Penerblt
PT Gramedla Pustaka Utama
JI. Palmerah Selatan 24-26 Lt. 6
Jakarta 10270
ISBN 979-605-204-4
Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan /a tau denda
paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus jula rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedar-
kan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang ha sil
pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), di-
pidana d engan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
MANUS IA
TIDAK MATI
Pengalaman spiritual
berhubungan dengan roh-roh
Aiko Gibo
-
Gii
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 1995
Judul asli:
Finding Your Guardian Spirit
Aiko Gibo
© 1992 by Kodansha International, Ltd .
Published by arrangement with Kodansha International, Ltd.
Kata Pengantar ix
1 Roh Sungguh Ada 1
2 Anda Dapat Mengubah Nasib Anda 21
3 Saya Menyadari Kekuatan Saya 31
4 Dunia Roh 45
5 Apakah Roh Pelindung Itu? 75
6 Roh Pelindung yang Membawa Kebahagiaan 87
7 Roh Pelindung Perusahaan 103
8 Kehidupan di Alam Sana 121
9 Transmigrasi dan Reinkarnasi 145
10 Memberi Perhatian kepada Roh 151
11 Roh Pelindung Anda 177
v
Sebagai seseorang yang sejak kecil sudah melihat rah-rah dan
berkomunikasi dengan mereka, saya tidak lagi bisa menerima
pendapat umum bahwa jiwa manusia lenyap begitu saja seiring
dengan lenyapnya tubuh.
-Aiko Ciba
KATA PENGANTAR
Oleh: Colin Wilson
Kata Pengantar xi
itu, dan tidak mungkin ada orang lain dari sisi lain yang
bisa menyebabkan jatuhnya gelas. Tiba-tiba, dengan rasa
terkejut, saya menyadari bahwa hantu itu membuktikan
keberadaannya pada saya.
Cepat-cepat saya memanggil produser, dan kamera
mengambil gambar saya yang sedang mengambil gelas.
Sementara itu, Maurice Grosse, teman peneliti dari Society
for Psychical Research, mengatakan bahwa ia melihat gelas
itu jatuh dari rak seakan-akan ada yang mendorong. Ia
berdiri di sebelah paling ujung meja bar itu sambil minum
segelas anggur, dan bisa menyaksikan saat gelas itu ber-
gerak sendiri.
Saya berbalik dan membungkuk di atas lantai tempat
gelas tadi jatuh yang kini sudah bersih dari serpihan beling,
sambil berkata, "Terima kasih." Tiba-tiba, rasa skeptis saya
hilang.
Sepuluh menit kemudian, ketika kami selesai membuat
film, saya mampir lagi ke meja bar untuk minta segelas
anggur lagi. Saat itu Tracy sedang berdiri dan bercakap-
cakap dengan seorang teman wanitanya. Menurut apa yang
saya dengar, mereka sedang membicarakan pemilik tempat
itu yang telah meninggal. Sampai saat itu saya tidak bisa
memperoleh informasi tentang sang pemilik yang telah me-
ninggal itu-namanya pun tidak--Oan dalam buku Polter-
geist pun ia hanya disebut-sebut sebagai pemilik pub ini.
Sekarang saya mendengar Tracy menyebutnya sebagai Ber-
nard, lalu saya bertanya kepadanya dari mana ia tahu
nama itu.
Tampaknya Tracy mengetahui nama itu secara kebetulan
belaka. Seminggu sebelumnya alat pemadam api tidak ber-
fungsi dengan semestinya. Label pada alat pemadam itu
mencantumkan alamat perusahaan yang mengurusnya. Ke-
tika Tracy menelepon perusahaan itu dan memberikan ala-
ma tn ya, gadis yang menerima teleponnya berkata,
"Bukankah tempat ini dulunya bernama King's Cellars?
Saya pernah bekerja di sana sekitar tahun enam puluhan."
Kemudian Tracy bertanya apakah gadis itu tahu sesuatu
tentang hantu-hantu di tempat itu. "Hantu itu adalah si
Kata Pengantar xvii
anak kecil. Saya ingat betul waktu itu musim gugur, dan
guguran daun-daun kuning pohon ginkgo terbentang bagaikan
karpet di tanah. Hari itu, kami semua pulang dengan perasaan
terserap dalam ingatan tentang teman sekelas kami yang telah
meninggal. Kenangan saat berjalan pulang dengan sedih,
menendang-nendang batu-batu dengan sepatu olahraga,
begitu jelas bagi saya seolah-olah terjadi kemarin.
Hidup terasa sepi tanpa kehadiran Ayako. Saya kehilang-
an keinginan untuk menjalin persahabatan dengan teman-
teman lain. Bila teman-teman sekelas mengajak bermain,
saya hanya menundukkan kepala dan kembali pada
pikiran-pikiran murung saya. Hal yang sama terjadi di
rumah. Kehidupan saya berubah sama sekali.
muda lagi dan saya pikir saya tidak akan hidup lebih lama
lagi. Jika kalian berjanji merawat anak laki-laki saya sepan-
jang sisa hidupnya, kalian dapat memperoleh rumah ini
dan segala sesuatu yang saya miliki. Jika kalian tak ber-
sedia, saya akan mencari orang lain yang mau melakukan
itu, dan tak memberikan apa pun kepada kalian."
Tanpa ragu-ragu pasangan muda itu menjawab, "Tentu
kami akan merawatnya-ia sungguh berarti bagi kami. Ja-
ngan khawatir, kami tak akan pernah memasukkannya ke
panti perawatan. Percayalah pada kami, jika ibu bersedia
memberikan begitu banyak pada kami, kami tak akan per-
nah berdusta pada ibu."
Wanita tua itu rupanya percaya, dan pada hari berikut-
nya ia mulai memindahkan segala miliknya atas nama me-
nantu lelakinya. Kondisinya terus memburuk dan dari hari
ke hari ia bertambah lemah. Di saat itulah pasangan muda
itu memutuskan untuk mengurungnya, bersama anak le-
lakinya yang masih muda, dalam sebuah gudang berangin
di salah satu pojok rumah itu.
"Tinggallah di sana, Ibu kelihatan payah." Itulah kata-kata
yang diucapkan anak perempuannya sendiri. Karena menye-
sali kemurahan hatinya yang naif, wanita tua itu meninggal.
Yang dicemaskannya di saat-saat akhirnya adalah masa depan
anak lelakinya. Sehari setelah pemakaman sang ibu, pasangan
muda itu memasukkan anak lelakinya ke sebuah lembaga
umum, ketika ia berumur tujuh belas tahun. Pasangan itu
mengabaikan permintaan-permintaan rumah sakit agar me-
reka mengunjungi si pemuda malang. Mereka mulai menik-
mati gaya hidup kelas atas tanpa memikirkan kebahagiaan si
pemuda yang malang, atau kebahagiaan roh ibunya atau
ayahnya yang telah bekerja keras seumur hidup mengum-
pulkan kekayaan yang mereka hambur-hamburkan.
lalui seorang agen real estate lain. Harganya 8 juta yen per
tsubo. Namun, ini hanyalah hiburan kecil karena mereka
merasa telah tergusur oleh agen real estate yang licik dari
rurnah tempat mereka telah menghabiskan sebagian besar
hidup mereka.
Agen itu clan keluarganya merasa paling hebat di dunia
ini. Mereka bangga menjadi pemilik rumah yang sama
sekali baru itu, clan rasa bangga itu jadi semakin kuat
karena tanah tempat rumah mewah itu berdiri dibeli de-
ngan harga sangat murah. Bagi mereka, sama sekali tidak
ada yang salah.
Sebaliknya, wanita-wanita tua tersebut, menurut teman
saya yang tinggal dekat mereka, melewatkan setiap hari
dalam rumah baru mereka dengan darah mendidih karena
kemarahan akibat ditipu.
"Sekalipun mereka telah mendapatkan rumah baru, tam-
paknya mereka tidak pernah reda dari kemarahan akibat
ulah agen real estate itu. Kasihan melihat mereka seperti itu.
Mereka adalah orang-orang yang amat menyenangkan, be-
gitu baik hati." Teman saya menggeleng-gelengkan kepala-
nya atas semua tragedi itu. Setiap orang yang mengenal
kedua wanita itu berkumpul dan mendukung mereka. Me-
reka heran bahwa ada juga yang sampai hati melakukan
sesuatu yang begitu mengerikan kepada dua wanita tua
yang telah hidup menyendiri dan menghindar dari realitas
kehidupan yang keras.
bahwa nama itu terdengar akrab, tetapi saya tak yakin apa
yang sesungguhnya ia lakukan. Apakah ia seorang musi-
kus? Penari? Ilmuwan mungkin? Akhirnya, saya hams ber-
tanya pada orang dari stasiun televisi yang menemui saya
untuk mewawancarai bintang olahraga itu.
"Anda pasti satu-satunya orang di dunia yang tak tahu
siapa Carl Lewis!" serunya keheranan.
"Ya ampun, seterkenal itukah ia?" jawab saya.
"Tanyakan pada putra Anda," jawabnya. "Ia akan tahu
siapa Carl Lewis."
Saya tanya anak saya, dan mendapat ejekan tak kenal
ampun yang memang pantas saya terima. Carl Lewis ada-
lah pemegang medali emas Olimpiade, bintang dunia olah-
raga. Tiap orang tahu siapa dia! Kecuali saya.
"Akankah orang termasyhur seperti itu mau bertemu
dengan saya?" tanya saya pada seseorang di stasiun televisi.
"Ya, kami sudah mengirimkan fax padanya, dan tam-
paknya ia amat tertarik untuk bertemu Anda." Jawaban
yang mengejutkan. "Sebenarnya ia ingin bertemu Anda se-
gera, jika mungkin." Tampaknya Lewis tak merasa antipati
terhadap dunia roh, dan, sambil bernapas sedikit le1Jih
ringan, saya menenggelamkan diri dalam persiapan per-
jalanan. Beberapa hari kemudian, kami terbang ke Houston,
tempat Carl Lewis menunggu untuk bertemu kami.
Tetapi bila orang yang saya temui itu dalam keadaan tidak
tenang, saya kesulitan untuk "membaca", kelemahan yang
patut disayangkan.
"Nama lengkap, kata Anda?" Sambil berbisik sendiri, Carl
menulis namanya dan tanggal 1 Juli dalam huruf-huruf
tebal. Ia masih tampak tegang, tetapi sejauh yang dapat
saya lihat, tugas sederhana ini rupanya menenangkannya
sedikit.
"Saya kira Anda merasa bahwa keberhasilan Anda dalam
perlombaan ditolong oleh sesuatu selain dari kemampuan
Anda sendiri," saya memulai. Dengan tenang Carl meng-
angguk.
"Ketika Anda masuk ruangan ini," lanjut saya, "ayah
Anda ada di belakang Anda, mengikuti Anda. Ia roh pelin-
dung Anda.
"Beberapa orang tak punya roh pelindung, yang lain
punya satu, sedang yang lain lagi punya dua atau tiga.
Ketika saya memandang Anda, saya melihat dua orang:
satu ayah Anda, yang lain kakek Anda. Barangkali Anda
tak ingat betul pada kakek Anda, tetapi ia adalah seorang
pekerja keras."
Carl menatap saya, matanya yang indah terbuka lebar
oleh keingintahuan.
Bunga Anyelir
Kathy mengangkat wajahnya. Di matanya mengambang air
mata. Dengan bersungguh-sungguh ia mulai berbicara. "Se-
lama bertahun-tahun ini saya rindu untuk bertemu orang-
tua kandung saya, tak pernah terpikir untuk berterima
kasih pada mereka yang telah membesarkan saya. Saya
menerima mereka begitu saja."
"Kathy, ibu angkatmu menyukai anyelir merah muda,
Roh Pelindung yang Membawa Kebahagiaan 91
Nasihat Kakeknya
Bunuh Diri
kai ketika masih sehat, dan apa saja yang mereka senang
menggunakannya seperti misalnya, harmonika, raket tenis,
atau kaset lagu-lagu kesayangan mereka.
Ada orang-orang yang ragu-ragu dalam menyajikan per-
sembahan. Mereka mulai berpikir apakah mangkuk atau
gelas atau peralatan lain yang digunakan sebagai tempat
persembahan hams dicuci secara terpisah, dan apakah se-
mua perlengkapan itu hams dilap dengan kain lap tersen-
diri. Tidak perlu ada pembedaan seperti itu-semua
perlengkapan itu hams diperlakukan sama dengan per-
lengkapan lainnya yang digunakan oleh mereka yang masih
berada di dunia ini. Yang terpenting adalah perasaan se-
nang yang timbul dalam memberi perhatian kepada leluhur
Anda. Bagaimanapun, yang diinginkan oleh roh-roh adalah
bahwa Anda tetap menganggap mereka sebagai bagian ke-
luarga.
...• .