhnya gelas. Tiba-tiba, dengan rasa
terkejut, saya menyadari bahwa hantu itu membuktikan
keberadaannya pada saya.
Cepat-cepat saya memanggil produser, dan kamera
mengambil gambar saya yang sedang mengambil gelas.
Sementara itu, Maurice Grosse, teman peneliti dari Society
for Psychical Research, mengatakan bahwa ia melihat gelas
itu jatuh dari rak seakan-akan ada yang mendorong. Ia
berdiri di sebelah paling ujung meja bar itu sambil minum
segelas anggur, dan bisa menyaksikan saat gelas itu ber-
gerak sendiri.
Saya berbalik dan membungkuk di atas lantai tempat
gelas tadi jatuh yang kini sudah bersih dari serpihan beling,
sambil berkata, "Terima kasih." Tiba-tiba, rasa skeptis saya
hilang.
Sepuluh menit kemudian, ketika kami selesai membuat
film, saya mampir lagi ke meja bar untuk minta segelas
anggur lagi. Saat itu Tracy sedang berdiri dan bercakap-
cakap dengan seorang teman wanitanya. Menurut apa yang
saya dengar, mereka sedang membicarakan pemilik tempat
itu yang telah meninggal. Sampai saat itu saya tidak bisa
memperoleh informasi tentang sang pemilik yang telah me-
ninggal itu-namanya pun tidak--Oan dalam buku Polter-
geist pun ia hanya disebut-sebut sebagai pemilik pub ini.
Sekarang saya mendengar Tracy menyebutnya sebagai Ber-
nard, lalu saya bertanya kepadanya dari mana ia tahu
nama itu.
Tampaknya Tracy mengetahui nama itu secara kebetulan
belaka. Seminggu sebelumnya alat pemadam api tidak ber-
fungsi dengan semestinya. Label pada alat pemadam itu
mencantumkan alamat perusahaan yang mengurusnya. Ke-
tika Tracy menelepon perusahaan itu dan memberikan ala-
ma tn ya, gadis yang menerima teleponnya berkata,
"Bukankah tempat ini dulunya bernama King's Cellars?
Saya pernah bekerja di sana sekitar tahun enam puluhan."
Kemudian Tracy bertanya apakah gadis itu tahu sesuatu
tentang hantu-hantu di tempat itu. "Hantu itu adalah si
Kata Pengantar xvii

pemilik tempat itu sendiri yang bernama Bernard. Pada


suatu hari Minggu, ia pulang larut malam dalam keadaan
mabuk berat, lalu terjatuh di tangga. Ia ditemukan pagi
harinya, lehernya patah." Kemudian Tracy bertanya apakah
mungkin ada juga hantu-hantu yang lain. "Ya, hantu dari
seorang gadis yang bunuh diri. Ia bertengkar dengan pacar-
nya di pub dan kembali bekerja di gedung yang ber-
sebelahan dengan pub itu. Beberapa saat setelah bertengkar
dengan pacarnya itu, si gadis menjatuhkan diri dari atap.
Tubuhnya jatuh di atap pub dan ia tewas."
Saya amat senang, dan cepat-cepat mengatakan kepada si
produser apa yang baru saja saya dengar. Kami tidak ha-
nya jadi tahu nama bekas pemilik tempat itu, tetapi juga
sesuatu mengenai gadis yang telah dilihat Aiko Gibo. Selain
itu, kami punya seorang saksi yang pernah bekerja di pub
itu, yang dapat menceritakan pengalamannya di depan ka-
mera.
Satu jam kemudian, Nyonya Gibo dan saya sampai di
hotel tempat kami menginap. Sementara itu, kru kamera
yang tidak merasa ngeri bersiap-siap untuk berjaga sepan-
jang malam di bar itu, untuk memfilmkan penampakan apa
pun yang bakal terjadi. Tahu bahwa hantu-hantu pembuat
gaduh itu terkenal malu dipotret, saya merasa yakin usaha
yang dilakukan kru juru kamera itu hanya membuang-
buang waktu saja. Ternyata benar. Esok paginya, mereka
kembali ke hotel, lelah dan kecewa. Hantu itu, seperti yang
saya duga, tak mau "beraksi''.
Tetapi saya, sekurang-kurangnya, telah memberikan buk-
ti mengenai hantu-hantu pembuat gaduh itu-dan tentang
kekuatan luar biasa yang dimiliki Nyonya Aiko Gibo.
1
Roh Sungguh Ada
Roh Sungguh Ada 3

Kematian Bukanlah Akhir

Sebagai seorang yang sejak kecil sudah melihat rah-rah dan


mendengar suara-suara mereka, saya tidak mungkin ber-
sikap seperti orang-orang pada umumnya yang percaya
bahwa jiwa manusia hilang bersama dengan kematian ba-
dan. Saya sudah menyaksikan sejumlah peristiwa ketika
rah para sahabat dekat dan sanak saudara terpisah dari
badan mereka pada saat mereka meninggal, dan melihat
rah-rahnya menghilang ke langit.
Sering saya mendengar pesan dari rah-rah: hal-hal yang
tak tersampaikan kepada orang-orang yang mereka cintai,
atau kisah-kisah yang tak sempat mereka ungkapkan se-
waktu masih berada di antara yang hidup. Bahkan, meng-
atupkan tangan dalam doa untuk mengatakan bahwa
harapan-harapan mereka telah didengarkan sudah cukup
untuk mendatangkan sesungging senyuman pada wajah
para rah, dan kadang-kadang juga ucapan salam dari me-
reka. Pada kesempatan-kesempatan semacam itulah para
rah merasa paling senang.
Saya punya dua saudara laki-laki. Dengan merekalah
saya bisa bergaul dengan enak. Adik saya, yang sangat
dekat dengan saya, mengalami musibah dalam kecelakaan
mobil yang fatal saat ia berusia 15 tahun. Sebagai kanak-
kanak, kami tak terpisahkan dan bisa menghabiskan waktu
bersama-sama tanpa jemu. Saat ia meninggal, saya berada
di sisinya, dan pengalaman melihat rahnya meninggalkan
tempat tidur lalu menghilang melalui jendela adalah suatu
peristiwa yang tak terlupakan. Pada saat-saat itu terjadi,
pertama-tama ia menatap ibu kami, kemudian masing-
masing dari kami yang mengelilinginya; dengan sungguh-
sungguh ia memandangi wajah kami lewat matanya yang
setengah tertutup, seolah-olah ingin meyakinkan bahwa ia
tak akan pernah melupakan kami. Saat-saat terakhir ke-
hidupan adik saya itu meyakinkan saya bahwa bahkan
ketika orang telah pergi dari dunia ini dan tak dapat lagi
berkomunikasi dengan orang yang dicintai dengan cara
4 Manusia Tidak Mati

biasa, ia masih menghargai kenangan manis akan orang-


orang yang ditinggalkan.
Pada malam setelah kematiannya, ketika semua orang
yang melayat telah pergi, saya menyelinap ke luar rumah.
Ingatan saya dipenuhi oleh kenangan akan adik saya. Saya
berharap, bahwa dengan meluangkan sedikit waktu di ba-
wah cahaya bintang-bintang saya dapat mengurangi rasa
duka karena kehilangan.
Di luar pintu belakang rumah kami ada sebuah pintu
gecbang kecil dari kayu. Di sampingnya berdiri sebatang
pohon persik yang besar. Setiap tahun, pohon itu merun-
duk sangat rendah karena buahnya yang lebat, yang dulu
saya nikmati bersama adik saya . Ketika saya berjalan di
bawah pohon itu, terjadilah ini: dalam sekejap, bayangan
seorang remaja yang badannya terbaring di dalam rumah
berkelebat di depan mata saya. Lalu saya sadar bahwa jiwa
adik saya masih tinggal di sana, enggan meninggalkan
rumah yang ia cintai.
Sejak kematiannya, adik saya mengajarkan pada saya
banyak hal tentang alam roh-roh, harapan dan impian me-
reka yang tinggal di sana, serta apa yang mereka coba
katakan kepada kita . Ia terus melakukan itu. Lama kemudi-
an, setelah ibu serta kakak laki-laki saya meninggal dan
bergabung dengannya, dari waktu ke waktu mereka mengi-
rimkan pesan-pesan mereka masing-masing kepada saya.
Mendengarkan segala sesuatu yang harus mereka sampai-
kan membuat saya tidak ragu sedikit pun bahwa walaupun
daging dan tulang bisa membusuk setelah kematian, jiwa
manusia terus hidup .

Sahabat Karib Saya, Ayako


Saya baru berusia enam tahun ketika sadar bahwa saya
memiliki kemampuan seorang medium. Di hari pertama
masuk sekolah dasar, saya duduk di sebelah seorang anak
perempuan bernama Ayako. Rambutnya yang tebal dan
lebat seperti rambut boneka-boneka milik saya, meninggal-
kan suatu kesan kuat yang istimewa pada diri saya. Saya
Roh Sungguh Ada 5

juga ingat bahwa ia punya tahi lalat di sebelah hidungnya


yang indah, yang menambah keayuannya. Kecantikan
Ayako sungguh luar biasa sehingga seorang anak kecil pun
dapat merasakannya.
Pada masa itu pakaian adalah barang mewah. Ibu saya
sedapat mungkin selalu mengganti kerah dan pita pada
pakaian berpotongan seragam pelaut yang saya kenakan
agar pakaian itu kelihatan sedikit cerah. Tetapi, Ayako
selalu mengenakan pakaian-pakaian bagus. Rasanya ia da-
tang ke sekolah dengan pakaian berbeda setiap hari. Di
ma ta kanak-kanak saya ketika itu, roknya · yang panjang
dengan keliman-keliman hiasan tambahan membuatnya
tampak bagai seorang putri raja.
Sehelai gaun berbintik-bintik biru, sepasang sepatu yang
mengilap, dan kaus kaki berenda-suatu kemewahan yang
belum dikenal pada masa itu-juga ada di antara koleksi
pakaian Ayako. Semua yang dimiliki Ayako adalah "im-
pian" bagi setiap gadis. Ayahnya, kata Ayako sendiri, ada-
lah manajer sebuah perusahaan dan membawakan pakaian-
pakaian itu dari negeri seberang saat ia pergi berbisnis.
Segala sesuatu yang dimiliki Ayako mengesankan ke-
mewahan. Bahkan, karet penghapusnya pun sama sekali
belum pernah saya lihat. Karet penghapus itu berbentuk
seorang penari, sepatu merahnya yang bertumit tinggi me-
rupakan bagian yang digunakan untuk menghapus, sedang-
kan bagian yang lain semata-mata hanya hiasan. Betapa
inginnya saya menggunakan karet penghapus itu! Akhirnya
saya mendapat kesempatan juga: suatu hari saya lupa
membawa karet penghapus sendiri, dan ketika saya menga-
takannya kepada Ayako, ia langsung mengambil karet
penghapusnya yang indah itu dari kotak pensil dan mele-
takkannya di meja saya. Tetapi, sebelum kejadian itu ke-
baikan hati Ayako telah membuat saya amat terkesan.
Sepulang sekolah kami berdua biasa bermain bersama.
Saya ingat betapa saya selalu ingin cepat-cepat sampai di
rumah, menaruh tas sekolah begitu saja, lalu bertemu de-
ngan Ayako yang sudah menunggu di luar. Sesampai di
jalanan biasanya kami berlari-lari gembira, meloncat-loncat
6 Manusia Tidak Mati

di atas tutup-tutup lubang got untuk mendengarkan suara


yang ditimbulkannya.
Kalau hari sedang hujan, biasanya kami menggambar
clan memotong boneka-boneka kertas, berganfian main di
rumah masing-masing. Masa-masa itu saya ingat dengan
jelas sebagai salah satu saat paling menggembirakan dari
kehidupan saya.
Kemudian, dengan begitu tiba-tiba, Ayako tidak masuk
sekolah: sehari, lalu dua hari. Sesudah itu kami diberi tahu
oleh guru kami, yang matanya sembab karena menangis,
bahwa Ayako 'telah meninggal karena sakit mendadak.

Bangku yang Kosong


Bangku Ayako kosong. Setiap kali melihat bangkunya, dada
saya terasa sesak karena sedih membayangkan kotak pen-
silnya yang sudah begitu saya kenal, dengan beragam isi-
nya yang diatur rapi sekali.
Pada masa itu, ada kebiasaan pada waktu pemakaman
untuk memberi setiap orang yang berkabung sebuah manju,
kue kecil berisi adonan kacang lembut. ltu adalah cara
untuk mengenang orang yang baru saja meninggal. Pada
masa ketika di Jepang gula-gula clan kue merupakan ba-
rang langka, manju menjadi terasa sangat enak.
Ayah Ayako sangat terpukul karena kehilangan anak
perempuan satu-satunya clan ia memberi kami, teman-
teman sekelas Ayako, masing-masing beberapa manju, juga
kantong-kantong permen kesukaan Ayako. Tetapi tak se-
orang pun dari kami, yang berjumlah empat puluh orang
dalam kelas pertama itu, punya sepatah kata untuk diucap-
kan ketika menerima pemberian-pemberian murah hati itu.
Suasana amat hening. Sebatang jarum yang jatuh dalam
ruang kelas pada hari itu mungkin bisa terdengar: tak
seorang pun dari kami mengajukan diri untuk berbicara,
ingatan kami terlalu dipenuhi kenangan akan Ayako.
Sore hari itu, saya berjalan pulang dengan perasaan campur
aduk: penuh kesedihan atas kematian Ayako clan kegembiraan
karena menerima permen, sesuatu yang biasa pada seorang
Roh Sungguh Ada 7

anak kecil. Saya ingat betul waktu itu musim gugur, dan
guguran daun-daun kuning pohon ginkgo terbentang bagaikan
karpet di tanah. Hari itu, kami semua pulang dengan perasaan
terserap dalam ingatan tentang teman sekelas kami yang telah
meninggal. Kenangan saat berjalan pulang dengan sedih,
menendang-nendang batu-batu dengan sepatu olahraga,
begitu jelas bagi saya seolah-olah terjadi kemarin.
Hidup terasa sepi tanpa kehadiran Ayako. Saya kehilang-
an keinginan untuk menjalin persahabatan dengan teman-
teman lain. Bila teman-teman sekelas mengajak bermain,
saya hanya menundukkan kepala dan kembali pada
pikiran-pikiran murung saya. Hal yang sama terjadi di
rumah. Kehidupan saya berubah sama sekali.

Saya Mendengar Suara Ayako


Suatu malam, ketika sedang duduk sendirian sambil ber-
main boneka, saya mendengar seseorang memanggil saya.
"Sini, Aiko, ayo kita bermain ..."
Tak diragukan lagi. ltu suara Ayako.
"Tunggu sebentar, Ayako, aku akan segera ke sana,
jawab saya, dan berlari menuju pintu rumah. lbu saya,
terkejut mendengar saya berbicara sendiri dengan suara
keras dan melihat saya kemudian berlari ke pintu, mem-
bentak dengan marah.
"Aiko, kamu among apa? Apakah kamu baru saja me-
ngatakan 'Ayako, aku akan segera ke sana'? Apa yang
dikatakan Ayako padamu? Ia telah meninggal, Aiko. Demi
kebaikanmu, sadarilah itu dan tenanglah."
Tetapi sementara berdiri di pintu depan, saya mendengar
suara Ayako lagi.
"Aiko, cepat! Kenapa kamu lama sekali? Lihat, aku ada
di sini. "
Mana mungkin saya salah? ltu suara seorang teman de-
ngan siapa saya telah menghabiskan banyak waktu dan jam
bermain yang menyenangkan.
Sambil membuka pintu, saya berseru kepada ibu saya,
8 Manusia Tidak Mati

"Tetapi itu Ayako, aku tahu. Ia sungguh-sungguh memanggil-


k u.I"
Saat itu di luar sudah gelap. Ibu saya dengan kuat
menarik bahu saya. "Masuk ke dalam sekarang," katanya.
"Sekalipun kamu merasa benar-benar mendengar suara
Ayako, kamu tetap salah. Ayako sudah meninggal. Tak
mungkin ia dapat memanggilmu."
Wajahnya pucat pasi. Tanpa berkata apa-apa, saya kembali
ke kamar. Ibu mengikuti dan duduk sejenak bersama saya.
Kami diam di sana dalam kesunyian, mungkin selama 20 a tau
30 menit. Kemudian ibu saya tiba-tiba pergi ke jendela dan
menangkupkan kedua tangannya dalam doa yang khidmat.
"Ayako, buatlah jalanmu ke dunia roh yang bahagia
secepatnya. Janganlah menjemput Aiko lagi. Kamu tak per-
nah dapat bermain bersama-sama lagi, tetapi aku berdoa
agar kamu kelak dilahirkan kembali sebagai seorang anak
yang ditakdirkan berumur panjang."
Sejak itu, saya menghabiskan hari-hari saya dalam ke-
sunyian, tidak berbicara dengan seorang pun, tidak dengan
teman-teman sekelas, guru-guru, tidak juga dengan ibu
yang sangat saya cintai. Anak-anak lain mengajak saya
bermain di papan luncur atau jungle gym di lapangan ber-
main sekolah, tetapi bagi saya usaha-usaha mereka untuk
bersikap akrab justru mengganggu saya.
Akan tetapi saya tetap belajar dengan baik: dalam soal
ini ayah saya amat keras, dan saya lebih suka untuk tidak
memikirkan hukuman apa yang mungkin menanti jika saya
menunjukkan tanda-tanda menolak pekerjaan-pekerjaan se-
kolah. Maka, walaupun hanya menjawab pertanyaan-per-
tanyaan guru dengan anggukan atau gelengan kepala, saya
tidak pernah lalai untuk menyalin segala sesuatu yang ada
pada papan tulis ke dalam buku catatan saya.

"Ada Yang Aneh dengan Aiko ..."


Selama pelajaran, guru biasanya berjalan di sekitar meja
saya dan memperhatikan saya yang sedang menulis, atau
mengambil buku catatan saya dan memeriksanya. Saya
Roh Swzgg11Jz Ada 9

ingat ini dengan gamblang; juga bahwa ia selalu mengata-


kan hal yang sama dengan berbisik.
"Ah, bagaimanapun juga, tampaknya ia belajar sebagai-
mana mestinya."
Akan tetapi, tidaklah sangat mengherankan bahwa sikap
diam saya mengganggunya. Ketika memanggil ibu saya ke
sekolah, ia menyarankan agar ibu saya membawa saya
untuk menjalani pemeriksaan medis. Oleh karena itu, saya
diliburkan satu hari, untuk pergi bersama ibu saya ke
sebuah rumah sakit besar.
"Anak ibu tidak menderita sakit apa pun," kata dokter,
seorang lelaki tua dengan suara yang ramah, kepada kami.
"Barangkali hanya shock karena kehilangan temannya itulah
yang membuatnya membisu: perlakukanlah ia sebagaimana
biasanya."
Di rumah kami, di belakang pintu depan, di bagian
sebelah kiri, ada sebuah gudang. Di dalamnya tersimpan
beberapa lemari berlaci. Ada jarak sekitar setengah meter di
antara lemari-lemari itu, dan ketika saya merangkak masuk
ke sela-sela itu lubang hidung saya diserbu bau yang sa-
ngat tajam, campuran jamur dan debu. Saya ingat sekali
bagaimana saya mengaduk-aduk remukan dinding dan
mengamatinya hancur menjadi tanah d_i depan mata saya.
Anehnya, di tempat pengap inilah saya merasa paling se-
nang.
Setiap kali saya duduk di tempat itu, Ayako akan me-
nampakkan dirinya di hadapan saya dan berkata sambil
tersenyum, "Aiko, tahukah kamu bahwa besok akan ada
pemakaman? Akan kutunjukkan tempat kamu bisa men-
dapatkan manju." Dan di depan mata saya muncul suatu
gambaran, sejelas gambar di layar televisi, tempat ke mana
saya harus pergi.
Sejak lahir telinga kanan saya agak tuli dan, akibat suatu
kecelakaan, penglihatan dengan mata kiri saya kabur. Ke-
dua cacat itu tidak mencolok. Tetapi dengan telinga kanan
itulah saya mendengar suara-suara roh, dan dengan mata
kiri itulah saya melihat wajah mereka.
Saya menggambarkan penampakan-penampakan yang
10 Manusia Tidak Mati

saya alami mirip seperti menonton layar televisi, tetapi


warna-warnanya lebih alamiah daripada yang biasanya
tampak pada film, dan kadang-kadang tampak pudar.
Akan tetapi petunjuk-petunjuk yang diberikan Ayako selalu
jelas dan saya tak pernah sulit menemukan rumah tukang
roti tempat saya harus belok kanan, kotak surat yang me-
nandai gang yang harus saya telusuri, atau ke mana pun
Ayako mengirim saya. Semua itu seolah-olah peta hidup
yang diletakkan di depan mata saya. Juga jam pada saat
pemakaman diadakan dijelaskan pada saya: jika, misalnya,
upacara akan dimulai pada pukul dua sore, angka "2"
biasanya tampak dalam warna putih pada "layar" di hadap-
an saya. Pemakaman-pemakaman di Jepang umumnya di-
lakukan antara pukul sepuluh dan tiga, maka wajar saja
bahwa angka yang muncul selalu terentang dalam batas-
batas itu.
Karena mengetahui saat mulainya pemakaman, biasanya
saya jadi tak dapat berkonsentrasi di sekolah pada hari itu.
Saya tahu bahwa saya harus pulang, menaruh tas saya, dan
pergi ke tempat pemakaman diadakan.

Ketika Saya Amati, Lelaki yang Meninggal Itu Berbicara


pada Saya
Pada hari yang telah dikatakan, saya tergesa-gesa ke pema-
kaman yang dimulai pada pukul dua, dengan mengikuti
petunjuk yang saya terima. Petunjuk itu antara lain: belok
ke kanan begitu sampai di toko seorang pedagang beras,
dari situ mencari sebuah pohon besar tempat pemakaman
akan dilangsungkan. Saya sampai di tempat itu pada pukul
setengah tiga sore, saat tempat itu sudah dipenuhi orang
yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir
kepada almarhum.
Sebuah foto seorang lelaki gemuk berwajah riang tergan-
. tung di ruang depan sebuah rumah dekat situ. Ia tampak
berada dalam kondisi kesehatan yang prima, tetapi gambar
itu dililit pita hitam. Mereka yang duduk di sekelilingnya
sedang menyeka air mata. Tiba-tiba, ketika melihat ke wa-
Roh Sungguh Ada 11

jah lelaki dalam gambar itu, saya mendengar ia berkata


kepada saya.
"Aiko," katanya. "Dulu saya punya seekor anjing yang
sangat saya cintai bernama Kuro. Bisakah kamu meminta
keluarga saya untuk menaruh foto Kuro bersama saya di
dalam peti mati?"
Saya menyetujuinya, tetapi kemudian langkah-langkah
saya terhenti: Bagaimana saya, yang tak kenal siapa pun di
tempat itu, harus menyampaikan pesan itu? Saya berpikir
sejenak, kemudian menemukan apa yang tampaknya me-
rupakan cara paling baik. Sambil mengambil secarik kertas
kecil dari saku, saya mencari sesuatu untuk menulis. Ka-
rena melihat empat atau lima pensil di atas meja tempat
orang-orang yang berkabung menuliskan namanya dan me-
ninggalkan derma, saya ambil satu pensil dan tergesa-gesa
menuliskan pesan yang harus saya sampaikan dengan tulis-
an cakar ayam. Sambil menyisipkan kertas itu ke dalam
genggaman tangan salah satu anggota keluarganya, saya
berbalik dan berlari pulang, dengan tak melupakan manju
saya, dan langsung masuk ke tempat rahasia saya.
Setelah beberapa menit berlalu, dan cukup bagi saya
untuk mengambil napas dan menjadi tenang kembali, sekali
lagi saya mendengar suara lelaki gemuk itu.
"Saya sudah mendapatkan foto Kuro, Aiko. Terima ka-
sih," katanya, suaranya penuh kegembiraan. Ketika ia ber-
bicara, wajahnya tampak di hadapan saya.
Walaupun hanya seorang anak kecil, saya tahu bahwa
keluarga lelaki itu telah melakukan hal yang benar, dan itu
membuat saya terkesan sebab tahu bahwa orang itu akan
pergi ke dunia roh dengan membawa foto binatang ke-
sayangannya. Hal itu pun menggetarkan jiwa saya sebab
saya sadar telah memenuhi tanggung jawab besar semacam
itu dengan baik.

Gadis yang Hanya Dapat Berbicara kepada Roh


Sebagai kanak-kanak, saya sering menjadi sumber percek-
cokan orangtua saya. "Aku tak tahu apa yang telah kauajar-
12 Mnnusin Tidnk Mnti

kan padanya, tapi lihatlah ia! Sekarang ia tak mau bicara


sepatah kata pun kepada siapa pun."
Menanggapi itu, ibu saya biasanya menjawab, "Apakah
kamu tidak menyadari bahwa ia memang pendiam? Berilah
ia waktu beberapa tahun-dan selama waktu itu akan lebih
baik lagi jika kamu memperlakukannya dengan kasih sa-
yang yang lebih besar. Aku bukan satu-satunya orang yang
bisa disalahkan ..."
Di mata orang lain, saya pasti kelihatan menjadi seorang
gadis kecil yang sangat kesepian. Tetapi, sesungguhnya
sama sekali tidak demikian. Pesan-pesan yang saya terima
dari dunia roh memungkinkan bisa menikmati banyak
manju, dan saya selalu dapat bercakap-cakap dengan
Ayako, teman saya yang paling baik. Saya sama sekali
tidak kesepian. Sebaliknya, kata-kata yang ditujukan ke-
pada saya oleh para famili dan guru-guru yang cemas,
sekalipun dengan maksud-maksud yang sangat baik, lebih
merupakan gangguan bagi saya.
Sekolah dasar saya terletak di pinggir sebuah sungai, dan
setiap kali ada orang jatuh atau terjun ke sungai itu karena
mencoba bunuh diri, saya akan mendengar suara deru air
di telinga kanan saya. Apabila hal itu terjadi, saya akan
meninggalkan ruang kelas dan keluar lewat koridor, meng-
ikuti suara itu, dan berlari ke pos polisi setempat untuk
melaporkan bahwa seseorang telah terjun ke sungai.
Guru-guru saya telah lama menghentikan teguran atas
tingkah laku saya itu. Bagaimanapun, sulit bagi mereka
untuk menghukurn saya karena meninggalkan kelas semen-
tara mereka sendiri melihat bahwa polisi setempat ber-
terima kasih kepada saya karena telah memberi informasi
tentang orang tenggelam. Sekarang pun saya dapat meng-
ingat kembali pandangan-pandangan penuh keraguan di
wajah mereka.
Malam harinya, setelah dinyatakan mati tenggelam, kor-
ban biasanya menampakkan diri kepada saya. Mereka se-
lalu amat ingin untuk menceritakan kepada saya keadaan-
keadaan di sekitar kematian mereka dan meminta saya
untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada orang
Roh S1mgguh Ada 13

yang mereka cintai. Mulai saat itu, kehidupan saya berkisar


di seputar para roh dan semua komunikasi yang mereka
sampaikan kepada saya.

Menjelajahi Rumah-rumah Berhantu


Sampai pada bagian ini, saya terutama menceritakan masa
kanak-kanak saya, yang sebagian besar saya habiskan ber-
sama roh-roh. Tetapi itu hanya awal dari hubungan saya
dengan dunia roh. Belum lama ini saya terlibat dalam
pembuatan acara berseri televisi berjudul "Menjelajahi
Rumah-rumah Berhantu". Selama masa pembuatan paket
acara itu, saya berkesempatan mengunjungi sejumlah lokasi
berhantu di berbagai negara.
Tetapi perjalanan-perjalanan saya tidak dimulai dengan
pembuatan serial televisi seperti itu. Selama bertahun-ta-
hun, saya telah melakukan berbagai perjalanan atas ke-
mauan saya sendiri. Selama tahun-tahun itulah saya
mengembangkan keingintahuan saya yang kuat mengenai
bagaimana dan mengapa rumah-rumah tertentu memper-
oleh reputasi "berhantu", seperti drama kehidupan nyata
yang berlangsung di balik dinding-dinding rumah-rumah
itu selama bertahun-tahun yang lalu.
Taiwan adalah tempat pertama yang saya kunjungi, lalu
Hong Kong, dan kemudian Eropa . Semenjak mengunjungi
sejumlah besar rumah, saya dapat merasakan suatu pola
tertentu mengenai keadaan roh-roh di dalam setiap rumah.
Rumah-rumah yang lebih tua hampir bisa dipastikan lebih
hebat mengalami "gangguan" dari berbagai macam roh,
yang banyak di antaranya telah menjadi hantu-hantu yang
merana. Saya juga sampai pada kesimpulan bahwa lebih
banyak rumah berhantu di negara-negara yang perkem-
bangan sejarahnya berlangsung berabad-abad.
Kehidupan dengan mudah dapat dilihat sebagai rangkaian
persoalan antara pria dan wanita, a tau persoalan yang berakar
dalam keinginan material. Berapa banyak orang yang selama
berabad-abad telah diperlakukan dengan semena-mena oleh
kekasih atau pasangan hidupnya? Berapa banyak yang telah
14 Manusia Tidak Mati

kehilangan hak milik atau harta benda hasil kerja kerasnya


karena ditipu? Hampir dalam semua kasus, kepahitan dan
penderitaan yang mengiringi kejadian-kejadian semacam itu-
lah yang menyebabkan rumah-rumah menjadi berhantu.
Eropa mempunyai sejarah panjang perebutan kekuasaan
yang keji. Selama berabad-abad, raja-raja yang tak terhitung
banyaknya digulingkan dari tahta mereka, dan tak ter-
hitung banyaknya orang yang ditipu dalam soal warisan
oleh sanak keluarganya sendiri yang jahat. Akibatnya, se-
bagian besar jenis gangguan hantu yang muncul di sana
berkisar pada masalah uang dan konflik kekuasaan. Rumah
tak akan berhantu tanpa alasan yang memadai, kecuali
sebagai akibat langsung dari kejadian-kejadian tragis di
masa lampau.

Roh yang Terkurung: Permohonan Tragis Mereka


Kepada Kita
Biasanya, begitu tiba di sebuah rumah yang punya sejarah
panjang, telinga saya akan langsung diserbu oleh per-
mohonan-permohonan dari para roh yang kesepian. Karena
roh-roh itu putus asa untuk bisa berbicara kepada sese-
orang, saya hanya punya sedikit pilihan kecuali mende-
ngarkan.
Suara para roh yang mendiami rumah-rumah berhantu
selalu diwarnai kesedihan dan penderitaan. Ada yang ke-
sedihan dan penderitaannya sedemikian besar sehingga
saya ingin menutup telinga saya dan menyuruh mereka
diam. Kadang-kadang, hanya dengan berdiri di depan se-
buah rumah semacam itu, saya akan merasa kedinginan
seperti disiram seember air es, atau saya merasakan kaki
saya membeku dan tak dapat digerakkan.
Kalau hal semacam itu terjadi, saya tahu bahwa apa
yang saya namakan "hantu-hantu yang terkurung dalam
rumah" tersebut sedang berusaha untuk membuat kehadir-
an mereka bisa dirasakan. Itulah hantu orang-orang yang
telah meninggal dalam rumah mereka sendiri dan kemudi-
an tak mampu meninggalkannya.
Roh Sungguh Ada 15

Dari sernua aktivitas yang dilakukan rnanusia, perang


adalah yang saya anggap paling tercela. Selarna berabad-abad,
ribuan rnanusia dikorbankan dalarn perang besar-besaran, dan
saya sudah sering rnenyaksikan roh para korban perang itu
rnengernbara ke ternpat-ternpat rnereka dulu dibunuh, tak
dapat beristirahat. Seandainya perang tidak pernah terjadi,
jiwa-jiwa yang rnenderita dan rurnah-rurnah berhantu tidak
akan ada, dan, bagi saya, inilah alasan yang baik untuk
rnelarang sernua konflik kejarn dan tak berperikernanusiaan.
Pikiran tentang perang rnernenuhi diri saya dengan kernarah-
an dan kesedihan sedernikian rupa sehingga ada saat ketika
saya ingin rneluapkan perasaan saya dengan berteriak keras
agar bisa didengar sarnpai ke seluruh dunia. ·
Karena saya dapat berkornunikasi dengan para roh, rnereka
. rnenceritakan kepada saya apa saja yang terjadi dan secara
khusus rnereka alarni, yaitu alasan bagi ketidakrnarnpuan
rnereka untuk rnenjadi tenang. Bagi rnereka yang tak dapat
secara langsung berbicara dengan roh-roh, rnencari inforrnasi
sernacarn itu berarti rnenyelidiki sejarah rurnah dan lingkung-
an di seputar rurnah itu. Jika suatu kejadian tragis rnelibatkan
seseorang yang tinggal dalarn rurnah Anda atau sebuah
ternpat yang tak jauh, letakkanlah segelas air di sudut ruangan
sebagai sebuah persernbahan, dan tangkupkanlah tangan
Anda dalarn sikap doa sarnbil rnernikirkan roh yang ber-
sangkutan. Tindakan Anda akan sangat berarti dalarn rnenye-
nangkan hati hantu yang terkurung.
Pada saatnya, roh-roh akan rnencari bantuan dari yang
rnasih hid up, atau rnuncul untuk rnernperlihatkan kernarahan
kepada rnereka, dengan rnenirnbulkan kebingungan atau
ketidakbahagiaan. Menenangkan roh sernacarn itu dengan
cara yang telah saya sebutkan akan beroleh ucapan terirna
kasih rnereka, dan sangat besar kernungkinan bahwa sernua
kegiatan yang rnenyusahkan dihentikan, serta rnernungkinkan
penghuni rurnah itu kernbali rnenjalani kehidupan yang wajar.

Penganut Kristen di Unzen


Saya pernah berkunjung ke Unzen, suatu daerah yang ter-
16 Manusia Tidak Mati

kenal karena sumber air panasnya. Tak seorang pun yang


pernah melintasi daerah ini tidak terkesan oleh pemandang-
an misterius dari awan gemawan yang terbentuk oleh uap
air panas yang menyembul di antara bukit-bukit nan hijau.
Tetapi, bagi saya, keindahan Unzen kalah dengan peman-
dangan yang lebih menyeramkan. Di bawah saya, di balik
uap itu, saya dapat melihat sekelompok orang berpakaian
putih; mereka didorong secara kasar oleh orang-orang yang
tampaknya semacam para petugas. Saya segera sadar bah-
wa yang saya lihat itu adalah sebuah penampakan menge-
nai suatu kejadian yang sebenarnya tak terjadi. Meskipun
demikian, pemandangan itu tetap menakutkan saya.
Ketika saya amati, para tawanan berpakaian putih itu,
yang diikat bersama dengan tali yang membentuk suatu
tanda silang pada setiap dada mereka, dituntun menuju
tepi kolam yang bergelembung-gelembung dan didorong
masuk satu per satu. Ketakutan serta kesedihan menguasai
saya, dan saya seperti terpaku di tempat itu, tak dapat
memaksa diri sendiri untuk meninggalkan pemandangan
yang mengerikan itu. Ketika mereka dilemparkan ke dalam
kolam, saya mendengar mereka masing-masing berseru,
"Amin!"
Dengan penampakan itu, kecurigaan saya diperkuat.
Saya menyaksikan penindasan keji terhadap "orang-orang
Jepang penganut Kristen yang bersembunyi".
Pada waktu itu saya sedang mengumpulkan bahan un-
tuk penulisan sebuah artikel majalah dan saya ditemani
seorang fotografer.
"Saya bisa melihat beberapa orang Kristen yang bersem-
bunyi di sana, bisakah Anda melihat mereka juga?" tanya
saya kepadanya. Ketika melukiskan apa yang saya lihat,
saya diliputi emosi dan air mata mulai mengalir di pipi
saya.
Ia tak melihat apa-apa kecuali kelihatan terganggu dan
terus mengambil foto demi foto dengan cara yang tampak
sembarangan.
Dari rambut mereka yang kusut dan mata yang bersinar,
saya tahu bahwa para tawanan itu adalah orang-orang
Roh Sungguh Ada 17

Kristen tersembunyi dari abad ke-17. Wajah mereka tak


memperlihatkan tanda-tanda ketakutan, semata-mata karena
iman yang tak tergoyahkan. Sambil berpaling ke arah pe-
mandangan itu, yang hanya dapat terlihat oleh saya, saya
tangkupkan tangan dalam sikap doa dan menundukkan
kepala, dan tetap dalam keadaan itu selama beberapa wak-
tu.
Dalam hati, saya bertanya-tanya, sudah berapa lamakah
peristiwa itu terjadi? Belum lama berselang Gunung Unzen
meletus, mengubur sejumlah besar orang di bawah aliran
lava yang terbentang luas. Saya yakin hantu-hantu yang
terkurung di tempat yang saya lihat pada hari itu masih
ada di sana.
Pada saat sedang berpikir tentang sejumlah hantu yang
terkurung di suatu tempat dan berseru-seru memohon per-
tolongan, saya tidak mampu menahan diri untuk berharap
bahwa semoga semakin banyak orang yang mampu me-
nyadari keberadaan jiwa-jiwa yang merana itu dan meman-
ja tkan doa bagi mereka . Dengan perlindungan dan
perhatian dari yang masih hidup, mungkin pemandangan
yang saya lihat pada hari itu di Unzen akan berubah
sedikit lebih baik.

Permohonan dari Roh-roh yang Tidak Bahagia


Selama bertahun-tahun telah saya jumpai banyak roh yang
malang, bukan hanya di Unzen. Di antara mereka terdapat
roh dari orang-orang yang bunuh diri dengan meneng-
gelamkan diri ke sungai di dekat sekolah saya <lulu. Bebe-
rapa roh berusaha keras untuk menjelaskan mengapa
mereka memilih untuk merenggut kehidupan mereka sen-
diri. "Saya kesepian," kata mereka, atau, "Saya ingin keluar-
ga saya lebih mencintai saya," atau, "Saya tak punya
ketetapan hati untuk menyelesaikan suatu tugas." Namun
mereka semua mengakhiri cerita mereka dengan mengata-
kan kepada saya bahwa ternyata mati adalah pilihan yang
keliru.
Ketika saya masih kecil, roh-roh itu akan mengatakan
18 Manusia Tidak Mati

kepai:ia saya, "Saya tak bisa masuk ke dalam dunia rah


seperti ini. Saya mohon, kirimkanlah kasih sayang, ucap-
kanlah sepatah doa buat saya-itu akan membuat saya
merasa jauh lebih baik."
Tentu saja tak semua roh sedih. Sesungguhnya banyak
yang merasa sebaliknya. Satu hal yang saya ingat benar
adalah tentang seorang wanita tua di lingkungan kami
yang meninggal dunia setelah menikmati kegembiraan dan
kepuasan hidup. Ia wanita yang baik hati, sangat dicintai
keluarganya, dan ia meninggal dengan damai, dikelilingi
orang-orang yang paling dekat dengannya. Setelah kemati-
annya, saya sering melihatnya memelihara kebun yang su-
dah dirawatnya sedemikian indah, atau berjalan-jalan
dengan anjingnya.
Orang-orang yang sanak saudaranya memberikan per-
hatian baik kepada mereka dan membuat mereka merasa
dicintai serta dihargai, selalu akan tampak tersenyum dan
senang ketika mereka saya lihat dengan mata kiri saya
yang rabun.

Roh-rob yang Bahagia Mengungkapkan Rasa Terima


Kasih Mereka
Roh-rah yang bahagia, seperti yang saya lukiskan tadi, tak
pernah mendatangi saya dalam keadaan susah dan tidak
bahagia, juga tak pernah membutuhkan saya untuk me-
lakukan sesuatu bagi mereka. Sebaliknya, saya dapat me-
ngatakan bahwa mereka terus-menerus mengawasi anak-
anak dan keluarga yang telah mereka tinggalkan, melaku-
kan yang terbaik untuk melindungi mereka.
Selain itu, masing-masing roh itu bebas dari kekhawatir-
an, sedemikian rupa sehingga orang ingin tahu ke mana
hilangnya rasa sakit dan susah yang pasti mereka derita
sebelum kematian mereka.
Mereka merasa bersyukur kepada keluarga mereka atas
setiap pelayanan kecil yang dilakukan keluarga bagi mere-
ka, bahkan jika itu hanya berupa ucapan sepotong doa
Roh Sungguh Ada 19

sederhana atau seporsi kecil makanan kesukaan mereka di


pinggir meja keluarga.
Roh tahu segala sesuatu yang diperuntukkan baginya
dan, sebagai balasan, ia akan lebih mendekatkan diri ke-
pada mereka yang masih hidup. Contohnya, karena merasa
bahwa almarhum yang dicintai menyukai bunga, seseorang
meletakkan pot bunga untuknya di sebuah meja di dalam
rumah, sambil mengatakan, "Ini untukmu", atau kata-kata
lain dengan tujuan yang sama. Roh yang dimaksud akan
menjadi senang dan tinggal dekat dengan orang yang telah
mengobati kesusahannya serta menghiburnya.
Dengan mengamati berbagai perlakuan rah terhadap me-
reka yang masih hidup, tidaklah sulit untuk mengatakan
mana roh-roh yang bahagia dan mana yang tidak bahagia.
Kalau selama ini Anda selalu mengira bahwa tidak ada
apa-apa setelah kematian, pertimbangkanlah kembali per-
kiraan Anda itu. Jika Anda ingin hidup bahagia, Anda
hams berusaha untuk menyadari sampai sejauh mana tin-
dakan-tindakan sederhana seperti mengucapkan sepatah
doa, atau membuat persembahan kecil kepada mereka yang
telah meninggal, dapat mempercerah kehidupan Anda se-
hari-hari.
Orang yang Anda cintai mungkin telah meninggalkan
dunia ini dan masuk ke dunia lain, tetapi mereka tetap
menginginkan Anda bahagia, dan mereka akan melakukan
segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk menjamin bah-
wa Anda sungguh-sungguh bahagia.
2
Anda Dapat
Mengubah _Nasib Anda
Anda Dapat Mengubah Nasib Anda 23

Mengapa Orang-orang Baik Ditimpa Kemalangan?

Kita semua pernah mendengar orang-orang berkata, "Meng-


apa sesuatu yang begitu bumk hams terjadi pada orang
sebaik dia?", atau "Mengapa ini terjadi pada saya? Saya tak
pernah melakukan sesuatu yang memgikan orang lain!"
Jika Anda merasa demikian, saya ingin Anda bertanya
kepada diri sendiri: tahukah Anda, seperti apa nenek mo-
yang Anda dua atau tiga generasi sebelum Anda?
Kita, manusia, adalah makhluk yang penuh persoalan,
mudah disesatkan oleh emosi kita. Bahkan jika seseorang
merasa telah menempuh hidup tanpa cela, itu tidak berarti
bahwa salah seorang leluhurnya tidak bersikap acuh tak
acuh dan meremehkan, atau kurang menghargai roh-roh.
Lewat satu contoh, saya akan memulai cerita tentang dua
anak muda yang menderita kemalangan luar biasa bukan
karena kesalahan mereka sendiri.
Sebuah keluarga dengan nama Hayashi hidup di sebuah
mmah besar di lingkungan tempat kami tinggal. Keluarga
ini dikenal sebagai "jutawan lokal". Mereka mempekerjakan
seorang tukang kebun untuk mengums tanah milik mereka
yang luas. Hasil kerja tukang kebun ini sangat mengagum-
kan; bunga-bunga beraneka warna di kebun itu mengun-
dang decak kagum orang-orang yang melihatnya. Rumah
tinggal keluarga itu begitu besar, sehingga mereka sanggup
mempekerjakan tiga orang pembantu mmah tangga yang
tinggal di sana.
Keluarga Hayashi memiliki anak laki-laki bernama Katsuo.
Ia anak tunggal, dan kami sungguh iri kepadanya. Bagaimana-
pun, kami berasal dari keluarga miskin dan kami hams
berebut dengan sejumlah besar saudara untuk memperoleh
perhatian orangtua kami. Setiap kali Katsuo ingin meninggal.-
kan mmah, selalu ada seorang pembantu yang siap mengan-
tarnya sampai pintu dengan sikap membungkuk penuh
hormat. Sebuah limusin membawanya ke sekolah, suatu
kemewahan yang belum pernah terdengar pada masa itu.
Suatu ketika, mmah tangga Hayashi ditimpa musibah besar
dan terasa amat mendadak: orangtua Katsuo jatuh sakit dan
24 Manusia Tidak Mati

rneninggal karena suatu penyakit menular. Adik lelaki sang


suarni dan keluarganya pindah ke rumah itu serninggu setelah
suarni-istri Hayashi dirnakamkan, dan itu terjadi tak lama
sebelurn suatu tragedi lain rnenirnpa kernbali.
Keluarga ini punya dua anak lelaki. Yang tertua seusia
Katsuo. Akan tetapi, Katsuo jauh lebih cerdas daripada
sepupunya, dan selalu lulus ujian dengan gernilang, sehingga
ia dinilai la yak masuk ke sekolah-sekolah paling bergengsi.
Ketika tiba rnasanya mernasuki sekolah lanjutan tingkat
pertarna di Jepang, sernua orangtua berharap agar anak-
anak rnereka bisa diterima di sekolah paling bergengsi.
Oleh karena itu, sangat sukarlah bagi istri sang adik untuk
dengan sepenuh hati memperhatikan anak almarhum sau-
dara sepupunya, sebab anak kandungnya sendiri harus ber-
juang keras untuk lulus ujian. Maka, ia rnulai mengusik
Katsuo dengan rnengatakan bahwa ia belajar terlalu keras,
atau tak perlulah baginya untuk rnasuk sekolah bergengsi.
Dengan rasa dengki, ia mengubah sebuah gudang kecil di
sudut paling utara rurnah raksasa itu rnenjadi sebuah ka-
rnar untuk Katsuo.
Keluarga ini rupanya telah lupa akan janji-janji yang
rnereka ucapkan kepada orangtua Katsuo untuk mengasuh
anak itu sebagai ganti kekayaan dan harta benda, dan
rupanya mereka rnernutuskan untuk rnembuat hidup Kat-
suo lebih rnenderita. Bagairnana bentuk perlakuan mereka
terhadap anak itu tetap merupakan misteri, tetapi saya
ingat betul bahwa Katsuo rnulai kelihatan menjadi kurus
dan pucat. Ia jadi tarnpak sebagai anak yang sungguh-
sungguh berbeda. Menurut para pelayan, Katsuo tak per-
nah kuat untuk bangkit. Bahkan ketika ia terbaring di
ternpat tidur karena dernarn, suami-istri itu tidak mem-
berinya obat. Perlakuan yang tak manusiawi sernacam itu
mernperburuk demam yang telah diderita, dan anak yang
rnalang itu rneninggal dunia tanpa diketahui.

Kutukan Seakan-akan Ditimpakan pada Mereka

Kepribadian kedua anak keluarga ini sungguh bertolak bela-


Anda Dapat M engubah Nasib Anda 25

kang dengan kepribadian orangtua mereka. Kedua anak itu


ramah; orang-orang di lingkungannya menyukai mereka.
Ketika dewasa, tibalah saatnya bagi kedua anak itu untuk
meninggalkan rumah clan mengarungi kehidupannya sendiri.
Akan tetapi, yang menanti mereka adalah kehidupan
penuh kemalangan, seolah-olah seseorang telah mengutuk
mereka. Si anak sulung memulai suatu bisnis dengan mo-
dal uang yang diberikan oleh orangtuanya. Tetapi ketika
baru saja mulai memperlihatkan kemajuan clan mulai bcr-
kembang, usahanya itu diambil alih oleh seseorang yang
semula ia anggap sebagai mitra yang dapat dipercaya. Se-
gera setelah itu, si sulung amat terkejut mendapatkan diri-
nya ternyata dililit utang yang begitu besar.
Adiknya juga menjalankan usahanya sendiri. Sayangnya,
rumah yang ia sewa sebagai tempat usaha terbakar habis
karena suatu kecelakaan yang ganjil.
Hanya kebetulankah? Bukan, kalau hari saat si sulung
ditipu habis-habisan dalam bisnisnya clan hari saat rumah
adiknya terbakar habis adalah persis hari peringatan me-
ninggalnya Katsuo.
Keinginan untuk meninggalkan warisan, dalam bentuk
apa pun clan dalam jumlah sekecil apa pun, kepada anak-
anak merupakan sesuatu yang lazim. Tetapi jika dalam
proses penyediaan warisan itu Anda mengorbankan kese-
jahteraan orang lain, anak-anak Anda tidak akan mungkin
dapat hidup bahagia.

Roh-roh yang Dilupakan Memohon kepada Anak Cucu


Mereka

Ada sebuah contoh mengapa orang-orang baik bisa saja


menderita kemalangan. Ini masalah lain, clan menyangkut
roh-roh yang pantas menerima perhatian kita. Ada orang
yang, karena asyik dengan kesibukan sehari-hari, tak ber-
sedia atau lupa mengunjungi makam orangtuanya; ada juga
orang yang, ketika orangtuanya meninggal, acuh tak acuh
terhadap kematian sanak saudara atau bahkan terhadap
kehidupan mereka sendiri.
26 Manusia Tidak Mati

Banyak roh ditolak atau dilupakan oleh keluarga mereka.


Mereka terluka karena kesepian tak tertahankan. Mereka
berseru kepada keluarganya untuk mengirimkan sepatah
doa cinta kepada mereka. Perhatian seperti itulah yang
pertama-tama dituntut oleh para roh. Setelah merasa men-
dapat perhatian yang layak, barulah para roh mau mem-
bantu anak cucu mereka untuk mencapai kehidupan yang
sejahtera dan makmur.
Jika ada orang yang bisa hidup bahagia walau ia menge-
sampingkan keberadaan roh-roh leluhurnya, itu berarti ia
melupakan roh-roh leluhurnya yang boleh jadi menderita
kesepian selama perjalanannya menuju dunia lain.
Roh-roh yang mengalami penderitaan seperti itu kemu-
dian akan berusaha menarik perhatian keturunannya, ka-
rena mereka percaya masih ada kesempatan bagi mereka
untuk dikenang. Biasanya mereka akan berupaya sampai
keluarga mereka berpikir, "Bagaimana mungkin begitu ba-
nyak hal buruk terjadi secara beruntun?" dan akhirnya,
"Apa yang sedang ingin disampaikan oleh roh salah se-
orang leluhur saya?" Itulah saat ketika orang-orang cende-
rung bertanya-tanya, "Mengapa sesuatu yang begitu buruk
terjadi pada orang sebaik dia ?"
Berpikirlah ke belakang sampai ke generasi kakek-nenek
Anda. Apakah Anda punya bibi atau paman yang me-
ninggal pada usia muda? Kalau memang ada, belum ter-
lambat bagi Anda untuk mulai memperhatikan mereka.
Roh-roh selalu siap menerima perhatian dan persembahan
tulus Anda. Yang perlu Anda lakukan sederhana saja: kum-
pulkan bunga-bunga, boleh juga yang liar, secukupnya dan
masukkan bunga-bungaan itu ke dalam sebuah gelas, lalu
letakkan di sudut meja, juga segelas air. Sambil melakukan
ini, jangan lupa Anda katakan, "Semua ini saya persembah-
kan bagi roh yang selama ini saya lupakan."

Orang yang Beruntung, Orang yang Malang

Kegagalan dan keberhasilan dalam hidup biasanya mem-


buat orang berpikir mengenai nasibnya. Ada orang-orang
Anda Dapat Mengubah Nasib Anda 27

yang keberuntungannya tampak sangat kuat. Dengan kata


lain, orang-orang itu terus-menerus bernasib baik. Semen-
tara itu, ada juga orang-orang yang tampaknya tak pernah
berhasil baik walaupun mereka sudah berusaha keras; ke-
beruntungan mereka bisa disebut lemah. Leluhur orang-
orang yang dianugerahi nasib baik kemungkinan besar
dulunya adalah orang-orang yang mau berkorban demi
menolong orang lain serta memiliki rasa hormat yang besar
terhadap leluhur mereka sendiri. Dengan demikian, mereka
berhasil mengembangkan gudang keberuntungan bagi anak
cucunya.
Oleh karena itu, orang-orang yang percaya bahwa kebe-
runtungannya kuat harus berupaya sebisa mungkin untuk
menjaga gudang nasib baik itu bagi keturunannya. Cara
yang paling baik untuk melakukan hal itu adalah dengan
mengirimkan perhatian penuh kasih sayang kepada salah
seorang leluhur, dan dengan tidak membiarkan diri kita
diracuni oleh perasaan dengki atau sakit hati terhadap
sesama yang masih hidup. Jangan pernah lupa bahwa cara
kita menjalani hidup kitalah yang paling menentukan apa-
kah anak cucu kita akan dilimpahi nasib baik atau tidak.
Jika kita lalai akan fakta ini dan terbuai oleh rentetan
nasib baik, lalu tak bersedia memperhatikan orang lain
dalam proses itu, dengan segera kita akan mengosongkan
gudang keberuntungan yang telah diwariskan leluhur kita,
dan anak cucu kita pun akan kehilangan kesempatan untuk
menikmati keberuntungan itu.
Bagaimanapun, sebagai manusia, suatu saat kita pasti
akan membuat kesalahan besar tanpa menyadarinya. Oleh
karena itu, pentinglah untuk bersikap kritis terhadap diri
kita sendiri agar kita tetap bersikap wajar; . juga janganlah
kita lupa untuk mengucapkan rasa syukur kepada leluhur
kita.
Kita tentu pernah mendengar seseorang yang hampir
selalu menang undian atau menang taruhan dalam bentuk
apa pun. Jangan keliru, keberuntungan seperti ini tak sedi-
kit pun punya kaitan dengan kemurahan hati para roh.
Maka, jika ada dari antara pembaca buku ini yang berpikir
28 Manusia Tidak Mati

untuk memberikan penghormatan kepada leluhurnya hanya


dengan harapan untuk menang undian atau taruhan, saya
pasti akan mengatakan kepada mereka untuk tak usah
membuang-buang waktu. Kedua keberuntungan yang tadi
saya kemukakan sama sekali tak saling berhubungan. Se-
jauh yang bisa saya lihat, keberuntungan yang membuat
seseorang hampir selalu tepat melakukan tebakan adalah
keberuntungan yang sifatnya sementara dan kebetulan be-
laka, sehingga bukan merupakan keberuntungan yang
sungguh-sungguh bermakna.
Bangsa Jepang punya sebuah ungkapan yang secara har-
fiah bisa diartikan "dirasuki oleh setan". Ungkapan itu me-
rujuk pada pikiran jahat atau tindakan yang sedemikian tak
bermoral yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang, se-
hingga orang itu seolah-olah dirasuki oleh setan. Tetapi
ungkapan itu tidak bisa diartikan begini: "setanlah yang
memaksa saya berbuat begitu", yang terasa lebih ringan.
Saya selalu merasakan ungkapan Jepang itu sarat dengan
nuansa supernatural.
Ada orang yang selalu beranggapan bahwa setanlah
yang merasuki diri mereka sehingga mereka melakukan
hal-hal yang merugikan. Padahal, semua itu terjadi karena
mereka sendiri bertindak sembrono, dan alasan "dirasuki
setan" hanya sekadar ingin melepaskan tanggung jawab.
Lain halnya bila sesuatu yang tidak enak menimpa sese-
orang yang selalu bersikap penuh pertimbangan, barulah
istilah "dirasuki atau dipengaruhi oleh setan" bisa diterima.
Bila seseorang mempertimbangkan segala sesuatunya de-
ngan sikap sabar dan tenang, roh pelindungnya akan me-
lakukan apa saja yang dapat dilakukan untuk membantu
orang tersebut membuat keputusan terbaik. Orang yang
mengambil keputusan dalam keadaan sangat emosional
atau sangat tertekan akan sangat mungkin melakukan kesa-
lahan dalam mengambil keputusan. Itu bukan karena setan
merasuki dan menghalangi kemampuan mereka untuk
membuat keputusan yang tepat, melainkan lebih karena
mereka membiarkan diri mereka masuk dalam keadaan
ketika roh pelindung mereka tak dapat mengawasi mereka.
Anda Dapat M engubah Nasib Anda 29

Oleh karena itu, dalam keadaan bagaimana pun kita tetap


harus berkepala dingin.
Kemungkinan besar lain yang juga akan membuat kita
cenderung melakukan keputusan yang buruk adalah apa-
bila leluhur kita lalai memberikan penghormatan kepada
roh-roh-ini berarti kita tak akan mempunyai roh pelin-
dung yang kuat untuk membantu kita .
Orang sering bicara tentang sesuatu yang "kebetulan"
terjadi, atau berkata bahwa mereka "ditakdirkan" bernasib
malang. Tetapi segala sesuatu yang terjadi selama hidup
kita berkaitan, melalui cara tertentu, dengan hubungan
yang sangat penting antara diri kita sendiri dan leluhur
kita.
Kita tidak pernah terlambat untuk mengubah kehidupan
kita menjadi lebih baik. Cobalah untuk memperhatikan roh-
roh leluhur Anda atau roh-roh orang-orang yang Anda
sayangi. Sajikanlah persembahan kecil bagi mereka. Se-
sungguhnya, roh baik hati. Mereka akan menerima semua
pesan cinta Anda dengan penuh rasa terima kasih, dan
akan berbuat sebaik mungkin untuk membimbing serta ikut
menanggung beban Anda.
3
Saya Menyadari
Kekuatan Saya
Saya Me11yadari Kekuatan Saya 33

Pentingnya Menyajikan Persembahan di Saat-saat Tidak


Pas ti

Tak pernah sedikit pun terlintas dalam benak maupun hati


saya untuk menunjukkan kepada seluruh dunia kekuatan
yang saya miliki. Itu tidak akan pernah menjadi tujuan
hidup saya. Sebaliknya, saya lebih suka menjadi "orang di
balik layar". Yang paling saya gemari adalah membaca
dengan tenang di rumah atau menikmati lukisan. Gembar-
gembor yang dilakukan media massa Jepang mengenai ke-
kuatan yang saya miliki justru membuat saya merasa tidak
enak.
Memang, yang saya inginkan agar dikenal oleh masyarakat
luas bukanlah kemasyhuran atau nama besar. Tetapi, jika ada
sesuatu yang saya dambakan, itu adalah keinginan besar
untuk mengajak setiap orang menyadari bahwa masing-
masing dari kita memiliki potensi untuk membuat hidup kita
lebih baik dan semakin baik; juga sangatlah disayangkan
bahwa kita tidak mampu menikmati kebahagiaan hidup itu
karena kita ticlak mengakui kehacliran para roh serta tidak
menyampaikan rasa cinta kita kepacla mereka.
Setelah menclengar langsung clari para roh apa yang
mereka inginkan clari kita, clan mengetahui betapa secler-
hananya cara untuk membuat mereka senang, saya pun
berusaha keras untuk menyampaikan semua yang saya ke-
tahui itu melalui buku-buku, majalah, clan televisi.
Saya kira, sejak clulu satu-satunya keinginan saya aclalah
mengajak sebanyak mungkin orang untuk mengenal dunia roh
secara lebih baik. Tetapi karena mungkin masih kanak-kanak,
segala sesuatu yang saya katakan dianggap angin lalu saja, dan
hasilnya justru lebih sering runyam . Sa ya menyaclari kekuatan
yang saya miliki ketika usia saya baru enam tahun. Kanak-
kanak pacla usia itu tentu saja sia-sia untuk meyakinkan
orang-orang dewasa tentang apa yang ia ketahui.

Saya Melihat Seseorang yang Tak Dapat Dilihat Ayah


Saya
Saya ingat betul masa sebelum saya memasuki sekolah
34 Manusia Tidak Mati

dasar. Pada masa-masa itu ayah biasa mengajak saya me-


nonton pertunjukan di malam yang diterangi bintang-bin-
tang. Menonton pertunjukan teater adalah salah satu cara
mengisi waktu luang yang paling ia sukai. Ada satu ke-
jadian yang membuat saya masih bisa mengingat dengan
jelas salah satu kesempatan itu.
"Ayah, lihat tuh, ada orang berjalan di sana," saya ingat
mengatakan itu sambil menarik-narik lengan mantel yang
dikenakan ayah. "Ada orang perempuannya juga."
"Mana? Kok, saya tidak melihat siapa-siapa", jawabnya,
tak menghiraukan tarikan-tarikan saya yang keras pada
lengan mantolnya. Bertahun-tahun kemudian, saya baru
menyadari bahwa saya telah melihat roh-roh yang tak ter-
lihat oleh ayah saya.
Kadang-kadang, ketika saya sedang bermain sendirian di
taman, seorang lelaki bermantel hitam, dengan pinggiran
topi menutupi matanya, muncul di hadapan saya. Setelah
mengalami kejadian seperti itu biasanya saya langsung
menderita demam. Saya tidak pernah tahu siapa lelaki itu
sebab ia tak pernah mengucapkan sepatah kata pun, tetapi
saya tentu saja tak ingin lagi melihatnya-ia sangat tinggi,
di mata seorang anak kecil seperti saya.
Lalu saya masuk sekolah dasar, dan saya tidak berbeda
dengan teman-teman sebaya. Sampai saat kematian Ayako,
sahabat saya, yang kemudian membawa kejadian-kejadian
yang mengubah hidup saya, seperti telah saya ceritakan.
Saya adalah seorang anak yang jarang berbicara kepada
orang lain, tetapi kadang-kadang saya akan mengejutkan
orang-orang di sekitar saya dengan mengelu<;lrkan komen-
tar-komentar yang sangat tak terduga.

Pada Suatu Harl di Kereta Api


Saya sering menemani ibu pergi ke kota naik kereta untuk
berbelanja berbagai keperluannya. Saya senang duduk di
sampingnya, dengan kedua tangan di atas salah satu lutut-
nya, merapat manja padanya. Apabila saya lakukan itu, ia
Saya Menyadari Kekuatan Saya 35

akan melingkarkan lengannya di bahu saya. ltulah yang ·


selalu kami lakukan sewaktu duduk.
Tetapi, suatu hari, saya bertingkah lain. Setelah melepas-
kan diri dari lengan ibu saya, saya bergegas ke tempat
seorang wanita yang duduk di seberang kami.
"Anda akan mendapat kecelakaan," kata saya kepadanya.
"Berhati-hatilah!" kata-kata yang sungguh kurang ajar, te-
tapi itu keluar begitu saja dari mulut saya.
Karena terkejut, wanita itu kehilangan kata-kata dan ha-
nya menatap saya, matanya melotot. Bagaimanapun, ia be-
lum pernah melihat saya.
Ibu saya cepat-cepat minta maaf. "Saya amat menyesal,
saya tak tahu apa yang membuatnya mengatakan sesuatu
seperti itu," katanya. "Jangan hiraukan itu barang sejenak
pun."
Setelah tenang kembali, wanita itu tersenyum dan me-
nepuk-nepuk kepala saya.
Akhirnya, kereta sampai di tempat pemberhentian wanita
itu. Ketika ia pergi ke luar, saya berlari kepadanya dan
mengulangi peringatan saya. Kali ini ia membelalakkan
mata pada saya dengan marah dan turun tanpa sepatah
kata.
Hari itu, saya menyusahkan hati bagi ibu saya.
"Kamu tak boleh mengatakan hal-hal seperti itu kepada
orang-orang yang belum kamu kenal," hardik ibu saya.
"Hari ini kamu tak boleh jajan."
Beberapa waktu kemudian, ketika insiden itu sudah ter~
lupakan, kami pergi lagi naik kereta. Seorang wanita de-
ngan penopang menaiki kereta, kakinya tertekuk dan
dibalut rapat.
Ibu saya dan wanita itu bertemu mata dan saling me-
natap. Keduanya kehilangan kata-kata. Akhirnya ibu saya
berdiri, dan wanita itu dengan berat hati pindah ke sam-
pingnya, sambil menyeret kakinya yang dibalut.
"Pada hari ketika anak Anda memperingatkan saya, se-
sampai di rumah saya memangkas bambu. Tiba-tiba saya
terpeleset dan jatuh di ujung bambu, yang begitu parah
melukai kaki saya. ltu karena kesalahan saya sendiri. Sean-
36 Manusia Tidak Mati

dainya saja saya mendengarkan gadis kecil Anda, kece-


lakaan itu tak akan pernah terjadi. Anda tak keberatan
kalau saya ingin tahu alamat Anda, bukan?" tanyanya ta-
jam.
Wanita itu kemudian menanyai saya macam-macam hal,
minta nasihat mengenai ini itu.

Sesampai di Rumah, Menghitung Sepatu Oulu


Perlahan-lahan, cerita-cerita seperti itu tersebar di sekitar
lingkungan kami tinggal. Semakin banyak saja orang ber-
datangan dan mencari saya untuk membicarakan beragam
persoalan mereka. Thu saya tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Ia berusaha mencegah keinginan orang-orang
itu, dengan mengatakan kepada mereka bahwa ia ingin
mengasuh saya sebagai seorang anak yang biasa-biasa saja,
atau bahwa kami tidak "melakukan hal semacam itu dalam
rumah ini''. Tetapi menghadapi orang-orang yang jelas-jelas
datang dengan berbagai kesulitan dan membutuhkan ban-
tuan, sungguh sulit bagi ibu saya untuk menolak, dan
akhirnya menyerah pada keadaan itu.
"Aiko, kamu bisa mengatakan sesuatu kepada orang ini?"
tanya ibu saya, seolah-olah keadaan seperti itu wajar-wajar
saja. Tetapi, apabila ayah saya mengetahui apa yang terjadi,
ia akan sangat marah. Ia akan mengomel begini, "Aku tak
peduli siapa mereka. Kamu tidak boleh menemui mereka."
Maka, apabila ayah sedang berada di rumah, ibu akan
menolak siapa pun yang datang minta bantuan. Tentu sa-
ngat sulit bagi ibu untuk memenuhi tuntutan ayah: ibu
saya adalah pribadi yang punya rasa belas kasih besar,
yang sulit mengatakan tidak kepada siapa pun yang mem-
butuhkan bantuan. Saya sering melihatnya menangis karena
penderitaan orang lain; ia bahkan bisa menangis bila mem-
baca penderitaan orang-orang dari buku atau surat kabar.
Deretan pengunjung yang tak kunjung habis itu saya
rasakan sangat mengganggu, dan sedapat mungkin saya
menghindari pembicaraan yang tak perlu dengan para
tamu tak diundang itu. Bagi saya, bersikap tak acuh dan
Saya Mcnyadari Kckuatan Saya 37

mengatakan sesuatu sekenanya kepada siapa pun yang be-


lum pernah saya jumpai bukanlah masalah. Tetapi duduk
dan mendengarkan beragam permasalahan dari orang-
orang yang kesusahan adalah persoalan yang sama sekali
berbeda.
Sepulang sekolah, saya akan menghitung sepatu yang
ditinggalkan di balik pintu depan rumah kami, dan jika
saya tahu ada beberapa di antaranya yang bukan milik
keluarga saya, saya akan pergi hingga larut malam. Sering-
kali saya sangat lapar ketika akhirnya pulang. Tetapi rasa
lapar lebih baik daripada harus berhubungan dengan
orang-orang itu.
Sekitar satu mil dari rumah saya ada sebuah bukit kecil.
Saya biasa mendaki bukit itu dan duduk di rumpun semak-
semak. Jika saya duduk diam, suara Ayako datang pada
saya dan menyampaikan banyak hal yang berguna: di
mana pemakaman akan berlangsung, penyebab kematian
orang yang meninggal itu, apa yang harus dilakukan agar
rohnya senang. Saya justru belajar lebih banyak dari roh-
roh daripada yang pernah saya pelajari di sekolah.

Diajar dan Dilindungi oleh Almarhum Adik Saya


Seperti telah saya katakan, saya punya seorang adik yang
usianya dua tahun lebih muda daripada saya. Kami sangat
dekat dan sering bermain bersama. Sebagai kakak, saya tak
selalu bersikap sangat baik. Saya sering memperdayainya
demi sesuatu yang menyenangkan yang ia peroleh dari ibu
kami. Sebagai contoh, jika saya mengatakan, "Ayo kita baca
buku," jawabnya akan selalu ya. Ia tak pernah melawan
saya. Sebagai anak berumur dua tahun, ia sering menjadi
korban olok-olok kakaknya yang jahil. Kalau dipikir-pikir,
sampai masa saya mulai sekolah, hubungan saya dan adik
saya mirip dengan hubungan antara seorang majikan dan
pelayannya .
Adik saya itu meninggal pada usia 15 tahun. Bersama
kakak saya yang meninggal dalam peperangan pada usia
20 tahun, ibu saya yang meninggal beberapa tahun lalu,
38 Manusia Tidak Mati

dan teman saya Ayako, adik saya itu telah mengirimkan


banyak pesan kepada saya selama bertahun-tahun, dan te-
rus menasihati saya melalui cara yang dapat saya pahami
dengan mudah mengenai masalah-masalah sehubungan de-
ngan dunia roh.
Tiada henti saya berterima kasih atas perlindungan dari
keempat roh itu. Jika bukan karena mereka, saya percaya
orang yang sakit-sakitan seperti saya tak pernah mampu
bertahan hidup lama.
Pada umur 21, saya menderita sakit ginjal yang nyaris
membunuh saya, dan pada masa mengandung anak perem-
puan saya, saya kembali sakit berat. Saya benar-benar ke-
hilangan kekuatan selama 17 tahun setelah masalah ginjal
itu, dan jika bukan karena roh-roh pelindung saya, tak
terbayangkan bagaimana mungkin saya bisa mengatasi be-
ragam persoalan selama tahun-tahun itu.
Setelah sembuh dari sakit, saya menyadari bahwa
kekuatan-kekuatan yang menjengkelkan saya telah hilang,
dan selama 17 tahun berikutnya, saya hidup sebagai se-
orang ibu dan istri biasa. Tetapi, saya tahu bahwa roh-roh
pelindung yang sama, yang telah membantu saya selama
tahun-tahun saat saya dapat berhubungan dengan peng-
huni dunia roh, terus berbuat demikian bahkan setelah saya
kehilangan kemampuan itu. Ketika kekuatan saya sebagai
medium kembali, saya putuskan untuk melakukan yang
terbaik demi membuat orang-orang lain memahami roh-
roh.

Keinginan Saya untuk Bercerita tentang Roh-roh kepada


Orang Lain
Ada orang yang sama sekali tak bisa menerima gagasan
tentang roh. Mereka tak dapat melihat roh, kata mereka,
jadi mengapa hams percaya? Ada juga mereka yang ber-
pendapat tentang roh-roh sebagai sesuatu yang menakut-
kan. Bagaimanapun, itulah gambaran paling umum me-
ngenai roh yang tersebar di media massa.
Saya tak yakin sejauh mana usaha saya bisa mengubah
Saya Menyadari Kekuatan Saya 39

pandangan yang dianut hampir semua orang di dunia itu.


Bagaimanapun, saya merasa berjuang sendirian. Sekalipun
terbayang berbagai kesulitan dalam memperjuangkannya,
saya merasa terdorong untuk mengatakan yang sebenarnya
mengenai dunia roh kepada orang-orang di sekitar saya.
Saya mencoba melakukannya melalui sejumlah paket acara
televisi, tetapi tidak satu pun yang benar-benar memuaskan
saya.
"Roh sama sekali bukan seperti yang Anda bayangkan!"
Sering saya ingin berteriak begitu, tetapi saya sadar cuma
sedikit saja yang dapat saya lakukan untuk mengubah pan-
dangan mengenai dunia roh dengan akar-akar historis yang
kuat.
Para produser program acara televisi itu pun punya
masalah mengenai topik itu: dituntut untuk menyajikan
gambaran tentang sesuatu yang tak dapat mereka lihat dan
yang sama sekali tak mereka ketahui, maka program acara
yang mereka hasilkan pun hanya sebatas itu.
Sering orang mengatakan pada saya, "Pasti menyenang-
kan dapat berkomunikasi dengan roh-roh dan mengetahui
hal-hal yang tidak diketahui orang lain" . Jangan percaya
itu. Sekadar mengatakan pada orang-orang mengenai bakat
khusus saya sudah cukup untuk memastikan suatu sam-
butan dingin dari banyak orang.
Selama bertahun-tahun saya tidak mengatakan apa-apa
kepada anak-anak saya mengenai kemampuan saya ber-
komunikasi dengan roh-roh. Menjelaskan sesuatu yang ti-
dak dapat dijelaskan dalam istilah-istilah ilmiah bukan
pekerjaan mudah, dan saya percaya bahwa bersikap sebagai .
ibu dan istri yang biasa-biasa saja adalah sikap yang paling'"
bijaksana.
Berkomunikasi dan bergaul dengan roh-roh selama ber-
tahun-tahun telah mengajar saya tentang betapa para roh
itu sangat membutuhkan perhatian serta cinta dari kita
yang masih hidup, dan saya menjadi yakin bahwa kewajib-
an sayalah untuk membuat setiap orang menyadari ke-
benaran ini. Tetapi, memenuhi kewajiban itu berarti ber-
henti menjadi ibu biasa, dan diri saya pun akan terbagi
40 Man11sia Tidak Mali

antara memenuhi tugas istimewa dan mempertimbangkan


perasaan anak-anak selama beberapa waktu.

Tahun-tahun sebagai "Wanita Biasa"


Saya tak pernah membicarakan pengalaman-pengalaman
saya sebagai seorang medium dengan suami: ia termasuk
orang yang hanya percaya pada segala sesuatu yang dapat
dibuktikan secara ilmiah.
Saya menyimpan apa yang saya ketahui tentang dunia
roh hanya untuk diri saya sendiri, dengan perasaan ber-
salah karena seolah-olah merahasiakannya. Bagaimanapun,
kemampuan saya sebagai medium pudar saat saya ber-
umur 21 tahun, dan itu berlangsung terus sampai saat saya
menikah dan punya anak. Kalau ada artikel dalam majalah
atau surat kabar yang berkaitan dengan spiritualisme dan
fenomena adikodrati, saya akan bertanya pada suami saya
apa pendapatnya mengenai masalah-masalah itu, sambil
bersikap seolah-olah saya sendiri tak begitu berminat. Ja-
wabannya selalu sama.
"Hal-hal semacam itu sama sekali tak mungkin terjadi.
Orang yang percaya akan roh adalah orang yang sakit
mental atau nyaris sakit mental."
Baginya, dunia roh bukan topik yang perlu dibicarakan
secara serius. Berhadapan dengan sikap seperti itu, saya
memutuskan lebih baik tak mencoba berbicara tentang du-
nia roh, dan tidak menceritakan segala peristiwa yang per-
nah saya alami.
Tiga orang anak sud ah saya lahirkan. Tahun-tahun pun
berlalu. Kekuatan spiritual saya belum kembali. Kekuatan
itu baru muncul .kembali pada hari ketika anak bungsu
saya menginjak usia empat tahun dan masuk taman kanak-
kanak. Karena dua kakaknya bersekolah di tempat yang
sama, saya pun tak ragu memasukkan si bungsu ke sekolah
itu. Pada saat-saat sendirian, ketika anak-anak bersekolah,
·muncul perasaan dalam diri saya untuk bekerja; pekerjaan
yang mungkin tak memerlukan waktu terlalu banyak. Te-
tapi saya sendiri tak punya gambaran pasti tentang jenis
Saya Menyadari Kekuatan Saya 41

pekerjaan yang ingin saya lakukan. Harus saya akui, saya


sangat disibukkan oleh anak-anak saya.

Pada Hari Anak Bungsu Saya Masuk Taman Kanak-kanak


Terjadilah pada hari saya mengantar anak perempuan saya
terkecil ke taman kanak-kanak untuk pertama kali. Di pintu
masuk, saya berlari-lari kecil menemui seorang teman yang
sudah bertahun-tahun tak pernah bertemu. Kami dapat di-
katakan sebaya, dan sama-sama untuk pertama kalinya me-
masukkan anak bungsu kami ke taman kanak-kanak.
"Aduuuh, sudah bertahun-tahun, bukan!" serunya, sambil
menambahkan, "Kamu jadi lebih gemuk sekarang, bukan?"
"Kukira demikian, aku bermalas-malasan akhir-akhir ini!"
jawab saya.
Setelah sedikit berbasa-basi, saya mengajaknya ke rumah
untuk minum kopi. Ia langsung menerima ajakan saya.
Sambil melepas rindu atas masa kanak-kanak kami yang
"hilang", kami duduk sambil menghirup kopi panas. Tetapi
tiba-tiba saya melihat gambaran sebuah batu nisan yang
runtuh muncul di belakang bahu kiri teman lama saya itu.
Selama beberapa saat daerah di belakang teman saya
berubah menjadi pekuburan luas dan dinding rumah saya
menjadi sebuah ladang. Atap, yang berwarna putih, ke-
lihatannya berubah menjadi biru langit, dengan awan-awan
putih halus melintas di atasnya. "Nyonya Hayakawa, apa-
kah makam keluargamu seperti ini?" tanya saya sambil
melukiskan pemandangan yang bersinar di depan mata
saya. Jawabannya tidak mengejutkan. ·
"Ya ... makam keluargaku ada di sana selama hampir
seratus tahun. Tetapi bagaimana mungkin kau dapat me-
ngetahuinya padahal kau tak pernah pergi ke sana?" jawab-
nya berhati-hati.
"Ada tanaman padi di samping makam itu, kira-kira
setinggi ini," lanjut saya, sambil mengangkat tangan dalam
jarak sekitar empat inci. Nyonya Hayakawa duduk terpaku,
matanya berputar-putar pada waktu itu. "Sa tu dari batu
nisan itu telah runtuh."
42 Manusia Tidak Mati

Untuk waktu yang cukup lama Nyonya Hayakawa me-


mang tidak mengunjungi rumah keluarganya. Tetapi ia me-
ngatakan seandainya dapat menelepon ke rumah itu
sekarang, ia bisa berbicara kepada saudaranya. Ia mene-
lepon saudaranya dengan telepon dari rumah saya. Dengan
tersengal-sengal, Nyonya Hayakawa meminta saudaranya
untuk pergi dan memeriksa makam keluarga. Tidaklah
mengherankan bahwa ia ingin tahu apakah penglihatan
saya benar.
Beberapa waktu berlalu, dan akhirnya telepon di rumah
saya berdering. Telepon dari saudara Nyonya Hayakawa,
untuk mengkonfirmasikan bahwa salah satu batu nisan me-
mang telah roboh, mungkin akibat ulah anak-anak jalanan,
ia menduga. Tetapi batu nisan tersebut rupanya bukan
perhatian utamanya.
"Siapa atau wanita macam apakah Gibo itu? Bagaimana
ia mengetahui hal semacam itu?" desaknya, jelas terguncang
dan memutuskan pembicaraan. Sambil mendengarkan, mata
Nyonya Hayakawa tak pernah lepas dari saya.
"Ya, sesungguhnya manusia macam apakah kamu?"
tanyanya, lantas pergi.

Roh-roh Kembali kepada Saya


Segera saya mulai khawatir. Apa yang akan saya lakukan
sekarang karena kekuatan saya kembali? Tak diragukan
lagi, kata saya kepada diri sendiri, saya telah kembali me-
lihat dunia roh, penglihatan yang dulu saya alami hampir
tiap hari telah kembali. Setidaknya, perasaan saya jadi tidak
keruan.
Saya panik. Apakah anugerah itu kembali kepada saya
untuk selamanya? Bagaimana kalau suami saya tahu? Ha-
ruskah saya memberitahunya, dan apakah ia malah akan
mengira saya ini gila? Atau, haruskah saya menyimpannya
sebagai rahasia? Tetapi dapatkah saya hidup dengan raha-
sia semacam itu? Dan bagaimana jika Nyonya Hayakawa
menyebarkan kejadian tentang makam itu kepada orang
lain? Bukan berarti seolah-olah saya telah melakukan se-
Saya Menyadari Kekuatan Saya 43

suatu yang salah, tetapi bagi anak-anak-betapa hal itu


akan mempengaruhi diri mereka? Setumpuk pertanyaan
bermunculan di benak saya .
Akhirnya, tiba saatnya menjemput anak bungsu saya dari
sekolah. Dengan amat berat dan letih saya berjalan pulang,
tak mampu memberikan perhatian kepada anak saya yang
dengan penuh gairah menceritakan pengalaman hari per-
tamanya di taman kanak-kanak.
Setelah 17 tahun menghilang, kekuatan spiritual saya
kembali. Sekarang saya berumur 37 tahun. Semenjak hari
itu, pada waktu-waktu yang tak terduga pun, saya di-
ganggu oleh tamu-tamu tak diundang, yang tetap saja ngo-
tot ingin bertemu sekalipun saya bersikap tak mengacuhkan
mereka. Tidak lama kemudian, anak-anak saya pun tahu
tentang kemampuan saya sebagai medium, padahal saya
sudah berusaha sedapat mungkin untuk menyembunyikan-
nya dari mereka. Sebetulnya saya punya rencana untuk
membuka masalah ini kepada anak-anak saya ketika me-
reka sudah lebih besar, saat mereka mampu menerimanya
sebagai suatu masalah yang serius.
4
Dunia Roh
Dunia Roh 47

Tidak Ada Alasan untuk Takut pada Roh


Banyak orang akan menggigil ketakutan saat mendengar
segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia roh. Me-
nurut saya, orang takut akan sesuatu semata-mata karena
mereka tidak mampu melihatnya sendiri. Karena telah ter-
biasa berkomunikasi dengan roh-roh sejak masa kanak-
kanak, tidak ada alasan bagi saya untuk takut akan roh.
Sebaliknya, pengalaman bertemu dengan roh-roh yang di-
kenang baik dan diperhatikan oleh anak cucunya membuat
saya merasa amat bahagia.
Ketika masih kanak-kanak, saya membaca banyak cerita
mengenai hantu dan, sebagaimana umumnya kanak-kanak,
saya juga senang mendengarkan dongeng-dongeng yang
· diceritakan orang-orang dewasa. Saya juga ingat betapa
semua cerita dan dongeng itu membuat saya bingung ke-
tika menyadari bahwa saya mampu berhubunganan dengan
dunia roh. Sebagian besar roh yang menghubungi saya baik
dan ramah. Oleh sebab itu, saya heran mengapa roh-roh
dalam cerita dan dongeng tadi digambarkan punya sifat
jahat serta menimbulkan malapetaka bagi kehidupan manu-
sia.
Roh-roh yang menimbulkan malapetaka dan jahat se-
macam itu tentu ada. Roh dari orang-orang yang bunuh
diri atau dibunuh kadang-kadang berubah menjadi hantu-
hantu mengerikan dalam mimpi-mimpi buruk kita. Un-
tunglah bahwa hal ini relatif jarang terjadi. Roh-roh seperti
itu, juga roh-roh lain yang belum bisa melakukan per-
jalanan ke dunianya, mungkin akan tetap tinggal di bumi
dan menimbulkan berbagai masalah bagi yang masih hi-
dup. Tetapi roh-roh jahat seperti itu pun dapat berubah.
Yang paling dibutuhkan oleh semua roh adalah cinta dan
perhatian dari kita yang masih hidup di dunia ini.

Kenangan akan Kekuatan dan Masa Kecil Saya


Sekarang saya ingin menceritakan bagaimana persisnya
saya memperoleh kekuatan sebagai medium. Telinga kanan
48 Manusia Tidak Mati

say~ hampir tuli sama sekali: jika saya tempelkan gagang


telepon pada telinga itu, tak peduli seberapa keras orang di
ujung sana berbicara, saya tak akan mendengar sepatah
kata pun. Demikian juga saat mendengarkan musik: se-
kalipun musik itu membuat orang lain tuli, telinga kanan
saya tetap tak bisa mendengarnya, seolah-olah tertutup oleh
penyumbat telinga yang terbuat dari besi. Sementara itu,
telinga kiri saya normal.
Mata kanan saya berfungsi baik. Dengan dengan mata
kanan itu saya dapat membaca rambu-rambu yang sebenar-
nya terlalu jauh untuk dibaca orang lain. Tetapi, mata kiri
saya lain lagi. Sampai hari ini, saya tak tahu persis meng-
apa saya kehilangan penglihatan pada mata kiri saya. Saya
hanya bisa menduga bahwa penyebabnya adalah ulah adik
saya sendiri, yang sekarang sudah almarhum. Di musim
dingin, kami biasa menghangatkan diri di sekitar perapian.
Di dekat perapian itu diletakkan sepasang penjepit batu
bara panas. Suatu hari, tak lama menjelang hari ulang
tahunnya yang kedua, adik saya mengambil penjepit itu,
dan, tentu saja tanpa menyadari bahayanya, ia berjalan
sambil membawa-bawa penjepit itu ke ruang depan, tempat
saya sedang tidur-tiduran. Seorang anak kecil yang belum
genap berusia dua tahun tentu berjalan agak terhuyung-
huyung. Saya kira ia ingin bermain-main. Tetapi ketika ia
meletakkan penjepit itu di lantai di dekat saya, ujungnya
menyentuh mata kiri saya. Saya segera bangkit, berteriak
seperti binatang yang terluka.
Ibu saya, yang saat itu sedang menyiapkan makan ma-
lam, terburu-buru masuk dan hampir pingsan karena ter-
kejut. Saya disambarnya, dan ia bergegas ke luar berte-
lanjang kaki menemui ayah saya yang baru saja pulang
kerja. Dengan wajah pucat, ayah saya membawa saya dan
menghentikan taksi yang kebetulan lewat, menyuruh si
pengemudi untuk menuju rumah sakit terdekat. Kejadian-
kejadian pada hari itu begitu jelas bagi saya, bahkan sam-
pai hari ini.
Selama satu tahun setelah kejadian itu, orangtua saya
dengan setia mengikuti semua petunjuk dokter. Dokter itu
Dunia Roh 49

juga mengatakan bahwa mata kiri saya mungkin tidak akan


bisa melihat lagi. Sekalipun demikian, ia berjanji akan ber-
usaha semampunya untuk mencegah kemungkinan itu .
Saya tak tahu berapa minggu berlalu semenjak kejadian itu,
tetapi saya ingat ketika duduk di jendela dan memandang
ke luar, mata saya masih tetap tertutup perban. Waktu iht
saya berumur lima tahun.
Tidaklah berlebihan kalau sejak kejadian itu ibu saya
mulai lebih waspada menjaga adik saya. Rengekan saya
yang paling kecil sekali pun sudah akan cukup membuat-
nya berlari, dengan wajah pucat dan tegang, untuk melihat
apa yang tak beres.
Pada suatu hari, saya memutuskan untuk melepas per-
ban itu. Rasa sakit dan gatal hilang, sehingga tak ada
alasan untuk membiarkan perban itu tetap melekat di mata
saya . Saya menyelinap ke luar, lalu berdiri di bawah atap
rumah dan dengan gemetar melepas perban itu. Kilatan
cahaya yang menyilaukan pada waktu itu tak pernah saya
lupakan. Sinar matahari menembus mata saya bagai anak
panah dan selama beberapa waktu kepala saya pusing.
Saya kenakan kembali perban itu, kemudian saya lepas
lagi, dan setelah mengulangi proses ini beberapa kali, rnata
saya jadi terbiasa dengan cahaya.

Pandangan Lewat Mata Kiri Saya

Beberapa hari setelah melepas perban, saya mulai rnenya-


dari bahwa yang saya lihat dengan mata kiri sama sekali
berbeda dengan yang saya lihat dengan mata kanan.
Mata kanan saya tetap rnelihat benda-benda sehari-hari
seperti yang saya lihat sejak saya kecil. Tetapi, rnata kiri
dipenuhi oleh bayangan kabur tentang sejumlah lelaki dan
perempuan yang sebelumnya tak pernah saya lihat. Waktu
itu, saya adalah seorang anak yang luar biasa pendiam,
yang tak pernah memulai pembicaraan dengan orangtua
saya. Jadi, walaupun usia saya lima tahun dan cukup ber-
umur untuk mengkomunikasikan apa yang terjadi, saya
50 Manusia Tidak Mati

menyimpan semtia penglihatan yang luar biasa itu bagi diri


saya sendiri.
Mengingat kembali masa lalu, saya menyadari seandai-
nya waktu itu saya menceritakannya pada orangtua saya,
barangkali mereka dapat memahami dengan lebih baik ke-
mampuan saya untuk melihat dunia roh. Bahkan ayah
saya-yang percaya bahwa ilmu pengetahuan dapat men-
jelaskan segala sesuatu, dan siapa pun yang percaya akan
hidup sesudah mati atau kehadiran roh-roh pasti orang itu
sesat-mungkin dapat sedikit bersikap lunak.
lbu saya punya pikiran yang sejalan dengan ayah saya,
walaupun sebagai wanita saya pikir ia sedikit lebih me-
nerima terhadap pemikiran tentang dunia roh. Bagaimana-
pun, pendapatnya toh tak berbeda dengan pendapat ayah
saya.
Hanya saya, seorang gadis kecil, dalam keluarga saya
yang memiliki kemampuan melihat roh-roh dengan mata
kiri yang lemah dan mendengarkan suara-suara mereka
dengan telinga kanan yang hampir sama sekali tuli. Apa-
kah kemampuan ini bisa dikatakan muncul begitu saja
setelah kejadian yang membuat mata kiri saya cacat, atau
apakah saya dilahirkan dengan kemampuan itu dan masih
terlalu muda untuk menyadarinya, saya tak tahu. Bagai-
manapun, kemampuan itu tetap ada pada diri saya hingga
hari ini.

Nasib Buruk Selalu Bisa Dijelaskan


Setiap kali melihat orang yang menderita karena perbuatan-
perbuatan roh pengganggu, saya dapat melihat masa lalu-
nya di hadapan saya seperti menyaksikan tayangan di layar
televisi, hanya saja warnanya sedikit lebih pudar. Apa yang
saya lihat selalu menguatkan keyakinan saya tentang hu-
bungan sebab dan akibat, "hukum pembalasan", begitu di-
katakan.
Pada dasarnya, dan yang paling utama, adalah bahwa
saya seorang ibu rumah tangga biasa, seorang wanita pada
umumnya. Tetapi, ada saat-saat ketika bertemu seorang
Dunia Roh 51

teman atau orang yang pernah membantu saya bertahun-


tahun sebelumnya clan sekarang seclang tertimpa masalah,
saya ticlak pernah bisa mengelak untuk ikut mencari pe-
nyebab kemalangan orang itu. Dalam proses itu, saya selalu
dikejutkan oleh cara kejadian-kejadian masa lalu clapat
membuat roh menimpakan nasib buruk kepacla yang masih
hid up.
Seorang lelaki berumur 45 tahun, yang seharusnya ber-
ada dalam puncak kehidupannya, datang pada saya, men-
jelaskan bahwa ia dan istrinya sedang punya masalah
sehubungan dengan kesehatan mereka. Salah satu dari me-
reka selalu sakit, katanya. Pasangan itu tinggal dalam ru-
mah luas di atas sebidang tanah yang sama luasnya, clan
gaya hidup mereka menimbulkan kecemburuan di antara
orang-orang yang mengenal mereka.
Tetapi, mengapa kehidupan pasangan suami istri yang
seharusnya tidak kekurangan apa-apa itu dikuasai oleh mo-
mok penyakit yang datang silih berganti? Tanpa alasan
yang jelas, tiba-tiba saja sang suami sadar bahwa peng-
lihatannya kabur dan kakinya tak dapat digerakkan ke arah
yang ia kehendaki. Tiba-tiba ia ingin sekali makan makanan
yang manis-manis, makan cokelat dalam jumlah banyak,
dan jenis gula-gula lain yang dapat diraihnya. Semua itu
tentu saja memperburuk kesehatannya. Pemeriksaan me-
nyeluruh oleh clokter tak membuktikan apa-apa, kecuali
bahwa nafsunya yang sangat besar akan makanan yang
manis-manis bukan disebabkan oleh suatu penyakit.
Sementara itu, si istri mudah jatuh pingsan clan itu selalu
terjadi seminggu sekali. Suatu kali ia pingsan saat sedang
mencuci, dan timba air yang terlepas saat ia jatuh me-
nyebabkan kerusakan besar. Karena "penyakit" itu, ia hidup
dalam ketakutan jangan-jangan suatu hari ia pingsan saat
sedang memasak dan menyebabkan kebakaran.
Tak ada penjelasan mengenai penyakit yang ticlak masuk
akal itu. Satu-satunya anak mereka, seorang gadis, luar
biasa egois dan sedikit pun tak mau bergerak membantu,
padahal orangtuanya jelas-jelas membutuhkannya.
Sang suami tak pernah percaya akan adanya roh. Tetapi
52 Manusia Tidak Mati

keyakinan-keyakinannya itu digoyahkan oleh apa yang me-


reka alami berdua. Ia pun lalu meminta teman saya untuk
memperkenalkan kami. Itu terjadi kira-kira 10 tahun yang
lalu.
Suami istri itu duduk di hadapan saya. Sang istri jelas sekali
terlihat bersikap amat memohon. Keseluruhan ekspresinya
memperlihatkan dengan amat jelas keinginannya untuk di-
bebaskan dari kemalangan yang menimpa mereka berdua.
Setiap kali hendak menolong orang dengan cara seperti ini,
saya melepas semua perhiasan saya, juga benda-benda ber-
logam dari tubuh klien saya, sebab akan sulit bagi saya untuk
melihat roh-roh jika saya masih mengenakan perhiasan.
Sesudah itu, saya beralih ke pasangan tadi. Muncullah di
antara mereka penampakan yang paling menakjubkan. Se-
orang anak lelaki lumpuh berusia 17 atau 18 tahun merintih
diam-diam dan tidak keruan. Sambil terus mengarahkan ma ta
saya pada penampakan itu, saya berbicara pada pasangan
tersebut, menyampaikan apa yang saya lihat.
"Saya dapat melihat seorang anak laki-laki muda di balik
punggung Anda ... merintih dengan ekspresi kosong di wa-
jahnya," kata saya memulai. "Ada seorang wanita tua ber-
diri di belakang anak muda itu: ia tampak khawatir dan
matanya terpaku pada anak itu sepanjang waktu. Kenalkah
Anda dengan kedua orang ini?" tanya saya menyelidik.
"Itu pasti ibu mertua saya," jawab sang suami. "Dan anak
lelaki itu pasti adik ipar saya."
Ketika ia mengatakan hal itu, wanita tua itu berpaling
padanya, menatap dengan sorot mata penuh kebencian.

Wanita Tua Itu Berbicara kepada Saya dengan Marah

"Ini barangkali agak kasar, tetapi wanita tua itu tampaknya


sangat tak menyukai Anda," kata saya pada si suami.
Dengan sikap tetap luar biasa tenang, ia menolak permin-
taan maaf saya. "Jangan khawatir menyinggung perasaan
kami! Bagaimanapun, seandainya kami menimbulkan masalah
ini bagi diri kami sendiri, kami ingin m engetahuinya."
Ketika si suami berbicara, wanita tua itu juga mulai
Dunia Roh 53

berbicara pada saya, kata-katanya pelan dan tak tergesa-


gesa. "Sangatlah wajar kalau kedua orang itu harus men-
derita," katanya. "Sebenarnya, mereka harus lebih menderita
daripada penderitaan mereka sekarang ini. Tak jadi masa-
lah jika saya tak pernah berhasil masuk dunia akhir, selama
mereka membayar apa yang telah mereka lakukan." Wajah-
nya berkerut penuh kebencian.
Saya tak pernah menyembunyikan apa pun yang saya
lihat dari orang yang meminta bantuan saya, dan kesem-
patan ini pun bukan pengecualian. Saya mengatakan de-
ngan cermat apa yang telah saya dengar. Terenyak, wajah
mereka berubah pucat.
"Lebih baik kaukatakan yang sebenarnya," kata sang istri
pada suaminya, tangannya di punggung suaminya. "Atau
kita takkan pernah bahagia lagi." Ia duduk dengan kepala
menunduk, air mata menetes jatuh di lututnya.
"Baiklah, agak sulit untuk mengatakan tentang ... " jawab
suaminya, dan dengan ragu-ragu ia mulai menceritakan
pada saya alasan mengapa wanita tua itu mengucapkan
kata-kata dengki seperti itu.
Sang suami berasal dari keluarga miskin. Ia datang ke
Tokyo dan bekerja pada penjual bahan makanan. Keluarga
istrinya memiliki sebuah toko besar yang sering ia kunju-
ngi. Keduanya pun lalu saling jatuh cinta.
Thu mertuanya adalah seorang janda yang sebetulnya
menentang perkawinan mereka dengan alasan bahwa me-
nantu lekakinya terlalu miskin. Tetapi setelah berkali-kali
berbantahan dengan anak perempuannya, akhirnya ia ter-
paksa memberi persetujuannya. Pengantin baru itu pindah
ke rumah besar si janda.

"Kami Takkan Berdusta pada lbu ... "


Si istri punya seorang adik yang sakit-sakitan sejak lahir.
Pemuda itu tak bisa meninggalkan tempat tidurnya atau
bahkan menyuapi dirinya sendiri.
Pada suatu hari, si janda meminta tolong pada pasangan
muda itu dan mengatakan pada mereka, "Saya sudah tidak
54 Manusia Tidak Mati

muda lagi dan saya pikir saya tidak akan hidup lebih lama
lagi. Jika kalian berjanji merawat anak laki-laki saya sepan-
jang sisa hidupnya, kalian dapat memperoleh rumah ini
dan segala sesuatu yang saya miliki. Jika kalian tak ber-
sedia, saya akan mencari orang lain yang mau melakukan
itu, dan tak memberikan apa pun kepada kalian."
Tanpa ragu-ragu pasangan muda itu menjawab, "Tentu
kami akan merawatnya-ia sungguh berarti bagi kami. Ja-
ngan khawatir, kami tak akan pernah memasukkannya ke
panti perawatan. Percayalah pada kami, jika ibu bersedia
memberikan begitu banyak pada kami, kami tak akan per-
nah berdusta pada ibu."
Wanita tua itu rupanya percaya, dan pada hari berikut-
nya ia mulai memindahkan segala miliknya atas nama me-
nantu lelakinya. Kondisinya terus memburuk dan dari hari
ke hari ia bertambah lemah. Di saat itulah pasangan muda
itu memutuskan untuk mengurungnya, bersama anak le-
lakinya yang masih muda, dalam sebuah gudang berangin
di salah satu pojok rumah itu.
"Tinggallah di sana, Ibu kelihatan payah." Itulah kata-kata
yang diucapkan anak perempuannya sendiri. Karena menye-
sali kemurahan hatinya yang naif, wanita tua itu meninggal.
Yang dicemaskannya di saat-saat akhirnya adalah masa depan
anak lelakinya. Sehari setelah pemakaman sang ibu, pasangan
muda itu memasukkan anak lelakinya ke sebuah lembaga
umum, ketika ia berumur tujuh belas tahun. Pasangan itu
mengabaikan permintaan-permintaan rumah sakit agar me-
reka mengunjungi si pemuda malang. Mereka mulai menik-
mati gaya hidup kelas atas tanpa memikirkan kebahagiaan si
pemuda yang malang, atau kebahagiaan roh ibunya atau
ayahnya yang telah bekerja keras seumur hidup mengum-
pulkan kekayaan yang mereka hambur-hamburkan.

Balas Dendam Roh

Tahun demi tahun berlalu. Mereka yang mengenal pasang-


an itu berkasak-kusuk di antara mereka sendiri bahwa
seandainya roh-roh itu ada, masalahnya hanya waktu se-
Dunia Roh 55

belum mereka melakukan balas dendam. Akhirnya hal itu


terjadi juga.
Sang istri mulai menangis lagi dan rnenyembunyikan
wajah di balik suaminya. Suaminya duduk, kepalanya ter-
tunduk, dan kadang-kadang mengembuskan napas panjang.
"Mulai sekarang, mengapa Anda tidak mulai menente-
ramkan roh ibu Anda?" saran saya. "Mintalah maaf pada-
nya, persembahkanlah teh kepadanya, jika itu yang di-
sukainya. Dan kunjungilah saudara Anda."
Pasangan itu menyetujui saran saya dan pergi.
Beberapa bulan yang lalu, saya bertemu pasangan itu di
jalan. Ketika saya menanyakan kesehatan mereka, mereka
menjawab gembira, "Ya, kami sehat-sehat saja, terima kasih.
Kami melakukan segala sesuatu yang Anda minta pada
kami. Ibu menyukai kacang polong manis, maka kami me-
letakkan beberapa dalam sebuah gelas di dekat tehnya, dan
kami meluangkan banyak waktu untuk berbicara kepada-
nya."
Saya memandang ke balik bahu mereka dan wanita tua
itu sekali lagi berdiri di sana. Kali ini ia tak membelalakkan
mata pada pasangan tersebut, melainkan tersenyum pada
mereka dengan penuh kebaikan. Mereka melanjutkan,
"Anak perempuan kami juga telah berubah: ia mau mem-
bantu kami, dan nanti kami juga akan memintanya agar
berdoa bagi neneknya. Dan kami bertiga tak pernah lalai
mengunjungi panti asuhan tempat saudara lelaki kami ber-
ada."

Binatang Juga Bisa Menjadi Roh Pelindung


Roh-roh yang melintas di depan mata kiri saya, bagai
sosok-sosok dalam film yang sudah pudar, tak selalu ter-
senyum. Beberapa di antaranya memohon bantuan saya,
dengan air mata mengalir di pipi mereka, sementara yang
lain tampak ketakutan. Sebagian besar mendambakan agar
keluarga mereka mendoakan mereka.
Manusia bukan satu-satunya makhluk hidup yang ber-
jiwa: tanaman dan binatang pun punya jiwa. Ada saat-saat
56 Manusia Tidak Mati

ketika kita rnerasakan bahwa seekor binatang sedang rnen-


coba rnenyarnpaikan rasa terirna kasihnya atas perhatian
kita, bahkan ketika binatang itu rnasih hidup. Ketika seekor
binatang kesayangan rnati, rohnya rnungkin tetap tinggal di
sarnping perniliknya yang telah begitu baik rnerneliharanya.
Seringkali roh binatang lebih setia daripada roh rnanusia
yang rnudah berubah-ubah sikap terhadap orang-orang
yang rnereka cintai.
Anda bisa rnencintai seekor binatang seolah-olah Anda
rnencintai seorang anak kecil. Tetapi, sebaiknya kita tak
tergoda untuk rnernperlakukannya seperti itu. Mernakaikan
sepatu atau bahkan pakaian pada seekor binatang ke-
sayangan adalah perlakuan yang berlebihan. Roh pelindung
saya, saudara saya sendiri, berkata kepada saya begini:
"Aiko, seberapa pun besarnya cintarnu pada binatang, ja-
ngan rnernberinya pakaian seperti seorang rnanusia.
Binatang-binatang punya bulu karena suatu alasan, dan
mereka diciptakan sedernikian rupa sehingga rnereka dapat
hidup tanpa pakaian."
Saya suka kucing, anjing, burung, pokoknya segala jenis
binatang. Sering saya rnernperhatikan bagairnana seseorang
rnerawat binatang kesayangannya sedernikian rupa agar
tarnpak rnenarik. Kernudian saya teringat perkataan roh
saudara saya tadi, dan sadar bahwa perlakuan sernacarn itu
bukan hal terbaik bagi binatang itu sendiri.
Jika Anda rnernelihara seekor binatang kesayangan dengan
sernestinya sewaktu binatang itu rnasih hidup dan terus
rnengirirnkan cinta Anda padanya bahkan setelah ia ma ti, bisa
jadi ia rnernbalas kebaikan hati Anda dengan rnenjadi roh
pelindung yang rnengagurnkan. Tetapi, jika Anda rnernper-
lakukannya dengan kejarn, bisa jadi Anda dijadikan sasaran
keinginan rohnya untuk rnernbalas dendarn.

Tanaman Pun Harus Dipelihara


Hal yang sarna berlaku bagi tanarnan. Sering terjadi tanam-
an ditinggalkan di rurnah selarna berbulan-bulan tanpa se-
orang pun rnenyirarninya. Saya pernah rnerasa sangat
Dunia Roh 57

bosan merawat tanaman saya; kemudian roh sepupu saya


mendatangi saya dan berkata supaya saya mencari orang
lain untuk menyirami tanaman-tanaman itu, karena baginya
sungguh menyakitkan melihat tanaman-tanaman itu layu
dan mati.
Semasa hidupnya, sepupu saya menyukai tanaman. Se-
menjak kecil ia tak pernah bisa pergi tanpa terlebih dulu
menyirami semua tanaman yang ada di rumahnya. Se-
pulang dari sekolah, ia akan duduk di hadapan sekuntum
bunga yang sedang mekar, untuk menikmati keindahannya.
Oleh karena itu, tak mengherankan bahwa rohnya men-
datangai saya dan memberi saya nasihat untuk merawat
tanaman saya.
Di rumah, saya punya tiga pot bunga yang saya letakkan
di salah satu jendela kamar saya. Karena menerima banyak
sinar matahari, pot-pot itu dipenuhi dengan tulip merah
yang cantik. Tetapi, pada suatu hari, saya perhatikan bah-
wa daun-daun pada salah satu pohon di pot-pot itu mulai
layu sedikit. Dengan sikap tak acuh, saya memberi per-
hatian lebih besar kepada tanaman yang paling cantik,
memberinya air dengan amat murah hati. Kepada tanaman
yang kedua, saya menyiraminya dengan air yang masih
tersisa dalam ember. Tanaman yang ketiga, yang mulai
layu, sama sekali tidak saya sirami. Satu hari saja tanpa air
tentu tak akan membuat tanaman itu sakit, pikir saya, dan
meninggalkannya begitu saja.
Keesokan harinya, saya melihat terjadi perbedaan yang
amat mencolok di antara ketiga ·tanaman bunga dalam pot
saya. Pohon yang disirami sehat dan kuat, sedangkan po-
hon yang tak disirami mulai tampak layu. Tanpa berpikir
dua kali, saya membuang bunga yang layu ke sudut hala-
man, sehingga tinggal dua lainnya sebagai penghias. Malam
itu, melalui mimpi, roh adik saya datang dan berkata,
"Aiko, siramilah. tanaman-tanaman itu". Ia mengingatkan
saya. "Bunga tulip yang kaubuang itu menangis. Kautahu
tanaman pun punya jiwa." Setelah itu, ia menghilang, me-
ninggalkan saya yang merasa ngeri sendiri karena sifat tak
berperasaan saya.
58 Manusia Tidak Mati

Semenjak itu, saya jadi percaya bahwa semua benda


hidup mempunyai jiwa, dan bahwa pentinglah untuk men-
cintai bahkan tanaman yang paling kecil sekalipun sepan-
jang hidupnya.

Cara Roh Tanaman Mendatangkan Malapetaka bagi Anda


Pernyataan sepupu saya mengherankan juga bagi saya,
bahwa roh tanaman yang diabaikan dapat mempengaruhi
nasib pemiliknya. Yang menjadi pertanyaan bagi saya ada-
lah masalah macam apakah yang dapat ditimbulkan oleh
roh-roh tanaman semacam itu? Keadaan sakit terus-me-
nerus yang membosankan, juga penyakit kulit, misalnya,
tampaknya merupakan sesuatu yang lazim. Kesulitan uang
adalah akibat lain dari sikap melalaikan itu.
Seorang kenalan saya memenuhi taman kecilnya dengan
beraneka tanaman, bahkan, karena merasa belum puas, ja-
lan masuk ke rumahnya ia penuhi juga dengan tanaman-
tanaman, sampai-sampai hampir tak ada ruang untuk ber-
jalan. Sebenarnya, ia hanya terobsesi untuk membeli tanam-
an. Karena yang ada dalam dirinya hanya keinginan kuat
untuk membeli tanaman, jika ada di antara tanaman yang
ia beli itu mulai layu, ia akan membuangnya begitu saja ke
suatu tempat, dan menggantinya dengan tanaman baru.
Tanaman-tanaman yang disingkirkan begitu saja lambat
laun semakin layu, dan daunnya pun rontok.
Tanaman yang dilupakan di tempat pembuangan itu se-
makin menumpuk. Pada saat bersamaan, keluarga itu, yang
<lulu terkenal sebagai keluarga makmur, sedikit demi se-
dikit merosot. Bukan karena mereka malas atau menuruti
kata hati untuk menghambur-hamburkan uang. Nasib me-
reka benar-benar tampak kian memburuk, sampai akhirnya
mereka betul-betul tak punya apa-apa. Bagi saya, keadaan
itu jelas sebagai akibat balas dendam roh-roh tanaman yang
tidak dirawat dan dibuang begitu saja. Keadaan itu juga
menggambarkan pada kita betapa tak mungkinnya meng-
abaikan relasi kita dengan semua benda hidup di bumi ini,
tak hanya sesama manusia. Kepada saya roh-roh telah me-
Dunia Roh 59

nunjukkan bahwa hanya bila kita memahami hal ini, kita


dapat menempuh hidup bahagia.
Jadi, tak hanya manusia, binatang dan tanaman pun
ingat pada orang-orang yang telah memperlakukan mereka .
dengan baik hati, dan setelah masuk ke dalam dunia roh,
mereka melakukan apa saja untuk membalas kebaikan hati
itu. Kemampuan manusia terbatas. Tetapi jika kita punya
roh pelindung yang menunjukkan jalan bagi kita, kita pu-
nya potensi untuk menempuh hidup yang sungguh-
sungguh bahagia. Lain kali, sebelum mengeluh tentang
kekurangberuntungan atau kekurangberhasilan dalam usa-
ha keras Anda, cobalah untuk mengirimkan seuntai doa
kepada roh-roh orang yang paling dekat dengan Anda.

Kehadiran Roh dalam Benda Mali


Inilah salah satu aspek dunia roh, yang saya yakin akan
membuat Anda sangat tertarik. Ada barang-barang buatan
tangan manusia, seperti boneka, mainan, atau bunga-bunga
artifisial, yang begitu bagus sehingga sulit untuk mengalih-
kan pandangan kita dari benda-benda itu. Barangkali lukis-
an adalah contoh paling baik untuk masalah ini: ada
saat-saat ketika sebuah lukisan memikat indera sedemikian
rupa sehingga jiwa kita, karena ingin menjadi bagian dari
apa yang terlihat di hadapan kita, seolah-olah meninggal-
kan tubuh kita.
Perasaan ini tak dibuat-buat seperti yang mungkin Anda
pikirkan. Roh kita mungkin sungguh-sungguh bertempat
tinggal dalam obyek perhatian kita-berikut adalah sebuah
contoh mengenai kejadian semacam itu.
Teman saya selalu mengenakan cincin safir pemberian
suarninya. Ia tidak pernah melepaskannya. Suatu ketika ia
terserang sakit mendadak. Ia hams berbaring di tempat
tidur. Ia juga melepaskan cincin itu, dan meletakkannya di
suatu tempat yang rnemungkinkan ia bisa memandanginya
terns. Karena kondisinya terns memburuk sehingga meng-
haruskan ia untuk berbaring sepanjang hari, memandangi
cincin safirnya rnenjadi kesenangan satu-satunya.
60 Manusia Tidak Mati

Setelah beberapa tahun sakit, tiba-tiba ia mengembalikan


cincin safir itu kepada suaminya, seolah-olah tahu bahwa
kematiannya sudah dekat. Ketika ia meninggal, suaminya
memelihara cincin itu dan membawanya ke mana pun ia
pergi. Semenjak itu, tampaknya ia dilimpahi keberuntungan
yang luar biasa. Ketika terlibat dalam suatu kecelakaan
mobil yang menyebabkan semua penumpang lainnya ter-
luka, ia lolos tanpa tergores sedikit pun. Keberuntungannya
yang luar biasa sama sekali bukan sejenis mukjizat.
Empat tahun kemudian, ia memutuskan untuk menikah
lagi. Ia memberikan cincin safir tersebut kepada istri baru-
nya, dengan harapan istri pertamanya akan melindunginya
dengan cara yang sama ia melindungi dirinya . Teman saya
itu orang yang sungguh baik hati, maka suaminya mengan-
daikan ia akan memahami harapannya. Maka cincin safir
yang indah itu menghiasi jari istri keduanya.
Tetapi tak lama setelah istri kedua mengenakan cincin
itu, ia jatuh sakit. Ketika ia terbaring karena demam, istri
pertama suaminya menampakkan diri di hadapannya di
dalam sebuah mimpi. Almarhum wanita itu menyentuh
tangan kanannya, sepanjang waktu itu, sambil menatap
wajah penggantinya.
"Apakah ini yang kauinginkan? Cincin ini?" Ia bertanya
pada roh dalam mimpinya. Wanita lain itu mengangguk,
maka ia melepas cincin itu dari jarinya dan menaruhnya di
telapak tangan dingin yang terulur kepadanya.
Setelah itu, ia terbangun, d an kamar itu kosong. Tak ada
tanda-tanda dari wanita yang berdiri di hadapannya bebe-
rapa detik sebelumnya.
Ia men ganggap semua itu mimpi biasa, sampai akhirnya
ia menyadari bahwa cincin safir yang ia kenakan di jarinya
hilang. Dengan cemas dicarinya di sekitarnya, dan akhirnya
ia menemukannya tergeletak di bawah tempat tidur. Ke-
mudian ia menyadari bahwa mimpinya bukan mimpi biasa
dan tak ada alasan untuk terus mengenakan cincin itu.
Keesokan harinya, ia menceritakan semua itu kep ada
suaminya, d an mereka pun memutuskan bahwa lebih baik
sang suamilah yang mengenakan cincin itu. Sang suami
Dunia Roh 61

kembali membawa cincin itu bersamanya lagi ke mana pun


ia pergi, dan pada saat-saat tertentu pasangan itu meletak-
kannya di meja dan mengucapkan sebuah doa khusuk bagi
almarhum istri pertama.
Tak perlu dikatakan lagi, istri kedua sembuh dari sakit-
nya. Sang suami bekerja sebagai pengemudi, dan bersum-
pah bahwa cincin itu menghindarinya dari kecelakaan. Jadi,
roh bisa berdiam dalam benda-benda mati untuk menjaga
seseorang yang memperoleh perhatian besar darinya.

Boneka yang Hidup Berabad-abad


Seorang teman saya, pencinta barang-barang antik, membeli
sebuah boneka, yang katanya telah berumur ratusan tahun,
sewaktu ia berlibur di sebuah kota kecil di Prancis. Boneka
itu mengenakan gaun kuning dan apron putih, tetapi wa-
jahnya membuat orang-orang yang melihatnya terpana dan
gemetar. Wajahnya begitu hidup dan sama sekali tak punya
pesona kanak-kanak sebagaimana umumnya wajah boneka.
Anggota keluarga teman saya itu berpendapat bahwa
boneka itu mengesankan sosok iblis, dan mereka menuntut
penjelasan mengapa boneka seperti itu dibeli. Tetapi teman
saya telah mengambil risiko besar untuk membawa boneka
itu dari negeri yang amat jauh, dan ia tak mau melepaskan-
nya begitu saja.
Ketika pertama kali melihatnya didudukkan dalam toko
barang-barang antik, teman saya melihat boneka itu tampak
begitu hidup sehingga ia berpikir bahwa benda itu benar-
benar hidup. Sementara melihat-lihat barang-barang por-
selen Cina yang banyak dipamerkan di toko itu, ia merasa
seolah-olah mata boneka itu mengikutinya berkeliling.
Biasanya ia tak tertarik pada boneka, dan alasan sebenar-
nya ia masuk ke toko itu pun adalah untuk melihat barang-
barang porselen Cina yang merupakan cinta pertamanya
akan barang-barang antik.
Tetapi, pada hari itu, entah mengapa, ia tak merasa
antusias terhadap barang-barang porselen dan pikirannya
tetap kembali pada boneka itu. Perasaannya tidak enak,
62 Manusia Tidak Mati

dan ia pun memutuskan untuk meninggalkan toko tersebut.


Tetapi, boneka itu tampaknya punya keinginan lain. Teman
saya merasa seperti ditarik kembali ke dalam toko, seolah-
olah ada yang memanggilnya. Berulang kali ia berusaha
keras untuk meninggalkan toko itu, sampai akhirnya ia
mempertimbangkan bahwa jika ia membeli boneka itu, si-
apa tahu kegelisahannya hilang. Toh harganya tak terlalu
mahal.
Ia membawa belanjaannya kembali ke hotel. Boneka itu
ia masukkan ke dalam sebuah koper. Kembali ia merasa
dipanggil-panggil oleh boneka itu, yang minta untuk di-
keluarkan dari koper. Ia pun kembali gelisah, yang segera
ditepisnya dengan menganggapnya sebagai akibat keletihan
otak yang terlalu banyak ketja.
Setelah tiba di rumah, seperti telah saya ceritakan, ia
terus diejek oleh anggota keluarganya karena telah membeli
boneka yang aneh itu. Bila cemoohan mereka sudah keter-
laluan, ia akan berang dan malah akan mati-matian me-
nolak membuang boneka itu. Tetapi, ia sendiri mengakui
bahwa boneka itu memang semakin hari semakin menakut-
kan. Anggota keluarganya mengatakan bahwa saat mereka
kebetulan terbangun di tengah malam dan melihat ke arah
boneka itu, boneka itu akan menatap balik kepada mereka.
Teman saya menepis semua ocehan semacam itu dan
menganggapnya sebagai imajinasi yang berlebihan belaka.
Sekalipun demikian, ia memutuskan untuk membuktikan-
nya.
Ia bangun sekitar pukul dua dini hari, masuk ke ruang
tamu tempat boneka itu berada, dan duduk di sofa untuk
mengamatinya. Begitu duduk, ia mendengar keluhan yang
dalam, diikuti dengan suara. Boneka itu berbicara kepada-
nya.
"Kembalikan saya pada pemilik saya," mohon boneka itu
dengan sangat.
Karena terguncang dan tidak mampu mempercayai yang
ia dengar, keesokan harinya ia menghubungi saya melalui
seorang teman, dan membawa boneka itu untuk saya lihat.
Ketika dikeluarkan dari pembungkusnya, boneka itu mu-
Dunia Roh 63

lai berbisik melalui telinga kanan saya, "Saya tak ingin


menjadi milik siapa pun, saya sudah menjadi milik
Frarn;oise."
Ternyata boneka itu dulunya adalah mainan kesayangan
seorang gadis kecil bernama Frarn;oise, dan rohnya hidup
dalam boneka itu, bahkan setelah ratusan tahun. Frarn;oise
tentunya sudah lama sekali meninggal,. sehingga tidaklah
mungkin untuk mengembalikan boneka itu padanya.
Saya menyarankan teman saya agar menaruh boneka itu
di dalam sebuah kotak yang pantas, menghiasinya dengan
bunga-bunga, lalu menguburkannya, sambil berdoa agar ia
kembali ke tempat pemiliknya terbaring dan melindungi
rohnya. Sejak itu teman saya tak pernah lagi mendengar
suara boneka itu. Kehidupan keluarganya pun kembali nor-
mal. Sampai saat sekarang pun, ketika mereka berkumpul,
percakapan mengenai boneka itu selalu muncul. Sambil
tetap penuh harap, mereka bertanya-tanya apakah ia mam-
pu kembali ke pangkuan majikan kecilnya.

Kisah tentang Bantu


Pernahkah Anda mendengar istilah "hantu"? Biasanya, kata
itu diartikan sebagai roh orang yang masih hidup yang,
karena kebencian atau kemarahan luar biasa, sering meng-
hantui orang lain.
"Kami ditipu mentah-mentah oleh seorang agen real estate
sewaktu menjual tanah milik keluarga kami turun-temurun.
Ia mengeruk keuntungan dari kami. Saya kira sebagian
adalah kesalahan kami sendiri sebab kami tak punya infor-
masi mengenai berapa harganya. Tetapi kami ingin mem-
belinya kembali, tentu saja dengan menambahkan sedikit
komisi untuk agen tersebut. Dapatkah Anda menghubu-
nginya untuk berbicara dengan kami?"
Wanita tua yang datang pada saya dengan cerita ini jelas
berada dalam keadaan putus asa. Wajahnya kaku karena
berusaha keras untuk bersabar. Ia hidup bersama saudara
perempuannya. Keduanya berumur sekitar enam puluh ta-
64 Manusia Tidak Mali

hun, tak pernah menikah, dan mereka berdua menikmati


kehidupan yang tenang selama bertahun-tahun.
Rumah mereka terletak di sebuah bukit dengan peman-
dangan Yokohama di bawahnya, suatu daerah tempat
orang-orang kaya membangun rumah-rumah besar dengan
pemandangan yang membuat kita menahan napas: hutan-
hutan hijau yang lebat, laut nan biru, dan kapal-kapal
berlayar memasuki pelabuhan. Tempat ini sangat ter-
masyhur sebagai daerah kantong orang kaya dan terkenal.
Begitu luar biasa sehingga aneh juga bahwa ada orang tak
tahu berapa nilai tanah di tempat itu.
"Kami menghabiskan hampir seluruh hidup kami di ru-
mah itu," tamu saya mulai menjelaskan. "Maka kami tak
pernah tahu berapa harga tanah itu. Selain itu, kami hanya
berhubungan dengan sedikit orang selain keluarga kami,
dan kami tak tahu apa-apa mengenai harga tanah.
"Celakanya, belum lama ini saudara perempuan saya
jatuh sakit, dan kami memutuskan untuk menjual separoh
dari tanah itu untuk membayar biaya pengobatan. Sebagai
pertimbangan, kebunnya terlalu besar bagi kami dan biaya
pemeliharaannya menggerogoti tabungan kami.
"Tanah itu sangat berharga bagi mendiang ayah kami,
sehingga kami ingin mempertahankan separohnya. Kami
dengar bahwa tetangga kami adalah agen real estate, maka
kami bertanya kepadanya berapa harga tanah itu. Ia malah
mengatakan bahwa kami hams segera menjualnya, sebab
harga akan jatuh pada suatu hari, dan bahwa ia sendiri
yang akan membelinya dari tangan kami saat itu juga jika
kami setuju. Ia meletakkan setumpuk dokumen di depan
kami dan memaksa kami membubuhi tanda tangan di be-
berapa tempat.
"Yah, sesungguhnya kami tak tahu apa-apa mengenai
lingkungan itu, tak tahu juga siapa saja yang tinggal di
sana, tetapi Anda tentu tak berpikir tetangga sebelah akan
menipu Anda ... Sekarang tentu saja kami menyesal karena
sudah begitu mudah mempercayai tetangga. Tetapi tanah
itu telanjur dijual, dua juta yen untuk satu tsubo." (Satu
tsubo kurang lebih 2,8 meter persegi.)
Dunia Roh 65

"Keesokan harinya, kami berpapasan dengan seorang te-


man clan menceritakan padanya tentang penjualan itu. Ke-
tika kami beritahukan berapa harga jual tanah itu, ia
terkejut. Harga itu, katanya, adalah harga berpuluh tahun
yang lalu.
"Kami terpana, terutama ketika ia mengatakan kepada
kami bahwa harga yang sedang berlaku untuk tanah di
daerah itu adalah delapan juta yen untuk satu tsubo. Ia
sendiri sebenarnya bermaksud membeli tanah di daerah itu
dan diberi harga itu oleh orang yang membeli tanah kami.
Katanya, mungkin belum terlalu terlambat untuk mem-
batalkan penjualan itu. Maka saya buru-buru ke sebelah.
Tetangga kami itu menyambut saya dengan dingin, clan tak
bersedia membicarakan penjualan kembali tanah tersebut.
Tentu saja ada harga yang sedang berlaku, katanya, tetapi
tak ada hukum yang menetapkan bahwa segala sesuatu
harus dijual menurut harga itu.
"Sambil menangis, saya temui istrinya. Tetapi ia pun tak
mau membantu. Salah sendiri karena kami begitu bodoh,
katanya, clan, bagaimanapun, itu bukan urusannya. Per-
ha tian mereka sekarang adalah menebangi pepohonan di
tanah itu sehingga mereka dapat membangun rumah.
"Dengan sangat saya mohon kepada mereka untuk se-
dikit bertenggang rasa. Bagaimanapun, tanah itu sudah di-
jual untuk membayar biaya pengobatan saudara perempuan
saya. Tetapi mereka mempertahankan tanah mereka, se-
hingga saya tak punya pilihan lain kecuali pulang. Jadi,
Anda tahu sekarang bahwa saya sudah mencoba untuk
memohon kebaikan hati mereka, apalagi yang dapat saya
lakukan?" katanya mengakhiri pembicaraan.

Menenteramkan Wanita yang Bersedih


Wanita yang lemah lembut clan jelas terdidik ini kehilangan
kesabarannya. Kebetulan saya tahu agen real estate itu: ia
datang pada saya beberapa tahun sebelump.ya untuk minta
nasihat tentang anak-anaknya. Saya betul-betul dapat me-
66 Manusia Tidak Mati

nolongnya pada kesempatan itu. Saya berjanji untuk ber-


bicara kepada agen itu dan istrinya.
"Mereka hidup dengan penuh kekhawatiran menyangkut
masa lalu mereka, mengenai anak-anak mereka, maka saya
yakin mereka akan memahami apa yang Anda alami," kata
saya, mencoba menenteramkan wanita malang itu. "Saya
akan langsung membicarakannya, sebaiknya ini memang
diselesaikan secepat mungkin."
Saya menelepon istri agen itu dan pergi menemuinya
petang itu. Tak dapatkah mereka membayar wanita itu
sedikit lebih banyak untuk tanah mereka, tanya saya. Ia
tetap pada pendiriannya, karena ia mengangap semua itu
kesalahan mereka sendiri sampai hams kehabisan uang,
bukan kesalahannya atau suaminya.
Saya berharap tidak perlu melakukan apa yang sebaik-
nya tidak saya lakukan. Tetapi, apa boleh buat, inilah saat
untuk mengungkapkan masa lalunya.
"Bukankah Anda sendiri punya masalah dengan anak-
anak Anda beberapa tahun yang lalu?" tanya saya dingin.
"Anda pasti bisa memahami apa yang sedang dialami te-
tangga Anda."
Saya hams menghabiskan beberapa jam di sana, tetapi ia
bersikeras bahwa mereka, si pembeli, benar dan saya salah
karena mempermasalahkan penjualan itu. Saya pergi de-
ngan perasaan kecewa, sambil bertanya-tanya apakah se-
baiknya saya memikirkan umsan saya sendiri saja daripada
terlibat.
Saya memberi tahu si penjual mengenai kegagalan usaha
saya membujuk, dan saya tak akan pernah melupakan raut
wajah wanita tua itu sewaktu ia menyatakan, "Saya benci
mereka, saya akan membenci mereka selamanya karena apa
yang mereka perbuat terhadap kami."
Tak lama kemudian, sebuah mmah besar yang sangat
mengagumkan berdiri di tanah yang terjual dengan harga
murah itu. Kedua bersaudara itu tidak tahan lagi menetap
di lingkungan itu. Mereka pun jadi semakin enggan ber-
temu dengan tetangga-tetangga mereka. Akhirnya mereka
menjual separoh kekayaan mereka yang masih tinggal me-
Dunia Roh 67

lalui seorang agen real estate lain. Harganya 8 juta yen per
tsubo. Namun, ini hanyalah hiburan kecil karena mereka
merasa telah tergusur oleh agen real estate yang licik dari
rurnah tempat mereka telah menghabiskan sebagian besar
hidup mereka.
Agen itu clan keluarganya merasa paling hebat di dunia
ini. Mereka bangga menjadi pemilik rumah yang sama
sekali baru itu, clan rasa bangga itu jadi semakin kuat
karena tanah tempat rumah mewah itu berdiri dibeli de-
ngan harga sangat murah. Bagi mereka, sama sekali tidak
ada yang salah.
Sebaliknya, wanita-wanita tua tersebut, menurut teman
saya yang tinggal dekat mereka, melewatkan setiap hari
dalam rumah baru mereka dengan darah mendidih karena
kemarahan akibat ditipu.
"Sekalipun mereka telah mendapatkan rumah baru, tam-
paknya mereka tidak pernah reda dari kemarahan akibat
ulah agen real estate itu. Kasihan melihat mereka seperti itu.
Mereka adalah orang-orang yang amat menyenangkan, be-
gitu baik hati." Teman saya menggeleng-gelengkan kepala-
nya atas semua tragedi itu. Setiap orang yang mengenal
kedua wanita itu berkumpul dan mendukung mereka. Me-
reka heran bahwa ada juga yang sampai hati melakukan
sesuatu yang begitu mengerikan kepada dua wanita tua
yang telah hidup menyendiri dan menghindar dari realitas
kehidupan yang keras.

Seseorang Mengintai dari Kegelapan

Suatu malam ketika kebetulan saya melewati rumah baru si


agen real estate, saya melihat satu dari wanita itu. Saat itu
pukul sebelas lebih, tetapi-ia di sana, bersembunyi di
rerumputan, memandang ke arah rumah itu.
Saya putuskan untuk memanggil dan mendekatinya. Te-
tapi tak ada tanda-tanda seorang manusia pun. Pertama-
tama saya pikir ia kembali karena merindukan tempat ia
tinggal sekian lama. Namun ekspresi wajahnya tidak men-
68 Manusia Tidak Mati

cerminkan kerinduan atau kesedihan, melainkan kebencian


semata-mata.
Beberapa tahun berlalu, dan saya hampir melupakan ke-
jadian itu ketika seorang teman datang berkunjung dan
bertanya apakah saya ingat rumah di bukit itu. Saya ingat,
kata saya. Ia melanjutkan, "Si istri meninggalkan suaminya
dan membawa tiga anak bersamanya. Ia punya masalah
yang parah-anak sulungnya berusia hampir 20 tahun, te-
tapi tak mau sekolah, tak melakukan pekerjaan apa pun
dan menghabiskan seluruh waktunya dengan berhura-hura
bersama teman-temannya. Saya katakan padamu, saya me-
rasa sangat tak senang punya anak-anak yang berkeliaran
di luar larut malam seperti itu."
Seketika saya sadar, bahwa hal seperti itu hanya akan
dilakukan oleh hantu. Seandainya saja agen itu dan istrinya
mau memperbaiki cara-cara dan kesalahan yang sudah me-
reka lakukan terhadap dua wanita itu, dan hidup lebih
jujur, mereka tak akan mendapat masalah. Pelan tapi pasti
saya takut hantu wanita-wanita itu sedang berusaha mem-
buat kehidupan pasangan itu bertambah tidak menyenang-
kan.

Bantu Tercipta oleh Rasa Dendam dan Iri Hati


Seperti ditunjukkan melalui contoh di atas, hantu adalah
perwujudan dari jiwa orang yang masih hidup, yang men-
datangkan kerugian bagi orang lain. Kadang-kadang hantu
bisa menjadi sangat menakutkan dipandang dari sudut ke-
kuatan yang dikumpulkan untuk membalas perbuatan bu-
ruk. Untunglah bahwa roh-roh semacam itu merupakan
fenomena yang sangat jarang terjadi.
Jika seseorang terus-menerus "dikuntit" oleh hantu, ia
akan merasa gelisah mengenai segala hal, sampai-sampai
tugas-tugas harian pun dirasakan sebagai suatu cobaan.
Hantu-hantu mulai muncul apabila orang yang dilukai
hatinya terbakar rasa iri hati atau kemarahan yang luar
biasa, sehingga pikiran-pikiran penuh dendam terus men-
cengkeram setiap kali mereka terjaga. Atau, ketika mereka
Dunia Roh 69

dipenuhi oleh bentuk emosi yang berbeda tetapi sama-sama


obsesifnya: cinta. Hal itu bisa terjadi pada seorang anak,
atau seorang kekasih. Cinta yang membara atau kebencian
yang menyala: keduanya mampu menghasilkan hantu.
Hantu dan roh orang yang meninggal pada dasarnya
adalah entitas yang sama sekali berbeda.
Roh orang mati tak menghasilkan panas, mereka tak
punya detak jantung. Tetapi ketika bertemu dengan sesosok
hantu, saya dapat merasakan kehangatan tubuhnya dan
melihatnya bernapas.
Karban mungkin tak menyadari bahwa seseorang me-
nyimpan rasa dendam obsesif semacam itu pada dirinya,
tetapi kehadiran hantu sering terwujud dalam bentuk
gangguan kesehatan atau kesulitan kerja. Penelitian medis
terhadap gangguan itu tak akan menunjukkan sebab-sebab
yang jelas mengenai kondisi korban. Tetapi dalam banyak
kasus penyakit yang misterius, hantulah yang sebetulnya
menjadi penyebabnya.
Manakala saya melihat korban-korbannya, lebih sering
saya melihat sesosok figur yang berdiri di belakang mereka;
matanya terpaku pada mereka dengan sorot penuh keben-
cian. Ketika saya bertanya pada hantu-hantu tersebut meng-
apa mereka ada di situ, mereka selalu menceritakan kisah
mengenai perasaan sakit hati dan marah.
Hantu tidak akan mewujud hanya melalui emosi biasa.
Dituntut kemarahan yang begitu kuat, sehingga rasa marah
itu bisa membunuh orang yang merasakannya, dan amatlah
sulit menghasilkan energi yang begitu kuat. Sengaja ber-
usaha menghadirkan sosok hantu untuk mengganggu orang
lain dengan cara seperti yang saya paparkan amat sulit
dilakukan.
Hantu sudah ada bersama kita sejak awal keberadaan
manusia, dan saya percaya bahwa pada zaman sekarang ini
mereka sudah merupakan sesuatu yang umum. Saat penge-
tahuan dan pengalaman manusia dalam soal-soal duniawi
tumbuh, relasi mereka dengan yang lain menjadi kompleks,
dan pada zaman ini kita punya lebih banyak alasan untuk
70 Manusia Tidak Mati

merasakan kemarahan atau kedengkian terhadap orang lain


daripada waktu-waktu yang lampau.

Perasaan Dendam Bisa Meledak dalam Diri Kita


Hantu sangat dipengamhi oleh sifat dasar orang dari siapa
ia berasal. Orang yang melankolis, pesimistis, dan yang
sangat enggan berjumpa dengan orang lain dan lebih se-
nang menumti kemarahan mereka, tak peduli perasaan itu
benar atau tidak, dan yang merasa dirinya dikorbankan,
adalah orang yang jiwanya paling mungkin bembah men-
jadi hantu.
Biasanya, orang-orang semacam itu sangat tidak bahagia.
Mereka tak sepenuhnya mampu mengekspresikan perasaan
mereka terhadap orang-orang yang membuat mereka ma-
rah. Perasaan itu jadinya berbalik membakar diri mereka
sendiri. Ada saat-saat ketika kita ingin punya hantu untuk
mengganggu seseorang yang kita bend. Tetapi, kita hams
tetap ingat bahwa agar itu terjadi, kita hams sama men-
deritanya seperti korban yang kita harapkan.
Ada pepatah dalam bahasa Jepang, "hito o norowaba ana
futatsu", yang sama dengan ekspresi dalam bahasa Inggris
chickens coming home to roost-hukum sebab akibat dan
memjuk pada bahaya sebuah kutukan yang membakar pe-
ngutuknya sendiri. Ada banyak kebenaran dalam pepatah
ini, sekurang-kurangnya sehubungan dengan dunia rah.
Saya telah menyaksikan banyak sekali contoh mengenai
hantu-hantu yang kembali pada pemiliknya dan membuat
kehidupan menjadi lebih bumk daripada sebelum mereka
ada.
Hantu tak selalu bisa dengan begitu saja melekatkan diri
pada obyek kemarahannya. Orang yang menginginkan han-
tunya berhasil mengganggu obyek kemarahannya hams
sanggup tidak tidur malam selama berhari-hari, sambil ti-
dak putus-putusnya mengerahkan perasaan marah dan
dengkinya.
Akhirnya, lebih baik kita berhati-hati dengan omongan
dan tindakan kita agar tak melukai orang lain, siapa pun
Dwzia Roh 71

orang itu. Sesuatu yang dikatakan sambil lalu boleh jadi


melukai perasaan orang lain secara mendalam, dan kata-
kata kita sendiri mungkin kembali membayang dalam ben-
tuk hantu. Saya yakin, bersikap baik terhadap orang lain
sepanjang waktu adalah cara terbaik untuk mempertahan-
kan relasi kita dengan orang-orang di sekitar kita.

lbu Saya, Semasa Tahun Pertama Saya di Sekolah

Saya punya satu lagi cerita mengenai hantu yang perlu


Anda ketahui. Sejak tahun pertama masuk sekolah, saya
hampir sama sekali tidak lagi berbicara dengan orang lain
kecuali dengan roh-roh. Melihat anak perempuannya me-
nutup diri dalam dunianya sendiri, ibu say~ tentu saja
menjadi risau. Sering saya memberanikan diri keluar sen-
dirian di musim semi untuk menangkap ikan-ikan kecil di
sungai kecil dekat rumah, atau memetik bunga-bunga liar
yang sedang bermekaran di ladang.
Setiap kali ada tanda-tanda saya ingin keluar, ibu saya
akan datang dengan tergesa-gesa, menyeka tangan di
apronnya, sambil berkata, "Aiko, mau ke mana kamu? Ka-
lau kamu pergi ke sungai, jangan ke bagian yang dalam.
Dan jangan pergi terlalu jauh, nanti kamu tersesat: ber-
mainlah di jalan-jalan yang kamu ketahui saja." Begitulah ia
biasanya berpesan. Saya diam saja, lalu berlari keluar ru-
mah.
Pada suatu sore awal musim panas yang menyenangkan,
saya sedang mengejar kupu-kupu di sepanjang perbukitan.
Sekarang ini, tempat itu sudah dipenuhi oleh rumah-ru-
mah, tetapi ketika saya kecil, daerah itu jarang penghuni-
nya, dan bukan tempat yang cocok bagi seorang anak kecil
untuk bermain sendirian.
Saat itu, saya sedang mengejar seekor kupu-kupu ber-
sayap putih kecil, seperti helai bunga. Kupu-kupu itu ter-
bang kian jauh, menyelinap di antara rerumputan setinggi
saya. Setiap kali saya mengira kehilangan jejaknya, kupu-
kupu itu tiba-tiba terlihat lagi, menggoda saya. Saya sama
sekali lupa waktu, sampai tersadar bahwa suhu telah turun
72 Manusia Tidak Mati

drastis sekali dan bulu roma di lengan saya berdiri tegak.


Tiba-tiba saya sadar bahwa saya harus pulang.
Tetapi saya tak tahu letak rumah saya. Saya berjalan dan
berjalan, di sepanjang jalan yang tertutup rumput liar, dan
saya menjadi kian takut. Akhirnya saya duduk, letih dan
mencoba mengingat dari arah mana saya tadi datang.
Bunga-bunga di dekat saya tiba-tiba tampak sangat kesepi-
an dan sedih.
"Aku mau pulang ... " kata saya, tetapi tentu saja tak
seorang pun menjawab. Angin, yang hanya sekejap terasa
lembut di pipi saya, sekarang menjadi angin sepoi-sepoi
dingin, dan bertambah hebat sepanjang waktu itu.
Saya tak tahan lagi. Saya mulai menangis.
Saya tak akan pernah melupakan apa yang terjadi ke-
mudian. Saat menengadah, saya lihat ibu saya datang
menghampiri, tergesa-gesa melewati rerumputan yang pan-
jang. Tak salah lagi, itu ibu saya. Ia mengenakan blus putih
dengan rok cokelat, dan matanya, yang biasanya memang
cukup besar, menjadi bertambah lebar karena khawatir.

Yang Saya Kira lbu Saya Temyata ...


Saya meloncat dan berlari gembira menuju sosok tubuh
yang mendekat itu. Tiba-tiba, ia menghilang. Tetapi, di
tempat tadi ia berada, rerumputan menyibak dan mudah
dilalui. Saya melihat sangkar kecil untuk serangga dari
bambu yang patah, yang seingat saya telah saya lewati
ketika mendaki bukit itu.
Saya merasa seolah-olah terjaga dari tidur panjang. De-
ngan mengikuti jalan setapak yang menuntun diri saya ke
luar, saya menuruni bukit. Jalan itu menjadi semakin lebar,
sampai akhirnya saya tiba di rumah, terengah-engah.
"Aiko, apakah kamu naik ke bukit?" Thu saya menyerbu
keluar untuk melihat saya. Ia tak mengenakan pakaiannya
yang biasa, melainkan blus putih baru dan rok cokelat.
Ia hampir pergi mencari saya, meninggalkan pekerjaan-
nya mempersiapkan makan malam, dan berganti pakaian.
Baru pertama kali ia mengenakan blus itu.
D11nia Roh 73

Sambil tersenyum lega, ia berkata pada saya, "Ibu cemas


jangan-jangan kamu tersesat di perbukitan, Aiko! Dapat ibu
bayangkan kamu duduk di suatu tempat sambil mencoba
berpikir ke mana hendak pergi. Ibu tahu kedengarannya
bodoh, tetapi sewaktu ibu membayangkan kamu, ibu bisa
melihat sebuah sangkar serangga di tanah di dekat... Ah,
sudahlah, yang penting kamu selamat. "
Ibu saya tak punya kekuatan sebagai seorang medium . Ia
lebih percaya pada apa yang dapat dilihat oleh matanya
sendiri daripada sesuatu yang berhubungan dengan dunia
roh. Tetapi saya tahu, yang mendatangi saya tadi adalah
sukmanya, yang keluar dari kasih sayang seorang ibu dan
keprihatinan pada anaknya, untuk membimbing saya pu-
lang pada hari itu. Tak ada penjelasan lain.
5
Apakah
Roh Pelindung Itu?
Apakah Roh Pe/indung itu? 77

Roh Pelindung Menjaga Kita Sepanjang Waktu

Pernahkah Anda berpikir mengapa ada orang-orang yang


begitu sukses? Saat berjumpa dengan orang-orang semacam
itu, saya langsung merasa bahwa mereka punya rah pelin-
dung. Roh pelindung adalah rah yang menjaga seorang
manusia tertentu. Oleh karena itu, seseorang yang punya
rah pelindung kemungkinan besar menjadi lebih bahagia
daripada yang tidak punya.
Hubungan antara kita sendiri dan rah-rah itu adalah
hubungan timbal balik. Jika kita menunjukkan cinta dan
perhatian kepada rah, mereka akan sering menolong pada
saat kita membutuhkan bantuan mereka. Jika Anda meng-
alami keberuntungan dalam hidup, jangan lupa untuk ber-
terima kasih kepada rah pelindung Anda. Ini adalah salah
satu cara untuk memastikan bantuan tanpa putus dari para
rah: tak ada rah yang marah pada Anda jika Anda meng-
ungkapkan rasa terima kasih Anda.
Yang harus selalu diingat adalah bahwa tak setiap orang
punya rah pelindung: ·sesungguhnya, hanya sekitar 40%
dari kita yang memilikinya. Jika Anda termasuk orang yang
selalu lolos tanpa goresan Iuka ketika orang-orang lain
terluka, atau orang yang selalu lolos dari situasi-situasi
sulit, kemungkinan besar Anda termasuk di antara yang
40% itu.
Jadi, siapakah rah-rah pelindung itu? Jika Anda punya,
ia mungkin seorang leluhur dari lebih kurang tiga generasi
sebelum Anda. Jangan mengira bahwa rah itu selalu me-
nyertai Anda. Itu amat tergantung pada bagaimana Anda
memperlakukan rah dan pada cara hidup Anda, dan rah
dapat dengan mudah berpaling dari Anda.

Carl Lewis-Manusia Tercepat

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan bertemu


dengan Carl Lewis, pelari jarak pendek termasyhur dunia.
Pengetahuan saya tentang dunia olahraga amat sedikit, dan
ketika seseorang menyebut nama Lewis, saya menjawab
78 Manusia Tidak Mati

bahwa nama itu terdengar akrab, tetapi saya tak yakin apa
yang sesungguhnya ia lakukan. Apakah ia seorang musi-
kus? Penari? Ilmuwan mungkin? Akhirnya, saya hams ber-
tanya pada orang dari stasiun televisi yang menemui saya
untuk mewawancarai bintang olahraga itu.
"Anda pasti satu-satunya orang di dunia yang tak tahu
siapa Carl Lewis!" serunya keheranan.
"Ya ampun, seterkenal itukah ia?" jawab saya.
"Tanyakan pada putra Anda," jawabnya. "Ia akan tahu
siapa Carl Lewis."
Saya tanya anak saya, dan mendapat ejekan tak kenal
ampun yang memang pantas saya terima. Carl Lewis ada-
lah pemegang medali emas Olimpiade, bintang dunia olah-
raga. Tiap orang tahu siapa dia! Kecuali saya.
"Akankah orang termasyhur seperti itu mau bertemu
dengan saya?" tanya saya pada seseorang di stasiun televisi.
"Ya, kami sudah mengirimkan fax padanya, dan tam-
paknya ia amat tertarik untuk bertemu Anda." Jawaban
yang mengejutkan. "Sebenarnya ia ingin bertemu Anda se-
gera, jika mungkin." Tampaknya Lewis tak merasa antipati
terhadap dunia roh, dan, sambil bernapas sedikit le1Jih
ringan, saya menenggelamkan diri dalam persiapan per-
jalanan. Beberapa hari kemudian, kami terbang ke Houston,
tempat Carl Lewis menunggu untuk bertemu kami.

Carl yang Tegang dan Cemas


Setelah kami tiba dan beristirahat sekitar tiga jam, Carl
datang ke kamar hotel kami, mengetuk pintu dengan lem-
but. Saya mempersilakannya masuk. Ia tampak tegang dan
tanpa senyum. Setelah kami bersantai sejenak agar terasa
nyaman dan enak, saya memberikan selembar kertas besar,
memintanya untuk menuliskan nama dan tanggal lahirnya.
Itu sesuatu yang biasa saya lakukan sebelum melakukan
apa yang akan saya lakukan: membaca jiwanya. Meminta
seseorang menuliskan nama dan tanggal lahirnya cende-
rung akan melegakan orang bersangkutan. Tentu saja, saya
tak selalu membutuhkan nama atau tanggal lahir lengkap.
Apakah Roh Pelindung itu? 79

Tetapi bila orang yang saya temui itu dalam keadaan tidak
tenang, saya kesulitan untuk "membaca", kelemahan yang
patut disayangkan.
"Nama lengkap, kata Anda?" Sambil berbisik sendiri, Carl
menulis namanya dan tanggal 1 Juli dalam huruf-huruf
tebal. Ia masih tampak tegang, tetapi sejauh yang dapat
saya lihat, tugas sederhana ini rupanya menenangkannya
sedikit.
"Saya kira Anda merasa bahwa keberhasilan Anda dalam
perlombaan ditolong oleh sesuatu selain dari kemampuan
Anda sendiri," saya memulai. Dengan tenang Carl meng-
angguk.
"Ketika Anda masuk ruangan ini," lanjut saya, "ayah
Anda ada di belakang Anda, mengikuti Anda. Ia roh pelin-
dung Anda.
"Beberapa orang tak punya roh pelindung, yang lain
punya satu, sedang yang lain lagi punya dua atau tiga.
Ketika saya memandang Anda, saya melihat dua orang:
satu ayah Anda, yang lain kakek Anda. Barangkali Anda
tak ingat betul pada kakek Anda, tetapi ia adalah seorang
pekerja keras."
Carl menatap saya, matanya yang indah terbuka lebar
oleh keingintahuan.

Pesan untuk Carl


"Ya, ayah saya dulu sering bercerita tentang kakek saya. Ia
memang seorang lelaki yang sangat giat bekerja, dan ber-
kemauan keras juga."
"Ia melindungi Anda," saya melanjutkan. "Sekarang, jika
Anda mau, saya punya pesan dari ayah Anda."
"Anda selalu mulai lari dengan kaki kanan Anda, bukan?
Sulit dilakukan, seperti yang Anda tahu, tetapi Anda juga
tahu itu membantu Anda memenangkan perlombaan."
Ia mengangguk setuju.
"Ayah Anda menyuruh Anda untuk memperhatikan se-
cara khusus pergelangan kaki kanan Anda."
Ekspresi Carl pun menjadi lebih serius.
80 Manusia Tidak Mati

"Apabila Anda berlatih, Anda harus berhati-hati memilih


sepatu. Sepatu dengan garis biru kelihatannya adalah yang
terbaik."
"Ya, itulah yang selalu saya lakukan sebelum saya mem-
peroleh medali emas," katanya.
Tiba-tiba, sebuah pena hitam tampak di udara di antara
kami.
"Carl, apakah benar Anda menerima hadiah sebuah pena
dari ayah Anda?" tanya saya.
"Ya, benar."
"Anda tak menggunakannya akhir-akhir ini, bukan?"
"Tidak. Pena itu tersimpan di suatu tempat. Tetapi pena
itu tak hilang."
Benda lain tampak di depan saya. "Sebuah jam... jam
bagus, pernahkah Anda diberi jam?"
Tamu saya berpikir sejenak. "Ah, ya, saya punya. Tetapi
sudah lama saya juga tidak menggunakannya."
"Ayah Anda ingin agar Anda menggunakan pena dan
jam itu. Jam itu hilang, maka ia meminta Anda untuk
membujuk ibu Anda membelikan jam yang sama. Jika
Anda memakainya sekali-sekali, dan jika pada malam se-
belum perlombaan Anda menulis "Papa" dengan pena itu
dan meminta bantuannya, Anda akan menyelesaikan per-
lombaan itu dengan baik."
Sambil tersenyum dan mengangguk sekarang Carl ber-
kata, "Ya, Papa, akan saya lakukan itu, saya akan sungguh-
sungguh melakukannya." Ia mulai memanggil ayahnya,
seolah-olah dapat melihatnya dengan cara yang dapat saya
lakukan. Tuan Lewis, sambil berdiri di belakang anak laki-
lakinya, tersenyum dari balik kacamatanya. Tak ada ke-
raguan dalam pikiran saya, bahkan dari dunia rah, ia
mengawasi Carl.

Bangunan dari Batu Bata


"Saya h arus memikirkan sepatu saya juga," Carl komat-
kamit sendiri.
Ketika ia mengatakan hal ini, sebuah bangunan batu bata
Apakah Roh Pelindung itu? 81

tampak di antara kami. Pemandangan yang tidak lazim


ditemukan di Jepang: halaman rumput dan tanaman yang
luas, dibatasi jalan lebar yang menyenangkan. Saya pikir ayah
Carl menginginkan saya untuk tahu seperti apa tempat tinggal
anaknya. "Ruangan-ruangan dalam rumah Anda tak begitu
besar," kata saya sambil melukiskan apa yang saya lihat.
"Ukuran ruangan-ruangan itu baik sekali untuk perbincangan
keluarga. Ruang tempat kalian semua berkumpul ada di sisi
kanan Anda ketika Anda melewati pintu depan."
Lagi-lagi Carl tertawa dan mengangguk saat saya ber-
bicara. "Seorang keluarga Anda ingin menjual rumah itu di
masa yang akan datang dan pindah, tetapi ayah Anda
ingin supaya Anda mempertahankannya. Di tempat ih1lah
ia menghabiskan hari-harinya yang paling membahagiakan,
saat ia kadang-kadang ingin kembali. Saya kira rumah itu
menyimpan banyak kenangan baginya tentang anak-anak-
nya," lanjut saya, dan bayangan Tuan dan Nyonya Lewis
dan anak-anak mereka sedang berbincang-bincang gembira
satu sama lain terbentuk dalam benak saya.
Roh-rah yang tetap terikat pada rumah yang dulu me-
reka tempati sesungguhnya sangat jarang. Saya telah ber-
hubungan dengan banyak roh selama bertahun-tahun,
tetapi ini pertama kalinya saya jumpai rah yang merasa
sama kuatnya seperti yang dilakukan rah Tuan Lewis ter-
hadap rumah yang pernah ditinggalinya.
Setelah pembacaan selesai, Carl meminta saya untuk ber-
tandang ke rumahnya. Keluarganya sedang berkumpul un-
tuk merayakan Natal, dan mereka sangat berharap bisa
bertemu dengan saya, jelas Carl.
Bersama staf saya, saya menerima undangan itu, dan
pergi ke rumah Carl. Walaupun saat itu baru pukul enam
sore, di luar sudah amat gelap. Akhirnya kami tiba di
rumah Carl yang beberapa saat sebelumnya sudah saya
"lihat". Lampu-lampu Natal berkelap-kelip, seolah-olah me-
mandu kami dari kegelapan di luar, memberi kesan suatu
rumah tangga yang ramah bersinar bersama hari raya itu.
Carl mengantar saya masuk ke rumahnya. Ibunya, me-
ngenakan blus merah yang cantik, menuju ke pintu dan
82 Manusia Tidak Mati

rnenyarnbut karni. Adik Carl, Carol, rnernbawa karni ber-


keliling rnelihat-lihat. Ada banyak foto di dinding, suatu
ekspresi kehangatan ikatan afeksi keluarga Lewis. Untuk
sejen~k, hams saya akui, saya dicengangkan oleh dekorasi
yang rnernpesonakan itu-bagi saya ini suatu kesernpatan
yang jarang, rnengunjungi sebuah rurnah orang Arnerika di
tengah-tengah perayaan Natal.
Carol rnengeluarkan foto-foto Carl sewaktu berurnur lirna
tahun dan rnernperlihatkannya pada saya: seorang anak
lelaki kecil rnanis dengan bingkai kacarnata hitarn yang
rnernbuatnya tarnpak lebih tua dari urnur sesungguhnya.

Pesan bagi Istri Tercinta

Agak beberapa lama setelah itu, saya rnengadakan pernbacaan


spiritual yang dihadiri oleh seluruh keluarga Lewis. Biasanya,
saat saya rnernulai suatu pernbacaan, roh-roh rnencoba ber-
bicara pada saya rnelalui garnbar-garnbar orang dan binatang,
juga benda-benda, yang rnuncul di depan saya.
Pada kesernpatan ini, sebuah benda berkilauan tarnpak di
depan Nyonya Carl disertai suara yang dalarn dari alrnar-
hurn suarninya di telinga saya. "Saya rnernbelikan barang
ini untuknya," katanya, "tetapi ia tidak pernah rnengena-
kannya, juga tidak pada waktu Natal."
"Nyonya Lewis," saya bertanya rnenyelidik, "pernahkah
suarni Anda rnernbelikan perhiasaan untuk Anda? Mungkin
sebagai hadiah Natal?"
"Ya, benar," jawabnya. "Sepasang anting berlian. Tetapi
saya takut kehilangan anting itu, rnaka saya rnenyirnpannya
di laci. Kadang-kadang saya rnernbuka kotaknya dan saya
pandangi perhiasaan itu."
"Anda tahu, suarni Anda ingin Anda rnernakainya. Ia
bilang anting itu akan sangat rnenolong Carl. Please." Saya
rnelanjutkan sarnbil rnernandang pada setiap anggota ke-
luarga itu. "Jika ayah Anda atau saya rnengatakan bahwa
sebuah benda tertentu yang Anda rniliki rnernberi keberun-
tungan, saya ingin Anda sernua rnernakai atau rnernbawa-
nya bersarna Anda dari waktu ke waktu. Dan Carol, Anda
Apakah Roh Pelindung itu? 83

pun dapat maju dalam dunia olahraga. Yang dituntut dari


Anda hanya berlatih lebih banyak, kata ayahmu."
Ketika saya berhenti, Carl mengambil alih pembicaraan
sambil tersenyum lebar mendesak adiknya untuk berlatih.
Carol tak memberi jawaban, kecuali menyeringai masam.
Saya melanjutkan, "Carol, saya dapat melihat kuda-kuda
yang pernah punya hubungan dengan Anda."
"Sungguh?" jawabnya terkejut. "Saya senang naik kuda.
Saya sudah mencoba membujuk mama untuk membelikan
seekor, tetapi ia menolak."
Carl menambahkan, sambil tertawa nakal, "Ya, betul,
Carol memang menyukai kuda. Tetapi saya tak suka! Kuda
menakutkan saya, terlalu besar, dan saya pasti akan terlem-
par jika mencoba menaikinya!"
"Suami Anda meminta Anda untuk membelikan seekor
kuda untuk Carol, Nyonya Lewis," lanjut saya. "Itu sebab-
nya ia mendesak Carol untuk berlatih."
"Ayolah, Ma, belikan aku seekor kuda," pinta gadis itu.
"Yah, akan kita lihat," sahut Nyonya Lewis, dengan suatu
pandangan yang mencerminkan bahwa ia sudah tak mam-
pu lagi menolak keinginan anaknya.
"Serahkan padaku saja, Carol. Aku akan membujuknya
untuk membelikanmu seekor kuda," tambah kakaknya,
sambil memandang adiknya dengan kasih sayang.
"Jadi, akankah tahun ini menjadi tahun baik bagi keluar-
ga Lewis?" Ibu Carl berbalik pada saya lagi.
"Yah," saya menimbang-nimbang, "jika Anda semua me-
lakukan hal-hal yang telah saya katakan malam ini, maka
hampir dipastikan begitu."
Setiap anggota keluarga yang hadir di situ saat itu me-
nyambut pernyataan itu dengan senyuman. Saya bisa me-
ngatakan bahwa keluarga ini terjalin erat, dan Carl
memberikan perhatian besar kepada ibunya. Roh pelindung
tahu keluarga macam ini mudah dijaga.

Gelombang Muncul di Depan Pak Landis

Di tepi lereng bukit yang tenang di pinggir kota Yokohama


84 Manusia Tidak Mati

hidup keluarga Landis. Pak Landis bekerja di sebuah per-


usahaan Jepang. Ketika pertama kali datang ke negeri itu,
mendahului keluarganya, ia kenal dengan baik salah seorang
teman saya. Teman ini mengundang saya untuk bersantap
malam. Pak Landis hadir juga. Itu adalah malam yang tak akan
saya lupakan, walaupun kejadian-kejadian yang akan saya
ceritakan ini terjadi bertahun-tahun yang lalu.
Pada saat melihat Pak Landis, saya disentakkan oleh suatu
penampakan tentang ombak, seperti tsunami, bergulung di
depannya. Gemuruhnya memenuhi telinga saya. Karena ber-
pikir tidak sopan bagi saya untuk menyingkapkan sesuatu
seperti itu kepada seseorang yang baru saja saya kenal, saya
melanjutkan percakapan mengenai teater dengan teman saya
Michiko. Tetapi suara gemuruh gelombang itu merasuki
telinga saya tanpa henti, dan saya mulai cemas.
Cukup sudah, akhirnya saya putuskan, dan sambil
menghentikan percakapan saya dengan Michiko, saya ber-
paling pada teman kami.
"Saya tahu ini agak aneh untuk ditanyakan pada Anda,"
saya memulai, "tetapi benarkah rumah Anda di Amerika
berada di dekat laut?"
"Sangat tepat," jawabnya. "Lokasi itu bagus sekali, persis
di tepi tebing karang terjal. Dari tempat itu kita dapat
melihat gunung-gunung dari satu sisi dan memandang
gelombang-gelombang yang menghantam tebing dari sisi
yang lain-sungguh-sungguh indah. Keluarga saya akan
segera datang ke sini dari California." Ia melanjutkan, se-
dikit khawatir, "Apakah sesuatu terjadi pada mereka?"
"Sulit bagi saya untuk mengatakan sesuatu seperti m1
kepada seseorang yang belum begitu saya kenal. Tetapi,
terus terang, saya sangat mengkhawatirkan keselamatan ke-
luarga Anda. Teleponlah mereka beberapa hari lagi, dan
katakan pada mereka agar berhati-hati dengan air. Dan
seekor anjing ... " Kemudian saya bertanya, "Apakah Anda
punya seekor anjing cokelat berbulu halus kira-kira sebesar
ini?" saya mengulurkan tangan setinggi hampir satu meter
dari lantai.
Apakah Roh Pelindung itu? 85

"Ya, benar!" jawabnya senang, dengan meninggikan


suaranya. "Semua heres?"
"Saya harap anjing itu juga berhati-hati dengan air."
Suami teman saya buru-buru menambahkan, menjelaskan
pada tamu itu bahwa saya punya suatu kekuatan yang
kadang-kadang memungkinkan saya untuk melihat masa
depan.

Seorang Anak Hampir Mati Tenggelam

Ekspresi Pak Landis tiba-tiba berubah. Terkejut, dengan


jelas ia merasakan penjelasan tuan rumah sulit dipercaya.
Sebulan kemudian, saya bertemu Michiko lagi.
"Ingat malam itu di rumah kami, sewaktu kamu mem-
peringatkan Pak Landis tentang air?" tanyanya menyelidik.
Saya sudah lupa, tetapi kata-katanya menyentak saya.
"Ada gelombang tsunami dekat rumahnya!" lanjutnya. "Istri
dan anak-anaknya berjuang keras untuk menyelamatkan diri.
Dan anjing itu menyelamatkan satu dari anak-anak keluarga
Landis agar tidak tenggelam-menangkapnya di bahu dan
menariknya supaya selamat. Anjing itu ma ti tiga hari kemudi-
an, seolah-olah telah mengorbankan hidupnya demi nyawa
anak itu.
Nyonya Landis dan anak-anaknya tiba di Jepang rupanya
masih dalam keadaan sangat terpukul.
Akhirnya saya mendapat kesempatan berjumpa dengan
mereka, di rumah Michiko. Ketika saya menyinggung soal
anjing itu, si bocah kecil, yang baru berumur enam tahun,
mulai menangis. Bahunya berguncang karena sedih.
"Itu anjing saya," ia menangis tersedu-sedu.
Orang cenderung mengira bahwa roh-roh pelindung se-
lalu dalam wujud makhluk manusia. Tetapi, sebenarnya,
tak selalu demikian. Saya percaya bahwa si anjinglah,
Daniel, yang mengirim pesan tentang gelombang pasang itu
pada saya sewaktu ia masih hidup.
6
Roh Pelindung yang
Membawa Kebahagiaan
Roh Pelindung yang M embawa Kebahagiaan 89

Kathy dan Kedua lbunya


Seorang wanita · bernama Kathy, yang bertemu saya di San
Francisco, menyatakan bahwa ia punya kesulitan karena
masalah berikut. "Saya diasuh di sebuah panti asuhan, se-
hingga saya tak pernah melihat orangtua kandung saya,
bahkan dari foto pun tidak. Tetapi dari apa yang dikatakan
orangtua angkat saya, ayah saya adalah seorang pengacara
dan ibu saya guru. Keduanya berasal dari keluarga yang
berbeda, dan perasaan malu karena punya seorang anak di
luar pernikahan menjadi terlalu berat bagi mereka, maka
mereka menempatkan saya di panti asuhan.
"Orangtua angkat saya tak punya anak kandung dan
mereka sangat baik pada saya. Saya menikah dengan se-
orang pria yang baik-suami saya murah hati dan penuh
pengertian, dan saya amat bahagia. Mungkin Anda berpikir
bahwa tak ada yang perlu saya cemaskan. Tetapi sekarang,
setelah berumur empat puluh tahun, saya mulai merasakan
keinginan kuat untuk mengetahui siapa orangtua kandung
saya. Jika Anda tahu sesuatu, tolong katakan, bahkan
detail-detail paling kecil sekalipun. "
Saya dihadapkan pada dilema. Saya langsung sadar bah-
wa apa yang diceritakan orangtua angkat Kathy kepadanya
tidak benar.
Sementara Kathy berbicara pada saya, sebuah sosok
muncul di belakangnya. ltulah ibu angkatnya, yang sudah
meninggal. Saya memperingatkan Kathy yang sedang ce-
mas di depan saya.
"Kathy, jika kaupikir kau mampu menanggung segala-
nya, saya akan mencari yang sebenarnya. Tetapi mungkin
lebih baik jika kau tak mengetahuinya."
"Nyonya Gibo, semua itu benar. Tak ada yang dapat
membuat saya terkejut. Saya ingat betul saat saya masih
tinggal di panti asuhan, dan saya tahu betapa baiknya
orang-orang yang menjadi orangtua angkat saya. Hidup
saya bahagia sampai sekarang. Oleh karena itu, sekalipun
yang akan Anda katakan sangat menyedihkan, itu tak akan
mengecewakan saya."
90 Manusia Tidak Mati

Kalau itu yang memang ia inginkan, pikir saya, apa


boleh buat. Saya pun mulai berbicara.
"Baiklah, Kathy, akan saya katakan padamu apa yang
saya lihat. Ibu angkatmu mengatakan bahwa sebaiknya kau
mengetahui yang sebenarnya. Pertama, ayahmu. Ia seorang
wiraniaga peralatan mesin dari Amerika Selatan."
"Ya, ya, ibu angkat saya mengatakan bahwa ayah kan-
dung saya memang berasal dari sana!" Kathy memotong
dengan gembira.
"Baik," lanjut saya, "tetapi, ia bukan pengacara. Kau pasti
merasa sedikit kecewa. Dan ibumu, ia seorang pelayan di
sebuah bar dan berasal dari Carolina Utara. Mereka jatuh
cinta di sini, di San Francisco, dan kaulah hasilnya. Karena
tak mampu membesarkanmu, mereka meninggalkanmu di
panti asuhan dan menghilang. Tetapi orang tua angkatmu
sangat mencintaimu, bukan? Menurut saya, kamu sangat
beruntung."
Kathy mengangguk, menambahkan bahwa ia sering men-
dengar nama Carolina Utara disebut-sebut oleh ibu angkat-
nya.
"Hanya pekerjaan mereka yang berbeda," katanya sambil
menundukkan kepala.
"Kathy," saya menambahkan, "kau sudah cukup dewasa
untuk mendengar kebenaran tentang orangtuamu. Itu se-
babnya saya katakan padamu apa adanya tentang yang
saya dengar dari roh pelindungmu. Roh pelindungmu ada-
lah ibu yang membesarkanmu, dan satu-satunya orang
pada siapa kau hams merasa paling berterima kasih."

Bunga Anyelir
Kathy mengangkat wajahnya. Di matanya mengambang air
mata. Dengan bersungguh-sungguh ia mulai berbicara. "Se-
lama bertahun-tahun ini saya rindu untuk bertemu orang-
tua kandung saya, tak pernah terpikir untuk berterima
kasih pada mereka yang telah membesarkan saya. Saya
menerima mereka begitu saja."
"Kathy, ibu angkatmu menyukai anyelir merah muda,
Roh Pelindung yang Membawa Kebahagiaan 91

bukan?" tanya saya. "Nah, sekalipun hanya setangkai bu-


nga, taruhlah itu dalarn sebuah gelas untuknya dan ber-
doalah agar ia bahagia di dunia roh. Dan jangan lupa
untuk rnengucapkan betapa kau rnerasa berterirna kasih
padanya karena telah rnernbesarkanrnu. Ia akan rnerasa
sangat bersyukur."
Ia berjanji untuk rnelakukan apa yang saya sarankan.
Kernudian ia rnengajukan pertanyaan lain.
"Nyonya Gibo, suarni saya dan saya ingin pindah. Apa-
kah karni akan rnendapat ternpat yang baik?"
"Cobalah tanyakan itu kepada ibu angkatrnu pada saat
kau rnernberinya anyelir," jawab saya. "Saya kira ia akan
rnernbantu rnewujudkan keinginanrnu;"
Kathy rnenjadi cerah dan rnulai tertawa, berbeda sekali
dengan sikapnya sernula yang gugup. "Oh, itu akan sangat
rnenyenangkan!" serunya.
Enarn bulan kernudian, saya kernbali rnengunjungi San
Francisco untuk rnelakukan bisnis, dan rnernutuskan untuk
rnenelepon Kathy. Suaranya terdengar riang.
"Sebulan yang lalu karni rnernbeli sebuah rurnah dengan
pernandangan laut yang luar biasa! Marnpir dan singgahlah
ke rurnah karni. Anda akan rnenyukainya."
"Selarnat," jawab saya. "Apakah kau sudah rnernberi per-
hatian pada rnendiang ibu angkatrnu seperti saran saya?"
Ternyata ia rnelakukannya. Kathy percaya, ibu angkatnya-
lah yang rnernberikan rurnah itu, dan ia tak dapat rnenyern-
bunyikan kegembiraannya. Seorang teman tiba-tiba mem-
beritahukan bahwa mereka sangat ingin menjual rumahnya
dan Kathy yakin, katanya, bahwa ibunya sudah mengatur-
nya sedemikian rupa sehingga rumah itu bisa jatuh ke
tangannya tanpa susah payah.
Dengan setengah berbisik, ia bertanya penuh selidik, de-
ngan nada bergurau, "Nyonya Gibo, apakah menurut Anda
ia akan menolong saya lagi?"
"Kathy, jangan tamak!" jawab saya. "Kau tetap harus
berusaha semampumu. Kapan saja kau punya minuman,
biarpun hanya secangkir kopi, ingatlah untuk menuangkan-
nya bagi ibumu."
92 Manusia Tidak Mati

"Pasti akan saya lakukan itu," jawabnya gembira, lalu


mengucapkan kata perpisahan. "Dan mainlah ke rumah
kami, Anda pasti suka."

Pak Bishop dari Beverly Hills


Perjalanan kami hari berikutnya membawa kami ke Beverly
Hills, tempat rumah-rumah mewah dan apik di s~panjang
jalannya membuat mata kami "berpesta". Hari itu saya akan
menemui Steven Bishop, penyanyi dan penulis lagu ter-
kenal.
Tanpa alas kaki, Steven menyambut kami di ambang
pintu. Ia mengenakan jaket bermotif kotak-kotak. Sambil
menyunggingkan senyum selamat datang, ia mengantar
kami masuk ke rumahnya. Di dinding ada sebuah pahatan
besar berbentuk piringan hitam, dan kelihatannya tuan ru-
mah kami punya koleksi lengkap peralatan musik yang,
menurut penuturannya pada kami, hanya sekali-sekali saja
ia mainkan.
"Saya sama sekali tidak percaya pada roh-roh," ia mulai
percakapannya sambil sedikit tersenyum. "Bila kita mati, ya
kita mati. ltu saja. ltu yang saya yakini. " Sejak awal, tuan
rumah saya rupanya sudah mengambil sikap negatif.
"Kalau begitu, Pak Steven, maukah Anda duduk saja di
sini menemani kami?" jawab saya. Saya sendiri sebetulnya
lebih suka untuk tidak berurusan dengan seseorang yang
begitu skeptis. Namun, demi kepentingan program televisi,
saya tak punya banyak pilihan. Dalam kasus ini, Steven
Bishop dipilih karena ia adalah teman dari koordinator
pertunjukan televisi saya.
Setelah ia duduk di sofa, saya segera memulai pem-
bacaan saya.
"Saya lihat, masa kecil Anda penuh kesepian."
"Ya, boleh-boleh saja Anda mengatakan demikian," ja-
wabnya enggan.
"Nenek Anda ada di sini, di samping Anda, dan ia mulai
mengatakan beberapa hal tentang Anda. Anda mau men-
dengarkan apa yang ia katakan, bukan?"
Roh Pelindung yang Membawa Kebahagiaan 93

"Baik, tetapi boleh jadi ada hal-hal yang saya sendiri


lebih suka bila Anda tidak mengatakannya, Nyonya Gibo."
Saya meyakinkan Pak Steven bahwa saya tak akan me-
ngatakan hal-hal yang tak ingin ia dengar, dan bahwa
satu-satunya tujuan saya adalah menemukan roh pelin-
dungnya serta memberinya saran agar dapat menempuh
hidup bahagia.
"Baiklah kalau begitu, teruskan," katanya, sambil me-
nenggelamkan diri di kursi.
"Pertama-tama," saya memulai, "saya lihat Anda meng-
alami hal-hal yang tidak mengenakkan sehubungan dengan
relasi keluarga Anda. Anda dipisahkan dari salah satu
orangtua Anda ketika Anda masih kecil."
"Ya, orangtua saya bercerai ketika saya masih kanak-
kanak."
"Anda tidak tinggal dengan ayah Anda, juga tidak de-
ngan ibu Anda, bukan?" lanjut saya.
"Benar."
"Nenek Anda mengatakan semua ini kepada saya."
"Saya ingat betul dengannya-ia sekarang sudah me-
ninggal, harap Anda ingat itu."
"Agar hidup Anda bahagia, saya menyarankan Anda
untuk selalu ingat akan nenek Anda, dan sekali-sekali ber-
bicara kepadanya. Misalnya, sekalipun Anda sedang me-
ngerjakan sesuatu seperti duduk untuk makan, katakan
saja, sup, ambillah secukupnya di dalam mangkuk kecil
dan letakkan di meja. Atau pikirkanlah ia, dan memintanya
untuk menjaga Anda, itu sudah cukup."

"Setelah Itu, Saya Kesepian untuk Sekian Waktu


Lamanya..."

Ketika saya selesai berbicara, Pak Steven berdiri, dan beran-


jak untuk mengambil sebuah foto.
"Ini satu-satunya foto keluarga yang saya miliki," ia men-
jelaskan. Foto itu memperlihatkan Steven, ibunya dan ayah-
nya serta adiknya yang masih bayi. Keluarga itu kelihatan
94 Manusia Tidak Mati

sangat bahagia, dan wajah-wajah yang tersenyum itu tak


menunjukkan tanda-tanda bahwa akan terjadi perceraian.
"Foto ini diambil sesaat sebelum orangtua saya berpisah,"
ia melanjutkan. "Mereka masih berusaha mempertahankan
perkawinan mereka, tetapi akhirnya tak berhasil. Mulai saat
itu saya kesepian." Mata Steven terpaku pada saya dengan
penuh kesedihan di balik kacamata tanpa bingkainya.
"Baiklah, Anda tak perlu menceritakan rincian-rincian itu,
Pak Steven, tidak di depan kamera. Hanya janganlah per-
nah lupa bahwa nenek Anda adalah roh pelindung Anda.
Berbicaralah kepadanya setiap saat Anda punya masalah,
mintalah kepadanya petunjuk. Dengan bantuannya, semua
jawaban atas masalah Anda akan datang kepada Anda."
Steven mengangguk, setuju.
Ketika saya mengatakan padanya lebih banyak lagi hal-
hal kecil mengenai neneknya, Steven mulai bersikap ter-
buka terhadap saya.
"Apakah belum lama ini seekor anjing besar yang Anda
sayangi mati?" tanya saya.
"Ya ... "
"Anda juga harus ingat untuk mengucapkan sebuah doa
bagi roh anjing itu. Doa itu akan menyenangkannya."
"Saya mengerti. Saya pasti akan mencoba melakukannya."
Sampai di sini, kamera berhenti mengambil gambar. Pak
Steven mendatangi saya dan, sambil meletakkan tangannya
di bahu saya, ia bertanya apakah saya bersedia berbincang-
bincang dengannya sedikit lebih lama. Kami pergi ke da-
pur.
Tidak mengejutkan bila ia ingin mengetahui apa yang
akan terjadi pada dirinya di masa datang, sehubungan
dengan pekerjaan dan kehidupan pribadinya.
Neneknyalah yang telah memberikan uraian rind bagi-
nya, bukan saya. Saya hanya menceritakan apa yang di-
inginkan nenek itu agar diketahui oleh cucunya.
Sikap Steven Bishop terhadap saya berubah sama sekali.
Dengan rasa hormat, ia berterima kasih pada saya, dan
berjanji melakukan semua anjuran saya. Ia menjabat tangan
Roh Pelindung yang Membawa Kebahagiaan 95

saya dengan hangat, lalu berdiri di pintu sampai kami


hilang dari pandangan.

Masalah Pak Brown


Ketika bertemu Pak Brown, ia kelihatan cemas dan ter-
tekan. Ternannya, Mary, yang menyertainy~ untuk pem-
bacaan, tak menyia-nyiakan waktu untuk bertutur tentang
Pak Brown pada saya. Begitu duduk, Mary langsung ber-
bicara.
"Pak Brown tak punya energi sama sekali selama sekitar
setahun ini. Biasanya ia sangat cerah dan riang, bukan
begitu Pak Brown?" katanya, sarnbil menepuk bahu teman-
nya. Pak Brown berumur sekitar 50 tahun, tetapi rambut-
nya sudah banyak beruban, suatu tanda yang menunjukkan
tentang kesulitan di masa lalunya. Mary kelihatan baru
berumur 30 tahun lebih, dan berbaju rnencolok yang rne-
nunjukkan bahwa ia kurang punya cita rasa dalam ber-
pakaian.
"Saya kenal Pak Brown lewat seorang teman. Saya ber-
usaha keras untuk menernukan suatu cara yang bisa mern-
bebaskannya dari depresi, tapi tak berhasil. Saya tak tahan
melihatnya seperti ini."
Saya rnulai seperti biasa, rnerninta Pak Brown menulis-
kan narna dan tanggal lahirnya. Harnpir saja saya rnelon-
tarkan kata-kata tertentu ketika melihat Mary menarik siku
Pak Brown dan rnenyuruhnya dengan tak sabar, "Ayo,
tulislah!"
Setelah ajakan yang agak kasar itu, Pak Brown mulai
rnenulis. Tulisan tangannya sangat bagus.
"Pak Brown, saya yakin Anda tak puas dengan pekerjaan
Anda," kata saya.
"Ya, saya betul-betul tidak rnenyukai pekerjaan saya,"
jawabnya.
Mary rnemotong dengan kasar, "Ya, mungkin kau rnem-
bencinya, tetapi kau hams rnelakukannya."
Wanita itu mulai kelihatan bersikap lebih seperti seorang
manajer daripada teman.
96 Manusia Tidak Mati

"Pekerjaan saya memang tak cocok bagi saya, tahu mak-


sud saya?" katanya ragu-ragu.
"Anda seorang entertainer, bukan?" tanya saya. "Anda
tampil di panggung, seperti ayah dan kakek Anda sebelum-
nya. Kakek Anda, yang menjadi roh pelindung Anda, me-
ngatakannya pada saya." Saya berhenti. "Ia mengatakan
Anda harus tetap melanjutkan tradisi keluarga, Anda harus
menggunakan bakat yang Anda miliki, dan jika Anda men-
coba melakukan pekerjaan lain, kesehatan Anda akan
terganggu."
Mary mernotong lagi.
"Tidak, kami tak bisa melakukannya," katanya cepat-ce-
pat. "Saya tak ingin ia di panggung. Saya berusaha men-
dapatkan pekerjaan baginya sebagai wiraniaga asuransi,
tetapi itu tidak bisa ia lakukan. Kemudian saya mern-
bujuknya untuk belajar menjadi jeweler, dan karena setuju,
ia belajar keras sampai lulus. Tetapi itu pun berlangsung
tak sampai dua tahun. Saya meminta sepupu saya untuk
menerimanya dan mengajari ia menjual mobil, dan itulah
yang sekarang dilakukannya. Sebenarnya, ketika mulai ber-
dagang mobil itulah ia mulai seperti ini. Saya terus men-
coba membujuknya untuk berusaha lebih keras, tetapi ia
tak punya energi. Ia bahkan jadi enggan bicara."
Pak Brown yang malang. Rupanya ia betul-betul didomi-
nasi oleh teman wanitanya yang masih muda itu.

Nasihat Kakeknya

"Pak Brown," saya memulai lagi setelah Mary, yang ber-


sikap sangat dominan itu, mencerocos panjang, "kakek
Anda merninta agar Anda kembali ke pekerjaan lama Anda
di panggung. Ia berkata itulah pekerjaan paling baik yang
bisa Anda lakukan."
"Betulkah?" jawabnya, senyurn terbayang di wajahnya.
"Saya senang, itu sungguh-sungguh melegakan saya."
Saya melihat bahwa Pak Brown akan menernui kesulitan
dengan pekerjaan yang tak berkaitan dengan pertunjukan
panggung. Sayangnya, jenis perrnainan sulap yang dipela-
Roh Pelindung yang Membawa Kebahagiaan 97

jari Pak Brown untuk pertunjukan telah ketinggalan zaman,


dan persaingan dengan pemain-pemain muda tampaknya
menjadi kecemasan utamanya.
Saya menjelaskan, bahwa, misalnya saja, mungkinlah un-
tuk mengajarkan trik-trik baru kepada seekor anjing tua.
Selain itu, ia juga harus mempelajari teknik-teknik terbaru.
Dengan demikian, saya menambahkan, ia dapat bermain
dalam suatu pertunjukan yang dipenuhi penonton.
"Begitu menurut Anda?" tanyanya, tak sepenuhnya yakin.
Saya yakinkan ia bahwa ia mampu melakukannya, dan
pasangan itu pergi. Tuan Brown jauh lebih bahagia dari-
pada di saat awal pertemuan kami.
Beberapa waktu kemudian, saya mendengar lewat seorang
teman bahwa Pak Brown ingin sekali bertemu dengan saya
kembali. Ia ingin menceritakan sesuatu kepada saya.
Setelah pembicaraan kami dulu, ia mulai berbicara ke-
pada kakeknya setiap malam sebelum tidur, meminta lelaki
tua itu untuk memberinya ilham mengenai atraksi baru.
Berhasil. Muncul dalam suatu mimpi, roh pelindungnya
melukiskan suatu permainan dengan rincian panjang, mem-
butuhkan lima sapu tangan sutera dan seekor burung merpati.
Ketika Pak Brown mempertunjukkan permainan tersebut pada
sekelompok teman, permainan itu diterima dengan baik.
Sebelum mendapat mimpi itu, kata Pak Brown, ia belum
pernah merasakan kepuasan besar. Sulit baginya menerima
kenyataan bahwa untuk beberapa lamanya ia tidak tampil
di panggung, padahal semua pertunjukannya setelah mimpi
itu begitu memuaskan dirinya. Tepuk tangan dan sorak
sorai para penonton seakan memulihkannya ke kejayaannya
di masa lalu. Tak peduli kecilnya pendapatan, sulap adalah
profesinya. Ia sudah memutuskan untuk tak akan pernah
meninggalkannya lagi.
Setelah kembali menjadi dirinya sendiri yang periang,
Pak Brown dan atraksinya adalah tontonan yang memukau.

Nyonya Mose dan Neneknya

Suatu ketika seorang teman saya mengajak seorang wanita


98 Manusia Tidak Mati

Swiss bernama Nyonya Mose untuk bertemu dengan saya.


Suaminya seorang pengusaha. Pasangan itu, yang tinggal di
Yokohama, sangat harmonis. Tetapi, pada saat itu, kehar-
monisan mereka mulai memperlihatkan tanda-tanda kere-
takan. Suaminya, yang selalu tiba di rumah pada pukul
enam tepat setiap petang, mulai melewatkan tiga jam se-
minggu di luar rumah. Pada suatu malam Nyonya Mose
memutuskan untuk membuntutinya, dan melihat suaminya
sedang menemui dua wanita muda.
· Reaksi pertamanya adalah bingung, bukan marah atau
cemburu. Ia sama sekali tak percaya bahwa suaminya, yang
selalu serius, bisa punya hubungan gelap, apalagi dengan
dua wanita sekaligus.
"Saya hanya merasa bahwa semua itu tak mungkin,"
katanya pada saya. "Bahkan teman-teman kami selalu
menggoda kami dengan mengatakan betapa sempurnanya
kami sebagai pasangan, dan mereka iri pada kami. Tak
dapat dipercaya bahwa ia bisa melakukan hal semacam
itu."
Pada saat Nyonya Mose berbicara, sebuah penampakan
muncul di depan mata saya. Saya melihat ladang, lalu
sejumlah gudang dan bangunan tambahan lainnya, terpisah
dari rumah oleh pagar putih yang tinggi. Seorang wanita
tua gemuk duduk di kursi goyang sambil merajut dan
sesekali memandang ke ladang itu. Ia mengenakan mantel
rajutan tebal berwarna abu-abu. Ia lebih banyak menghabis-
kan waktu untuk menatap pemandangan yang ada di de-
pannya, kecuali ketika ia kembali memperhatikan rajut-
annya sejenak, memeriksanya dari balik kacamatanya.
"Nyonya Mose," kata saya, "saya dapat melihat seorang
wanita sedang merajut, di sebuah ladang, dan di wajahnya
terbayang rasa dengki kepada diri Anda."
Mata Nyonya Mose berkaca-kaca.
"ltu nenek saya. Thu saya meninggal ketika saya masih
kecil, sehingga saya dibesarkan oleh nenek saya. Ya, di
depan rumah itu ada ladang yang luas, dan mantel rajut
abu-abu adalah salah satu pakaian yang sering dipakainya.
Ia senang merajut. Ia duduk sepanjang hari untuk merajut
Roh Pelindung yang Membawa Kebahagiaan 99

dengan perhatian penuh ... Saya amat beruntung dibesarkan


olehnya, tetapi saya sekaligus sangat melukai hatinya." Air
matanya lalu mengalir.
"Ini adalah perkawinan kedua saya-dan ketika saya ber-
sama-sama dengan suami pertama saya, sebelum kami me-
nikah, nenek saya memperingatkan tentang calon suami
saya itu dan menentang rencana perkawinan kami. 'Kau
ditipu,' kata nenek saya. Ia bilang masa lalu calon suami
saya itu meragukan. Kami bertengkar dan saya menampar
wajahnya. Sesudah itu saya meninggalkan rumah untuk
menikah dengan laki-laki itu. Nenek saya ternyata benar
mengenai suami pertama saya. Ia menghabiskan semua
tabungan saya dan memutuskan bahwa kami hams meng-
ambil uang nenek saya. Saya begitu terpesona pada dirinya,
sehingga ia tidak ragu-ragu membujuk saya untuk meram-
pok rumah saya sendiri.
"Sekalipun dengan mata tertutup, saya dapat menemu-
kan harta milik nenek saya yang paling berharga: takut
meninggal mendadak, nenek saya mengatakan pada saya
tempat ia menyimpan harta itu.
"Salah satu barang yang paling berarti baginya adalah
cincin zamrud yang dibelikan kakek saya tak lama setelah
mereka menikah. Setiap hari Minggu, ia meminta saya
untuk mengambil cincin itu dari dalam laci, dan cincin itu ·
mengisahkan pada saya cerita-ceita tentang kakek saya. Ia
adalah seorang lelaki . baik yang meninggal pada usia ter-
amat muda.
"Ibu saya adalah satu-satunya anak dari perkawinan me-
reka, dan satu-satunya kebahagiaan nenek saya dalam hi-
dupnya adalah menyaksikan pertumbuhan ibu saya. Setelah
ibu saya meninggal, ia mencurahkan seluruh kasih sayang-
nya kepada saya.
"Setelah merampok semua yang dimiliki nenek saya, saya
dan suami saya tinggal bersama untuk sementara waktu.
Tetapi ketika ia tahu bahwa tak ada apa-apa lagi yang bisa
dicuri, ia mencari wanita lain dan meninggalkan saya.
Utang-utangnya adalah satu-satunya yang tersisa dari per-
kawinan kami.
100 Manusia Tidak Mati

"Saya tak pernah minta maaf pada nenek saya. Setelah


bertemu dengan suami kedua saya, saya menikah lagi dan
pergi ke Jepang. Saya bertanya-tanya mengenai bagaimana
kabar nenek saya, sampai akhirnya seorang teman men-
ceritakan pada saya lewat surat bahwa ia baru saja mening-
gal, seorang diri, karena serangan jantung."

Saya Hanya Ingin Bertemu Cucu Perempuan Saya, Sekali


Saja
Selesai bercerita, Nyonya Mose begitu diliputi oleh kenang-
an-kenangannya sehingga ia mulai menangis tersedu-sedu
tanpa terkontrol. Dalam penglihatan saya, neneknya sedang
merajut selembar baju hangat untuknya, dan selama ini
ingin sekali bertemu cucunya kembali. Saya sendiri hampir
menangis.
"Wanita yang malang ..." saya mulai bicara lagi, "bahkan
saat ini pun ia sedang memikirkan Anda, dan Anda tahu
itu. Ia membiarkan saya untuk mengetahui bahwa ia ada di
sana sambil menunjukkan pada saya sesuatu yang selalu ia
lakukan. Mengapa Anda tak meluangkan waktu dan kem-
bali ke Switzerland barang sebentar?" saya menasihati.
"Kunjungilah makam nenek Anda dan mintalah maaf pada-
nya."
Nyonya Mose menerima nasihat saya dan kembali me-
ngunjungi Switzerland. Sekembalinya ke Jepang, ia mem-
beri saya oleh-oleh cokelat Swiss, jenis yang sangat di-
gemari neneknya.
"Mengapa kita tak mengundang Nyonya Gibo untuk ber-
santap malam?" saran suaminya . Saya menerima undangan
itu dengan gembira.
Ketika saya tiba di rumah mereka, panggangan daging
telah · disiapkan. Pasangan suami istri itu telah bersusah
payah memasang lampion-lampion di taman. "Halo!" saya
berseru, dan disambut oleh Nyonya Mose, lengkap dengan
apron, serta siap memamerkan kepandaiannya memasak.
Masakannya sungguh lezat, saya pun merasa senang: ma-
lam itu, segala sesuatunya sangat menyenangkan.
Roh Pelindung yang Membawa Kebahagiaan 101

Ketika tiba waktunya untuk pulang, sang suami meng-


ajak saya untuk berbicara beberapa menit.
"Nyonya Gibo," katanya dengan tenang, "istri saya mem-
bawa foto neneknya dari Switzerland. Ketika memandangi-
nya, saya menyadari betapa mengerikan apa yang telah
saya perbuat. Ketahuilah, saya kira wanita tua itulah yang
berbicara pada saya. Saya tak akan pergi-pergi dari rumah
lagi."
"Saya harap tidak," jawab saya. "Anda pikir apa yang
Anda perbuat terhadap seorang istri sebaik istri Anda itu?
Berjanjilah pada saya bahwa Anda akan langsung pulang
besok, dan setiap hari, dan seterusnya."
Ia setuju. Saya pulang. Suara tawa riang Nyonya Mose
bergema di telinga saya.
7
Roh Pelindung
Perusahaan
Roh Pelindung Perusahaan 105

Roh Pelindung Membantu Perkembangan Perusahaan

Banyak orang tak menyadari keberadaan rah perusahaan,


yang membimbing para pekerjanya dan yang membantu
perusahaan itu meraih sukses. Roh perusahaan adalah rah
seseorang yang penting dalam perusahaan itu, tetapi terus
menetap di tempat kerjanya, untuk mengawasinya terus-
menerus dan melakukan segala sesuatu yang mungkin un-
tuk mengemudikan perusahaan itu menuju sukses.
Seperti manusia, masing-masing rah punya kepribadian-
nya sendiri. Sebagai contoh, jika rah sebuah perusahaan
adalah rah orang yang sabar dan berhati-hati, perkembang-
an perusahaan itu akan dicapai secara lambat tetapi pasti.
Roh orang yang lebih tak sabar akan membawa keberun-
tungan perusahaan naik turun dengan tajam dalam jangka
waktu relatif singkat. Sementara kesuksesan mungkin di-
capai dalam waktu relatif cepat, kesukaran mungkin mun-
cul tiba-tiba dan tanpa peringatan.
Jadi, sebuah perusahaan bisa membuat kemajuan yang
cepat, atau lambat. Tetapi tak jadi soal apakah tahap yang
dilalui dalam proses perkembangan itu memakan waktu
singkat atau lama, yang pasti adalah bahwa dalam jangka
panjang kehadiran rah pelindung pasti bermanfaat.
Oleh karena itu, keberuntungan perusahaan sangat di-
pengaruhi oleh keberadaan rah pelindungnya, juga oleh
karakter rah tersebut. Kekuatan nyata yang dimiliki oleh
rah pelindung juga akan menjadi faktor penentu efektivitas
perusahaan bersangkutan: jika pemilik rah adalah seseorang
yang berbakat besar menjadi pemimpin sekaligus pekerja
keras, rah orang itu memiliki kekuatan besar dalam mem-
pengaruhi keberuntungan perusahaan. Roh yang bersikap
terlalu berhati-hati kadang kala akan kekurangan kekuatan
yang diperlukan untuk melakukan hal ini. Tetapi, jangan
menilai rah semata-mata dari apa yang tampaknya menjadi
kekuatannya, karena rah orang yang lemah pun dapat
memberikan sumbangan bagi perkembangan perusahaan
melalui nasihat-nasihatnya yang bijaksana dan penilaiannya
yang hati-hati terhadap masalah .
106 Manusia Tidak Mati

Sekarang Anda mungkin bertanya-tanya, dapatkah efek-


tivitas roh perusahaan bertambah dengan kinerja dari para
pekerja di dalam organisasi itu? Itu sangat boleh jadi; juga
melalui relasi dengan mitra bisnis. Bahkan sesuatu yang
sederhana seperti rasa terima kasih pada roh yang dirasa-
kan oleh semua anggota organisasi dapat sungguh-sungguh
berpengaruh.
Sering kali bisnis-bisnis baru dipimpin oleh chief executive
yang karismatik, yang melalui kepemimpinannya semua
karyawan dipersatukan dalam kerja demi mencapai sukses.
Pada akhirnya kesatuan seperti itu menambah kekuatan roh
pelindung perusahaan. Di satu pihak roh memelihara per-
usahaan, dan, di pihak lain, kesatuan upaya orang-orang di
dalam perusahaan itu menambah kekuatan pengaruh roh.
Dengan demikian, hukum memberi dan menerima yang
berlaku di dunia ini berlaku juga di "dunia nanti".
Biasanya identitas roh perusahaan akan sangat meng-
untungkan sejumlah anggota organisasi tertentu. Sangat be-
sar kemungkinannya bahwa roh tersebut akan menjadi roh
pelindung seseorang dari antara mereka yang berkeduduk-
an penting dalam perusahaan, misalnya pendiri, pemilik,
atau direktur. Ia juga dapat menjadi roh pelindung bagi
orang muda bermasa depan cerah dalam perusahaan, wa-
laupun itu tidak lazim. Yang paling lazim adalah bahwa
roh pelindung chief executive, atau yang punya hubungan
darah, berperan sebagai roh perusahaan.
Ada yang mengklaim bahwa roh pelindung mereka ada-
lah roh seseorang tertentu dari masa lalu yang jauh, se-
orang figur historis yang termasyhur. Klaim seperti itu
lebih baik tak usah dipercayai. Berdasarkan banyak penga-
laman, saya dapat memastikan bahwa roh pelindung sese-
orang adalah nenek moyang keluarga tak lebih dari tiga
generasi sebelumnya. Itu berlaku pula bagi roh pelindung
perusahaan. Walaupun sebenarnya tak mungkin menemu-
kan dengan tepat identitas roh pelindung perusahaan tanpa
bantuan metode khusus yang digunakan oleh seorang me-
dium, hampir bisa dipastikan bahwa roh tersebut adalah
Roh Pelindung Perusahaan 107

roh kakek chief executive atau nenek moyang lainnya yang


menjaga perusahaan.
Tetapi itu tak berarti bahwa kita hams mengetahui de-
ngan pasti identitas roh pelindung perusahaan: bahkan tan-
pa mengetahui namanya, sebuah doa hening bagi 'roh
perusahaan kita' selama rapat-rapat penting di dalam atau
di luar kantor cukup untuk mendatangkan bantuan, jika
permohonan itu dilakukan dengan tulus.

Menciptakan Lingkungan Kerja yang Disukai Roh


Pelindung Perusahaan

Saya percaya bahwa faktor paling penting dalam keber-


hasilan perusahaan adalah kerja sama dari semua karya-
wannya, dari tingkat eksekutif ke bawah, untuk mengerah-
kan kemampuan terbaik mereka demi perusahaan. Per-
usahaan seperti itu akan jauh lebih berhasil di bawah peng-
awasan roh pelindung.
Lantas bagaimana sebuah perusahaan dapat mengupaya-
kan agar roh pelindungnya dapat leluasa menggunakan
kekuatannya yang protektif dan inspiratif itu demi men-
capai keberhasilan maksimal?
Jawabannya sederhana. Para karyawan harus mencipta-
kan suatu lingkungan tempat roh merasa dapat memberi-
kan apa yang terbaik dari dirinya bagi perusahaan. Saya
telah mengadakan pembacaan di berbagai perusahaan, dan
yang dengan pasti dapat saya ramalkan keberhasilannya
adalah perusahaan-perusahaan di mana roh-roh pelindung-
nya merasa kerasan.
Sebaliknya, ketika mengunjungi perusahaan-perusahaan
yang jelas sedang merosot, segera saya dapat melihat se-
jumlah kekurangan yang biasanya membuat roh merasa tak
senang.
Jika Anda sungguh-sungguh ingin agar perusahaan Anda
berkembang dan maju, Anda harus berusaha membuat
lingkungan kerja Anda disukai oleh roh perusahaan Anda.
Tetaplah yakin. Anda tak perlu panik. Roh perusahaan tak
akan menuntut banyak dari Anda-misalnya, ia tak akan
108 Manusia Tidak Mati

menyuruh Anda untuk memindahkan kantor pusat Anda


ke tempat tertentu, atau menuntut Anda untuk meremaja-
kan kantor pusat Anda. Paling-paling roh pelindung per-
usahaan Anda akan berbisik begini: "Barangkali Anda
dapat melakukan ini untuk saya ... "
Dalam prakteknya, apa saja yang dapat dilakukan agar
tercipta lingkungan yang membuat roh pelindung per-
usahaan Anda kerasan? Banyak orang akan mengatakan
bahwa karena mereka tak dapat mendengar atau melihat
roh, mereka tak dapat mengetahui apa saja yang diinginkan
atau diminta oleh roh itu. Bukan begitu masalahnya. Se-
belum meninggalkan dunia ini, roh-roh itu dulunya adalah
manusia, clan perasaan mereka hampir sepenuhnya sama
seperti ketika mereka masih berada di antara yang hidup.
Hanya sedikit saja orang yang tahan dengan lantai yang
penuh sampah. Tak seorang pun senang bekerja dalam
ruangan yang penuh sesak dengan hanya sebuah jendela
kecil tertutup tirai.
Kita semua menyukai orang-orang yang mengagumi kita,
tetapi kita langsung tak menyukai orang-orang yang tak
tahu berterima kasih, tak menghargai apa yang telah kita
lakukan bagi mereka. Dengan kata lain, jika Anda melihat
bahwa lingkungan perusahaan Anda tak mend ukung di-
capainya pekerjaan yang baik, atau bahwa relasi di antara
para karyawannya tak berjalan mulus, semua itulah yang
juga dapat dirasakan oleh roh pelindung, clan boleh jadi ia
akan meninggalkan perusahaan itu.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk memastikan bah-
wa roh pelindung perusahaan akan betul-betul mencurah-
kan perhatiannya untuk membantu agar perusahaan kita
berhasil? Roh-roh, seperti halnya diri kita, punya kesenang-
an clan ketidaksenangannya sendiri. Segala hal yang mereka
senangi sewaktu mereka masih hidup tetap sama saja bah-
kan setelah mereka meninggal. Salah satu pengalaman pa-
ling mengharukan yang pernah saya saksikan adalah sese-
orang yang menaruh satu poci teh di makam kakeknya,
karena sang kakek senang minum teh ketika masih hidup.
Roh memperoleh kepuasan tak terukur dari tindakan-tin-
Roh Pelindung Perusahaan 109

dakan sederhana semacam itu. Ketulusan tak pernah dapat


dibeli. Berdiri di depan makam seseorang, melantunkan doa
hening untuk berterima kasih pada roh karena pertolongan-
nya, dan menceritakan dengan singkat apa yang sedang
terjadi dalam pekerjaan: semua tindakan ini membuat roh
merasa dibutuhkan dan membuatnya bersemangat untuk
sekali lagi melakukan yang terbaik bagi perusahaan.

Roh Perusahaan Menyukai Kantor yang Bersih


Sebagaimana semua roh merasa lebih senang bekerja dalam
rumah yang bersih dan makam mereka terawat rapi, roh
perusahaan pun akan bekerja jauh lebih baik apabila kantor
pusat mereka, pusat di sekitar tempat bisnis perusahaan itu
berlangsung, terawat dengan baik dan menyenangkan.
Sarang laba-laba di langit-langit, jendela pecah sehingga
angin berembus masuk, sampah-sampah kaleng yang masih
ada sisa isinya dan dibiarkan begitu saja dalam waktu
lama, tumpukan buku serta dokumen yang setiap saat bisa
roboh, meja-meja yang begitu berantakan, sisa-sisa makanan
yang dibiarkan berhari-hari... Bila lingkungan kerja Anda
seperti itu, roh akan segera tak kerasan dan pergi dari
perusahaan Anda.
Ada orang-orang yang tahan hidup di tengah debu dan
sampah, tetapi roh perusahaan tidak. Tidaklah mengheran-
kan bila mereka ingin pergi secepat mungkin dari tempat
seperti itu. Dan ketika mereka pergi, perlindungan yang
mereka berikan atas perusahaan terhadap roh-roh genta-
yangan (roh-roh yang merasa tak bahagia, yang tak dapat
mencapai dunia roh, dan berkelana di bumi) dan jenis roh
lainnya yang masih terikat di bumi, juga hilang. Jika demi-
kian keadaannya, perusahaan bersangkutan menjadi rentan
terhadap pengaruh negatif roh-roh yang gentayangan itu.
Semua roh perusahaan-bahkan yang paling eksentrik
pun-membenci lingkungan yang kotor. Tak ada kekecuali-
an terhadap aturan ini.
Bisnis hams tertata, bukan cuma demi memungkinkan
para karyawannya bekerja dengan bergairah, melainkan
110 Manusia Tidak Mati

juga demi menjamin agar roh perusahaan tetap kerasan.


Banyak perusahaan punya kolam, atau halaman berumput.
Jika semua itu dipelihara, semua akan beres. Tetapi jika air
di kolam kotor, atau rerumputan dibiarkan layu atau men-
jadi liar, roh pelindung akan merasa terasing dan ingin
pergi. Mengisi kolam dengan terlalu banyak ikan atau
makhluk hidup lainnya bukan ide yang baik. Tetapi jika
Anda memang ingin memelihara ikan, peliharalah dengan
baik agar semua makhluk hidup itu kerasan juga. Air
kolam harus sering diganti. Pendek kata, kebersihan harus
menjadi bagian dari prinsip pokok perusahaan.

Lobi: 'Wajah' Perusahaan


Apabila Anda memasuki sebuah rumah di Jepang, bagian
pertama yang Anda lihat adalah genkan, atau ruang masuk.
Umumnya, rumah-rumah di Barat pun demikian. Itulah
'wajah' rumah itu. Ketika Anda melihat seseorang, yang
pertama Anda perhatikan adalah wajahnya. Itu berlaku
juga dengan sebuah rumah atau bangunan.
Saya diberi tahu oleh roh bahwa untuk mempertahankan
keberuntungan seseorang, ruang masuk rumah orang itu
merupakan tempat yang harus dijaga kebersihannya. Demi-
kian pula dalam suatu bisnis. Barangkali yang terbaik ada-
lah menganggap ruang masuk sebagai 'kantor' roh.
Dikatakan bahwa pandangan sekilas pada ruang masuk
kantor perusahaan akan bercerita banyak pada Anda ten-
tang sikap para karyawan kantor itu terhadap pekerjaan
mereka dan cara mereka dilatih.
Jika ruang masuk kantor berkesan tidak menyenangkan,
perusahaan itu tak akan pernah berhasil baik. Tak jadi soal
apa pun bidang usahanya, sebuah perusahaan yang selalu
dikunjungi banyak tamu akan sukses, dan sebuah ruang
masuk yang ramah seakan-akan memberi sambutan selamat
datang yang jauh lebih hangat daripada ruang masuk yang
tidak ramah. Ruang masuk yang membuat semua orang
yang melaluinya merasa senang sangat diperlukan, jika per-
usahaan ingin berhasil dengan baik.
Roh Pelindung Perusahaan 111

Apabila saya mengadakan pembacaan di sebuah per-


usahaan, pertama-tama saya akan berdiri di ruang masuk,
misalnya, di lobi atau bagian reception. Kemudian saya akan
menutup mata saya dan berkonsentrasi. Biasanya, roh per-
usahaan menghabiskan banyak hari-harinya di sana, bekerja
untuk mencegah agar orang-orang yang mungkin akan
mengganggu perusahaan atau menimbulkan peristiwa ke-
celakaan lainnya tidak masuk.
Jadi, apa yang membuat ruang masuk sebuah kantor
menyenangkan? Tak ada ukuran yang pasti. Tetapi, faktor
yang paling utama adalah perasaan nyaman dan tenteram
ketika memasukinya, dan memang itulah unsur yang pa-
ling disukai oleh roh pelindung perusahaan.
Keseimbangan perpaduan antara ruang masuk itu dan
bagian-bagian lain dalam keseluruhan bangunan kantor
juga vital. Lobi yang terlalu besar, a tau juga ·yang terlalu
. kecil, bila dibandingkan dengan keseluruhan bagian ba-
ngunan itu akan membuat para tamu tidak merasa rileks.
Lobi yang sebanding dengan bagian-bagian bangunan lain-
nya akan menciptakan perasaan senang bagi roh perusaha-
an, bagi para karyawan, juga bagi para tamu yang ber-
kunjung. Jadi, apa yang hams Anda lakukan jika Anda
menyadari bahwa ruang masuk ke kantor Anda terlalu
besar atau terlalu kecil? Bila terlalu kecil, lakukanlah sedikit
perubahan untuk membuatnya lebih besar. Bila ruang ma-
suk temyata terlalu besar, pemecahannya bisa lebih seder-
hana: Anda bisa secara kreatif menggunakan tirai pembatas
atau dinding-dinding kaca dapat memecahkan masalah itu,
sekaligus membuat senang para karyawan.
Tidak sedikit berita surat kabar mengenai karyawan yang
bunuh diri dengan meloncat dari jendela kantor. Apabila
itu terjadi, pentinglah untuk memeriksa gedung itu dengan
saksama, terutama ruang masuknya, dan menentukan apa-
kah lingkungan itu membuat roh perusahaan senang atau
tidak. Saya sendiri pemah tahu persis kejadian bunuh diri
seperti itu. Di sebuah perusahaan penerbitan yang mena-
ngani beberapa tulisan saya, ada seorang wartawan muda
yang sangat rajin. Kelihatannya, ia sangat menyenangi pe-
112 Manusia Tidak Mati

kerjaannya. Tetapi, pada suatu hari, wartawan muda itu


bunuh diri dengan meloncat dari jendela kantor.
Sebelum peristiwa bunuh diri itu, saya mengunjungi kan-
tornya untuk urusan pribadi. Saya ingat betul hal itu, sebab
itulah untuk pertama kalinya saya berkunjung ke situ. Saya
terkejut melihat penampilan ruang masuknya. Ruang ma-
suk itu membingungkan, sehingga saya sulit untuk bisa
langsung tahu ke mana saya harus masuk. Selama setengah
jam saya berkeliling untuk mencoba memastikannya-be-
lum pemah saya temui gedung seperti itu. Sekalipun tak
terlalu besar, gedung itu membingungkan, seperti halnya
jalan raya yang simpang siur tanpa tanda-tanda yang jelas.

Roh Perusahaan Mengawasi Anda Bekerja

Seperti sudah saya katakan, roh perusahaan dan roh pelin-


dung Anda sendiri pasti akan membantu Anda. Tetapi,
bagi mereka yang mengira bahwa roh-roh akan begitu saja
memberi mereka kenaikan pangkat atau gaji beberapa kali
lipat dari rekan-rekan sejawatnya tanpa usaha nyata dari
mereka sendiri, saya punya kabar buruk. Jika Anda ber-
sikap demikian, roh akan meninggalkan Anda dan Anda
akan cuma bisa gigit jari.
"Saya telah memberi perhatian kepada roh-roh leluhur
saya. Saya rajin berdoa bagi mereka setiap hari, namun
perusahaan terus merosot-d.an saya dengar desas-desus
tentang PHK, bahkan saya termasuk dalam daftar. Konon,
ini ada hubungannya dengan roh. Mana buktinya? Saya
jadi berpikir juga, jangan-jangan mereka tak sungguh-
sungguh ada, mungkin berdoa hanya memberi hiburan bagi
diri kita sendiri ... " Bagi orang-orang yang berpikiran demi-
kian, nasihat saya adalah: periksalah lebih teliti tindakan-
tindakan Anda sendiri. Barangkali selama Anda berdoa
kepada leluhur Anda, Anda merasa bahwa semua harus
menjadi baik, dan barangkali Anda melupakan beberapa
hal yang seharusnya Anda kerjakan sendiri.
Tentu saja ada saat-saat ketika Anda tetap tak dapat
memecahkan suatu masalah tertentu padahal Anda sudah
Roh Pe/indung Perusahaan 113

berupaya keras. Tetapi orang-orang yang semata-mata


mengandalkan bantuan roh pun akan mengalami hal yang
sama. Roh amat tidak suka melihat orang-orang yang sama
sekali tak berusaha menolong diri sendiri, yang malah me-
minta para leluhur mereka untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Sekadar berdoa dan memberi perhatian ke-
pada leluhur tidaklah cukup-Anda juga hams berusaha
semaksimal mungkin. Bila tidak demikian, hasil yang Anda
harapkan pun tidak pernah akan terjadi. Datanglah ke kan-
tor sepuluh menit lebih aw~l sehingga Anda dapat meng-
atur meja, merencanakan jadwal secara rinci supaya peng-
gunaan waktu jadi lebih efisi.e n, membaca buku untuk me-
ngetahui lebih banyak mengenai dunia di sekitar Anda,
mengadakan survei bagi perkembangan produk untuk me-
ngetahui apa yang sungguh-sungguh diinginkan orang. Me-
lalui kegiatan-kegiatan semacam ini, kerajinan dan kreati-
vitas berpadu untuk membuahkan hasil-hasil dalam bisnis.
Bekerja untuk membuktikan prestasi Anda sama pen-
tingnya dengan berdoa untuk memperkuat peran roh per-
usahaan serta untuk menjamin bahwa Anda dan perusaha-
an bertindak selaras. Roh pelindung Anda sendiri dan roh-
roh pelindung perusahaan pasti akan menghargai usaha-
usaha semacam itu.
Jangan lupa: roh selalu mengawasi Anda, tak dapat di-
kelabui oleh janji-janji palsu atau tindakan-tindakan tanpa
makna nyata. Mereka mampu melihat jati diri Anda, dan
akan memutuskan apakah Anda memang pantas dibantu.

Dituntun oleh Kakek Sang Direktur

ANA (All Nippon Airways) adalah perusahaan penerbang-


an terbesar kelima di dunia dalam hal jumlah penumpang.
Dalam waktu singkat perusahaan penerbangan ini berkem-
bang amat pesat. Sasarannya, yang dinyatakan secara luas,
adalah mengejar dan menyusul Japan Airlines. Sebelumnya,
perusahaan ini hanyalah sebuah perusahaan penerbangan
domestik, tetapi keberaniannya melayani rute-rute pener-
114 Manusia Tidak Mati

bangan ke sejurnlah kota besar di dunia rnengundang per-


hatian besar.
Roh yang rnenunjukkan jalan bagi perusahaan itu untuk
rnen.apaki perturnbuhan luar biasa dan rnernbantu rnana-
jernen pemsahaan adalah roh kakek dari Wakasa Tokuji,
pernirnpin rnaskapai penerbangan itu. Beberapa roh per-
usahaan lain bekerja sarna dengannya. Tak sernuanya
Jepang: yang satu Inggris, dan .roh ini dianggap rnernainkan
peranan penting dalarn spekulasi pemsahaan rnernasuki ja-
lur internasional.
Sebuah poster besar yang dipasang di belakang rneja
resepsionis di lobi rnernberikan surnbangan besar bagi
lingkungan pemsahaan, yang arnat rnendukung kerja keras
dan kegairahan dalarn bekerja. Roh pemsahaan rnenyukai
poster itu, dan ketika rnernandanginya, ia berpikir, "Saya
hams rnernbuat pemsahaan ini lebih besar lagi, lebih be-
ragarn, saya hams rnelakukan apa pun yang dapat saya
lakukan untuk rnernbantunya rneraih sukses." Lobi ANA
adalah contoh sebuah lobi yang rnengagurnkan, yang inte-
riornya pas benar dengan cita psa roh pemsahaan.
Sayangnya, lobi itu agak gelap, dan saya yakin inilah
satu-satunya kekurangannya. Saya duga inilah faktor pe-
nyebab beberapa rnasalah yang pernah dialarni pemsahaan
itu, tetapi persis dari rnasalah itulah pemsahaan kelihatan-
nya dipulihkan kernbali dan rnaju pesat.
Saya pikir, roh pemsahaan tersebut adalah seorang lelaki
yang sejak rnasa kanak-kanaknya senang rnernandang langit
bim dan bercita-cita berada di sana. Itu pulalah sebabnya
warna utarna pemsahaan itu, dari perabotan hingga pakai-
an seragarn, adalah bim langit. Pilihan warna ini rnernbantu
ANA rnernbuat lornpatan ke depan. Beberapa pemsahaan
lain juga terbantu dengan pernilihan warna.
Ketika saya sedang berpikir tentang pemsahaan ini, se-
lernbar skarf bim putih dengan garis-garis diagonal, rne-
layang-layang di udara, rnuncul di ·depan saya. Kenyataan
bahwa benda itu rnuncul setelah saya rnernbicarakan rah
pemsahaan rnenjadi pertanda bahwa roh itu akan rnerasa
senang bila pemsahaan rnernperkenalkan bentuk skarf ini
Roh Pelindung Perusahaan 115

bagi pramugara dan pramugarinya. Tak diragukan lagi


bahwa jika ANA memenuhi permintaan ini, pernsahaan itu
akan bertambah sukses.

Roh Pelindung Ito adalah Pendirinya


Ito Trading Company, yang berawal di Osaka sebagai per-
usahaan perdagangan tekstil, terns-menerns mengembang-
kan prestasinya selama bertahun-tahun. Prospeknya dalam
bidang komunikasi yang sedang berkembang, sangat me-
ngagumkan. Keberhasilan gemilang itu berkat rah pelin-
dung pernsahaan, yakni rah pendiriya, Ito Chubei.
Ito adalah seseorang yang sangat berhati-hati dan selalu
menyelesaikan segala sesuatunya sampai tuntas. Oleh ka-
rena itu, rohnya jarang tinggal lama di sebuah bagian
pernsahaan. Dalam satu menit ia mungkin berada di rnang
rapat, menit selanjutnya di pintu untuk memberikan berkat-
nya kepada para salesman yang ingin menjalankan tugasnya
di luar kantor. Ketetapan hati dan semangat hidupnya men-
jadi pondasi kokoh bagi kegiatan pernsahaan.
Menurut pembacaan saya, inilah pernsahaan yang, de-
ngan menyebar para karyawan terbaiknya ke bidang-bidang
usaha barn, terns membentuk sejumlah anak pernsahaan.
Para karyawan menerima nasihat dari rah pernsahaan me-
ngenai peluang-peluang bisnis barn dalam bidang energi
dan komunikasi. Para karyawan yang telah menerima nasi-
hat dengan cara sedemikian rnpa, seolah-olah menerima
kilatan inspirasi, gagasan barn yang tak pemah terjadi pada
mereka sebelumnya.

Roh Pelindung Bridgestone, Ishibashi Shojiro


Bridgestone adalah satu dari tiga pabrik ban temama di
dunia. Walaupun bidang usahanya dikhususkan pada pro-
duksi ban dan pipa, barang-barang industri lainnya serta
produk-produk olah raga yang dihasilkannya mencetak
angka penjualan yang terns berkembang. Selain itu, per-
usahaan ini pun mengembangkan sayapnya ke bidang pe-
116 Manusia Tidak Mati

ngembangan pertanahan. Dengan berdiri di depan markas


besar Bridgestone di pusat kota Tokyo, saya langsung di-
sent~kkan oleh suatu energi yang berasal dari tanah tempat
bangunan itu berdiri.
Seperti yang sudah saya duga, roh pelindung perusahaan
ini adalah roh Ishibashi Shojiro. Dialah yang membimbing
para direktur perusahaan ini ketika memutuskan untuk
membeli sebidang tanah yang istimewa ini. Dari pembacaan
yang saya lakukan, saya paham bahwa Ishibashi adalah
seorang pengusaha sejati yang ingin membangun pondasi
kokoh sebelum ia memulai suatu usaha.
Kita bisa berharap bahwa perusahaan yang memiliki roh
pelindung semacam itu akan sangat berhati-hati dalam tran-
saksi bisnisnya, bahwa perusahaan itu akan diakui kontri-
businya terhadap kepuasan masyarakat melalui produksi
barang-barang berkualitas tinggi, dan bahwa perusahaan
seperti itu akan memberikan perhatian sepenuhnya atas
kontrol kualitas.
Tetapi, Bridgestone tak enggan memulai usaha-usaha
baru yang sangat berbeda dengan produk tradisionalnya-
dari bola golf dan peralatan olahraga sampai bahan-bahan
material bangunan dan bahkan robot.
Pemilihan markas besar Bridgestone hanya dapat diilha-
mi oleh roh Ishibashi. Lokasi yang mudah ditemukan dan
terletak di pusat kota sehingga memudahkan klien untuk
menemukan serta mendatanginya, mencerminkan ketajaman
kalkulasi yang dilakukan Ishibasi-bisa dipastikan bahwa ia
pertama-tama dan terutama adalah salesman. Lagi pula, ia
selalu tertarik akan properti.
Seperti yang ditunjukkan oleh contoh tentang Bridges-
tone tadi, peranan roh pelindung paling jelas dirasakan
dalam bisnis yang memang sangat diminati oleh orang
yang rohnya kemudian menjadi pelindung perusahaannya.
Itulah bidang-bidang yang paling menjanjikan.

Roh-roh Orang Amerika di Macdonald's

MacDonald's adalah nama yang sinonim dengan ham-


Roh Pelindung Perusahaan 117

burger. Roh yang melindungi MacDonald's di Jepang ada-


lah Dick dan Mack, pendiri rantai restoran fast-food ter-
masyhur di dunia.
Ketika kanak-kanak, mereka miskin-segala sesuatu yang
mereka miliki diperoleh dengan kerja keras. Pernah, untuk
jangka waktu yang lama, mereka menabung untuk membeli
sebuah sepeda berwarna merah. Saya sendiri percaya bah-
wa pengalaman itulah yang menjadi bagian ilham mereka
untuk mendirikan rantai restoran hamburger yang saat ini
begitu termasyhur.
Pembacaan saya menunjukkan bahwa kedua bersaudara
itu masih mengendarai sepeda merah mereka, berkeliling
ke cabang-cabang MacDonald's Jepang untuk memberikan
nasihat dan bantuan bagi para karyawannya.
Merah adalah warna kesukaan mereka. Warna itu men-
dominasi setiap rumah · makan MacDonald's yang meme-
gang franchise-nya .
Dick dan Mack yakin bahwa mereka harus selalu ber-
usaha menempatkan diri pada posisi pelanggan mereka,
dan sikap itu tercermin dalam sikap para karyawan mere-
ka. Presiden perusahaan MacDonald's di Jepang, Fujita
Den, terkenal sebagai orang yang tak pernah segan meng-
ucapkan terima kasih kepada setiap pelanggan.
Saya yakin bahwa ketulusan dan perhatian roh perusaha-
an MacDonald's terhadap hal-hal yang paling kecil men-
jamin masa depan yang cerah bagi bisnis itu.

Siapa Mengawasi Penerbitan Tertentu di Ginza?


Saya mengunjungi perusahaan ini karena tugas yang diberi-
kan kepada saya oleh sebuah majalah. Saat sedang duduk
menunggu di ruang tamu, secara sambil lalu saya memper-
hatikan interior kantor itu. Tiba-tiba saja sepuluh meja tulis
di sebelah kanan saya kelihatan menjadi gelap. Sekalipun
terkejut, saya amati juga meja-meja tulis itu. Pada saat saya
sedang mengamati itu, seorang lelaki berseragam petugas
keamanan muncul dan mulai berjalan di antara meja-meja
itu.
118 Manusia Tidak Mati

Saat itu pukul dua siang, tak biasanya petugas keamanan


berpatroli pada jam-jam demikian. Mungkin perusahaan ini
punya aturannya sendiri, pikir saya.
Saya terkejut ketika sosok satpam itu mengeluarkan sen-
ter dan menyorotkannya ke setiap meja. Berumur sekitar
enam puluh tahun dengan wajah bulat dan menyenangkan,
ia tampak amat serius menjalankan tugasnya.
Akhirnya, kepala editor yang saya tunggu-tunggu pun
muncul, dan kami menyelesaikan urusan kami. Tetapi, ia
masih ingin menanyakan sesuatu kepada saya.
"Nyonya Gibo, ngomong-ngomong, saya ingin bertanya
pada Anda mengenai hal-hal aneh yang terjadi di sini ...
Beberapa teman di sini mengatakan mereka melihat hantu
di kantor ini. Kami punya sebuah kamar berisi tiga ranjang
yang khusus digunakan para karyawan bila mereka harus
menginap. Beberapa teman mengatakan mereka melihat se-
orang lelaki dengan lampu senter berdiri di samping ran-
jang yang di tengah," ia menjelaskan. "Dan meja-meja di
sana itu," lanjutnya, menunjuk deretan meja yang tadi men-
jadi gelap, "milik staf salah s'Mu majalah kami. Seberapa
pun kerasnya mereka bekerja, angka penjualan majalah itu
terus merosot, dan mereka sangat tertekan karena situasi
itu."
Saya minta diantarkan ke kamar yang berisi tiga ranjang
itu.
Ketika saya berdiri di samping tempat tidur tengah, sua-
ra langkah kaki terdengar di telinga kiri saya. Langkah kaki
itu berasal dari seorang lelaki, dan ia berhenti di samping
tempat tidur tengah. Saya merasa cahaya lampu senter
menyorot saya, dan saya memandang wajahnya. Saya lang-
sung melihat bahwa ia adalah roh, si petugas keamanan
yang tadi saya lihat.
"Siapakah Anda?" tanya saya menyelidik.

Dalam Sekejap, Keadaan Sekitar Berubah

Saat saya berbicara, keadaan sekitar berubah seketika. Wila-


yah di rnana kantor penerbitan itu berada, yakni di pusat
Roh Pelindung Perusahaan 119

Tokyo, yang dipenuhi gedung pencakar langit, berubah


menjadi tempat sepi berumput tinggi yang bergoyang-
goyang diterpa angin. Saya dapat melihat satu-satunya ba-
ngunan, lebih mirip bangunan sementara, yang di
dalamnya duduk sederetan lelaki di meja tulis.
Seketika itu juga saya menyadari bahwa roh itu sedang
berusaha memperlihatkan kepada saya bagaimana per-
usahaan itu berawal. "Lebih baik jika Anda tak mengerja-
kan majalah laki-laki di meja itu," ia menasihati. "Tolong
sampaikan pada mereka untuk mengerjakan majalah bagi
kaum wanita muda di meja itu. Saya tahu saya benar
tentang hal ini: sudah lama saya di sini, berkeliling untuk
memastikan bahwa segala sesuatu berjalan teratur, mulai
saat perusahaan ini masih seperti yang Anda lihat di depan
mata Anda."
Saya menceritakan pada kepala editor apa yang saya
lihat dan saya dengar. Dengan terkejut, ia menjawab bahwa
kisah tentang seorang petugas keamanan yang bekerja di
perusahaan sampai kematiannya, dan yang kelihatannya
hanya mencurahkan perhatian demi kemakmuran perusaha-
an, telah diturunkan dari editor yang satu ke editor yang
lain.
"Baiklah, kalau begitu majalah pria tak bagus dilakukan
di situ ... baik, kita harus mencari peluang dan mencoba
melakukan sesuatu untuk membuat majalah untuk kalang-
an wanita muda."
Ia berterima kasih atas nasihat saya dan kami berpisah.
Saya masih ingat hari itu, sebagai hari paling panas dalam
bulan Agustus. ·
Beberapa tahun kemudian, saya menerima telepon dari
kepala editor itu.
"Nyonya Gibo, terima kasih atas bantuan Anda,'" ia me-
mulai. "Ingatkah Anda bahwa Anda pemah menasihati
kami untuk mengubah majalah laki-laki menjadi majalah
untuk kalangan wanita muda?"
Saya masih ingat itu, kata saya, dan memunculkan se-
buah bayangan dalam pikiran tentang kantor pusat per-
usahaan tersebut di dekat teater Kabukiza.
120 Manusia Tidak Mati

"Setelah mendapat nasihat Anda itu kami langsung ber-


alih haluan, dan angka penjualan majalah baru itu terus
melambung," ia melanjutkan dengan gembira. Saya tanya
apa nama majalah baru tersebut.
Hanako, jawabnya. Hanako adalah majalah bagi kalangan
wanita muda yang paling laku di Jepang, yang mereka beli
untuk mengetahui trend-trend mutakhir.
8
Kehidupan di Alam Sana
Kehidupan di Alam Sana 123

Pengalaman dengan Kematian pada Umur Dua Puluh


Satu

Saya ingin kernbali sejenak ke suatu hari yang surarn di


awal Januari, ketika saya berusia 21 tahun. Saya ingat sekali
hari itu: awan kelabu rnernenuhi langit di rnusirn dingin,
dan hujan bercampur salju turun sepanjang hari.
Saat bangun saya merasa sangat sakit. Saya berpikir lebih
baik beristirahat saja sambil tiduran sepanjang hari itu.
Maka, saya pun mengambil obat yang kami miliki di ru-
mah. lbu saya memperhatikan dengan cemas dan mengata-
kan bahwa saya sangat pucat.
"Mernang, saya merasa agak flu," jawab saya.
Sebetulnya, saya tidak pernah sepenuhnya sehat, dan ibu
saya biasa menilai kondisi saya dengan melihat wajah saya
di pagi hari.
"Saya agak pusing, tapi saya rasa sudah membaik," sam-
bung saya, sambil memaksakan sebuah senyuman untuk
menghilangkan kecemasannya. Betapapun kerasnya usaha
saya untuk kembali sehat, saya malah mulai merasa se-
rnakin buruk, dan beberapa jam kernudian saya benar-benar
rnulai merasa sulit bernapas. Sadar bahwa saya tak mampu
lagi berdiri, saya merangkak masuk kembali ke dalarn se-
limut tebal yang hangat, berharap bisa rnerasa lebih enak
bila berselirnut tebal. Tak lama kemudian, bahu saya mulai
gemetar tak terkontrol karena udara dingin yang menusuk.
lbu saya, diliputi kecemasan, menarik . selimut tebal itu
sampai ke bahu saya dan meletakkan tangannya di dahi
saya. Terkejut oleh kehebatan demam saya, fa segera rne-
manggil dokter keluarga.
Saya bisa mendengar suara ibu saya, tetapi sepertinya
jauh sekali, ketika saya mulai merasakan diri saya masuk
ke alam ketidaksadaran. Saya ingin membuka kelopak
mata saya yang berat dan menatap kosong ke hamparan
salju di luar rumah melalui suatu bagian yang terang di
atas pintu kaca yang samar.
Di samping bantal saya ada hibachi, penghangat ruangan.
Di dalamnya ada semangkuk kecil air yang dengan cepat
124 Manusia Tidak Mati

mendidih. Begitu dahsyat panasnya sehingga saya seolah-


olah dapat mencium bau mangkok yang mulai meleleh.
Dalam keadaan amat mengantuk pun dapat saya rasakan
dada saya mulai sakit dan sadar bahwa kondisi saya kian
buruk. Akhirnya mata saya tidak mau lagi terbuka. Begitu
mata saya terpejam, saya merasa ada sesuatu yang me-
nyeret saya ke dasar lantai. Saya merasa seolah-olah ter-
benam antara 20 dan 25 sentimeter ke dasar lantai. Pada
saat yang sama, napas saya terasa menjadi lebih mudah,
dan saya merasakan suatu beban yang berat menindih bagi-
an belakang kepala saya. Tiba-tiba, saya melayang di udara
dan melihat tubuh saya di bawah, terbujur di lantai.
Saya ingat sekali saat yang hanya berlangsung sekejap
itu, ketika diri saya menjadi dua. Saya merasa seolah-olah
ditarik oleh suatu kekuatan dan melekat di langit-langit
karena suatu isapan.
Saya melihat ibu saya. Wajahnya diliputi kecemasan.
Juga dokter yang berlari ke sisi saya, duduk di samping
saya.
Ayah saya juga di sana. Ia tak ada di rumah saat per-
tama kali saya merangkak ke dalam selini.ut, sewaktu saya
merasa sakit. Tetapi sekarang ia berlutut di sebelah saya.
Wajahnya tampak amat gelisah, saat ia mengawasi dokter
keluarga menyelesaikan pemeriksaannya.
"Orangtuaku khawatir," pikir saya, "tapi aku terangkat ke
langit-langit ... Mengapa?"

Saya Pergi, Melayang ke Luar Ruangan


Luar biasa. Rasa sakit lenyap, juga udara dingin yang
sebelumnya menyebabkan saya gemetar.
Ada koridor di luar kamar saya, dan dengan menggeser
pintu sarong yang memisahkan kamar saya dari koridor
itu, saya melayang ke luar. Dibandingkan dengan kamar
saya, koridor itu terasa lebih dingin dan tak menarik, tetapi
saya mengarahkan diri saya ke luar dan menuju pintu
de pan.
Seperti ketika Anda menyelam dalam air, tubuh Anda
Kehidupnn di Alam Sann 125

ingin tetap mengapung di permukaan, begitulah yang ter-


jadi dengan saya di udara. Dengan susah payah saya ber-
usaha melawan kemauan melayang dan turun ke bawah
untuk berdiri dengan kedua kaki saya sendiri, walaupun
saya masih merasa sangat ringan.
Saya seorang yang peka, yang merasa jijik untuk me-
megang serangga dengan tangan kosong, atau kertas yang
sangat halus. Saya juga tidak mau menyentuh gelas dingin.
Oleh sebab itu, sewaktu membuka pintu kaca, saya selalu
berhati-hati supaya hanya menyentuh pegangan pintu, se-
kitar satu inci lebarnya, yang merupakan bagian dari kisi-
kisi pintu, dan sama sekali tak menyentuh kaca itu. Dalam
keadaan merasa ringan saat itu pun saya menggunakan
cara yang sama.
Pintu terbuka dengan mudah dan di luar tampak peman-
dangan yang amat memukau.
Kakak lelaki saya berdiri di sana, kakak yang telah ter-
bunuh dalam peperangan, kakak yang selalu menjaga saya,
kakak yang pendiam dan banyak belajar, kakak yang sem-
bilan tahun lebih tua daripada saya.
Tetapi, ekspresi wajahnya agak berbeda dari sifatnya:
dingin dan tak bersahabat. Untuk sesaat saya pikir saya
keliru.
"Cepat, ayo pergi," katanya.
Sambil mengangguk diam, saya pergi mengikutinya.
Baru kemudian saya menyadari bahwa ia bersama sese-
orang, seorang wanita. Ia sepupu saya, yang telah me-
ninggal mendadak pada umur 15 tahun. Karena kami
tinggal berjauhan satu sama lain, saya hanya berjumpa
dengannya satu atau dua kali. Saya tak pernah berpikir
mengapa ia bersama kakak saya, yang hampir tak dikenal-
nya.
Jalan yang kami lalui adalah tanah merah berlumpur dan
sewaktu kami meninggalkan rumah, ada suatu pemandang-
an yang sangat berbeda dari yang biasanya terbentang di
hadapan saya. Rasanya enak berjalan di tanah itu, tak ada
kerikil atau sampah di bawah kaki, dan angin bertiup
sepoi-sepoi.
126 Manusia Tidak Mati

Rasanya seperti bulan Mei, saat pepohonan tertutup


bunga-bunga musim semi. Suhu udara menyenangkan,
angin sepoi-sepoi lembut. Sambil berjalan gembira, untuk
beberapa saat saya tak menyadari kakak dan sepupu saya
yang telah lenyap. Sewaktu saya perhatikan tampaknya tak
ada yang perlu saya khawatirkan: bagaimana pun saya
tahu ke mana harus berjalan.
Sebelum melangkah lebih jauh, saya memperhatikan ta-
nah lapang penuh dengan bunga krisan putih lebar yang
sedang mekar di sepanjang sisi jalan. Sambil memandangi
bunga-bunga itu saya berjalan terus. Sungguh mengheran-
kan, kaki saya tak merasa lelah sedikit pun.
Beberapa menit kemudian, saya sampai di tepi sungai.
Melihat kecepatan aliran airnya, saya menduga sungai itu
dangkal, tetapi jaraknya ke seberang pasti sekitar lima se-
tengah meter. Ada keinginan kuat dalam diri saya untuk
menyeberangi sungai itu-di sisi lain saya dapat melihat
sederetan bukit yang rendah, sama sekali tanpa tanaman,
dan rasanya saya ingin mendaki ke sana.

Seseorang dari Masa Lalu Menyeberangi Sungai Itu


Tetapi, untuk menyeberangi sungai itu saya harus melepas-
kan sepatu, dan pakaian saya mungkin akan basah. Saya
masih ragu-ragu ketika melihat seseorang yang saya kenal
ada di sisi lain. Ia adik saya, Masao, yang meninggal dalam
suatu kecelakaan mobil pada umur 15 tahun.
Ia memanggil saya, tetapi saya tak dapat mendengar
sepatah kata pun. Lalu ia mulai memberi isyarat dan segera
menjadi jelas bahwa ia berkata supaya saya tak menye-
berangi sungai. Tetapi saya mengabaikannya d an mulai
menyeberang.
Sambil mengangkat rok, saya mulai memasukkan kaki
saya ke dalam air, lalu kembali memandang adik saya
sekilas. Ia sedang memperhatikan saya dengan air mata
mengalir di pipinya. Ketika saya lihat air matanya, saya
sadar bahwa saya seharusnya tak menyeberangi sungai,
dan berbalik kembali. Ketika saya lakukan itu, saya dengar
Kehidupan di Alam Sana 127

suara ibu saya, pertama terdengar jauh, kemudian lebih


keras dan semakin keras.
"Aiko, jangan menyerah," teriaknya, lagi dan lagi. Saya
berusaha Qlembuka mata untuk melihat wajahnya di depan
wajah saya. Ia juga sedang menangis. Tetapi, ketika saya
perhatikan, ekspresinya berubah menjadi gembira.
"Akhirnya ia bisa mendengar saya!" tangisnya, dan di
sampingnya saya lihat ayah saya dan si dokter, keduanya
tersenyum lega.
"Sekarang ia akan stabil, tapi saya akan kembali tiga jam

lagi untuk memeriksa." Sambil berkata demikian, dokter itu
bangkit perlahan-lahan dan berjalan keluar menuju pintu.
Pada saat itu, saya dapat menangkap keadaan di sekeliling
saya dengan mudah sekali.
Saya masih dapat melihat butir-butir salju turun dengan
lembut dan mencium bau mangkok di anglo. Ibu saya
menggenggam erat tangan saya dan seolah-olah tak mau
melepaskan untuk selamanya.
Itu adalah pengalaman saya pergi ke dunia lain, dan
sampai sekarang pun dapat saya ingat dengan gamblang
setiap detail adegan itu.
Setangkai bunga krisan putih menghiasi altar keluarga di
rumah kami pada waktu itu, dan ketika saya memandangi-
nya, dengan terkejut saya sadari bahwa bunga itu sama
persis seperti yang telah saya lihat berulang kali di sisi
jalan bertanah merah.

Kebenaran tentang Dunia Roh

Sering ketika saya terserap dalam sebuah masalah, atau


sama sekali tak memikirkan sesuatu yang khusus, adik
lelaki saya muncul di hadapan saya dan bercerita tentang
dunia roh.
Ia duduk di depan saya seakan-akan masih hidup, se-
hingga saya pun dengan enaknya mengajukan berbagai
pertanyaan, seperti layaknya orang yang sedang mengobrol.
Seperti setiap orang lain, saya ingin mengetahui kebenaran
tentang dunia roh.
128 Manusia Tidak Mali

"Seperti apa ternpat itu? Apakah ada orang lain di sana?


Bagairnana cuacanya? Apakah binatang-binatang juga ada?"
Saya rnengajukan sernua pertanyaan dengan bertubi-tubi.
Tetapi ia tarnpaknya tak pernah bosan, dan rn~njawab se-
tiap pertanyaan dengan sabar.
Kepribadiannya sama seperti ketika ia rnasih hidup: se-
lalu senang rnenolong, tak pernah merasa disusahkan orang
lain.
Sebagai kanak-kanak, Masao senang rnemelihara burung
rnerpati. Ia rnernpelajari sernua kebiasaan burung itu, dan
kelihatannya ia dapat berkomunikasi dengan rnereka. Wa-
laupun hanya seorang kanak-kanak, pengetahuannya rne-
ngenai burung rnerpati diakui luas . Para penggemar
rnerpati sering berkurnpul di rurnah kami untuk rnenanya-
kan tentang rnakanan serta cara perneliharaan burung mer-
pati yang rnereka rniliki.
Kecintaannya terhadap burung-burung tak terbatas pada
rnerpati. Ia juga rnenyayangi ayarn-ayarn petelur yang ber-
keliaran di kebun belakang. Konon, ayarn-ayam betina se-
dikit tak bersahabat terhadap rnanusia. Lain bagi adik saya.
Ayarn-ayarn itu selalu akan berkurnpul di depan pintu,
menunggu kedatangan adik saya dari sekolah.
Bagi saya, Masao betul-betul orang baik. Tak peduli apa
yang ditanyakan dan siapa yang bertanya, ia selalu men-
jawab dengan sabar dan tepat. Sekarang ia sudah melaku-
'kan perjalanan di dunia roh, tetapi kepribadiannya tak
berubah.
Pengetahuan saya yang lebih rnendetail tentang roh-roh
tak berasal dari studi rnendalarn atau pun dari seorang
pendeta terkenal, tetapi dari apa yang dikatakan adik saya.
Saat saya rnasih kanak-kanak, pesan-pesan yang saya
terirna sebentar-sebentar dari adik saya urnumnya adalah
sesuatu yang sangat rnenarik. Tetapi saya tak pernah punya
pikiran untuk rnenulis atau menceritakannya pada orang
lain. Walaupun dernikian, sernua itu tetap saya ingat de-
ngan sangat baik.
Dengan merangkaikan segala sesuatu yang pernah ia
katakan, saya menyimpulkan bahwa dunia yang kita
Kehidupan di Alam Sana 129

tinggali setelah kematian hampir tak sehidup dan seme-


narik dunia tempat kita hidup. Warna-warna jadi pudar,
dan cara berpikir penghuninya pun sangat berbeda dari
orang hidup.
Hidup tidak selalu mudah: ada saat ketika kita harus
belajar keras, dan ada saat ketika kita melakukan kesalahan
lalu belajar dari itu semua. Tetapi bagi kebanyakan dari
kita, hidup membawa kegembiraan sekaligus penderitaan,
juga perasaan sakit, dan ada beberapa aktivitas yang tak
akan kita tinggalkan di dunia: menikmati musik kesayarg-
an, mengagumi karya seorang seniman, serta menghabiskan
waktu bersama teman-teman kita, untuk menyebutkan be-
berapa saja.
Semua itu kesenangan dunia ini, tetapi bukan untuk
dunia yang akan datang-hal itu tak ada di dunia lain.
Malahan roh-roh menghabiskan waktunya dengan bersusah
payah berjalan di sepanjang jalan yang sangat membosan-
kan, dengan harapan untuk dilahirkan kembali (reinkar-
nasi). Keberadaan mereka sama sekali tidak berhubungan
dengan dua kutub ekstrem seperti yang dialami oleh manu-
sia dalam hidup sehari-hari.

Sekuntum Bunga untuk Meringankan Behan Roh

Saya selalu menekankan pentingnya memberikan perhatian


kepada roh orang-orang yang kita cintai. Saya juga mem-
beri penjelasan mengapa setangkai bunga saja yang sedang
mekar di sepanjang jalan yang mereka lalui, atau perhatian
baik dari keluarga mereka, sudah cukup untuk menye-
marakkan perjalanan para roh itu di dunianya. Roh-roh
jauh lebih menyadari komunikasi yang terjadi di antara
jiwa-jiwa, baik jiwa orang-orang yang masih hidup maupun
yang sudah meninggal, dibandingkan dengan kita. Bagi
mereka, tidak ada yang lebih menyenangkan selain di-
kenang.
Tadi sudah saya ceritakan pengalaman pribadi saya de-
ngan dunia lain, dan Anda mungkin ingat akan bunga
krisan putih yang sedang mekar di sepanjang sisi jalan,
130 Manusia Tidak Mati

juga kenyataan bahwa bunga-bunga itu serupa dengan


yang diletakkan di altar keluarga kami, bahkan sampai
jumlah daunnya sama. Bunga yang Anda persembahkan
untuk menghiasi jalan yang dilalui roh-roh akan meng-
hilangkan kebosanan mereka. Setangkai bunga yang ditaruh
di sebuah gelas pun, sebagai persembahan, bagi roh bisa
menjadi kebun bunga yang terbentang di dataran luas.
Bunga memiliki aroma yang menyenangkan dan sedap
dipandang. Roh dari orang~orang yang mencintai bunga
sangat senang bila kepada mereka dipersembahkan bunga-
bunga kesayangan mereka, melebihi hal-hal lainnya. Apa
lagi yang lebih diinginkan roh-roh selain hamparan bunga
kesukaan .mereka melapisi jalan menuju alam akhir?
Pada saat Anda melakukan persembahan seperti itu, de-
ngan menyebutkan nama orang yang dituju, roh orang
tersebut akan bergabung dengan Anda, dan menikmati pe-
mandangan serta wewangian bunga-bunga itu, yang bagi-
nya menjadi berlipat ganda sepanjang jalan menuju dunia
roh.
Banyak orang percaya bahwa, karena berduri, bunga ma-
war tak cocok dijadikan persembahan-tetapi bila duri-
durinya dibuang, bunga mawar dapat juga dijadikan per-
sembahan.
Semua jenis bunga cenderung membawa suasana menye-
nangkan. Tak ada seorang pun, di dunia ini maupun di
dunia akhir, yang cemberut atau mengeluh bila berhadapan
dengan bunga.
Kepercayaan orang bahwa tak ada apa-apa . lagi setelah
kematian adalah hal yang paling menyedihkan roh-roh.
Tubuh dapat mati. Jiwa tidak. Jiwa hidup selamanya.
Adik saya sering datang pada saya dengan permintaan
seperti ini:
"Aiko, aku mengkhawatirkan nenek dari keluarga
Suzuki... semasa hidupnya ia sangat menyukai teh, tetapi
keluarganya tak pemah memberinya semenjak ia tinggal di
sini, tak sekali pun. Ibu selalu menyisihkan biskuit untukku
bila setiap orang memperolehnya, dan mengatakan kepada-
ku untuk makan kue tersebut, sehingga aku tak kehabisan.
Kehidupan di Alam Sana 131

Dapatkah kauberitahu keluarga Suzuki untuk melakukan


hal yang sama bagi nenek mereka, dan selalu memberinya
secangkir teh?"
Kadang-kadang saya menerima permohonan semacam itu
darinya beberapa kali sehari.

Nyonya Yamamoto dan Nenek yang Baik Hali


Saya ingat seorang gadis bernama Yamamoto, yang saya
kenal semasa kecil. Ia menjadi buah hati neneknya. Ke
mana pun ia pergi, wanita tua itu akan mengikutinya, tak•
pernah sekali pun ketinggalan menghadiri hari olahraga
atau festival sekolah saat cucunya ikut ambil bagian.
Sering sang nenek membuatkan sushi berisi mentimun,
makanan kesukaan gadis itu, dan membawanya ke sekolah
untuk cucunya. Gadis itu selalu rewel dalam hal makanan.
Oleh karena itu, berkat jerih payah neneknyalah Yamamoto
dapat tumbuh besar tanpa sekali pun terserang flu.
Wanita tua itu meninggal ketika Yamamoto masih di
bangku SMP. Bertahun-tahun kemudian, gadis kecil yang
sama, yang kini telah dewasa, terbaring di tempat tidur
karena demam tinggi saat neneknya muncul dalam mimpi.
Sambil meletakkan tangannya di dahi wanita yang lebih
muda itu, ia berbisik, "Kita akan segera menurunkan de-
mam ini."
Sembari bangun, Yamamoto berjanji kepada neneknya
bahwa jika sang nenek menolongnya untuk sembuh kem-
bali, ia akan membuatkan sushi mentimun yang dulu sering
dibuat oleh wanita tua itu. Sayang, ketika Yamamoto sudah
sembuh, ia lupa menepati janjinya. Di suatu waktu ke-
mudian, saya berjumpa dengannya di jalan.
Di sebelahnya saya dapat melihat seorang wanita yang
lebih tua. Dengan rasa kaget, saya melihat lebih dekat. Ya,
tak diragukan lagi. Ketika saya perhatikan, wanita tua itu
membawa segulung sushi mentimun dan sambil meletak-
kannya di piring, ia menawarkannya kepada saya sambil
membisu.
"Nyonya Yamamoto, ada seorang wanita tua memegang
132 Manusia Tidak Mati

segulung sushi mentimun berdiri di samping Anda." Saya


memberitahu teman saya. Wajahnya menjadi sepucat kertas.
"Sushi mentimun kata Anda? Saya selalu berniat mem-
buatnya, tetapi akhirnya tak pernah terlaksana." Lantas ia
menceritakan mimpinya pada saya.
"Nyonya Yamamoto, saya sarankan supaya Anda mem-
buat sushi secepatnya," kata saya. Saya yakin ia akan me-
lakukannya.

Wanita Tua Itu Muncul Lagi dalam Mimpi Nyonya


Yamamoto
Beberapa hari kemudian, melalui mimpi, Nyonya Yamamoto
didatangi lagi oleh neneknya, kali itu sang nenek memegang
segulung sushi mentimun dan tampak sangat bahagia. Dua
hari setelah mimpi itu, saat Nyonya Yamamoto sedang
melakukan perjalanan bersama beberapa teman, sesuatu yang
sangat aneh terjadi.
Mereka sedang makan malam di hotel tempat mereka
menginap, dan ketika Nyonya Yamamoto baru saja ingin
memakan ikan yang telah disiapkan tiba-tiba saja ia merasa
tak ingin menyentuh ikan tersebut.
Dua teman lainnya memakan ikan itu semuanya, ter-
masuk porsi Nyonya Yamamoto. Mereka mengatakan be-
tapa enaknya ikan tersebut. Tetapi, beberapa jam kemudian,
mereka berdua merasa sangat sakit. Hanya Nyonya
Yamamoto yang terhindar dari keracunan makanan.
Tidak diragukan bahwa Nyonya Yamamoto, yang me-
nyukai ikan dan biasanya makan lebih banyak daripada
kedua temannya itu, telah ditolong oleh neneknya pada
hari itu, sebagai suatu ungkapan rasa terima kasih wanita
tua itu untuk sushi yang diberikan kepadanya. Nyonya
Yamamoto sendiri menyadari hal ini.
Pengalaman Nyonya Yamamoto adalah contoh luar biasa
tentang bagaimana isyarat sekecil apa pun, seperti me-
nyiapkan makanan untuk roh seseorang tercinta yang telah
meninggal, dapat melindungi kita dari petaka yang mung-
kin bakal menimpa kita.
Kehidupan di Alam Sana 133

Memberi perhatian kepada roh berarti menunjukkan me-


lalui tindakan-tindakan bahwa hati Anda bersama mereka.
Berbicara kepada roh, sekalipun hanya dalam hati, adalah
cara lain yang mengagumkan untuk menunjukkan perhati-
an Anda. Bersyukur atas bantuan mereka, menceritakan
pada mereka apa saja yang telah Anda lakukan selama
sehari itu-tak ada yang lebih membahagiakan mereka se-
lain diajak berbincang-bincang.
Sementara kita melangkah di sepanjang jalan kehidupan
ini, leluhur kita berjalan di sepanjang jalan dunia roh. Jika
kita saling membantu, kepedihan tak perlu ada di kedua
dunia kita, dan semua akan menjadi tempat yang jauh lebih
baik.

Bunuh Diri

Sangat banyak orang bunuh diri karena alasan-alasan ter-


tentu sehingga mereka membenci d unia ini, dan ingin
menghilang darinya. Tetapi adik saya mengatakan bahwa
bunuh diri adalah tindakan yang tidak perlu dipikirkan,
betapapun tak bahagianya orang itu.
Manusia cenderung melakukan bunuh diri agar terlepas
dari kesakitan fisik maupun mental. Yang seharusnya me-
reka sadari adalah bahwa kesakitan ini akan menyerang
mereka berulang kali bahkan setelah mereka memasuki .
dunia roh.
Dunia kita terdiri atas beragam makhluk hidup: manusia,
binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Jangka waktu hidup
masing-masing organisme telah diputuskan pada saat ke-
lahirannya.
Bagaimana itu diputuskan? Melalui proses reinkarnasi.
Jangka waktu hidup kita di dunia ini tergantung pada
perbuatan kita di masa lampau. Menjalani hidup kita di
dunia ini sampai sejauh yang ditakdirkan adalah cara ala-
miah untuk melakukan banyak hal, dan kita akan sangat
bahagia jika kita mengikuti cara ini.
Oleh karena itu, bunuh diri, dengan memotong kehidup-
an sebelum masanya selesai, melawan tatanan kodrati. Se-
134 Manusia Tidak Mati

telah masuk ke dunia roh, roh dari seseorang yang me-


renggut kehidupannya sendiri akan segera menyadari bah-
wa ia, karena telah memilih untuk mati, hams membayar-
nya dengan mengalami penderitaan lebih besar daripada
sebelumnya. Maka, bunuh diri adalah sesuatu yang hams
dihindari, apa pun cobaan yang hams Anda jalani dalam
hidup ini.
Kita semua tahu orang-orang yang tak pernah diberi
nasihat seperti ini, atau yang mengabaikannya. Kita masih
dapat menolong meringankan beban mereka-sebagai yang
masih hidup, itu adalah tugas kita .
Bahkan, roh dari seseorang yang bunuh diri boleh jadi
akan memberi tahu kita bahwa ia butuh bantuan dengan
membuat hidup kita jadi susah. Saya akan menjelaskan
alasannya.
Biasanya, kalau kehidupannya berjalan mulus, manusia
hanya sedikit saja memberi perhatian atau bahkan sama
sekali tidak memberi perhatian kepada mereka yang telah
meninggalkan dunia ini. Bam ketika terjadi banyak ketidak-
beresan, manusia mulai mengaitkan nasib bumknya dengan
sesuatu yang mungkin dilakukan oleh roh-roh. Harap se-
nantiasa Anda ingat, bahwa roh-roh gentayangan yang ma-
lang sangat membutuhkan perhatian dari kita yang masih
hidup. Dan satu-satunya cara yang akan mereka lakukan
untuk memperoleh perhatian itu adalah dengan men-
datangkan petaka bagi yang masih hidup.

Rumah-rumah yang Dihuni Roh yang Terkurung


Saya yakin Anda pernah mendengar istilah "roh yang ter-
kurung" dan "roh yang melayang-layang". Biasanya, roh
yang· terkurung berdiam di sekitar tempat orang tersebut
meninggal.
Ada penjelasannya mengapa itu bisa terjadi. Salah satu
skenario yang paling tragis adalah ketika seseorang bekerja
keras sepanjang hidupnya untuk bisa membeli sebuah m-
mah, kemudian ia ditipu habis-habisan dan menjadi cepat
Kehidupan di Alam Sana 135

mati. Roh orang itu bisa dipastikan akan tetap tinggal di


dalam rumah itu, tak mau pergi.
Dapat dikatakan bahwa orang-orang seperti itu "mem-
bawa kekecewaannya sampai ke liang kubur". Keterikatan
pada rumah mereka betul-betul sekuat seperti ketika me-
reka masih hidup. Keterikatan sekuat ini tidak hanya ter-
batas pada rumah. Saat berjalan-jalan di pegunungan pada
musim gugur, kadang-kadang saya jumpai roh-roh para
pejalan kaki yang terbunuh di sana. Mereka tetap terikat
pada tempat yang telah mengubah nasib mereka.
Di seluruh dunia orang menceritakan kisah-kisah tentang
"rumah-rumah berhantu" dan "tempat-tempat misterius''.
Tempat-tempat semacam itu dihuni oleh roh-roh yang ter-
kurung. Beberapa tahun yang lalu, saya bertemu dengan
roh semacam itu ketika berkunjung ke Czechoslovakia. Se-
kitar 15 menit berjalan kaki dari hotel tempat para wisa-
tawan asing menginap, ada sebuah kompleks kuburan
Yahudi yang terkenal. Saat sedang berjalan-jalan di suatu
sore, saya mengamati sebuah batu nisan yang sepertinya
baru beberapa menit sebelumnya roboh. Tetapi, yang lebih
mengejutkan saya adalah apa yang berdiri di belakang batu
nisan itu.
Ada seorang lelaki. Tetapi ketika wajahnya saya amati
lebih dekat, rasa takut akan apa yang saya lihat membuat
saya terpaku. Matanya hilang, dan di kelopaknya hanya
tertinggal dua buah lubang mata yang terbuka.
Saya berkonsentrasi keras. Hari mulai gelap, jadi barang-
kali saya keliru. Tapi tidak-lelaki tanpa mata itu tetap di
sana selama semenit atau lebih sebelum menghilang.
Pekuburan itu ditutup pada malam h ari dan kelihatan-
nya tak ada orang lain masuk ke situ selain saya. Hanya
ada satu penjelasan mengenai kehadiran lelaki itu: ia adalah
roh yang terkurung, yang dihukum untuk tetap tinggal di
kuburan itu dan tidak diperbolehkan menuju dunia lain
secara layak. Hati saya sakit karena simpati pada kesedih-
annya.
Tidak semua roh yang terkurung seburuk itu. Orang
yang mencintai tempat mereka lahir dan tumbuh juga da-
136 Manusia Tidak Mati

pat tinggal di dunia ini dan terikat di tempat itu. Walau-


pun sudah meninggal dunia, mereka tetap memikirkan ke-
sejahteraan rumah mereka <lulu dan nyatanya dapat mem-
berikan sumbangan yang berarti bagi kemakmurannya.
Tetapi jika roh-roh jadi terkurung pada suatu tempat
karena telah merenggut hidupnya sendiri, mereka akan
sangat tersiksa oleh penyesalan mendalam karena tak pu-
nya cara lain yang mungkin mereka lakukan untuk kesejah-
teraan daerah yang pernah mereka tinggali.
Roh-roh itu tetap tinggal di bumi dengan harapan bahwa
jika mereka ada di sini, mereka mungkin dapat kembali
pada kehidupan, padahal mereka tahu bahwa keinginan itu
tidak akan pernah tepenuhi. Penyesalan yang mendalam
karena telah merenggut hidup mereka sendiri akan me-
mastikan bahwa mereka akan tetap resah di antara dunia
ini dan dunia yang akan datang, tak pernah bahagia.
Boleh jadi roh-roh juga tinggal di suatu tempat di mana
mereka pernah melakukan prestasi besar semasa masih hi-
dup. Mereka ingin agar semua kenangan itu selalu ada di
dekat mereka. Roh-roh seperti ini yang pernah saya jumpai
selalu punya ekspresi yang sungguh-sungguh berbeda dari
roh-roh korban bunuh diri. Bangga akan kenangan masa
lalunya, mereka memancarkan sinar kebahagiaan.

Setelah Mati, Karakter Manusia tidak Berubah


Sekalipun sama-sama terkurung atau terikat pada suatu
tempat, ada perbedaan besar antara roh dari orang yang
mati karena bunuh diri dan roh dari orang mati yang telah
melakukan suatu perbuatan baik. Juga, sekalipun sama-
sama terikat pada suatu tempat, keduanya memiliki satu
persamaan: apa pun alasannya mereka tetap terikat di
bumi, karakter mereka tetap sama seperti ketika masih
hid up.
Orang-orang yang tak membiarkan dirinya disusahkan
oleh soal-soal kecil atau yang dengan cepat mampu me-
mulihkan diri dari keadaan sedih biasanya akan dengan
mulus berjalan menuju dunia lain. Sebaliknya, orang-orang
· Kehidupan di Alam Sana 137

yang merenggut hidupnya sendiri biasanya melakukan bu-


nuh diri itu karena mereka begitu dipengaruhi oleh per-
masalahan yang mereka alami, sampai-sampai tak mampu
melihat jalan keluar lain.
Oleh karena itu, biasanya roh yang terkurung atau ter-
ikat pada suatu tempat adalah roh dari orang-orang yang
melakukan bunuh diri. Mereka akan selamanya terobsesi
oleh keinginan untuk mati secara alami dan menyesal
mengapa mereka dulu harus mati dengan bunuh diri .
Orang yang sangat peduli akan masalah sesamanya , dan
orang yang sangat enerjik, setelah meninggal rohnya sering
muncul di hadapan saya sebagai roh yang tidak bisa ting-
gal diam . Adik saya adalah anak yang rajin dan serius,
serta sering membuat ibu kami berkomentar: "Ada saja
yang dikerjakan anak satu itu ... " Aspek kepribadiannya ini
tetap tidak berubah bahkan setelah kematiannya .
Ia mendatangi saya bukan hanya pada saat saya ber-
bicara padanya, melainkan juga di saat-saat lain, bahkan
ketika saya tidak sedang memikirkannya. Sebelum saya
menyadari kehadirannya, ia sudah pergi lagi: ia tak pernah
menyia-nyiakan waktu, dan kematian tidak mengubah
karakter ini .
Berkat kontak dengan roh-roh, saya bisa memastikan
bahwa kepribadian seseorang tetap tak berubah bahkan
setelah ia meninggal. Kepribadian ini tetap tak berubah
selama seluruh periode ketika roh berusaha keras untuk
bereinkarnasi.
Kita semua tahu ada orang-orang yang memiliki rasa
khawatir yang berlebihan mengenai soal-soal paling sepele,
dan roh orang seperti itu juga akan punya karakter yang
sama . Kecemasannya yang berlebihan tentang keluarganya
mengisi setiap waktu mereka, dan mereka seringkali men-
jadi roh-roh yang tidak pernah diam, terus menjaga setiap
langkah yang dilakukan orang-orang yang mereka sayangi.
Hal paling penting untuk diingat mengenai semua roh
yang masih punya keinginan untuk tetap tinggal di bumi
adalah bahwa bila keluarga yang telah mereka tinggalkan
menyapa mereka, mereka akan merasa lebih tenteram, dan
138 Manusia Tidak Mati

akhimya mau memahami bahwa tempat mereka adalah di


dunia roh, bukan di dunia orang-orang yang masih hidup.
Bahkan roh malang dari orang-orang yang mati karena
bunuh diri dapat menerima kegembiraan besar karena per-
buatan teman-teman dan keluarganya. Mengenang sang al-
marhum saat ia masih berkumpul bersama, bisa dengan
membagikan segelas teh atau kopi kepada roh sang almar-
hum, dapat mengurangi beban penyesalan roh itu dan
memungkinkannya untuk mulai meninggalkan dunia ini
menuju ke dunia berikutnya.

Nama Besar dan Harta Tak Punya Arti di Dunia Roh


Harta benda yang diperoleh dengan susah payah dan nama
besar yang duniawi tak ada artinya di dunia lain, dunia
roh. Kaya atau miskin, setiap orang sama saja di sana.
Banyak orang Jepang percaya bahwa dengan "membeli"
nama harum orang yang sudah meninggal (anumerta) dari
kuil Budha, peluang mereka untuk memperoleh kebahagia-
an akhirat semakin besar. Kepercayaan ini cukup kuat se-
hingga banyak orang mau membayar mahal ke kuil-kuil itu
demi memperoleh hak istimewa tersebut.
Banyak orang kaya mampu membeli nama-nama kehor-
matan semacam itu, tanpa peduli akan kehidupan macam
apa yang telah mereka jalani di dunia atau betapa mereka
tel~h menyakiti orang lain. Sebetulnya, nama kehormatan
tadi hanya untuk memuaskan ego orang-orang yang masih
hidup. Anggapan bahwa nama besar akan memberi penga-
ruh besar di dunia roh adalah kesalahan besar.
Bagaimana saya bisa bersikap begitu yakin mengenai hal
itu? Mudah saja. Keyakinan itu saya peroleh dari apa yang
selama bertahun-tahun dikatakan oleh roh-roh kepada saya
mengenai diri mereka sendiri.
Nama besar tidak ada artinya di dunia roh. Di dunia
orang yang masih hidup, orang dapat begitu saja membeli
ketenaran atau kedudukan. Tetapi setelah tahu banyak hal
dari roh-roh, tentu saja saya terkejut bahwa status duniawi
yang bisa dibeli itu mau dipaksakan juga untuk berlaku di
Kehidupan di Alam Sana 139

akhirat. Saya sungguh lega ketika roh-roh itu meyakinkan


saya bahwa semua orang sama setelah kematiannya.
Banyak orang menjadi kaya karena mereka hidup sangat
hemat dan menabung: tak pernah makan enak, tak pernah
bepergian ... hanya bekerja. Cara hidup seperti itu tidak
hams dijalani oleh seorang manusia. Bukannya saya mau
mengatakan bahwa saya mendukung cara hidup yang kon-
sumtif dan menyarankan orang untuk tidak bekerja. Yang
ingin saya katakan adalah bahwa kita toh tetap hams pu-
nya sedikit kegembiraan untuk menumti keinginan sekali
waktu. Benarlah kata pepatah: "Kamu tidak bisa selalu
membawa-bawa kekayaanmu".

Surga dan Neraka: Sungguh Adakah?

Banyak orang percaya bahwa alam baka dibagi menjadi


dua: surga dan neraka. Sering kita membayangkan surga
persis seperti yang kita lihat dalam lukisan: sebuah tempat
penuh kedamaian, dengan alunan musik teramat lembut.
Neraka, menumt banyak seniman, adalah tempat di mana
begitu banyak ular menggeliat-geliat di tengah-tengah ko-
lam darah.
Kita hams mengakui bahwa gambaran seperti itu, atau
yang senada dengan itu, kita peroleh dari orang-orang yang
lebih tua ketika kita masih kanak-kanak. Kalau sikap hidup
kita bumk, kita akan masuk neraka. Kalau sikap hidup kita
baik, kita akan masuk surga, dibimbing oleh para malaikat
dengan iringan musik.
Sebagai cara untuk menanamkan nilai-nilai tertentu da-
lam diri anak-anak, cerita seperti itu memang luar biasa.
Cara seperti itu sederhana sekaligus efektif untuk mengajar-
kan kepada kita untuk memperjuangkan kebaikan daripada
kejahatan semenjak usia dini. Saya percaya, cara itu sangat
efektif.
Tetapi, sebagai seseorang yang selalu berhubungan dan
dihubungi oleh roh-roh, saya tahu, dari para roh itu sen-
diri, bagaimana persisnya surga dan neraka itu. Mendiang
140 Manusia Tidak Mati

adik saya menjelaskan tentang neraka kepada saya melalui


cara di bawah ini.
Ketika meninggalkan dunia ini, kita semua akan me-
lewati jalan yang sama, tak peduli apakah kita telah men-
jalani kehidupan yang baik atau yang tak bermoral. Kita
semua akan berjalan dengan susah payah di sepanjang
jalanan bertanah merah yang becek. Pada saat itu, beberapa
dari kita akan berpikir, "Saya telah melakukan apa saja
yang seharusnya saya lakukan. Saya telah menjalani hidup
dengan saleh. Sekarang saya telah meninggalkan dunia,
tanpa penyesalan. Semua yang harus saya kerjakan saat ini
adalah berjalan menuju dunia berikutnya.
"Teman-teman dan keluarga saya tak melupakan saya.
Mereka berbicara kepada saya, menyisihkan makanan ke-
sukaan saya, dan di saat berkumpul bersama, mereka me-
nyebut-nyebut nama saya. Percaya bahwa dicintai oleh
mereka, saya tahu bahwa yang paling baik saya lakukan
adalah berjalan menuju ke dunia berikutnya. Saya pun tahu
bahwa dalam perjalanan itu saya dapat nikmati pe-
mandangan dan aroma bunga-bunga yang mereka kirirnkan
kepada saya.''.
Hanya roh-roh yang bisa mengenang dan merasakan hal-
hal yang rnenyenangkan seperti itulah yang berada di
surga.

Jiwa-jiwa yang Kecewa, Dalam Perjalanan Mereka ke


Alam Akhir

Bagaimana dengan rnereka yang tak puas dengan keadaan


kematian mereka, dan yang tak dapat menerima kenyataan
bahwa mereka tidak lagi berada di antara yang masih
hid up?
"Saya ngebut. Seandainya saja tak harus terburu-buru
ketika itu, pasti saya tak harus mati sebelum waktunya."
"Orang itu membunuh saya, padahal saya belum mau
mati ... Ini tidak adil. Pokoknya saya tak peduli. Saya
belum mau rnenempuh perjalanan di dunia roh."
Banyak sekali alasan yang membuat seseorang tidak puas
Keltidupan di Alam Sana 141

dengan kematiannya. Tetapi alasan yang paling umum ada-


lah bunuh diri.
"Kalau saja saya mengubah cara hidup saya, atau me-
nempuh cara lain untuk melakukan apa yang telah saya
lakukan, saya pasti tidak masuk dalam situasi itu, dan
sekarang pasti saya masih hidup. Lebih parah lagi, keluarga
saya sama sekali tak memberi perhatian kepada saya, da-
lam bentuk sekuntum bunga atau apa saja. Mereka bahkan
tidak mengunjungi makam saya. Mereka melupakan saya,
seolah-olah saya tak pernah ada. Saya begitu ingin untuk
kembali ... dan mencoba lagi. Saya yakin bisa lebih baik dan
benar kalau saya diberi kesempatan."
Jiwa-jiwa yang tersiksa oleh berbagai pikiran semacam
itu ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju dunia
lain, adalah jiwa-jiwa yang berada di neraka. Melupakan
segala "keinginan duniawi", kebesaran masa lalu, dan men-
jadi roh yang mampu menempuh perjalanan menuju dunia
lain tanpa rasa kecewa atau menyesal, merupakan satu-
satunya cara agar terbebas dari masa percobaan yang se-
benarnya berasal dari dalam diri sendiri.
Dengan demikian, apa yang disebut "surga" atau "neraka"
tergantung pada apa yang dirasakan oleh roh-roh saat me-
reka berjalan menuju dtmia lain.
Untunglah bahwa roh-roh yang berjalan melalui neraka
ciptaan mereka sendiri tak perlu menjalaninya untuk se-
lamanya. Dengan bantuan orang-orang yang masih hidup,
neraka dapat berubah menjadi surga. Tentu saja roh dari
orang-orang yang ketika masih hidup di dunia melakukan
kejahatan bengis seperti membunuh, atau mereka yang tega
menipu habis-habisan harta kekayaan seseorang, atau ber-
sikap sangat menyakiti orang lain, mungkin tidak akan
memperoleh perhatian dari keluarganya sehingga perjalan-
an mereka menuju dtmia lain jadi lebih sulit.
Jalan menuju bagian dtmia lain yang dikenal sebagai
surga itu amat panjang. Banyaknya kekecewaan serta pe-
nyesalan yang membebani pikiran roh-roh menambah sulit
perjalanan itu. Setelah kita meninggal, menghilangkan per-
buatan salah yang diremehkan sebagai sesuatu yang amat
142 Manusia Tidak Mati

tak penting sewaktu kita hidup tak semudah untuk me-


nyapu kotoran di bawah karpet.

Di Dunia Lain, yang Ada Hanya Roh

Kehidupan kita sehari-hari dipenuhi oleh pekerjaan kita,


hobi kita, dan seribu satu hal _lainnya. Tetapi masalah-
masalah yang begitu mudah terlupakan dalam kehidupan
sehari-hari bisa menjadi sangat penting di dunia lain itu.
Seperti telah saya singgung, berjalan menuju dunia roh
dengan menanggung beban rasa sakit dan penyesalan da-
lam diri sendiri adalah semacam neraka, karena kehidupan
di dunia akhir adalah tempat kita mengalami kembali Iuka
kehidupan kita. Proses ini dapat digambarkan dengan sa-
ngat tepat sebagai sebentuk disiplin yang ditimpakan pada
jiwa-jiwa kita.
Di sini saya harus menegaskan bahwa sikap orang-orang
terhadap sesuatu setelah mereka meninggalkan dunia ini
berbeda dengan sikap mereka ketika masih hidup.
Mungkin mereka tak mau merelakan tempat duduknya
bagi orang lain yang cacat, atau mengutang uang dari
seorang teman dan tidak mengembalikannya, atau tak pe-
duli akan kesulitan-kesulitan seorang teman. Kejadian-ke-
jadian semacam itu mungkin sudah terjadi bertahun-tahun
sebelumnya, dan pada saat itu mungkin kelihatan kecil
artinya. Tetapi ketika orang masuk dalam dunia roh, ia
akan diingatkan akan semua perbuatan yang pernah me-
reka lakukan, dan ia harus membayar atas segala perbuatan
yang pernah ia lakukan atas orang yang bersangkutan.
Di dunia ini, kita -bisa menikmati pemandangan indah,
mendengarkan dan mengapresiasi musik, menginginkan
obyek-obyek tertentu. Aspek-aspek material kehidupan kita
berpengaruh besar terhadap perasaan kita. Tetapi di dunia
lain, hanya soal-soal spiritual saja yang penting.
Perjalanan menuju dunia lain yang paling memuaskan
bagi rah adalah perjalanan yang lurus menuju reinkarnasi.
Perjalanan seperti itu mengandaikan bahwa kita telah mam-
pu membebaskan diri dari nafsu dan hasrat duniawi. Mem-
Kehidupan di Alam Sana 143

bantu roh saat ia melakukan perjalanan di sepanjang jalan


ini merupakan kewajiban bagi kita yang masih hidup. Saya
yakin bahwa kerja sama antara mereka yang berjalan di
dunia ini dan mereka yang berjalan di dunia yang akan
datang merupakan kunci menuju kebahagiaan bagi kita
semua.
·9
Transmigrasi dan
Reinkarnasi
Tmnsmigrasi dan Reinkarnasi 147

Pandangan Saya tentang Reinkarnasi

Seperti apakah keadaan di alam sana? Roh-roh mengatakan


kepada saya hal berikut ini. Ketika seseorang meninggal, ia
mulai berjalan, sendirian, di sepanjang jalan yang sangat
panjang menuju akhirat. Jalan ini tak berubah. Anehnya,
semua roh yang melintasi jalan itu tahu persis ke mana
mereka pergi, seolah-olah ada kekuatan besar dari dalam
diri mereka yang membimbing langkah demi langkah.
Sesaat setelah lepas dari jasadnya, ada roh yang masih
merasakan kerind uan besar akan d unia yang telah mereka
tinggalkan, tetapi ada juga yang bahkan tak menyadari
bahwa mereka telah meninggalkannya. Bagaimanapun, me-
reka mulai berjalan. Pada tahap ini, mereka masih belum
merasakan keinginan akan dunia lain; cara berpikimya pun
masih sama seperti ketika mereka masih hidup.
Ketika mereka berjalan lebih jauh, keadaan sekitar mulai
berubah. Desiran angin berbeda. Cahaya menjadi suram.
Kesulitan-kesulitan yang mereka alami sewaktu masih ber-
ada di antara yang hidup mulai dilepaskan satu per satu,
seperti lapisan pakaian. Begitulah yang terjadi pada roh-roh
yang ketika masih tinggal di dunia manusia tefah me-
menuhi semua kewajiban dan melaksanakan tugas-tugas
yang harus mereka penuhi.
Ketika roh melangkah semakin jauh lagi, lambat laun
pikirannya mulai mengarah pada reinkamasi. Ketika per-
jalanan yang panjang itu selesai, roh akan masuk ke dalam
cahaya yang amat menyilaukan, yang seolah-olah muncul
dari sebuah lorong. Dengan demikian, roh itu sudah sam-
pai ke sebuah tempat di mana ia akan mengalami reinkar-
nasi sebagai manusia lain. Saya menyebut periode sejak
manusia meninggal (dan rohnya memasuki dunia lain)
sampai akhimya roh itu dilahirkan kembali sebagai manu-
sia baru sebagai "perpindahan (transmigration) dan reinkar-
nasi."
Yang penting, roh harus berjalan. Tidak sekadar berjalan,
ia harus berjalan dengan penuh keyakinan akan suatu ke-
148 Manusia Tidak Mati

hidupan baru. Jika tidak begitu, ia akan berjalan tertatih-


tatih di sepanjang jalan bertanah merah yang becek dan
membosankan.
Rasa dnta dan perhatian kita kepada mereka yang sudah
meninggal, juga ketetapan hati kita untuk tidak melupakan
mereka, akan membantu roh-roh dalam meringankan per-
jalanan mereka.
Reinkarnasi adalah aspek dari dunia roh yang tak dapat
diabaikan dalam suatu studi mengenai apa yang terjadi
setelah kematian. Saya akan membahas lebih lanjut aspek
reinkarnasi ini.

Kisah yang Luar Biasa tentang Reinkarnasi


Sekali lagi, cerita yang satu ini juga terjadi pada masa
kanak-kanak saya, tentang beberapa kejadian yang terjadi
ketika saya mengunjungi sanak saudara di Propinsi Chiba.
Pada masa itu, kereta api jarang dan perjalanan dengan
sarana transportasi ini tidak nyaman. Bagaimanapun, per-
jalanan panjang ke rurnah nenek selalu menyenangkan
saya, dan saya tidak sabar menantikannya.
Pada masa itu, lampu-lampu jalanan jarang. Namun, ma-
lam hari di musim panas diterangi oleh kunang-kunang,
yang memancarkan sinarnya bagaikan ribuan bola lampu
kecil yang berkelap-kelip.
Saya senang sekali menangkapi kunang-kunang, juga me-
ngurnpulkan jamur, yang tumbuh begitu tebal menutupi
permukaan tanah. Kita tidak bisa berjalan di tanah yang
ditumbuhi jamur tanpa menginjaknya. Hanya daerah ber-
hutan saja yang tampaknya berubah, tidak seperti kunjung-
an saya sebelumnya. Tetapi saya tetap senang berjalan-
jalan di situ. Karena saya amat jarang berbicara dengan
siapa pun, interaksi dengan alam adalah sesuatu yang
betul-betul saya nikmati.
Saya tinggal di rumah nenek saya ketika sesuatu yang
tak akan pemah saya lupakan terjadi di desa itu. Sebuah
keluarga tetangga nenek saya punya seorang anak laki-laki
berumur dua tahun. Anak itu sakit-sakitan. Ia bahkan tak
Transmigrasi dan Reinknrnasi 149

mampu bersuara. Pada suatu hari ia terserang selesma.


Dengan cepat, penyakitnya itu berkembang menjadi radang
paru-paru, yang kemudian merenggut nyawanya. Kakaknya
adalah anak yang nakal. Si kakak ini menuliskan nama
adiknya di salah satu tangan adiknya yang sudah mening-
gal itu. Tulisan itu tidak terhapus sewaktu tangannya di-
letakkan dalam sikap doa dan anak itu dikubur di makam
keluarga.
Lebih dari sepuluh tahun berlalu. Si kakak sudah dewasa
dan mertikah. Istrinya melahirkan seorang anak. Segera ru-
mah itu menjadi gaduh karena salah satu tangan bayi itu
mengepal sangat erat dan tak mau terbuka. Sambil meme-
gang tangan si bayi, neneknya membuka jari-jarinya satu
demi satu. Itu dilakukan sambil berdoa. Ketika akhirnya
kepalan tangan bayi itu bisa terbuka, seisi keluarga sangat
kaget karena melihat di telapak tangan bayi itu tertulis
huruf-huruf yang sama seperti huruf-huruf yang <lulu
ditulis ayahnya di tangan adik kecilnya yang meninggal
karena radang paru-paru.
Walaupun tidak diceritakan, peristiwa itu segera tersebar
di seluruh desa. Saya dengar keluarga itu mengambil tanah
dari makam sang adik, lalu mencoba menggosokkannya ke
telapak tangan si bayi agar tulisan tadi terhapus. Saya tak
tahu persis apa yang kemudian terjadi setelah mereka me-
lakukan itu. Dalam perkembangannya, bayi tadi tak punya
kesamaan fisik dengan adik ayahnya, juga tidak sama de-
ngan ayahnya. Ia cepat menangkap pelajaran. Saya sendiri
yakin bahwa ia adalah reinkarnasi dari si anak kecil yang
seandainya hidup lama, pasti akan menjadi pamannya.

Pemeliharaan yang Baik dan Reinkamasi


Sekalipun orang mengalami inkarnasi, penampilannya atau
kepribadiannya tidak pernah sama seperti penampilan atau
kepribadiannya pada kehidupan sebelurnnya. Kalau dalam
kehidupan . sebelumnya seseorang tidak berhasil dalam
usahanya untuk menguasai suatu bidang atau keterampilan
tertentu, orang itu mungkin akan mengalami reinkarnasi
150 Manusia Tidak Mati

menjadi seseorang lain yang memiliki bakat yang tidak


dimiliki dalam kehidupan sebelumnya itu. Begitulah proses
un~k menerangkan apa yang kita sebut sebagai bakat alam
atau bawaan lahir.
Roh juga mengatakan kepada saya bahwa anggota satu
keluarga: orangtua, kakak/adik laki-laki/perempuan, sua-
mi, istri, juga sering pernah punya ikatan satu sama lain
dalam kehidupan sebelumnya. Tetapi, anggota satu keluar-
ga boleh jadi pernah hidup sebagai sebuah keluarga di
mana pun saja di bumi, tak perlu di tempat yang sama
dalam kehidupan mereka sekarang.
Memang kedengaran tak masuk akal bahwa boleh jadi
dalam kehidupan kita sebelumnya kita pernah menjadi
anggota ras atau bangsa tertentu yang sama sekali berbeda
dengan ras atau kebangsaan kita dalam kehidupan kita saat
ini. Lalu, adakah alasan yang lebih baik daripada ini untuk
tidak saling berperang?
Yang dapat dipastikan mengenai reinkarnasi adalah ke-
mungkinan yang sangat besar bahwa kita akan dilahirkan
kembali sebagai manusia lain dengan jenis kelamin yang
sama. Saya percaya bahwa sikap hidup kita dalam ke-
hidupan sekarang ini berpengaruh sangat besar atas ke-
bahagiaan kita dalam kehidupan kita yang akan datang.
Sebab saya tahu kalau kita selalu memperhatikan dan
menghargai roh pelindung kita dalam kehidupan sekara·n g
ini, roh pelindung kita itu, juga roh-roh yang lain, akan
dengan senang hati membimbing kita menuju kepenuhan
dalam kehidupan kita yang akan datang.
Bagi orang-orang malang yang kehilangan saudara lelaki
atau perempuan atau anaknya yang masih kecil, saya me-
nyarankan: berdoalah kepada roh pelindung Anda untuk
menjamin supaya kehidupan berikutnya dari saudara lelaki
atau perempuan atau anak yang masih kecil itu panjang
dan penuh. Itulah maksud memberikan perhatian kepada
roh.
10
Memberi Perhatian
kepada Roh
Memben· Perhatian Kepada Roh 153

Apa Pun Keyakinan Religius Anda, Anda Tetap Perlu


Menghormati Leluhur Anda
Dengan cukup panjang lebar telah saya paparkan mengapa
kita yang masih hidup sebaiknya tetap mencintai dan meng-
hormati leluhur kita. Perhatian kita bagi mereka akan mem-
bawa kegembiraan serta meringankan perjalanan mereka
menuju akhirat.
Dengan berjalannya waktu, kenangan akan orang-orang
yang meninggal akan sedikit berkurang dari ingatan keluar-
ga mereka yang masih hidup. Memang seharusnya demi-
kian. Tetapi mereka yang sudah meninggal tidak boleh
sama sekali dilupakan.
Saya tidak mengatakan bahwa kita hams selamanya me-
rasakan kehilangan orang-orang yang kita cintai yang su-
dah meninggal. Cukuplah kita memberikan perhatian khu-
sus pada kesempatan-kesempatan tertentu, misalnya pada
peringatan tahun-tahun rah mereka meninggalkan jasadnya.
Di Jepang, perayaan musim panas Obon dan ekuinoks
(saat siang dan malam sama panjangnya di musim semi
dan gugur) diadakan khusus untuk mengenang orang-
orang yang kita cintai yang telah berada di dunia lain.
Negara lain mungkin punya kebiasaan berbeda, tetapi se-
lalu ada hari khusus untuk peringatan sejenis. Apa pun
kebangsaan Anda, di mana pun Anda berada, apa pun
agama atau kepercayaan Anda, pada saat-saat khusus un-
tuk mengenang itu Anda dapat memberikan perhatian isti-
mewa kepada orang-orang yang Anda cintai yang sudah
berada di dunia lain.
Kenanglah orang-orang yang Anda cintai, sekalipun ha-
nya untuk sejenak, dan bicaralah pada mereka. Sediakan
tempat khusus di rak atau meja untuk menaruh setangkai
bunga bagi mereka. Air adalah persembahan lain yang
akan dengan senang hati diterima oleh semua rah. Jika
orang yang Anda cintai gemar membaca, cobalah untuk
memberinya sejumlah buku kesukaannya pada saat Anda
mengenangnya. Jika ia seorang wanita yang senang berdan-
154 Manusia Tidak Mati

dan dan bepergian, taruhlah foundation dan lipstiknya di


suatu tempat sebagai persembahan.
Setiap kali Anda melakukan ini, Anda menciptakan saat
berbagi antara diri Anda sendiri dan seseorang yang Anda
cintai yang telah berada di dunia rah. Tak ada rah yang
akan menganggap persembahan Anda sebaga sesuatu yang
berlebihan atau menganggapnya sebagai sesuatu yang
mengganggu. Setiap rah senang mendapatkan perhatian de-
ngan cara ini.
Saat Anda mengatupkan tangan dalam sikap doa dan
mengenang mereka yang dekat dengan Anda yang telah
berada di dunia rah, Anda sebenarnya sedang berkomuni-
kasi dengan rah-rah mereka. Tindakan-tindakan Anda akan
membuat mereka mau membantu Anda sedapat mungkin.
Memberi perhatian kepada rah-rah tak perlu melalui
upacara bertele-tele. Apa pun agama yang Anda anut,
Anda bisa mernberi perhatian kepada rah-rah dengan cara
Anda sendiri. Saya sendiri bukan penganut suatu agama
atau aliran kepercayaan apa pun. Segala saran yang saya
paparkan dalam buku ini dis!mpaikan kepada saya oleh
rah adik saya sendiri. Ia tak pernah sekali pun mengutara-
kan rasa tidak puasnya mengenai sikap saya memperlaku-
kan roh-roh. Sebaliknya, ia selalu mengutarakan rasa terima
kasihnya atas persembahan sederhana namun tulus yang
saya sampaikan kepadanya.

Para Imam Revolusi Prancis

Setelah satu setengah jam berkendara keluar kota Paris, di


suatu daerah sepi di pinggiran kota, tempat orang tidak
menyangka akan menemukan satu pun bangunan berseja-
rah, berdirilah reruntuhan sebuah biara tua. Semasa Revo-
lusi Prancis, sejumlah besar imam sedang duduk menikmati
sarapan pagi di ruang makan ketika biara itu tertimpa born.
Pada saat itu, para imam tadi sedang memanjatkan doa
syukur. Tak seorang pun selamat dari serangan born itu.
Ruang makan biara itu terletak di lantai dasar. Hari
masih gelap dan cuma sinar rembulan yang. menuntun
Memberi Perhatian Kepada Roh 155

kami. Setelah menuruni lima atau enam anak tangga yang


hancur, kami menemukan ruangan berlangit-langit rendah.
Saat itu saya sedang bepergian bersama sejumlah teman,
dan dengan gemetar kami masuk bersama-sama. Lantai
dasar itu sendiri gelap gulita.
Tak seorang pun berani bicara. Kami semua sangat geli-
sah. Dengan gemetar, kami berpegangan satu sama lain.
Tak seorang pun berani melangkah lebih jauh ke dalam
ruangan itu.
"Nyonya Gibo," seseorang akhirnya berani berbisik, "me-
nurut saya, kita hams tahu lebih banyak mengenai tempat
ini." Saya setuju, sambil menambahkan bahwa sejarah tragis
biara itu amat menarik untuk diketahui lebih jauh.
Bisik-bisik kami dihentikan oleh suatu suara. Dentingan
piano. Seseorang sedang bermain piano, melantunkan se-
buah himne.
Saya yang pertama kali membuka suara. "Dapatkah kali-
an mendengarnya? Piano?" tanya saya. Teman yang berdiri
di samping saya mengangguk, lalu menjawab, suaranya
bergetar, "Ya, saya mendengarnya. Musik apa itu?"
Seorang teman lain langsung menimpali, "Tetapi tak ada
apa-apa di sini: rumah pun tidak ada, maka tak mungkin
ada piano. Jadi apa yang membuat suara ini ...?"
Tak diragukan lagi: kami semua dapat mendengar himne
yang dimainkan di dekat kami. Tiba-tiba dari kegelapan
terdengar suara, berbicara pada kami. Saya langsung dapat
merasakan jantung saya seolah-olah berhenti berdetak.
"Tragedi itu sungguh mengerikan. Kala itu sejumlah
imam baru berumur belasan tahun. Hidup mereka bagai
api lilin yang langsung padam sekali tiup. Kami tak me-
lakukan apa pun yang pantas menjadi alasan pembunuhan
atas diri kami. Kami mati sia-sia. Tolong doakan kami di
sini. Pahamilah bagaimana perasaan kami . Bantulah jiwa
kami agar bisa beristirahat dengan tenang."
Suara seorang lelaki berumur enam puluhan itu bergema
di kepala saya. Saya tak bisa bicara bahasa Prancis. Namun
saya mendengarkan seorang imam Prancis.
Pada saat seperti ini, saya ingat bahwa apa pun ke-
156 Manusia Tidak Mati

bangsaan orang yang rohnya berbicara kepada saya, ko-


munikasi di antara pikiran akan melampaui halangan baha-
sa dan menjamin bahwa pesan terpahami.
Kami kembali menaiki anak tangga, kembali ke luar.
Sinar rembulan membantu kami menemukan reruntuhan
gereja. Sambil menghadap ke reruntuhan gereja itu, kami
memanjatkan doa untuk beberapa saat bagi jiwa-jiwa para
imam itu. Sekali lagi saya mendengar suara, kali ini meng-
ucapkan rasa terima kasih atas "doa manis" kami. Tak
pernah saya mengalami sebuah komunikasi yang begitu
mendalam dengan roh dari kepercayaan agama yang ber-
beda.

Keberadaan Kita Sekarang Ini Adalah Berkat Leluhur


Kita

Jangan pernah lupa bahwa keberadaan kita sekarang ini


adalah berkat leluhur kita. Yang membantu kita dalam
saat-saat sulit bukanlah leluhur dari generasi-generasi yang
amat tua, melainkan leluhur qari tiga atau empat generasi
sebelum kita. Banyak dari leluhur generasi yang amat tua
sudah mengalami reinkarnasi d an mereka kembali tinggal
di dunia ini. Kepada leluhur kita dari tiga atau empat
generasi sebelum kita itulah kita sebaiknya memberikan
persembahan seperti yang telah saya sarankan.
Satu hal lagi perlu Anda ingat pada saat Anda sedang
melakukan persembahan. Sekalipun Anda sendiri sekular
(tidak menganut agama atau aliran kepercayaan tertentu
dengan ketat), bila Anda sed ang melakukan p ersembahan
bagi roh dari orang yang menganut agama atau aliran
kepercayaan tertentu secara saleh, Anda tetap hams ber-
sikap tulus menghargai agama atau aliran kepercayaan roh
itu.
Apabila kekuatan roh ditambahkan pada kekuatan kita,
kita akan merasakan semacam mukjizat yang membuat kita
percaya bahwa ada kekuatan adikodrati yang membantu
kita. Sebagai manusia, kita lemah dan sering bimbang . Te-
tapi jika kita selalu memberikan perhatian tulus kepada
Memberi Perhntian Kepada Roh 157

leluhur kita, mereka akan datang membantu pada saat kita


membutuhkan, juga memberi ilham yang akan menunjuk-
kan jalan keluar dari permasalahan yang sedang kita hada-
pi.
Janganlah ragu-ragu-mulailah memberi perhatian tulus
kepada roh orang-orang yang Anda cintai hari ini juga.

Suasana Western yang Khas Itu Muncul di Latar


Belakang

Dalam perjalanan di Amerika Serikat, saya bertemu seorang


wanita bemama Lucy. Usianya 30-an. Wajahnya mencer-
minkan kekuatan kepribadiannya. Ia tak mempunyai se-
orang saudara pun, selain kakak perempuannya yang
tinggal bersamanya.
Ketika Lucy duduk di hadapan saya, sebuah pemandang-
. an mulai tampak di belakangnya, pemandangan yang tak
asing bagi penggemar film Western. Seorang lelaki, kurus
dan tampak letih, berjalan di bawah terik matahari. Di
bahunya tergantung sebuah tas besar. Dari penampilannya
jelas bahwa hidupnya diwarnai dengan kerja kasar yang
keras, terus-menerus.
Ketika ia berjalan, segumpalan debu naik di belakangnya,
tertiup angin kencang. Melalui debu itu, samar-samar saya
dapat melihat sederetan rumah yang khas terlihat di film-
film Wes tern, dengan undakan yang menuju ke beranda
depan yang luas.
Ketika saya menggambarkan pemandangan yang saya
lihat itu kepada Lucy, sikapnya berubah mendadak. Suatu
jalanan berdebu kembali tampak, tetapi kali ini rumah-
rumah tadi sudah menjadi puing. Masih terlihat juga se-
orang lelaki, dan walaupun bertubuh lebih pendek dan
gemuk dibanding lelaki sebelumnya, wajahnya sangat mi-
rip.
Pemandangan itu jelas suatu tempat di belahan barat
Amerika. Tetapi di mana persisnya, saya tak tahu. Lalu
suara roh mulai berbisik pelan di telinga kanan saya, "Ari-
zona, Arizona."
158 Manusia Tidak Mati

"Lucy," tanya saya, "apakah kau punya hubungan atau


tahu sesuatu tentang Arizona?"
"Ibu saya rnengatakan bahwa kakek saya ada di Ari-
zona;" jawabnya. "Tetapi saya rnasih bocah ketika dipisah-
kan dari ibu saya, rnaka saya tak yakin. Narnun saya harus
rnengakui, bahwa kata Arizona terasa punya arti khusus
bagi saya."
Kalau sudah dalarn keadaan seperti itu, saya selalu rne-
rasa tidak sabar. Saya sangat ingin tahu dengan tepat di
rnana ternpat itu di Arizona dan apa narnanya. Lalu, saya
dapat rnelihat deretan bangunan yang lain, kali ini dengan
konstruksi yang jauh lebih kokoh.
Sarnbil rnenutup rnata, saya bertanya pada adik saya,
"Masao, apa narna ternpat dengan bangunan-bangunan ko-
koh ini? Aku tahu rnungkin kau tak dapat rnenolongku.
Kita sedang berada di Arnerika Serikat sekarang ini. Se-
andainya kau tahu, dapatkah kaukatakan padaku?" Sarnbil
berkata dernikian, saya rnulai rnengusap-usap paha saya
dengan resah, siap rnenerirna pesan .
..
Di Tempat Itulah Leluhur Lucy Hidup
Dua atau tiga rnenit berlalu. Tiba-tiba, pernandangan yang
tadi saya lihat rnuncul kernbali. Tetapi kali ini saya dapat
rnelihat tulisan "Los Angeles" pada papan di luar sebuah
bar.
"Ah, Los Angeles!" seru saya, sebelurn kehilangan narna
itu. "Lucy, apakah kau punya kenangan tentang Los An-
geles?"
"Kakak perernpuan saya pernah berkata bahwa keluarga
karni dulu tinggal di sana. Nyonya Gibo, Arizona dan Los
Angeles adalah ternpat tinggal leluhur saya! Menakjubkan!"
Matanya bersinar gernbira.
"Ya, Lucy, kau sepenuhnya benar," jawab saya lega.
"Saya senang kau dapat rnernecahkannya dengan cepat."
Apabila pernandangan seperti ini rnuncul di belakang
seseorang, harnpir bisa dipastikan bahwa pernandangan itu
Memberi Perhatian Kepada Roh 159

melukiskan suatu tempat di mana leluhur mereka hidup,


atau tempat di mana mereka dikuburkan.
Mengapa rah membuat pemandangan seperti ini muncul
di hadapan saya? Itu adalah cara mereka mengekspresikan
rasa keterikatan mereka pada tempat yang pemah mereka
tinggali. Saya berpaling kembali pada Lucy, dan bertanya
apakah ia pernah mengunjungi makam leluhurnya.
"Apa? Setahu saya, kakak perempuan saya adalah satu-
satunya saudara yang masih hidup. Ia dapat mengingat ibu
saya dengan baik dan sering bicara tentangnya... Harus
saya akui bahwa saya merasa lebih kesepian setiap kali
menyadari bahwa saya tak tahu apa-apa mengenai leluhur
saya, atau bagaimana kehidupan mereka." Ia duduk dengan
mata sedih.
"Lucy," lanjut saya, "kehidupan ketika itu tidak mem-
buatmu gembira, bukan?"
"Anda benar. Tak ada yang berjalan mulus bagi saya.
Saya harus terus-menerus bekerja ... Saya senang menata
rambut. Saya memperoleh semacam ijazah yang mengakui
keterampilan saya sebagai penata rambut. Tetapi pergaulan
saya dengan para karyawan lain di tempat pertama saya
bekerja tidak mulus, dan saya ditipu oleh seseorang di
sana. Saya harus pergi dan berpindah-pindah dari satu
negara bagian ke negara bagian yang lain selama beberapa
waktu. Saya mencuci piring, bekerja sebagai pembantu...
tapi tak pemah cocok dengan semua majikan saya. Semakin
keras usaha saya semakin buruklah hasil yang saya per-
oleh.
"Memang memalukan, tetapi ada saat ketika saya mulai
bergabung dalam sekte ilmu hitam yang aneh. Setelah itu,
segala sesuatunya kian memburuk.
"Seorang teman wanita bertanya apakah saya mau pergi
dengannya ke San Francisco. Katanya, ia punya pekerjaan
baik di sana, dan ia juga mendapat pekerjaan yang cocok
buat saya. Usaha itu pun gagal. Saya tinggal bersamanya
sampai bulan berikutnya, tetapi kemudian saya harus pergi,
tanpa uang sepeser pun.
"Kakak perempuan saya dan saya adalah penganut Kris-
160 Manusia Tidak Mati

ten. Saya merasa bahwa saya sedang dihukum oleh Tuhan,


bagaimana menurut Anda? Saya tak tahu alasan yang lain
lagi mengapa saya selalu ditimpa kemalangan. Saya tak
sabar menunggu untuk bertemu Anda agar saya dapat
bertanya."
Pembacaan saya mengatakan bahwa Lucy berasal dari
keluarga yang tak pernah punya harta milik sendiri. Lelaki
yang muncul dalam pemandangan di Arizona adalah buyut
laki-lakinya, yang awalnya saya kira seorang budak: ia tak
punya pakaian, kulitnya terbakar matahari sampai berwar-
na cokelat tembaga, dan tubuhnya yang begitu kurus-
seakan-akan bisa patah setiap saat-jelas memperlihatkan
bahwa ia kekurangan gizi.
Lelaki dalam pemandangan di Los Angeles adalah anak-
nya: kakek Lucy. Seperti ayahnya, saya yakin, ia tak pemah
punya rumah dan sampai akhir hayatnya hidup miskin.
Apa yang diinginkan mereka berdua dari Lucy adalah
jelas-perhatian yang baik dan doa.

Lucy Mengirim Pesan kepada Leluhumya

"Lucy," saya memulai lagi, "saya ingin kau mendengarkan


dengan saksama dan tak salah mengerti apa yang saya
katakan di sini. Leluhurmu bekerja sangat keras demi mem-
bangun masa depan yang lebih baik bagi keturunan mere-
ka. Tetapi ternyata mereka tak dapat membebaskan diri
dari belenggu kemiskinan, dan dikuburkan di Arizona dan
Los Angeles.
"Sekaranglah kesempatan bagimu untuk membahagiakan
mereka. Katupkanlah kedua belah tanganmu seperti biasa-
nya kaulakukan waktu berdoa, dan kenanglah mereka de-
ngan manis. Setiap pagi, cobalah untuk membayangkan
bahwa ada dua orang lagi yang hidup di apartemenmu,
selain kau dan kakakmu, dan suguhkan sepotong roti
panggang di piring, bahkan kalau bisa juga gelas berisi jus
atau beberapa cangkir kopi. Sudut meja adalah tempat
yang cocok untuk menaruh semua itu. Dan jangan lupa
Memberi Perhatian Kepada Roh 161

mengucapkan selamat pagi kepada mereka berdua, dengan


sangat jelas."
"Perlukah saya mengucapkan 'Amin' juga?"
"Tak perlu, Lucy," lanjut saya, "ini adalah sesuatu yang
sama sekali tidak menyangkut kepercayaan agamamu. Ti-
dak ada hubungannya dengan Kristus atau Perawan
Maria-lakukanlah itu sebagai suatu bentuk doa yang sama
sekali netral.
"Saya ingin kau menganggap roh kakek dan buyutrnu selalu
ada di sampingmu. Jika kau lakukan apa yang saya sarankan,
saya yakin hidupmu akan bembah menjadi lebih baik, karena
kakek dan buyutmu akan menjadi roh pelind ungmu.
"Mereka akan tergerak oleh perhatian yang kauberikan,
karena itu akan membuat mereka gembira. Mereka pun
akan melakukan yang terbaik untuk membantumu-setiap
saat kau merasa bahwa kau telah mencapai batas kemam-
puanmu sendiri, mereka akan datang mengulurkan bantu-
an. Sudilah kau mau melakukan saran-saran saya."
Saya hams berbicara dengannya selama satu jam tentang
roh-roh: mengapa tak ada yang perlu ditakutkan tentang
mereka, bagaimana tindakan-tindakannya sendiri akan me-
nentukan apakah roh-roh akan melindunginya atau tidak.
Ia berterima kasih atas nasihat saya.
"Saya paham, Nyonya Gibo. Apabila saya merasa seakan
tak dapat mengatasi masalah, saya hams meminta kakek
saya untuk menolong, begitu, bukan?" ia bertanya, memas-
tikan bahwa ia mengerti maksud saya sepenuhnya.
Enam bulan kemudian, saya mengunjung~ San Francisco
kembali untuk umsan bisnis. Saya sengaja mengatur per-
temuan dengan seorang teman Lucy. Kepada teman itu
saya menanyakan keadaan Lucy.
"Ia menjadi cerah tak terkira," jawabnya gembira. "Ia
melakukan segala sesuatu yang Anda sarankan dan ia
sungguh-sungguh tekun."

Memberi Perhatian kepada Leluhur Anda, Setiap Harl


Pernah terjadi, selama beberapa tahun, religious boom melan-
162 Manusia Tidak Mati

da Jepang. Konon, orang-orang yang tidak mau mengeluar-


kan banyak uang untuk "menyenangkan roh-roh leluhur
mereka-bahkan roh leluhur yang sudah mengalami rein-
kamasi-selalu akan mengalami nasib bumk kalau mereka
enggan melakukannya. Konon juga, kepada kaum wanita
dikatakan bahwa mereka akan mendatangkan kematian
bagi dirinya sendiri dan seluruh anggota keluarganya kalau
mereka tidak mau mengeluarkan uang sebagai ganti doa
yang sehamsnya dipanjatkan bagi bayi-bayi yang mati se-
belum dilahirkan atau yang mati begitu dilahirkan atau
yang, karena alasan medis, hams digugurkan.
Setiap kali mendengar omongan seperti itu, ada rasa
marah besar dalam diri saya. Roh tak sejahat itu. Roh
leluhur kita paling bahagia apabila menerima perhatian dan
persembahan sederhana yang kita kirimkan kepada mereka
setiap hari dengan tulus. Apabila saya tahu bahwa banyak
orang menghamburkan uangnya, konon, demi menghibur
roh-roh sampai orang-orang itu jatuh miskin, bahkan sam-
pai bemtang, saya akan sangat terheran-heran jadinya.
Daripada dipakai untuk keperluan seperti itu, saya yakin
bahwa uang itu lebih baik digunakan demi usaha men-
cegah peperangan. Dengan demikian kita akan mendidik
anak-anak kita untuk tidak melakukan kebodohan akibat
hawa nafsu manusia untuk menghancurkan sesamanya.
Roh para leluhur kita akan sangat gembira jika kita ber-
usaha mencegah berkecamuknya perang.
Agama memberi manusia kekuatan untuk menghadapi
kesulitan yang ditemui dalam kehidupannya. Selain itu,
adalah sesuatu yang mulia untuk percaya pada Tuhan.
Tetapi, jika Anda mulai mempercayai bahwa Anda hams
bertindak melalui cara tertentu dan bakal mendatangkan
penyakit atau nasib malang bagi Anda sendiri maupun
selumh anggota keluarga Anda bila tidak melakukan cara
tertentu itu, maka Anda hams mempertimbangkan kembali
kepercayaan Anda itu.
Tunjukkanlah kepada anak dan cucu Anda bagaimana
mernberikan perhatian kepada leluhur mereka. Anda tak
akan pernah menyesalinya.
Memberi Perhatian Kepada Roh 163

Jangan Mengatakan Hal-hal yang Melukai Perasaan Roh


Ada beberapa kesalahan yang harus dihindari saat Anda
berhubungan dengan roh. Salah satunya adalah melontar-
kan kata-kata buruk tentang roh seseorang yang tak pernah
cocok dengan Anda, bukannya mengucapkan kata-kata
yang baik kepadanya. Tanpa kata-kata kita yang pedas
tentangnya, di dunia sana roh-roh sebetulnya sudah di-
bebani kesedihan karena mereka harus menebus kelakuan
mereka yang buruk semasa mereka masih di dunia ini.
Kelakuan buruk yang diperbuat di dunia ini bertambah
sepuluh kali lebih berat di dunia roh. Karena diliputi pe-
nyesalan mendalam yang tak pernah mereka bayangkan
sewaktu masih berada di dunia ini, roh orang-orang yang
melakukan kejahatan tersiksa, tubuh dan pikirannya, oleh
perasaan-perasaan yang, tak peduli bagaimana cara mereka
mencoba untuk menekannya, tak akan membiarkan mereka
tinggal dalam damai. Inilah "neraka" seperti yang telah saya
paparkan sebelumnya. Oleh karena itu, orang-orang yang
mereka tinggalkan, yang masih berada di dunia ini, tak
perlu menambah beban penderitaan mereka di dunia roh.
Mempersembahkan bagi roh-roh makanan yang <lulu tak
biasa mereka makan sewaktu masih berada di dunia ini
adalah hal lain yang hendaknya tak usah dilakukan.
Pernah saya punya teman baik yang sangat tidak me-
nyukai ikan. Baru sekali itulah saya tahu ada orang yang
begitu tidak menyukai ikan, sampai-sampai sajian sepotong
ikan saja di meja sudah cukup membuatnya mual.
Mengira bahwa siapa tahu di dunia roh ia jadi suka ikan,
keluarganya menaruh sepotong ikan di meja, sebagai per-
sembahan untuknya, pada suatu malam ketika mereka se-
dang makan. Ternyata tindakan mereka itu sangat keliru.
Pada malam itu juga, roh teman saya itu menampakkan
diri pada anak perempuannya dalam mimpi, dan berkata:
"Kau tahu betul bahwa aku tak tahan akan bau ikan; jika
kau sekali lagi menaruhnya di meja, aku tak akan ber-
gabung denganm u lagi pada waktu makan."
Setelah bertahun-tahun berhubungan dengan roh-roh,
164 Manusia Tidak Mati

saya tahu bahwa makanan dan minat yang digemari sese-


orang sewaktu masih berada di dunia ini tetap tak berubah
bahkan setelah orang itu tinggal di dunia roh.
Aspek penting lainnya untuk menyajikan persembahan
bagi roh-roh menyangkut bejana yang digunakan. Pastikan
bahwa cangkir yang Anda tuangi teh atau kopi untuk
mereka tidak retak atau rusak. Persembahan Anda adalah
kegembiraan besar bagi mereka. Tidak ada roh yang akan
merasa senang bila mereka dianggap tidak pantas lagi "mi-
num" dari cangkir yang masih bagus.

Ungkapan Cinta Anda kepada Roh


Biasanya, pada saat-saat peringatan kematian, permata di-
persembahkan kepada roh seseorang yang senang mema-
kainya. Tetapi, jangan hanya sekadar mengambil kotak per-
matanya dan meninggalkannya begitu saja di suatu tempat.
Pilihlah sepotong atau lebih yang sesuai untuknya. Roh
orang itu akan sangat tersentuh oleh perhatian yang Anda
berikan.
Jangan pernah mempersembahkan sepatu kepada roh-
roh. Sekalipun itu adalah sepatu yang paling ia gemari,
Anda tak pernah tahu apa saja yang pernah diinjak oleh
sepatu itu. Oleh karena itu, sepatu adalah persembahan
yang tak pantas.
Roh orang yang meninggal di musim panas akan sangat
berterima kasih bila kepadanya dipersembahkan segelas air
dingin; sementara roh orang yang meninggal dalam musim
dingin akan menyukai air hangat. Yang aneh adalah orang
yang meninggal karena sakit akan langsung meminta atau
air dingin atau air hangat menjelang kematiannya, tak pe-
duli apakah itu sedang musim dingin atau musim panas.
Tetapi jangan melakukan kesalahan dengan mempersem-
bahkan obat-obatan, atau pun pembungkusnya, kepada roh
orang yang meninggal setelah lama menderita sakit. Roh-
nya tak ingin diingatkan kembali akan pergumulan pan-
jangnya melawan maut. Sebaliknya, mereka akan sangat
senang menerima persembahan makanan yang mereka su-
Memberi Perhatian Kepada Roh 165

kai ketika masih sehat, dan apa saja yang mereka senang
menggunakannya seperti misalnya, harmonika, raket tenis,
atau kaset lagu-lagu kesayangan mereka.
Ada orang-orang yang ragu-ragu dalam menyajikan per-
sembahan. Mereka mulai berpikir apakah mangkuk atau
gelas atau peralatan lain yang digunakan sebagai tempat
persembahan hams dicuci secara terpisah, dan apakah se-
mua perlengkapan itu hams dilap dengan kain lap tersen-
diri. Tidak perlu ada pembedaan seperti itu-semua
perlengkapan itu hams diperlakukan sama dengan per-
lengkapan lainnya yang digunakan oleh mereka yang masih
berada di dunia ini. Yang terpenting adalah perasaan se-
nang yang timbul dalam memberi perhatian kepada leluhur
Anda. Bagaimanapun, yang diinginkan oleh roh-roh adalah
bahwa Anda tetap menganggap mereka sebagai bagian ke-
luarga.

Mengabulkan Keinginan Terakhir Orang yang Anda


Cintai
Ada banyak dan beragam cara orang ingin tubuhnya diper-
lakukan setelah rohnya tidak lagi tinggal di dalam tubuh
itu. Ada yang menginginkan abunya dijatuhkan dari pe-
sawat ke laut, ada yang ingin tubuhnya dikubur di laut,
bahkan ada juga yang ingin tubuhnya dimangsa binatang.
Sering kali ada saudara saya yang datang pada saya, dan
mengajukan pertanyaan begini: "Apakah cara ini sudah be-
nar?" Saya menjawab bahwa tak ada cara yang lebih baik
untuk memperlakukan tubuh yang sudah tidak lagi di-
tinggali rohnya daripada cara yang diinginkan oleh orang
itu sendiri menjelang ajalnya. Kalau keinginan itu sempat
tersampaikan.
Di banyak negara, hukum memberikan batasan-batasan
tertentu pada cara-cara memperlakukan jasad. Sekalipun
demikian, mengabulkan keinginan seseorang yang disam-
paikan menjelang ajalnya tetap mempakan cara terbaik,
sebab dengan keinginan yang terkabul mereka akan menuju
dunia roh dengan perasaan puas.
166 Manusia Tidak Mati

Saya punya ternan seorang wanita yang senang rneng-


habiskan waktu sendirian. Ia rnerasa kesulitan dan tertekan
untuk berbicara dengan keluarganya, apalagi dengan
ternan-ternannya. Hal yang paling ia senangi adalah duduk
di suatu pojok sendirian, sarnbil rnernbaca buku. Ia sendiri
pernah berkata, "Tak ada sesuatu pun yang lebih baik
daripada rnernbaca buku sarnbil rnendengarkan suara de-
daunan yang jatuh dari pohon."
Ia rneninggal secara rnendadak dalarn usia tiga puluhan.
Ia rnenulis dalarn catatan hariannya bahwa ia ingin di-
kuburkan sendirian, jauh dari orang-orang lain. Ia tak sang-
gup rnernbayangkan abunya diternpatkan dalarn rnakarn
yang penuh sesak.
Tetapi, keluarganya rnengabaikan keinginannya itu: rne-
reka rnernpunyai tanah pekuburan untuk keluarga dari ge-
nerasi ke generasi, rnaka rnereka tak melihat alasan untuk
tidak rnenguburkan abunya di sana.
Setahun kernudian, ernpat anggota keluarganya yang rna-
sih hidup berrnirnpi sarna. Dalarn rnirnpi itu alrnarhurnah
terlihat rnenutupi telinganya dan rnengatakan bahwa ia tak
tahan dengan suara orang-orang yang berbicara di sekitar-
nya, dan rnernohon untuk dipindahkan ke suatu ternpat di
rnana tidak ada seorang pun yang dikuburkan.
Tetapi keernpat anggota keluarga itu tetap tak rnern-
pedulikan permohonannya, dan rnenganggap rnirnpi rne-
reka yang sarna itu sebagai suatu kebetulan belaka. Tiba-
tiba, tiga orang dari rnereka rnulai rnengeluh sakit kepala
yang luar biasa, sarnpai akhirnya rnenyadari bahwa rnereka
harus rnernindahkan abu jenazah saudara perernpuannya.
Setelah rnernbeli sebidang tanah (yang harganya sangat rnu-
rah karena terletak di luar jalan di dekat pegunungan),
rnereka rnenguburkan abu jenazah saudaranya di sana. Sa-
kit kepala rnereka pun hilang dalarn sekejap.

Memilih Tempat Pemakaman yang Diinginkan Mendiang

Tidak jarang terjadi bahwa pihak suarni atau pihak istri


rnenyatakan keinginannya untuk bercerai, tetapi tidak di-
Memberi Perhatian Kepada Roh 167

penuhi oleh salah satu pihak. Atau, ada pasangan yang


status hukurnnya saja yang menyatakan mereka sah sebagai
suami istri, tidak lebih dari itu. Ada anggapan yang cukup
umum berlaku bahwa idealnya suami istri dikuburkan ber-
dampingan. Tetapi dalam kasus hubungan suami istri se-
perti disebutkan di atas, mungkin lebih baik mereka tidak
dikuburkan berdampingan.
Kehidupan di dunia lain panjang. Kita harus melakukan
segala sesuatu yang mungkin kita lakukan untuk membuat
perjalanan roh orang-orang yang kita cintai nyaman. Dan,
ternyata, itu termasuk tidak menguburkan secara berdam-
pingan orang-orang yang ketika masih hidup di dunia ini
tidak saling cocok satu sama lain.
Selagi kita masih sehat dan punya kesempatan, lebih baik
kita memberi tahu keluarga kita cara yang kita inginkan
terhadap jenazah atau abu kita. Kita bisa menyampaikan
keinginan seperti itu dengan cara bergurau, misalnya. Yang
penting, keinginan kita itu tersampaikan dan didengar oleh
keluarga kita.
Ada di antara kita yang suka berada di tengah-tengah
kesibukan sehari-hari, ada yang suka tempat yang tenang,
ada yang suka pegunungan, ada yang suka laut, ada juga
yang senang memandangi tempat tinggalnya. Termasuk
upaya membantu agar roh-roh hidup nyaman di dunianya ·
adalah dengan memastikan bahwa mereka dikuburkan di
tempat yang suasanya mirip dengan tempat yang <lulu
mereka sukai. Seorang teman saya yang senang tinggal di
blok apartemennya mengatakan pada saya bahwa ia ingin
abunya diletakkan di ruangan bawah tanah bersama abu
orang-orang lainnya sehingga ia tidak akan merasa ke-
sepian. Kalau memang itulah yang ia inginkan, segala cara
harus ditempuh agar keinginan itu terwujud.
Jangan ragu-ragu mengatakan kepada orang lain bagai-
mana jenazah atau abu Anda akan diperlakukan. Tempat
jenazah atau abu Anda dikuburkan me~ainkan peranan
penting dalam kehidupan Anda di dunia roh. Berpindah
tempat sewaktu Anda masih hidup di dunia ini relatif
mudah. Memindahkan jenazah atau abu Anda sepenuhnya
168 Manusia Tidak Mati

harus dilakukan oleh orang lain. Maka, sampaikanlah apa


keinginan Anda selagi Anda masih hidup di dunia ini.

JANGAN MENGUBURKAN BINATANG BERSAMA


TU ANNYA

Binatang dan manusia sama-sama dapat merasakan suasana


hati masing-masing. Mereka saling menghibur dan saling
mencintai sedemikian rupa sehingga binatang dianggap
bagian dari keluarga. Tetapi, kita tak pernah boleh lupa
bahwa sebagai manusia kita dilahirkan dengan taraf eksis-
tensi yang lebih tinggi daripada binatang.
Selama kita hidup, kita belajar banyak dan harus me-
ngerjakan banyak hal. Tak semuanya menyenangkan. Di lain
pihak, manusia mampu merasakan kebahagiaan dengan cara-
cara yang tak pernah bisa dirasakan oleh binatang.
Dunia manusia dan dunia binatang berbeda. Dunia roh
manusia dan dunia roh binatang pun berbeda. Panjangnya
waktu yang dihabiskan binatang di dunia roh jauh lebih
singkat daripada waktu manusia. Dengan kata lain, bina-
tang mengalami reinkarnasi jauh lebih cepat daripada ma-
nusia.
Anjing dan kucing biasanya menjadi binatang kesayang-
an keluarga. Kita biasanya memberi mereka nama. Roh
adik saya mengatakan pada saya apa yang terjadi pada
binatang semenjak meninggalkan dunia ini.
"Anjing kecil berbulu putih halus yang <lulu kamu peli-
hara, sekarang sedang menempuh kehidupan bahagia yang
lain," katanya. Atau, "Kucing betina milikmu, Si Miko, su-
dah dilahirkan kembali sebagai binatang yang sangat pan-
dai, dan pemiliknya memeliharanya dengan baik."
Bersama dengan potongan-potongan berita tentang
binatang-binatang kesayangan yang bertahun-tahun saya sa-
yangi, selalu datang peringatan: Jangan pernah mengubur-
kan binatang di samping manusia. Binatang berada dalam
taraf eksistensi yang berbeda dengan manusia, kata adik
saya; sekalipun Anda sangat menyayanginya, dunia roh
binatang berbeda dengan dunia roh manusia.
Memberi Perhatian Kepada Roh 169

Saya sendiri perlu waktu cukup lama untuk bisa me-


nerima kenyataan itu. Ketika masih kanak-kanak, saya
menganggap kucing kesayangan saya lebih sebagai saudara
daripada sekadar sebagai binatang kesayangan. Saya me-
mang tak pernah menganggapnya sebagai binatang, bahkan
setelah kucing itu mati.
Adalah keadaan yang sangat memberatkan bagi binatang
kalau ia dikuburkan bersama majikannya. Ketika masih
berada di dunia bersama majikannya, binatang amat sadar
bahwa mereka harus berhati-hati dalam bersikap agar tidak

membuat majikannya marah. Itu karena taraf eksistensinya
lebih rendah daripada taraf eksistensi majikannya. Selain
itu, perasaan manusia terhadap binatang yang mereka
sayangi di dunia ini sama sekali berubah di dunia roh.
Ketika seseorang telah memasuki dunia roh, ia akan me-
nyadari bahwa ada dunia lain bagi roh binatang kesayang-
an. Adalah suatu kesalahan besar menguburkan binatang
kesayangan bersama majikannya.
Binatang seharusnya punya tempat pekuburannya sen-
diri, yang seharusnya berstandar lebih rendah daripada
pekuburan manusia. Jika binatang kesayangan Anda mati,
berbuatlah sesuatu yang bisa menjamin bahwa binatang
kesayangan itu mencapai dunia rohnya secepat mungkin.
Masing-masing kebudayaan mempunyai kebiasaan yang ·
berbeda menyangkut cara penguburan binatang. Menuruti
semua kebiasaan itu termasuk upaya untuk menjamin ke-
bahagiaan binatang di dunia rohnya.
Yang paling utama untuk diingat adalah bahwa binatang
dan manusia berbeda, maka perlakuan antara keduanya
pun harus berbeda. Saya punya seorang teman yang me-
melihara seekor anjing besar. Anjing itu sangat pandai dan
setia pada keluarga. Ia juga dapat disuruh ke tukang da-
ging atau pedagang ikan hanya dengan sebuah catatan di
mulutnya. Bisa dipastikan bahwa keluarga itu memper-
lakukan anjingnya bagai anggota keluarga . .
Setelah menjalani hidup yang panjang dan bahagia, an-
jing itu mati. Keluarga itu pun amat berduka, seolah-olah
170 Manusia Tidak Mati

salah satu anggota keluarga itu meninggal. Oleh karena itu,


mereka menguburkannya di pekuburan keluarga.
Setelah peristiwa itu, segala sesuatu berlangsung tidak
baik bagi keluarga itu. Sekalipun hubungan antara anggota
keluarga itu selalu baik, pada suatu ketika anak perempuan
keluarga itu yang berumur 23 tahun tiba-tiba meninggalkan
rumah hanya setelah terjadi pertengkaran kecil. Lebih tragis
lagi, anak laki-laki keluarga itu yang berumur 12 tahun
meninggal dalam suatu kecelakaan. Dulu, butik milik ke-
luarga itu sangat laris, tetapi tiba-tiba mereka mendapati
bahwa mereka sendiri kini berutang. Tampaknya, keluarga
itu sungguh-sungguh ditimpa kemalangan.
Saya bertemu dengan pasangan itu, sambil menduga
bahwa kemalangan yang menimpa mereka adalah akibat
dari cara mereka mengubur anjingnya. Awalnya mereka
enggan mempercayai saya. Tetapi karena kemalangan mere-
ka terus berlanjut, mereka memutuskan untuk mencoba
memindahkan kerangka anjing itu dari tanah keluarga ke
pekuburan khusus binatang. Hasilnya segera tampak: si
anak perempuan yang meninggalkan rumah kembali
pulang, dan tawa ria terdengar lagi di rumah itu. Bisnis
mereka maju lagi, tidak secara tiba-tiba, namun perlahan
tetap pasti. Keluarga itu pun dapat melihat masa depan
yang cerah seperti yang pernah mereka alami.
Saya sendiri penyayang binatang dan amat cenderung
memperlakukannya seperti manusia. Kadang-kadang terasa
sulit, tetapi saya telah mencoba untuk mengatasi kecen-
\ierungan itu dan mendengarkan nasihat adik saya. Tingkat
kehidupan binatang memang di bawah tingkat kehidupan
manusia, tetapi kenyataan itu tak lalu berarti bahwa kita
boleh menganiaya binatang. Jangan pernah lupa bahwa
binatang, tak peduli betapa pun kecilnya, punya jiwa dan
rasa terima kasih kepada pemiliknya yang baik hati yang
akan terus dibawanya setelah ia memasuki dunia rohnya.
Roh seekor binatang kesayangan pun bisa menjadi roh
pelindung bagi pemiliknya, seperti dalam kasus anjing ber-
nama Daniel, milik keluarga Landis yang juga telah saya
paparkan. Ingatlah selalu semua kenyataan ini.
Memberi Perhatian Kepada Roh 171

Dorongan untuk Selalu Makan dan Makan Lagi

Masih menyangkut binatang, saya hams menyampaikan


kepada Anda sebuah kasus yang tak akan pernah saya
lupakan. Kasus ini menyangkut seorang wanita bernama
Masai, yang menderita akibat gangguan makan yang amat
serius. Gangguan makan yang disebut anorexia dan bulimia
biasanya menimpa gadis belasan tahun. Tetapi Masai, wa-
nita ini, yang bemmur 62 tahun, datang pada saya dengan
masalah berikut.
"Saya makan enam atau tujuh kali sehari-semua tabllllg-
an saya habis untuk makan, termasuk uang asuransi jiwa
suami saya yang meninggal beberapa tahun yang lalu. Apa
yang hams saya lakukan?"
Saya mendengarkan ceritanya dengan perasaan takjub.
Berlum pernah saya mendengar sesuatu seperti ini, apalagi
dari seorang wanita seumurnya.
Dulu-dulu Masai tidak pernah mengalami gangguan se-
perti ini. Malahan, sampai tiga tahun atau lebih setelah
suaminya meninggal, ia makan kurang dari yang biasa
dimakan oleh orang lain: sepotong roti panggang untuk
sarapan, lalu makan siang dan makan malam yang seder-
hana.
"Lantas saya mulai punya gejala aneh ini," lanjutnya.
'Tangan dan kaki saya mulai gemetar tak terkendali, dan
saya merasa amat sangat lapar. Namun, beberapa menit
sesudah makan, saya menjadi sakit."
Masai tak dikamniai seorang anak pun. Sekalipun demi-
kian, selama 30 tahun ia hidup dengan damai bersama
suaminya yang baik hati dan rajin bekerja. Ia sendiri yang
merawat suaminya yang sakit, sampai meninggalnya.
"Tems terang, saya sama sekali tak tahu apa penyebab
dari gangguan yang rasanya begitu saja menimpa saya,"
lanjutnya. Kelihatan sekali bahwa ia sudah tidak mampu
lagi menahan penderitaannya. "Biasanya saya bisa meng-
habiskan hari-hari saya dengan amat meny~nangkan, mem-
buat korden berenda dan taplak meja. Tetapi sekarang,
mengapa tiba-tiba saja ... "
172 Manusia Tidak Mati

Ketika ia berbicara, sebuah gambaran yang menarik


muncul di belakangnya. Seperti biasa, gambaran itu begitu
jelas, seperti kalau kita melihatnya di layar televisi, kecuali
wama-wamanya yang pudar. Saya mulai memaparkan apa
yang saya lihat.
"Seorang gadis berumur kira-kira 10 tahun sedang me-
nuntun seekor kuda. Hujan, dan semakin deras saja. Jalan-
an yang dilalui gadis dan kudanya hanyalah jalan setapak
di tengah-tengah sawah. Di kejauhan tampak hutan yang
agak gelap. Saat itu musim dingin, menjelang petang.
"Jalan setapak itu mulai tak tampak, karena hujan yang
semakin lebat mengganggu pandangan. Anak perempuan
yang kelihatan miskin itu tampaknya mulai panik kehilang-
an pedoman. Hujan semakin lebat dan semakin lebat."
Masai mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut
saya dengan sungguh-sungguh. Wajahnya memperlihatkan
rasa tidak percaya. Saya melanjutkan.
"Anak perempuan itu, yang mengenakan kimono seder-
hana yang kelihatannya telah dicuci berkali-kali dan jaket
pendek, berusaha sekuat tenaga mengendalikan langkah
kudanya agar tak terperosok masuk ke sawah. Tetapi ia
tetap tak mampu. Di punggung kuda itu terdapat beban
yang tampaknya sangat berat, sehingga kuda itu tampak
amat kepayahan. Anak perempuan itu mulai menangis. Ia
berseru minta bantuan. Tetapi tak ada seorang pun yang
mendengarnya. Ia sendiri tak dapat berbuat apa-apa selain
mengawasi kudanya yang membawa beban berat, sedikit
demi sedikit terbenam ke dalam sawah.
"Gambaran itu berakhir di sana- saya tak tahu apa yang
terjadi selanjutnya pada anak perempuan itu atau kuda-
nya."

Sebuah Kisah yang Menyayat Hati

Apa yang saya paparkan berdasarkan penglihatan tadi


rupanya menyentuh perasaan Masai yang mendalam. Begi-
tu saya selesai dengan pemaparan saya, ia menangis.
"Saya tak kunjung bisa melupakan hari itu sekalipun
Memberi Perhntian Kepada Roh 173

saya telah berusaha keras melupakannya. Ada saat-saat


ketika ingatan akan peristiwa itu muncul kembali, dengan
membawa kepedihan hati yang sama seperti bertahun-ta-
hun yang lalu.
"Saya adalah sulung dari enam anak. Ayah saya me-
ninggal ketika ia masih muda. Maka, ibu dan sayalah yang
harus meneruskan pekerjaannya. Ayah saya adalah kusir.
Kereta kudanya mengangkut barang-barang. Ketika harus
menggantikan ayah, tubuh saya masih terlalu kecil sehing-
ga saya tidak bisa memuat barang-barang ke kereta kuda
itu. Maka, biasanya saya taruh saja barang-barang yang
harus diangkut itu langsung di punggung kuda. •
"Suatu sore, setelah menyelesaikan pekerjaan hari itu,
saya menuntun kuda kami pulang. Barang-barang yang
harus dikirimkan keesokan harinya sudah saya taruh di
punggungnya. Hujan mulai turun. Yang baru saja Anda
lihat adalah kejadian pada waktu itu. Kuda kami itu, yang
bertahun-tahun telah bekerja dengan setia, mati, tanpa saya
bisa melakukan sesuatu pun."
Hanya itu yang mampu ia ceritakan. Ia kembali mena-
ngis tersedu-sedu. Jelas sekali bahwa peristiwa itu menim-
bulkan kesedihan yang amat mendalam.
Peristiwa itu pasti terjadi dalam tahun 1935, ketika orang
di seluruh dunia hidup dalam kesulitan. Saya dapat mem-
bayangkan betapa beratnya hidup di masa itu bagi wanita .
yang kini sedang menangis tersedu-sedu di hadapan saya:
dalam usia baru 10 tahun sudah terpaksa bekerja demi lima
orang adiknya. Padahal, di masa itu bagi sebuah keluarga
dengan dua orang anak yang sudah dewasa pun hidup
terasa ama t bera t.
Pada waktu itu, Masai bekerja di Yokohama, tempat
ayahnya bekerja selama bertahun-tahun sebagai apa yang
pada zaman sekarang kita sebut sopir truk. Hanya saja,
dulu pekerjaan itu dilakukan dengan bantuan kuda, bukan
truk. Dan gadis kecil itu sepenuhnya tergantung pada se-
ekor kuda muda yang ditinggalkan ayahnya.
Dari apa yang bisa saya lihat dari penglihatan tadi, kuda
muda yang dimiliki Masai ketika itu lebih kecil daripada
174 Manusia Tidak Mati

anak kuda. Karena masih muda dan bertubuh kecil, tentu


saja kuda itu belum bisa menguasai langkahnya, apalagi
dengan beban berat di punggungnya. Tetapi, atas desakan
majikan mudanya, kuda itu pun berjalan, terhuyung-
huyung, dan nyaris tenggelam di bawah tumpukan barang
yang hams dibawa di punggungnya. Pemandangan seperti
itu pasti mengundang kesedihan mendalam dari siapa pun
yang menyaksikannya.
Siapa yang tega membebankan kesalahan matinya seekor
kuda kepada anak kecil, yang memuat barang-barang de-
ngan semestinya ke punggung kudanya pun tidak mampu,
apalagi punya kekuatan cukup untuk menarik kuda itu
beserta bebannya dari lumpur? Saya sendiri pun, yang
sudah kenyang akan cerita-cerita yang menyedihkan, tak
mampu menahan tangis.

Sang Kuda Meminta Perhatian

"Masai, mungkin sulit bagimu untuk mempercayai," saya


mulai, "bahwa kudamu sedang meminta perhatianmu. Kau
pasti tidak keberatan menaruh semangkuk air dan barang-
kali beberapa wortel, atau makanan lain yang disukai kuda,
di meja dapurmu, dan ucapkanlah doa terima kasih pada
kudamu itu. Kuda adalah binatang yang pandai, maka saya
yakin ia bisa memahami perasaanmu. Kalau kau melaku-
kan apa yang saya sarankan, gangguan makanmu pasti
akan berakhir."
Dengan keinginan yang sangat besar ia berjanji untuk
memenuhi saran saya. Seminggu kemudian, ia kembali da-
tang menemui saya. Dengan girang ia menceritakan bahwa
pada hari itu juga nafsu makannya telah kembali normal.
Beberapa tahun kemudian, sekali lagi saya bertemu dengan-
nya.
"Problem saya hilang setelah itu," katanya dengan sebuah
senyuman. "Sampai sekarang saya tetap menyajikan per-
sembahan untuk roh kuda saya."
Tentu saja ada dari antara Anda yang sulit untuk per-
caya bahwa kita pun perlu membuat persembahan bagi roh
M emberi Perhatian Kepada Roh 175

binatang, seperti yang kita lakukan bagi rah manusia. Te-


tapi, begitu banyak contoh nyata yang membuktikan ke-
benarannya.
Saat ini, kuda kecil yang bekerja keras itu tentu sudah
kembali bersama kita di dunia ini. Ia tentu sudah meng-
alami reinkarnasi, dan kali ini tentu hidupnya lebih menye-
nangkan.
11
Roh Pelindung Anda
Roh Pelindung Anda 179

Yang Barus Dilakukan Bila Anda Ingin Dilindungi oleh


Roh Pelindung Anda

Seperti sudah saya paparkan pada bab-bab sebelumnya,


perlindungan dari roh dapat membuat perbedaan besar
dalam kehidupan kita. Agar roh pelindung mau membantu
kita setiap saat kita membutuhkan bantuannya, kita sendiri
harus memiliki kebaikan jiwa agar diterima oleh roh. Apa
maksudnya?
"Aturan" paling utama, jika Anda suka menyebutnya
demikian, agar roh pelindung sudi mengakui kebaikan
serta membantu Anda adalah sedapat mungkin berupaya
tmtuk tidak pernah bersikap kecewa atau putus asa. Yang
paling tidak disukai oleh roh pelindung adalah sikap men-
cemaskan segala sesuatu yang belum tentu terjadi, dan
lebih buruk lagi, sesuatu yang kemungkinan besar tak akan
terjadi. Bergembiralah, berpikirlah ke depan, yakinlah akan
perasaan Anda sendiri. Hanya dengan bersikap demikian
roh pelindung akan bersedia membantu Anda.

Mengetahui Siapa Roh Pelindung Anda


Saya yakin bahwa siapa pun akan senang kalau ia tahu
siapa sebenarnya roh pelindungnya. Tidaklah terlalu sulit
untuk tahu siapa roh pelindung Anda.
Setiap kali Anda punya waktu luang, pejamkan mata
Anda, lalu bayangkanlah orang-orang yang dekat dengan
Anda yang telah meninggalkan dunia ini. Bayangan roh
pelindung Anda ketika ia melintas dalam benak Anda ada-
lah sesuatu yang tak akan pernah Anda lupakan. Anda
akan mengingat orang itu secara gamblang, bahkan sampai
pada tingkah lakunya. Jika pikiran Anda tiba-tiba dibanjiri
oleh kenangan akan seseorang yang punya arti khusus bagi
Anda, itu bukan suatu kebetulan. Itu disebabkan oleh kede-
katan orang tersebut dengan Anda. Pada saat demikian,
yakinlah bahwa Anda telah menemukan identitas roh pelin-
dung Anda.
180 Manusia Tidak Mati

"Sudilah Menjadi Roh Pelindung Saya"


Barangkali Anda berharap bahwa roh seseorang tertentu
sudi menjadi roh pelindung Anda-seseorang yang cakap,
pandai, atau anggota masyarakat yang disegani. Itu mung-
kin saja.
Boleh jadi roh itu adalah roh dari orang yang pernah
menjadi relasi atau teman, atau mungkin guru Anda. Bica-
ralah dengannya, kenanglah ia, dan mintalah ia untuk men-
jadi roh pelindung Anda . Pada dasarnya, roh penuh de-
ngan kebaikan: jika Anda sungguh-sungguh menginginkan
bantuannya, ia tentu akan mengabulkannya.
Sekalipun jarang terjadi, mungkin saja bahwa roh dari
seseorang yang sama sekali belum pernah bertemu dengan
Anda mau menjadi roh pelindung Anda. Itu bisa terjadi
asalkan Anda memintanya dengan baik-baik dan hasrat
Anda untuk memperoleh perlindungan darinya kuat.
Sa tu hal perlu diingat: Anda tak bisa selalu bersikap sebagai
penerima kemurahan hati roh. Anda juga hams bersikap
sebagai pemberi-berdoalah agar perjalanan mereka menuju
akhirat mulus, dan setiap kali Anda menikmati minum teh
a tau kopi, ingatlah untuk juga menyajikan teh a tau kopi Anda
bagi roh. Kenanglah dengan manis orang yang Anda harapkan
rohnya menjadi roh pelindung Anda. Kalau itu Anda lakukan,
Anda akan menciptakan suasana a tau lingkungan di mana roh
itu merasa senang berada dekat dengan Anda.
Kalau roh pelindung Anda senang tinggal bersama Anda
sepanjang waktu, Anda akan merasakan suatu perubahan
dalam hidup Anda, bagai perubahan dari musim dingin
yang menusuk tulang menjadi musim semi yang sinar
mataharinya menghangatkan bumi.
Roh pelindung Anda akan membantu Anda melewati
krisis hidup yang besar, dan Anda akan menyadari bahwa
kemalangan yang mungkin saja menimpa Anda berkurang
menjadi masalah kecil. Sebagai contoh, seandainya Anda
terlibat dalam suatu kecelakaan yang pasti mengakibatkan
luka serius pada Anda, ternyata Anda lolos dari maut dan
Roh Pelindung Anda 181

hanya mendapat Iuka kecil. Saya tahu banyak sekali kasus


seperti ini.

Ungkapkanlah Rasa Terima Kasih Anda dengan Nyata


Pesan-pesan yang disampaikan oleh roh pelindung akan Anda
terima dengan sangat mudah, kalau Anda sering mengenang
roh itu dan meminta bantuannya. Ia akan menanggapi
ketulusan Anda. Jangan biarkan pikiran-pikiran lain masuk ke
kepala sewaktu Anda memikirkan roh pelindung Anda. Bila
kita cukup keras mengkonsentrasikan pikiran, kita berpeluang
mengatasi suatu hambatan, baik fisik maupun lainnya. Dan,
yang paling penting, jangan Anda lupa untuk selalu meng-
ungkapkan rasa terima kasih Anda secara nyata apabila
menerima bantuan roh pelindung Anda.
Jika itu Anda lakukan, akan tiba waktunya ketika Anda
memperoleh 'pertanda' mengenai peristiwa-peristiwa yang
kira-kira akan terjadi. Mungkin Anda secara tiba-tiba saja
merasakan ketidakmudahan melakukan perjalanan ke suatu
tempat atau untuk melakukan sesuatu, a tau mungkin saja roh
pelindung Anda akan muncul dalam mimpi tmtuk mengingat-
kan Anda tentang suatu bencana yang akan menghadang.
Pada dasarnya, hubungan antara diri kita dan roh pelin-
dung kita adalah hubungan memberi dan menerima. Kita
tak mungkin mengharapkan pertolongan dari roh jika kita
mengabaikan kewajiban kita sebagai orang yang masih
tinggal di dunia ini untuk memberi perhatian kepada roh.
Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa roh sudi mem-
bantu orang yang bersikap optimis dan berpikir jauh ke
depan. Roh tidak akan sudi memberikan perlindungannya
kepada orang yang punya kecenderungan membenci, mu-
dah marah, atau mudah cemburu.
Apa pun yang terjadi, bersyukurlah bahwa Anda hidup
dalam sikap yang selalu mengupayakan yang terbaik dalam
segala usaha Anda. Sikap hidup yang demikian, ditambah
dengan perlindungan yang Anda peroleh dari roh pelindung
Anda, akan menjadikan Anda orang yang baik dan berbudi.

...• .

Anda mungkin juga menyukai