Anda di halaman 1dari 7

Nama : Demianus

Nim : 861012707961332
Prodi : Magister Teologi
Mata Kuliah : Teologi Kontemporer
Dosen Pengampu : Dr. Ruben Nesimansi, M.Th

Evangelical Theologi
Latar Belakang Istilah
Istilah “Evangelical” atau “Injili” adalah istilah yang sangat populer dalam theologia
Kristen. Istilah ini bukanlah istilah yang baru sama sekali karena istilah ini sesungguhnya sudah
dipakai untuk menyebut sebagian pemimpin umat Katolik Roma yang saat itu setia pada ajaran
Alkitab yang murni; dimana mereka mengutamakan keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik
kelakuan yang Alkitabiah, seperti pentingnya membaca Alkitab, iman kepada Yesus sebagai
Juruselamat pribadi dan kesalehan hidup.
Chris Marantika menyatakan hal senada bahwa sejak masa reformasi ungkapan ini telah
dikenakan kepada gereja-gereja Protestan, dan kadang-kadang digunakan untuk menunjuk
kepada sesama aliran gereja Protestan. Di Rusia, istilah Injili sama dengan denominasi Baptis.2
Dalam konteks Indonesia masa kini, kata “Injili” digunakan secara luas oleh berbagai gereja,
baik oleh gereja-gerejaProtestan yang merupakan hasil Zending Belanda maupun gereja-gereja
yang dihasilkan oleh gerakan Revivaldan atau Holliness Movement.
Grolier Academic Encyclopedia mendefinisikan Evengelicalism adalah istilah yang digunakan
untuk sejumlah gerakan terkait dalam Protestanisme. Mereka terikat bersama oleh penekanan
bersama pada apa yang mereka yakini sebagai hubungan pribadi dengan Yesus Kristus dan
komitmen terhadap tuntutan Perjanjian Baru. Evangelikalisme biasanya dikaitkan dengan jenis
khotbah yang mengajak pendengarnya untuk mengakui dosanya dan percaya akan
pengampunan Kristus.
Secara etimologi Evangelical/Injili berasal dari akar kata Yunani “Euangelion/Injili/Kabar baik.”
Yaitu berita anugerah keselamatan Allah dalam Kristus dalam bentuk penebusan dosa bagi
orang-orang percaya (Mat 1 : 21), dan pembebasan dari belenggu kesia-siaan hidup (Luk 4 : 18-
19; Roma 8 : 20-22). Kamus Sejarah Gereja memberi pengertian bahwa evangelikalisme adalah :
“Sejak zaman Reformasi kata ini dipergunakan dalam beberapa pengertian. Kata ini
dipergunakan oleh gereja-gereja Protestan oleh karena mereka menekankan Injil sebagai dasar
ajarannya. Pada tahun 1817 di Prusia dibentuk suatu gereja kesatuan antara Gereja Lutheran
dan Gereja Calvinis yang diberi nama Gereja Evangelis.”.
Sejarah dan Perkembangan gerakan Injili/Evangelical
Sebagaimana telah di singgung di atas, semangat Injili telah ada sejak abad XVI. Pada saat itu di
gereja Roma Katolik ada sebagian orang yang dengan setia mempertahankan kemurnian ajaran
Alkitab dan praktik-praktik hidup yang saleh. Pada awalnya kelompok yang dimotori para
kardinal ini tidak dianggap berbahaya dan bahkan diterima sebagai gerakan penyegaran rohani.
Ketika Reformasi terjadi, kelompok ini dengan sendirinya terpisah dari gereja Roma Katolik.
Mereka dikeluarkan dari Gereja Roma Katolik dan gereja kelompok ini menggunakan nama
Evangelische Kirche (secara harafiah: Gereja Injili). Nama itu digunakan untuk menegaskan
bahwa Reformasi beserta gereja yang dihasilkannya hendak kembali kepada Injil yang murni
sebagaimana terdapat di dalam Alkitab sebagai satu-satunya sumber ajaran dan dasar
kehidupan gereja.
Sejarah Dan Perkembangan Evangelical Di Amerika
Tahun 1800-an, denominasi evangelical menjadi aliran yang paling terkenal dan berpengaruh di
Amerika. Pada saat itu banyak aliran gereja tertular semangat gerakan ini secara signifikan. The
Evangelical United Front merupakan salah satu lembaga yang di dalamnya tergabung orang-
orang dari berbagai aliran gereja, seperti: Baptis, Kongregasionalis, Reformed Belanda,
Methodis, Presbyterian, dan juga beberapa kelompok kecil lainnya. Badan ini secara aktif
memelopori gerakan pembaruan dan kebangkitan dan mengorganisasinya.
Kaum Injili telah dijuluki oleh beberapa orang sebagai kaum fundamentalis yang bergelar
doktor. Walaupun ada hubungan sejarah antara kaum fundamentalis dan Injili, keduanya
berasal dari latar belakang yang sama yaitu Kristen Orthodok atau Kristen Konservatif.
Kesamaan Fundamentalis dan Evangelical adalah keduanya memiliki semangat menyala-nyala
memelihara ‘agama lama; terhadap ancaman situasi dan perkembangan teologi serta budaya
modern, sehingga keduanya dapat disebut sebagai gerakan reaksioner.
Perbedaannya adalah bahwa fundamentalis mempunyai sikap tidak terbuka terhadap ilmu
pengetahuan dan budaya modern, termasuk kaitannya dengan pemahaman atas Alkitab.
Sedangkan Injili mempunyai sikap terbuka terhadap ilmu pengetahuan dan budaya modern
termasuk kaitannya dengan pemahaman atas Alkitab
Beberapa group yang telah ditolak oleh kaum fundamentalis atau beberapa group yang
mengundurkan diri dari kaum Fundamentalis memulai beberapa kelompok-kelompok Injili
bersama. Pembentukan N.A.E (National Association of Evangelicals= perhimpunan Nasional
Kaum Injili) antara tahun 1939-1942.
Pada bulan mei 1943, konvensi konstitusional NAE diadakan di Chichago. Seribu delegasi dari 50
denominasi dan berbagai kelompok hadir di sana.Harmonisasi yang unik itu membentuk sebuah
konstitusi dan pengakuan iman disepakati. Dari pertemuan ini hadirlah NAE persekutuan murni
yang menandakan pembentukan dari sebuah koalisi injili yang baru.
Salah satu dari gagasan utama dari pembentukan NAE adalah kerinduan dari banyak kelompok
Kristen maupun gereja untuk menjadi penengah antara liberalisme dan konservatisme yang
radikal dengan mengekspresikan kesatuan kristen. Dewan federal gereja Kristus selalu menjadi
dewan yang terlalu liberal dan berorientasi pada injil-sosial demi memasyarakatkan Injili.
Gereja-gereja dalam dewan tersebut selalu dianggap sebagai gereja yang modernist. Kaum Injili
pun tidak menerima kebenaran dewan gereja kristen Amerika yang didirikan oleh Carl
Mc.Intire, karena mereka 'terlalu kritis' dan 'terlalu fundamental.

Sejarah Dan Perkembangan Evangelical Di Eropa


Gerakan Injili di Eropa pada abad ke-20 merupakan dampak dan kelanjutan dari gerakan
Injili di Amerika. Tetapi gerakan Injili yang ada di Eropa tidak sama dengan gerakan Injili di
Amerika. Gerakan Injili di Eropa tidak langsung bergantung pada fundamentalis sebab tidak ada
gerakan atau paham fundamentalisme yang asli lahir di Eropa.
Billy Graham menyelenggarakan serangkain crusade (kebangunan rohani) di berbagai
tempat tahun 1954-1960 yaitu di Inggris (1954, 1955), di Swiss pada tahun-tahun yang sama
dan di Berlin (1960). Dampak peranan Billy Graham semakin bermakna ketika ia mensponsori
penyelenggaraan International Conggres on World Evangelization (Konggres Internasional
Penginjilan Dunia) di Lausanne 1974, melanjutkan partisipasinya dalam World Conggres on
Evangelism (Konggres se-Dunia tentang Penginjilan) di Berlin 1966, yang disponsori oleh
majalah Christianity Today tersebut. Kedua konggres ini sering dipandang sebagai pemberi
dorongan kuat untuk mengorganisasi dan mempertegas kehadiran gerakan Injili di negara-
negara berbahasa Jerman maupun di Skandinavia.“Sejak konggres Lausanne tahun 1974
gerakan Evangelical konservatif dihitung sebagai kekuatan ketiga di dunia Kristen di samping
Gereja Katolik Roma dan Dewan Gereja-gereja se-Dunia“6 Salah satu organisasi penting yang
merupakan produk dan tindak lanjut konggres itu adalah Lausanne Committee for World
Evangelization (LCWE; Panitia Lausane untuk Penginjilan Dunia), yang mendapat dukungan
kalangan teologi konservatif (yang juga berlatar belakang Pietisme) dari berbagai negara dan
bangsa Eropa.
Sejarah Dan Perkembangan Evangelikal Di Indonesia
Gerakan Injili masuk ke Indonesia pada tahun 1950-an, baik secara langsung dari
Amerika Serikat maupun dari Eropa. Perkembangan teologi Injili di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari peranan sekolah-sekolah teologi yang berdiri pada masa itu, antara lain:
Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT, berdiri tahun 1952) dan Institut Injili Indonesia (I-3,
berdiri tahun 1959). Gerakan Injili di Indonesia juga disuburkan oleh kaum Injili di Jerman yang
memberikan dukungan terhadap Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil di Indonesia (YPPII), dan
oleh kaum Injili di Inggris melalui Overseas Missionary Fellowship (OMF) yang mengirimkan
para misonari mereka untuk melayani di beberapa gereja dan lembaga Kristen di Indonesia.
Sedangkan penyebaran di kalangan mahasiswa dilakukan melalui Lembaga Pelayanan
Mahasiswa Indonesia yang merupakan kepanjangan tangan dari Campus Crusades for
Christ.“Campus Crusade for Christ(CCC) (di Indonesia sekarang lebih dikenal dengan nama
Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) didirikan oleh mantan bisnismen Bill Bright
bersama isterinya dibantu oleh beberapa orang lain.
Dalam buku Berbagai Aliran Dalam Sejarah Gereja dicatat :“Sekitar 275 organisasi
Protestan di Indonesia, ditambah dengan 400an yayasan, paling kurang setengah mengaku
sebagai gereja dan yayasan yang Injili… di dalamnya masuk kategori arus utama (GMIM,
GMIT,GMIH, GMIST, GKI dll) Sebuah wadah perhimpunan gereja-gereja Injili dibentuk yaitu
Persekutuan Injili Indonesia (PII) yang menjadi salah satu wadah di samping DGI/PGI dan DPI.
Ciri Khas Injili/Evangelical
1. Tekanan utama dari “iman” adalah kesetiaan pada kebenaran wahyu Allah yang
disingkapkan Alkitab. Orang beriman adalah orang yang sudah dilahirkan baru sehingga
kehidupannya dituntun oleh Roh Kudus bergumul dan masuk ke dalam kebenaran
firman yang semakin mendalam (Yoh. 16 : 13).
2. Perjuangan “iman” adalah untuk kemurnian ajaran gereja yang didasarkan atas
keabsahan Alkitab.
3. Hubungan dengan gereja-gereja positif, yaitu bertujuan untuk menghidupkan semangat
reformasi, mengembalikan otoritas Alkitab dalam pengajaran, kesaksian, pelayanan dan
kehidupan gereja. Kesetiaan anggota pada gereja masing-masing sangat ditekankan.
4. Percaya bahwa panggilan untuk bertumbuh secara rohani adalah panggilan yang utama
bagi setiap orang Kristen.
5. Percaya bahwa baptisan Roh terjadi pada saat seorang menerima Kristus dan dilahirkan
baru. Meskipun telah terjadi kelahiran baru, seringkali buah-buahnya “belum” nampak,
oleh karena proses perjalanan iman yang penuh pergumulan dengan nature manusia
lama yang penuh dosa.
Hubungan Gerakan Injili dengan Aliran (Gerakan) Lainnya
Teologi tertentu telah melatarbelakangi bahkan mungkin sekaligus mewarnai lahir dan
berkembangnya evangelikalisme. Pada bagian ini akan jabarkan secara singkat beberapa teologi
atau aliran yang melatarbelakangi dan mewarnai gerakan evangelikalisme:
1). Fundamental
2. Pietisme
Pietisme merupakan gerakan yang juga memberikan warna dalam perkembangan gerakan Injili.
Pietisme adalah suatu gerakan kesalehan di dalam gereja Protestan di Eropa. Gerakan ini
menekankan kesalehan pribadi disamping pengajaran yang benar. Gerakan ini kemudian
menjadi gerakan pembaharu kerohanian di Jerman, dam merambat ke Inggris dengan nama
Puritanisme.
Karakteristik pietisme rupanya terdapat juga dalam azas kaum Injili. Nada pengajaran kaum
Pietis hampir sama dengan kaum Injili; menekankan pada kekudusan hidup, kewibawaan
Alkitab, pengajaran Alkitab yang benar, pemberitaan Injil dan konsep eskatalogis. Persamaan-
persamaan karakteristik ini mungkin tidak mengindikasikan bahwa kaum Injili mengambil ajaran
kaum Pietisme tetapi lebih menunjukkan sikap keterbukaan dan penerimaan (yang juga dapat
dipahami sebagai kesetujuan) kaum Injil terhadap aliran lain sejauh ajarannya sesuai dengan
keyakinan kaum Injili sendiri.
3. Dispensasionalisme
Dispensasionalisme adalah sistim teologia yang memiliki dua ciri khusus, pertama,Penafsiran
Alkitab yang secara harafiah dan konsisten, khususnya dalam hal nubuatan Alkitab, kedua,
Perbedaan antara Israel dan Gereja dalam rencana Tuhan.

PENGAJARAN EVANGELIKAL THEOLOGI


Alkitab adalah Firman Allah
Bagi kaum Injili, Alkitab adalah firman Allah yang diwahyukan tanpa salah,merupakan pedoman
hidup satu-satunya. Keyakinan ini dipertegas dalam Lausanne Covenant yang berbunyi: “Kami
meyakini secara tegas keilhaman, kebenaran, dan kekuasaan Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru secara keseluruhan sebagai satu- satunya Firman Allah yang tertulis, tanpa salah dalam
pernyataannya, dan ialah satu- satunya pedoman yang benar bagi iman dan peraktek hidup.
Pernyataan yang sama ditegaskan oleh kaum injili di Chicago USA dalam konferensi tentang
Innerrancy of the Scripture yang intinya menyatakan bahwa Kitab suci adalah firman Allah satu-
satunya yang diberikan tanpa salah seluruhnya.
Keyakinan pada otoritas Alkitab sebagai satu-satu firman Allah dan tanpa salah merupakan
keyakinan yang mendasar yang dianggap sebagai ciri khas utama teologi injili. Bahkan,
keyakinan dianggap sebagai keyakinan yang membedakan seorang injili dan non Injili. Sebuah
organisasi gereja atau badan atau kristen bahkan sekolah teologia apa pun dapat dianggap
tidak Injili kalau tidak memiliki keyakinan yang demikian. Alkitab bagi orang Injili adalah satu-
satunya ukuran bagi segala presuposisi, asumsi, pemahaman bahkan perilaku mereka. Militansi
kaum Injili terhadap Alkitab tidak diragukan lagi. Alkitab adalah segala-galanya. Sama seperti
kaum fundamentalisme, kaum Injili sangat menjunjung tinggi Alkitab sebagai firman Allah yang
berotoritas.
Karena kaum Injili menerima apa yang tertulis dalam Alkitab, maka kaum ini mengakui adanya
mujizat. Berkaitan dengan mujizat, mereka menentang tegas gerakan rasionalisme,
modernisme, dan sekularisme yang mengabaikan unsur mujizat dalam iman Kristen. Kaum Injili
tetap yakin bahwa Tuhan Yesus yang Maha Kuasa itu tidak berubah, baik kemarin, hari ini dan
sampai selama-lamanya.
Solus Christus
berarti keselamatan hanya oleh Yesus. Prinsip ini berkaitan denganKristologi dan Soteriologi,
bahwa hanya melalui Kristus manusia dapat diselamatkan; bahwa manusia dapat diterima oleh
Allah hanya di dalam Kristus. Kristus-lah satu- satunya jalan menuju keselamatan. Melalui
kematiannya di kayu salib, Kristus menjadi jalan pendamaian antara Allah dan manusia. Kaum
Injili percaya bahwa Kristus mati bagi dosa-dosa manusia. Bagi kaum Injili, mengatakan bahwa
”Kristus menanggung dosa kita sama pengertiannya dengan Kristus mati bagi dosa kita”, karena
Dia tidak dapat menanggung dosa mereka tanpa mati (berkorban) bagi mereka.31 Kristus mati
bagi orang berdosa, sehingga melalui kematiannya ia mendamaikan manusia yang berdosa
dengan Allah Bapa. Tanpa menanggung dosa manusia, pendamaian itu tidak mungkin terjadi
dan bahwa Ia tidak dapat menanggung dosa manusia tanpa mati di kayu salib.
Bagi kaum Injili, Kristus merupakan merupakan pusat pemberitaan gereja(orang percaya). Kaum
Injili percaya bahwa Kristus dapat ditemui dalam setiap Kitab (Kejadian – Wahyu), karena
Alkitab pada intinya menyatakan siapa Kristus dan bagaimana Ia berkarya bagi umat-Nya.
Munculnya penekanan pada rasio dan filsafat tidak membuat kaum Injili beralih dari
keyakinannya terhadap Kristus sebagai Anak Allah dan Anak Manusia.
Ajaran tentang Keselamatan
kaum Injili percaya sepenunya bahwa keselamatan hanya ada di dalam Kristus. Manusia yang
berdosa hanya dapat diselamatkan jika ia percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya. Sehubungan dengan keselamatan, maka tema penting dalam teologi Injili
adalah pertobatan (conversion). Dalam perspektif kaum Injili pertobatan berarti meninggalkan
dosa dan berpaling (beriman) kepada Kristus. Untuk memperoleh keselamatan, seseorang
harus bertobat sungguh-sungguh, meninggalkan dosanya dan percaya keoada Kristus. Menurut
kaum Injili, keselamatan adalah seratus persen karya Allah tetapi manusia memiliki tanggung
jawab penuh untuk datang dan menerima keselamatan yang dari pada Tuhan. Manusia harus
bertobat kepada Tuhan menerima keselamatan dari Tuhan. Pertobatan merupakan taspek yang
progressif dalam kehidupan Kristen. Slogan“pertobatan sehari-hari” (artinya pertobatan yang
terus menerus) merupakan prinsip yang dipegang teguh oleh kaum Injili. Dalam hal ini,
pertobatan dikaitkan dengan kerinduan dan komitmen untuk hidup kudus.
Sehubungan dengan pokok ini maka “kelahiran baru” (regeneration) merupakan ajaran penting
dalam hal ini. Bagi kaum Injili, seseorang hanya dapat diselamatkan jikalau ia telah dilahirkan
kembali oleh Roh Kudus. Selain itu, topik-topik mengenai pemilihan (election), penebusan
(redemption), pendamaian (reconciliation), pembenaran (justification), pengudusan
(santification), kesatuan dengan Kristus (union with Christ), dan pengangkatan (adoption), juga
merupakan ajaran-ajaran yang dianggap penting dalam doktrin keselamatan kaum Injili.
Tema kedua dalam soteriologi Injili adalah iman. Iman merupakan syarat mutlak untuk
menerima keselamatan. Memang tidak dapat dibantah bahwa dalam semua aliran teologi
Kristen, iman merupakan pokok yang penting. Ketika seseorang menjadi Kristen, maka ia masuk
dan memulai kehidupan yang baru, yang disebut sebagai kehidupan beriman. Bagi kaum Injili,
iman merupakan fondasi yang harus berakar dan bertumbuh dalam praktek kehidupan sehari-
sehari. Iman merupakan suatu sikap hati yang bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam
menjalani dan menghadapi segala pergumulan hidup. Chris Marantikan mengatakan bahwa
berkaitan dengan ini, maka doa mendapat tekanan penting dalam segala kegiatan kaum Injili di
segala bidang hidup.

Doktrin Tentang Allah


Pada bagian ini kaum Injili mengikuti pengakuan sejarah dari ortodoks tradisional. Dengan
melihat pengajaran Alkitab secara keseluruhan maka mereka menganggap sebagai doktrin
Trinitas. "Bapa, Anak, dan Roh Kudus semuanya adalah Allah. Mereka tampil sebagai pribadi
yang terpisah dengan pertanggungjawaban masing-masing dalam Ketuhanan. Bagi kaum Injili
manusia dapat mengenal Allah melalui pewahyuan khusus dan pewahyuan umum.
Pengajaran tentang Roh Kudus
Roh Kudus adalah Pribadi ketiga dalam Tritunggal, yang disembah dan dimuliakan bersama
dengan Bapa dan Putera, sebagai yang satu dalam kodrat dan sama dalam keagungan pribadi
dengan Bapa dan Putera. Pengudusan, karya ketiga pribadi, dilaksanakan oleh Roh Kudus yang
dianugerahkan kepada semua orang beriman (Yoh. 20:22; Rm 5:5).
Pengajaran Tentang Eskatologi
Kaum Injili setuju bahwa pusat atau titik utama dalam Eskatalogi adalah kedatangan Kristus
yang kedua kali, tetapi dalam hal milenialisme tokoh-tokoh kaum Injili memiliki berbagai
perspektif yang luas. Pandangan mengenai milenialisme setidaknya terbagi dalam empat kubu,
yaitu Premilenialisme-Historis (tokohnya George E. Ladd), Premilenialisme-Dispensasional
(tokohnya Herman Hoyt), Postmilenialisme (tokohnya Loraine Boettner) dan amilenialisme
(tokohnya Anthony Hoekma).
Parousia merupakan pokok utama dalam ajaran Eskatalogi Injili. Meskipun dalam pengajaran
mengenai tanda-tanda yang mendahului parousia tokoh-tokoh Injili mungkin tidak sama persis,
tetapi mereka sepakat bahwa fakta Eskatalogi yang paling penting adalah kedatangan Kristus
yang kedua kali. Umat manusia hanya diperhadapkan dalam dua pilihan, ke surga atau neraka.
Tokoh-tokoh Teologi Injili
tokoh penting yang benar-benar signifikan dalam perkembangan gerakan dan teologi Injili:
John Wesley, Benjamin B. Warfield, Charles Finney, D. L. Moody.

Anda mungkin juga menyukai