Anda di halaman 1dari 2

Nama : Febry Andreas

NIM : 18.3357

Kelas : 6B

Mata Kuliah : Missiologia

Dosen Pengampu : Pdt. Pulo Aruan, M.Th

Review Kuliah Pertemuan 4

Gereja barulah diawal abad ke-17 secara resmi menggunakan istilah ‘misi’. Pada abad
sebelumnya gereja menggunakan misi bernuansa pemenangan jiwa yaitu misalnya apa yang
disebut dengan penyebaran iman, lalu ada yang disebut dengan penobatan orang-orang kafir,
pewartaan Injil ke seluruh dunia, pewartaan apostolik, penyelamatan kaum barbar, hingga
sebutan penanaman baru gereja untuk iman Kristen (church plantations) atau istilah lain yaitu
‘perluasan gereja’. Kemudian Edmund Woga juga mencantumkan rumusan-rumusan misi
seperti yang dijabarkan oleh David J. Bosch yang menguraikan panjang lebar mengenai
istilah-istilah itu, sedangkan Woga menambahkan pengertian-pengertian itu supaya misi itu
digambarkan sebagai hal yang harus dikerjakan di gereja yaitu penugasan dari pimpinan
gereja untuk mengajar di lembaga-lembaga tentang misi. Artinya misi sebagai ilmu yang
dipahami oleh orang-orang yang diutus.

Terdapat kesulitan-kesulitan dalam misi karena pada praktek misi banyak sekali yang
justru terjadi penanaman gereja penobatan orang-orang kafir menjadi warga gereja
(penggandaan jiwa). Padahal secara teori, misi itu harus dipahami sebagai sesuatu yang utuh
keselamatan jiwa yang berdampak pada kesejahteraan fisik. Misi harus berada di dalam
dimensi iman dan sosial. Dimensi sosial dan dimensi iman itu bagaikan dua sisi mata uang
yang memang harus bergerak sejajar. Model misi harus selalu mengarah kepada Manusia
yang Seutuhnya yaitu Yesus.

Praktek social-gospel masa kini ditunggangi oleh globalisasi oleh karena itu orang-
orang yang belum bertobat pun melakukan social-gospel. Jika hanya kebaikan menjadi tolak
ukur melakukan Injil maka kita harus bilang kita bukan orang yang paling baik jika hanya
fokus pada bidang sosial. Sebagai cabang disiplin ilmu yang baru, misiologi mulai dikenal
sejak abad ke-19 melalui pengajaran di perguruan tinggi. Misiologi menjadi satu-satunya
mata kuliah teologi lintas ilmu. Subjek dan objek dari misi adalah manusia, manusia itu
kompleks maka dari itu misiologi menjadi menarik.

Amanat Agung (Matius 28) memiliki makna misi di dalamnya, yang artinya tugas
gereja pada dasarnya adalah bermisi. Dengan demikian, dunia ini menjadi rumah bagi setiap
orang Kristen dimana shalom Allah hadir yang ditandai dari setiap kehidupan orang yang
berbuah (buah-buah Roh). Ketika setiap orang hidup di dalam satu prinsip yang sama maka
setiap orang dapat menikmati kehidupan sebagai persiapan untuk hidup di dalam kekekalan
bersama Kristus. Jati diri gereja adalah misi atau ‘pergi’ untuk diutus. Seperti Bapa mengutus
Aku, dan Aku mengutus kamu, melalui hal inilah dapat kita lihat jati diri gereja. Artinya jika
tidak ada pengutusan maka gereja belum seutuhnya beresensi. Pada dasarnya misi itu ialah
persoalan yang terjadi masa kini.

Edmund Woga juga mengangkat pemahaman Stool Muller bahwa misi itu konteksnya
adalah sejarah dunia yang harus dilihat sebagai peristiwa historis yang umum, artinya
peradaban yang sedang berlangsung di dunia inilah yang menjadi arah atau tujuan dari misi.
Misi harus dilihat sebagai Allah yang berkarya dan juga Allah yang kekinian. Hakikat gereja
adalah Roh Kudus, Allah Bapa dan Yesus adalah model dari misi. Allah-nya misi adalah Roh
Kudus karena Allah Bapa dan Yesus merupakan bagian dari historis.

Anda mungkin juga menyukai