Anda di halaman 1dari 17

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS

Mata Kuliah : Paradigma Misi

Dosen : Pdt. Kinurung Maleh, D.Th

Tugas : Laporan Buku

Mahasiswa : Mindha Naarai

NIM : 220706

Judul : De Charismatische Bewging En Wij/1996 (terj. Gerakan

Karismatik dan Gereja Kita)

Penulis : Prof. Dr. Hans Maris

Penerbit : Momentum

Format : 154 halaman

Tahun : 20093

1. Pengantar Umum: Informasi Buku dan Pernyataan Tesis

Buku ini ditulis oleh Prof. Dr. Hans Maris dari Belanda dengan judul

terjemahan: Gerakan Karismatik dan Gereja Kita. Hans Maris tertarik menulis

buku ini karena ia melihat konteks negaranya, di mana gerakan karismatik yang

sangat kuat, kabar “luar biasa”, gejala “luar biasa” yang mereka bawa mampu

menghipnotis banyak anggota gereja kita. Gereja kita yang dimaksud sering

disebut juga gereja “tradisional” atau gereja “arus utama”, terdiri dari Gereja

Protestan: aliran Presbiterian, Reformed, Baptis, Pentakosta Tradisional, dll.

Gerakan karismatik ini merajalela, meluas, hingga menyentak dan membuat

kegelisahan karena mengakibatkan kebingungan, kesimpangsiuran ajaran

kekristenan, bahkan kehilangan/perpindahan warga gereja yang sangat signifikan,

1
padahal mula-mula gereja “tradisional” tidak mau mempedulikan hal ini. Gerakan

karismatik tidak hanya di Belanda atau di Eropa, tetapi juga di Amerika Utara,

Amerika Selatan, Asia (Indonesia, Korea, India), dan Afrika.

Buku ini secara garis besar memaparkan dua hal, yaitu pertama, bagaimana

sejarah gerakan karismatik berkembang dan memahami keberadaan gerakan ini

apakah gerakan ini lebih “luar biasa” Roh Kudusnya daripada gereja kita, dan

kedua, dalam tuntunan pengetahuan dan hikmat Allah menguji pokok dan praktik

ajarannya apakah sesuai dengan ajaran Alkitab atau terjadi penyimpangan yang

serius?.

Walaupun judul buku sekilas seperti ada perbandingan atau perbedaan

namun keseluruhan isi tidak berisi penghakiman atau sebaliknya sebuah

pembelaan diri gereja “tradisional”, tetapi lebih kepada bagaimana evaluasi kritis

dari seorang teolog terhadap gereja protestan yang dianggap “biasa” menghadapi

gerakan karismatik yang dipenuhi ajaran dan praktik yang menunjukkan “tanda-

tanda heran/luar biasa”, apakah hanya berdiam diri atau mulai berefleksi, menguji

ajarannya apakah perlu pembaruan atau reformasi karismatik juga, apakah gereja

kita mulai kehilangan atau kekurangan Roh Kudus, atau hanya karena persoalan

pemahaman, tafsir dan kreatifitas dalam bidang pelayanan. Begitu pula dengan

gerakan karismatik, juga diteliti (pengamatan dan evaluasi) mulai dari asal usul

dan sejarah gerakannya, prinsip ajarannya, evaluasi praktik pelayanannya.

Buku ini terdiri atas 3 bagian yaitu, bagian pertama: pendahuluan, bagian

kedua: pengamatan dan evaluasi, bagian ketiga: bertanya terus, dan ketiga bagian

itu dibagi dalam 11 bab.

2
2. Gagasan Pokok (Resume)

Ada dua pertanyaan utama yang menghentak gereja, yaitu:

1. Apakah terdapat suatu pengalaman khusus yang masih belum dihayati seorang

Kristen walaupun ia telah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus

sebagai Juruselamatnya? Apakah pengalaman khusus itu dianggap lebih penting

dari iman kepada Yesus Kristus?

2. Apakah “orang Kristen dari gereja biasa” mengetahui penghayatan iman yang

sesungguhnya?

Itulah pertanyaan pembuka dalam buku ini yang akan dilanjutkan dengan

pertanyaan praktis dan jawaban yang jelas di bab berikutnya.

Dari permulaan sejarah Gereja, telah muncul gerakan-gerakan yang

mendesak gereja untuk memberikan penekanan lebih pada aspek pengalaman

emosional yang khusus dalam kehidupan iman. Bahkan sejak abad ke-2 M,

Gerakan Montanus muncul dan menyatakan bahwa suasana gereja terlalu suam-

suam kuku, gereja sibuk dengan ortodoksi. Namun, Sinode Antiokhia menolak

gerakan itu dan memvonis ajaran yang mengklaim pewahyuan langsung oleh Roh

Kudus ini sesat.

Penulis buku melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap latar belakang

kehidupan rohani, makna iman, dan pemahaman akan peran Roh Kudus yang

dianut para pengikut Gerakan Karismatik.

Pada abad ke-18 ditandai dengan berkembangnya Gerakan Methodisme

yang terbesar di seluruh dunia. Pendirinya, John Wesley, sangat menginginkan

bukti ilahi bagi keselamatan pribadinya. “Yang paling penting dalam hidup orang

percaya adalah memperoleh bukti melalui pengalaman dan perasaan iman yang

3
khusus, terjadi melalui campur tangan Roh Kudus secara langsung.” Iman “saja”

tidak cukup. Menurutnya, kepastian yang diberikan melalui pengalaman

emosional yang luar biasa, yang dianugerahkan oleh Roh Kudus, merupakan

sumber kuasa yang sebenarnya bagi kehidupan orang Kristen. Pengalaman khusus

ini dikemudian hari disebut sebagai berkat kedua (second blessing).

Pada abad ke-19 lahir Gerakan Kekudusan (Holiness Movement) yang

menyebar ke seluruh dunia. Gerakan ini secara umum menyatakan perlunya

pengalaman yang lebih mendalam setelah seseorang bertobat dan mengakui

imannya. Pengalaman ini dilukiskan oleh Charles Finney sebagai “suatu perasaan

seperti gelombang listrik yang berjalan melalui anda, bagaikan gelombang kasih

yang memecah.” Bahkan R.A. Torrey memberikan tujuh langkah yang

memastikan seseorang memperoleh berkat kedua, dengan menekankan perlunya

tekad yang sungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Pola pikir ini serupa dengan

Arminianisme di mana manusialah yang berperan dalam menentukan

keselamatannya. Hal ini berlawanan dengan ajaran Reformasi yakni sola gratia

(hanya anugerah) bukan kemampuan manusia atau kelayakannya menerima berkat

Roh Kudus.

Abab ke-20 terkenal dengan gerakan pentakosta, sebuah gerakan yang

menyatakan berkat kedua atau baptisan Roh Kudus dibuktikan dengan kuasa dan

gejala berbahasa roh atau glossolalia, pengalaman berbicara dalam bahasa yang

luar biasa adalah tanda Kristen yang utuh.

Kebangkitan rohani terjadi di Los Angeles, AS pada tahun 1906 oleh

William J. Seymour seorang pendeta gereja kekudusan kecil. Ia keluar dari

gerejanya karena jemaat tidak senang dengan gaya pelayanannya (sebab dia murid

4
Parham dari gereja pentakosta). Gerakan berbahasa roh menjadi sangat besar,

kebaktian siang dan malam, beribadah sambil berteriak, menerbitkan surat kabar,

menyebarkannya untuk menyampaikan berita ke seluruh dunia tentang baptisan

dalam Roh Kudus disertai kemampuan berbahasa Roh, hal ini menjadi menarik

bagi anggota gereja yang bersifat institusional yang belum mendapatkan

pengalaman tersebut di gerejanya.

Dari pengalaman dan sejarah gereja-gereja atau gerakan tersebut,

muncul beberapa pertanyaan kritis:

1. Menurut Alkitab, bagaimanakah seorang manusia bisa tergerak hatinya?

2. Bagaimana seseorang bisa tergerak mempersembahkan hatinya kepada Allah?

3. Apakah gerakan itu merupakan keputusan hatinya sendiri?

4. Apakah itu dapat terjadi dikarenakan suasana di luar diri orang tersebut?

Jawaban Alkitab adalah:

1. Ada istilah pemalsuan iman, di luar dari ajaran tentang kasih karunia dan karya

Allah, kuasa Roh Kudus diberikan Allah sesuai janjiNya, tanpa metode, tuntutan,

pancingan khusus untuk mendapatkannya.

2. Mengacu pada kasih karunia Allah, ajaran reformasi tentang sola gratia sangat

berharga untuk menghindari penyimpangan ajaran dan praktik iman.

Gerakan Karismatik yang tidak jauh berbeda dengan gerakan-gerakan yang

disebutkan di atas, muncul sekitar tahun 1960. Gerakan tersebut pada awalnya

tidak dimaksudkan untuk menjadi gerakan tersendiri yang terpisah dari gerakan

arus utama saat itu. Dengan berjalannya waktu dan dengan timbulnya suatu

semangat baru – seperti jemaat yang bergairah karena melihat kesaksian-

kesaksian, nubuat, dan kesembuhan – menyebabkan gerakan ini semakin terasa

5
keterpisahannya. Tujuan Gerakan Karismatik adalah pemulihan kembali karunia-

karunia Roh Kudus di dalam gereja, terutama glossolalia, nubuat, dan

penyembuhan.

Seorang tokoh Karismatik, Andrew Murray, mengatakan bahwa kita

memperoleh lebih banyak di dalam karya Roh Kudus daripada di dalam karya

Kristus yang jasmaniah. Orang Karismatik menilai karya Kristus “hanya”

pengampunan, “hanya” salib, “hanya” anugerah, dan berbeda dengan pembicaraan

mengenai Roh Kudus yang merupakan Karya Allah yang spektakuler dan tak

terbatas, bukan hanya tentang pengenalan tentang Yesus, tetapi kemenangan Roh,

kesempurnaan iman, kehidupan tanpa dosa, dan pemuliaan. Pikiran ini

menimbulkan beragam pemahaman Kristen tentang pemenuhan Roh Kudus, ada

yang menyimpulkan bahwa karya Roh Kudus adalah pengukuhan karya Yesus

sebab Yesus dan Roh Kudus adalah satu hakikat, dan pendapat lainnya

menyimpulkan bahwa pada tingkat pertama, karya Yesus adalah pendamaian dosa

dan pada tingkat kedua, karya Roh Kudus adalah menuntun persekutuan jemaat

dengan Yesus yang mendamaikan, oleh karenanya karya Roh Kudus melebihi

karya Yesus.

Menurut spiritualitas karismatik Firman Allah dalam Alkitab adalah tulisan

yang “beku”, bukan wahyu yang dapat dinikmati sebab dialami oleh orang lain

yang menulisnya. Roh Kudus akan menurunkan Firman yang dapat dialami,

diterima pada saat kapan pun oleh orang percaya, itulah Firman yang hidup, yaitu

menerima berita langsung dari Allah melalui karya Roh Kudus. Bagi penganut

karismatik, itulah “wahyu baru”, dan tanda kehadiran Allah tak terbatas. Praktik

6
kehidupan rohani ini menuntun pada pencarian tanpa batas “melebihi Alkitab’,

sebab Roh Kudus bukan Roh Firman, tetapi Roh yang melebihi Firman (Alkitab).

Ada sebuah pendekatan karismatik yang mencolok yaitu, orang percaya

yang dipenuhi roh kudus akan diliputi kegembiraan yang besar dan berkobar-

kobar, disambut dengan tepuk tangan yang riuh dan semangat menggebu-gebu,

diumpamakan “jatuh dalam Roh Kudus’ atau “beristirahat dalam Roh Kudus”.

Bobot kuasa Roh Kudus melebihi Injil Yesus Kristus, oleh karenanya iman

seorang percaya yang dipenuhi Roh Kudus akan lebih tinggi dari “sekadar” iman

dalam Yesus Kristus yang dipahami berdasarkan Injil. Sebab Roh Kudus itu akan

mengangkat manusia pada level pengudusan, memiliki relasi dengan Allah,

memperkenalkan Yesus, walaupun tidak memiliki pengetahuan tentang Injil

Yesus Kristus. Pengalaman iman pribadi jauh lebih hebat dari pada Injil yang

tertulis.

Kehidupan orang percaya di luar gerakan karismatik, tidak menekankan

hanya pada “pengalaman ekstra”. Relasi dengan Tuhan bukanlah relasi yang

“mencari-cari” kehebatan, bukan relasi yang “menuntut”, bukan relasi yang egois.

Berhubungan dengan gerakan karismatik, dengan sikap yang mengejar

pertumbuhan rohani yang diluar pengetahuan rasional, kasih terhadap sesama dan

Allah bahkan mengejar “penyelamatan” jiwa-jiwa yang belum percaya, hidup

yang diliputi kegembiraan dan semangat penginjilan yang berkobar-kobar, hidup

yang rindu diperlengkapi dengan kasih dan segala karunia Allah, hidup dengan

buah-buah Roh. Hal itu juga didapatkan jika hidup orang percaya berpusat pada

Kristus, pengalaman hebat manusia dalam “beriman” bukan untuk mengambil

posisi Yesus Kristus dan seolah-oleh merendahkanNya. Sebab karya Yesus

7
dipandang “tidak cukup”. Mencari rasa puas dengan dalih “iman”, namun

mengabaikan Yesus benarkah karya Roh Kudus? Bukankah Roh Kudus mendiami

orang percaya atas dasar ketaatan kepada Yesus? (Yoh. 14:21) Karena Roh Kudus

diutus untuk bersaksi tentang Allah Bapa dan Yesus Kristus yang adalah satu (1

Yoh. 5:6-10). Apakah latihan rohani, kehidupan iman yang sungguh, hidup takut

akan Tuhan, hidup melayani dan menjadi penolong bagi sesama bukan karya Roh

Kudus?, bagaimana Roh Kudus hadir dan berkarya kalau tidak diberikan Allah

kepada manusia berdosa atas dasar kasih karunia? Hidup yang dicurahkan Roh

Kudus tidak akan pernah menolak firman Allah (Alkitab), tidak akan pernah

mengabaikan Yesus dan tidak akan pernah merasa “lebih” dalam hal rohani.

Sebab Roh Kudus akan menuntun pada kesimpulan: hidupku bukan milikku lagi,

tapi milik Tuhanku. Kuasa yang ada padaku bukan kuasaku tapi, kuasa Tuhan

yang besar mau turun dan mendiami manusia biasa.

Bagian penutup buku ini, berbicara tentang kesakian Julie Inan, seseorang

Kristen di Belanda yang sangat kuat dipengaruhi oleh gerakan karismatik, sempat

memasuki beberapa gereja aliran karismatik, namun sepanjang ia bergereja di

gereja karismatik yang ia sebut indah, berkembang pesat, penuh semangat, dan

selalu mengumandangkan penerimaan karunia “baru” dari Roh Kudus, tak satu

pun dari karunia yang disaksikan orang-orang di sana diterimanya, sekalipun

sekuat tenaga ia bergumul, berjuang untuk menerimanya tetapi karunia-karunia

“roh” seperti orang lain tak kunjung diperoleh. Ia mulai bergumul dengan harga

diri, bahkan karena kekurangannya ia “dilecehkan” secara rohani, diangga kurang

beriman. Ia hidup morat-marit, mencari dan mencari “rumah” iman yang tepat,

selalu tidak cocok, ia bertepuk tangan bergembira dalam ibadah tapi hatinya

8
hampa, ia kikuk. Orang lain menyaksikan tanda mujizat, penampakan, tanda-tanda

penglihatan dan mimpi (karismata), orang lain dapat berbahasa roh, dapat

bernubuat, tetapi dia tidak mengalami apa-apa. Dia selalu bergumul di mana

Tuhan yang ia sembah, di mana bukti pemeliharaan Allah, di mana bukti

pemenuhan Roh Kudus. Sepertinya Allah tidak “membiarkan” dia mengalami

yang rekan segerejanya alami.

Ketika Julie sudah sangat sangsi, merasa tidak bahagia atas aktivitas

pencarian kuasa “Roh Kudus” itu, sampai berkali-kali berkelana, sedih karena

keluar-masuk persekutuan (Gereja Kristus, Gerakan Toronto Blessing, Gospel

Hall/Balai Injil, Gereja Metodis) ia sadar bahwa dirinya dipanggil Allah untuk

menyelidiki Alkitab, belajar Firman Tuhan dengan teliti, berdoa secara pribadi,

menguji roh-roh dan perkataan manusia, menggali sumber-sumber sambil berdoa

dan waspada terhadap kesesatan. Dalam masa perenungan itu ia sakit berat dan

hampir meninggal, pada masa kritis itu ia sadar bahwa mengalami kuasa Tuhan

itu bukan karena kita yang hebat, bukan karena usaha kita, tetapi karena Tuhan

yang berkarya atas hidup kita, dan orang yang ditarik hidup dalam Tuhan adalah

orang yang diberikan kasih karunia yang luar biasa, oleh yang mentaati Firman

Tuhan adalah orang yang mengalami pemenuhan Roh Kudus, tidak ada hal dunia,

kehebatan manusia yang lebih menarik dari besarnya karya Tuhan atas orang yang

lemah dan tidak layak. Dan Allah bekerja melalui hati, hati akan bersyukur dan

menerima Tuhan, hati yang menemukan Firman Tuhan adalah berkat yang luar

biasa, itulah hidup yang berdamai dengan Tuhan. Setelah 6 tahun perjalanannya

sebagai Kristen yang berkelana, ia masuk dalam sebuah persekutuan baru Free

Presbyterian Church, sangat diterima dengan baik, mengalami proses

9
penyembuhan, bekerjasama melayani, pendeta dan warga jemaat tidak ada yang

menghakimi masa lalu (yang dia anggap salah dan murtad terhadap Tuhan),

dengan senang hati mendorong semangat untuk belajar, menemukan Firman

Allah, menerima sebagai keluarga dalam Kristus. Ia yakin itulah anugerah hebat

dari Tuhan melebihi kemampuan mengadakan mujizat, bernubuat, atau berbahasa

Roh yang selama ini ia kejar. Itulah berkat Tuhan yang sejati yaitu, berdamai

dengan Tuhan dan menemukan “rumah iman” yang tepat, ia yakin itulah pilihan

Tuhan atas hidupnya, bukan disebuah gereja hebat, indah, spektakuler menurut

manusia tetapi sebuah gereja presbiterian yang menjadikannya keluarga, tidak

pernah melecehkannya secara rohani. Walaupun ia masih bergumul untuk

suaminya, Erdinc yang masih belum percaya, tetapi ia yakin anugerah Tuhan akan

datang tepat pada waktuNya.

3. Apresiasi dan Evaluasi Buku

3.1. Apresiasi Buku

Buku ini dicetak dalam lima edisi sampai 2014, berarti buku ini sangat

diminati dan memiliki pengaruh penting bagi para pembacanya.

Buku ini menyajikan tanya jawab yang menarik. Apakah penggunaan

suasana yang menarik, pengalaman khusus dalam memberitakan Injil menjadi alat

pemikat bagi orang Kristen yang mencari “kepuasan” rohani? Apakah hakikat

Roh Kudus, apakah Roh Kudus melampaui Kristus atau sebaliknya lebih rendah?

Bagaimana dengan mujizat, bahasa Roh, nubuat, karismata (tanda-tanda

penglihatan dan mimpi), dan tanda-tanda heran lainnya, bolehkah kita

mengharapkannya? Apakah pencarian “kepuasan” rohani itu Alkitabiah dan

puncak dari anugerah/karunia “baru” yang orang Kristen cari? Apakah benar

10
gereja di luar gerakan karismatik, miskin dan tidak memiliki atau mengalami

karya Roh Kudus?

Buku ini memberikan kita pembahasan yang menyeluruh dan berusaha

menuntun kita untuk bijaksana menentukan pendirian terhadap pokok ajaran

gereja dan praktiknya yang sesuai dengan prinsip kebenaran Alkitab, pada hakikat

karya Roh Kudus atas gereja sebagai persekutuan dan lembaga, yang pada

akhirnya membawa kita pada hidup yang tidak akan ragu, bimbang, sibuk

berkelana, atau menyimpang dari ajaran kebenaran dan benar-benar hidup takut

akan Tuhan di mana pun kita bergereja. Sebab Injil adalah satu, iman adalah satu,

“rumah” yang tepat akan menuntun kita pada pengenalan akan Allah Bapa, Yesus

Kristus dan Roh Kudus, tidak sibuk mencari kepuasan dan kesombongan rohani,

tidak akan memecah belah, menjauhi yang tidak tertib, dan memuliakan Allah

Tritunggal yang kuasa.

3.2. Evaluasi/Kritik Buku

Buku ini sangat baik dibaca oleh kalangan gereja arus utama supaya tidak

bimbang, gentar, namun tetap waspada dengan begitu banyak gereja baru dengan

lambang “karismatik”, yang dapat mengancam kerohanian jemaat atas nama

“kepuasan” rohani/pemenuhan Roh Kudus, memperoleh strategi pengajaran

dalam menghadapi ancaman perpecahan dalam jemaat berdasarkan hasil

pemikiran kritis dan kesaksian seorang Kristen sudah pernah berkelana dalam

bergereja, pada bagian penutup. Dampak negatif itu dapat diredam dengan

pengetahuan yang benar dan pertolongan Tuhan. Buku ini adalah salah satu

sumber referensi pengetahuan teologis yang tepat. Namun buku ini akan

menimbulkan pro-kontra di kalangan karismatik jikalau buku ini beredar luas, dan

11
dibaca oleh mereka. Kaum karismatik pasti tidak terima dengan pemikiran kritis

buku ini. Karenanya, buku ini hanya dapat beredar atau dibaca dengan sungguh

bagi kalangan protestan arus utama.

4. Refleksi Kontemporer

Mengingat berulang-ulang kali dibahas gerakan dan gereja karismatik dalam

buku ini, apakah sebenarnya karismatik itu? Apakah sekadar klaim suatu gereja

atau ajaran tertentu tentang diri mereka, ajaran mereka atau mereka benar-benar

orang yang karismatik atau justru semuanya salah karena sebenarnya semua orang

percaya diliputi karisma ilahi tak memandang dari “rumah” gereja mana. Karena

sebenarnya semua orang percaya menuju pada satu Allah, satu Injil, satu

kebenaran Firman. Bukankah begitu?

Mengutip artikel Badan Pelayanan Nasional Pembaruan Karismatik

Katolik Indonesia (BPN PKKI) tentang Definisi Karismatik menuliskan

bahwa: 1

Kamus Teologi mendefinisikan kata “Karismatik” sebagai berikut:

“Dalam arti umum, semua umat Kristiani yang dipanggil dan menerima rahmat

Allah disebut karismatis. Secara lebih khusus sebutan ini dipakai untuk orang-

orang yang menerima karunia khusus Roh Kudus, seperti misalnya hidup selibat

(1Kor 7:7), kuasa membuat mukjizat, membedakan roh dan berbahasa roh (1

Kor:12:10)”

Dalam dunia sekuler: Karismatik adalah seseorang yang hangat, mudah bergaul

dan menarik perhatian. Kita mengatakan seseorang yang karismatik adalah orang

yang memiliki “karisma”.


1 ?
Badan Pelayanan Nasional Pembaruan Karismatik Katolik Indonesia (BPN PKKI),
Definisi Karismatik, 2008.
http://www.karismatikkatolik.org/definisikarismatik.html#:~:text=2.%20Dalam%20Alkitab%3A
%20Alkitab%20menggunakan,atau%20karisma%20dari%20Roh%20Kudus. Diakses pada hari
Minggu, tanggal 26 Februari 2023, Pukul 18:05 WIB
12
Dalam Alkitab: Alkitab menggunakan istilah karismatik untuk menunjukkan

karuniaNya kepada manusia. Secara umum, setiap umat Kristiani adalah

karismatik, karena keselamatan adalah merupakan karunia ilahi. Dalam arti yang

lebih sempit, karismatik merujuk pada berbagai karunia atau karisma dari Roh

Kudus.

Dalam identitas kelompok: Kata karismatik dalam kelompok menunjukkan sebuah

kategori bagi umat Gereja yang merasa menjadi bagian dari orang-orang yang telah

mengalami berbagai karunia ilahi.”

Resensi Gerakan Karismatik Dan Gereja Kita dalam Artikel Pillar

menuliskan: Prof. Dr. Hans Maris menekankan secara berulang-ulang dalam

bukunya ini bahwa kita tidak boleh menganggap karya Roh Kudus lebih luas,

indah, dan tinggi daripada karya Kristus. Karena pemikiran semacam ini

mengakibatkan dua jenis kehidupan Kristen: pertama, yang di dalamnya Roh

Kudus hanya berkarya saja; dan kedua, yang di dalamnya Roh Kudus dicurahkan

sebagai pribadi yang mendiami hati orang percaya. Kehidupan Kristen yang

dipenuhi dengan Roh Kudus adalah kehidupan dalam persekutuan dengan Kristus

dan mempermuliakanNya.2

Mengutip artikel Teologia Reformed tentang Roh Kudus dan Prinsip

Pemersatu Gerakan Karismatik menyatakan bahwa: Hal yang menyedihkan

dalam banyak gereja, bahwa Roh Kudus lebih banyak diperdebatkan soal “tanda-

tanda atau gejala-gejala” yang “lebih heran” dibandingkan yang lain. Itulah yang

dipandang sebagai gereja penuh Roh Kudus. Roh Kudus menjadi doktrin

kontroversional, seolah-olah masing-masing”rumah” gereja punya Roh Kudus

2 ?
Pillar: Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia, Resensi Gerakan Karismatik
Dan Gereja Kita, 2010.
https://www.buletinpillar.org/resensi/gerakan-karismatik-dan-gereja-kita diakses pada hari
Senin, 27 Februari 2023, pukul 08:56 WIB
13
yang berbeda-beda. Ini dapat menimbulkan penyimpangan pengajaran dan

perpecahan. Kalangan gereja karismatik menekankan interaksi dengan kuasa Roh

Kudus, berupa pengalaman khusus dan kemampuan berbahasa Roh, penglihatan,

mimpi, nubuat, bahasa roh sebagai “berkat kedua” bagi orang percaya dan sebagai

tanda hidup yang dipenuhi karunia rohani. Sedangkan kalangan protestan arus

utama: injili, presbiterian, baptis, dll, tidak menekankan pengalaman rohani

sebagai yang utama dan harus dicapai, melainkan menganggapnya sebagai salah

satu karunia perjumpaan dengan Tuhan, sehingga kalangan ini lebih menekankan

pada kehadiran Allah yang memberkati, yang menuntun orang percaya pada

kebenaran, pemuliaan Kristus, melanjutkan pemberitaan Injil, melayani dan

menggembalakan jemaat, dalam hal ini kuasa Roh Kudus akan terasa oleh setiap

pribadi dalam proses hidup yang dipulihkan, dikuatkan, diperdamaikan, dihibur,

dan dituntun secara berkelanjutan dalam pemeliharaan Allah untuk menjadi

pribadi yang benar, setia, berkontribusi untuk memperluas kerajaan Allah dan

namaNya dipermuliakan. Tanda heran, indah, spektakuler hanyalah bonus dari

kasih karunia dan penghiburan ilahi. Itulah karya Roh Kudus yang sejati bagi

kalangan arus utama.3 Kedua pandangan yang berbeda ini akan menemui titik

temu dan berhenti berdebat, jika Yesus Kristus, Sang Pemilik dan Kepala Gereja

yang memperbaikinya.

Kita ingat bahwa Reformasi memulihkan ajaran Alkitab dengan menyatakan

bahwa keselamatan disajikan secara sempurna dalam karya Kristus saja. Apakah

sola gratia dan sola fide – oleh anugerah saja dan hanya iman saja – hanya berlaku

bagi orang-orang yang baru dalam iman dan tidak berlaku bagi yang sudah
3 ?
Teologi Reformed, Roh Kudus dan Prinsip Pemersatu gerakan kharismatik, 2018
https://teologiareformed.blogspot.com/2018/12/prinsip-pemersatu-gerakan-kharismatik.html
diakses pada hari senin, tanggal 27 Februari 2023, pukul 18:09 WIB
14
dewasa dalam iman? Benarkah Roh Kudus membawa kita ke tingkat yang lebih

tinggi? Paulus menuliskan bahwa dia memutuskan untuk tidak mengetahui apa-

apa selain Yesus Kristus yang disalibkan (1Kor. 2:1-2) justru kepada jemaat yang

mengalami dorongan untuk mendapat pengalaman-pengalaman yang lebih tinggi.

Ketika kita mengagung-agungkan pengalaman rohani yang membuat kita

seakan-akan memiliki suatu tingkat rohani yang lebih tinggi, maka dengan mudah

kita memusatkan perhatian pada pribadi kita dan pengalaman kita.

Terkait dengan misi, menurut artikel E-Misi: Mengabarkan Injil ke


seluruh Indonesia yang berjudul Roh Kudus dan Misi, menuliskan bahwa: 4
“Setiap orang Kristen yang sudah menerima Roh Kudus dan dipenuhi oleh-Nya, tidak
mungkin tidak berbicara tentang Injil. Roh Kudus akan membuka mata rohani dunia dan
orang yang belum percaya agar mereka mengerti dan diinsafkan akan dosa mereka (Kisah
Para Rasul 2:4-11, 41).
Selain itu, Roh Kudus selalu memperlengkapi pelaku misi dengan apa yang dibutuhkan
pada waktu berhadapan dengan kenyataan kesulitan di lapangan. "... tetapi mereka tidak
sanggup melawan hikmatnya dan roh yang mendorong dia (Stefanus) berbicara." (Kisah
Para Rasul 6:10)”
Seharusnya ketika Roh Kudus mengajar kita beriman, bahkan menuntun

pelayanan kita kepada dunia, bukan pribadi kita lagi yang menjadi pusat

perhatian. Tujuan utama hidup kita seharusnya adalah Kristus bukan lagi diri

sendiri (Gal. 2:20), dan Injil Yesus Kristus yang kita beritakan adalah buah

ketaatan kita meneruskan Misi Allah, dengan kesadaran atas kasih karunialah

kuasa Roh Kudus memperlengkapi kita, sehingga nama Yesus semakin dipuji dan

dimuliakan.

Roy B. Zuck (2011: 107) memaparkan bahwa: Karya utama Roh Kudus

adalah memuliakan Yesus. Memuliakan dan meninggikan Kristus Yesus

menjadi peran utama Roh Kudus. Semua tindakan-Nya sebenarnya berfokus

untuk mencapai tujuan ini, yaitu memuliakan Anak Allah. Demikian hal

4 ?
E-Misi: Mengabarkan Injil ke seluruh Indonesia, Roh Kudus dan Misi, 2009
https://misi.sabda.org/roh_kudus_misi diakses pada hari Selasa, 28 Februari 2023 pukul 17:18
WIB
15
dengan misi. Salah satu peran Roh Kudus adalah dalam bidang misi. Roh

Kudus punya peran besar dalam pelayanan misi orang-orang percaya. Roh

Kudus yang membuka “mata-mata yang buta” sehingga pada akhirnya

mereka dapat melihat kepentingan akan Kristus, Sang Juruselamat. Tanpa

Roh Kudus, orang-orang tidak dapat dengan sungguh-sungguh dibawa untuk

melihat kepentingan mereka untuk menerima Yesus Kristus. Selain itu, Roh

Kudus juga berkarya melalui murid-murid Yesus waktu itu dan terlihat jelas

di dalam Kisah Para Rasul. Roh Kudus memang berkarya dalam misi. Roh

Kudus yang memulai kegerakan sehingga terciptanya sebuah persekutuan

gereja mula-mula. Demikianlah karya Allah yang nyata dalam pencurahan Roh

Kudus bagi misi gereja perjanjian baru, dan terus berlanjut hingga kedatangan

Yesus yang kedua kalinya.5

Dengan kesadaran tersebut, maka sebagai gereja tidak ada yang dapat

menyombongkan dirinya dengan label lebih “dipenuhi” Roh Kudus karena Allah

sendirilah yang berkuasa memiliki, memberi dan menyatakan karyanya atas kita,

siapa saja yang dipenuhi Roh Kudus adalah pilihan Allah, Roh Kudus terus

tercurah atas manusia biasa untuk melanjutkan karya Allah yang luar biasa,

namun bukan berarti kita semena-mena mengabaikan Firman Allah dan

Keutamaan Yesus serta menganggap Roh Kudus, Roh Firman, Roh Yesus itu

mempunyai misi yang berbeda dan salah satunya boleh diabaikan, yang lain lebih

diutamakan. Itu adalah sebuah penyimpangan pengajaran bahkan sebuah

kesesatan.

DAFTAR PUSTAKA

5 ?
Roy B. Zuck, A Biblical Theology of the New Testament (Malang: Gandum Mas, 2011),
107.
16
Badan Pelayanan Nasional Pembaruan Karismatik Katolik Indonesia (BPN

PKKI). Definisi Karismatik. 2008

E-Misi: Mengabarkan Injil ke seluruh Indonesia. Roh Kudus dan Misi. 2009

http://www.karismatikkatolik.org/definisi-karismatik.html

https://misi.sabda.org/roh_kudus_misi,

https://teologiareformed.blogspot.com/2018/12/prinsip-pemersatu-gerakan-

kharismatik.html

Pillar: Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia. Resensi Gerakan

Karismatik Dan Gereja Kita. 2010.

https://www.buletinpillar.org/resensi/gerakan-karismatik-dan-gereja-kita,

Teologi Reformed. Roh Kudus Dan Prinsip Pemersatu Gerakan Kharismatik.

2018

https://teologiareformed.blogspot.com/2018/12/prinsip-pemersatu-gerakan-

kharismatik.html

Zuck, Roy B. A Biblical Theology of the New Testamen. Malang: Gandum Mas,

2011.

17

Anda mungkin juga menyukai