Menurut ayat tersebut Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu
tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, sehingga
manusia menjadi mahluk hidup. Manusia pertama yang diciptakan Allah ini
kemudian diberi nama Adam. Setelah Allah menciptakan manusia, maka Ia
mengaruniai manusia dengan kemungkinan untuk hidup dan Tuhan membuat
taman Firdaus di Eden.3
Taman Firdaus telah melukiskan keadaan yang sempurna tentang
adanya dua pohon, yakni pohon kehidupan dan pohon pengetahuan yang baik
dan yang jahat. Pohon-pohon itu mempunyai arti simbol arti perlambangan
pohon kehidupan yang melambangkan hidup kekal yang akan dialami
1
F.L. Bakler, Sejarah Kerajaan Allah: Perjanjian Lama, Gunung Mulia, 1990, hal. 16-18
2
Lembaga al-Kitab Indonesia, Al-Kitab, Lembaga Al-Kitab Indonesia (LAI), Jakarta,
1993, hal.2
3
Ibid , hal. 20-21
28
29
manusia apabila ia tetap hidup damai dengan Allah. Pohon pengetahuan yang
baik dan yang jahat di sini adalah lebih dari ilmu pengetahuan intelektual,
lebih dari otak manusia, artinya penentuan apa apa yang baik atau yang jahat.
Manusia harus melakukan dengan taat apa yang ditetapkan Allah. Sebagai
tanda ketaatan itu manusia tidak boleh memakan buah pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat. Jika ia tidak taat tentu ia akan mati.
Ketika Adam telah melaksanakan tugas memberi nama kepada semua
binatang, dengan menentukan sifat binatang itu dan menguasainya. Kemudian
Tuhan Allah berfirman: Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia. (Kejadian
2:18). Maka Tuhan mendatangkan kantuk bagi manusia, dan sementara dia
tidur, Tuhan mengambil salah satu tulang iga yang telah diambil oleh Tuhan
dari manusia itu untuk menciptakan seorang wanita.4
Sesuai dengan firman Tuhan yang berbunyi :
22. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu,
dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada
manusia itu.
23. Lalu berkatalah manusia itu: Inilah dia tulang dari tulangku dan
daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia
diambil dari laki-laki.5
Ketika manusia bangun dari tidurnya dan menyambut wanita itu dari
tangan Allah, dan Adam mengakui bahwa laki-laki dan perempuan merupakan
satu kesatuan yang erat dan satu dengan yang merupakan kesatuan yang
mutlak. Dalam Kejadian 3:20 yang berbunyi: Manusia itu memberi nama
Hawa kepada istrinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.
Manusia mendapat tugas mengusahakan dan memelihara taman
Firdaus, tetapi setan dan iblis musuh manusia masih di taman itu. Pada suatu
saat setan berubah menjadi sebuah ular dan kemudian mendatangi perempuan,
kemudian ular merayu Hawa agar memakan buah yang ada di tengah-tengah
taman yang terlarang. Lama-lama perempuan itu tergoda oleh setan, kemudian
4
Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia: Menurut Bibel, al-Quran, Sains, Mizan,
Bandung, 1992, hal. 170-171
5
Lembaga al-Kitab Indonesia, op. Cit, hal. 3
30
6
F.L. Bakler, op. cit., hal. 24-35
7
Lembaga al-Kitab Indonesia, op. cit., hal. 4
31
8
Elisabeth Moltman Wendel, Pembebasan Kesetaraan Persaudarian: Emansipasi
Wanita dalam Gereja dan Masyarakat, Gunung Mulia, Jakarta, 1995, hal. 1-3
9
Kapahang Kaunang. K.A., Perempuan; Pemahaman Teologis Perempuan dalam
Konteks Budaya Minahasa, Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hal. XII-XIII
32
10
Ruth Tiffany Barhause, Identitas Wanita; Bagaimana Mengenal dan Membentuk Citra
Diri, Kanisius, Jakarta, 1988, hal. 32-35
11
M. Masyhur Amin, op. cit., hal. 40
12
Lembaga al-Kitab Indonesia, op.cit., hal. 246
13
St. Darmawijaya Pr., Perempuan dalam Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta, 1991,
hal. 13
33
14
Elisabeth Moltman Wender, op. cit.,, hal. 3-12
34
sebagai urid dalam 8:2-3). Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa Maria
Magdalena disebut oleh semua tersebut yang menjadi saksi-saksi
penguburan Yesus (Mat 27:55-56, Mrk 15:40-41, Yoh 19:25). (Lukas )
15
Brunettor Wolfman, Peran Kaum Wanita; Bagaimana Menjadikan Cakap dan
Seimbang dalam Antar Peran, Kanisius, Yogyakarta, 1989, hal. 9-11
16
Anne Borroder, Tugas Rangkap Wanita; Mengubah orang Kristen, Gunung Mulia,
Jakarta, 1993, hal. VII
35
17
Anne Hommes, Perubahan Peran Pria dan Wanita dalam Gereja dan Masyarakat,
Kanisius, Yogyakarta, t.th, hal. 2
18
Brunetar. Wolfman, ibid., hal 22
19
Lembaga al-Kitab Indonesia, op.cit., hal. 300
36
20
Marjorie Hansen Shaevitz, Wanita Super, Kanisius, Yogyakarta, 1989, hal. 57
21
Elisabeth Moltman dan Wendel, Pembebasan Kesetaraan Persaudaraan; Emansipasi
Wanita dalam Gereja dan Masyarakat, terj. S.L. Tobing dan Kartohadiprojo, Gunung Mulia,
Jakarta, 1995, hal. 60
39
22
Kartini Kartono, Psikologi Wanita, Alumni, Bandung, 1986, hal. 5
23
Hardjito Notopuro, Masalah Wanita; Kedudukan dan Peranannya, Binacipta,
Bandung, 1977, hal.
40
24
Ibid., hal. 59
25
Ibid., hal. 60
41