Anda di halaman 1dari 5

0Nama: Yohanes Maria Vianney Bandaso’ Tulak

NIM: 186114011

ANALISIS LATAR BELAKANG DAN MAKNA TEOLOGIS


GALATIA 3:28
Dalam hal ini tidak ada lagi orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau
orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan karena kamu semua adalah satu
dalam Kristus Yesus.
A. Latar Belakang Sosial Galatia 3:28
Jemaat Galatia berasal dari berbagai latar belakang. Jemaat ini terdiri dari orang-orang
Yahudi diaspora dan orang Yunani yang tinggal di daerah Galatia. 1 Pada dasarnya teks ini
muncul dari pertentangan jemaat kristen Yahudi dan kristen Yunani. Para Yudais bersikeras
bahwa keselamatan seseorang bergantung ketaatan pada Taurat dan menekankan sunat.
Kalangan Yahudi tidak hanya berusaha memaksakan legalitas praktik atas orang non-Yahudi
yang baru bertobat, tetapi mereka juga mendiskriminasi mereka. Untuk mengatasi masalah
ini, Paul menyatakan bahwa melalui penebusan di dalam Kristus perbedaan ras, kelas sosial
dan jenis kelamin di dunia tidak memiliki arti penting dalam hubungan seseorang dengan
Allah.2
Di dalam 3:28 ini ditampilkan tiga perbedaan yang mencolok dalam jemaat Galatia yang
menunjukkan realitas sosial yang terjadi di Galatia. 3 Ayat ini mewakili deskripsi
pertentangan atau masalah yang marak dalam jemaat Galatia yakni pertentangan ras, kelas
sosial dan diferensiasinya gender yang ketat .4 Teks 3:28 ini diperkirakan diadaptasi dari
slogan filsuf Yunani : “saya terlahir sebagai manusia bukan binatang, seorang pria bukan
wanita, orang Yunani bukan orang barbar”.5 Pertama, perbedaan antara orang Yahudi dan
Yunani bukan soal nasionalitas tetapi lebih menyangkut hal religius.6 Ada pertentangan
dalam jemaat Galatia tentang penerapan Hukum Taurat seperti sunat . 7 Orang kristenYahudi
menyatakan bahwa orang non Yahudi harus disunat untuk masuk kristen dan hal ini ditentang
oleh Paulus. Kedua, perbedaan yang ditampilkan adalah antara hamba dan orang merdeka.

1
YM Seto Marsunu, Pengantar Surat-Surat Paulus, (Yogyakarta: Kanisius, 2016), 100.
2
Herbert Kiesler, Exegesis Of Galatians 3:26-28, (Washington, DC: Biblical Research Institute, 1987), 13-14.
3
Adela Yarbro Collins, “No Longer “Male and Female” (Gal 3:28)”, Journal of Ethics in Antiquity and
Christianity (New Haven: Yale University Divinity School, 2019), 28.
4
Herbert Kiesler, Exegesis Of Galatians 3:26-28, 10.
5
Doug Heidebrecht, “Distinction and Function in the Church: Reading Galatians 3:28 in Context, Direction
34/2 ( USA:  Mennonite Brethren, 2005), 182.
6
Herbert Kiesler, Exegesis Of Galatians 3:26-28,10.
7
Eko Riyadi, Surat-Surat Proto-Paulino, (Yogyakarta: FTW, 2017), 39-40.

1
Paulus mau menunjukkan realitas yang terjadi yakni perbudakan orang Yahudi terhadap
hukum dan perbudakan lama orang Galatia kepada dewa tradisional mereka. 8 Sebagai
provinsi di bawah kekuasaan Roma, orang -orang Galatia dipengaruhi tradisi Romawi yang
tentunya mengenal strata sosial. Kelas sosial menentukan penghargaan yang mereka terima.
Orang merdeka berada di atas kelas para hamba. Sebagai kelas paling rendah para hamba
sering mendapat perlakuan diskriminatif. Ketiga, mengenai pria dan wanita, Paulus mau
menunjukkan bahwa saat itu budaya patriarkal juga mewarnai jemaat Galatia. 9 Distingsi
antara pria dan wanita menunjukkan adanya ketidaksetaraan dalam peran sosial pria dan
wanita pada saat itu.
B. Makna Teologis Galatia 3:28
Galtia 3:28 merangkum beberapa ajaran teologis yang Paulus ungkapkan dalam suratnya
kepada jemaat di Galatia. “Satu di dalam Kristus Yesus”, berarti semuanya adalah anak-anak
Allah dalam iman. Kristus telah menyatukan semua perbedaan, memberikan kemerdekaan ,
dan keselamatan bagi semua orang. Daripada menyatakan setiap perbedaan sebagai setara,
Paulus menegaskan bahwa mereka adalah “satu”.10 Dengan cara yang sama, Efesus 2:11-22
menyatakan rekonsiliasi Yahudi ("sunat") dan bukan Yahudi ("tidak bersunat") di dalam
tubuh Kristus. Penghapusan oleh Kristus atas tembok pemisah antara orang Yahudi dan orang
bukan Yahudi telah mendamaikan kedua kelompok menjadi "satu tubuh" (Efesus 2:14) . Ini
menyiratkan bahwa maksud Paulus dalam Galatia 3:28 adalah untuk menyatukan semua
orang percaya dengan "satu orang" (Kristus) atau "satu tubuh."11
Kristus menyatukan semua perbedaan yang ada. Ia tidak menghilangkan perbedaan itu
melainkan menghapus batas-batas yang ada agar semua orang bisa bersatu dengan Kristus
sebagai satu jemaat tanpa mempertimbangkan latar suku, budaya, gender dll. Kata-kata
Paulus bukan untuk menyatakan keseragaman sebagaimana ditekankan dalam 1Kor 12:4-11,
Rom 12:4-8 di mana perbedaan ditekankan.12 Perbedaan adalah sesuatu yang mutlak bagi
manusia. Namun perbedaan yang ada hendaknya tidak menjadi sarana untuk mempertajam
keterpisahan dalam jemaat. Maka Paulus menyatakan bahwa baptisan yang telah diterima
adalah tanda bahwa kita telah bersatu dalam Kristus sebagai bagian dari tubuh jemaat.
Paulus juga melalui 3:28 (terutama menyangkut distingsi hamba dan orang merdeka)
mau menyatakan bahwa dalam Kristus semua orang merdeka. Niat praktisnya untuk
8
Adela Yarbro Collins, “No Longer “Male and Female” (Gal 3:28)”, 28.
9
D. Francois Tolmie, “Tendencies In The Interpretation Of Galatians 3:28 Since 1990”, Acta Theologica 19
(South African :SUN MeDIA Bloemfontein, 2014), 109-110.
10
Doug Heidebrecht, “Distinction and Function in the Church: Reading Galatians 3:28 in Context” ,185.
11
Doug Heidebrecht, “Distinction and Function in the Church: Reading Galatians 3:28 in Context”, 186
12
J.J.W. Gunning , Tafsir Alkitab Surat Galatia, (Jakarta: Gunung Mulia, 1979) 73.

2
mengatakan “tidak ada budak atau orang merdeka ”dinyatakan dalam 5:13, “Kamu dipanggil
untuk merdeka...”. Karena itu ia menegaskan bahwa di dalam jemaat budak tidak lagi
menjadi budak dan kebebasan adalah kebebasan diukur dengan ukuran yang berbeda dari
yang diterapkan dalam kelas sosial. Jemaat adalah hamba Allah yang dikarunia kemerdekaan
sehingga sesama tidak boleh merebut karunia yang diterima itu dan mesti menggunakan
kemerdekaan untuk mengamalkan cinta kasih.13 Semua orang berkah untuk memperoleh
kemerdekaan. Itulah dasar Paulus mengkritik jemaat Kristen Yahudi yang merasa lebih tinggi
derajatnya dari jemaat Kristen Yunani yang tidak disunat dan menggunakan hukum Taurat
untuk menindas orang lain.
Di dalam ayat ini juga Paulus menampilkan ajaran soteriologi yang ia bangun dalam
suratnya kepada Jemaat Galatia. Allah menyelamatkan semua orang tanpa terkecuali.
Keselamatan yang ditampilkan Paulus adalah keselamatan yang bersifat universal.
Perbedaan Yahudi dan Yunani bukan penghalang untuk selamat. Distingsi antara orang
Yahudi dan Yuani ditujukan untuk meyakinkan orang Galatia bahwa meskipun mereka bukan
Yahudi mereka memiliki bagian dalam janji yang dibuat untuk Abraham yang merupakan
nenek moyang orang Yahudi.14 Keselamatan bukan ditentukan oleh Taurat atau sunat. Sejak
Abraham di mana Taurat belum ada, janji keselamatan sudah ditawarkan kepada semua orang
sehingga perbedaan suku, budaya, strata sosial bukan tidak bisa membatas orang untuk
memperoleh keselamatan dalam Kristus. Paulus menampilkan kontras pria dan wanita bukan
semata-mata untuk memperjuangkan kesetaraan gender. Yang lebih utama dari itu adalah
keselamatan dalam Kristus.15 Pria dan wanita memperoleh rahmat keselamatan dari Kristus
yakni melalui pembaptisan.16
C. Konsekuensi Pastoral dan Sosial Galatia 3:28
Kata-kata Paulus dalam surat Galatia 3:28 tentunya mempunyai konsekuensi secara
pastoral dan sosial. Paulus dalam pelayanannya memandang semua kalangan sama dalam
Kristus. Baik Kristen Yahudi maupun Kristen Yunani serta segala bentuk perbedaan dalam
jemaat telah mendapat disatukan baptisan yang sama sehingga rahmat keselamatan pun yang
diterima sama. Distingsi yang ditampilkan dalam ayat ini digunakan Paulus untuk
menunjukkan bahwa dalam jemaat ada berbagai perbedaan yang nyata. Tetapi semua itu
bukan penghalang karena dalam Kristus semuanya telah disatukan. Paulus dalam suratnya

13
C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1984)253.
14
Herbert Kiesler, Exegesis Of Galatians 3:26-28, 11.
15
D. Francois Tolmie, “Tendencies In The Interpretation Of Galatians 3:28 Since 1990”, 109.
16
Herbert Kiesler, Exegesis Of Galatians 3:26-28, 6.

3
menyatakan bahwa Taurat dan juga sunat bukanlah ukuran penentu keselamatan bagi
pengikut Kristus dan bukan kewajiban semua jemaat untuk melaksanakannya. Sebagai rasul
untuk jemaat non- Yahudi Paulus tidak lagi terikat pada berbagai macam perbedaan. Ia
malah berupaya untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan itu. Galatia 3:28 kembali
menegaskan bahwa pelayanan Paulus tidak terbatas dan ia melayani semua bangsa terutama
yang bukan Yahudi. Oleh karena itu Paulus selalu berkeliling mengajar dari kota ke kota
untuk mewartakan Injil.
Secara sosial, perkataan Paulus dalam ayat 28 ini menghilangkan eksklusifisme
kelompok-kelompok tertentu. Orang Kristen Yahudi tidak bisa menganggap mereka lebih
baik dari yang lain. Sebelum menjadi Kristen, Taurat dengan segala aturannya dan juga sunat
adalah identitas orang Yahudi. Keselamatan mereka tergantung pada Taurat dan sunat. Akan
tetapi tanda identitas dan keselamatan mereka setelah menjadi Kristen bukan lagi Taurat atau
sunat. Identitas mereka adalah baptisan dalam Kristus. Keselamtan bukan karenaTaurat tetapi
karena iman akan Yesus Kristus.17 Sama halnya dengan orang Yunani, identitas mereka tidak
lagi tergantung pada strata sosial karena baptisanlah menyatukan semuanya menjadi pengikut
Kristus.
Orang merdeka atau mereka yang hidup layak tidak bisa menindas atau memandang
rendah para hamba. Di dalam masyarakat, kelas sosial sangat penting namun bagi pengikut
Kristus itu bukan yang utama lagi. Semua harus saling menghargai karena baik hamba
maupun orang merdeka telah menjadi bagian dari tubuh jemaat yang disatukan dalam
Kristus. Paulus berupaya mengangkat martabat para hamba dan juga memperjuangkan
emansipasi wanita dalam jemaat. Di ayat selanjutnya yakni 5:13 Paulus menasihati jemaat
agar tidak menggunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa.
Maka jemaat harus saling melayani, hidup dalam roh dan saling membantu.18

17
Eko Riyadi, Surat-Surat Proto-Paulino, 43.
18
Eko Riyadi, Surat-Surat Proto-Paulino, 43.

4
Daftar Pustaka
Riyadi, Eko, Surat-Surat Proto-Paulino, Yogyakarta: Fakultas Teologi Wedabhakti, 2017.

Marsunu, Seto YM, Pengantar Surat-Surat Paulus, Yogyakarta: Kanisius, 2016.

Gunning , J.J.W, Tafsir Alkitab Surat Galatia, Jakarta: Gunung Mulia, 1979.

Groenen, C, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1984.

Kiesler, Herbert, Exegesis Of Galatians 3:26-28, Washington, DC: Biblical Research


Institute, 1987.

Collins , Adela Yarbro, “No Longer “Male and Female” (Gal 3:28)”, Journal of Ethics in
Antiquity and Christianity , New Haven: Yale University Divinity School, 2019.

Heidebrecht, Doug, “Distinction and Function in the Church: Reading Galatians 3:28 in
Context, Direction 34/2, USA:  Mennonite Brethren, 2005.

Tolmie, Francois, “Tendencies In The Interpretation Of Galatians 3:28 Since 1990”, Acta
Theologica 19, South African :SUN MeDIA Bloemfontein, 2014.

Anda mungkin juga menyukai