Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nehemia Candra Sarwono

Buku bacaan :Spiritualitas dari Berbagai Tradisi

Penerbit : Kanisius (335 halaman)

1. Mengantar Spiritualitas dari berbagai Tradisi (9-20)

Dalam bab ini, penulis buku ingin menjelaskan hal-hal apa saja yang mendasari masing-
masing tokoh reformasi dalam Kekristenan serta teolog-teolog diluar Kristen, memiliki
beragam pandangan dalam menghayati spirit reformasi dan spiritualitas imannya kepada
Tuhan.

 Felix Culpa

Felix Cupa , kesalahan yang membawa kebahagiaan atau kesalahan yang


menguntungkan. Ungkapan itu terasa aneh, namun kita harus terbuka bahwa kita juga belajar
dari pengalaman dosa dan kesalahan kita. Allah tidak kurang belas kasih dan kuasa untuk
mengajar dan merahmati manusia melalui pengalaman dosa dan kesalahan dalam sejarah kita,
termasuk perpecahan para murid Kristus pada abad 16. Para tokoh reformasi mengimani
bahwa kesalahan merupakan titik awal dari pembaruan dan kebenaran, maka ungkapan
ecclesia reformanda et semper reformanda, atau gereja yang baik adalah gereja yang terus
diperbarui akan sangat berdampak Ketika gereja akhirnya menyadari adanya kesalahan dan
mencoba untuk berbenah, berubah dan berusaha menemukan pemahaman yang lebih baik.

 Pasca Denominasi Spiritualitas

Di zaman ini banyak teolog Kristen terkemuka menggagas satu pandangan teologi yang
kemudian banyak dianut oleh berbagai gereja. Baik dari masing-masing denominasi dan
aliran yang bermunculan, dapat dipastikan adanya ajaran spiritualitas yang dapat dipelajari
atau dishare kepada orang lain.

 Pasca Agama: Relogiusitas

Dan perlu disadari juga dizaman ini sudah banyak agama diluar Kristen yang
pandangannya menarik apabila bisa dipelajari dan di bagikan supaya dari masing-masing
kepercayaan dapat bercermin apakah dari masing-masing kepercayaan atau agama ada hal
yang dapat dipelajari khususnya dalam hal spiritualitas.

 Identitas dan Spiritualitas Hibrid


Kita menemukan entah sedikit entah banyak adanya overlapping identity, tidak hanya
denominasi yang satu dan denominasi yang lain, melainkan juga antara agama yang satu dan
agama yang lain. Kemudian dikarnakan munculnya pemikiran postcolonial studies yang
mengajarkan agar penganutnya dapat keluar dari kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya menjajah
dan mulai berpikir terbuka akan setiap masukan dan saran yang ada. Karna para tokoh
reformasi juga tinggal di daerah yang memiliki budaya dan konteks yang kuat, maka itu lah
yang mempengaruhi beragamnya spiritualitas. Dari sini juga pembaca mendapatkan
pemahaman bahwa di dunia ini tidak ada kebenaran yang absolut atau yang paling mutlak,
sejatinya dari masing-masing pribadi dan eksistensi mampu memberikan sumbangsih agar
kita mendapatkan pemahaman yang dirasa dan dipikirkan paling baik untuk keberlangsungan
umat manusia, secara khusus Ketika berbicara mengenai kekristenan.

2. Spiritualitas Martin Luther (21-36)


 Pengertian Spiritualitas

Dalam bab ini penulis buku ingin menjelaskan tentang bagaimana Martin Luther
mengungkapkan spiritualitas Kristennya. Jan S Aritonang menjelaskan pengertian
spiritualitas secara umum, spiritualitas adalah segala sesuatu tentang upaya manusia
membahasakan pengalaman ima mereka dengan menggunakan bahasa religious dan tradisi.
Tercakup juga di dalamnya Kawasan sangat luas yang berkaitan dengan hermeneutik dan
komunikasi.

 Latar Belakang dan Konteks Spiritualitas Luther

Wawasan dan praksis spiritualitas Luther pertama-tama berakar pada spiritualitas Kristen
pada abad-abad pertengahan, atau biasa disebut Spiritualitas Byzantin. Salah satu ciri
spiritualitas Byzantin adalah monastisisme (paham dan praktik kebiaraan). Lalu kedua,
spiritualitas Luther tidak lepas dari konteks konkret yang ada di tengah-tengah Luther hidup,
hadir, bergumulm dan berkarya baik itu konteks gerejawi-agamawi maupun sosial-politik-
budaya. Bagi Luther, kedua konteks itu tidak terpisah, melainkan saling berkelindan.

 Beberapa Hal Pokok dalam Spiritualitas Luther

Menurut Wengert, jantung dari spiritualitas Luther itu ialah Kristus, dengan kata lain ia
menekankan Kristosentris, menjadi kan Yesus sebagai pusat dari kehidupan orang percaya.
Dan pemahaman ini disertai oleh pemahaman terhadap eskatologi atau hari penghakiman
yang dipelajari oleh Luther sendiri. Di mana ia meyakini bahwa hanya Yesus satu-satunya
jalan keselamatan dan hidup, hanya oleh ialah kita selamat. Kemudian Luther juga
menekankan pemahaman yang baik terhadap Injil atau Alkitab, karena Injil adalah intervensi
atau bukti campur tangan Allah bagi kehidupan umat manusia sampai kepada hari
penghakiman. Kemudian tidak hanya berhenti sampai di dalam hal-hal berbau rohani, tetapi
Luther juga menyinggung tentang bagaimana iman terhadap Allah harus terpelihara, orang-
orang pada saat itu diajak untuk hidup dalam kesalehan sebagai wujud kasih Tuhan yang
telah memberikan anugrah keselamatan yang sepenuhnya telah diberikan oleh Tuhan. Namun
kesalehan tersebut dilakukan bukan agar kita diselamatkan atau masuk surga, melainkan
wujud tanda bahwa kita adalah orang yang telah diberikan anugrah keselamatan diakhir
zaman nanti yang sepenuhnya diberikan oleh Allah tanpa ada campur tangan dari manusia
serta bukti adanya pemahaman iman yang benar.

3. Spiritualitas para nabi di Israel Kuno (37-60)

Dalam bab ini, penulis bab menjelaskan tentang bagaimana spiritualitas nabi dapat
dilihat. Menrut apa yang dijelaskan penulis, dan pembaca coba telaah, spiritualitas yang baik
ialah Ketika manusia memiliki kepekaan terhadap ketidak adilan sosial, atau kepekaan
terhadap kesalahan yang terjadi di masa itu kemudian ia berusaha untuk meluruskan
kesalahan tersebut. Lagi ditambahkan bagi para nabi di zaman itu ekstase atau kepenuhan
bukanlah ciri bahwa nabi tersebut memiliki tingkat spiritualitas yang baik, melainkan Ketika
nabi tersebut mampu membaca serta peka terhadap lingkungan sekitar dan ia mampu
memberikan masukan yang sesuai dengan Firman Tuhan.

4. Spiritualitas Gregorius dari Nyssa (61-78)

Di dalam bab yang menjelaskan spiritualitas Gregorius dari Nyssa, dituliskan latar
belakang hidup serta bagaimana akhirnya Gregorius memiliki Spiritualitas yang dapat
menjadi spirit yang perlu dikembangkan dalam kehidupan bergereja masa kini. Spiritualitas
Kristen yang dapat dihayati dan dipraktikan ialah spiritualitas yang bertolak dari iman yang
hidup, yakni iman yang mencari pemahaman, iman yang mencintai misteri, dan iman yang
mencari keterlibatan atau partisipasi

5. Menepati Injil Suci Tuhan Kita Yesus Kristus (79-106)

Pada bab ini, penulis buku mencoba untuk mejelaskan pemahaman spiritualitas dari
Fransiskus Asisi, baik bagaimana cara ia mendapatkannya maupun bagaimana ia
mengaplikasikan imannya dalam kehidupannya. Fransiskus mengagas bahwa, spiritualitas
yang sempurna ialah Ketika seseorang rela untuk hidup sederhana atau lebih ke arah miskin.
Baik dari segi finansial maupun dalam sikap batin, ia rela untuk menyerahkan hidupnya
sepenuhnya hanya untuk Tuhan. Baik harta maupun kekayaan jualah dan berikan itu kepada
orang yang lebih membutuhkan, maka menurut pemahaman Fransiskus disitulah manusia
telah mencapai tingkat spiritualitas Kristen yang paling sempurna.

6. Spiritualitas Ignasius Loyola (107-144)

Spiritualitas Ignatius dari Loyola bukanlah keahlian yang dipelajari dari buku-buku
ilmiah atau buku-buku pegangan khusus mengenai spiritualitas. Cara hidup dan bertindak
Ignatius yang tertentu muncul dan berkmbang dari pengalaman hidup beserta pilihan dan
keputusan yang dia tentukan dalam setiap periode kehidupannya. Pengalaman hidup itu mulai
dari Pendidikan daam keluarga, kemudian Pendidikan sebagai ksatria, hidup sebagai
peziarah, sebagai pelajar luar biasa dan mahasiswa. Selanjutnya Bersama dengan kawan-
kawan mahasiswa itu terbentuklah komunitas yang tidak mau bubar yang berkembang
menjadi Serikat Yesus sebagai Ignasius sebagai pembesar umum yang pertama. Spiritualitas
yang Ignatius kembangkan melalui Latihan Rohani ialah, bagaimana mendapatkan hikmat
kebenaran Allah bagi hidup manusia, spiritualitas yang baik adalah Ketika manusia memiliki
hikmat akal pengertian yang asalnya dari pada Allah.

7. Spiritualitas Katharina Schutz (145-164)

Di bab ini penulis menjelaskan Riwayat hidup dari seorang Katharina Schutz, ia adalah
tokoh pelayan perempuan dan biarawati pertama yang melangsungkan pernikahan. Tidak
banyak ciri atau hal yang ingin ditonjolkan mengenai pemahamannya mengenai
Spiritualitasnya, namun dari tindakannya Katharina yang adalah seorang perempuan,
membuka pemikiran bahwa perempuan pun juga turut ambil bagian dalam perkembangan
spiritualitas iman Kristen.

8. Spiritualitas Calvin (165-184)

Dalam bab ini, ingin menjelaskan latar belakang dan tapak tilas kehidupan John
Calvin dan bagaimana ia mampu memiliki spiritualitas dan mampu menyatakan
pemahaman imannya di masa itu, sehingga sampai sekarang kita menemui aliran gereja
yang mendasari pokok pikirannya yaitu Calvinis. Sayangnya menurut pembaca di bab ini
tidak begitu dijelaskan paham atau pemikiran yang seperti apa yang dimiliki oleh John
Calvin sehingga pembaca kurang menangkap ciri spiritualitas apa yang coba ditawarkan
oleh Calvin. Tetapi dari banyaknya Tindakan Calvin yang berfokus pada perombakan
serta pembaruan terhadap gereja, agar gereja menjadi tempat yang layak untuk dapat
dikatakan sebagai tempat yang baik untuk umat Kristen dapat memuji dan menyembah
Tuhan sesuai dengan kaidah Firman Tuhan, maka pembaca menilai pemahaman Calvin
tidak jauh berbeda dengan apa yang dimiliki oleh Luther yaitu menempatkan Kristus
sebagai yang utama dalam setiap aspek kehidupan atau Kristosentris, dan mengakui
adanya kedaulatan serta kemuliaan Allah secara mutlak . Hanya Calvin memiliki
perbedaan dalam beberapa pemahaman mengenai ekaristi, liturgi gereja, dan sistem
pemimpin gereja. itu juga sebenarnya memperlengkapi pemikiran yang telah digagas oleh
Luther.

Namun hal yang perlu dipelajari adalah hendaknya gereja terbuka dengan pembaruan dan
pemikiran yang baru agar tidak terkungkung dalam pemahaman teologi yang statis, yang
tidak menjawab tantangan serta pergumulan zaman, serta meminimalisir kegiatan gereja
yang dilakukan tanpa tujuan yang jelas. Dari tindakan Calvin ini juga ingin menjelaskan
bahwa iman dan spiritual yang baik muncul dari pencaraian kebenaran yang lebih baik,
yang dalam masa pencarian tersebut mungkin dapat dijumpai pertentangan dan konflik.

9. Spiritualitas Reformasi (185-204)

Dalam bab ini, penulis bab Kembali mencoba menegaskan tentang pemahaman
spiritualitas yang dimiliki oleh Calvin, khususnya dalam hal pelaksanaan Perjamuan Kudus
disalah satu gereja, dan gerekan-gerakan Kristen yang memiliki semangat dan tujuan yang
bersumber dari pemikiran Calvin. Seperti yang dikatakan diawal dalam bab ini, seyogyanya
gereja mau terbuka dan terus mempelajari pemahaman Calvin khususnya dalam memaknai
Perjamuan Kudus, agar gereja mampu mengimani spirit Perjamuan Kudus yang dipahami
oleh Calvin dan agar tidak salah kaprah dalam memahami serta melaksanakannya.

10. Spiritualitas Mennonite (205-254)

Dalam bab ini penulis bab menjelaskan tentang bagaimana aliran Mennonite berjuang
untuk menyatakan ideologinya dalam Kekristenan agar diterima oleh seluruh kalangan umat.
Pada garis besarnya spiritual Mennonite adalah Gerakan cinta Kasih dan pantang kekerasan.
Mengapa hal sedemikian baiknya pemikiran dari kalangan Mennonite justru ditentang banyak
orang pada masa itu. Karena awalnya Mennonite ingin agar gereja seyogyanya tidak terlalu
dibawahi oleh pemerintah sekuler atau negara, karena dalam dinilai tidak sesuai dengan
kaidah Kekristenan oleh pendiri awal kaum Mennonite, dan disaat itu pemerintah di nilai
kurang memihak rakyat kecil. Di zaman itu apabila ada kelompok yang tidak sejalan dan
berbeda maka kelompok tersebut akan dibantai. Dan hingga lahirlah Meno Simon yang
kemudian tumbuh besar Kembali menyuarakan agar Gerakan anti kekerasan itu dihentikan.

11. Puri Batin: Belajar dari spiritualitas Teresa dari Yesus

Bab ini menjalaskan tentang perjalanan seorang biarawati yang hidup pada masa
reformasi Martin Luther. Pemahaman spiritualitasnya muncul dari kehidupan sekolah
biarawati serta kehidupan orang yang menganut agama Khatolik yang dianggapnya bobrok
dan jauh dari pada kebenaran firman Tuhan. Maka dari itu muncul pemahaman Puri Batin.
Puri Batin itu sendiri adalah sebuah ajaran kebersatuan batiniah manusia dengan Allah, yang
dapat dicapai apabila manusia mampu melalui berbagai macam rintangan yang ada untuk
dapat mencapai batin yang dapat melekat dengan Allah. Puri Batin itu sendiri adalah tanda
bahwa seseorang telah mendapat kan kenikmatan surga, dan biasanya seseorang telah
mengalami Puri Batin salah satunya ditandai dengan peristiwa ekstase dimana ia merasa
segala sesuatunya telah cukup dan dirasa nikmat. Dari sini pembaca mendapat kesimpulan
bahwa sejatinya manusia sendiri dapat turut serta dalam mengerjakan keselamatannya, selain
karena kasih karunia anugrah Allah manusia juga dapat berupaya untuk mendapatkan
keselamatannya secara mutlak melalui Tindakan dan perilakunya.

12. Sufisme dan Pemurnian Hai: Belajar Dari Spiritualitas Islam

Dalam bab ini, penulis menjelaskan tentang ajaran Muslim Sufi dan gaya hidup
penganutnya. Dalam penjelasannya fokus utama spiritualitas sufisme adalah pemurnian hati
manusia agar Kembali kepada fitrah dan memiliki karakter moral yang baik. Agar dapat
mencapai pemurnian hati manusia dituntut untuk menjauhi hati yang dipenuhi oleh hawa
nafsu, harus berilmu dan bermoral. Melalui pembacaan ini pembaca menarik kesimpulan
ajaran Sufi hampir mirip dengan ajaran kekristenan yang umat Kristen sendiri juga percayai,
dan terlebih pemahamannya mirip dengan ajaran Paulus, di mana Ketika kita mengikut dan
mempersembahkan diri kepada Tuhan hendaknya harus diiringi Tindakan menyangkal diri
dan menjauhi hal-hal kedangingan supaya hidup kita dapat menghasilkan kehidupan yang
damai bagi diri sendiri dan bagi orang lain.

Tanggapan:
Buku ini menjelaskan bahwasannya tidak ada kebenaran yang absolut, termasuk bagaimana
cara orang mengungkapkan spiritualitasnya kepada Tuhan. Pun tidak ada pengungkapan
spiritualitas yang paling benar maupun yang paling buruk, semua tergantung dari bagaimana
orang menghayati imannya kepada Tuhan dari cara yang mereka temukan, baik dari
penelitian yang dalam akan Alkitab hingga pengalaman hidup pribadi Bersama dengan
Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai