Anda di halaman 1dari 104

Mengenal Alkitab Kita

(Doktrin Alkitab)
Pdt. Em. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min

Edisi Juli 2020 Versi Digital


Sekolah Tinggi Teologi Injili Jakarta

Edisi Juli 2020 2


Pengantar
Buku ini awalnya berupa bahan diktat kuliah yang saya tulis
di tahun 2007, saat diminta mengajar mata kuliah
BIBLIOLOGI atau Doktrin Alkitab untuk mahasiswa S1 di
Sekolah Tinggi Teologia (STT) Agape, Jakarta.

S a a t m au m e n g a j a r, s ay a m e n g a l a m i ke s u l i t a n
mendapatkan sebuah buku pegangan sebagai dasar bahan
kuliah. Banyak buku yang saya baca, sebagaimana yang ada
dalam daftar pustaka, tetapi semua buku hanya menyajikan
sebagian-sebagian dari bahan materi mata kuliah Bibliologi
sesuai yang dimaksudkan dalam kurikulum. Oleh karena
itu saya mencoba menulis diktat untuk dapat memberikan
bahan dasar yang singkat tapi lengkap.

Setelah melihat ulang bahan awalnya, kemudian saya


membuat yang lebih lengkap lagi dan tidak hanya ditujukan
kepada mahasiswa tetapi juga untuk pembaca umum yang
berminat. Untuk itu judul buku saya sesuaikan: Mengenal
Alkitab Kita (Doktrin Alkitab). Dan inilah bentuk edisi
pertamanya. Buku ini masih bersifat pengantar. Untuk
kajian yang lebih dalam, selain membaca buku ini
sebaiknya dibaca juga buku-buku dalam daftar pustaka.

Saya berterima kasih kepada Bapak Pdt. James, M. Th,


dosen Bibliologi saya terdahulu yang memberikan
pengertian dasar tentang mata kuliah ini, dan sebagian saya
pakai dari catatan-catatan kuliah yang ada. Terima kasih
juga saya sampaikan kepada petugas di Perpustakaan STT
Agape dan STT SETIA yang memberi saya kesempatan

Edisi Juli 2020 3


meminjam banyak buku, sehingga lebih mampu melihat
dari berbagai sudut pandang.

Terima kasih kepada sahabat ITB75 Parluhutan Sibuea dan


Jaap Levara atas masukan dan koreksi yang diberikan. Juga
untuk anak saya Putri Silalahi yang melakukan
penyuntingan bahasa sehingga lebih enak dibaca.

Terakhir, apabila ada kekurangan dan kesalahan, saya


mohon dimaafkan. Saran dan koreksi sangat diharapkan.

Semoga Tuhan memberkati pelayanan kita sekalian.

Jakarta, Juli 2020

Pdt. Em. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

(Disain cover oleh Roy Hutagalung dan tata letak oleh Yoshua
Silalahi)

Edisi Juli 2020 4


Daftar Isi

Pengantar .....................................................................................................................3

Daftar Isi ........................................................................................................................5

1. Pendahuluan ...........................................................................................................6

2. Wahyu (Revelation)..............................................................................................11

3. Pengilhaman (Inspiration) ..............................................................................24

4. Pengkanonan (Canonicity) ..............................................................................36

5. Keaslian (Authenticity) dan Kepercayaan (Credibility) ........................44

6. Ketaksalahan (Innerancy)...............................................................................60

7. Kewibawaan (Authority) ..................................................................................68

8. Penerangan (Illumination) ..............................................................................82

9. Alkitab dan Kehidupan Orang Percaya .....................................................90

10. Penutup ................................................................................................................97


Daftar Pustaka..........................................................................................................99

Tentang Penulis ......................................................................................................101

Edisi Juli 2020 5


1. Pendahuluan

Alkitab adalah buku yang paling laris di dunia. Sampai awal


abad ke-21, Alkitab dalam bentuk kesatuan Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru (selanjutnya disingkat dengan PL dan
PB) termasuk dalam bentuk terpisah, diperkirakan telah
diterjemahkan ke dalam 2500 bahasa dan dialek, serta
masih terus dilakukan penerjemahannya ke dalam berbagai
bahasa lainnya. Jumlah tercetak diperkirakan sudah
mencapai 2,5 miliar buku termasuk dalam bentuk PB saja.
Hal ini tentu membuktikan Alkitab sangat disukai dan telah
mengubah kehidupan banyak orang. Untuk itu mari kita
mengenal Alkitab lebih dalam dengan tujuan untuk lebih
menyukainya dan mengubah hidup kita ke arah yang lebih
dikehendaki oleh Allah yang benar.

Kata “Alkitab” berasal dari Kitab yang berarti Buku berakar


dari bahasa Arab Kutiba/Kitaban, yang berarti ketetapan-
ketetapan atau hukum yang merupakan aturan-aturan
dalam menjalankan agama. Dalam bahasa Yunani Koine
tertulis ta biblia yang berarti kitab-kitab dengan bentuk
tunggalnya biblion. Kata Biblion berasal Biblos yang berarti
gulungan. Biblos sendiri mengacu kepada sejenis tanaman.

Hieronimus, seorang Bapak Gereja yang diminta oleh Paus


Damasus I pada tahun 382 untuk merevisi Alkitab
berbahasa Latin, berkali-kali menyebut kitab suci ini
dengan nama Biblia, yang merupakan kata dari bahasa
Latin yang berarti “kitab”. Filo (20 SM – 50 M) dan Yosefus
menyebut PL sebagai “bibloi hiërai”. Ini juga yang
membawa Alkitab disebut dalam bahasa Inggris sebagai

Edisi Juli 2020 6


Bible dan dalam bahasa Jerman disebut Bibel. Di dalam
Alkitab berbahasa Yunani (PB dan terjemahan PL) juga
sering dipergunakan kata graphe, yang berarti tulisan.

Ada 66 kitab atau surat di dalam Alkitab, terdiri dari 39


kitab/surat dalam PL dan 27 kitab/surat dalam PB. Untuk
umat Katolik jumlah kitab berbeda menjadi 75, karena
adanya tambahan sembilan kitab-kitab Deuterokanonika.
Umat Katolik sendiri tidak terlalu menyukai penggunaan
istilah Apokrifa yang berarti “tersembunyi” karena
memberi kesan kurang baik, sementara Deuterokanonika
berarti kanon yang kedua.Selanjutnya Alkitab yang
dibicarakan dalam buku ini adalah versi umat Protestan,
kecuali dinyatakan khusus.

Jumlah pasal dalam Alkitab seluruhnya ada 1189 dan jumlah


ayatnya 31.173. Berdasarkan isi dan gaya penulisan, PL
dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian utama yaitu:
• kitab Taurat (5 kitab, Kejadian sampai Ulangan)
• kitab sejarah (12 kitab)
• kitab puisi (5 kitab)
• kitab nabi-nabi besar (5 kitab)
• kitab nabi-nabi kecil (12 kitab)

Untuk PB pengelompokannya sebagai berikut:


• kitab Injil (4 kitab)
• kitab sejarah (1 kitab)
• kitab rasuli (21 kitab)
• kitab nubuatan atau Wahyu (1 kitab)

Jadi Alkitab adalah kumpulan kitab yang merupakan wahyu


Allah dan dipilih untuk ditulis kepada manusia.

Edisi Juli 2020 7


Hampir semua kitab PL ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali
beberapa bagian dari kitab Daniel (Pasal 2 - 7) dan Ezra
(Pasal 4 - 7) dan Yeremia (10:11) yang ditulis dalam bahasa
Aram, termasuk beberapa frasa-frasa dimasukkan. Bahasa
Aram memang paling mirip dengan bahasa Ibrani. Adapun
kitab PB semua ditulis dalam bahasa Yunani Koine, yang
berbeda sedikit dengan bahasa Yunani modern saat ini.

Penulisan Alkitab diperkirakan mulai dilakukan sejak


zaman nabi Musa, ketika bangsa Israel ke luar dari Mesir
yakni di tahun 1445 SM1, sampai dengan penulisan terakhir
oleh rasul Yohanes untuk kitab Wahyu di Pulau Patmos,
yang diperkirakan pada tahun 95 M. Dengan demikian,
penulisan Alkitab berlangsung selama 1540 tahun.

Alkitab ditulis oleh 40 orang penulis dengan berbagai


profesi, mulai dari pemimpin politik (Musa), pemimpin
militer (Yosua), pemimpin pemerintahan (Daud, Salomo,
dan Daniel), peternak (Amos), istri Raja (Ester), pemungut
cukai (Matius), tabib (Lukas), rabi (Paulus), nelayan
(Petrus), saudara Yesus (Yakobus dan Yudas), dan beberapa
tokoh lainnya.

Alkitab ditulis di tiga benua, yakni Eropa (kitab Roma dan


Korintus), Afrika (kitab Kejadian sampai Ulangan ditulis di
Mesir dan mungkin juga kitab Yeremia), dan selebihnya
ditulis di Asia. Mereka menulis di tempat yang beragam,
dari padang gurun (Musa), gua dan tempat pelarian (Daud),
istana kerajaan (Daud dan Salomo), penjara (beberapa dari

1Seluruh tahun-tahun peristiwa dalam Alkitab yang dipergunakan dalam buku ini mengacu kepada
buku “Life Aplication Study Bible, NIV, Tyndale House Publisher, Inc and Zondervan Publishing
House, 2005.

Edisi Juli 2020 8


rasul Paulus), dan dari tempat pembuangan di Pulau
Patmos (Yohanes).

Namun yang menakjubkan, semua kitab dalam PL dan PB


merupakan satu kesatuan yang berkesinambungan, dan
tidak ditemukan adanya kontradiksi dan
ketidakkonsistenan di dalamnya. Semua tulisan menuju
tujuan yang sama, yakni membawa manusia untuk
mengenal Allah yang benar dan untuk memperoleh
keselamatan kekal. Semua ini tentu adalah pekerjaan Allah
melalui Roh Kudus, tidak mungkin oleh pekerjaan manusia.
Kesempurnaan dan kebenaran inilah yang menjadi ciri
khas Alkitab, seperti diungkapkan pemazmur, "Taurat itu
sempurna" (Mzm. 19:8), sebagai kebenaran (Yoh. 17:17),
diberikan dengan maksud tujuan tertentu untuk manusia
(2Tim. 3:15-17), dan secara bertahap dan progresif (Ibr. 1:1).
Melalui Alkitab, Allah yang benar dinyatakan kepada kita
dan kebenaran itu adalah milik-Nya.

Di dalam ilmu teologi, Alkitab dipelajari melalui Teologi


Biblika atau disebut juga dengan Bibliologi. Paul Enns
mendefiniskan Teologi Biblika sebagai “cabang teologi yang
secara sistematis mempelajari perkembangan penyataaan
Allah dalam sejarah sebagaimana yang dinyatakan di
Alkitab.”2

Teologi Biblika dalam buku ini membahas 7 pokok kajian,


yakni:
1. Wahyu (Revelation)
2. Pengilhaman (Inspiration)
3. Pengkanonan (Canonicity)

2 Paul Enss, The Moody Handbokk of Theology, hal 20

Edisi Juli 2020 9


4. Keaslian (Authenticity) dan Kepercayaan (Credibility)
5. Ketaksalahan (Innerancy)
6. Kewibawaan (Authority)
7. Iluminasi (Illumination)

Pada bagian akhir buku ini ditambahkan ulasan tentang


Alkitab dan Kehidupan Orang Percaya serta Penutup.

Edisi Juli 2020 10


2. Wahyu (Revelation)

Kata “wahyu” berasal dari kata waha (bahasa Arab) dan


dalam bahasa Yunani apokalypsis, yang berar ti
penyingkapan atau pembukaan selubung. Melalui wahyu,
Allah menyingkapkan diri-Nya kepada manusia. Paul Enns
mendefinisikan wahyu Allah (disebut juga sebagai
Penyataan Allah) sebagai “tindakan Allah di mana
melaluinya Ia menyingkapkan diri-Nya sendiri dan
mengkomunikasikan kebenaran kepada pikiran, di mana
hanya melalui hal itu, makhluk ciptaan-Nya dapat
mengenal-Nya.”3 John Stott menyebutkan, "masuk akallah
bila dikatakan bahwa Allah mengambil prakarsa untuk
mengungkapkan hal yang terdapat dalam pikiran-Nya, kita
tidak akan mungkin menemukannya. Kecuali Allah
memperkenalkan diri-Nya kepada kita, kita tidak mungkin
mengenal Dia."4

Dengan demikian, wahyu dan disebut juga sebagai


penyataan, diberikan atas prakarsa Allah yang secara aktif
menyatakan diri-Nya, dengan tujuan supaya manusia
mengenal Allah, mentaati, dan melayani-Nya. Wahyu bukan
hasil penelitian atau pemikiran manusia.

Wahyu dibagi dalam 2 kelompok, yakni:


1. Wahyu umum, merupakan tindakan Allah menyatakan
diri-Nya secara umum melalui alam semesta, sejarah,
dan hati nurani manusia. Wahyu umum bersifat
universal, dalam arti dapat dilihat dan dinikmati oleh

3 ibid, hal 188.

4 John RW Stott, Alkitab: Buku untuk Masa Kini, PPA, hal 3-4.

Edisi Juli 2020 11


setiap manusia. “Langit menceritakan kemuliaan Allah”
dan “Bumi penuh dengan kemuliaan-Nya” (Mzm. 19:2;
Yes. 6: 3).
2. Wahyu khusus, merupakan tindakan Allah menyatakan
keberadaan diri-Nya secara khusus dan langsung, serta
dapat dirasakan dan dinikmati oleh orang yang percaya
kepada-Nya. Wahyu khusus dimaksudkan untuk
membimbing manusia kepada pengenalan Allah dengan
lebih mendalam, terutama dengan pernyataan khusus
Allah di dalam Pribadi Yesus Kristus, dan dituliskan di
dalam Alkitab. Dengan demikian ada dua wahyu
khusus, yakni Yesus Kristus sebagai wahyu personal dan
Alkitab sebagai wahyu verbal (tertulis).

Keberadaan Allah melalui wahyu-Nya (baik yang bersifat


umum maupun khusus) tidak dapat disangkal oleh
manusia, yang berpikir dan bertindak melalui kesadaran
moralnya. Melalui tindakan wahyu tersebut, Allah
membuka jalan bagi manusia untuk dapat mengenal-Nya,
meski harus diakui kita tidak dapat "menikmati"
sepenuhnya keberadaan-Nya. Oleh karena itu diperlukan
pengakuan akan keberadaan Allah untuk dapat menerima
adanya wahyu.

Yohanes Calvin menegaskan bahwa pengenalan manusia


tentang Allah adalah hasil dari wahyu. Pada awalnya,
pengetahuan manusia tentang Allah hanya terbatas pada
penciptaan dan kebesaran alam saja, yaitu kesadaran
berdasarkan adanya intuisi alamiah di dalam pikiran
manusia. Calvin menyebut hal ini sebagai “divinitatis
sensum” atau sense of divinity, berupa hipotetis dari pikiran
manusia, bukan dari pengalaman atau pengetahuan yang
berasal dari fakta nyata hasil panca indra.
Edisi Juli 2020 12
Tetapi, meski di dalam diri manusia ada intuisi yang
merupakan sisa gambar Allah untuk mampu mengenal-
Nya, pengenalan dan pengetahuan ini terbatas karena
dikaburkan oleh adanya dosa dalam diri manusia. Dengan
keberdosaannya, manusia kesulitan dan tidak mampu
mengenal keberadaan Allah melalui alam dan pikirannya.
Manusia yang terbatas, tidak akan bisa memahami dan
menjangkau Allah yang tidak terbatas, kecuali melalui
iman.

Harun Hadiwijono menyebutkan tujuan umum wahyu bagi


manusia adalah sebagai berikut:
1. Membuat manusia tidak berdalih bahwa mereka tidak
mendapatkan wahyu tentang Allah melalui karya-Nya.
Wahyu umum bersifat terbatas, yakni berupa
pengertian tentang keberadaan alam itu sendiri,
keteraturan dan harmoni penciptaan, pemeliharaan
alam beserta isinya, pemeliharaan Allah dalam sejarah
manusia yang panjang, dan kemampuan serta
kehidupan moral manusia melalui hukum-hukum yang
ada di dalam hati nurani manusia;
2. Memberikan pengetahuan tentang kuasa, kekekalan,
dan kemuliaan Allah sebagai pencipta dan pengelola
alam semesta. Dengan melihat keberadaan ciptaan,
keteraturan, dan saling ketergantungannya masing-
masing (Mzm. 19:2-7), manusia selayaknya menyadari
keterbatasannya dan sekaligus dapat membatasi dosa
manusia dengan kesombongannya.

Edisi Juli 2020 13


3. Mempersiapkan manusia untuk menerima wahyu
khusus berupa keselamatan yang dinyatakan melalui
Yesus Kristus dan Alkitab.5

Dengan demikian wahyu umum perlu ada untuk


mengantarkan wahyu khusus kepada manusia, sehingga
lebih lengkap dan utuh. Ini merupakan hubungan yang
penting, dan perlu ditekankan sebab wahyu umum hanya
dapat memberikan rasa kagum dan takut, tetapi tidak
dapat menjelaskan tentang keberadaan dan pengenalan
Allah itu sendiri dengan segala sifat dan kepribadian-Nya.
Wahyu umum juga tidak dapat memberi gambaran tentang
jalan keselamatan dan kehidupan kekal, tetapi hanya
pengenalan terhadap hal yang baik dan buruk melalui hati
nurani (Rm. 2:14-15). Keselamatan dan kehidupan kekal
hanya dapat diperoleh melalui pengenalan terhadap Allah
yang sebenarnya, dikenal melalui iman kepada wahyu
khusus, yangkni dalam Alkitab disebut kepada Tuhan Yesus
Kristus.

Hati nurani atau suara hati manusia (suneidesis, Yun.)


sebagai bagian dari wahyu umum, menjadi saksi di dalam
hukum moral yang diberikan Allah, berupa kuasa dalam
hati manusia untuk mendengar kehendak Allah dengan
kemampuan membedakan yang baik dan yang jahat.
Sebagaimana dinyatakan dalam Kis. 2:14-15, apabila hukum
Taurat tidak didengar atau diajarkan kepada mereka (bagi
yang bukan umat Yahudi), maka hati nurani mereka yang
akan menjadi hukum Taurat baginya. Bagi orang percaya
yang sudah menerima keselamatan melalui Tuhan Yesus,
hati nuraninya akan menjadi saksi di masa penghakiman

5 Lihat Harun Hadiwijono, Iman Kristen.

Edisi Juli 2020 14


nanti, sebab Allah juga bekerja melalui hati nurani kita (Kis.
24:16; Rm. 8:27; 1Tim. 1:19; band. 1Pet. 3:16).

Allah menyatakan diri-Nya dan kehendak-Nya (special


revelation) dengan cara yang beragam. Semua dilakukan
oleh Allah secara langsung kepada pribadi atau kelompok
tertentu melalui berbagai cara sesuai dengan rencana dan
maksud tujuan-Nya. Harold Lindsell membedakan wahyu
khusus dalam tiga bentuk, melalui teofani, komunikasi
langsung, dan keajaiban atau mukjizat.6 Namun, Charles
Ryrie menyebutkan, bentuk penyampaian wahyu seperti
ini dinamakan sebagai saluran, bukan wahyu khusus.
7Adapun bentuk saluran atau alat yang dipakai Allah adalah

sebagai berikut:

1. Urim dan Tumim – adalah alat bantu berupa kantong


yang diikatkan pada efod (semacam selendang) dan
ditaruh di dada Harun sebagai imam besar pada
jubahnya, yang dihiasi 12 buah batu permata sebagai
lambang 12 suku bangsa Israel. Pemilihan kehendak
Allah dengan mencari jawaban “Ya atau Tidak”
dilakukan para imam besar melalui batu-batu tersebut.
Tetapi ada juga yang mengatakan hanya dua buah batu
sebagai pilihan imam sehingga tidak ada kesepakatan
bentuk pastinya;
2. Undi, - model yang mirip Urim dan Tumim yang dipakai
oleh manusia untuk mencapatkan kepastian tentang
kehendak Allah (Kel. 28:30; Bil. 27:21; Ul. 33:8, 10; 1Sam.
28:6; 1Taw. 24:5-32; Neh 11:1; Ez 2:63; Ams. 16:33). Cara
undi ini juga dikenal dalam masa PB sebagaimana

6 Harold Lindsell, The Battle for the Bible, Zondervan, 1997, p. 29.

7 Lihat Charles Ryrie.

Edisi Juli 2020 15


dilakukan oleh murid Tuhan Yesus, ketika pemilihan
Mathias sebagai pengganti Yudas Iskariot (Kis. 1:21-26).
Ada yang mengatakan cara ini masih dipakai oleh gereja
Katolik sebagai legitimasi saat meminta petunjuk Allah
untuk pemilihan Paus dengan membakar sejenis kertas.
Apabila asap putih yang keluar dari cerobong, maka
hasil pemilihan itu sesuai dengan kehendak Allah;
3. M i m p i – A l l a h m e m a k a i c a r a i n i u n t u k
mengkomunikasikan kehendak-Nya kepada manusia,
baik kepada umat Israel maupun bukan umat Israel.
Dalam Alkitab banyak ditemukan tentang mimpi (Kej.
20:3, 8; 31:3-13; 24:40-41; 1Raj. 3:5; Ayb. 33:15; Yoel.
2:28). Dalam PL mimpi dinyatakan kepada Yakob,
Abimalekh, dan Laban (Kej. 20:3-7; 31:24; 1Raj. 3:5-15).
Pada PB mimpi dinyatakan kepada Yusuf tentang Maria
yang mengandung dan juga memerintahkan mereka
untuk lari ke Mesir karena akan dibunuh Herodes (Mat.
1:20-24; 2:13). Allah juga berbicara kepada Paulus
melalui penglihatan (Kis. 18: 9-10). Tentu tidak semua
mimpi berasal dari Allah, Alkitab juga mengajarkan
harus dibedakan dengan mimpi sehari-hari (Pkh. 5:20)
atau mimpi tentang peristiwa-peristiwa biasa yang tidak
punya makna dari Allah (Kej. 40:9-17; 41: 1-7);
4. Teofani – merupakan penampakan Allah dalam berbagai
wujud “kasat mata”, seperti berupa nyala api yang
keluar dari semak duri (Kel. 3:2), tiang awan dan api dan
asap (Kej. 15:17; Kel. 3:2; 13:21; 19:9; Mzm. 78:14; 99:7),
guruh dan kilat (Kel. 19:16-20), yang semuanya
memperlihatkan kehadiran dan kemuliaan-Nya melalui
Musa (Kel. 33:20). Teofani juga dinyatakan dalam wujud
Malaikat Tuhan (Hak. 6) dan bentuk lainnya, seperti
tulisan di dinding (Dan. 5:5-9), keledai yang berbicara

Edisi Juli 2020 16


kepada Bileam (Bil. 22:21-35), semuanya untuk
menyampaikan pesan Allah kepada manusia;
5. M a l a i k a t – m e r u p a k a n m a k h l u k r o h y a n g
menyampaikan berit a kepada manusia untuk
menyampaikan pesan Allah (Kej. 32:22-32; 2Sam. 24:16;
Dan. 9:21; Luk. 1:13, 30; 2:10-11; Why. 1:1; 19:17). Kata
malaikat sendiri berasal dari bahasa Yunani angelo;
6. Nubuat nabi-nabi - di dalam PL para nabi diperintahkan
Allah untuk menyampaikan firman-Nya (2Sam. 23:2;
Zak. 1:1; Ef. 3:7) dan dinyatakan nubuat akan terus
berlangsung sampai tampilnya Yohanes Pembaptis (Mat.
11:23). Allah juga memberikan nubuat kepada nabi-nabi
berupa visi atau penglihatan (Yes. 1:1; 6:1; Yeh. 1:3; Dan.
7, dan lainnya). Meski di zaman PB juga dikenal adanya
nabi-nabi, seperti Agabus, Hana, Silas, Yudas Barsabas
(Kis. 11:28; 21:10; Luk. 2:36; Kis. 15:32), namun nubuat-
nubuat melalui mereka tidak dituliskan. Orang percaya
juga diminta untuk bernubuat (Kis. 2:18; 19:6; 21:9; 1Kor.
11:4-5; 14:1), dalam pengertian menyampaikan maksud
firman-Nya;
7. Mukjizat - mukjizat dan dan karya-karya besar Allah
dalam sejarah manusia dan bangsa-bangsa, seperti
pembebasan bangsa Israel dalam kitab Keluaran,
pemeliharaan Allah atas umat percaya selama ribuan
tahun, dan peristiwa kebangkitan orang percaya yang
hebat di beberapa bagian dunia saat ini (Korea, China,
dan lainnya), serta perbuatan Allah melalui mukjizat
kepada pribadi-pribadi orang percaya yang dikasihi-Nya.
Allah masih akan terus mengunakan mukjizat bagi
orang percaya untuk menyampaikan maksud dan
kehendak-Nya kepada manusia (Yoh. 3:2). Namun,
mukjizat terbesar adalah ketika Allah memutuskan

Edisi Juli 2020 17


untuk berinkarnasi menjadi manusia (Kis. 3:20-21) dan
datang untuk menebus dosa manusia (Yoh. 3:16).

Tindakan wahyu sesuai poin 1 – 7 di atas, umumnya


dilakukan Allah sebelum Ia berirkarnasi melalui Tuhan
Yesus, dalam arti sebelum nubuat-nubuat berakhir. Namun
ada yang mengklaim bahwa tindakan seperti ini masih
terus berlangsung hingga saat ini dan ke depan, dengan
pertimbangan bahwa manusia tidak dapat membatasi
kehendak Allah untuk menyatakan diri-Nya kepada
seseorang yang dikasihi-Nya, atau untuk kepentingan
seluruh umat manusia.

Wahyu khusus
Keberdosaan manusia, sejak kejatuhan Adam dan Hawa
dan dilanjutkan dengan tegar-tengkuknya bangsa Isreal
dalam sejarah perjalanan mereka yang panjang, membuat
persekutuan Allah dengan manusia menjadi rusak. Setelah
nabi Maleakhi, Allah kemudian “berhenti” menyatakan
kehendak-Nya melalui nabi-nabi selama 400 tahun. Tetapi
atas kasih dan kemurahan Allah setelah genap waktunya
(Mrk. 1:15; Gal. 4:4) untuk membuat manusia semakin tidak
binasa, maka wahyu dinyatakan secara khusus melalui
kedatangan Anak-Nya yaitu Yesus Kristus, sebagai
perdamaian Allah dengan manusia dan jalan keselamatan.

Wahyu khusus adalah wahyu yang diberikan Allah secara


personal melalui Pribadi Yesus Kristus (Rm. 16:25; Luk.
2:32). Allah menyatakan diri-Nya melalui inkarnasi Yesus
Kristus sebagai Allah Anak yang menjadi manusia. Yesus
Kristus adalah Allah sejati dan juga manusia sejati. Inilah
yang membuat Tuhan Yesus dianggap sebagai puncak
wahyu khusus Allah kepada manusia. Wahyu berupa
Edisi Juli 2020 18
Firman telah menjadi manusia. “Pada mulanya adalah
Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah.... Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-
Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
kebenaran” (Yoh. 1:1,14).

Tuhan Yesus sebagai wahyu khusus menyatajelaskan dan


merepresentasikan Allah Bapa (Yoh. 1:18; 8:23, 58). Wahyu
khusus personal secara bersamaan dinyatakan melalui
Alkitab yang disusun atas prakarsa Roh Kudus. Wahyu
verbal berupa Alkitab melengkapi Wahyu personal yakni
Yesus Kristus. Alkitab sebagai wahyu khusus Allah yang
tertulis dan melalui Roh Kudus menjadi hidup di dalam hati
orang percaya. Perkataan dan pekerjaan Yesus di dalam
Alkitab sebagai wahyu khusus, membuktikan Allah Bapa
dan Yesus Kristus adalah satu (Yoh. 5:36; 6:63; 10:30; 14:11),
dan dilukiskan bahwa Dia adalah cahaya kemuliaan dan
gambar wujud Allah (Ibr. 1:3).

Alkitab adalah perwujudan akhir dari segala wahyu-wahyu


verbal yang pernah ada. Wahyu khusus ini sangat penting,
mengingat jalan keselamatan yang baru hanya dapat
diberikan melalui Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana
dituliskan sebagai firman dalam Alkitab (Yoh. 14:6).

Harun Hadiwijono dalam bukunya Iman Kristen


menuliskan pentingnya Alkitab dituliskan sebagai Kitab
Suci dengan pertimbangan sebagai berikut.

1. Agar kesaksian tersebut menjadi tetap (Kel. 17:14;


24:3-7);
Edisi Juli 2020 19
2. Agar melalui Firman tersebut kita dapat bersekutu
dengan Allah (1Yoh. 1:1-3);
3. Agar kita mengetahui dan percaya bahwa Yesus adalah
Kristus, Mesias, Anak Allah yang dijanjikan untuk
mendapat hidup yang kekal, sebab Kristus adalah
kebenaran itu sendiri (Yoh. 20:31; 21:25; Luk. 1:1-4).8

Dengan demikian kedua wahyu khusus yakni Firman yang


hidup dalam Yesus Kristus dan firman yang hidup dalam
Alkitab, saling melengkapi dan menyempurnakan. Meski
hanya tiga tahun pelayanan-Nya di dunia bersama para
murid, inkarnasi Yesus Kristus sebagai wahyu khusus
menjadi personal, dan kebersamaan Tuhan Yesus dengan
para murid yang kemudian menuliskan semua sebagai
wahyu verbal dan dikanonkan menjadi Alkitab, menjadi
bukti dan kesaksian yang utuh bagi kita semua, hingga saat
ini dan di saat mendatang. Keberadaan Tuhan Yesus
dengan rencana dan misi-Nya tertuang sempurna dalam
Alkitab, sehingga kita semua memahami tujuan dan
tanggungjawab kita dalam kehidupan ini.

Namun, tidak semua pihak dapat menerima keberadaan


wahyu khusus melalui Yesus Kristus. Ada beberapa
golongan yang menolaknya. Menurut golongan liberal,
wahyu umum sendiri dapat menuntun manusia kepada
keselamatan. Keberadaan Allah, menurut mereka, secara
subjektif dapat dialami oleh roh manusia dalam bentuk
perasaan ketergantungan yang mutlak, dan itu dapat
memberikan keselamatan. Hal ini juga yang membawa
golongan liberal secara tidak langsung menolak atau
mengurangi makna Alkitab. Golongan liberal melalui

8 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, hal 55.

Edisi Juli 2020 20


pendekatan humanisme dan naturalisme, mencoba
menghilangkan kuasa firman Allah dalam Alkitab bagi
petunjuk jalan keselamatan manusia. Sementara di lain
pihak, golongan Fundamentalis dan Injili sangat
menekankan keutamaan wahyu khusus, yakni Tuhan Yesus
sebagai jalan keselamatan bagi manusia.

Di samping golongan liberal, golongan lainnya yang


menolak wahyu khusus Yesus Kristus antara lain kaum
Pluralis, yang menekankan semua sejarah adalah sejarah
Allah dan sekaligus sejarah keselamatan (CS. Song, Paul F.
Knitter, Raimundo Panikkar, dan lainnya). Menurut
mereka, sejarah bangsa-bangsa lain, baik di timur maupun
di barat, adalah juga sejarah Allah; semua datang dari Allah
dan akan kembali kepada Allah juga. Sama seperti golongan
liberal, mereka melihat bahwa dengan wahyu umum saja,
manusia dapat memperoleh keselamatan. Pemikiran ini
juga yang mendasari bahwa semua agama adalah sama,
semuanya menuju kepada manusia dan dibawa untuk
melakukan perbuatan baik. Sementara Alkitab mengatakan
bahwa manusia tidak dapat memperoleh keselamatan
melalui perbuatan baik, tetapi merupakan anugerah saja
melalui iman dan ketaatan kepada Yesus Kristus (Ef. 2:8;
Rm. 9:15-16).

Kalau dalam PL umat Israel dapat menebus dosa atau


kesalahan melalui permohonan kepada Allah dan
membawa korban penebus dosa atau penebus kesalahan,
m a k a d a l a m P B h a l t e r s e b u t d i ny a t a k a n t i d a k
memungkinkan lagi. “Sebab tidak mungkin darah hewan
lembu jant an at au hewan darah domba jant an
menghapuskan dosa” (Ibr. 10:4), tetapi melalui Darah Anak
Domba Allah yang merupakan Manusia sempurna tanpa
Edisi Juli 2020 21
dosa. Upah dosa adalah maut atau kematian (Rm. 6:23).
Orang mati tidak mungkin lagi dapat membela dirinya
sendiri, atau melakukan melalui cara apa pun berupaya
untuk pembersihan dirinya. Hanya oleh karena anugerah
Allah semata yang menjadi dasar orang percaya, maka dosa
dihapus melalui pengampunan melalui pencurahan darah
manusia yang kudus yaitu Yesus Kristus. Sebab ada tertulis
tanpa pencurahan darah tidak ada pengampunan (Ibr.
9:22)

Pandangan ini juga sama dengan kaum Neo-ortodoks yang


menyebutkan bahwa wahyu khusus yang diberikan Allah
tidak menjelaskan kebenaran yang proposisional, dalam
arti bentuk komunikasi Allah yang rasional dan verbal
konseptual. Karl Barth adalah salah satu tokoh penganut
aliran ini. Rudolf Bultmann juga mengatakan bahwa wahyu
tidak memberi pengetahuan tentang Allah, melainkan
hanya mengkonfrontir manusia tentang keberadaaan-Nya.
Dalam pandangan Neo-ortodoks, Alkitab bukanlah wahyu,
tetapi hanya kesaksian dari wahyu. Wahyu Allah bukan
dalam perkataan dan tidak sama secara objektif dengan
Firman Allah. Manusia berjumpa dengan Allah hanya
melalui pengalaman perjumpaannya dengan Yesus Kristus.

Tetapi John Stott mengambil dari Yes. 55 sebagai dasar kita


menyetujui tiga kebenaran tentang wahyu Allah, yakni:

1. Penyataan (wahyu) Ilahi bukan saja masuk akal, tetapi


juga mutlak diperlukan. Tanpa penyataan, tidak
mungkin kita mengenal Allah;
2. Penyataan Ilahi terjadi lewat kata-kata Allah berbicara
melalui kata-kata manusia, dan dengan itu menjelaskan
makna perbuatan-perbuatan-Nya;
Edisi Juli 2020 22
3. Penyataan Ilahi ditujukan untuk keselamatan. Dia
menunjukkan kepada kita, Yesus Kristus sebagai
Juruselamat.9

Dengan demikian dalam buku ini kita memegang teguh


dan percaya bahwa Yesus Kristus dan Alkitab adalah wahyu
khusus Allah sebagai penyataan Allah kepada manusia, agar
manusia dapat mengenal-Nya dan sekaligus memberi jalan
supaya tidak dihukum, melainkan diselamatkan ke dalam
kehidupan kekal.

9 John RW Stott, Alkitab: Buku untuk Masa Kini, PPA, hal 11-12.

Edisi Juli 2020 23


3. Pengilhaman (Inspiration)
Definisi pengilhaman
Alkitab sebagai wahyu khusus diberikan kepada manusia
melalui pengilhaman atau inspirasi. Kata pengilhaman
ditemukan dalam 2Tim. 3:16, “Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”
Diilhamkan merupakan terjemahan dari kata Yunani
theopneustos (pneo + theos) yang secara harafiah berarti
dihembuskan oleh Allah (God-breathed-out). Kata
theopneustos tersebut menekankan peran Allah dalam
penulisan wahyu.

Pengilhaman Alkitab tidak mengacu kepada inspirasi


manusia, tetapi kepada inspirasi Allah, yakni sesuatu yang
dihembuskan keluar oleh Allah. Dalam bahasa Inggris kata
ini disebut inspiration yang berasal dari kata Latin
inspiratus atau bentuk lainnya inspiro yang berarti meniup
ke dalam.

Charles Ryrie memberikan definisi pengilhaman sebagai


"Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis
Alkitab menyusun dan mencatat tanpa kekeliruan pesan-
Nya kepada manusia dalam bentuk kata-kata dalam
p e nu l i s a n a sl i ny a .” 10 P au l E n n s m e n d e fi n i s i k a n
pengilhaman sebagai “pimpinan Roh Kudus pada para
penulis, sehingga meskipun penulisan dilakukan sesuai
dengan gaya dan kepribadian mereka, hasilnya adalah

10 Charles C Ryrie, Teologi Dasar, Jilid 1, hal 94.

Edisi Juli 2020 24


Firman Allah yang tertulis, yang berotoritas, patut
dipercaya, dan bebas dari salah dalam autograf yang asli.”11

Dengan demikian pengilhaman dapat didefinisikan sebagai


tuntunan atau pengaruh supranatural dari Roh Kudus,
dengan menggunakan kepribadian dan pikiran para penulis
untuk menyampaikan maksud dan kehendak Allah, dengan
tidak salah dalam naskah (manuskrip) yang asli. Pengertian
naskah yang asli Kitab Suci (autograph), yang bukan salinan
dari bahasa Ibrani dan Yunani sangatlah penting, dan
kaitannya akan dijelaskan nanti di bagian Ketidaksalahan
(Innerancy) Alkitab.

Alkitab meneguhkan bahwa wahyu khusus diberikan Allah


secara langsung kepada penulis Alkitab dengan menuntun
orang-orang pilihan-Nya untuk mencatatnya (Kel. 34:27-28;
Ul. 31:24-26; Yer. 30:1-2; 2Pet. 3:15; Why. 1:11).

John Stott mencoba menguraikan peranan Roh Kudus


dalam pengilhaman ini, dengan mengacu kepada surat
1Kor. 2:6-16, yang menyimpulkan adanya empat peran
tersebut, yakni:

1. Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang


tersembunyi dalam diri Allah (ayat 10). “Demikianlah
pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di
dalam diri Allah selain Roh Allah” (ayat 11);
2. Roh yang berasal dari Allah menyatakan, bukan roh
manusia yakni para rasul (ayat 10-12);
3. Roh yang mengilhamkan, yakni yang berkata-kata
tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang

11 Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, hal.193.

Edisi Juli 2020 25


bukan diajarkan kepada rasul oleh hikmat manusia,
tetapi oleh Roh Allah (ayat 13);
4. Roh yang menerangi, yakni dari manusia duniawi
menjadi manusia rohani yang memiliki Roh Kudus,
memberikan penerangan untuk memiliki pikiran Kristus
(ayat 16).

Paul Enns menyebutkan ada lima hal yang penting dalam


pengilhaman, yakni:

1. Unsur Ilahi, yakni Roh Kudus memimpin para penulis


untuk menjamin keakuratan tulisan;
2. Unsur manusia, yakni penulis menuliskannya dengan
cara dan kepribadian mereka masing-masing;
3. Hasil dari penulisan Ilahi dan manusia adalah catatan
dan kebenaran Allah yang tanpa salah;
4. Pengilhaman meliputi seleksi kata-kata oleh para
penulis;
5. Pengilhaman berhubungan dengan manuskrip yang
asli.12

Proses pengilhaman dilakukan secara wajar dan alami


sebagaimana dinyatakan oleh Rasul Yohanes, “Apa yang
kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan
kepada kamu juga...." (1Yoh. 1:1-3). Dalam hal ini, prosesnya
berlangsung alami, yakni hal yang penulis lihat dan dengar,
mereka tuliskan kepada kita sekalian. Namun di lain pihak,
proses pengilhaman juga dilakukan secara supranatural,
dalam arti Allah mengilhamkan kepada penulis, orang
pilihan-Nya, kemudian mereka menuliskannya, seperti
dinyatakan dalam 2Kor. 12:2-4:

12 ibid, hal 193-4.

Edisi Juli 2020 26


"Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang
lampau – entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar
tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya – orang itu
tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga
tahu tentang orang itu – entah di dalam tubuh entah di luar
tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya – ia tiba-
tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang
tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia."

Dalam pengertian ini, hanya Allah yang mengetahui hal


yang terjadi, tanpa disaksikan oleh manusia termasuk oleh
penulisnya, tetapi kejadian itu diilhamkan Allah kepada
penulis beberapa waktu kemudian untuk dituliskan sebagai
wahyu. Hal ini juga diperlihatkan dalam penciptaan alam
semesta sampai dengan masa perbudakan bangsa Israel di
tanah Mesir, penulisnya yakni Musa tidak mengalaminya.
Tetapi setelah Musa memimpin bangsa Israel ke luar dari
Mesir, barulah Musa menuliskan segala sesuatunya yang
sebagian ia sebagai pelakunya.

Perlu diperhatikan, kata “segala tulisan” (graphe) di dalam


2Tim. 3:16 menunjuk kepada seluruh Alkitab, bukan
sebagian atau satu perikop saja. Jadi kata “segala tulisan”
menunjuk kepada seluruh isi Alkitab dengan tidak ada
pengecualian. Oleh karena itu, seluruh firman berasal dari
pengilhaman Allah. Jadi, dalam menulis atau berkhotbah
kita tidak dapat mengatakan, “Firman Tuhan yang
dikatakan oleh Rasul Paulus”, atau “Paulus berkata…”.
Pernyataan yang benar oleh penulis atau pengkhotbah di
mimbar dengan mengatakan: “Firman Tuhan yang
disampaikan melalui Rasul Paulus ….” Sebab apa yang

Edisi Juli 2020 27


ditulis oleh Rasul Paulus, bukanlah berasal dari pikirannya,
melainkan dari Allah sebagai sumber pengilhaman.

Semua pengilhaman ditulis untuk keperluan manusia


dalam hubungannya dengan Allah, sesama, dan alam
semesta. Pengilhaman Alkitab berlangsung secara jangka
panjang, melalui proses transmisi, seleksi, modifikasi,
aplikasi, dan kondensasi, sampai kepada bentuk terakhir
sebagaimana teks-teks yang ada pada Alkitab. Dalam proses
itu, menurut Rasul Petrus dalam suratnya, Roh Kudus
menuntun secara ajaib para penulis, yakni didorong
(Pheromenoi, Yunani) untuk menuliskan wahyu tersebut.

“Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak


manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang berbicara
atas nama Allah” (2Ptr. 1: 20-21).

Dengan demikian Firman Allah bukanlah hasil inisiatif,


imajinasi, kontemplasi, atau refleksi para penulis, dan
bukan pula kehendak atau ide mereka, melainkan atas
kehendak Allah melalui dorongan Roh Kudus. Tingginya
nilai-nilai ajaran tentang moral dan spiritual di dalam
Alkitab juga membuktikan bahwa Alkitab bukan hasil karya
m a nu s i a , m e l a i n k a n k a r ya A l l a h . Te t a p i , A l l a h
menggunakan manusia pilihan-Nya untuk menyatakan
maksud-Nya, melalui pribadi para penulis dengan segala
keberadaan dan kepribadiannya.

Dalam proses pengilhaman, dikenal beberapa teori tentang


hubungan kerjasama Allah dengan penulis Alkitab.

1. Pengilhaman mekanis, yakni para penulis hanya


dipakai sebagai alat mekanis atau robot di dalam
Edisi Juli 2020 28
menulis Alkitab. Pemahaman ini tidak dapat diterima,
sebab proses pengilhaman melibatkan intelektual para
penulis, yang diperlihatkan melalui penelitian dan
pencarian fakta, keterangan, dan saksi, sebagaimana
diperlihatkan dalam kitab Lukas dan Kisah Para Rasul.
Hal ini berarti Allah bukan mendiktekan perkataan-Nya,
melainkan Allah mengikutsertakan unsur-unsur
kemanusiaan penulis, seperti dalam gaya penulisan,
penggunaan istilah, kondisi budaya, dan model
argumentasi mereka. Kitab-kitab sinoptik (Matius,
Markus, dan Lukas) memperlihatkan cara pandang yang
berbeda dalam penulisannya terhadap riwayat Tuhan
Yesus, demikian pula bakat dan gaya berbeda seperti
yang diperlihatkan oleh Daud dan Salomo, adanya
bentuk dialog pada kitab Ayub, dan sebagainya Dalam
pengilhaman tersebut, para penulis taat dan dituntun
oleh Roh Kudus, tetap sebagai manusia biasa, bukan
sebagai manusia yang “kerasukan” atau tidak sadar
sewaktu menulisnya. Hal ini berbeda dengan kitab suci
beberapa agama lain, yakni penulisannya dinyatakan
merupakan bisikan Ilahi tanpa campur tangan
kepribadian dan intelektualitas penulis, atau
merupakan bentuk proses pencarian puncak realitas
melalui pencerahan dan bisikan dewa-dewa;
2. Pengilhaman pasif dan negatif, dalam arti para
penulis dijaga oleh Roh Kudus untuk menuliskan jangan
sampai salah dan tersesat. Hal ini berarti semua yang
dituliskan semata-mata sesuai dengan kehendak Allah
dan tidak melibatkan proses intelektualitas dan
kepribadian penulis. Pandangan ini juga bertentangan
dengan pemahaman di dalam Alkitab, sebab yang
diilhamkan adalah segala tulisannya dengan ekspresi
"emosi" yang berbeda dari masing-masing penulisnya;
Edisi Juli 2020 29
3. Pengilhaman alamiah, dalam arti Allah memberikan
karunia rohani khusus dengan bawaan alamiah kepada
penulis, dan mereka menuliskannya sesuai dengan
rencana Allah. Dalam pandangan ini mereka adalah
“manusia jenius” yang tidak memerlukan bantuan
adikodrati dari Allah. Hal ini juga tidak dapat diterima,
sebab Allah campur tangan secara aktif dalam
pengilhaman dan penulisan;
4. Pengilhaman mistis, dalam arti Allah memberikan
kuasa illahinya secara khusus kepada setiap orang
percaya untuk menuliskan kehendak-Nya. Hal ini juga
tidak dapat diterima, sebab Allah memilih secara khusus
penulis dalam pengilhaman dan penulisan sebagaimana
ada pada Alkitab;
5. Pengilhaman sebagian, dalam arti Allah hanya
mengilhamkan perintah dan pengajaran yang bersifat
doktrinal saja kepada penulis yang tidak dapat dicapai
oleh akal manusia. Pandangan ini tidak dapat diterima,
sebab Allah yang menuntun keseluruhan proses
penulisan, baik yang bersifat doktrin maupun sejarah,
ilmu pengetahuan, nasehat, dan lainnya;
6. Pengilhaman konsep, dalam arti yang diilhamkan
adalah konsep dan ide-ide saja kepada penulis, dan
kemudian dikembangkan oleh penulis menjadi kata-kata
dan bahasa yang dimengerti oleh manusia biasa.
Pandangan ini tidak dapat diterima, sebab Allah
mengawasi dan menuntun penulis dalam penulisan
kata-kata yang ada;
7. Pengilhaman dinamis, dalam arti para penulis
diperbaharui dahulu hatinya menjadi manusia baru,
sehingga mereka cakap dan layak sebagai penulis.
Pandangan ini membahayakan, yang berpendapat
semakin baik penulis mempersiapkan hatinya dan dekat
Edisi Juli 2020 30
hubungannya dengan Allah, maka semakin dipercaya
penulisnya. Pengilhaman ini dikenal juga sebagai
pengilhaman bertingkat, yang membuat tingkatan
kewibawaan dalam tulisan yang ada di dalam Alkitab.
Pandangan ini tidak dapat diterima, sebab Allah
menggunakan mereka yang taat dan percaya dan juga
yang tidak taat dan percaya, seperti Bileam (Bil. 24:17)
maupun Kayafas (Yoh. 11:50). Kecenderungan ini pula
yang terlihat saat ini, sehingga dalam cetakan beberapa
Alkitab perkataan langsung Tuhan Yesus diberi warna
tersendiri (mis: warna merah). Padahal, seyogianya
seluruh tulisan merupakan satu kesatuan dan tidak
dibedakan ucapan Tuhan Yesus yang langsung maupun
tidak langsung. Sebab dengan pembedaan, penafsiran
juga seolah-olah akan mempunyai makna atau tingkat
pengaruh dan kekuatan yang berbeda;
8. Pengilhaman kata-kata menyeluruh (plenary and
verbal inspiration). Pengilhaman plenary berarti
menyeluruh dan pengertian pengilhaman verbal berarti
kata demi kata. Allah mengilhamkan seluruh kata-kata
yang ada di dalam Alkitab kepada penulis, dengan
mempertimbangkan pengetahuan dan kepribadian
mereka masing-masing. Pengilhaman ini disebut juga
sebagai pengilhaman organis, dalam arti penulis dipakai
sebagai organ (alat) dalam pengertian yang interaktif
tetapi bukan mekanis. Pemilihan organ dilakukan
melalui pribadi para penulis dan juga dalam proses
penulisannya. Hal inilah yang diperlihatkan di dalam
Alkitab dengan ungkapan, “demikianlah firman Allah”,
“dengarkanlah perkataan Tuhan”, Tuhan berkata… (Yer.
1:9), atau firman-Nya ditaruh di lidahnya atau mulutnya
(Ul. 18:18; 2Sam. 23:2; bdk Mrk. 12:36), dan nas lainnya.
Hal lain juga dituliskan nabi Yeremia dan Salomo ketika
Edisi Juli 2020 31
mereka tidak sanggup menolak gerakan Allah untuk
berkata-kata dan menulis firman-Nya melalui mereka
(Yer. 20:9; Ams. 3:8). Allah menggunakan pikiran
mereka berkembang, namun Roh Allah bekerja
menuntun penulisan mereka dengan taat sesuai dengan
kehendak Allah. Proses ini memperlihatkan bahwa
pengilhaman tidak meniadakan fungsi intelektual dan
kepribadian penulis. Yakub Susabda menyebutnya
sebagai "co-authorship", atau "penulisan bersama".
Dengan mengutip Walfi eld, Susabda menyebut
penginspirasian Alkitab adalah "concursus of divine and
human activity" (kegiatan bersama dari yang Ilahi dan
manusia).13 Oleh karenanya di dalam mempelajari
Alkitab, kita tetap harus menggali latar belakang,
pendidikan, kehidupan, situasi budaya saat dituliskan,
dan keterbatasan dari para penulis Alkitab untuk
memahami maksud Allah.

Henry Thiessen menekankan hubungan ‘watak Allah’ yang


selalu menaruh perhatian penuh kasih terhadap makhluk
ciptaan-Nya. Thiessen mengutip pernyataan Shedd yang
menuliskan: "Adalah tidak mungkin bahwa Tuhan akan
menyatakan suatu kenyataan atau pengajaran bagi mereka,
kemudian sama sekali tidak berusaha supaya kenyataan
atau pengajaran tersebut disampaikan dengan benar ...
Jauh lebih dapat diterima bila menganggap seseorang nabi
atau rasul yang telah menerima kebenaran luhur secara
langsung dari Tuhan, serta tidak mungkin ditemukan
dengan kecerdasan manusia tidak akan dibiarkan sendirian
tanpa pengawasan dan tuntutan ketika ia menuliskannya,
daripada menganggap bahwa penyampaian amanat dari

13Yakub B Susabda, Alkitab dan Firman Allah, dalam buku Ioanes Rakhmat (peny.), Mendidik dengan
Alkitab dan Nalar, BPK Gunung Mulia, 1995.

Edisi Juli 2020 32


A l l a h a k a n d i s e l u b u n g i d e n g a n k h ay a l a n y a n g
berlebihan.”14

Thiessen selanjutnya memberikan beberapa hal yang harus


diperhatikan tentang pengilhaman, yakni:

1. Pengilhaman tidak dapat dijelaskan sepenuhnya.


Pengilhaman merupakan karya Roh Kudus, namun kita
tidak dapat mengetahui dengan tepat bagaimana kuasa
Roh Kudus bekerja ;
2. Pengilhaman bersifat terbatas, dalam arti terbatas pada
penulis - penulis Alkitab saja. Kitab - kitab lainnya tidak
diilhamkan dengan yang sama;
3. Pengilhaman pada hakikatnya merupakan tuntunan.
Maksudnya, Roh Kudus mengawasi pemilihan bahan
yang dipakai serta kata-kata yang akan digunakan dalam
menulis suatu kitab;
4. Roh Kudus melindungi para penulis dari berbuat
kesalahan serta tidak mencatumkan apa yang tidak
harus dicantumkan;
5. Pengilhaman meliputi kata - kata yang dipakai, bukan
sekedar pikiran dan konsepnya saja;
6. Pengilhaman ini berlaku hanya pada naskah aslinya
saja.15

Penyampaian bahan-bahan di dalam Alkitab menunjukkan


keragaman cara yang dipakai Allah kepada para penulis:
1. Bahan-bahan yang datang langsung dari Allah, seperti
10 hukum Taurat yang dituliskan dalam dua loh batu
(Kel. 20; Ul. 9:10);

14 Ibid, hal 103.

15 Henry C. Thiessen, Teologi Sistimatika, hal 100-1.

Edisi Juli 2020 33


2. Bahan tulisan yang dibuat melalui hasil penelitian,
seperti kitab Lukas dan Kisah Para Rasul (Luk. 1:1-4);
3. Bahan yang bersifat nubuatan. Sekitar 25  % isi Alkitab
adalah nubuatan;
4. Bahan-bahan yang bersifat sejarah. Banyak isi Alkitab
mengenai sejarah. Alkitab mengatakan sesuatu yang
pernah terjadi maka hal itu adalah benar, seperti Lukas
mendampingi Paulus dalam perjalanan pemberitaan
Injil (Kis. 16:10-13; 20:5-21), Yosua memimpin bangsa
Israel masuk ke tanah Kanaan, dan peristiwa lainnya.
Dalam sejarah penciptaan alam semesta dan manusia,
tentu Allah mengilhamkan kepada Musa, karena ketika
penciptaan berlangsung tidak ada seorang pun saksi
mata manusia;
5. Alkitab juga mengisahkan tentang kebohongan seperti
penipuan setan yang memang ada dan benar terjadi
(Kej. 3:4-5).16

Dengan demikian berbagai cara keragaman penulisan


Alkitab menunjukkan kepada kita, bahwa Allah kadang-
kadang menyatakan hal-hal tertentu secara kodrati dan
langsung, namun kadang-kadang menginginkan penulis
menuliskan perintah-Nya dengan ekspresi mereka sendiri.
Tetapi Allah menghembuskan seluruh firman-Nya,
menggunakan para penulis dan melalui berbagai cara
untuk memberikan kepada kita dalam kata-kata manusia
sebagaimana tertulis di dalam Alkitab.

Kesimpulan pengilhaman
1. Roh Kudus mengilhamkan Alkitab secara kata demi
kata, menyeluruh, tidak terbatas (unlimited), tidak

16 Charles C Ryrie, Teologi Dasar, Jilid 1, hal 93.

Edisi Juli 2020 34


keliru dan menyesatkan (infallable), tidak mengandung
kesalahan (innerrancy) yang semuanya merupakan
kebenaran, sehingga patut dipercaya. Alkitab sebagai
firman mengatakan bahwa Alkitab adalah sempurna,
“Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa,
peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada
orang yang tidak berpengalaman” (Mzm. 19:8);
2. Roh Kudus mengilhamkan sesuai naskah asli, bukan
salinan-salinan yang datang kemudian. Namun, salinan
dan terjemahan memiliki kewibawaan yang sama
dengan naskah asli;
3. Alkitab diilhamkan dengan memakai manusia sebagai
alat dan rekan kerja dalam penulisannya. Isi Alkitab
bukan pikiran manusia dan bukan juga manusia
bertindak sebagai robot, atau Allah hanya menurunkan
konsep, melainkan melalui kerjasama yang optimal
dalam menyampaikan kehendak Allah;
4. Pengilhaman dilakukan secara menyeluruh dan kata
demi kata (plenary and verbal inspiration).

Edisi Juli 2020 35


4. Pengkanonan (Canonicity)

Kata “kanon” berasal dari bahasa Yunani kanoon yang


menunjuk kepada alat atau buluh pengukur (Gal 6:16; Fil
3:16), kemudian maknanya berkembang menjadi standar
dan ukuran norma. Pengertian kanon juga dipakai sebagai
daftar kolom bergaris yang memisahkan kelompok
tertentu. Kata kanon kemudian pengertiannya menjadi:
standar yang berhubungan dengan jumlah kitab atau surat
yang diakui di dalam Alkitab. Jadi pemakaian kata kanon
berkembang meliputi beberapa tahapan.

Setelah dipakai sebagai norma pengakuan iman pada gereja


mula-mula, akhirnya kata ini dipakai dalam istilah
pengkanonan 66 kitab pada Konsili Carthago. Jumlah 66
kitab di dalam Alkitab tersebut yang disebut sebagai kanon.
Langkah-langkah untuk menetapkan Alkitab berjumlah 66
kitab seperti yang ada saat ini pada PL dan PB, semuanya
melalui proses uji yang panjang dan aturan tertentu, yang
dipimpin Roh Kudus dalam pengkanonan sehingga menjadi
suatu kesatuan yang utuh.

Proses pengkanonan PL sudah dimulai pada abad 4 SM,


ketika seluruh kitab Taurat telah selesai disusun dan
disusul dengan kitab nabi-nabi, kemudian kitab mazmur
dan puisi. Dalam proses tersebut semua kitab PL masih
dalam bentuk yang lepas, belum disahkan sebagai kesatuan
dan dibukukan dalam pengertian dikanonkan.

J. Wesley Brill menyebutkan kitab Taurat diperkirakan


sudah lengkap pada tahun 440 SM, kitab Nabi-Nabi

Edisi Juli 2020 36


tersusun pada tahun 200 SM, dan kitab Mazmur serta kitab
puisi lainnya tersusun pada tahun 100 SM.17 Pada tahun 90
M, melalui sidang Majelis (Akademi) Yahudi yang dipimpin
Johannan ben Zakkai di Jamnia (atau Yabne), kitab PL
diteguhkan dan disahkan sebagai kanon yang terdiri dari 39
kitab sebagaimana yang kita kenal sekarang, meski dengan
urutan dan susunan yang berbeda. Mereka menyebutnya
dengan Tanakh (Ibrani: ‫ )תנ"ך‬yang terdiri dari 24 kitab,
karena beberapa kitab disatukan, seperti kitab Samuel,
Raja-Raja, dan Tawarikh, Ezra dan Nehemia, demikian juga
12 kitab nabi-nabi kecil menjadi satu.

Kitab PL versi Yahudi ini disusun berdasarkan urutan kitab


Taurat, kitab nabi-nabi, dan kitab Mazmur (disebut juga
dengan Ketubim) yang berisi kitab puisi dan kitab sejarah,
terkecuali Samuel dan Raja-Raja dimasukkan ke dalam
kitab nabi-nabi. Oleh karena itu, Tuhan Yesus berkata
kepada para murid-Nya masih dengan urutan yang sama,
“bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang
Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab
Mazmur” (Luk. 24:44).

Hal yang menarik, meskipun kitab-kitab Deuterokanonika


termasuk dalam terjemahan kitab Septuaginta, namun
dalam sidang para Rabi di Jamnia tersebut dinyatakan
bahwa kitab-kitab Deuterokanonika tidak termasuk yang
disahkan dalam kanon PL. Mereka menempatkannya
sebagai kitab hikmat yang perlu dibaca, tapi berbeda
otoritasnya dengan kitab-kitab lainnya.

17 Wesley Brill, Dasar Yang Teguh, hal. 22.

Edisi Juli 2020 37


Akademi Jamnia sendiri didirikan oleh para rabi untuk
mendefinisikan ulang Yudaisme pasca tahun 70 M dan
mengusahakan tafsiran-tafsiran terhadap Taurat untuk
menanggapi situasi dan menjadi panduan bagi umat Israel
pada zaman itu. Perlu diingat bahwa kota Roma dibakar
pada tahun 64 M dan pada tahun 70 M Bait Allah dan kota
Yerusalem hancur akibat perbuatan Raja Titus, sebagai
konsekuensi pemberontakan umat Yahudi terhadap
kekaisaran Romawi.

Dengan demikian, pengkanonan PL telah selesai pada


tahun 90 M dengan bukti yang dapat dilihat dari beberapa
dukungan sebagaimana dinyatakan Ryrie sebagai berikut:

1. Otoritas kitab Taurat, kitab Nabi-nabi, Mazmur dan


penegasannya dalam Mal. 4:4;
2. Bukti-bukti Naskah Laut Mati, penemuan yang sangat
penting mengingat jumlah manuskrip yang sangat
banyak termasuk kitab-kitab PL;
3. Bukti-bukti lain, seperti Pengantar Ecclesiastus (salah
satu dari kitab Tanakh), tulisan Philo dan Josephus,
sidang di Jamnia, dan kesaksian bapa-bapa gereja mula-
mula.18

Kanonisasi Perjanjian Baru


Pada awal abad ke-2 Masehi, ada banyak kitab dan surat-
surat yang beredar yang menjadi bahan perbincangan dan
referensi pemimpin-pemimpin gereja mula-mula. Kitab
yang beredar juga termasuk kitab yang dipalsukan dan
tidak menyatakan kebenaran, seperti Injil Yudas, Injil
Thomas, Kesaksian Andreas dan Yohanes, dan kitab

18 Ryrie, hal 139 -40.

Edisi Juli 2020 38


lainnya. Beberapa kitab seperti Injil Barnabas bahkan
diduga dipalsukan dan ditulis bukan pada masa
pengkanonan Alkitab, tetapi sesudah kanonisasi Alkitab
selesai. Kitab-kitab ini menimbulkan penafsiran yang salah,
bahkan cenderung sesat, seperti pemikiran Marsion yang
menolak PL dan ia menafsirkan surat-surat Paulus dan
menyimpulkan adanya dua Allah, yakni Allah PL dan Allah
PB. Kekhawatiran inilah yang mendorong pemimpin gereja
saat itu ingin pengkanonan Alkitab dengan membuang
kitab-kitab yang tidak sesuai dengan kebenaran Allah dan
memasukkan kitab-kitab yang sesuai dengan rencana Allah
termasuk kontinuitasnya dengan kanon PL yang sudah ada.

Beberapa bapa gereja mulai memilih dan menegaskan


kitab-kitab yang sesuai dengan kebenaran wahyu Allah.
Istilah yang dipakai pada saat itu bukanlah tujuan kanon,
melainkan mencari tulisan-tulisan yang otentik (endiatheka)
dan yang diakui (homologoumena), dengan
membedakannya dengan kitab-kitab yang dianggap
bermasalah (antilegomena).19 Kitab bermasalah selain yang
disebutkan di atas, kitab-kitab ini dianggap bertentangan,
seperti Wahyu Petrus, Injil Ibrani (bukan kitab Ibrani), dan
lainnya sehingga tidak disetujui masuk sebagai kanon.
Kitab Ibrani sendiri sempat dipermasalahkan, tetapi
akhirnya disetujui sebagai kanon Alkitab meski Martin
Luther sempat mempermasalahkannya kemudian.
Selanjutnya, Alkitab Perjanjian Baru pada Konsili di
Carthago tahun 397 M disahkan isinya dan dikanonkan
seperti saat ini sebanyak 27 kitab. Proses tahapan, seleksi
dan perkembangan pengkanonan PB dari berbagai kitab

19 Jakob Van Bruggen, Siapa yang Membuat Alkitab, hal 171.

Edisi Juli 2020 39


yang ada dapat dilihat dalam buku Ensiklopedia Alkitab
Masa Kini.20

Penyelidikan dan pengujian kanon sangat penting untuk


melihat kebenaran hasil pilihan Allah terhadap surat-surat
yang dikanonkan. Charles C. Ryrie menyebutkan beberapa
pertimbangan yang mendasari penyelidikan kanon, yakni:

1. Pengesahan diri sendiri, karena ditiupkan oleh napas


Allah (2Tim. 3:16);
2. Keputusan manusia, Allah memimpin manusia dalam
memilih kitab yang dikanonkan;
3. Perdebatan soal kanon, baik dalam penyusunan awal
maupun hingga konsili Carthago merupakan bukti
kekuatan kanon dan tidak mengurangi kewibawaan
masing-masing kitab;
4. Penyelesaian kanon, dengan keputusan pada konsili
Carthago maka kanon dianggap selesai. Meski ada surat
Paulus yang dianggap hilang dengan mengacu kepada
1Kor. 5:9, yakni adanya surat sebelum surat pertama ke
jemaat di Korintus saat ini, maka bila surat tersebut
ditemukan kembali, bukan berarti menjadi anggota
kanon tambahan pada Alkitab.21

Bukti pengkanonan PB dapat dilihat dari beberapa


dukungan sejarah sebelum disahkan, yakni sebagai berikut:

1. Pengujian Kanon, yang meliputi pengujian kewibawaan,


pengujian keunikan, dan pengujian penerimaan oleh
gereja mula-mula;

20 J.D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1, hal 506.

21 Ryrie, hal 137-8.

Edisi Juli 2020 40


2. Proses pengakuan kanon, yang meliputi beberapa tahap
atau periode, yang dapat dikelompokkan menjadi:
a. Periode Rasul-Rasul: Mereka mengakui kitab-kitab PL
dan kitab Injil sebagai kitab suci (1Tim. 5:18). Penulis
kitab PB mengakui bahwa tulisan mereka adalah
firman Allah (Kol. 4:16; 1Tes. 4:15), dan sudah saling
mengetahui keberadaan kitab-kitab lain dalam PB
sebagai firman Allah (2Pet. 3:15-16).
b. Periode Kesaksian (70 – 170 M): Meski belum
dikanonkan, tulisan bapa-bapa gereja umumnya
mengacu kepada 27 kitab PB yang dikanonkan. Upaya
pengelompokan kanon telah dimulai meski dengan
jumlah kitab yang terbatas.
c. Periode Kesaksian (170 – 350 M): Proses pengkanonan
terus berlangsung melalui pemikiran-pemikiran bapa-
bapa gereja dan beberapa versi kanon telah dikenal,
seperti:
• Kanon Muratorian (170 M), kanon ini tidak
memasukkan kitab Ibrani, Yakobus, dan 1Petrus
dan 2Petrus. Hal ini mungkin berhubungan dengan
kondisi rusaknya manuskrip yang ditemukan pada
saat itu dan belum ditemukan yang lebih lengkap.
• Kanon Syria Kuno (akhir abad kedua), kanon ini
tidak memasukkan kitab Yakobus, 2Petrus,
2Yohanes dan 3Yohanes, dan kitab Wahyu. Kitab
Deuterokanonika juga tidak dimasukkan dalam
kanon.
• Versi Latin Kuno (200 M), kanon ini tidak
memasukkan kitab Ibrani, Yakobus, 2Petrus, dan
kitab Deuterokanonika.22

22 Ibid, hal 141-2.

Edisi Juli 2020 41


Dengan demikian, Alkitab dengan kanon yang ada saat ini
merupakan pilihan Allah dengan tuntunan Roh Kudus yang
bersifat kekal dan abadi. Keabadian Alkitab juga dengan
pertimbangan bahwa Firman Allah adalah kekal (Mzm.
119:89, 152; Yes. 40:8b; Mat. 24:15; Yoh. 6:68; 1Pet. 1:23) dan
Firman itu berasal dari Allah yang kekal.

Sebagaimana dijelaskan dalam Konsili di Carthago tahun


397 M kitab-kitab Deuterokanonika tidak dimasukkan
dalam kanon Perjanjian Baru. Hal ini mengikuti keputusan
sidang Majelis Yahudi di Jamnia yang menolak kitab-kitab
Deuterokanonika tersebut dimasukkan dalam kanon
Perjanjian Lama. Dalam pertimbangan lain, kitab
Deuterokanonika tidak banyak dikutip dalam Perjanjian
Baru.23 Para Bapak Reformasi, seperti Marthin Luther dan
Johanes Calvin juga menolak “kesucian” kitab-kitab ini dan
hanya menyebutkan sebagai kitab yang baik untuk dibaca.

Gereja Roma Katolik, melalui Konsili di Trente pada tahun


1 5 4 5, m e n e g u h k a n p e n a m b a h a n ke m b a l i k i t a b
Deuterokanonika sebagai bagian dari Alkitab dan
ditempatkan di antara kitab PL dan PB. Konsili Trente
merupakan pertemuan penting dalam sejarah Gereja
Katolik, yang berupaya mendefinisikan kembali doktrin
Katolik dan terutama menanggapi adanya gerakan
reformasi dari Martin Luther dan kawan-kawan yang
membentuk aliran Protestan. Konsilinya sendiri
berlangsung empat setengah tahun dari masa delapan belas
tahun (1545 – 1563) sebab terhalang adanya dua penundaan
yang panjang.

23 Life Education Bible.

Edisi Juli 2020 42


Kitab Deuterokanonika terdiri dari beberapa kitab yang
ditulis antara masa setelah nabi Maleakhi hingga masa
Perjanjian Baru Nama-nama kitab Deuterokanonika beserta
perkiraan penulisannya sebagai berikut:

1. Kebijaksanaan Salomo (30 sM)


2. Eklesiastikus (Sirakh) (132 sM)
3. Tobit (tahun 200 sM)
4. Yudit (tahun 150 sM)
5. 1 Esdras (150-100 sM)
6. 1 Makabe (tahun 110 sM)
7. 2 Makabe (110-70 sM)
8. Barukh (150-50 sM)
9. Surat Nabi Yeremia (300-100 sM)
10. 2 Esdras (tahun 100)
11. Tambahan pada Ester (140-130 sM)
12. Doa Azaria (abad kedua atau pertama sM) (Kidung Tiga
Pemuda)
13. Susana (abad pertama atau kedua sM)
14. Dewa Bel dan Naga (100 sM)
15. Doa Manasye (abad pertama atau kedua sM)

Dalam Alkitab untuk umat Katolik yang diterbitkan


Lembaga Alkitab Indonesia edisi 1997, hanya dimasukkan
sembilan kitab, yakni: kitab Tobit, Yudit, Tambahan kitab
Ester, Kebijaksanaan Salomo, Yesus bin Sirakh, Barukh,
Tambahan kitab Daniel, 1 Makabe dan 2 Makabe.

Edisi Juli 2020 43


5. Keaslian (Authenticity) dan
Kepercayaan (Credibility)

Keaslian Alkitab dapat dilihat dari dua aspek penting:


pertama, aspek penulis, yakni para penulis yang disebut di
dalam Alkitab adalah penulis asli, Musa sebagai penulis
kitab Taurat. Kedua, aspek tulisan, yakni peristiwa dan
cerita-cerita di dalam Alkitab, (PL dan PB) merupakan fakta
sejarah asli dan bukan mitos. Demikian pula seluruh
perkataan Tuhan Yesus adalah kutipan asli dan bukan
sisipan dari para penulis PB.

Kitab Kejadian sampai dengan Ulangan (kumpulan ini


disebut sebagai kitab Taurat dan kadang disebut dengan
Pentateukh) dipercayai ditulis oleh Nabi Musa, sebagaimana
juga Allah memerintahkannya untuk menyimpannya di
samping tabut perjanjian Tuhan (Ul. 31:26). Ada juga yang
mengatakan bahwa kitab Taurat kemungkinan baru mulai
ditulis pasca Musa pada tahun 1200 – 1000 SM, dan
sebelumnya hanya berupa kisah-kisah yang disampaikan
lisan dari mulut ke mulut.24

Pandangan lain menyebutkan kemungkinan kitab Kejadian


berasal dari beberapa dokumen utama yang berbeda dan
bukan Musa penulisnya. Penulisnya diduga berbeda,
dengan penjelasan mereka menggunakan nama-nama Allah
yang berbeda. Semua berasal dari 4 penulis dengan
dokumen yang berbeda, yakni:

24 Lihat salah satunya uraian dalam buku Klaus Koch, Kitab yang Agung, BPK Gunung Mulia, 1997.

Edisi Juli 2020 44


1. Dokumen Y berasal dari mereka yang menyebut Allah
sebagai Yahwe (diperkirakan pada abad ke-9 SM);
2. Dokumen E berasal dari mereka yang menyebut Allah
sebagai Elohim (pada abad ke-8 SM);
3. Dokumen D berasal dari kelompok kritis sebagai
Deuteronomist (pada abad ke-7 SM); dan
4. Dokumen P berasal dari kelompok imam sebagai
Priester (pada abad ke-6 sampai ke abad ke-5 SM).

Tetapi di dalam Alkitab, Musa dinyatakan sebagai orang


yang bisa menulis, ketika ia diperintahkan menuliskan
nama para pemimpin suku di tongkat mereka (Bil. 17:2).
Dengan demikian Musa menulis apa yang menjadi
pengalamannya sebagaimana dituliskan dalam keseluruhan
kitab Taurat tersebut.

Perlu pula diperhatikan bahwa Musa dibesarkan di


lingkungan istana. Pada masa itu budaya menulis telah ada.
Kertas papirus sendiri sudah dipakai sejak awal sejarah
Mesir (3.000 SM).25 Demikian juga halnya dengan
pemakaian kulit binatang atau perkamen untuk media
penulisan, yang biasanya terbuat dari kulit binatang
domba, kambing, sapi dan lainnya. Kulit ini dibersihkan
dan kemudian digosok seperti menyeterika dan dilapisi
kapur dan bahan lainnya agar dapat menyerap tinta.
Manuskrip PB banyak menggunakan perkamen sebagai
media tulis.

Dari penelitian berikutnya dan adanya kesatuan kitab


Kejadian dan isi kitab Taurat lainnya, tidak dapat disangkal

25 J.D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, hal 200.

Edisi Juli 2020 45


bahwa Musa adalah penulis kitab Taurat tersebut.26 Namun
harus diakui, penulisan yang dilakukan oleh Musa mungkin
tidak selengkap sebagaimana yang kita peroleh dan nikmati
saat ini.

Tulisan awal yang dibuat oleh Musa diperkiraan


perbaikannya dimulai atas perintah Raja Yosia pada tahun
640 - 609 SM, lalu kitab-kitab tersebut disempurnakan
untuk mulai dijadikan pegangan dalam pelaksanaan
keagamaan (2Raj. 22 – 23). Kitab-kitab Taurat sendiri
pernah diupayakan Raja Manaseh dari Yehuda (697 SM)
untuk dimusnahkan, sebab isinya dianggap mengutuk
perbuatan dosa-dosa yang diperbuatnya (2Raj. 21:1-9).
Tetapi upaya itu gagal.

Demikian pula Perjanjian Baru, ada tuduhan bahwa kitab


Markus, Matius, dan Lukas berasal dari sumber yang sama,
yang disebut sebagai Dokumen Q (Quelle yang berarti
sumber), mengingat 58% teks pada kitab Matius, 41% dari
kitab Lukas dan 9% dari kitab Yohanes sama dengan isi
kitab Markus.27 Tetapi hal ini telah dibantah para ahli,
sebab masing-masing penulisan bersumber langsung dari
Allah dan para penulis dipakai untuk melaporkan peristiwa
yang sama dari sudut pandang yang berbeda. Ketiga kitab
Matius, Markus dan Lukas saling melengkapi dan
memperkaya peristiwa kehidupan Tuhan Yesus. Itulah yang
membuat ketiga kitab ini disebut dengan sinoptik, yang
secara harafiah berarti melihat secara bersamaan dari
sudut yang berbeda, paduan kata Yunani syn (bersama)
dan opsis (melihat).

26 Joseph P Free & Howard F Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, hal 27.

27 W Gary Crampton, Verbum Fei, Momentum, hal. 73.

Edisi Juli 2020 46


Memang tidak satu pun dari naskah asli Alkitab yang ditulis
oleh para penulis yang masih utuh keberadaannya sampai
sekarang. Semuanya telah hilang atau rusak dimakan oleh
waktu yang berabad-abad. Hal ini memang sering menjadi
sasaran serangan orang-orang yang mempersoalkan
keaslian Alkitab. Namun kita dapat meyakini bahwa Alkitab
yang ada pada kita sekarang telah terjamin keaslian isinya.
Sebagaimana dijelaskan di depan, pada tahun 70 M, kota
Roma dibakar dan sejak itu penderitaan umat Kristen juga
semakin hebat. Hal ini juga yang membuat naskah-naskah
asli Alkitab tidak bisa diselamatkan dan yang ada kini hanya
salinannya saja. Perlu diketahui salinan dari yang asli tidak
hanya satu tetapi ada banyak, sebab belum ada percetakan
pada masa itu. Semua salinan ini yang kemudian dijadikan
sebagai sumber naskah Alkitab saat ini.

Keaslian Alkitab didukung oleh temuan-temuan beragam


yang mendukung keasliannya, baik berupa lembaran
papirus, perkamen kulit binatang (unsial), huruf
berlambang (minuskal) dan versi-versi berbagai sumber
lainnya. Sampai saat ini telah terkumpul lebih dari 5.300
naskah Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, lebih dari
10.000 naskah dalam bahasa Latin yakni bagian kitab
Vulgata, dan 9.300 versi atau naskah yang lebih awal. Di
samping itu, ada lebih dari 24.000 lembar naskah bagian-
bagian Perjanjian Baru yang masih disimpan dan
terpelihara sampai saat ini. Dokumen dari kulit binatang
juga ditemukan dalam bentuk 250 manuskrip Perjanjian
Lama, sementara dalam bentuk minuskal ditemukan 2.500
manuskrip Perjanjian Baru.28

28 Wismoady, Disini Kutemukan.

Edisi Juli 2020 47


Menurut Joseph Free, naskah-naskah ini diteruskan kepada
kita dan perbedaan-perbedaan dalam naskah ini begitu
kecil, sehingga tidak satu pun dari perbedaan-perbedaan
tersebut yang mengubah kebenaran Alkitab yang pokok.
Melalui ilmu penelaahan tekstual, para ahli dapat
menyusun ulang sebuah teks yang amat mendekati teks
asli. Hanya sekitar satu kata dari seribu kata yang mungkin
memiliki perbedaan dan memerlukan usaha-usaha para
ahli lebih lanjut untuk memutuskan perbedaan itu.
29Pendapat lain mengatakan bahwa adanya perbedaan kecil

bersifat fenomena saja, tidak substansial, yang pada


dasarnya sama maksud utamanya.

Alkitab disalin dari naskah yang sama dengan aslinya.


Semua salinan ditulis ulang dengan tangan. Dalam hal ini
para penyalin kitab benar-benar cermat mengikuti
pedoman yang telah ditentukan, untuk menghindari
kemungkinan kesalahan dalam penyalinan tersebut.
Metode penyalinan yang digunakan selama berabad-abad,
dari tahun 500 - 900 M adalah Metode Masorit. Sistem
yang dipakai para sarjana Ibrani ini adalah dengan
menghitung secara teliti. Pertama-tama, mereka harus
menghitung semua huruf yang terdapat dalam satu
halaman. Kemudian, setelah mereka selesai menyalin,
mereka harus mencocokkan lagi jumlah huruf yang mereka
salin. Hal ini membuat mereka terhindar dari kemungkinan
mengulang ataupun menghilangkan kata-kata atau baris
kalimat. Kalau ternyata jumlah yang mereka hitung tidak
cocok, mereka harus menghancurkan salinan yang telah

29 Joseph P Free & Howard F Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, hal 16.

Edisi Juli 2020 48


mereka buat dengan susah payah, dan memulai proses
penyalinan yang baru lagi.

Bukti keotentikan salinan dari naskah asli (autograph)


adalah dokumen penting lain bernama Gulungan Kitab
Laut Mati yang ditemukan di Gua Empat Qumran pada
bulan Maret 1947, berupa 40.000 serpihan. Berdasarkan
serpihan-serpihan tersebut kemudian direkonstruksi dan
menghasilkan surat-surat yang utuh.  Penemuan ini
merupakan salah satu kisah yang menarik di era modern
ini. Seorang penggembala domba kambing di sekitar
Yerikho, anak Badui yang bernama Muhammad, sedang
mencari seekor kambingnya yang hilang. Secara tidak
sengaja kakinya menendang batu yang kemudian terjatuh
ke dalam lobang gua dan menimbulkan suara berdenting
nyaring seperti suara guci pecah. Dengan terkejut ia
memeriksanya dan menemukan beberapa guci besar berisi
gulungan dari kulit yang dibungkus kain lenan. Bersama
gembala lain, ia terus mencari sampai ke Gua Empat
Qumran dan menemukan suatu perpustakaan yang terdiri
dari gulungan-gulungan kitab yang terpelihara dalam
keadaan yang sangat baik selama hampir 1900 tahun. Ini
terjadi karena guci-guci itu tertutup dengan sangat baik.

Perpustakaan yang ditemukan ini ternyata merupakan


milik “suku Esseni”, suatu kelompok pertapa Yahudi yang
diperkirakan sudah ada mulai tahun 200 SM, hingga
kelompok mereka dihancurkan oleh tentara Romawi di
tahun 68 M. Di samping itu juga ditemukan banyak buku
dan serpihan di luar naskah Alkitab yang memberikan
penjelasan tentang masyarakat Esseni yang sangat religius.
Tulisan seperti dokumen-dokumen Zadok, Peraturan
Masyarakat Qumran, dan Buku Penuntun Ketertiban,
Edisi Juli 2020 49
sangat membantu untuk memahami tujuan kehidupan
sehari-hari mereka. Di dalam gua tersebut juga ditemukan
sejumlah tafsiran PL yang sangat bermanfaat.

Bentuk salinan lain yang paling tua ada dalam bentuk


Codex, yakni gabungan beberapa kitab-kitab dari naskah
kuno dalam satu sampul sehingga berbentuk buku. Ada
beberapa Codex yang ditemukan, seperti:

1. Codex Sinaiticus (331 M) salinan dalam bahasa Ibrani dan


Yunani, ditemukan pada abad IV di Rusia kemudian
dijual ke Inggris, kini disimpan di British Museum.
Naskah yang berisi hampir semua Perjanjian Baru dan
lebih dari setengah bagian Perjanjian Lama, ditemukan
oleh Dr. Constantin Von Tischendorf di Biara Gunung
Sinai pada tahun 1859, yang dipersembahkan oleh Biara
tersebut kepada Kaisar Rusia dan dibeli oleh
Pemerintah British dari orang-orang Uni Soviet pada
Hari Natal 1933.
2. Codex Vaticanus (325-350 M), salinan dalam bahasa
Ibrani dan Yunani berisi hampir semua bagian Alkitab,
ditemukan pada abad ke IV disimpan Vatikan Library.
3. Codex Alexandrinus (400 M), adalah salinan dalam
bahasa Ibrani dan Yunani, ditemukan pada abad ke V
dan ada di Inggris. disimpan di British Museum;
Encyclopaedia Britannica meyakini bahwa kodeks
tersebut ditulis dalam bahasa Yunani di Mesir. Kodeks
ini berisi hampir seluruh kitab dalam Alkitab.
4. Codex Ephraemi disimpan di Bibliotheque Nationale,
Paris. Encyclopaedia Britannica mengatakan bahwa
“asal-usulnya dari abad ke-5 dan bukti yang tersedia di
dalamnya menyebabkan kodeks ini penting dalam

Edisi Juli 2020 50


hubungan dengan teks beberapa bagian Perjanjian
Baru.”
5. Codex Bezae (450 M) disimpan di Cambridge Library,
berisi keempat Injil dan Kisah Para Rasul, tidak hanya
tertulis dalam bahasa Yunani namun juga dalam bahasa
Latin.
6. Codex Washingtonensis (atau Frericanus - 450 M) berisi
keempat Injil.
7. Codex Claromontanus (tahun 500-an M.) berisi surat-
surat kiriman Rasul Paulus ditulis dalam dua bahasa.
8. Codex lain dalam bahasa Ibrani yang ditemukan, antara
lain:
a. Cairo Codex (895 M) ditempatkan di British
Museum. Kodeks ini dihasilkan oleh keluarga
Massoret Musa ben Asher. Codex ini berisi kitab
nabi-nabi akhir dan nabi-nabi terdahulu.
b. Codex of the Prophets of Leningrad (916 M) berisi
kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan dua belas
nabi kecil.
c. Naskah Perjanjian Lama terlengkap dan tertua
adalah Codex Babylonicus Petropalitanus (1008 M)
yang disimpan di Leningrad. Naskah tersebut
di siapkan berdasarkan teks Rabbi Harun
ben Moses ben Asher sebelum tahun 1000 M yang
telah dikoreksi.
d. Aleppo Codex (900+ M) adalah sebuah naskah yang
sangat berharga. Codex ini pernah dianggap telah
hilang pada suatu saat, tetapi pada tahun 1958
ditemukan kembali. Naskah itu mengalami
kerusakan.
e. British Museum Codex (950 M) berisi sebagian kitab
Kejadian sampai dengan Ulangan.

Edisi Juli 2020 51


f. Reuchlin Codex of the Prophets (1105 M). Penyiapan
teks ini dilakukan oleh Massoret ben Naphtali.

Semua bukti ini menunjukkan bahwa salinan-salinan yang


ditemukan mempunyai otoritas yang sama dengan naskah
a sl i , s e b a b s a l i n a n - s a l i n a n d a p at d e n g a n te p at
merefleksikan naskah aslinya. Selain salinan dokumen-
dokumen Alkitab, kebenaran juga ditemukan dari tulisan-
tulisan tokoh yang hidup pada abad pertama dan kedua,
yang mendukung kebenaran Alkitab tersebut, seperti:

• Ignatius dalam surat-suratnya (kepada jemaat Efesus,


Filadelfia, dan lainnya).
• Clemens melalui surat-suratnya, termasuk Barnabas,
Hermas, Papias (lima bukunya tentang kehidupan Yesus),
dan lainnya.
• Yosefus, buku Antiquites merupakan rujukan tentang
Yohanes Pembaptis dan pembunuhannya oleh Herodes
Antipas.
• Makrobius, buku Saturnalia, kutipan tentang Augustus
Caesar yang pengesahan pembantaian bayi di Betlehem.
• Yustinus Martir, buku The First Apologia yang mengutip
surat-surat Hadrianus kepada Minicus Fundanus,
gubernur Asia Kecil, surat Antonius kepada Majelis
umum Asia Kecil, serta surat dari Kaisar kepada Senat
Romawi, yang berisi peneguhan cerita di dalam Alkitab.
• Perintah-perintah dari Kaisar Romawi, seperti Trayanus,
dan lainnya yang ditemukan dalam berbagai surat di
abad I yang meneguhkan tindakan-tindakan mereka
kepada umat Kristen.
• Tulisan-tulisan lainnnya dari Juvenalis (Satires), Seneka
(Epistulae Morales), Hierocles (Eusebius (The Treatise of

Edisi Juli 2020 52


Eusebius), Lucianus dari Samosata (Alexander the False
Prophet), Cornelius Tacitus (Histories), dan lainnya.30

Adanya dua penemuan arkeologi penting lainnya terjadi


beberapa tahun terakhir, yang semakin mendukung bukti-
bukti keotentikan naskah Perjanjian Baru. Pertama, Papirus
Perpustakaan Rylands yang berisi cuplikan Yohanes 18 yang
bertanda tahun 125 sesudah Masehi. Kedua, kumpulan
Papirus Chester Beatty yang berisi hampir semua kitab
Perjanjian Baru dan bertanda tahun antara 200-275 SM. Isi
Alkitab yang terjamin keabsahannya ini melengkapi alasan
kita untuk dapat mempercayai keaslian Alkitab. Arkeologi
akan terus berkembang dan semakin menguatkan bukti-
bukti tentang hal tertulis di Alkitab.

Terjemahan Alkitab
Terjemahan Alkitab sejak awal diperlukan karena orang
Yahudi yang tinggal di perantauan membutuhkan
terjemahan Alkitab PL dari bahasa aslinya, yakni bahasa
Ibrani. Terjemahan resmi pertama mulai dilakukan pada
kitab Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani yang dikenal
dengan kitab Septuaginta (berasal dari bahasa Latin yang
berarti tujuh puluh dan sering dilambangkan dengan LXX).
Adalah atas perintah Raja Ptolomaios II Philadelphos di
Alexandria, Mesir, meminta para kaum terpelajar Yahudi
sebanyak 70 orang (ada yang menyebut 72 orang) yang
bekerja di Alexandria, ditugaskan untuk menerjemahkan
PL ke dalam bahasa Yunani sekitar tahun 250 SM. Seluruh
penerjemahan didasarkan pada naskah yang sama dengan
aslinya.

30 Untuk lebih detailnya, lihat buku Harold Lindsell, The Battle for the Bible, hal; 46 – 54.

Edisi Juli 2020 53


Tetapi sebenarnya ikhwal penerjemahan Alkitab sudah
dilakukan lebih awal lagi, meski merupakan versi lisan
(oral) dari PL ke dalam bahasa Aramaic. Orang Yahudi yang
hanya berbicara Aramaic, tidak dapat mengerti isi Alkitab
saat dibaca dalam bahasa Ibrani. Oleh karena itu, seorang
penerjemah akan berdiri di samping pembaca di Sinagoge
dan menerjemahkannya untuk mereka. Hal ini wajar
mengingat bahasa Ibrani makin kurang dikenal sebagai
bahasa lisan pada masa itu, sehingga kemudian mereka
perlu diberikan terjemahan dan tafsiran teks dalam bahasa
Aramaic. Namun, baru sekitar tahun 100 SM orang Yahudi
menuliskan terjemahan bahasa Aramaic standar untuk
komunitas Yahudi kuno, yang lebih banyak berbahasa
Aramaic daripada Ibrani. Kitab ini kemudian disebut
dengan Targum, berasal dari bahasa Ibrani yang berarti
terjemahan/penafsiran.

Tuhan Yesus sendiri selalu menggunakan bahasa Aramaic


dalam kehidupan-Nya sehari-hari (ingat film The Passion of
Christ diisi dengan bahasa Aramaic). Targum-targum ini
ada beberapa versi, tetapi yang utama adalah Targum
Onkelas yang berisi teks Ibrani Pentateukh, kira-kira tahun
60 SM. Sejumlah orang mengatakan bahwa targum ini
dikarang oleh Onkelas, murid sarjana besar Yahudi
bernama Hillel. Targum kedua dibuat oleh Jonathon ben
Uzziel kira-kira pada tahun 30 SM.

Pada zaman pelayanan Tuhan Yesus, ketika Israel masih


dijajah Romawi, sebagian besar orang Kristen mula-mula
masih berbicara dalam bahasa Yunani dan akibatnya gereja
mula-mula banyak menggunakan PL Septuaginta. Namun,
kebutuhan untuk terjemahan Alkitab PB meningkat saat
agama Kristen menyebar ke Syria dan ke negara yang
Edisi Juli 2020 54
berbahasa Latin. Oleh karena itu, terjemahan berikutnya
dilakukan pada abad ke-2 Masehi ke dalam bahasa Latin
dan bahasa Syria (Suriah) untuk kaum perantauan.
Selanjutnya pada abad ke-3 hingga ke-4 dilakukan
terjemahan ke dalam bahasa Koptik (Mesir), bahasa
Etiopia, Gotik ( Jerman Timur), dan bahasa Georgia
(Kaukasus). Baru pada awal abad ke-5 dilakukan
penyempurnaan terjemahan bahasa Latin oleh Hieronymus
yang kemudian dikenal sebagai Vulgata (secara harfiah
berarti untuk semua orang). Meski pada awalnya beberapa
pemimpin gereja kurang menyetujui terjemahan baru ini,
Alkitab Vulgata dapat diterima baik sebagai Firman Allah di
seluruh Eropa. Bahkan hingga saat ini Kitab Vulgata
berbahasa Latin masih tetap dipakai oleh Gereja Katolik.

Walaupun agama Kristen mencapai Inggris pada abad ke-3,


Alkitab yang dipakai adalah bahasa Latin dan gereja masih
terus mengontrol penerjemahannya selama ratusan tahun.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penafsiran yang
keliru. Namun, antara abad ke-7 sampai abad ke-14, Alkitab
secara diam-diam mulai diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris. Minat untuk menerjemahkan ke dalam bahasa
Inggris berkembang pesat pada abad ke-14, dan tahun 1380
Perjanjian Baru bahasa Inggris pertama tampil dalam
sebuah manuskrip. Alkitab ini merupakan hasil kerja John
Wycliffe, tokoh Gerakan Reformasi Inggris, dengan tujuan
memberikan pemahaman Alkitab kepada banyak orang.
Terjemahan ini lebih didasarkan dari kitab Vulgata.

Pada tahun 1530 seorang sarjana Alkitab dan tokoh


Reformasi Inggris, William Tyndale, menerjemahkan PL
dan PB dari terjemahan Yunani. Ia juga ingin memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang Alkitab, dengan
Edisi Juli 2020 55
berjuang dan berdebat tentang baik buruknya orang biasa
diberi terjemahan Alkitab dan pentingnya penerjemahan.
Tuhan menguatkan Tyndale untuk tugas berat tersebut,
dan ia berhasil menyajikannya dalam bahasa Inggris yang
lebih baik dan lebih mudah dipahami daripada terjemahan
sebelumnya.

Perlawanan gereja untuk upaya terjemahan ke dalam


bahasa Inggris semakin keras, sehingga Tyndale harus
mengungsi ke Jerman. Pada tahun 1530, hasil karyanya
kemudian dicetak di Jerman dan diedarkan di Inggris
sehingga merupakan kitab PB berbahasa Inggris yang
pertama dicetak. Namun, tidak mudah baginya untuk
menyebarkannya di Inggris, ia harus menyeludupkannya di
dalam karung-karung biji gandum dan bungkusan-
bungkusan kain. Sebagian kitab itu disita penguasa, lalu
dibakar. Ia juga akhirnya dipenjarakan dan dibakar hidup-
hidup. Tetapi Tyndale sudah membuka jalan supaya
Alkitab benar-benar untuk semua dan dapat dibaca oleh
semua orang. Terjemahannya untuk kitab PL dari tulisan
I brani tidak berhasil di selesaikan, t api gaya
penerjemahannya sangat mempengaruhi Alkitab PL yang
terbit kemudian.

Sejak itu banyak sekali dikenal Alkitab terjemahan Inggris


yang kita kenal saat ini, seperti The Great Bible (1539), The
Bishop Bible (1568), English Revised Version (1881-1885), the
American Standard Version (1901), Weymouth (1903),
Goodspeed dan Smith (1923-1927), Moffat (1924-1926),
Phillips (1947), Revised Standard Version (1946-1952), The
Jerusalem Bible, Today's English Version (1966-1976), The
New English Bible (1946), The New International Bible – NIV
(1973-1979), The Living Bible, New Revised Standard
Edisi Juli 2020 56
Version –NRSV (1989), The New King James Bible (1982),
dan lainnya. Bahkan umat Yahudi memiliki versi Inggris
sendiri yang dikenal sebagai the New Jewish Version (1962,
1974 dan 1983).

Untuk di Jerman, akibat perlawanannya sebagai tokoh


reformasi, Martin Luther juga di kejar-kejar oleh Gereja
Katolik. Selama sepuluh bulan ia kemudian bersembunyi di
dalam sebuah benteng dan dalam persembunyiannya
Luther mulai menterjemahkan kitab PB ke dalam bahasa
Jerman. Ia berhasil selesai menerjemahkannya dan
kemudian mengerjakan PL. Terjemahannya sangat dipuji
oleh orang Jerman saat itu.

Alkitab berbahasa Indonesia telah dimulai penulisannya


sejak awal abad ke-17 (sekitar tahun 1612) dan pertama kali
diterbitkan dalam bahasa Melayu-Indonesia. Terjemahan
yang tersedia masih berupa kitab-kitab lepas, seperti kitab
Lukas saja, hingga kemudian menjadi terjemahan penuh ke
dalam bahasa Indonesia, diawali versi lama hingga saat ini
dalam versi baru sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Untuk bahasa daerah di Indonesia sudah diterjemahkan ke
dalam lebih dari 100 bahasa daerah, termasuk dalam
bentuk kitab lepas atau PB saja. Upaya penerjemahan
Alkitab ke dalam bahasa daerah masih terus dilakukan oleh
Lembaga Alkitab Indonesia termasuk memperbarui versi
bahasa daerah yang sudah diterbitkan.

Perlu diingatkan bahwa dalam tulisan asli maupun


salinannya, Alkitab tidak mengenal pasal-pasal dan ayat-
ayat sebagaimana yang kita kenal sekarang. Semua kata dan
kalimat disusun dalam bentuk bersambung dan bahkan
dalam salinannya beberapa kalimat tidak ada tanda titik
Edisi Juli 2020 57
dan koma. Penyusunan pasal dan ayat mulai dilakukan oleh
Stephen Langton, seorang Uskup Inggris pada abad ke XIII,
tapi tidak selesai. Usaha ini kemudian diikuti oleh seorang
Rabi Yahudi Natan untuk PL dan selesai pada tahun 1488.
Barulah kemudian pada tahun 1551 Robert Stepanus,
seorang penerbit dari Paris, menyusun secara lengkap
seluruh pasal-pasal dan ayat tersebut seperti yang kita
kenal saat ini. Memang tidak total sempurna, tapi
pemberian pasal dan ayat sangat membantu dalam
memahami konteks dan dalam berkomunikasi
antarsesama.

Kepercayaan
Meski ada yang menyatakan bahwa Alkitab berisi dongeng
yang tidak masuk akal dan tidak bisa dibuktikan
kebenarannya, namun dengan bukti-bukti PL dan PB yang
telah dipaparkan di atas, Alkitab tetap merupakan firman
Allah yang dapat dipercaya. Alkitab dapat dipercaya karena
isinya terjamin keasliannya. Seluruh kitab terlindung dari
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama berabad-
abad, meskipun kitab-kitab ini telah disalin ribuan kali dan
tersebar di gereja-gereja mula-mula.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Alkitab


dapat dipercaya dan merupakan pegangan iman kita,
dengan pertimbangan berikut:

1. Penulisan, pengujian, dan pengkanonan telah dilakukan


selama berabad-abad dengan pimpinan Roh Kudus
(1Tim. 3:16; 2Pet. 3:15-16);
2. PB merupakan penggenapan ratusan nubuat-nubuat
yang ada di dalam PL (Ibr. 1:2; Gal. 1:8-9; Why. 22:18);

Edisi Juli 2020 58


3. Alkitab adalah penuntun yang sempurna dalam
menjawab segala persoalan hidup dan menyegarkan
jiwa kita (Mzm. 19:8);
4. Alkitab secara keseluruhan belum bisa dibuktikan
kesalahannya;
5. Adanya hubungan yang erat antara Alkitab dengan
Kristus yakni berupa Firman Allah yang hidup. Siapa
yang menolak Alkitab berarti menolak Kristus (Yoh. 1:1,
14; 12:47-48; 1Tes. 2:13. Ibr. 4: 12. Rm. 2:16).

Dalam perjalanan sejarah manusia, bagi mereka yang


percaya terhadap isi Alkitab dan menjalankan dalam
kehidupan pribadi maupun dalam organisasi, dampak
pengaruhnya sangat besar untuk membawa kebaikan.
Bangsa-bangsa yang menerima isi Alkitab dan
memegangnya sebagai standar moral kehidupan bersama,
secara umum mempunyai peradaban yang terbaik. Alkitab
terus dibaca umat manusia secara lebih luas dan tidak
berpengaruh terhadap tuduhan dan serangan yang
d i l a ku k a n o l e h mu s u h d a n m e re k a y a n g t i d a k
menyukainya. Alkitab akan bertahan dan dipercaya sampai
akhir zaman, ketika nubuatan kedatangan Tuhan Yesus
kedua kali untuk menjadi hakim bagi semua makhluk.

Edisi Juli 2020 59


6. Ketaksalahan (Innerancy)

Definisi ketaksalahan
Ketaksalahan Alkitab adalah salah satu topik yang cukup
banyak diperdebatkan. Tetapi Charles C. Rirye juga
menyebutkan bahwa banyak pihak yang tidak lagi
mempersoalkan tentang ketaksalahan Alkitab. Hal tersebut
berangkat dari pemikiran bahwa Alkitab sendiri tidak
pernah mengajarkan tentang hal ketaksalahan. Naskah asli
juga sudah tidak ditemukan sehingga konsep ketaksalahan
menjadi tidak relevan. Hal lainnya yakni gereja mula-mula
tidak pernah mempertanyakan, jadi mengapa kita saat
harus mempersoalkannya?31

Dengan beriman bahwa Alkitab adalah firman Allah (Mat.


15:6; Yoh. 10:35; 1Kor. 2:13, dan ayat lainnya), maka tidak
sulit menerima pandangan bahwa firman Allah adalah
sempurna dengan tanpa kesalahan (ineran). Bagi orang
Kristen, Alkitab adalah kebenaran dan di dalamnya tidak
terdapat kebohongan (Ibr. 6:18; bdk. 2Tim. 2:13). Alkitab
menyatakan dengan jelas bahwa Taurat Tuhan itu
sempurna (Mzm. 19:8); firman-Nya adalah kebenaran (Yoh.
17:17; Bil. 23:19); sabda-Nya adalah murni (2Sam. 22:31; Ams.
30:5; Ibr. 6:18); Allah selalu melaksanakan kehendak-Nya
melalui karya-Nya (Ibr. 4:13). Sebagai tulisan diilhamkan
oleh Allah, maka logis Alkitab tidak mengandung
kesalahan.

Namun serangan-serangan kaum liberal dan pihak lainnya


tetap menyebutkan bahwa Alkitab juga mengandung

31 Charles C Rirye, What You Should Know about Innerrancy, Moody Pres, p 21-26.

Edisi Juli 2020 60


kesalahan. Dengan mendasarkan ketidaksesuaian beberapa
angka dan beberapa fakta dalam sejarah, kelompok ini
semakin gencar mengatakan bahwa Alkitab tidak bebas
dari kesalahan. Konsekuensi dari pendapat ini memang
beragam, mulai dari pihak yang masih mentolerir
kesalahan tersebut, sampai kepada kelompok ekstrem yang
benar-benar menolak kebenaran dan kewibawaan Alkitab.

Bagi kita umat percaya, konsep Alkitab tidak mengandung


kesalahan (ineran), kadang disebut juga dengan infallibility
yang berarti tidak keliru, merupakan pegangan teologis,
suatu keyakinan iman yang berdasarkan keyakinan bahwa
Allah menyampaikan Firman-Nya dengan benar dan
sempurna kepada manusia. Ketaksalahan Alkitab
merupakan doktrin dan kumpulan bukti empiris, yakni
dengan mengumpulkan bagian-bagian dari naskah Alkitab
dan menyimpulkan bahwa isinya tidak mengandung
kesalahan.

Landasannya sederhana. Alkitab ditulis berdasarkan


Pribadi Allah sendiri. Allah adalah kebenaran dan
perkataan-Nya tidak mungkin keliru, palsu, menipu atau
menyesatkan; hal ini merupakan landasan ketaksalahan,
yang terdapat pada naskah aslinya. Dengan demikian,
ketaksalahan adalah keyakinan bahwa Alkitab sebagai
keseluruhan, yaitu PL dan PB, merupakan firman Allah
yang tertulis dengan tanpa salah pada naskah aslinya.

Alkitab juga harus dimengerti dan ditafsirkan dari sudut


latar belakang kebudayaan dan bentuk komunikasi yang
ada pada saat penulisannya. Ketaksalahan tidak dapat
dibatalkan karena beberapa penulisan angka yang tidak
sama, tata bahasa atau ejaan yang tidak teratur, dekripsi
Edisi Juli 2020 61
alam yang bersifat fenomenal, pengakuan dan kesepakatan
dalam sains modern, atau adanya kata-kata yang tidak
konsisten yang merupakan bagian dari kebenaran
keseluruhan (misalnya kutipan sepotong kata-kata iblis,
pendapat dari teman-teman Ayub, ucapan orang ateis yang
bebal (Mzm. 14: 1; 53: 2), dan sebagainya. Setan tidak akan
berbicara tentang kebenaran (Yoh. 8:44) dan untuk itu kita
harus memahami konteks ayat-ayat tersebut.

Untuk mengerti ketaksalahan Alkitab, kita harus mengerti


apa yang dimaksud dengan “kebenaran” dan juga
“kesalahan”. Kebenaran adalah sesuatu yang disampaikan
sebagaimana adanya. Kesalahan adalah menyampaikan
sesuatu yang tidak sebagaimana adanya. Jadi sudut yang
dipakai bukanlah sudut pandang pembaca atau penafsir,
melainkan sudut pandang penulis yakni Allah sendiri
sebagaimana yang dinyatakan-Nya di dalam Alkitab. Makna
teks dalam Alkitab tidak tergantung kepada penafsir atau
penerjemah, tetapi kepada kebenaran Alkitab itu sendiri
sesuai versi teks aslinya. Ketaksalahan juga tidak berarti
bahwa penulis-penulis Alkitab yang dipakai Allah adalah
manusia-manusia yang mahatahu, melainkan mereka
mengamati, mencatat, dan menceritakan apa yang dilihat
dan didengar secara akurat dan benar, berlaku bagi orang
yang hidup di zaman para penulis maupun bagi orang
modern dewasa ini. Mereka dituntun oleh Roh Kudus
dalam mencatat seluruh pesan dan kejadian tersebut.

Berbagai pandangan ketaksalahan


Ada berbagai pandangan tentang ketaksalahan. Pertama,
Ketaksalahan Terbatas (Limited Inerrancy) adalah
pandangan yang menyatakan bahwa ketaksalahan hanya
berhubungan dengan keselamatan. Mereka mengakui
Edisi Juli 2020 62
adanya detil-detil angka, sejarah, geografi dan hal lainnya
yang berhubungan dengan sains, tidaklah bebas dari
kesalahan. Pandangan ini mengakui bahwa pemahaman
penulis tentang sejarah dan ilmu pengetahuan adalah
terbatas. Tetapi Alkitab bukanlah buku sejarah dan ilmu
pengetahuan dan Allah tidak mengilhamkan ilmu
pengetahuan dan sejarah melalui Alkitab. Pandangan ini
hanya menekankan ketaksalahan dari sudut tujuan
utamanya, yakni menuntun manusia kepada keselamatan.
Jika tujuan tersebut tercapai, maka tidak diperlukan lagi
pertanyaan tentang beberapa “ketidakakuratan” yang ada
di dalam Alkitab. Pandangan ini agak mirip dengan
pandangan yang mengutamakan Ketaksalahan untuk
Tujuan (Inerrancy of purpose) – Ketaksalahan menggenapi
tujuan, yakni membawa manusia dalam hubungan dengan
Kristus, meski ada ketidak-akuratan tetapi itu dapat
diabaikan.

Ketaksalahan Mutlak (Absolute Innerancy), adalah


pandangan yang menyatakan bahwa Alkitab secara
keseluruhan tidak mengandung kesalahan, bebas dari
segala hal-hal yang mengandung kepalsuan, fraud, dan tipu
muslihat (ICBI, 1978). Para penulis Alkitab memang ingin
menyajikan data sejarah dan ilmu pengetahuan yang
mutlak. Dengan demikian, mereka berusaha menjelaskan
setiap perbedaan “kesalahan” angka atau fakta yang
dijumpai di dalam Alkitab secara tuntas. Ketika fakta-fakta
diketahui, Alkitab dalam naskah aslinya dan penafsiran
yang benar akan memperlihatkan kebenaran menyeluruh
sebagaimana ditegaskan, yakni berkaitan dengan doktrin
atau moralitas atau hal sosial, fisik atau ilmu pengetahuan.
Upaya pembuktian masih berlangsung hingga masa kini.

Edisi Juli 2020 63


Kata-kata "Sun stands still" berarti "the sun literally stopped."
Pandangan ini banyak diterima.

Ketaksalahan Penuh (Full Inerrancy), adalah pandangan


yang menyatakan bahwa Alkitab adalah benar, termasuk
hal-hal yang berhubungan dengan sejarah dan ilmu
pengetahuan sebagaimana fenomena yang dipahami.
Semua yang dicatat adalah sebagaimana adanya seperti
yang dilihat dan dialami oleh penulis. Ini berarti bahwa apa
yang ditulis merupakan uraian yang populer dan dapat
berupa referensi umum, bukan merupakan data-data yang
tidak akurat, tetap benar, karena tidak dapat dibuktikan
bahwa data yang ada dalam Alkitab salah atau
menyesatkan. "Sun stands still" means that's how it looked
from earth. In that sense, it's true. (Sunset, sunrise are
modern examples of how things look from earth's perspective).
It's not an error because we know it is a phenomenal language.

Namun akhirnya semua pandangan tersebut ditutup


dengan pernyataan bahwa tidak ada kesalahan dalam
Alkitab menurut versi naskah aslinya. Semua yang
ditemukan adalah bentuk salinan dan hal itu yang
berpotensi membuat adanya beberapa ketidakakuratan dan
ketidaksesuaian kecil di beberapa bagian seperti dijelaskan
di atas. Tetapi semua masih dalam proses penelitian yang
lebih dalam lagi dan hal tersebut tidak mengubah
kebenaran isi dan pesan Alkitab.

Kritik terhadap ketaksalahan


Berbagai kritik dilontarkan terhadap konsep ketaksalahan
Alkitab. Beberapa padangan yang ada antara lain:

Edisi Juli 2020 64


1. Kritik Teks, yakni membandingkan manuskrip tentang
adanya perbedaan-perbedaan teks, verbal, dan tentang
teks lainnya. Kritik ini berkembang sejak abad ke-17
dengan mempertanyakan asal usul teks Alkitab,
terutama kitab Pentateukh yang diakui ditulis oleh
Musa. Kritik teks sering disebut sebagai kritik yang lebih
rendah (lower criticism).
2. Kritik Historis, yakni mempertanyakan tentang penulis,
waktu penulisan, naskah-naskah asli, gaya penulisan,
dan kecendrungan doktrin penulis kitab yang ada. Kritik
historis sering disebut sebagai kritik yang lebih tinggi
(higher criticism).
3. Kritik Sumber, yakni tentang sumber penulisan
khususnya tentang Injil Sinoptik. Kadang kala kritik ini
disebut juga dengan kritik bentuk, mengingat adanya
pola-pola yang sama dalam penulisan Injil Sinoptik.
4. Pandangan Filsafat Modern, yang menekankan sudut
pandang akal sehat dan pragmatisme, seperti Francis
Bacon dengan induktivisme, materialisme,
rasionalisme, empirisme skeptik, agnostisisme, dan
eksistensialisme.
5. Pandangan Neo-Orthodoks, sebagai reaksi atas
pandangan liberal yang terlalu menggugat kewibawaan
Alkitab. Meski tampak membela kebenaran Alkitab, tapi
pandangan mereka juga tidak bisa diterima sebab tidak
mengakui faktor sejarah dalam Alkitab.32

Ketidaksesuaian dalam Alkitab


Harus diakui bahwa terdapat ketidaksesuaian beberapa
teks di dalam Alkitab. Ryrie mengidentifikasi beberapa
ketidaksesuaian tersebut, misalnya: seolah-olah adanya dua

32 Untuk lebih detail tentang uraian ini, lihat buku Arnold Tindas, Innerancy: Ketaksalahan Alkitab.

Edisi Juli 2020 65


penciptaan (Kej. 1:11-12 dan Kej. 2:5); siapakah istri Kain dan
terjadinya perkawinan insent; adanya angka-angka yang
berbeda (Bil. 25:9 dengan 1Kor. 10:8; 2Sam. 24 dan 1Taw. 21;
dan beberapa ayat lainnya). Juga tentang lokasi, sejarah,
nubuatan, atau kesesuaian dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Tapi ketidaksesuaian yang ada bukan sesuatu
yang bisa dinyatakan sebagai kesalahan, melainkan
keseluruhan hal itu memerlukan perhatian dan pendekatan
dalam sudut pandang dan konteks sejarah pada masa itu.33
Ada juga kemungkinan terjadi kesalahan dalam penulisan
ulang atau penyalinan, dan inilah yang dimaksud bahwa
ketaksalahan ada pada naskah aslinya. Salinan bisa salah
tetapi naskah asli adalah benar. Adanya beberapa
ketidaksesuaian teks tersebut tidak juga membuat Alkitab
kehilangan otoritas dan kebenaran yang terkandung di
dalamnya.

Alkitab tidak pernah salah


Meski ada kritik terhadap ketidaksalahan baik yang yang
lower dan higher criticism, adanya fakta terdapat
ketidaksesuaian di antara beberapa ayat, dan pemujaan
terhadap rasionalisme, empirisme dan pandangan liberal,
semua itu tidak mengurangi kebenaran dan otoritas Alkitab
terhadap rencana Tuhan Yesus datang ke dunia untuk
meyelamatkan kita manusia berdosa.

Sebagaimana Galileo sendiri menyatakan, ia tidak pernah


ragu akan ketidaksalahan Alkitab. “Kitab Suci tidak pernah
berdusta atau salah, tetapi ketentuannya merupakan
kebenaran mutlak yang tidak bisa dilanggar. Saya hanya bisa
menambahkan bahwa meskipun Kita Suci memang tidak

33 Untuk lebih detail tentang uraian ini, lihat buku Arnold Tindas dan Charles C. Ryrie.

Edisi Juli 2020 66


salah, namun beberapa penafsir dan penyebarnya mungkin
kadang-kadang salah dalam berbagai cara, salah satunya
mungkin sangat serius dan cukup sering, (yaitu), apabila
mereka mendasarkan diri mereka sendiri selalu pada arti
harafiah kata-kata (dalam Alkitab).34

Hal inilah yang menjadi pegangan orang percaya, seperti


yang dikukuhkan dalam Perjanjian Lousanne (1974), bahwa
Alkitab “tanpa salah dalam segala hal yang ditegaskannya.”
Hal ini berarti, kita tidak lagi melihat adanya perbedaan-
perbedaan angka, tanda baca (yang hanya sedikit), atau
tafsiran-tafsiran peristiwa secara sepihak, bahkan kepada
doktrin-doktrin sesaat yang belum teruji, melainkan
menerima Alkitab dengan ketaksalahan secara konseptual
menyeluruh.

Sebagaimana diutarakan oleh John Stott, Alkitab adalah


Firman Tuhan, membeberkan kebenaran-kebenaran.
Alkit ab bukan dimaksudkan sebagai buku ilmu
pengetahuan, buku filsafat, atau buku kesusastraan. Meski
demikian, tidak ada isi dalam Alkitab yang berentangan
dengan ilmu pengetahuan, banyak berisi hal-hal yang
filosofis, demikian juga dengan berisu karya sastra. Semua
itu berasal dari Allah.35

34 Kennedy, James D & Newcombe, Jerry, Bagaimana Jika Alkitab Tidak Pernah Ditulis, hal. 159.

35 John RW Stott, Memahami Isi Alkitab, hal. 11-12.

Edisi Juli 2020 67


7. Kewibawaan (Authority)

Alkitab adalah firman Allah. Firman tersebut telah


terdokumentasikan sedemikian rupa sehingga membentuk
sebuah kitab yang lengkap. Tidak ada yang dapat
menambahkan atau mengurangi isinya. Alkitab berkata,
"Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-
perkataan ini, maka Allah akan menambahkan malapetaka-
malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini" (Why. 22:18b).

Semua persoalan manusia dapat dijawab oleh Alkitab.


Apabila ada hal yang belum bisa dijawab, maka hal itu
bukan karena kekurangan Alkitab, melainkan kelemahan
manusia dalam mencari petunjuk dari Allah untuk
menjawab masalah tersebut dari Alkitab. Selama ribuan
tahun, telah lahir penulis-penulis yang dipakai Allah untuk
menuliskan ratusan ribu buku ulasan, pembahasan, dan
uraiannya, untuk menyatakan maksud Allah melalui
Alkitab. Dengan demikian, Alkitab memiliki otoritas yang
sangat tinggi dalam kehidupan manusia. Tidak ada buku
selain Alkitab yang mempunyai kewibawaan seperti itu.

Kewibawaan berarti kedaulatan dan kuasa Allah untuk


memerintah, baik manusia maupun seluruh tatanan
ciptaan-Nya. Kewibawaan Allah salah satunya dinyatakan
melalui Alkitab yang mengatasi dan menguasai nilai,
norma, atau hal apa pun yang dapat mempengaruhi
manusia. Kewibawaan tersebut tidak tergantung pada
bukti-bukti kesempurnaannya, tetapi oleh karena iman,
sehingga mereka mempercayai kebenaran Alkitab dan
menaklukkan diri di bawah kuasa tersebut.

Edisi Juli 2020 68


Dari pembahasan pada bagian sebelumnya, atas beberapa
"ketidaksesuaian" teks Alkitab, beberapa mencoba
mempertanyakan kewibawaan Alkitab. Mangapul Sagala
dalam bukunya Superioritas dan Keistimewaan Alkitab
membedakan mereka ini ke dalam enam kelompok dengan
berbagai pandangan, yakni:
1. Alkitab adalah tradisi manusia abad mula-mula. Bagi
golongan ini, catatan di dalam Alkitab hanya
merupakan pengalaman pribadi dan tidak relevan lagi
untuk abad modern ini. Apa yang ditulis oleh Yohanes
misalnya, bukan berarti menjadikan Allahnya menjadi
Allah seluruh dunia.
2. Alkitab adalah buku biasa yang tidak luput dari
kesalahan. Mereka memulainya dengan keraguan, dan
karena ada kesalahan, maka mereka meragukan
otoritasnya.
3. Alkitab bukanlah Firman Allah, tetapi catatan tentang
Firman Allah. Bagi mereka, Alkitab adalah wahyu Allah
masa lalu, sementara wahyu Allah tidak terbatas karena
Allah tidak terbatas.
4. Alkitab mengandung Firman Allah. Bagi mereka, tidak
semua yang tertulis di Alkitab adalah Firman Allah,
tetapi ada firman yang dari manusia bahkan Iblis.
Mereka mengacu kepada kutipan-kutipan, seperti
tertulis, ”Ular itu berkata kepada perempuan itu....”
Hanya yang jelas mengatakan, “Beginilah Firman
Allah”, “Demikianlah Firman Allah”, dan seterusnya,
yang merupakan Firman Allah.
5. Alkitab menjadi Firman Allah ketika terjadi pertemuan
atau pengalaman pribadi. Maksudnya, ketika tulisan itu
dibaca dan mempunyai pengaruh di dalam hatinya,
maka ketika itulah menjadi Firman Allah. Mereka
Edisi Juli 2020 69
membedakan Logos (umum) dan Rhema (Allah sudah
berbicara secara pribadi kepada pembaca).
6. Alkitab adalah Firman Allah. Golongan inilah yang kita
setujui bahwa Alkitab merupakan suatu kesatuan
Firman Allah kepada manusia dengan meminta manusia
untuk menuliskannya. Tapi seluruhnya adalah
kehendak Allah. Karena itu, Alkitab mengandung kuasa
dan otoritas tertinggi dalam kehidupan.36

Keraguan akan kewibawaan Alkitab dalam bentuk kritik


juga telah berlangsung lama. Kritik-kritik yang muncul
kebanyakan ternyata salah, dan keraguan yang ada
kemudian hilang begitu saja. Kebenaran dan kewibawaan
Alkitab tetap tidak tergoyahkan.

Gugatan Terhadap Kewibawaan


Voltaire, salah satu dari penulis-penulis yang paling
berpengaruh di abad 17, pernah menunjukkan sebuah
Alkitab di tangannya dan berkata: "Dalam 100 tahun
mendatang kekristenan akan tersapu lenyap dan tinggal
sejarah saja." Namun ucapannya tidak terbukti, Alkitab
tetap dipercaya dan menjadi pegangan hidup manusia
dengan segala kewibawaannya. Apabila dilakukan
penelitian, akan nyata hanya sedikit sekali orang yang
membaca tulisan Voltaire dibandingkan mereka yang
membaca Alkitab saat ini.

Pandangan lain yang mempertanyakan kewibawaan Alkitab


sebagai firman Allah juga ditemukan pada pandangan kaum
Liberalisme, Neo-orthodoks, Demitologisasi, dan
Konservativisme. Masing-masing pandangan tersebut

36 Mangapul Sagala, Superioritas dan Keistimewaan Alkitab, Perkantas, 2003.

Edisi Juli 2020 70


menolak keabsahan dan kewibawaan Alkitab sebagai
firman Allah, yang diuraikan pokok-pokoknya sebagai
berikut:

1. Liberalisme, yang berpandangan bahwa Alkitab berisi


firman Allah ditambah kata-kata manusia. Pandangan
Liberalisme pada umumnya bersifat naturalistik,
deistik, rasionalistik, dan anthroposentrik. Pandangan
ini dengan metode kritikalnya menjadikan Alkitab
hanya sebagai kumpulan dari kata-kata manusia.
2. Neo-Orthodoks, yang berpandangan bahwa tulisan
menjadi firman jika Allah menggunakan Alkitab untuk
memberikan pengertian kepada manusia. Tujuan awal
golongan ini sebenarnya untuk menyerang kaum
liberalisme, tapi mereka juga terjebak dalam pemikiran
yang salah tentang hakekat firman itu sendiri.
3. Demitologisasi, yang mengatakan bahwa Alkitab berisi
firman Allah sekaligus berisi banyak dongeng. Oleh
karena itu, mereka cenderung membuang kisah-kisah
yang tidak masuk akal dan berbau mitos, seperti
kejatuhan manusia dalam dosa, bangsa Israel
menyeberangi laut Tiberau, Kristus bangkit dari antara
mati, dan lain-lain.
4. Konservatisme, yang mengatakan Alkitab adalah firman
Allah secara objektif. Melalui Alkitab, Allah berfirman
kepada manusia. Alkitab adalah firman Allah yang tetap
berkata-kata apapun pengalaman kita terhadapnya.
Tetapi sayang sekali, pendukung konservatif ini pun
belum sepakat. Sayap kanan menekankan inspirasi
mekanis, sementara sayap kiri menekankan inspirasi
dinamis.

Edisi Juli 2020 71


Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kewibawaan
Alkitab bukan ditentukan oleh gereja. Kekristenan memang
sudah ada sebelum kanon Alkitab. Keberadaan jemaat
mula-mula, sidang-sidang jemaat di Yerusalem, perjalanan
m i s i R a s u l P au l u s , d a n s e b a g a i ny a , s e m u a ny a
mengukuhkan bahwa kekristenan telah ada sebelum
Alkitab PB dikanonkan. Tetapi, kekristenan semakin
dikokohkan dengan keberadaan dan kewibawaan Alkitab.
Kewibawaan Alkitab juga bukan karena surat-surat tersebut
terhisab dalam kanon, melainkan karena Alkitab berasal
dari Tuhan.37 Meski Konsili Carthago mengesahkan kanon
PB yang ada sekarang dan kanon PL yang ada sebelumnya,
namun semua pembentukannya telah melalui proses yang
panjang yang selalu dituntun oleh Roh Kudus. Roh Kudus
juga yang menuntun Konsili tersebut sehingga tercapai
kesepakatan kanon PB dan penerimaan PL yang ada pada
kita saat ini.

Alkitab merupakan Firman Allah sebab di dalam PL saja


terdapat 3.800 kali menyebut "Allah berfirman", "Firman
Allah", dan sejenisnya. Caprili Guanga menyebutkan
beberapa alasan dasar Alkitab sebagai firman Allah, dengan
bukti-bukti, yakni:

1. Alkitab sendiri mengatakannya, baik PL maupun PB


(Yes. 40:8b; Mzm. 119:89; 2Pet. 1:21; 2Tim. 3:16; Mat.
24:35);
2. Alkitab memiliki kesatuan dan kesinambungan, meski
ditulis oleh 40 penulis dalam kurun waktu 1550 tahun;
3. Alkitab tidak termusnahkan, meski sejak zaman Romawi
hingga saat ini usaha yang dilakukan oleh berbagai

37 John Barton, Umat Beralkitab? Wibawa Alkitab dalam Kekristenan, BPK, hal 41.

Edisi Juli 2020 72


bangsa untuk membendung pemberitaan Alkitab ke
segala bangsa;
4. Alkitab menjangkau semua orang, dengan tidak
mengenal suku bangsa, tingkat pendidikan, kaya
maupun miskin, muda dan tua;
5. Alkitab selalu relevan untuk segala zaman. Sejak ditulis
dan dikanonkan, Alkitab selalu relevan di segala zaman;
6. Alkitab dapat dipelajari terus-menerus. Bagi pembaca
yang tekun, kebenaran dan makna yang segar akan
terus diperoleh dari Alkitab;
7. Alkitab berisi banyak nubuat (dan banyak telah terjadi
digenapi), dari pemulihan dosa setelah kejatuhan Adam
dan Hawa, hingga kelahiran dan kebangkitan Kristus;
8. Pengalaman pribadi para tokoh peneliti Alkitab (dan
tokoh-tokoh agama) yang dikukuhkan sebagai
pemenang Nobel.38

Bukti lain bahwa Alkitab adalah firman Allah            


Tidak ada yang kebetulan dalam peristiwa atau penulisan
Alkitab. PL telah menubuatkan masa depan, sebagian besar
telah terjadi dengan tepat di masa PB, dan sebagian diimani
akan terjadi di masa mendatang. Allah dapat mengatur
situasi dan keadaan sejarah untuk mewujudkan nubuatan-
nubuatan yang telah ditetapkan sebelum dunia dijadikan.
Dalam kehidupan singkat Yesus selama 33 tahun, lebih dari
300 nubuat dalam Alkitab telah digenapkan.

Meski pernah ditafsirkan berbeda, seperti kisah Galileo


Galilei yang harus dihukum tahanan rumah sampai akhir
hidupnya oleh Gereja karena mempertahankan pendapat
bahwa bumilah yang mengelilingi matahari dan bukan

38 Caprili Guanga, Anda Bertanya? Alkitab Menjawab, SAAT, Malang, 2002.

Edisi Juli 2020 73


sebaliknya seperti diyakini gereja pada saat itu, merupakan
contoh bahwa sebenarnya manusia yang membuat
kesalahan. Demikian juga dengan memperdagangkan surat
penebusan dosa, yang memicu gerakan reformasi, adalah
kesalahan manusia, dan kebenaran Alkitab selalu
dinyatakan dan diteguhkan kembali dengan tidak
mengubah isinya. Semua kekeliruan tersebut telah
d i ko re k s i d a n ke m b a l i ke p ad a ke b e n a ra n ya n g
dimaksudkan Allah. Isi Alkitab selamanya benar. Firman
yang mulai ditulis kira-kira 3.500 tahun lalu, tetap hidup
dan relevan sampai sekarang, sebab Allah yang berfirman
tetap hidup dari kekal sampai kekal. Allah tidak berubah,
maka firman-Nya juga tidak berubah.

Dalam PB dinyatakan dengan jelas bahwa yang tertulis


dalam Alkitab adalah firman Allah, dengan dukungan
sebagai berikut:  

1. Segala tulisan diilhamkan Allah (2Tim. 3:16). Diilhamkan


berarti dihembuskan (dinafaskan) oleh Allah,
diinspirasikan oleh Allah. Itu berarti tidak ada bagian
Alkitab yang tidak diinspirasikan oleh Allah;
2. Nubuat terjadi oleh dorongan Roh Kudus (2Pet. 1:21).
Dari 39 kitab dalam Perjanjian Lama dan 27 pada
Perjanjian Baru, sebagian besar diantaranya berisi
nubuat, baik nubuat akan kedatangan Tuhan Yesus
pertama kali, maupun nubuat tentang akhir zaman.
Berdasarkan pernyataan Rasul Petrus tersebut, tidak
ada satu pun dari antara nubuat lahir dari diri manusia,
semuanya berasal dari Roh Kudus;
3. Tuhan Yesus mengakui Perjanjian Lama sebagai kitab
Suci (Luk. 24:27);

Edisi Juli 2020 74


4. Tuhan Yesus juga berkata bahwa Kitab tidak dapat
dibatalkan (Yoh. 10:35);
5. Tuhan Yesus menegaskan bahwa kitab tidak boleh
ditambah atau tidak boleh dikurangi (Why. 22:18, 19).

Hubungan Tuhan Yesus dengan Alkitab dapat dirumuskan


sebagai berikut:

1. Dia adalah Firman hidup yang berinkarnasi (Yoh. 1:1,


14);
2. Dia adalah Firman hidup yang tertulis (Yoh. 1: 1-2; Ibr. 4:
12);
3. Dia adalah tema sentral dari Alkitab (Luk. 24: 44; Yoh. 5:
39);
4. Kedatangan Kritus memenuhi isi Alkitab dan
pemenuhan janji Allah (Mi. 5: 1; Mat 5: 17; 12: 16-21; 26:
24, 54; 22: 23).

Hubungan ini dapat pula dianalisis dari pendekatan


kesaksian dan sikap Kristus tentang kewibawaan Alkitab
sendiri. Beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tuhan Yesus mengakui kewibawaan dan pengilhaman
Alkitab (Mat. 5:18; 15:3, 4, 6; 22:31- 33; Yoh. 16:35);
2. Ia menekankan pentingnya setiap kata dalam Alkitab
(Luk. 16:17; 18:31; 24:44).
3. Ia sering mendasari uraian-Nya berdasarkan Alkitab PL
(Mat. 13:13-15; Yoh. 10:34; Mzm. 82: 6);
4. Ia selalu memakai Alkitab PL sebagai sumber dasar bagi
penyataan diri-Nya dan ajaran-Nya (Mat. 4:4, 7, 10; Mat.
21:16; Mzm. 8:3; 118:21-22; 27:46; 22:1; Luk. 20:17);
5. Ia menguatkan dan meneguhkan penyataan Alkitab
(Mat. 19:4-5; 24: 37; 13:40-41; 24:15; Luk. 11:51; 17:29, 35;
Yoh. 8:56);
Edisi Juli 2020 75
6. Ia mengakui dan menegaskan Alkitab sebagai petunjuk
yang lengkap untuk jalan keselamatan (Luk. 16:29-31);
7. Ia menyatakan bahwa sumber penyebab kesalahan
adalah mengabaikan isi Alkitab (Mrk. 12:24-27; Luk.
24:25);
8. Yesus telah membuktikan semua pernyataan-Nya
melalui cara hidup-Nya (Yoh. 2:11) dan kata-kata-Nya
(Mat. 16:17);
9. Meski tidak seluruh firman-Nya disampaikan secara
langsung, Ia menjanjikan kelengkapannya melalui Roh
Kudus yang menggunakan para penulis dan telah
digenapi (Yoh. 16:12-14).

Alkitab merupakan satu kesatuan yang terpadu dan selaras


dan seluruhnya mengarah kepada pengenalan dan
pemenuhan Yesus Kristus serta keselamatan yang
dianugerahkan-Nya kepada manusia. Alkitab bertema
sentral Kristus. PL adalah pengantar jalan dan pengenalan
kepada Kristus; PB adalah penggenapannya. Sebagaimana
dikatakan oleh John Stott, “Alasan utama untuk menerima
ilham dan wewenang ilahi semata-mata merupakan
kesetiaan bagi Yesus…. Jika Yesus mendukung Perjanjian
Lama, membubuhkan padanya stempel persetujuannya
sendiri, Ia juga meramalkan penulisan Kitab Suci Perjanjian
Baru, yang paralel dengan Kitab Suci Perjanjian Lama.
Memang, Ia bukan saja meramalkannya, Ia sesungguhnya
berkeinginan Perjanjian Baru ditulis, dan Ia dengan sengaja
membuat persiapan untuk hal itu dengan menugaskan dan
memberi wewenang kepada para rasulnya.”39 Mereka akan
dibimbing dan dituntun oleh Penolong yakni Roh Kudus,
Roh Kebenaran (Yoh. 14:17; 15:26).

39Dikutip dari Kennedy, James D & Newcombe, Jerry, Bagaimana Jika Alkitab Tidak Pernah Ditulis,
hal. 305.

Edisi Juli 2020 76


Para penulis Alkitab memiliki keyakinan bahwa isinya
bersumber dari Allah sebagaimana dinyatakan sebagai
berikut:

a. Penulis Alkitab meyakini apa yang mereka tulis adalah


Firman Allah. Nabi-nabi juga merupakan juru bicara
atau penyambung lidah Allah (Kel. 4:14-16; 1Sam. 7:1;
Yer. 9:19; Yes. 1:10-11; Mi. 4:14; Rm. 12:22; 1Kor. 14:37;
1Kor. 2:13);
b. Pernyataan penulis Alkitab mengenai kewibawaan
Alkitab dapat dilihat dalam Mzm. 16:10; Ma. 97:7-8; Kis.
13:35 -36; Rm. 3:1 -2; 2Tim. 3:16; Ibr. 3:7; 2Pet. 1:21;
c. Penulis Perjanjian Baru menganggap tulisan mereka
sama berwibawanya dengan Perjanjian Lama (2Pet. 3:2,
16);
d. Pengilhaman isi bukan hanya berupa kata-kata, ide atau
gagasan semata-mata, tetapi juga perwujudan
keseluruhan rencana Allah (Kel. 21:14; Kel. 32:15-16; Yer.
1:9; 1Kor. 2:13; 1Tes. 2:13).

Firman Allah berotoritas


Otoritas Alkitab tidak akan luntur atau lemah sebab ulah
manusia yang mencoba mengungkapkan kelemahan
Alkitab. Alkitab berasal dari Allah yang kekal dan
konsekuensinya Alkitab juga akan menjadi firman Allah
yang kekal dan abadi (Ibr. 11:6). Persoalannya kembali
kepada manusia: Bagaimana mereka memahami dan
menggunakan Alkitab dalam kehidupannya? Keberadaan
Allah itu sesuatu yang pasti ada dan tidak dapat disangkal.
Selama manusia belum bisa menjelaskan secara pasti teori
penciptaan alam semesta dan sumber penciptaan tersebut,
maka dengan sendirinya keberadaan Allah dan penciptaan
Edisi Juli 2020 77
yang dinyatakan dalam Alkitab tetap abadi. Peristiwa
penciptaan alam semesta menjadi tetap relevan bagi umat
manusia saat ini.

Otoritas Alkitab tersebut dapat juga dijelaskan dengan


beberapa pendekatan sebagai berikut:
1. Firman-Nya mempunyai kuasa dan wewenang yang
tinggi (Mzm. 33:4-6; Rm. 1:16);
2. Hakekat Allah dan firman-Nya tidak terpisahkan (Yes.
55:11);
3. Allah bertindak dan menciptakan lewat Firman-Nya
(Kej. 1:3; Ibr 4:12);
4. Ia memanggil manusia untuk percaya, memberikan
misi-Nya, anugerah-Nya, pemeliharaan-Nya, dan semua
tindakan melalui Firman-Nya (Yes. 6:8-10; Rm. 9:17-18;
10: 17; Gal. 3:8);
5. Allah memberikan wahyu sepenuhnya dalam penulisan
Alkitab (Why. 22:18-19).
6. Semua tulisan (teks asli) Alkitab diilhamkan oleh Allah
(2Tim. 3:16);
7. Alkitab adalah firman Allah yang disampaikan dalam
bahasa manusia;
8. Alkitab ditulis oleh manusia yang digerakkan oleh Roh
Kudus (2Pet. 1:20-21). Ada inisiatif Allah dan peran
manusia (Theanthropic);
9. Untuk mengenal kehendak dan wahyu Allah, manusia
harus mengenal Alkitab, membaca atau mendengar,
kemudian mentaati perintah dan petunjuknya.

Pemimpin reformasi telah menegaskan bahwa Allah telah


berinisiatif untuk menyatakan diri-Nya secara khusus
melalui Alkitab, sehingga Alkitab menjadi satu-satunya
pegangan bagi orang percaya. Alkitab sebagai wahyu Allah
Edisi Juli 2020 78
memiliki otoritas tersebut. Pandangan konservatif
mengatakan bahwa Alkitab adalah firman Allah secara
objektif. Melalui Alkitab, Allah berfirman kepada manusia
sebagai firman Allah yang tetap, meski manusia memiliki
respon dan pengalaman yang berbeda terhadapnya.

Pengertian otoritas yang dimiliki firman Allah harus


dibedakan dengan tradisi. Konsili Trente memang
meneguhkan pentingnya tradisi dan hal itu tidak dapat
disangkal. Namun, tradisi tidak dapat melampaui firman
Allah. Tradisi yang menghambat dan tidak senapas dengan
firman Allah harus terus diperbarui. Tradisi adalah buatan
manusia, sementara firman Allah adalah suara Allah.
Otoritas tradisi jangan sampai melampaui otoritas firman
Allah. Pandangan plenar y and verbal inspiration
(seluruhnya kata demi kata diilhamkan) memberikan
konsekuensi bahwa firman Allah mutlak untuk diikuti,
bukan tradisi yang diciptakan manusia. Tradisi yang dibuat
oleh gereja dalam sejarah dan kehidupannya haruslah tetap
dikembalikan kepada kebenaran dan maksud rencana Allah
dalam Alkitab. Apabila hal itu bertentangan dengan Alkitab,
maka gereja tetap perlu membaharuinya.

Kesimpulan Kewibawaan
Alkitab menulis, "Yesus berkata, langit dan bumi akan
berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu!" (Mat.
24:35). Inilah yang merupakan dasar dari kewibawaan
Alkitab. Kewibawaan yang telah berusia hampir dua ribu
tahun. Buku Pemahaman Bersama Iman Kristen, yang
merupakan salah satu dari lima Dokumen Keesaan Gereja-
gereja di Indonesia, memberikan dasar kewibawaan Alkitab
sebagai berikut:

Edisi Juli 2020 79


1. Sebagai firman Allah, Alkitab mempunyai kewibawaan
tertinggi dan menjadi "pelita pada kaki dan terang pada
jalan" orang-orang percaya (Mzm. 119:105);
2. Alkitab menjadi dasar dan pedoman bagi perbuatan dan
kehidupan orang beriman (2Tim. 3:16-17);
3. Orang-orang percaya, baik pribadi maupun bersama-
sama, harus membacanya, merenungkannya siang dan
malam (Maz 1), berusaha dengan sungguh-sungguh
untuk, memahami, menghayati dan melaksanakannya,
dengan benar dalam iman dan ketaatan kepada Allah
dalam Kristus;
4. Alkitab bukanlah benda keramat atau kitab ramalan.
Sebagaimana Roh Kudus telah menyertai dan
membimbing para penulis Alkitab, serta memimpin
manusia untuk percaya kepada Yesus Kristus, maka
pemahaman yang benar mengenai isi Alkitab serta
penghayatan dan pelaksanaannya di dalam kehidupan
sehari-hari juga hanya akan terjadi atas bimbingan Roh
Kudus (1Kor 12:3; Yoh 16: 15; 2Pet 1: 20-21).

John Barton menulis, "Kewibawaan Alkitab adalah bagi


iman, tidak akan dipahami sebagai sesuatu yang mengikuti
model suatu kumpulan ‘hukum’ (codex) atau buku teks,
yang kepadanya kita dapat mengacu untuk menjamin
kebenaran kepercayaan atau ajaran kita, tetapi sebagai
sesuatu yang mengikuti analogi seorang sahabat yang
dipercaya, yang pengaruh dan interpretasinya atas suatu
peristiwa atau pengalaman yang penting dapat kita
andalkan."40

40 John Barton, Umat Berkitab? BPK, 1993, hal. 62.

Edisi Juli 2020 80


Otoritas dan Kewibawaan Alkitab tidak perlu dipertanyakan
lagi, sebab dari uraian di atas kita memperoleh kesimpulan
sebagai berikut:

1. Alkitab berasal dari Allah dan rencana Allah untuk


manusia (2Tim. 3:16; 2Pet. 1:20-21; Ams. 30:5; Ul.
32:46-47);
2. Alkitab bebas dari kesalahan (innerance) dan didukung
keasliannya.
3. Alkitab telah teruji selama ribuan tahun kuasanya dalam
membawa miliaran orang-orang percaya kepada Yesus
Kristus;
4. Alkitab tidak dapat dibatalkan (Yoh. 10:34-35) dan tidak
dapat berubah (Mat. 24:32-35);
5. Alkitab berisi berita keselamatan untuk hidup yang
kekal;
6. Alkitab telah merubah wajah banyak dunia, baik secara
moral, rohani dan jasmani;
7. Melalui ketaatan pada Alkitab, terbukti kita akan diberi
kuasa (Yoh. 1:12; Mat. 28:20; Yos. 1:9).

Edisi Juli 2020 81


8. Penerangan (Illumination)

Iluminasi menjadi bagian penting dalam memahami isi


Alkitab. Kata "iluminasi" berasal dari bahasa Yunani
photizo, yang berarti menerangi, memberi penerangan
rohani (Yoh. 1:9; Luk. 11:36; Ef. 1:18). Paul Enns
mendefinisikan iluminasi sebagai proses ”pelayanan dari
Roh Kudus di mana Ia mencerahkan mereka yang dalam
relasi yang benar dengan Dia untuk memahami firman
Allah yang tertulis.” Dengan tuntunan Roh Kudus kita
mampu mengerti isi Alkitab dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Wahyu, sebagaimana dijelaskan di bagian depan, selalu


berhubungan dengan materi dan isi (Firman) yang
disampaikan Allah. Pengilhaman merupakan cara Allah
dalam menyampaikan pesan-pesan-Nya, maka iluminasi
merupakan penerangan tentang materi dan isi Alkitab
untuk dipahami dan dimengerti oleh mereka yang
membaca dan mendengarkannya melalui kuasa Roh Kudus.
Roh Kudus juga akan memberi bimbingan untuk
menerapkan firman Allah dalam kehidupan orang percaya
(1Kor. 2:14-16).

Iluminasi tidak berhubungan dengan wahyu yang baru,


melainkan hanya pemberian pengertian dan pemahaman
kepada mereka yang membaca dan menerimanya, sehingga
mereka percaya kepada isi Alkitab dan kemudian beriman
kepada Tuhan Yesus. Jadi iluminasi adalah penerangan
yang bersifat mengajarkan dan mengingatkan akan isi
Firman kepada kita yang percaya kepada-Nya. Roh Kudus

Edisi Juli 2020 82


akan selalu bekerja bagi mereka yang rindu untuk
memahami kebenaran Firman tersebut, untuk mengerti
lebih dalam tentang maksud Allah melalui Firman yang
telah dinyatakan-Nya.

Tuhan Yesus sendiri menyatakan ketika Ia bersama-sama


dengan murid-Nya. “Semuanya itu Kukatakan kepadamu,
selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu: tetapi
Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa
dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala
segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu
akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh.
14:25-26).

Firman Allah di dalam kitab 1Kor. 2:10 juga mengatakan,


“Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh,
sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang
tersembunyi dalam diri Allah.” Ini artinya bahwa melalui
Firman Allah dan pertolongan Roh Kudus, Allah
menyatakan diri-Nya meski melalui proses yang tidak
mudah untuk pengenalan yang lebih dalam. Firman Allah
tersembunyi bagaikan harta karun (Mat. 13:44-46),
sehingga hanya bagi mereka yang berani menyerahkan
hidupnya saja yang akan mengenal-Nya dengan baik.

Alkitab sendiri telah sempurna. Tidak dapat ditambah atau


dikurangi. Bagi mereka yang menambah atau
menguranginya, maka hukuman Tuhan sangat berat
dengan malapetaka-malapetaka baginya (Why. 22:18).
Seandainya ada yang tidak kita mengerti tentang bagian
firman tertentu, maka Roh Kudus membuka pikiran
manusia untuk mengerti maksud Firman tersebut,
demikian juga dalam penerapannya. Ini tidak berarti
Edisi Juli 2020 83
bahwa tanpa penjelasan dalam Alkitab, kemudian dapat
dit ambahkan dokumen- dokumen sebagai bagian
penggenapan Alkitab, sebagaimana dilakukan oleh
beberapa tokoh dengan aliran tertentu.

Firman Tuhan sendiri menjelaskan hal itu sebagaimana


dinyatakan dalam Injil Yohanes. “Masih banyak yang hal
yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu
belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang,
yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam
seluruh kebenaran, sebab Ia tidak berkata-kata dari diri-
Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah
yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan
kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yoh. 16:12-14).
Artinya, bilamana kita tidak mengerti, maka Roh Kudus
yakni Roh Kebenaran yang akan memberikan penerangan
kepada kita tentang maksud dan rencana Tuhan dalam
kehidupan manusia, sepanjang kita taat dan bertekun
mencarinya.

Cara Roh Kudus bekerja dalam proses iluminasi merupakan


rahasia dan rencana Allah bagi mereka yang menerimanya.
Pembaca Alkitab atau pendengar firman Allah melalui
khotbah, tidak memiliki iman yang sama, meski mereka
memiliki kecerdasan yang sama. James M. Boice
mengatakan bahwa tanpa iluminasi dari Roh Kudus, Alkitab
merupakan buku yang tertutup.

Firman Tuhan juga menegaskan hal ini sebagaimana ditulis


dalam 1Kor. 2:12-14: “Kita tidak menerima roh dunia, tetapi
roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang
dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami
menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang
Edisi Juli 2020 84
mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-
karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan
kepada kami oleh hikmat manusia, tet api oleh
Roh” (bandingkan dengan 1Yoh. 2: 20, 27; Mzm. 119:18; Kis.
16:14; Yoh. 2:22; 14:26; 16:12-14). Kitab 2Petrus mengatakan
bahwa manusia tidak boleh dengan bebas menafsirkan
untuk kehendak sendiri. Tetapi, penafsiran dilakukan
semata-mata hanya untuk kemuliaan Tuhan, sebab Alkitab
berasal dari Dia, oleh Dia dan bagi Dia (Rm. 11:36).

Kebenaran Alkitab tidak bisa diambil sepotong-sepotong.


Kisah Ayub di awal hingga pasal 37 berisi banyak hikmat
manusia. Banyak yang tidak layak dikutip, meski
kelihatannya seolah-olah mengandung hikmat. Kitab Amsal
yang dianggap penuh hikmat harus diikuti dengan
pertimbangan-pertimbangan khusus, sebab hikmat yang
diberikan dapat tidak berlaku bagi setiap keadaan.
Misalnya, memukul anak untuk pengajaran jelas kadang
diperlukan tetapi pada situasi tertentu saja, bukan hukum
yang mutlak.

Penerangan oleh Roh Kudus mutlak diperlukan, sebab


tidak mudah untuk manusia mengerti Firman Tuhan.
Tokoh reformasi menekankan tentang akibat dosa yang
mempengaruhi pikiran manusia, dan pikiran menjadi
tercemar. Sekalipun hati nurani manusia dan alam semesta
memberitakan tentang keberadaan Allah, manusia
membutuhkan firman Allah dan penerangan dari Roh
kudus, supaya kita mampu melihat dan mengerti kehendak
Allah.

Edisi Juli 2020 85


Karena adanya berbagai kegelapan di dunia ini, berikut
pentingnya iluminasi Roh Kudus sebagai penerangan bagi
kita yang membaca dan mendengarkan firman Allah:

1. Kegelapan yang dibuat oleh setan (2Kor. 4:3-4);


2. Kegelapan hati manusia akibat kesombongan, bebal dan
kedegilannya (Yes. 6:9-10; Mat. 13:14 – 15; Mrk. 4:12; Luk.
8:19; Yoh. 12:40);
3. Kegelapan karena pengaruh kuasa daging (1Kor. 3:1-2;
Ibr. 5:12-14);
4. Kegelapan yang dialami mereka yang belum percaya
kepada Tuhan Yesus (Ef. 4:17-18; Rm. 10:14). Hal ini juga
termasuk kegelapan hati Israel sebagai bangsa (Rm.
11:26-27) dan menolak Mesias (Rm. 11:25);

Tingkat kegelapan hati manusia bervariasi sesuai dengan


penyerahan dan iman mereka kepada Tuhan Yesus.
Kegelapan hati manusia hanya dapat diterangi dengan
kuasa Roh Kudus. Perlu kita pahami bahwa urutan proses
pemahaman isi Alkitab adalah sebagai berikut:

1. Pikiran Allah
2. Ilham (inspirasi)
3. Penurunan (transmisi)
4. Penerjemahan
5. Penafsiran
6. Aplikasi (prinsip)
7. Aksi dan tindakan manusia.41

41 Dos L. Fisher, Pra Hermeneutik, Gandum Mas, 2001, 13.

Edisi Juli 2020 86


Penurunan atau transmisi
Transmisi adalah hubungan proses antara wahyu yang
diinspirasikan oleh Allah dalam naskah aslinya sampai
dengan naskah Alkitab terjemahan dalam versi saat ini yang
diberikan kepada kita. Jadi ada proses transmisi secara
bertahap dari naskah asli Alkitab, kemudian turun ke
bentuk salinan. Salinan sendiri terdiri dari berbagai
tingkatan/versi, yakni versi terkuno hingga yang salinan
terakhir yang ada. Dari salinan tersebut kemudian turun
lagi menjadi terjemahan, baik dari berbagai bahasa, seperti
awalnya dalam bahasa Latin, Yunani, Aram, dan versi
modern berbagai bahasa saat ini.

Penafsiran dan hermeneutika


Metode untuk memahami penafsiran Alkitab dengan baik
dan benar diajarkan pada mata kuliah Hermeneutika
(hermeneuein, Yunani). Pokok-pokok hermeneutika adalah
bagaimana menafsirkan dan bagaimana memahami ayat-
ayat dan nats Alkitab sesuai dengan prosedur dan metode
yang benar. Josef Bleicher mendefinisikan hermeneutika
sebagai teori atau filsafat penafsiran makna. Tujuannya
adalah menghindari kesalahpahaman.42

Penafsiran hakekatnya telah dilakukan saat penerjemahan


dimulai. Tetapi kita tidak perlu meragukan kebenaran isi
Alkitab sesuai dengan terjemahan yang kita miliki, sebab
proses transmisi berkembang sesuai dengan pemahaman
dan tata bahasa yang berlaku dan demi kemudahan untuk
dimengerti. Alkitab bukanlah manuskrip yang harus sesuai
aslinya, tetapi Alkitab adalah wahyu khusus yang diberikan
Allah agar Allah dikenal, manusia memahami dirinya,

42 Hermeneutika Kontemporer, Fajar Pustaka, 2003, vii-viii.

Edisi Juli 2020 87


tujuan hidupnya, dan tetap selamat hingga pasca
kematiannya.

Dalam penafsiran diperlukan eksegesis. Kata ini berasal


berasal dari bahasa Yunani eksegese (eksigisthe), yang
dalam bentuk dasarnya berarti "mengeluarkan atau
membawa ke luar". Bentuk kata benda eksegese adalah
tafsiran. Tujuan hermeneutika dan eksegesis adalah
menangkap inti pesan yang disampaikan dalam teks-teks
naskah Alkitab yang asli, dan disajikan ke dalam berbagai
bahasa yang diinginkan, agar pesan diterima dengan baik
dan benar.

Ada juga pemikiran yang membedakan penafsiran dengan


eksegesis. Menurut mereka penafsiran merupakan tugas
teolog, sementara eksegesis merupakan tugas ahli Alkitab
yang menjelaskan tentang bahan-bahan teologis maupun
non-teologis, lalu mempersembahkan pekerjaannya untuk
dipakai dalam ilmu teologi. Namun sebagaimana
dinyatakan Robert dan David, seharusnya kedua istilah ini
memiliki arti yang sama.43

Alkitab adalah sumber terang yang dibutuhkan untuk


mengalahkan kegelapan. Pemazmur menyebut firman
Tuhan sebagai "pelita” bagi kaki dan “terang” bagi jalan kita
(Mzm. 119:105). Dengan terang, maka kegelapan yang
terjadi akan menjadi jelas dan semakin banyak orang yang
tidak terjatuh. Untuk itu orang percaya perlu meminta
pertolongan kepada Roh Kudus, sebagaimana pemazmur
mengatakan: Singkapkanlah mataku, supaya aku

43 Robert M. Grant dan David Tracy, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, BPK, 1993, 5.

Edisi Juli 2020 88


memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu (Mzm.
119:18).

Alkitab mengatakan, “Barangsiapa mau melakukan


kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari
Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri” (Yoh.
7:17). Pada bagian lain dituliskan “…sebab kamu telah
menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan
sebagai perkataan manusia, tapi – dan memang sungguh-
sungguh demikian – sebagai firman Allah, yang bekerja juga
di dalam kamu yang percaya” (1Tes. 2:13). Kitab Ibrani
mengatakan, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih
tajam dari pada pedang bermata dua mana pun, ia
menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh,
sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr. 4:12).

Edisi Juli 2020 89


9. Alkitab dan Kehidupan Orang
Percaya

Dalam pendekatan pengenalan dan pemahaman terhadap


Firman Allah yang hidup, Yesus Kristus Juruselamat
manusia, kita mengenal ada empat jenis manusia:

1. Manusia yang tidak pernah mendengar Firman Allah


sama sekali. Sebagaimana dikatakan dalam kitab Roma,
Allah dinyatakan melalui ciptaan dan melalui hati
nurani mereka, kemudian akan dihakimi berdasarkan
hati nurani tersebut (Rm. 2:14-15). Mereka tidak dapat
lari dari keberadaan Allah sebagai penguasa alam
semesta. Setiap manusia harus
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya (Rm.
2:6; Mzm. 62:13; Ams. 24:12).
2. Manusia yang pernah mendengar firman Allah, tetapi
menolaknya. Firman Allah tersebut akan tetap menjadi
hakim bagi orang itu.
3. Manusia yang pernah mendengar Firman Alah dan
mendapat iluminasi dari Roh Kudus, percaya, tetapi
kemudian tidak taat dan setia. Mereka menjadikan
Firman Allah sebagai pengetahuan saja, tidak memiliki
kuasa dalam menggerakkan hidup mereka. Kehidupan
sehari-harinya semua dilakukan dengan kekuatan
pikiran saja. Hal yang baik mereka nyatakan sebagai
berkat, tetapi untuk hal yang "buruk", mereka mencari
sebab musabab dan penyelesaian serta menyatakan
iman mereka pada kekuatan lain. Bahkan kadang kala,
mereka seolah-olah hanya memposisikan Tuhan Yesus
sebagai penebus dosa mereka saja.
Edisi Juli 2020 90
4. Manusia yang pernah mendengar Firman Allah dan
mendapat iluminasi dari Roh Kudus, percaya dan
kemudian bertobat, taat, dan beriman dengan setia.
Segala hal yang baik dan buruk dalam hidup mereka
merupakan pengakuan iman sebagai bagian dari
rencana Allah untuk pengenalan yang lebih dekat,
membuat rasa takut, menyatakan kasih Allah dan
memperoleh janji Tuhan yang setia.

Tuhan Yesus berkata bahwa “Manusia hidup bukan dari


roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut
Allah” (Mat. 4:4; Ul. 8:3). D.L. Moody menuliskan, Alkitab
menjauhkan kita dari dosa dan sebaliknya dosa akan
menjauhkan kita dari Alkitab.

Alkitab adalah firman yang keluar dari mulut Allah, karya


Allah untuk menyatakan diri-Nya kepada kita, sehingga kita
mampu untuk mengenal-Nya dan menemukan jalan
keselamatan. Melalui Alkitab kita memperoleh pengajaran
bagaimana menjalani hidup seturut dengan kehendak-Nya
untuk bersaksi bagi dunia yang masih diliputi kegelapan,
membawa mereka ke dalam terang di dalam Kristus, dan
kita sendiri akan memperoleh kepenuhan hidup (Kol. 1:19;
2:9, 10).

John Stot menuliskan, Alkitab seumpama prisma yang


melaluinya cahaya Yesus Kristus terurai ke dalam banyak
warna-warni yang indah. Alkitab adalah gambar tentang
Yesus Kristus.44 Melalui Alkitab pengetahuan kita tentang
Allah menjadi lebih terang benderang dan berhubungan
dengan keberadaan dan ragam kehidupan kita semua.

44 John RW Stott, Memahami Isi Alkitab, hal. ii.

Edisi Juli 2020 91


Melalui Alkitab juga nilai-nilai moral dan kerohanian
manusia terpelihara, membuka mata rohani kita melalui
hubungan yang akrab dengan Allah yang memberikannya.

Gereja dimaksudkan untuk melayani Tuhan dengan


menjaga Alkitab, dalam arti "membela dan meneguhkan
Berita Injil" (Flp. 1:7), khususnya dari serangan-serangan
pihak luar (apologetika), maupun dari dalam berupa bidat-
bidat yang meragukan dan merendahkan Yesus Kristus
sebagai Allah. Gereja dalam kehidupannya membutuhkan
Alkitab sebagaimana dinyatakan John Stott dengan dasar
sebagai berikut:

1. Alkitab menciptakan gereja, dalam arti kata Firman


Allah yang diproklamasikan dalam kuasa Roh;
2. Alkitab menopang gereja, bahwa manusia hidup bukan
dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah (Mat. 4:4; Ul. 8:3);
3. Alkitab mengarahkan gereja, sebab ia menjadi pelita
dan terang (Mzm. 119:105);
4. Alkitab mereformasikan gereja, dengan segala sejarah
yang manis-pahit, Firman Allah terus mereformasi
gereja;
5. Alkitab mempersatukan gereja;
6. Alkitab menyegarkan kehidupan gereja, seperti
pemakaian pedang Roh (Ef. 6:17; Ibr. 4:12).45

Abraham Lincoln pernah mengatakan, “Andai tidak ada


Alkitab, kita tidak tahu yang baik dan yang jahat.”46 Meski
Tuhan Yesus mengatakan dalam Luk. 6:31, bahwa kita

45 John RW Stott, Alkitab: Buku untuk Masa Kini, PPA, 1990, hal 52-58.

46 Kennedy, James D & Newcombe, Jerry, Bagaimana Jika Alkitab Tidak Pernah Ditulis, hal. 9.

Edisi Juli 2020 92


harus melakukan hal yang sama terhadap apa yang orang
lain ingin perbuat kepada kita, bukan berarti Alkitab
semata-mata kitab moral. Alkitab membuat seseorang
seolah-olah memegang cermin untuk memandang dirinya
dan pengenalan terhadap dirinya, sekaligus mengetahui
keberadaannya di tengah dunia dan maksud tujuan
hidupnya.

Alkitab telah banyak membawa perubahan pada dunia,


baik dalam sisi hukum, pemerintahan, politik, ilmu
pengetahuan, sastra, perjalanan petualangan, bahkan
dalam pola kehidupan sehari-hari. Alkitab juga telah
membeberkan kebenaran-kebenaran yang tidak mungkin
dibeberkan oleh pendekatan empiris, seperti peristiwa
terciptanya alam semesta. Tetapi Alkitab tetap pada
hakekatnya, yakni dimaksudkan untuk pengenalan
terhadap Allah yang benar, untuk membawa kita kepada
keselamatan yang kekal melalui iman kepada Yesus Kristus,
sebagaimana dinyatakan dalam 2Tim. 3: 15-16:

“Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab


Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun
engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus
Yesus.  Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran.”
 
Alkitab diberikan Allah kepada manusia sebagai benih yang
tidak fana dan akan kekal sampai selama-lamanya. “Karena
kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana,
tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang
hidup dan yang kekal.  Sebab: Semua yang hidup adalah
Edisi Juli 2020 93
seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga
rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi
firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya” (1Pet. 1:23-25).

Dengan membaca Alkitab, memohon penerangan Roh


Kudus, meminta kuasa-Nya untuk melawan keinginan Iblis,
ego dan daging untuk taat kepada Firman-Nya, maka kita
akan memiliki kehidupan yang kekal. Sebab tujuan hidup
manusia adalah untuk mempersiapkan hidup yang kekal,
bukan untuk menikmati keindahan dan kenikmatan
kehidupan di dunia semata. “Semuanya itu kutuliskan
kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama
Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang
kekal” (1Yoh. 5:13).

Seperti dikatakan John Barton, "Kekristenan, pada


akhirnya, bukan mengenai hubungan-hubungan antara
teks-teks, tetapi mengenai peristiwa-peristiwa di dalam
dunia yang riil: Firman Allah bagi kita tidak menjelma
dalam satu kitab, tetapi dalam suatu riwayat hidup. Injil
bukan tentang satu skema klasifikasi baru kepustakaan
keagamaan, tetapi tentang kehidupan yang baru di dalam
Kristus."47

Kehidupan orang Kristen mesti menyukai firman Allah


dengan menjadikannya sebagai makanan roh dan jiwa,
sebagaimana tubuh juga memerlukan makanan jasmani
yang dibutuhkan setiap hari. “Manusia hidup bukan dari
roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut
Allah” (Mat. 4:4). Kitab Yeremia mengatakan agar kita
memakan Firman Allah (Yer. 15:16), maksudnya menjadi

47 John Barton, Umat Berkitab?, BPK, 1993, hal. 46.

Edisi Juli 2020 94


kegirangan dan kesukaan bagi kita. Ayub merespon firman
Allah dengan menyimpannya di dalam hati (Ayb. 23:12;
Mzm. 119: 11, 130). Firman Allah sangat baik untuk
kesehatan tubuh (Ams. 4:20-22) dan dapat dipakai orang
percaya sebagai pedang perlengkapan senjata untuk
peperangan rohani (Ef. 6: 17).

Ada minimum empat hal yang dilakukan Firman Allah bagi


umat-Nya dengan menjadi pelaku:
1. Membersihkan dan menyucikan jiwa (1Yoh. 15:3; Ef.
5:26);
2. Menguduskan (Yoh. 17:17);
3. Membangun (Kis. 20:32);
4. Menganugerahkan bagian warisan yang telah ditentukan
bagi manusia.

Orang Kristen mengasihi Kristus dengan memegang


perintah-Nya dan melakukannya, jadi tidak hanya sebagai
pendengar saja sebab jika tidak demikian kamu menipu diri
sendiri (Yak. 1:22). Maria ibu Yesus dan saudara-saudaranya
adalah orang yang mendengar firman Allah dan
melakukannya. Kasih Allah disempurnakan di dalam diri
seorang Kristen dengan menuruti Firman-Nya.

Mengutip pendapat para penterjemah Authorized Version


yang mengatakan demikian, "Kitab Suci adalah sebatang
pohon, atau lebih tepatnya taman firdaus yang terdiri atas
pohon-pohon kehidupan, yang menghasilkan buah-buahan
pada setiap bulan, dan buah itu adalah untuk makanan dan
daun-daunnya untuk obat-obatan. Ia bukanlah satu pot
yang berisi manna atau satu buli-buli yang berisi minyak,
yang hanya untuk peringatakn belaka atau untuk satu-dua
kali makan. Tetapi ia adalah bagaikan satu pancuran roti
Edisi Juli 2020 95
sorgawi yang mencukupi untuk seluruh isi rumah. Tidak
pernah ada yang sedemikian besar; dan ia adalah bagaikan
suatu gudang yang penuh tanki minyak, di mana semua
kebutuhan kita dipenuhi dan hutang-hutang kita
dihapuskan...."48

48 John Barton, Umat Berkitab?, BPK, 1993, hal 4-5.

Edisi Juli 2020 96


10. Penutup

Buku ini dimaksudkan untuk memberikan pengenalan


tentang sejarah dan doktrin Alkitab, otoritas, dan
manfaatnya bagi kehidupan orang percaya. Meski dengan
banyak tantangan yang dihadapinya, sebagaimana Voltaire
mengatakan bahwa Alkitab akan masuk museum pada abad
ke-20, tapi kenyataannya Alkitab tetap diakui sebagai
sumber kebenaran mutlak bagi orang percaya. Alkitab
adalah Firman Allah (Ul. 33:46-47; Ams. 30: 5), Firman yang
kekal, dari Allah yang kekal (Mzm. 119:89, 152; Yes. 40:8b;
Mat. 24:15; Yoh. 6:68; 1Pet. 1:23).

Dengan perjalanan dan kuasa Roh Kudus yang menyertai


penulisan Alkitab, maka kita orang percaya dan gereja tidak
dapat meragukan isi Alkitab. Segala yang tertulis di
dalamnya merupakan kebenaran dan pegangan iman
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Setiap janji, setiap
larangan, perintah, dan setiap pengharapan, merupakan
kesatuan yang utuh dalam membangun kehidupan kita
pribadi maupun berjemaat. Demikian juga melalui setiap
pergumulan dan beban hidup, Alkitab dapat menjawab dan
menemukan jalan keluar melalui tuntunan Roh Kudus.

Alkitab tidak dimaksudkan sebagai buku sejarah, silsilah,


atau buku referensi ilmu pengetahuan, dan tidak juga
dimaksudkan sebagai buku yang harus secara sistimatis
menjelaskan segala sesuatu. Alkitab adalah sebuah rencana
keseluruhan dan kasih Allah untuk menyelamatkan
manusia berdosa, dan membawanya untuk tinggal

Edisi Juli 2020 97


bersama-Nya dalam kerajaan-Nya yang kekal abadi penuh
damai sejahtera.

Apabila ada yang tidak kita pahami tentang sesuatu hal


dalam Alkitab, janganlah dengan mudah kita katakan
bahwa Alkitab mungkin salah. Sebab Alkitab tidak mungkin
salah. Hal yang sebaiknya kita lakukan adalah berdoa,
bertekun membaca berulang-ulang, menanyakan kepada
mereka yang lebih “ahli” dalam pengertian memiliki
hikmat dari sorga, sehingga Roh Kudus memberi
penerangan kepada kita. Menarik kesimpulan hal teologis
terlebih yang menyimpang dari doktrin Alkitab, tanpa kita
menguasai dan mananyakan ke ahlinya, justru akan
membawa kita ke dalam dosa yang berat.

Jangan juga Alkitab kita jadikan sebagai hakim. Alkitab


bukanlah hakim. Hakim kita adalah Tuhan Yesus. Apa yang
tertulis di dalam Alkitab, bagi mereka yang berbuat jahat,
berbuat hal yang tidak berkenan kepada Tuhan, menolak
kebenaran Alkitab, menolak Dia sebagai Juruselamat, maka
kita hanya dapat memberi nasihat dan mendukungnya di
dalam doa. Hak menghakimi itu jangan kita ambil, sebab
merupakan hak Dia (Rm. 12:19).

Demikianlah buku ini dipersembahkan kepada mahasiswa


teologi dan peminat Alkitab, dengan pengharapan untuk
lebih mengenal lebih dalam tentang karya Allah tersebut
dan dapat dipakai sebagai bekal untuk melayani-Nya, dan
pada puncaknya benar-benar semua yang kita lakukan
hanyalah untuk kemulian Tuhan Yesus saja (Rm. 11:36)

Soli Deo Gloria. Haleluya. Amin.

Edisi Juli 2020 98


Daftar Pustaka

1. Barr, James, Alkitab di Dunia Modern, BPK Gunung


Mulia, 1997.
2. Barton, John, Umat Berkitab? Wibawa Alkitab dalam
Kekristenan, BPK Gunung Mulia, 1993.
3. Brill, Wesley J, Dasar Yang Teguh, Yayasan Kalam Hidup,
1999.
4. Bruggen, Jakob Van, Siapa yang Membuat Alkitab,
Momentum, 2006.
5. Douglas, J.D, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1 dan
2, Yayasan Komunkasi Bina Kasih/OMF, 2000.
6. Enns, Paul, The Moody Handbook of Theology, Buku
Pengangan Teologi, Jilid 1, Literatur SAAT, 2004.
7. Free, Joseph P & Vos, Howard F, Arkeologi dan Sejarah
Alkitab, Gandum Mas, 1997.
8. Guanga, Caprili, Anda Bertanya? Alkitab Menjawab,
SAAT, 2002.
9. Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, BPK Gunung Mulia,
1995.
10. Jeffrey, Grant R, Tanda Tangan Allah, Immanuel, 1999.
11. Kennedy, James D & Newcombe, Jerry, Bagaimana Jika
Alkitab Tidak Pernah Ditulis, Interaksa, 1999.
12. Kim, Ki Dong, Marilah Kita Kembali Kepada Alkitab,
Berea Indonesia, 2005.
13. Koch, Klaus, Kitab yang Agung, BPK Gunung Mulia,
1997.
14. Komisi Kitab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam
Gereja, Kanisius, 2003.
15. Liauw, Suhento, Doktrin Alkitab Alkitabiah, Gereja
Baptis Independen Alkitabiah Graphe, 2001.

Edisi Juli 2020 99


16. Life Aplication Study Bible, NIV, Tyndale House
Publisher, Inc and Zondervan Publishing House, 2005.
17. Lindsell, Harold, The Battle for the Bible, Zondervan
Publishing, Grand Rapids, 1976.
18. Ngun, Richard & Rehabiyam Bilung, Bibliologi, Buku
STII, 1996.
19. Phillips, Bob, Find it in the Bible, Immanuel, 2007.
20.Prince, Derek, Pelajari dan Pahamilah Alkitab Anda,
Immanuel, 1992.
21. Rakhmat, Ioanes (penyunting), Mendidik dengan
Alkitab dan Nalar, BPK Gunung Mulia, 1995.
22. Rideneour, Fritz, Dapatkah Alkitab Dipercaya?, BPK
Gunung Mulia, 2001.
23. Ryrie, Charles C, What You Should Know About
Innerrancy, Moody Press, Chicago, 1981.
24. ______________Teologi Dasar, Jilid 1, Penerbit Andi, 2002.
25. Sagala, Mangapul, Superioritas dan Keistimewaan
Alkitab, Perkantas, 2003.
26. Stott, John RW, Alkitab: Buku untuk Masa Kini,
Perhimpunan Pembaca Alkitab, 1990.
27. ______________Memahami Isi Alkitab, Perhimpunan
Pembaca Alkitab, 1994.
28. Susilo, Daud H, Mengenal Alkitab Anda, LAI, 1995.
29. Thiessen, Henry C, Teologi Sistematika, Gandum Mas,
2000.
30.Tindas, Arnold, Inerancy: Ketaksalahan Alkitab, HITS,
2005.
31. Vos, Howard F, Kitab Kejadian dan Arkeologi, Penerbit
Andi, 1993.
32. Wismoady, Wahono, Di Sini Kutemukan, BPK Gunung
Mulia, 1986.

Edisi Juli 2020 100


Tentang Penulis
Pdt. Em. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D. Min.

Lahir di Perdagangan, Sumatera Utara, 23-11-1955. Setamat


SMA melanjutkan studi di ITB Bandung, jurusan Teknik Mesin
dan lulus tahun 1982. Tahun 1991 mengambil Program MBA di
GS Fame Jakarta. Tahun 2001 mengambil Program Master of
Ministry di STT Agapes, lulus tahun 2004, dan kemudian
melanjutkan Program Doctor of Ministry di STT Internasional
Harvest Karawaci, lulus tahun 2006. Sering mengikuti
program pendidikan singkat di dalam dan luar negeri.

Setelah lulus ITB, aktif sebagai profesional di dunia usaha dan


menduduki berbagai jabatan Direktur dan Komisaris di
Bukaka dan grup usaha Bapak Fadel Muhammad. Berhenti
tahun 2004 dan kemudian tahun 2005 dengan teman-
temannya menekuni industri pelapisan logam hingga tahun
2006.
Edisi Juli 2020 101
Sejak kecil aktif di kegiatan ekstra kurikuler seperti Pramuka
dan OSIS hingga menjadi pemimpin mahasiswa di ITB.
Menentang rezim Suharto dan akhirnya diadili dan dipenjara
selama 1 tahun di LP Sukamiskin Bandung.

Sejak SD telah aktif dalam kegiatan gereja, dan pernah


menjadi Asisten Dosen Pdt. Dr. Dorothy Marx di ITB. Setelah
menyelesaikan studi teologi tahun 2006, mengajar di STT
SETIA dan STT lainnya. Pernah menjadi Penatua dan
Sekretaris Umum Majelis di GKI Kebayoran Baru Jakarta,
kemudian pindah ke STT SETIA dan GKSI.

Setelah diminta menjadi Wakil Sekretaris Umum Badan


Pengurus Sinode GKSI lalu ditahbiskan menjadi pendeta
tahun 2011. Tahun 2014-2015 menjadi Plt. Ketua Umum Badan
Pengurus Sinode GKSI. Setelah memasuki pendeta emeritus
tahun 2016, kemudian menjadi Ketua Umum Gaja Toba,
perkumpulan alumni ITB peduli Kawasan Danau Toba.

Saat ini tetap dalam pelayanan berkhotbah dan juga


komisaris/penasihat senior di beberapa perusahaan swasta.
Buku ini meruoakan buku ke-8 yang ditulis dan telah
diterbitkan.

Pdt. Ramles menikah dengan Dameria Nadeak, memiliki 3


anak dan ketiganya telah bekerja dan 2 anak telah menikah.
Terima kasih.

Edisi Juli 2020 102


Edisi Juli 2020 103
Edisi Juli 2020 104

Anda mungkin juga menyukai