Anda di halaman 1dari 8

EKSISTENSI OSPEK BAGI PERGURUAN TINGGI

SUHARYANTO H. SORO

ABSTRAK

Orentasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) merupakan aktivitas mental


bertujuan untuk membekali mahasiswa baru dalam menghadapi kehidupan dunia
kampus. Aktivitas ini tidak hanya dilakukan oleh perguruan tinggi negeri tetapi juga
perguruan tinggi swasta. Pelaksana OSPEK adalah organisasi kemahasiswaan dalam
hal ini Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di bawah pengawasan pembantu rektor
III. Eksistensi OSPEK bagi mahasiswa baru berkontribusi positif. Mereka
menganggap bahwa aktivitas ini merupakan salah satu aktivitas kampus yang
memberikan kesan tersendiri. Mereka merasa bahwa apa yang diinstruksikan oleh
senior atau panitia (selama tindakan itu tidak menyebabkan effek negatif terhadap
fisik) adalah bagian dari aktivitas OSPEK. Melalui aktivitas OSPEK mereka dapat
menjalin kearkraban dan kekompakan dengan teman-teman yang sebelumnya tidak
dikenal.

Kata kunci: Eksistensi OSPEK, Perguruan Tinggi

ABSTRACT

Orientation of study and Campus Recognition is a mental activity aims to reveal


knowledge to new students in facing academic world lives. This activity is not only
carried out by state universities but also private universities. The conductor of
orientation of study and campus recognition is student organization, in this case
Student Executive Organization under supervised Assistant of Rector III. The
existence of OSPEK for new students has positive contribution. They regarded that
this is one of activities which given special impression. They felt what the senior or
committee had was a part of OSPEK activities. They also can make a close
relationship and cooperation among them through this activities (OSPEK) that
advanced no know one and another.

Key words: OSPEK Existence, High education

1
1. Pendahuluan
Studi ini berangkat dari keinginan peneliti untuk meneliti Eksistensi Orentasi
Studi dan Pengenalan Kampus (selanjutnya disebut OSPEK) bagi perguruan tinggi.
OSPEK merupakan salah satu terms yang digunakan oleh civitas akademika
diperuntukan bagi mahasiswa baru. Pelaksanaan OSPEK tidak hanya dilakukakan
oleh perguruan tinggi negeri tetapi juga perguruan tinggi swasta. Aktivitas OSPEK
diselenggarakan sebelum masa perkuliahan. Dengan perkataan lain sebelum
mahasiswa baru mengikuti perkuliahan mereka dihadapkan terlebih dahulu dengan
aktivitas OSPEK.
Pelaksanaan OSPEK ditangani (handle) oleh Pengurus Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) di bawah pengawasan pembantu rektor III untuk tingkat
universitas. Kreativitas di lapangan sepenuhnya ditentukan oleh pengurus BEM dan
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Mereka adalah ujung tombak dalam
menghadapi dan memperlakukan mahasiswa baru sebagai peserta OSPEK.
OSPEK merupakan aktivitas mental dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa
baru dapat mengenal dan memahami tentang kehidupan dunia kampus. Meskipun
diberi label mental, kenyataan di lapangan, aktivitas ini selalu melibatkan dua
domain yaitu mental and physic domains bahkan financial. Dalam konteks ini, antara
panitia dengan peserta OSPEK terjalin transaksi verbal yang dibebankan kepada
peserta OSPEK.
Di samping itu, aktivitas mencolok dalam OSPEK adalah perpeloncoan.
Senior memperlakukan juniornya sebagai obyek hiburan. Aktivitas perpeloncoan
berlangsung minimal dalam dua bentuk, yaitu bentuk fisik dan bentuk verbal. Dua
model perpeloncoan ini juga berlangsung baik di forum maupun di luar forum
(lapangan).
Kontak fisik biasanya terjadi di lapangan ketika peserta OSPEK melakukan
pelanggaran. Bentuk kontak fisik yang sering dilakukan antara lain memukul,
menedang, mendorong, dan merusak barang milik peserta OSPEK. Sementara kontak
verbal berlangsung dalam bentuk meneriakan, menghina, mengancam, mengganggu,
dan memberi nama yang jelek. Model OSPEK seperti ini sudah jarang ditemukan
lagi.
Aktivitas OSPEK tidak hanya dilakukan oleh perguruan tinggi di Indonesia
tetapi juga perguruan tinggi di luar negeri. Eksistensi OSPEK di perguruan tinggi
terus dipertahankan oleh civitas akademika sehingga tidak mengherankan berbagai
upaya untuk menghapusnya menuai kegagalan. Hal ini menjadi salah satu motif
peneliti untuk melakukan penelitian. Kita harus mengakui bahwa pelaksanaan
OSPEK itu variatif sangat bergantung pada orang-orang yang terlibat langsung di
dalamnya, yaitu mahasiswa yang menjadi panitia atau seniornya.

2
Pertanyaan Penelitian
Dari deskripsi di atas, dapat diformulasikan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana model OSPEK yang ideal?
2. Apa persepsi orang tua mahasiswa baru tentang aktivitas OSPEK?

2. METODE PENELITIAN

Disain Penelitian
Data penelitian ini berupa data lisan dan data tulisan yang bersumber dari aktivitas
Orentasi Studi dan Pengenalan Kampus. Dilihat dari segi dominan sosialnya, data
lisan dan tulisan ini termasuk dalam ranah akademik. Lokasi penelitian di Sekolah
Tinggi Seni dan Disain Indonesia Telkom dengan mengambil sample satu peristiwa
OSPEK yang berlangsung di kawasan pendidikan Telkom Jl Telekomunikasi No 1
Kota Bandung.

Sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 99 mahasiswa yang tersebar dari lima
jurusan, yaitu jurusan Desain Interior 29 mahasiswa, Desain Komunikasi Visual 40
mahasiswa, Desain Produk 10 mahasiswa, Karya Textile dan Mode 13 mahasiswa,
dan Seni Murni 7 mahasiswa. Sampel-sampel yang terpilih dari data dipergunakan
sebagai contoh dalam penelitian ini. Dari sampel tersebut, peneliti menguraikan hal-
hal yang dapat ditafsirkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, questionnaire, dan


metode wawancara. Metode observasi dilakukan dengan cara menyimak atau
mengamati peristiwa yang terjadi dalam OSPEK dengan teknik dasar, sadap, dan
teknik lanjutannya yaitu teknik catat dan rekam. Metode wawancara dilakukan
dengan mengadakan percakapan antara peneliti dengan informan (orang tua
mahasiswa baru), dengan teknik dasar teknik pancing dan teknik lanjutannya teknik
cakap semuka atau wawancara mendalam( teknik catat dan teknik rekam).

3
3. PEMBAHASAN

Pada umumnya, orang tua mahasiswa baru tidak merasa khawatir terhadap
pelaksanaan Orentasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) yang diselenggarakan
oleh civitas akademika. Mereka percaya bahwa aktivitas OSPEK yang terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya sangat berbeda dengan aktivitas OSPEK tahun sekarang.
Panitia pelaksana, pola, alat, dan mental turut berubah mengikuti irama dinamika
kehidupan dunia kampus. Dalam konteks ini, Kehadiran teknologi komunikasi
termasuk dunia maya dapat memuluskan aktivitas ini dan meredam rasa kehawatiran
yang menempel pada otak orang tua mahasiswa baru.

“Kami selaku orang tua mahasiswa baru gak ada rasa khawatir dengan OSPEK
malahan di support karena OSPEK sekarang beda dengan yang dulu-dulu, sekarang
alam terbuka jadi komunikasi dengan menggunakan dunia maya seperti facebook
digunakan kalau terjadi sesuatu jadi cepat menyebar informasinya”.

Data di atas menunjukkan bahwa orang tua mahasiswa baru tidak merasa
keberatan anaknya mengikuti OSPEK yang diselenggarakan oleh civitas akademika.
Bagi mereka OSPEK berkontribusi positif bagi anaknya karena di dalamnya terdapat
banyak aktivitas untuk membentuk mental yang positif.
Observasi di lapangan ditemukan dua jenis aktivitas OSPEK. Pertama,
aktivitas OSPEK yang berlangsung di dalam forum. Peserta OSPEK mendapatkan
ilmu tentang kehidupan dunia kampus (system perkulihan) dan keindahan dalam
berorganisasi. Kedua, aktivitas yang berlangsung di luar forum. Aktivitas ini sering
terjadi tindakan fisik kepada mahasiswa baru dilakukan oleh seniornya.
Kasus tewasnya salah seorang mahasiswa baru yang terjadi di salah satu perguruan
tinggi di Jawa Barat pada tahun-tahun sebelumnya merupakan bentuk aktivitas fisik
yang berkelebihan dan tidak berkemanusiaan. Tindakan fisik seperti itu sudah tidak
terlihat lagi karena sivitas akademika menyadari bahwa esensi OSPEK itu adalah
pembinaan mental dalam rangka memasuki kehidupan dunia kampus.
Spirit mahasiswa baru untuk mengikuti OSPEK sangat tinggi, salah satu
indikatornya adalah tingkat kehadirannya. Panitia OSPEK mengumumkan hadir pada
pukul 06.00 pagi yang terjadi kebanyakan mereka (mahasiswa baru) pukul 05 pagi
sudah berada di tempat OSPEK.

“Anak saya kalau pulang ke rumah sehabis OSPEK selalu saya nanya tentang yang
terjadi seharian OSPEK dan dia cerita semuanya termasuk dikerjain ama seniornya
tapi dianya asyik aja asalkan jangan dipukul”.

Kolaborasi antara orang tua dengan anaknya dalam menghadapi OSPEK


adalah hal positif. Selaku orang tua tentu menginginkan anaknya tetap sehat dan
mendapatkan perubahan sikap dan mental positif sehabis menjalani OSPEK.

4
Perpeloncoan yang dilakukan oleh seniornya merupakan bagian dari kehidupan
OSPEK.
Orang tua mahasiswa baru berkomunikasi secara aktif tentang apa yang
dialami oleh anaknya. Aktivitas ini biasanya terjadi setelah anaknya selesai makan
dan beristerah sejenak. Hal ini dapat dibuktikan pada data di atas yaitu terjadinya
interaksi komunikasi yang positif sehingga orang tua mahasiswa baru tersebut dapat
memberikan nasehat atas kekurangan dan memuji atas prestasi kepada anaknya.
Kedisiplinan adalah salah satu faktor diterapkan kepada mahasiswa baru.
Peserta OSPEK yang tidak disiplin atau melanggar diberikan punishment, seperti
berjoget sambil bernyanyi di depan teman-temannya. Bentuk hukuman sangat variatif
tergantung pada mentornya.
Selama peneliti melakukan observasi (menyaksikan langsung), tidak satupun
peserta OSPEK membangkang. Dengan perkataan lain tidak satupun mahasiswa baru
sebagai peserta OSPEK itu menolak apa yang diinstruksikan/disuruh oleh seniornya.
Unek-unek yang menempel pada diri peserta OSPEK turut berkontribusi positif
dalam rangka membentuk kepercayaan diri dan spirit bekerjasama. Seperti peserta
OSPEK Mahasiswa baru Sekolah Tinggi Seni dan Desain Indonesia Telkom tahun
akademik 2011-2012 dengan jumlah kelompok sebanyak 20 kelompok dengan ciri
atribut yang berbeda-beda.
Eksistensi OSPEK bagi mahasiswa baru berkontribusi positif. Mereka
menganggap bahwa aktivitas ini merupakan salah satu aktivitas kampus yang
memberikan kesan tersendiri. Dari 99 mahasiswa baru peserta OSPEK yang menjadi
sampel penelitian ini, 20 (20,20%) orang menyatakan bahwa OSPEK memberikan
kesan sangat positif, 77 (77,77%) orang menyatakan positif, dan tidak satupun atau 0
(0,00%) menyatakan OSPEK itu sangat negatif, 1 (1,01%) orang menganggap bahwa
OSPEK itu negatif.
Kehadiran OSPEK di perguruan tinggi mengundang pro (mendukung) dan
kontra (menghapus) pada kalangan masyarakat. Dari kubu pro beranggapan bahwa
OSPEK itu adalah bagian dari aktivitas kampus sebagai momen untuk mengenal
dunia kampus. Sementara itu, kubu kontra menganggap bahwa OSPEK itu harus
dihilangkan karena identik dengan kekerasan. Dalam konteks ini, mahasiswa baru
sebagai peserta OSPEK mayoritas tidak setuju dengan persepsi atau anggapan
masyarakat bahwa OSPEK itu identik dengan kekerasan. Hasil questionnaire
menunjukkan 1 (1,01%) orang sangat tidak setuju, 30 (30,30%) setuju, 6 (6,06%)
sangat tidak setuju, dan 62 (62,62% ) orang tidak setuju.
Salah satu tujuan pelaksanaan OSPEK adalah pembentukan mental
mahasiswa baru. Kehidupan dunia kampus menuntut mereka untuk mandiri. Sikap
manja yang mungkin didapatkan dari lingkungan keluarga diharapkan berubah
menjadi sikap yang independen. Dengan perkataan lain, mahasiswa baru yang
awalnya bermental negatif menjadi positif setelah menjalani aktivitas OSPEK. Hal ini
dapat dibuktikan pada data yang diperoleh dari questionnaire yaitu 13 (13,13%)
orang mengatakan sangat yakin, 63 (63,63%) yakin OSPEK merubah mental menjadi
mental positif, 1 (0,01%) sangat tidak yakin, dan 23 (23,23%) tidak yakin.
Aktivitas OSPEK yang diselenggarakan oleh pengurus lembaga
kemahasiswaan diwarnai oleh aksi perpeloncoan. Mereka menganggap bahwa

5
aktivitas perpeloncon adalah bagian dari pembentukan mental. Salah satu bentuk
perpeloncoan yang ditemukan adalah menyuruh atau menunjuk salah satu peserta
OSPEK untuk tampil di depan teman-temannya. Peserta OSPEK tersebut disuruh
bernyanyi dan berjoget menggunakan bahasa daerahnya. Aksi perpeloncoan
ditanggapi variatif oleh peserta OSPEK, yaitu 21 (21, 21%) orang menganggap
sangat keberatan, 37 (37, 37%) orang keberatan, 2 (2,02%) orang sangat tidak
keberatan, dan 39 (39,39%) orang tidak keberatan.
Kehadiran OSPEK di perguruan tinggi membawa banyak manfaat bagi
mahasiswa baru. Hal ini menjadi salah satu alasan sehingga OSPEK itu sulit
dihapuskan di dunia kampus. Eksistensi OSPEK bagi mahasiswa baru adalah penting.
Dari 99 responden 10 (10,10%) orang menyatakan eksistensi OSPEK sangat penting,
78 (78,78%) orang menyatakannya penting, 0 (0,00%) sangat tidak penting, dan 12
(12,12%) orang menyatakan tidak penting.
Kebijakan pemberlakuan OSPEK oleh civitas akademika adalah fleksibel.
Dengan perkataan lain mengikuti aktivitas OSPEK bukanlan wajib. Dalam realitas
kehidupan kampus terkadang panitia menyebarkan informasi bahwa bagi mahasiswa
baru yang tidak mengikuti OSPEK tidak akan dilibatkan dalam kegiatan intra
kampus. Mahasiswa baru mengikuti aktivitas OSPEK bukan karena wajib atau tidak
wajib. Dalam konteks ini, tidak ada unsur tekanan bagi mereka. Data berikut ini
menunjukkan bahwa 17 (17,17%) orang mengikuti OSPEK sangat ikhlas dan enjoy,
77 (77,77%) orang mengikutinya dengan ikhlas dan enjoy, 0 (0,00%) sangat tidak
ikhlas dan enjoy mengikuti OSPEK, 5 (5,05%) orang menganggap tidak tidak ikhlas
dan enjoy mengikuti OSPEK.

KESIMPULAN

Eksistensi Orentasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) di perguruan tinggi


berkontribusi positif bagi mahasiswa baru. Melalui event ini, mahasiswa baru
memperoleh pengetahuan tentang dunia kampus dan menikmati indahnya aktivitas
OSPEK dan menjadikan sebagai salah satu dokumen hidupnya. Hal ini tentu
berdampak pada pembentukan mental yang positif.

Pola pelaksanaan OSPEK sudah berubah dari orentasi fisik ke orentasi non fisik. Pola
fisik yang mengedepankan kekerasan yang dilakukan oleh seniornya dianggap bukan
lagi zamannya. Keterlibatan dosen dan karywan dalam aktivitas OSPEK mengurangi
rasa ketakutan (orang tua mahasiswa baru sebagai peserta OSPEK) terhadap tindak
kekerasan yang dilakukan oleh seniornya.

Aktivitas OSPEK diperuntukan bagi mahasiswa baru dengan tujuan memotivasi dan
memperkenalkan kehidupan kampus yang mengedepankan nilai-nilai intelektual.
Mereka diharapkan menjadi generasi-generasi intelektual yang mengharumkan nama
orang tuanya, bangsa, dan Negara.

6
Model OSPEK yang ideal adalah adanya keterlibatan seluruh sivitas akademika
(pimpinan perguruan tinggi, dosen, karywan, dan pengurus lembaga kemahasiswaan)
dengan job yang berbeda-beda. Pimpinan, dosen, dan karyawan merupakan actor
dalam rangka menciptakan kreativitas diperuntukan bagi peserta OSPEK sehingga
mereka mendapatkan perubahan mental positif. Sementara pengurus lembaga
kemahasiswaan tugasnya bertindak sebagai eksekutor di lapangan. Model OSPEK
seperti ini dapat mencegah terjadinya tidak kekerasan fisik yang dilakukan oleh
seniornya.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang dan


Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Creswll, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among
Five Traditions. London: Sage Publications; International and
Professional Publisher Thousand Oaks

Creswll, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among
Five Traditions. London: Sage Publications; International and
Professional Publisher Thousand Oaks

Howe,K., & Eisenhardt, M. (1990). Standards for Qualitative Research: A


Prolegomenon. Educational Reserach,19 (4),2-9.

Nama : DR. SUHARYANTO H. SORO, S.Pd., M.Pd.

T.TL. : Taloko, 20 September 1974

Unit Kerja : Pusat Bahasa UNJANI (Rektorat)

NIDN : 04. 01. 11. 71. 02

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl. Pasundan No. 71/18A Bandung Tlp (022) 4218004

HP 08122192296

Email : suharyantoh_soro@yahoo.com.sg

7
8

Anda mungkin juga menyukai