KELOMPOK :
MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
NOMOR :
NAMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI UMUM
KODE :
BOBOT : 2 sks
SEMESTER : I (satu)
PRASYARAT :
BANYAKNYA : 14 X ( 2 X 50 MENIT )
PERTEMUAN/ WAKTU
TIAP PERTEMUAN
STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologi, sejarah perkembangan
psikologi, mampu menganalisis teori, aliran, konsep prilaku, pemikiran, serta mengkaji dan
menerapkannya dalam belajar dan kehiduapan sehari-hari.
KOMPETENSI DASAR
1. Mampu menguraikan pengertian tentang psikologi
2. Mampu menjelaskan sejarah perkembangan psikologi
3. Mampu mendiskripsikan teori-teori dalam psikologi
4. Mampu menjelaskan aliran-aliran dalam Psikologi
5. Mampu menguraikan konsep-konsep perilaku manusia
6. Mampu mengidentifikasi teori dan konsep pemikiran manusia
7. Mampu mengaplikasikan fungsi-fungsi jiwa
8. Mampu menelurusi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia
9. Mampu menunjukkan tipe kepribadian manusia
10. Mampu mengkaji metode-metode ilmiah dalam psikologi
11. Mampu merumuskan struktur, proses dan pengukuran ingatan
12. Mampu menggambarkan prinsip-prinsip belajar
TEKNIK : Tertulis
SUMBER BELAJAR
1. Keluarga
2. Media elektronik (internet)
3. Narasumber,
4. Lingkunganalam,
5. Lingkungan sosial,
6. Teman di kampus
7. Teman di masyarakat setempat
8. Komunitas gereja
9. Literatur:
1. Ahmadi. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
2. Atkinson, Rita L. dkk. Pengantar Psikologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
3. Feldman, R.S. Understanding Psycology. USA: Mc Graw Hill Co, 1999.
4. Howard & Miriam.Kepribadian.Jakarta: Erlangga, 2009.
5. Morgan, C.T, King, R.A, Weiz, J.R. Schozier, J. Introduction to Psychology.
Auckland: Mc Graw Hill Co, 1986.
6. Sarwono, S.W. Berkenalan dengan tokoh-tokoh dan Aliran-aliran Psikologi.
Jakarta : Bulan Bintang, 1992.
7. Walgito Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
BAB I PENGERTIAN
PSIKOLOGI
Psikologi adalah suatu cabang dari ilmu pengetahuan yang mempelajari, menyelidiki atau
membahas fungsi-fungsi kejiwaan dari orang yang sehat atau dengan perkataan lain psikologi
mempelajari aktivitas kehidupan kejiwaan dari orang yang normal. Menurut asal katanya,
psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-
logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang
mempelajari tentang jiwa.Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu,
dalam mana individu individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.Diantara
pengertian yang yang sudah diatas ,ada beberapa pendapat para tokoh-tokoh psikologi antara lain
sebagai berikut:
1. Plato dan Aristoteles berpendapat bahwa,psikologi ialah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang hakekat jiwa serta prosesnya sampai akhir
2. Withelm Wundt (tokoh psikologi modern) berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pangalaman yang timbul dalam diri manusia,
seperti perasaan pancaindra, pikiran, merasa (feeling) dan kehendak
3. Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa,psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia
Ilmu psikologi manusia dapat dibedakan dalam dua golongan yang besar, yaitu:
1. Psikologi umum ialah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau
aktivitas-aktivitas psikis manusia pada umumnya yang normal dan yang beradab
(berkultur)
2. Psikologi khusus ialah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan,
dari aktivitas-aktivitas psikis manusia.Psikologi khusus ini ada bermacam-macam, antara
lain:
1. Psikologi perkembangan
Yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi
sampai tua.
2. Psikologi social
Yaitu psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas-
aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial
3. Psikologi pendidikan
Yaitu psikologi yang husus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas
manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara
menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara
belajar dan sebagainya
4 .Psikologi kepribadian dan tipologi
Yaitu yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe-
tipe kepribadian manusia
4. Psikopatologi
Yaitu psikologi yang khusus menguraikan keadaan psikis yang tidak normal
5. Psikologi kriminal
Yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal kejahatan atau kriminalitas
6. Psikologi perusahaan
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
Dilihat dari sejarah, psikologi sudah berkembang sejak berabad-abad yang lalu bahkan sebelum
masehi (zaman Yunani) sampai sekarang.Bahkan di dalam kitab setiap agama didapati banyak
istilah psikologi (jiwa). Sehingga sejarah psikologi bisa dilihat dari sudut ini juga.Sebelum abad
ke-19, psikologi merupakan bagian dari filsafat sehingga cara pendekatannya dalam
memecahkan masalah kejiwaan dimasa lampau dengan dimasa modern berbeda. Pendekatan
dimasa lampau bersifat filosofis dan atomistik, sedangkan masa modern dengan pendekatan
scientific (ilmiah),yaitu melalui penelitian-penelitian empirik. Sejarah psikologi ini akan dibagi
ke dalam beberapa periode dengan berbagai tokohnya antara lain:
kemauan di dada, dan nafsu perasaan di perut.Pandangan yang membagi jiwa manusia
m en jadi 3 kem ampu an disebu t “t richo tomi ” daripada ji w
a m anu sia.
Bagi Plato dari ketiga bagian psyche itu, fungsi berpikirlah yang terpenting.Keadaan jiwa
dan arah perkembangan jiwa seseorang itu dipengaruhi terutama sekali oleh fungsi berpikir
orang yang bersangkutan.Dalam masyarakatpun kaum filusuflah yang paling menentukan
keadaan dan arah perkembangan masyarakat tersebut. Karena pendapatnya itu, Plato sering
disebut orang rasionalis atau penganut paham rasionalisme, yaitu paham yang
mementingkan akal di atas fungsi kejiwaan yang lain.
Jiwa manusia terdiri dari zat roh itu, sedangkan badannya terdiri dari zat materi. Kedua zat
itu berbeda dan terpisah kehidupannya dan satu sama lainnya dapat dihubungi melalui
sebuah kelenjar yang ada didalam otak.
Jiwa manusia terpusat pada kesadaran manusia atau pikirannya yang bebas, sedangkan
badannya tunduk pada hukum-hukum alam, dan terikat pada nafsunya. Menurut
Descartes ilmu jiwa itu tidak lain adalah ilmu pengetahuan mengenai gejala-gejala
kesadaran manusia terlepas dari raganya. Raga manusia yang bersifat materi dipelajari oleh
ilmu pengetahuan lainnya terlepas dari jiwanya. Dualisme diantara jiwa dan raga manusia
seperti ini tidak berlaku lagi pada ilmu jiwa modern, karena ilmu jiwa modern menemukan
jiwa dan raga manusia merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, tiap-tiap
kegiatan jiwa disertai oleh kegiatan fisik atau fisiologinya.
3. Psikologi analitis
Yaitu aliran psikologi yang bertujuan mempelajari kehidupan jiwa manusia dari segi
lapisan jiwa sadar dan tidak sadar.
4. Neo-Freudianisme
Yaitu suatu aliran psikologi yang bersumber dari pendapat-pendapat Freud, akan tetapi
kemudian berkembang menjadi pandangan-pandangan baru. Manusia dianggap sebagai
sebagai suatu mahluk yang bereaksi secara total kejiwaannya, bukan secara unsur demi
unsur.
BAB III
TEORI – TEORI PSIKOLOGI
Arti teori-teori yang dimaksud adalah kumpulan fakta yang diikat oleh suatu hukum tertentu
akan menjadi pendangan yang berlaku umum kemudian disebut sebagai teori. Suatu teori harus
memenuhi syarat-syarat formal seperti :
1. Teori harus masuk akal (logis)
Didalamnya konsisten artinya tidak ada pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan.
2. Teori secara empiris harus masuk akal
Artinya tidak ada pengamatan ilmiah yang saling berlawanan.
3. Teori harus dapat diuji, artinya sedapat mungkin terdiri dari beberapa konstruk, proposisi.
4. Teori harus mempunyai cakupan ilmu yang cukup luas dan mampu mengintregasikan peneliti
terdahulu.
Sebagai salah satu bidang ilmu,psikologi memiliki teiori-teori yang ada sampai sekarang dan
dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk memahami perubahan tingkah laku manusia
sesuai dengan perubahan waktu atau zaman. Teori-teori psikologi yang dapat membantu
memahami tingkah laku manusia yaitu:
konflik yang terjadi pada setiap tahap agar siap menghadapi berbagai krisis yang akan
dijumpai dalam kehidupan mendatang. Dalam pandangannya Erikson mengemukakan bahwa
:
a. Anak adalah makhluk yang aktif dan penjelajah yang adaptif, yang selalu berupaya
untuk mengontrol lingkungannya, dan anak bukanlah makhluk yang pasif yang mau
begitu saja dibentuk oleh kedua orang tuanya.
b. Ego berfungsi utuk memahami realitas dunia sosial agar individu yang bersangkutan
mampu menyesuaikan diri dan dapat menampilkan suatu pola perkembangan pribadi
yang normal.
c. Secara mendasar manusia adalah mskhluk yang rasional, pikiran, perasaan dan
tindakannya sebagian besar dikontrol oleh ego.
Ketiga pandangan tadi yang membedakannya dengan Freud tentang manusia. Selanjutnya
Erikson mengatakan lebih baik memperhatikan perkembangan psikososial sepanjang rentang
kehidupan dari pada perkembangan psikoseksual yang dasarnya biologis dan hanya sampai
masa remaja. Disamping itu juga Erikson menyatakan bahwa perkembangan emosi jauh lebih
penting bagi kehidupan seseorang dari pada perkembangan seksual.
Anak yang usianya berbeda akan membuat kesalahan berbeda pula dalam
menjawab tes intelegensi, selanjutnya Piaget menyimpulkan bahwa intelegensi
itu suatu atribut yang multidimensional.Intelegensi menurut pandangan Piaget
1. Intelegensi adalah suatu fungsi kehidupan yang mendasar yang
membantu organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Satu-satunya tujuan aktivitas intelektual adalah untuk mencapai keseimbangan
3. Lingkungan itu adalah suatu tempat yang menarik dan penuh dengan pelbagai rangsangan
baru yang tidak segera dapat dipahami anak yang aktif dan penuh rasa ingin tahu.
4. Intelegensi adalah suatu atribut yang sangat majemuk, yang terdiri dari tiga komponen
yang saling berhubungan yaitu isi intelegensi, struktru kognitif, dan fungsi intelektual.
Tingkat perkembangan kognitif manusia terdiri dari empat metode, yaitu :
1. Periode sensori motor ( + sejak lahir hingga usia 2 tahun )
2. Periode praoperasional ( + usia 2 tahun hingga 7 tahun )
3. Periode operasional konkret ( + usia 7 tahun hingga 11 tahun )
4. Periode operasional formal ( + usia 11 tahun hingga 15 tahun )
Menurut Alfred Bandura, dalam situasi sosial individu bisa belajar lebih
cepat hanya dengan mengamati atau melihat perilaku orang lain. Dalam
melakukan pengamatan terkait juga unsur kognitifnya, yakni adanya
proses di dalam diri yang mewakili obyek-obyek yang nyata di luar apa
yang diamati melalui alat inderanya. Proses tersebut kemudian menjadi
dasar bagi munculnya tingkah laku yang sesuai dengan apa yang telah
diamati.Manusia mengamati perilaku tertentu melalui empat fase seperti
yang dikemukakan oleh Bandura sebagai berikut :
1. Fase memperhatikan (attention)
2. Fase menyimpan (retention)
3. Fase mereproduksi (reproduction)
4. Fase motivasi (motivation)
5. Teori Humanistik
Penganut teori ini pada dasarnya berpandangan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai
dorongan yang sangat kuat untuk merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya, mencapai
aktualisasi diri (self actualization).Bagi mereka setiap orang adalah manusia seutuhnya, unik dan
patut dihargai.Pandangan ini dikenal pula sebagai eksistensialisme dan psikologi fenomenologi
yaitu pandangan yang mencoba untuk memahami perilaku dari sudut pandang perilaku itu
sendiri dan bukan dari sudut pengamat.Dalam teori ini dikemukakan tentang hubungan antara
konsep diri dengan perilaku seseorang selalu sejalan dengan konsep dirinya.Dua pakar dalam
pendekatan ini adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers.
1. Abraham Maslow
Berbeda dengan psikolog yang biasanya berkutat dengan masalah-masalah psikologis yang
diderita oleh para klien, perhatian Maslow malah lebih ditujukan kepada orang-orang yang
sehat secara mental.Maslow menyatakan bahwa “sifat manusia tidaklah seburuk seperti apa
yang dipikirkan selama ini, dan sebaiknya kita bertolak dari sudut pandangan bahwa
sebagian besar manusia adalah sehat”.
Maslow beranggapan bahwa manusia bukanlah hanya sekedar salah satu jenis binatang,
melainkan adalah makhluk yang lebih tinggi derajatnya.
Manusia dapat menerima dirinya seperti apa adanya dan menikmati hidup, termasuk pada
waktu mengalami saat-saat yang membahagiakan yang disebut Maslow sebagai
pengalaman puncak yaitu apabila seseorang merasa hidup dalam harmoni dengan Tuhan,
alam, dan atau manusia lainnya.
Menurut Maslow, setiap orang dalam dirinya mempunyai sifat dasar sendiri dan memiliki
motivasi yang sangat kuat untuk mengekspresikan sifat tersebut. Akan tetapi setiap orang
pada mulanya harus dapat meyakinkan dirinya bahwa ia mampu memenuhi tuntutan pokok
kelangsungan hidupnya, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar yang dituntut oleh semua
makhluk hidup yang dimulai dari kebutuhan dasar yang umum sifatnya seperti makanan
dan air, lalu terus meningkat sampai dengan kebutuhan yang khas manusiawi.
2. Carl Rogers
Rogers setuju dengan Maslow yang menyatakan bahwa semua orang,bahkan juga kanak-
kanak, selalu berusaha untuk mengaktualisasikan potensi mereka. Rogers percaya bahwa
setiap manusia mempunyai suatu ideal self atau jati diri yang ideal, yaitu keinginan diri
untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan idealnya sendiri. Orang yang sehat
selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sedekat mungkin dengan jati diri yang ideal
tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan dua cara.
a. Pertama, dengan cara meningkatkan mutu jati diri yang nyata ada (real self)
b. Kedua, dengan cara memodifikasi jati diri yang ideal itu agar dapat mencakup
berbagai variasi emosi dan perilaku sehingga dapat menjadi seseorang yang lebih
jujur dan realistic.
Teori humanistic yang penuh dengan segala kemungkinan ini, juga menarik bagi para ahli
psikologi perkembangan karena mereka berpandangan bahwa perkembangan fisik,
kognitif, dan psikososial dapat terjadi dalam setiap tahap dari kehidupan, mulai dari
kelahiran sampai akhir kehidupan. Hal lain yang menarik dari teori humanistic ini adalah
tekanannya pada potensi manusia sebagai dasar dari perkembangan manusia, dan hasil
ilmiahnya dapat diterjemahkan ke dalam program-program praktis untuk merangsang dan
meningkatkan perkembangan secara optimal.
BAB IV
ALIRAN – ALIRAN DALAM PSIKOLOGI
1.Aliran strukturalisme
Aliran strukturalis adalah pengalaman mental yang kompleks yang terdiri atas keadaan-
keadaan mental yang sederhana, seperti halnya persenyawan-persenyawan kimiawi yang
tersusun dari unsur-unsur kimiawi.Aliran ini mulai muncul pada pertengahan abad ke-19, yaitu
pada awal berdirinya psikologi sebagai satu disiplin limu yang mandiri.
Tokoh psikologi strukturalisme ini adalah Wilhelm Wundt. Lahir di Neckarau Mannheim Jerman
pada tanggal 16 Agustus tahun 1832 dan meninggal di usian yang ke-88 tahun di Leipzig Jerman
pada tanggal 31 Agustus 1920. Ciri-ciri dari strukturalisme Wundt adalah penekanannya pada
analisis atau proses kesadaran yang dipandang terdiri atas elemen-elemen dasar, serta usahanya
menemukan hukum-hukum yang membawahi hubungan antar elemen kesadaran tersebut.
Karena pandanganya elementalistik ini, psikologi strukturalisme disebut juga psikologi
elementalisme.Selain dipandang terdiri atas elemen-elemen dasar, kesadaran, oleh Wundt dan
para ahli psikologi lainnya pada masa itu, dipandang sebagai aspek yang utama dari kehidupan
mental.
Metode yang dipakai dalam strukturalisme ialah metode instropektif. Metode introspeksi ialah
orang yang menjalani percobaan diminta untuk menceritakan kembali pengalamannya atau
perasaannya setelah ia melakukan suatu eksperimen. Sensasi seperti manis, pahit, dingin dapat
diidentifikasi memakai introspeksi.
2.Aliran fungsionalisme
Fungsionalisme adalah aliran psikologi yang memandang bahwa manusia harus dipandang
secara menyeluruh.Apa yang dilakukan manusia sebagai aksi adalah hal yang kompleks yang
merupakan manifestasi dari jiwa dan mempunyai maksud tertentu bukan hanya disebabkan oleh
sesuatu hal. Maksudnya, fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah sistem
dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara
terpisah.
Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi
kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.Fungsionalisme
menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran and perilaku.Dengan demikian, hubungan
antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah
adaptasi organisme biologis.Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsi-fungsi dan bukan
hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam
kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan.
3.Aliran behaviorisme
Psikologi behaviorisme adalah ilmu psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.
Aliran Behaviorisme meyakini bahwa perilaku, sikap maupun kepribadian manusia
dipengaruhi oleh proses belajar dari lingkungan hidupnya. Mereka mendasarkan diri pada
filsafat empirisme yang dikembangkan oleh John Lucke . Locke menyatakan bahwa manusia
yang baru lahir diibaratkan sebagai papan putih yang belum digambari atau ditulisi apa – apa
oleh lingkungannya ( tabula rasa ). Ia akan menjadi gambar atau tulisan tertentu, tergantung
bagaimana lingkungan member goresan atau tulisan diatas papan tulis tersebut. Oleh karena itu,
maka dapat diketahui bahwa lingkungan social berpengaruh besar bagi pembentukan kepribadian
seseorang. Dan tingkah laku seseorang salah satunya terbentuk karena proses meniru dan tingkah
laku seseorang akan terbentuk sama dengan lingkungan dimana orang itu berada. Karena
lingkungan mempengaruhi tingkah laku seseorang. Seperti kata Skinner bahwa “Lingkungan
yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan
manusia baik”.Dengan dasar ini , kemudian seorang ahli behaviorisme ( Skinner ) pernah
menyatakan ungkapan terkenal yaitu berikan kepadaku 50 bayi yang baru lahir, maka akan
kujadikan dia sebagai polisi, pendeta, penjahat, pejabat pemerintah, hakim atau apa saja sesuai
dengan tujuan masing-masing.Beberapa tokoh behaviourismeyang terkenal adalah:
• John B. Watson (1878-1958). Watson merupakan ahli matematika dan filsafat dari
Univesrsitas Chicago.Ia merupakan direktur laboratorium di John Hopkins University.
• .F. Skinner (1904-1990). Pandangan-pandangan Skinner diterbitkan dalam karyanya The
Behavior of Organism dan kemudian di detailkan dalam Science and Human Behaviour .
D.Aliran psikoanalisis
Psikoanalisa klasik merupakan salah satu aliran psikologi yang memiliki pengaruh besar
terhadap bidang disiplin ilmu-ilmu lain. Pandangan psikoanalisa menyatakan bahwa perilaku
manusia dipengaruhi oleh lapisan kejiwaan ( kesadaran, alam bawah sadar dan alam tidak sadar),
struktur kejiwaan ( id, ego dan super ego). Sampai sekarang , psikoanalisa menjadi landasan
penting untuk memahami perilaku manusia. Tokoh yang disebut sebagai bapak psikoanalisis
adalah Sigmun Freud dan Alfred Adler (1870-1937, teorinya adalah :
1. Teori tentang inferioritas universal. Setiap manusia akan melakukan upaya menyesuaikan
diri dengan kelemahan yang dimilikinya melalui berbagai bentuk perilaku konvensional
sebagai cara mengatasi kelemahannya.
2. Teori tentang striving for superiority, yaitu motivasi bawaan yang menggerakkan manusia
untuk bertahan hidup dan mengembangkan diri.
Tokoh lainnya adalah Carl Gustav Jung (1875-1961), mengklasifikasi karakteristik kepribadian
menjadi 2 yaitu introvert dan ekstrovert. Kepribadian introvert merujuk pada sebuah
kecenderungan mengutamakan dunia dalam pada diri seseorang. Sedangkan kepribadian
ekstrovert merujuk pada kecenderungan untuk melihat dunia luar, khususnya orang lain demi
kesenangan diri. Orang dengan karakteristik ekstravert biasanya mudah bersahabat dan
menikmati aktivitas sosial, dan merasa tidak nyaman ketika sendirian.
E. Aliran humanistik
Aliran humanistic berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki potensi-potensi yang baik,
minimal lebih banyak dari pada buruknya.Aliran ini memfokuskan telaah kualitas-kualitas
insani.Yakni kemampuan khusus manusia yang ada pada manusia, seperti kemampuan abstraksi,
aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan diri, dan rasa estetika. Kualitas ini khas dan tidak
dimiliki oleh makhluk lain. Aliran ini juga memandang manusia sebagai makhluk yang otoritas
atas kehidupannya sendiri.Asumsi ini menunjukan bahwa manusia makhluk yang sadar dan
mandiri, pelaku yang aktif yang dapat menentukan hampir segalanya.
Tokoh-tokoh dari alairan ini adalah Carl Rogers.Rogers bekerja sebagai psikoterapis dan dari
profesinya inilah ia mengembangkan teori humanistiknya. Selanjutnya adalah Abraham
Maslow.Maslow dikenal dengan teori motivasinya.Teori ini mengasumsikan bahwa
perkembangan psikologis manusia didorong oleh hirarki kebutuhannya.
F. Gestalt
Istilah gestalt berasal dari bahasa Jerman.dalam bahasa inggris berarti form, shape,
configuration, whole. Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti, keseluruhan,
esensi, totalitas, hal peristiwa dan hakikat. Aliran ini dikembangkan di sekolah Berlin oleh
tokoh-tokohnya seperti M. Weitheimerm K. Koffka, dan W. Kohler.Aliran ini memandang yang
utama bukanlah elemen tetapi keseluruhan.Metode kerjanya adalah menganalisis unsur-unsur
kejiwaan.Kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis kedalam elemen-elemen.Gejala
kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu keselurujan atau totalitas.
Guna menjelasakan secara mudah mengenai konsep gestalt ini, Weitheimer menjelaskan bahwa
apa yang sedang dilihat oleh seseorang merupakan efek dari keseluruhan peristiwa, yang tidak
terkandung dalam total bagian-bagian itu. Seseorang yang sedang melihat untaian lampu yang
mengalir, sekalipun hanya melihat satu lampu yang bersinar pada satu waktu, sebab keseluruhan
peristiwa mengandung hubungan-hubungan diantara masing-masing lampu yang kita alami juga.
Dalam hal persepsi, salah satu prinsip gesltalt adalah hukum pragnanz. Pragnanz dalam bahasa
jerman juga memiliki arti yang sama dalam bahasa inggris pregnant yang berarti hamil. Hukum
ini berkata bahwa kita pada dasarnya digiring untuk mengalami segala hal yang sebagus
mungkin dalam pengertian gestalt. “bagus” bisa berarti banyak disini, seperti keteraturan,
ketertiban, kesederhanaan, simetri, dan seterusnya, yang kemudian merujuk pada prinsip-prinsip
gestalt yang spesifik.
Psikologi gestalt memandang keberadaam totalitas batiniah yang mengorganisasi yang
memposisikan totalitas sebagai sesuatu yang utama, sedangkan elemen-elemen kejiwaan
merupakan sesuatu yang sekunder..lebih lanjut, gejala-gejala psikis yang khusus menurut gestalt
merupakan totalitas dari seluruh keadaan psikis yang menentukan bangkitnya tenaga batiniah
dalam psikis manusia.
BAB V
KONSEP – KONSEP PERILAKU MANUSIA
Istilah konsep berasal dari bahasa latin yaitu “conceptum”, artinya sesuatu yang dipahami.
Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan
penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia.Konsep
merupakan abstraksi suatu ide yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol.
Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep didefinisikan sebagai suatu
arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga
sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan
memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang umum
atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran,
suatu ide atau gambaran mental. Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah
elemen dari kalimat.
Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat atau kelakuan
perbuatan, dan laku berarti perbuatan atau cara menjalankan.Jadi perilaku adalah suatu kegiatan
dan aktifitas organisme yang bersangkutan, baik aktifitas yang dapat diamati atau yang tidak
dapat diamati oleh orang lain.Perilaku manusia dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika,
kekuasaan, persuasi, dan genetika. Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya
kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan untuk mencapai kepuasan. Dengan adanya kebutuhan
akan muncul motivasi atau penggerak, sehingga individu itu akan beraktifitas untuk mencapai
tujuan.Skinner membedakan perilaku menjadi dua, yakni :
1. Perilaku yang alami (innate behaviour) yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme
dilahirkan yang berupa refleks-refleks dan insting-insting.
2. Perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
2. Faktor sosiopsikologis
Komponen afektif yaitu aspek emosional dari faktor sosiopikologis. Komponen kognitif yaitu
aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.Komponen konatif yaitu
aspek vilisional yang berhubungan dengan kebiasaan & kemauan bertindak.
3.Sikap
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi,berfikir dan merasa dalam menghadapi ide,
objek, situasi atau nilai. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.Sikap relatif lebih
menetap.Sikap mengandung aspek evaluatif dan sikap timbul dari pengalaman.
4.Emosi
Menunjukkan kegoncangan organisme disertai gejala kesadaran,keperilakuan& proses fisiologis.
Fungsi emosi adalah untuk pembangkit energi, pembawa informasi intrapersonal, pembawa
pesan dalam komunikasi interpersonal dan sumber informasi tentang keberhasilan kita.
Lamanya emosi bisa berlangsung singkat dan bisa berlangsung lama, sedangkan intensitas emosi
meliputi emosi ringan dan kuat.Emosi ringan adalah meningkatkan perhatian pada situasi yang
dihadapi dan disertai perasaan tegang sedikit.Emosi kuat adalah disertai rangsangan fisiologis yg
kuat, detak jantung, tekanan darah, pernafasan dan adrenalin.
5.Komponen kognitif
Komponen kognitif ini adalah hubungannya dengan kepercayaan.Yaitu keyakinan bahwa sesuatu
itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman atau intuisi.Kepercayaan
memberikan perspektif dalam mempersepsikan kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan
keputusan dan menentukan sikap terhadap objek sikap.
6.Komponen konasi
Kemauan : Dorongan, energi, tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan.
KebiasaanAdalah aspek perilaku manusia yg menetap, berlangsung secara otomatis & tidak
direncanakan.Merupakan reaksi khas yg diulangi seseorang secara berkali-kali.
BAB VI
KONSEP – KONSEP PEMIKIRAN MANUSIA
Berpikir dapat diartikan sebagai proses menghasilkan representasi mental yang baru melalui
transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kompleks antara atribut-atribut mental,
seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah.
“Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang
akan kita beli di toko. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat,
membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu
persahabatan yang terganggu.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.Walaupun tidak bisa
dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang
disebut otak.Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan
perasaan dan kehendak manusia.
Para ahli logika, mengemukakan adanya tiga fungsi dari berpikir, yakni :
1. Membentuk pengertian
Dapat diartikan sebagai suatu perbuatan dalam proses berpikir (dengan memanfaatkan isi
ingatan) bersifat riel, abstrak dan umum serta mengandung sifat hakikat sesuatu.
2. Membentuk pendapat
Dapat diartikan sebagai hasil pekerjaan pikir dalam meletakkan hubungan antara
tanggapan yang satu dengan lainnya, antara pengertian satu dengan pengertian lainnya,
dan dinyatakan dalam suatu kalimat.
3. Membetuk kesimpulan
Dapat diartikan sebagai membentuk pendapat “baru” yang berdasar atas pendapat-
pendapat lain yang sudah ada.
2.Berpikir ilmiah
Adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat, misal dua hal yang
bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada saat yang sama dala satu kesatuan.
3.Berpikir autistik
Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai
gambar-gambar fantastis.Contoh berpikir autistik antara lain adalah mengkhayal, fantasi atau
wishful thinking.
4.Berpikir realistic
Berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata, biasanya disebut dengan nalar
(reasoning).Menyebutkan ada tiga macam berpikir realistik, antara lain :
1. Berpikir deduktif
Deduktif merupakan sifat deduksi. Kata deduksi berasal dari kata latin deducere (de berarti
„dari‟, dan kata ducere berarti „mengantar‟, „memimpin‟). Dengan demikian, kata deduksi
yang diturunkan dari kata itu berarti „mengantar dari satu hal ke hal lain‟. Sebagai suatu
istilah dalam penalaran, deduksi merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari
proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk kesimpulan.
2. Berpikir induktif
Berpikir induktif ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang
ada di sekitarnya.Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis. Tingkatan
berpikirnya adalah induktif.Jadi jelas, pemikiran semacam ini mendekatkan manusia pada
ilmu pengetahuan. Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara
induktif ini terutama bergantung pada representatif atau adanya sampel yang diambil, yang
mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang diambil, makin
representatif dan makin besar taraf validitas dari kesimpulan itu, demikian juga
sebaliknya.Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan pula oleh
obyektivitas dari si pengamat dan homogenitas dari fenomena-fenomena yang diselidiki.
3. Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu
gagasan.Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan.Kita
menilainya menurut kriteria tertentu.
5. Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.
6. Berpikir abstrak
Yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan
keluasannya.
8. Berpikir klasifikatoris
Yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
9. Berpikir analogis
Yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya
Yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai
pembuktian-pembuktian.
BAB VII
FUNGSI – FUNGSI JIWA
Dalam bahasa Yunani disebut psyche yang diterjemahkan dengan jiwa atau Soul dalam bahasa
Inggris.Dalam bahasa sansakerta adalah“jiva” yang artinya "benih kehidupan".Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jiwa memiliki arti roh manusia (yang ada di di
tubuh dan menyebabkan seseorang hidup atau nyawa. Jiwa juga diartikan sebagai seluruh
kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya).
Plato (477-347 sM) berpendapat bahwa jiwa itu adalah sesuatu yang immaterial, abstrak
dan sudah ada lebih dahulu di alam praserisoris. Kemudian is bersarang di tubuh manusia dan
mengambil lokasi di kepala (logition, pikiran), di dada (thumeticon, kehendak) dan di perut
(abdomen, perasaan). Pendapat ini kemudian dikenal dengan istilah Trichotomi.
Menurut Plato, ketiga unsur inilah yang mendasari seluruh aktivitas manusia. Dengan kata lain,
seluruh kegiatan hidup kejiwaan manusia mempunyai dasar yang kuat pada ketiga unsur
tersebut. Sejajar dengan trichotominya, Plato mengatakan bahwa manusia akan memiliki sifat
bijaksana (jika pikiran menguasai dirinya) dan ksatria atau berani (jika kehendak menguasai
dirinya) serta kesederhanaan (jika perasaannya tunduk pada akalnya). Maka apabila ketiga sifat
itu menguasai manusia,berarti ia telah memiliki kesadaran sebagai manusia. Sadar artinya
mengerti secara aktif.Dengan kesadaran inilah, manusia selalu cenderung untuk menentukan
sendiri bentuk-bentuk aktivitas hidupnya dan tingkah-laku yang diwujudkannya dalam
kehidupannya.
Aristoteles (384-322 sM) berpendapat lain dari gurunya. Menurut dia jiwa itu adalah
daya hidup bagi makhluk hidup.Jadi, di mana ada hidup di situlah ada jiwa.Daya kehendak dan
mengenal merupakan dua fungsi jiwa manusia.Kemudian pendapatnya ini dikenal dengan istilah
dichotomi.Selanjutnya dia menjelaskan, bahwa jiwa sebagai sesuatu yang abstrak (dunia idea)
halus menempati atau berada dalam tubuh (dunia materi) menjadi daya hidup yang nyata,
(realita). Karena realisasi dari jiwa ini memang merupakan tujuan untuk membentuk sesuatu
(tingkah laku) menurut hakikatnya yang sudah ditentukan terlebih dahulu untuk mencapai suatu
tujuan, maka ia menjadi. Menjadi di sini berarti kemungkinan untuk berwujud. Artinya, semua
potensi yang ada akan menampak nyata (aktual). Jiwa itulah potensi yang ada dalam tubuh
sehingga mengaktualisasi dalam bentuk tingkah-laku. Sebelum tingkah laku itu terwujud, ia
masih merupakan kemungkinan (potensial) dan setelah terbentuk atau terjadi maka ia disebut
Hule. Setiap kejadian (hule) pasti ada yang menjadikan (murphe) dengan demikian, dalam diri
manusia terdapat unsur Hule-Morpheisme.
Rene Descartes (1596-1656 M) berpendapat bahwa jiwa merupakan zat rohaniah, dan
tubuh adalah zat jasmaniah.Dari zat rohaniah inilah munculnya tingkah laku manusia yang
disebut tingkah laku rasional.Sedangkan dari zat jasmaniah itu muncul tingkah laku
mekanis.Antara dua zat kejiwaan dan zat ketubuhan itu berada dalam perbedaan yang terpisah,
tetapi keduanya dihubungkan dengan adanya kelenjar Pinealis, sehingga rangsang-rangsang
ketubuhan dapat diteruskan melalui kelenjar ini ke aspek kejiwaan dan sebaliknya.Selanjutnya
dia menyatakan bahwa jiwa manusia berpokok pada kesadaran atau akal pikirannya, sedangkan
tubuhnya tunduk kepada hukum-hukum alamiah dan terikat kepada nafsu-nafsunya.Paham ini
dikenal dengan Dualisme.Selain Descartes ada juga ahli-ahli psikologi yang berpendapat bahwa
ketubuhan dan kejiwaan (jiwa dan raga) itu tidak dapat bedakan karena keduanya merupakan
kesatuan secara interaksi, dan tidak saling terpisah, tetapi merupakan satu hubungan
kausalitas.Pendapat ini kemudian dikenal dengan teori monisme.
Unsur-unsur jiwa
1.Pikiran
Adalah mekanisme dasar dari sel otak manusia merefleksikan proses pencocokan pola atau
pengenalan pola. Saat seseorang melakukan refleksi, situasi baru dan pengalaman baru dinilai
berdasarkan apa yang diingat. Untuk membuat penilaian ini, pikiran mempertahankan
pengalaman saat ini dan mengurutkan pengalaman masa lalu yang relevan.Hal tersebut dilakukan
dengan mempertahankan agar pengalaman kini dan masa lalu sebagai pengalaman yang
terpisah.Pikiran dapat mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan
konsep-konsep, persepsi, dan pengalaman. Proses ini disebut penalaran. Logika adalah ilmu
tentang penalaran. Kesadaran akan proses penalaran ini adalah jalan masuk kedalam
kesadaran.Unsur-unsur pikiran :
A.Pengamatan
Gejala mengenal benda-benda sekitar dengan mempergunakan alat indra disebut
pengamatan. Sifat hidup dari suatu manusia ialah sensitive terhadap dunia luar. Makin
tinggi tingkat hidup manusia itu makin sempurna pula cara mereka berinteraksi dengan
dunia sekitar, jadi secara sederhana pengamatan dapat diartikan suatu bentuk pergaulan
seseorang dengan dunia sekitar denga perantara indra.
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang menyebabkan kita mempunyai
pengertian tentang situasi sekarang atas dasar pengalaman kita yang lalu, sedang
perattention merupakan proses permulaan dari pengamatan.
B. Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Kalau individu sedang memperhatikan
suatu benda misalnya, ini berarti seluruh aktivitas individu dicurahkan atau
dikonsentrasikan kepada benda tersebut.tetapi disamping itu individu juga dapat
memperhatikan banyak objek sekaligus dalam suatu waktu.Ditinjau dari segi timbulnya
perhatian, perhatian dapat dibedakan atas 2 bagian ,yaitu :
1. Perhatian spontan
Yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan cara spontan.
Perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu. Apabila individu telah
mempunyai minat terhadap suatu objek, maka terhadap objek itu biasanya timbul
perhatian yang spontan, misalnya seseorang yang mempunyai minat music, maka
secara spontan perhatianya akan tertuju kepada music yang didengarnya.
2. Perhatian tidak spontan
Yaitu perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja, karena itu harus ada kemauan
untuk menimbulkannya, misalnya seorang murid mau tidak mau harus
memperhatikan pelajaran sejarah, sekalipun ia tidak menyenangi karena ia harus
mempelajarinya. Karena itu untuk dapat mengikuti pelajaran tersebut, dengan
segaja harus ditimbulkan perhatainnya.
C. Fantasi
Kesanggupan manusia untuk berfantasi disebut dengan “imagination” memungkinkan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan belum ada.Sehingga sesuatu yang baru itu
merupakan suatu kreasi, meski dengan jalan bagaimanapun juga. Untuk itu ia harus dapat
mereorganisasi tanggapan-tanggapan, ide, atau pun konsep-konsep yang dia miliki.
Dalam pandangan ilmu jiwa modern fantasi bersifat aktif, yakni menghubung-hubungkan
sehingga tercipta sesuatu yang sungguh-sungguh baru. Fantasi menurut jenisnya dapat
dibedakan menjadi dua, yakni :
1. Fantasi yang tidak disadari ialah fantasi yang terjadi tanpa kita ketahui bahwa kita
sedang berfantasi.
2. Sedangkan fantasi yang disadari juga dibedakan menjadi dua yakni:
a. Aktif, fantasi yang disadari yang tidak dipimpin oleh akal maupun kemauan kita,
contohnya saat kita melamun.
b. Pasif, fantasi yang disadari yang dipimpin oleh akal dan kemauan kita
2.Perasaan
Perasaan merupakan suatu keadaan kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang
dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat obyektif, jadi unsur-unsur perasaan itu
adalah:
1. Bersifat subyektif daripada gejala mengenal
2. Bersangkut paut dengan gejala mengenal
3. Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama.
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-
gejala jiwa yang lain.Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama
dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama. Sebagai contoh, ada dua orang
bersama-sama menyaksikan suatu lukisan. Seorang diantaranya menanggapi lukisan tersebut
dengan rasa senang dan kagum, singkatnya bahwa dia menilai bahwa lukisan itu “bagus” seorang
yang lain menanggapi lukisan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya lukisan tersebut tidak
menarik perhatiannya.Dengan kata lain dia menilai lukisan itu “tidak bagus”. Baik penilaian
bagus atau tidak bagus kesemuanya bersifat obyektif dan subyektivitas ini berhubungan erat
dengan keadaan pribadi masing-masing.Karena adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka
gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan pengamatan, fikiran dan sebagainya.
Sifat-Sifat perasaan:
1. Perasaan yang meliputi keaktifan kita tidak merupakan suatu sifat daripada keaktifan itu
b.Perasaan mempengaruhi kelakuan.
2. Perasaan bersifat lebih subyektif daripada peristiwa jiwa lainnya.
3. Perasaaan umumnya tidak timbul dengan sendirinya.
4. Perasaan mengandung penilaian.
Pembagian perasaan
1. Perasaan sekarang
Kita berada sekarang di dalam suatu situasi dan mengalami sesuatu perasaan berhubung
dengan situasi itu.
2. Perasaan yang meninjau ke depan
Kita mengalami suatu perasaan yang berhubungan dengan suatu yang kita alami, sesuatu
yang akan terjadi, sesuatu yang kita angan-angankan.
3. Perasaan yang membalik ke belakang
Kita mengalami sesuatu perasaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah kita alami,
yang sudah terjadi.
3.Kemauan (kehendak)
Kemauan adalah salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas
psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan.Tujuan
adalah titik akhir dari gerakan yang menuju suatu arah.
Ciri-Ciri Kemauan:
1. Merupakan “motor” penggerak perbuatan dan kelakuaan manusia.
2. Berhubungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif maupun negative
3. Kemauan selamanya tidak terpisah dari gejala mengenai (kognisi) dan perasaan (emosi).
Dengan kata lain tidak dapat dipisahkan dengan pekerjaan jiwa yang lain.
4. Kemauan diarahkan pada penyelanggaraan suatu tujuan, maka didalamnya terdapat bibit-
bibit penjelmaan kegiatan.
BAB VIII
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAH LAKU MANUSIA
1.Faktor internal
a. Faktor keluarga
yaitu faktor yang diperoleh dari warisan orang tuanya, yang merupakan potensi dari dalam
yang tampak dalam bentuk keadaan biologis maupun psikis. Misalnya : bentuk tubuh /
jasmani, wajah, keadaan inteligensi, emosi, sifat-sifat.
b. Jenis ras atau keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas.Tingkah laku khas ini
berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid
antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras
Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan
sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku
yang berbeda pula.
c. Jenis kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan
pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini oleh karena faktor
hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku
berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas
pertimbangan rasional (logika).
d.Intelegensi
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah dan efektif.Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat
dipengaruhi oleh intelegensia.Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah
tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah
terutama dalam mengambil keputusan.
e.Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan
khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa
kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.
2.Faktor Eksternal
a.Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar
mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar
pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda
perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
b.Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang
diajarkan oleh agama yang diyakininya.
c.Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku
seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada
kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
d.Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial.Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu
karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk
mengatasinya.Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan
dapat dikuasainya.
e.Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku
seseorang.
BAB IX
TIPE KEPRIBADIAN MANUSIA
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu
lain. Secara grammatical kata kepribadian berasal dari berasal dari bahasa Yunani yaitu
“prosopon atau persona” yang artinya “topeng”yang biasa dipakai artis dalam theater.Dalam
bahasa Inggris yaitu “personality”.Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng
yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal
pengertian personality pada masyarakat awam adalah tingkah laku yang ditampakkan ke
lingkungan sosial mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan
oleh seseorang.Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada
diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”.
Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan,
pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.Ada empat jenis
kepribadian inti yang berbeda yang dimiliki oleh manusia, yaitu:
1. Sanguin → dijuluki si "Populer" karena pandai persuasif dan ingin terkenal.
2. Koleris → dijuluki si "Kuat" karena sering dominan dan kompetitif.
3. Melankolis → dijuluki si "Sempurna" karena perfeksionis dan serba teratur.
4. Plegmatis → dijuluki si "Cinta Damai" karena kesetiaannya dan menghindari konflik.
Empat jenis kepribadian diatas tidak ada yang lebih bagus atau lebih jelek, sebab masing-masing
memiliki kekuatan dan kelemahan, sebagai berikut :
1. SANGUIN
Kekuatan :
• Suka bicara, antusias dan ekspresif
• Secara fisik memegang pendengar, emosional dan demonstratif.
• Ceria dan penuh rasa ingin tahu, hidup di masa sekarang
• Mudah berubah ,selalu suka dengan banyak kegiatan / keinginan, berhati tulus dan
kekanak - kanakan
• Senang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan bicara).
• Umumnya hebat di permukaan, mudah berteman dan menyukai orang lain
• Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian.
• Menyenangkan dan dicemburui orang lain, menyukai hal –hal yang spontan
• Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam).
• Mengambil inisiatif/ menghindar dari hal-hal atau keadaan yang membosankan.
Kelemahan :
• Suara dan tertawa yang keras (bahkan terlalu keras), sulit untuk diam
• Membesar-besarkan suatu hal / kejadian, mudah berubah - ubah
• Mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan atau orang lain (suka ikutan gank).
• Sering minta persetujuan, termasuk hal-hal yang sepele.
• RKP (Rentang Konsentrasi Pendek) alias pelupa, prioritas kegiatan kacau
• Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja antusias).
• Sulit datang tepat waktu jam kantor, sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg
sama
2.KOLERIS
Kekuatan :
• Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif, bebas dan mandiri
• Sangat memerlukan perubahan dan harus mengoreksi kesalahan.
• Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran/ target.
• Berani menghadapi tantangan dan masalah, membuat dan menentukan tujuan.
• "Hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini".
• Mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat, unggul dalam keadaan darurat
• Mendelegasikan pekerjaan dan orientasi berfokus pada produktivitas.
• Terdorong oleh tantangan dan tantangan, tidak begitu perlu teman
• Mau memimpin dan mengorganisasi, biasanya benar dan punya visi ke depan
Kelemahan :
• Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis).
• Senang memerintah, terlalu bergairah dan tidak sulit untuk santai
• Menyukai kontroversi dan pertengkaran.
• Terlalu kaku dan kuat/ keras, tidak menyukai air mata dan tidak simpatik
• Tidak suka yang sepele dan bertele-tele / terlalu rinci.
• Sering membuat keputusan tergesa-gesa, menghalalkan segala cara demi tercapai
tujuan
• Memanipulasi dan menuntut orang lain, cenderung memperalat orang lain.
• Workaholics (cinta mati dengan pekerjaan).
• Mungkin selalu benar tetapi tidak popular, amat sulit mengaku salah dan meminta
maaf
3.MELANKOLIS
Kekuatan :
• Analitis, mendalam, hemat, sensitif dan penuh pikiran.
• Kalau sudah mulai, dituntaskan, serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal.
• Artistik, musikal dan kreatif (filsafat & puitis).
• Mau mengorbankan diri , idealis , standar tinggi dan perfeksionis
• Senang perincian/memerinci, tekun, serba tertib dan teratur (rapi).
• Melihat masalah dan mencari solusi pemecahan kreatif (sering terlalu kreatif).
• Berteman dengan hati-hati, puas dibelakang layar dan menghindari perhatian
• Sangat memperhatikan orang lain, mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi.
Kelemahan :
• Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan).
• Mengingat yang negatif & pendendam.
• Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah.
• Lebih menekankan pada cara daripada tercapainya tujuan.
• Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah.
• Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan.
4.PLEGMATIS
Kekuatan :
• Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik.
• Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana.
• Simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi).
• Kuat di bidang administrasi, dan cenderung ingin segalanya terorganisasi.
• Penengah masalah yg baik.
• Cenderung berusaha menemukan cara termudah.
• Baik di bawah tekanan.
• Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan.
• Senang melihat dan mengawasi.
• Berbelaskasihan dan peduli.
• Mudah diajak rukun dan damai.
Kelemahan :
• Kurang antusias, terutama terhadap perubahan/ kegiatan baru.
• Takut dan khawatir.
• Menghindari konflik dan tanggung jawab.
• Keras kepala, sulit kompromi (karena merasa benar).
• Terlalu pemalu dan pendiam.
• Humor kering dan mengejek (Sarkatis).
• Kurang berorientasi pada tujuan.
• Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri.
• Lebih suka sebagai penonton daripada terlibat.
• Tidak senang didesak-desak.
• Menunda-nunda / menggantungkan masalah.
BAB X
METODE – METODE ILMIAH DALAM PSIKOLOGI
Suatu metode penyelidikan dalam suatu ilmu adalah suatu keharusan mutlak adanya, apa lagi
kalau ilmu itu berdiri sendiri, ini harus ditandai oleh adanya metode-metode tersendiri untuk
menyelidiki terhadap objeknya.Objek psikologi adalah penghayatan dan perbuatan manusia
dalam alam yang komplek dan selalu berubah
Berdasarkan renungan-renungan dan pengalaman-paengalaman maka akan diapatkan metode-
metode sebagai berikut:
A. Metode yang bersifat filosofis ada beberapa macam antara lain:
1. Metode intuitip
Metode ini dilakukan dengan cara sengaja untuk mengadakan suatu penyelidikan atau
dengan cara tidak sengaja dalam pergaulan sehari-hari
2. Metode kontemplatif
Metode ini dilakukan dengan jalan merenungkan objek yang akan diketahui dengan
mempergunakan kemampuan berpikir kita. Alat utama yang dipergunakan adalah pikiran
yang benar-benar sudah dalam keadaan obyektif
3. Metode filosofis religious
Metode ini digunakan dengan mempergunakan materi-materi agama, sebagai alat utama
untuk meneliti pribadi manusia
3.Metode eksperimen(percobaan)
Istilah eksperimen(percobaan) dalam pskologi berarti pengamatan secara teliti terhadap
gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja.Tujuan eksperimen ialah untuk
mengetahui sifat-sifat umum dari gejala-gejala kejiwaan
4. Metode Klinis
Yang disebut metode klinis ialah, nasihat dan bantuan kedokteran, yang diberikan kepada
pasien, oleh ahli kesehatan. Metode klinis yang diterapkan dalam psikologi ialah: kombinasi
dari bantuan klinis-medis dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap
para pasien
5. Metode interview
Interview merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan
6. Metode testing
Metode ini merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan soal-soal, pertanyaan-
pertanyaan, atau tugas-tugas lain yang telah di setandardisasikan
BAB XI
STRUKTUR, PROSES DAN PENGUKURAN INGATAN
Proses berpikir merupakan proses yang kompleks dan tidak dapat dilihat secara langsung
bagaimana otak bekerja dan informasi di olah. Informasi yang diterima melalui alat indera akan
dipersepsikan oleh bagian-bagian yang berfungsi secara khusus.Memahami bagaimana individu
mengolah informasi yang masuk kepadanya adalah suatu hal yang cukup rumit.Orang-orang
membutuhkan beberapa kajian dan sudut pandang ilmiah untuk dapat memahaminya lebih lanjut.
Sebagian besar aktivitas manusia melibatkan apa yang disebut dengan “memori”. Namun
aktivitas yang melibatkan memori itu sendiri kadang-kadang tidak disadari dan sering tidak
dihiraukan arti pentingnya.Fungsi memori sangat dibutuhkan ketika seseorang melakukan
rutinitas, percakapan dengan teman, membaca buku, belajar di kelas, dll. Penekanannya adalah
bahwa memori bukan sekedar proses pasif penyimpanan informasi dan penemuan kembali pada
saat diperlukan namun memori juga mencakup rekonstruksi sebuah peristiwa.
Proses Memori
Ada tiga proses yang berlangsung di dalam sistem memori manusia. Ketiga proses tersebut
adalah encoding, storage, dan retrieval. Uraian singkat mengenai ketiga proses tersebut sebagai
berikut :
1. Encoding
Yaitu proses pengtransformasian peristiwa-peristiwa ke dalam bentuk yang bisa disimpan
dan digunakan selama masa tertentu (biasa disebut dengan learning – pembelajaran).
Encoding itu sendiri dapat berupa kata-kata, gambar, grafik, fenomena, dll. Lebih lanjut
encoding merupakan proses mengalihkan informasi dari bentuk fisik, energi dan lain-lain
ke dalam bentuk yang dapat disimpan di dalam memori.Di dalam proses encoding
informasi ini dapat terjadi dengan dua cara, yaitu:
a. Tidak sengaja
Yaitu apabila hal-hal yang diterima oleh indranya dimasukkan dengan tidak
sengaja kedalam ingatannya. Contoh kongkritnya dapat kita lihat pada anak-anak
yang umumnya menyimpan pengalaman yang tidak di sengaja, misalnya bahwa ia
akan mendapat apa yang diinginkan bila ia menangis keras-keras sambil
berguling-guling dan
b. Sengaja
Yaitu bila individu dengan sengaja memasukkan pengalaman dan pengetahuan
ke dalam ingatannya. Contohnya orang yang bersekolah dimana ia memasukkan
segala hal yang dipelajarinya di bangku sekolah dengan sengaja.
2. Storage
Disebut juga dengan retensi yaitu proses mengendapkan informasi yang diterima dalam
suatu tempat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Penyimpanan ini sudah sekaligus
mencakup kategorisasi informasi sehingga tempat informasi tersimpan sesuai dengan
kategorinya. Dalam proses ini, penyimpanan dilakukan untuk peristiwa-peristiwa yang
sudah di-encode-kan.
3. Retrieval
Yaitu sebuah proses pengaksesan, penemubalikan atau pemanggilan kembali informasi yang
disimpan di dalam memori untuk digunakan. Proses penemubalikan informasi yang disimpan
dalam memori dari sensory memory bersifat langsung dan otomatis.
Kode Memori
Ada empat jenis kode-kode memori yang dikenal oleh ahli psikologi.
1. Pertama adalah “image” yaitu kode yang mirip dengan apa keadaan fisik, peristiwa atau
objek yang sebenarnya diterima.
2. Kedua adalah verbal yaitu kode berupa nama sesuatu fisik, peristiwa, benda, atau objek
dalam bentuk kata-kata. Huruf A dapat berbentuk image jika ditinjau dari bentuknya,
sementara bersifat verbal bila dikaitkan dengan konsepnya.
3. Ketiga adalah symbolic yaitu kode yang dibuat oleh manusia kata atau symbol yang
berbentuk abstrak untuk suatu peristiwa atau objek.
4. Keempat adalah motor yaitu kode yang berkaitan dengan gerak. Kode motorik
cenderung berkenaan dengan keterampilan harian manusia, seperti mengikat tali sepatu,
mengetik, memainkan musik, dll.
2. Recognition test
Prosedur ini menghendaki seseorang yang diukur memorinya untuk memilih item-item
yang telah dialami atau dipelajari sebelumnya dan menolak item-item yang lain yang
disebut distractor atau item penyaring. Ada dua jenis recognition test yang dikemukakan
dalam bahasan ini yaitu prosedur item tunggal (single-item) dan prosedur item ganda
(multiple-item). Pada prosedur item tunggal (single-item), orang yang diukur diminta
untuk mengatakan “lama” atau “baru”; “ya” atau “tidak” terhadap suatu item. Ia
mengatakan “ya” apabila item tersebut sudah lama atau sudah dialaminya, dan sebaliknya
mengatakan “tidak” apabila item tersebut baru atau belum dialaminya. Sementara itu,
pada prosedur item ganda (multiple-item), kepada orang yang sedang diukur diajukan
masing-masing item yang dipelajari bersama dengan lebih dari satu item distractor.
Contoh: metode pengungkapan kejahatan oleh polisi untuk menentukan tersangka
kejahatan. Tersangka dan beberapa orang lain dijejerkan, lalu saksi diminta mengingat
siapa di antara jejeran tersebut yang melakukan kejahatan. Namun dalam prosedur ini
dapat saja terjadi kesalahan apabila orang yang diukur “tidak jujur” dalam menjawab
item-item yang disajikan. Hal ini dinamakan motivational-incnetive condition.
3. Saving
Prosedur ini mengharapkan seseorang yang hendak diukur mempelajari beberapa tugas di
dalam batasan tertentu dan mempelajari kembali item-item secara berurutan. Disamping
itu, prosedur ini membantu kita membandingkan pembelajaran yang asli dan
pembelajaran ulang untuk melihat beberapa item yang dipelajari berhasil disimpan.
4. Reaction time.
Prosedur ini mengukur lama waktu yang diperlukan untuk melakukan reaksi.Pengukuran
ini sangat penting karena dengan pengukuran ini kita dapat menyimpulkan suatu item
sulit, kompleks atau tidak. Contoh: Untuk menjawab pertanyaan “Jam berapa anda makan
tadi pagi”? berbeda dengan untuk menjawab pertanyaan “Jam berapa anda makan pagi
seminggu yang lalu?”.
BAB XII
PRINSIP – PRINSIP BELAJAR
Pengertian Prinsip.
Sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama.Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok
berpikir, berpijak dsb.Sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya.
Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang
diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.
Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan,
dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Prinsip-prinsip belajar
1. Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah
kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat
berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum
siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus
asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar
belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.
Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang
diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya.
2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila
seseorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu,
ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian tugas itu
seyogianya ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata
tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa
yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan
mentalnya.
5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan
kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.
2. Prinsip motivasi
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi
dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara
kesungguhan.Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajakan
dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan
memberikan aturan yang sama untuk semua anak.Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa
prinsip yang seyogianya kita perhatikan.
1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial
dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang
lebih dari yang dimiliki saat ini.
2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong
terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri
siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar.
3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang
murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena
kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai seauatu.
4. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan
diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.
5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi
belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada
berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yangsama untuk melakukan
sesuatu.
6. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar
dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
7. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan
perilaku.
8. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada
bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar.
9. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk
menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.
10. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana
belajar yang memuaskan.
11. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
3. Prinsip persepsi
“ Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi”. Persepsi
adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya
sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang
guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara
seseorang melihat suatu situasi tertentu.Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal
penting yang harus kita perhatikan:
1. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap pelajar memiliki
lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama
dengan cara yang sama.
2. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman,
kesehatan, perasaan dan kemampuannya.
3. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam
suatu situasi seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya
sendiri.
4. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri.
Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang
cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar
menilai persepsinya.
5. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat
dilihat .
6. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk
mengklasifikasi persepsi mereka.
7. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi pandangannya
terhadap dirinya.
4. Prinsip Tujuan
“ Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses
belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai
tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan individu dan
masyarakat
3. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya.
4. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai
5. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah
biasanya akan mempengaruhi perilaku.
6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan
yang dapat ia capai.
7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku.
Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun.
8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar.
Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para
pelajar.
5. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu tidak
merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian
secara aktif dalam kegiatan belajar. Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk
berpikir dan berbuat sebagai individu, upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan
kreativitas akan lebih meningkat.
6. Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat
dan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka
ia akan menunjukkan ketidakpuasannya terhadap belajar.
8. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas.
9. Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan
memahami sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi
sangat perlu untuk membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan kematangannya.
DAFTAR PUSTAKA :
Sabri, Drs. M. Ausuf., Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta, Rada Jaya Offset,
1997.