Anda di halaman 1dari 2

Nama : Febry Andreas

NIM : 18.3357

Kelas : 6B

Mata Kuliah : Missiologia

Dosen Pengampu : Pdt. Pulo Aruan, M.Th

Review Kuliah Pertemuan 3

Perubahan Paradigma Misi PL ke PB

Misi dalam PL masih berlangsung secara sentrifugal yang artinya bagaimana


memasukkan orang-orang yang di luar Israel ke dalam bilangan Israel menjadi umat Allah,
meskipun mereka melakukannya belum dengan metode yang terstruktur. Di PB, misi itu
berubah menjadi sentripetal atau dari dalam keluar. Itulah sebabnya terdapat perintah kepada
umat Allah untuk keluar dari zonanya sendiri dan pergi ke zona orang lain untuk melakukan
penginjilan. Hal ini dapat kita lihat dalam Amanat Agung yang menjadi landasan misi atau
melakukan pekabaran Injil yang sentripetal.

Melihat Keberadaan Misi dalam Sejarah Gereja

Awal keberadaan gereja bermula dari peristiwa tercurahnya Roh Kudus dalam Kisah
Para Rasul yang dari sinilah kita dapat melihat adanya istilah “jemaat”. Jemaat yang pertama
itu ialah orang yang bertobat karena khotbah Petrus, meskipun awalnya mereka belum
disebut ‘orang Kristen’. Pertama kali orang-orang percaya disebut sebagai orang Kristen
yaitu di Antiokhia.

Misi memiliki implementasi rangkap, bagaimana kita dapat mengajak orang lain
mengikut Kristus dan bagi orang yang sudah memahami hakikat atau esensi Kekristenan,
karena misi selalu berhubungan dengan kesaksian. Dengan kata lain, jika seorang Kristen
tidak memiliki kesaksian tentang apa dan bagaimana dirinya menjadi Kristen, maka orang
tersebutlah yang sebenarnya perlu diinjili. Pentingnya menjadi saksi oleh karena saksi sendiri
merupakan bagian dari mengetahui dan ‘mengalami’ yang dapat menjadi bagian dari
pemberitaan misi Allah.
Kisah Para Rasul 11:26 berbicara jelas tentang ‘di Antiokhialah murid-murid itu
untuk pertama kali disebut Kristen’. Melalui pernyataan ini dapat kita lihat bahwa bukan diri
kita-lah yang menyebut bahwa kita adalah Kristen, melainkan orang-orang yang melihat
mereka melalui cara, gaya dan jalan hidup yang mereka jalani. Kekristenan yang
sesungguhnya merupakan gaya hidup bukanlah semata-mata hanya agama.

Prinsip dalam Kekristenan diantaranya ialah ‘membagi hidup mereka dengan yang
lain’, seperti sejarah yang ada di Kisah Para Rasul tersebut, mereka mengambil uang mereka
dan menjual harta miliknya lalu membagikannya kepada orang lain di samping hidup taat dan
setia kepada Kristus. Ujung tobak misi bukan persoalan metode, konsep dan kemampuan
berbicara tentang Firman, melainkan ‘gaya hidup yang mengubahkan dan menjadi teladan’.
Ajarlah mereka melakukan seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu, merupakan
panggilan misi untuk menjadi model kehidupan.

Hubungan Gereja dengan Misi

Karl Barth mengemukakan misi datangnya hanya dari Allah sendiri, dan keyakinan
itu bukan diambil dari eklesiologi atau soteriologi melainkan dari Allah Trinitas. Misi
adalah bagaimana Allah mengutus Putra kemudian ke Roh Kudus dan ketiganya mengutus
gereja ke tengah dunia ini. Misi selalu berhubungan dengan Allah Trinitas, artinya tidak ada
misi yang tidak berhubungan dengan Allah.

Adolf van Harnack (lebih senior dari Karl Barth, dosennya Barth) mengemukakan
misi merupakan tugas total dari Allah yang mengutus gereja untuk mengasihi, mengajar,
melayani, berkhotbah, menyembuhkan dan membebaskan. Dengan kata lain, membawa
syalom Allah di tengah-tengah dunia (misi secara holistik). Misi bukan hanya persoalan
memperluas gereja, misi bukanlah pekabaran Injil atau peng-Kristenan.

Kutipan :

- Seorang Pendeta pada akhirnya hanya memiliki satu tujuan hidup yaitu berbuat baik
dan menjadi inspirator bagi banyak orang. Jemaat akan lebih membutuhkan seorang
role model yang memiliki karakter dan kebiasaan yang baik.
- Setengah kebenaran adalah dosa. Harus utuh!

Anda mungkin juga menyukai