tahun 170 M. Montanisme merupakan gerakan profetis yang dipelopori oleh seorang
mantan imam dari Kota Cybele di Phrygia yang bernama Montanus. Ia menekankan
dan juga pengajaran Allah berkomunikasi langsung dengan wahyu melalui Roh
dari wahyu ilahi. Di masa itu Montanus memiliki kegairahan spiritual yang penuh,
hingga ia masuk kedalam kondisi trance dan terjatuh secara tiba-tiba, hingga
sebagian orang merasa terganggu dan menganggap hal itu tidak alami. Mereka
kesalahan. Namun sejarawan menganggap Montanus sebagai sumber mata air dari
semua gerakan antusiastik dan pneumatik dalam sejarah Kristen. Montanus telah
memberikan pandangan itu sebagai sesuatu yang bersifat organis dalam hakikatnya,
yang berkembang dalam empat tahap, masing-masing tumbuh lebih tinggi daripada
tahap yang terdahulu : (1) agama alamiah, (2) agama hukum dari Perjanjian Lama,(3)
59
Kanon adalah patokan; dari situ: daftar tulisan-tulisan yang tergolong pada Kitab-kitab Suci.
pengharapan akhir zaman, (b) penyembuhan ilahi, (c) pemulihan rohani. Sedangkan
yang menjadi ciri utama dalam neo-Montanisme, yakni: penyembuhan, bahasa lidah,
aturan moral yang tegas, baptisan 60 dewasa, wanita ikut dalam pelayanan, dan
Anababtis, yakni gerakan yang lahir saat reformasi Lutheran di abad ke-16. Saat itu
kaum Anababtis sudah menyadari dan menentang ajaran teologi kekristenan Katolik
Roma klasik termasuk juga menentang ajaran Lutheran. Bagi kaum Anababtis, setiap
mereka yang telah dibaptis saat bayi, harus dibaptis ulang ketika beranjak dewasa
segera Yesus Kristus yang kedua kali, pasifisme dan taat akan aturan etika yang
ketat.
Salah satu gerakan yang dipimpin oleh Ann Lee lahir pada tahun 1736
60
Baptis berasal dari kata bapto, baptize yang berarti: (1) meliputi seluruhnya dengan cairan
(to cover wholly with water), (2) mencelupkan sesuatu kedalam cairan, kemudian mengeluarkannya
kembali (fully wet), (3) dibanjiri, dicelupkan, dibenamkan. (Manual Book KOM Seri 100 Pencari
Tuhan, untuk kalangan sendiri)
gagal dalam kehidupan rumah tangga. Semua empat anaknya meninggal dunia ketika
keyakinannya yang kuat akan akhir zaman semakin dekat, Lee menerima ajaran
Pada abad ke-18 di Amerika dan Inggris tumbuh industrialisasi yang pesat,
hal ini diyakini yang menjadi alasan terjadinya kelesuan rohani dan menjadi
Besar” (Great Awakening). Demikian juga di Inggris ketika terjadi revolusi industri
menjadi negara adidaya baru dan sebagai lambang kekuatan ekonomi, yang ditandai
dengan banyaknya negara koloni mereka di penjuru dunia. Namun di satu sisi
masyarakatnya dan gereja mengalami degradasi spiritual, moral dan sosial. Secara
historis kebangkitan di Amerika dan Inggris memiliki hubungan yang erat, dengan
dorongan akan kepentingan spiritual dan perdagangan, sejak abad ke-17 kaum
Protestan Inggris yang berlatar belakang Calvinis 62 mulai menuju Amerika dimana
61
Ibadah yang mereka jalani berupa ritus tarian yang mencoba menggoncangkan (to shake)
dosa, kejahatan, dan keinginan seksual, sehingga gerakan ini dinamakan “shakers” (pengguncang).
Ciri lainnya adalah sukacita dan “Tertawa Kudus” (Holy Laughter) gaya Toronto, glossolalia,
bernubuat, dan berkomunikasi dengan orang yang sudah mati. Mereka menolak Perjamuan Kudus
(Lord’s Supper) ajaran tentang kebangkitan serta baptisan air.
62
Di lingkungan gereja-gereja Protestan sedunia, aliran Calvinis (disebut Reformed atau
Presbyterian) hampir sama usianya dengan Lutheran. Kendati di Indonesia tidak ada gereja yang
Inggris. Sehingga yang menjadi akar dan melekat kepada “Kebangunan Besar” adalah
lebih awal juga tidak lepas dari pendahulunya, yaitu Methodisme. Methodisme
merupakan aliran yang di ajarkan oleh dua bersaudara John Wesley dan Charles
Wesley. John Wesley diberi julukan sebagai “Bapak Pentakolisme”, karena banyak
ajaran dan gagasan serta pendekatan teologisnya diadopsi oleh Pentakolisme. Kedua
bersaudara ini berasal dari keluarga rohaniwan yang sangat religius. John dilahirkan
di Epsworth pada tahun 1703 dan Charles lahir empat tahun kemudian. Ketika
rohani yang bernama Holiness Club yang bertujuan menekankan pembaruan rohani
melalui disiplin membaca Alkitab, berdoa, dan kesalehan pribadi. Namun aktivitas
Ada dua gerakan yang memiliki kontribusi sangat besar di Asia terhadap
menggunakan nama Calvin[is], namun diantara 72 anggota PGI (tahun 1994) setidaknya separuh
mengaku sebagai atau dipengaruhi oleh Calvinisme. Calvinisme merupakan nama dari seorang tokoh
reformasi Johannes Calvin (Jean Cauvin 1509-1564) yang berasal dari Noyon, Perancis Utara.
63
Gerakan Pietis (Pietis Movement) dimulai di Belanda pada awal 1600 oleh Dutch Reformed
Church (Gereja Reform Belanda) dimana Theodore Untereyk memperkenalkannya terhadap gereja-
gereja Lutheran Jerman. Yang menjadi sasaran dalam gereja ini adalah untuk menekankan ulang iman
pribadi, pengalaman lahir baru dan misi dengan ketekunan Kristen.
64
Gerakan Puritan (Puritan Movement) dimulai di Inggris dalam gereja Anglikan dengan ide
menghapus seluruh ritus-ritus dan unsur Katolisisme yang ada.
yang terstruktur dan melembaga dibawah sebuah Dewan Umum (General Council)
yang diketuai oleh Endorus N. Bell. Walau muncul berbagai reaksi menentang
pelembagaan tersebut, tetapi Assemblies of God secara konkrit menjadi salah satu
denominasi Kharismatik yang terbesar di dunia dengan sebuah tata gereja dan hirarki
Secara etimologi kharismatik berasal dari kata benda kharis serta kata kerja
65
Didirikan oleh Demos Shakarian, ia adalah seorang milyuner, pengusaha peternakan di
California, yang berasal dari keluarga imigran Armenia yang pada tahun 1905 mengungsi ke wilayah
itu. Di negara asalnya mereka telah mengenal praktek bahasa lidah. Ayah Demos pada tahun 1905 ikut
menghadiri kebangunan rohani di Azusa Street Los Angeles dan kaum imigran Armenia ini ikut
melatar belakangi kemunculan gerakan Pentakostal. FGBMFI mempromosikan ajaran tentang
baptisan Roh yang datang kemudian dan melakukan glossolalia. Organisasi ini memiliki kontribusi
dan mampu meyakinkan kalangan elit bisnis di dalam denominasi-denominasi sejarah arus utama
dengan memasukkan pengaruh-pengaruh Kristen kharismatik terasa sangat kental. Dengan karakter
oikumenis dan kemampuan finansial dalam mendanai pekabaran Injil di seluruh dunia, telah
menjadikan organisasi ini menjadi suatu alat yang kuat dalam dunia pekabaran Injil. (Wilfred J.
Samuel, Op.Cit.,hlm.28)
istilah khairo (saya bergembira) dan kata benda khara yang artinya kegembiraan atau
kata kharis, seperti pribadi yang menyenangkan charm, perasaan senang, simpati,
rasa berterima kasih, kemauan baik, kesenangan, anugerah atau pemberian meliputi
mengampuni, melepaskan tahanan atau hutang. Dengan demikian tampak jelas bahwa
arti kata kerja ini erat dengan arti istilah kharis. Istilah kharisma berasal dari dua
istilah Yunani di atas. Akhiran ma menunjukkan pada pembentukan kata benda dari
kata lain (dalam Bahasa Indonesia akhiran-an berarti kata benda). Sehingga kharisma
dalam hubungannya dengan kharis berarti bentuk konkrit kharis, dalam kaitannya
dengan kharisomai, berarti akibat tindakan memberi. Bila dikaitkan dengan dua kata
benda ini kharisma berarti pemberian, hadiah. Sebab dilakukan dengan sikap murah
hati dari pemberi (umumnya dari pihak yang statusnya lebih tinggi) maka kharisma
66
Newman Jr.,Op.Cit.,hlm.87;.Souter,A Pocket Lexicon to the Greek New Testament, London
Oxford University Press, 1966, hlm.281; Conzelmeann,TDNT IX,hlm.374. dalam Pdt. DR. Ayub
Ranoh, Pemimpin Kharismatik, BPK Gunung Mulia. Jakarta,2000.,hlm.112
67
H Conzelmann, “Kharis,…” dalam TDNT,Vol.IX,hlm.373-374, dalam Pdt.DR. Ayub
Ranoh, Ibid.,hlm. 112.
68
Bnd. D.L.Baker, Roh dan Kerohanian dalam Jemaat, Tafsiran Surat 1 Korintus 12-14,
Jakarta, BPK Gunung Mulia, Jakarta,1991,hlm 21.
holy) oleh Otto. Dalam kharisma ada suatu titik kritis yang erat hubungannya dengan
seseorang yang luar biasa dan mendatangkan kewajiban, Weber membatasi kharisma
sebagai:
Dari semua analisa Max Weber terdapat tiga ciri khas pokok yang
menggambarkan kharisma, yaitu pertama sebagai sesuatu yang “luar biasa”, yakni
sesuatu yang sangat berbeda dari dunia sehari-hari. Saya melihat yang “luar biasa”
itu sebagai—saya meminjam istilah Pdt. R. Bambang Jonan 70 —sikap yang istilah
yang bersikap demikian. Sehingga tampak lebih religius dibanding orang Kristen
kebanyakan. Kedua bersifat “spontan” sangat berbeda dari bentuk-bentuk sosial yang
mapan dan stabil. Orang-orang kaum Kharismatik cenderung lebih spontan dalam
69
Max Weber, The Theory of Social and Economic Organization, diterjemahkan oleh A.M
Henderson dan Talcott Parson, Talcott Parsons (ed). (New York: Oxford University Press, 1947),
hlm.358-359 dalam Thomas F. O’Dea, Sosiologi Agama, Suatu Pengenalan Awal,PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.1996,hlm.41.
70
Pdt. R. Bambang Jonan adalah Gembala Sidang GBI Rayon IV Medan Plaza. Gembala
adalah seorang pembimbing dan pemelihara domba atau kambing. Ia bertanggung jawab atas domba-
dombanya, sering menghitungnya dan juga melindunginya terhadap bahaya dari luar. Di Israel Tuhan
Allah diakui sebagai Gembala umatnya. Tuhan Yesus adalah gembala yang baik (Lihat Yohanes
10:11;14)
fleksibel atau non-liturgikal. Ketiga, ciri kharisma menurut Weber merupakan suatu
Di Indonesia kabar Injil telah masuk sejak tahun 1511 (Katholik) dan tahun
1605 (Protestan), sedangkan zaman Pentakosta masuk 300 tahun kemudian. Aliran
Pentakosta dibawa oleh penginjil keturunan Belanda yang bernama C Groesbeek dan
tahun 1921 kedua penginjil bertolak dari Seattle, Washington, lalu ke Jakarta
(Batavia) menggunakan kapal Jepang yang bernama Suwa Maru. Pada bulan Maret
mereka bersandar di Jakarta dan meneruskan perjalanan dengan kereta api melalui
jemaat yang telah menerima kuasa Roh Kudus terus memberitakan Injil Kristus ke
mana-mana dengan penyertaan kuasa Allah. Jemaat baru terus bertambah dan
semakin besar, hingga pada tanggal 15 Juni 1937 Pemerintah harus mengakui
yang bersifat gereja) berdasarkan Staatsblad 1927 No.156 dan 532. Kemudian yang
in Nederlands Indie. Ketika kekuasaan Belanda diambil alih Jepang pada tahun 1942,
maka nama Belanda itu berubah menjadi Gereja Pentakosta di Indonesia (GPDI), dan
termasuk GPDI. Sehingga perpecahan tidak terhindari dalam tubuh GPDI. Kalau
perpecahan terjadi oleh karena kehendak Tuhan (1 Korintus 11:19), maka hal itu akan
oleh karena kemarahan dan kebencian manusia, maka hal itu akan mendatangkan
kekecewaan, kerugian dan malapetaka. Ibarat membangun rumah dari rumput kering
dan jerami (1 Korintus 3:15). Karena perpecahan yang terjadi di tubuh GPDI,
dengan berbagai alasan ketidak cocokan dalam suatu pengajaran atau karena masalah
organisasi, maka pada tahun 1952 Dr. H.L Senduk dan F.G. Van Gessel keluar dari
GPDI dan membentuk Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS)—nama sebelum lahir
“organisasi gereja baru” seperti yang terjadi dalam sejarah gereja Pantekosta,
Karena perpecahan akan memberi dua dampak, yakni dampak negatif dan
dampak positif. Negatif, karena merupakan “kerugian” dari gereja yang lama.
Positif, karena kehendak dan rencana Tuhan dapat dilaksanakan. Rasul Paulus
mengatakan bahwa “Diantara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti
Setelah GBIS resmi berpisah dari GPDI dan diakui oleh Pemerintah melalui
GBIS pada tahun 1968 diakui pemerintah sebagai Lembaga Gereja dengan Keputusan
Senduk. Oleh karena perbedaan pandangan dan konflik pengajaran yang terjadi pada
tahun 1957 di dalam GBIS, hingga akhirnya pada tahun 1967 jalan sejarah GBIS
semakin menurun 71 .
Pada tahun 1968-1969 kepemimpinan Dr. H.L Senduk diambil alih oleh
pihak-pihak yang didukung oleh seuatu keputusan Menteri Agama. Kemudian Dr.
H.L Senduk di atas jalan yang baru berjalan terus menggenapi panggilan Tuhan dan
dengan sedih hati harus berpisah dari saudara-saudara di GBIS. Perpisahan itu
melahirkan sebuah wadah yang baru untuk menyatakan kemuliaan-Nya, yakni Gereja
Bethel Indonesia (GBI). Secara etimologis Bethel berasal dari kata beth (rumah) dan
El (Allah), jadi nama Bethel artinya rumah Allah. Dr. H.L. Senduk mengatakan GBI
bukanlah sebuah gereja yang lahir sebagai akibat suatu perpecahan. Tetapi GBI
adalah seperti seorang “anak” yang lahir setelah 18 tahun berada di dalam kandungan
GBIS, yakni 1952-1970 72 . GBI adalah gereja nasional yang termuda di Indonesia,
71
GBI lahir karena dilatarbelakangi beberapa permasalah di tubuh GBIS, seperti perselisihan
tentang kerjasama antara GBIS-COG (Church of God),beberapa hamba Tuhan tidak tunduk kepada
Keputusan Majelis Besar, saling pecat memecat sesama hamba Tuhan, dan sebagainya.
72
Dr. H.L. Senduk, Sejarah Gereja Bethel Indonesia,Untuk Kalangan Sendiri.hlm.25
Sebelum gereja ini berdiri pada tanggal 25 Juli 1993, GBI Rayon IV Medan
Plaza awalnya merupakan hanya sebuah persekutuan doa (diberi nama Medan Pray
Centre) berupa ibadah pujian dan penyembahan yang dimulai dimulai tahun 1991-
1992-an. Medan Pray Centre merupakan ibadah doa atau lebih tepatnya dianggap
seperti Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), yang saat itu dilakukan sekali dalam
satu bulan. Ibadah pray centre awalnya tidak dilakukan pada satu tempat yang sama,
melainkan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, bukan karena para
memperoleh tempat ibadah yang dapat disewa secara permanen untuk melakukan
Pada dekade 90-an, saat itu umumnya gedung pertemuan masih merupakan
tidak sebanyak sekarang ini. Sehingga agak sulit bagi Medan Pray Centre
memperoleh tempat yang setiap hari bulannya secara permanen akan digunakan
sebagai tempat ibadah pujian dan penyembahan, dan tidak disewakan kepada pihak
lain selain Medan Pray Centre. Diantara gedung yang sering digunakan sebagai
tempat ibadah adalah Wisma Benteng dan Hotel Tiara, namun tidak setiap bulannya
dapat dipergunakan, sehingga ibadah yang dilakukan di tempat tersebut pada hari
minggu bulan itu, pada bulan berikutnya belum tentu dapat dilakukan ibadah di
tempat yang sama. Tetapi harus mencari tempat lain yang dapat disewa untuk bulan
tata ibadah yang diajarkan melalui dogmatika 73 GBI dibawah kepemimpinan Pdt. Dr.
didatangkan dari luar Medan, seperti Jakarta dan Bandung. Karena ibadah di pray
centre dilakukan sekali dalam sebulan, tentu menjadi pertanyaan, dari mana datang
peserta yang mengikuti ibadah tersebut?. Karena pray centre bukanlah gereja dan
tidak memiliki gedung permanen dan jemaat. Maka panitia doa memasang iklan di
koran-koran lokal dan mengundang para pendoa dari berbagai denominasi gereja agar
kemudian ada seorang ibu yang bernama Ibu Marini Ishak datang menghadap
Gembala Pembina Rohani Bpk Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo, 75 yang kemudian
mengungkapkan kerinduan beliau agar GBI Bethany yang digembalakan Pdt. Niko
berkenan membuka gereja cabang di Medan. Sesuai visi Gembala Pembina Rohani
73
Dogmatika adalah suatu dalil-dalil, suatu rumusan tentang sesuatu kebenaran keagamaan,
suatu pasal kepercayaan dari Gereja Kristen.
74
Diawal berdiri dogmatika gereja GBI dibawah kepemimpinan Pdt.Dr.Ir Niko Njotorahardjo
hanya terdiri dari pujian dan peyembahan, tetapi melalui tuntunan Tuhan ditambahkan doa dan saat ini
doa, pujian dan penyembahan tidaklah cukup, lalu ditambah dengan persembahan.
75
Beliau adalah Gembala Pembina Rohani GBI pusat yang berada di Jakarta
dalam berdirinya GBI Rayon IV di Medan. Beliau memiliki beban agar GBI Bethany
yang digembalakan Pdt. DR.Ir. Niko Njotorahardjo juga memiliki pelayanan di Pulau
Sumatera, setelah selama ini hanya membuka gereja ke Indonesia Timur dan Jawa.
Setelah Ibu Marini mendapat respons dari Gembala Rohani Pdt. DR. Ir. Niko
Njotorahardjo untuk bisa memulai menggenapi Firman Tuhan diatas, didampingi Ibu
Alm. Ana Sujono, beliau mulai sibuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan
berdirinya GBI Rayon IV Medan Plaza, termasuk terlibat langsung dalam mencari
GBI induk di Jl. Gatot Subroto, Jakarta memiliki kerinduan membuka cabang
Kemudian pada bulan Februari 1993 Pdt.R. Bambang Jonan dan Ibu di utus oleh
Gembala Rohaninya, yakni Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotoraharjo ke Kota Medan,
dengan tujuan memulai gereja baru, setelah gereja sebelumnya yang telah dirintis Pdt.
Niko memisahkan diri, lalu kemudian menjadi gereja otonom dan berada dibawah
76
Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, jangan
menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu!
3.Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh bangsa-
bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi.
visi. Setibanya di Kota Medan, Pdt. R. Bambang Jonan dan istri yang ketika itu
masih bekerja di dunia sekuler belum memiliki tempat tinggal, sehingga mereka
memperoleh tempat kontrakan yang juga akan digunakan sebagai tempat ibadah.
Hingga suatu ketika ditemukanlah tempat yang saat itu paling cocok untuk dijadikan
gereja, yakni dua unit ruko tiga lantai di Jalan Teuku Umar No 51-51A, Medan,
Dengan jumlah jemaat mula-mula dan pengerja sebanyak 119 orang gereja
ini mengadakan ibadah perdana di bulan Februari di gedung Uniland dan diberi nama
oleh Gembala Pembina, yaitu GBI Kemah Daud. 77 Namun para pengurus gereja
77
GBI Kemah Daud merupakan nama yang diberikan oleh Gembala PembinaPdt. DR. Ir. Niko
Njotorahardjo untuk menggantikan GBI Bethany, sesuai dengan visi gereja ini memulihkan pondok
Daud yang telah roboh.
lantai. Sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama Pdt. R. Bambang Jonan “rindu”
memiliki tempat ibadah dengan kapasitas yang lebih besar dan memadai. Sedangkan
ruko tersebut rencananya akan lebih banyak digunakan sebagai tempat aktifitas
sepanjang minggu, seperti kelas SOM (sekarang menjadi KOM: Kehidupan Orientasi
Seiring berjalannya waktu, gereja ini terus bertumbuh jemaat yang Tuhan
kirimkan setiap minggunya, sedangkan tempat ibadah yang digunakan tidak mampu
untuk mencari tempat ibadah yang dapat disewa untuk digunakan secara permanen
setiap minggunya. Kemudian dibentuklah dua tim yang bertugas mencari tempat
ibadah, tim pertama beranggotakan Pdt. R. Bambang Jonan, Pdt. Petrus Honggo,
Sdr. Stephen, sedangkan tim kedua terdiri dari para ibu, yakni Ibu Marini Ishak, Ibu
Ana Sujono (Alm) dan Ibu Santy. Dengan motivasi yang besar tim kemudian
bergerak mencari ke seluruh Kota Medan dengan perasaan antusias. Tidak ada
gedung yang memiliki ruang kosong dengan kapasitas besar yang tersisa, semuanya
tim datangi untuk menjajaki kemungkinan ruangan tersebut dapat digunakan sebagai
78
KOM adalah kelas belajar tentang Alkitab yang menjadi wadah untuk mempersiapkan umat
yang layak bagi Tuhan menjelang kedatangan-Nya yang kedua kali (Lukas 1:17)
ruang perpustakaan di gedung PP London pun tidak luput dari kunjungan tim. tetapi
ternyata tidak mudah mencari tempat yang akan digunakan untuk beribadah.
Kondisi ini menyebabkan hampir setiap minggu gereja ini harus mangadakan
ibadah ditempat yang berbeda. Misalnya hari minggu pertama ibadah diadakan di
Hotel Danau Toba International (HDTI), maka minggu kedua bisa dilakukan di
Wisma Kartini, atau di gedung Uniland, bahkan di Restoran yang “disulap” menjadi
tempat ibadah, maupun tempat lain yang saat itu mengizinkan untuk disewa secara
permanen sebagai tempat ibadah. Hal ini menjadi sedikit unik terdengar bagi jemaat,
karena pihak gereja selalu memberi pengumuman kepada jemaat diakhir ibadah agar
datang kembali untuk beribadah diminggu berikutnya tetapi belum diketahui dimana
tentang dimana ibadah minggu selanjutnya di surat kabar lokal Harian Analisa edisi
hari sabtu yang akan datang (sehari menjelang ibadah), sehingga jemaat yang hendak
beribadah dihari minggu supaya melihat pengumuman gereja terlebih dahulu dan
tidak datang ketempat ibadah yang sama, karena belum tentu ibadah akan diadakan
ditempat tersebut pada minggu berikutnya, ini dilakukan bukan karena gereja tidak
mau mencantumkan tempat ibadah minggu berikutnya dalam warta jemaat, tetapi
karena memang pihak gereja sungguh-sungguh belum tahu hendak beribadah dimana
pada minggu yang akan datang, karena pihak gereja harus mencari tempat lain yang
bulan yang berdampak terhadap pelayanan baptisan. Karena tidak mungkin memiliki
kolam baptisan sedangkan gedung gereja saja tidak punya. Hingga akhirnya baptisan
pertama dilakukan di kolam renang pribadi milik seorang pengusaha. Lalu bulan-
bulan berikutnya dilakukan di beberapa kolam renang umum, bahkan juga pernah
dilakukan di Belawan
Hingga akhirnya setelah melewati satu demi satu ibadah dan dari satu tempat
ke satu tempat ibadah, maka pada tanggal 25 Juli 1993 GBI Bethany secara resmi
dilakukan oleh ketua BPD yang pada masa itu dijabat oleh Bapak Alm. Pdt. J.
Benteng akan digunakan seterusnya sebagai tempat ibadah, justru sejak saat itu
Akibatnya pada hari-hari berikutnya ibadah harus berpindah-pindah lagi dari Balai
Dengan sedikit bercanda Pdt. Bambang sempat mengatakan, “Jadi gereja ini
yang permanen terus berlanjut. Beberapa bulan berikutnya, atas bantuan dari alm.
Bapak P.H. Napitupulu yang saat itu menjabat sebagai Direktur Komersil PTP IX
pihak Hotel Danau Toba International yang diwakili oleh Ibu Vera Pardede (Istri dari
Bapak Drs. Rudolf M. Pardede, salah seorang pemilik HDTI dan mantan Gubernur
Sumatera Utara) untuk menjajaki kemungkinan salah satu ruang pertemuan hotel agar
dapat disewa secara permanen untuk digunakan sebagai tempat ibadah. Setelah
melalui negosiasi pihak hotel setuju dan memberikan izin kepada gereja untuk
memakai salah satu ruang pertemuan yang akan digunakan untuk ibadah pada hari
minggu.
79
Disampaikan dalam kuliah Pujian dan Penyembahan di STT Misi Internasional Pelita
Kebenaran pada tanggal 25 Maret 2011
perkantoran dan administrasi gereja dilakukan didalamnya, terlebih lagi ruangan yang
disewa hanya dapat digunakan pada hari minggu untuk Ibadah Raya. Sehingga ketika
jemaat datang ke tempat yang sama dihari berikutnya, jemaat tidak akan menemukan
gereja disitu. Bisa saja gedung tersebut akan digunakan untuk resepsi pernikahan,
launching product, atau bahkan konser Justin Bieber disitu ungkap Pdt. A.K Harahap
dengan sedikit bercanda. 80 Tetapi ketika kita menggunakan tempat tersebut sebagai
tempat ibadah yang kita mulai lakukan dari pukul 09:00-11.00 WIB, maka Allah
akan hadir di tempat itu pada jam 09:00-11.00 WIB juga. “Saya yakin Allah tidak
akan hadir saat Justin Bieber konser disitu” ungkap Beliau tegas. 81
maka aktivitas perkantoran dan administrasi gereja masih tetap berada di ruko yang
berada di Jalan Teuku Umar. Hal ini berlaku untuk semua cabang GBI yang
gereja. Administrasi dipusatkan hanya pada satu kantor saja. Seiring dengan waktu
berjalan, gereja ini mulai mengalami pelipatgandaan dalam jumlah jemaat dan
pengerja yang bergabung ikut melayani dalam gereja. Melalui GBI HDTI kemudian
gereja ini terus berkembang dan membuka gereja-gereja cabang yang lain, seperti:
80
Disampaikan dalam ibadah doa puasa pada hari sabtu, 30 April 2011 di GBI Medan Plaza,
lantai 6.
81
Penulis mengartikan apa yang diungkap Pdt. A.K Harahap bahwa kata “hadir” dimaksudkan
dalam konteks Allah “hadir dan bertakhta” di tempat itu pada saat ibadah pujian dan penyembahan
dilakukan, karena sesungguhnya Allah itu maha hadir Omni Presence. Saya lebih mengapresiasi yang
dimaksud dalam kalimat Pdt. AK. Harahap di atas bahwa bisa saja Allah “hadir” di konser Justin
Bieber tetapi Allah tidak “bertakhta” di acara konser tersebut.
Selecta, GBI Ria (dulu GBI Resto Surabaya) GBI Deli Tua dan GBI Medan Plaza,
Dalam kitab Yesaya dan Yehezkiel tertulis, Allah memiliki tiga penghulu
malaikat yang sangat berperan di Kerajaan Surga. Mereka adalah Gabriel, Michael,
dan Lucifer. Gabriel berperan sebagai utusan Tuhan untuk menyampaikan pesan
Tuhan atau rencana Allah bagi manusia. Sementara itu Michael berperan sebagai
yang diciptakan Allah. Ia diurapi dan tinggal di suatu tempat yang sangat terhormat di
kerajaan Allah, yaitu di gunung kudus Allah untuk menjaga Takhta Allah (Lihat
bahagianya bila pujian itu ditujukan kepadaku! Bagaimana mungkin takhta Allah
dapat bertahan tanpa aku?”. Akibat sikapnya yang sombong dan memboikot,
kemudian Allah sangat murka dan menghukumnya ke bumi. Dia mengusir dan
melemparkan Lucifer dan sepertiga malaikat surgawi yang menjadi kaki tangannya.
Kemudian manusia menggantikan Lucifer dan berperan khusus bagi Allah. Allah
musik yang identik dengan dirinya. Viols yang kita kenal sebagai violin (biola)
sebagai pembentuk melodi dan genderang dalam bahasa Ibrani disebut toph yang
berarti tambur yang dalam Alkitab bahasa Inggris disebut timbrel sebanyak sembilan
kali dan tabret 82 sebanyak delapan kali. Sebagai instrumen perkusif yang membawa
ritme.
Lucifer sangat paham bahwa musik dapat mempengaruhi tubuh, jiwa dan roh,
ia juga sangat paham bagaimana peranan musik dalam pujian dan penyembahan.
Winardo Saragih mengatakan saat ini banyak kita jumpai pemusik dunia yang secara
memuliakan-Nya.
takhta kemuliaan Allah. Dalam Yehezkiel 28:13 versi King James (KJV) tertulis:
Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata
berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan
nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas
dan disediakan pada hari penciptaanmu.
82
Curt Sach dalam bukunya A History of Musical Instruments tertulis bahwa alat musik
ini dibuat dari silinder kayu dengan lapisan kulit di kedua ujungnya tanpa lempengan yang
bergemerincing (seperti yang terdapat pada rebana) Curt Sachs, The Rise of Ancient World East and
West, New York,1943 dalam Mike & Viv Hibbert, Pelayanan Musik,1988,Yogyakarta: Penerbit Andi,
hlm.12.
Dalam versi King James tertera kata tabrets dan pipes yang merupakan alat musik
ciptaan Allah dan melekat atau identik pada diri Lucifer. Tabrets adalah sejenis alat
musik perkusi seperti rebana. Pipes adalah sejenis alat musik tiup. Kemudian satu
lagi alat musik yang diidentikkan kepada Lucifer yaitu gambus (Yesaya 14:11). Kita
juga dapat melihat dalam Alkitab versi King James (KJV) ditulis kata viols, yang
diidentikkan dengan alat musik berdawai. Ada banyak alat musik yang disebutkan
puji-pujian kepada Allah, alat musik itu diantaranya seperti tambur, kecapi, terompet,
organ, seruling, alat musik dengan sepuluh tali (sejenis lute), cymbal atau canang
yang berkecimpung didalamnya tidak akan berkata apa-apa terhadap orang yang
meneliti bagaimana musik gereja itu, serta membuat konsep apa itu musik gereja.
Musik gereja akan memiliki beragam defenisi, sangat tergantung dari subyek yang
menilainya. Bagi seorang musisi gereja, musik gereja merupakan sebuah program
83
Mike & Hibbert, Op.Cit., hlm.145.
84
John F Wilson, An Introduction to Church Music, Moody Press.Chicago,1965.hlm.7
menerapkan dengan baik; sering sebagai sumber penghasilan dan lebih penting lagi
Departemen Agama Kristen dan semua anggotanya. Bagi anggota gereja, musik
gereja merupakan bagian dari banyak fungsi gereja yang mengharuskan peralatan,
pengalihan jatah, perencanaan waktu bagi latihan tetap dan acara tertentu,
pembayaran gaji (PK: Persembahan Kasih), dan kerjasama dengan semua departemen
dalam gereja.
membuat banyak aspek ilustrasi dari musik gereja. Untuk lebih ringkasnya, ini
sebuah ‘operasi’ yang mahal, dan sebuah profesi. Merupakan lembaga yang memiliki
Agar lebih memahami seluruh fungsi dari musik gereja, seseorang harus
mempelajari cara menghargai satu sama lain dari segala aspek dan melihat hasil
keseluruhan dari lembaga musik gereja kepada setiap individu di gereja lokal, di luar
karakteristik dari musik gereja, pertama kita harus mengakui fakta dari musik itu
lain untuk beberapa poin tertentu, yakni mendapatkan hasil yang sama. Musik adalah
hal yang pasti diantara sains dan seni. Keduanya melibatkan komposisi, pertunjukan,
dan banyak faktor pendegar akan musik. Meskipun faktanya sangat sulit untuk
memutuskan hanya berdasarkan dimana yang satu akan berakhir dan yang lainnya
keduanya. 85
membedakan pengertian penggunaan dan fungsi musik berasaskan kepada tahap dan
dan menjadi bagiannya. Ketika saya mengkaitkan tentang penggunaan musik dalam
ibadah, maka akan menunjuk kepada kebiasaan (the ways) musik dipergunakan dalam
lingkungan gereja, sebagai praktek yang biasa dilakukan, atau sebagai bagian dari
pelaksanaan adat istiadat (ibadah), baik ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun
85
John F. Wilson, Op.Cit.,hlm.8.
sebuah kebutuhan bagi jemaat yang harus dipenuhi oleh gereja dalam setiap ibadah.
Dengan penyajian musik dalam ibadah berarti gereja telah memenuhi kebutuhan
(needs) jemaat.
menjelaskan fungsi sebagai sesuatu kenyataan sosial yang harus dicari dalam
sebagai wadah jemaat berkomunikasi dengan Sang Khalik fakta sosialnya tidak
terlepas dari musik sebagai media doa yang dipanjatkan. Musik dalam ibadah secara
tindakan manusia, yang selalu merupakan tindakan yang bertujuan tertentu, tanpa
mempersoalkan apakah tujuan itu disadari atau tidak. Sehingga jelas, bahwa musik
Indonesia. Setiap denominasi memiliki tata ibadah dan gaya musik yang berbeda
dalam menyembah Tuhan. Selama perjalanan gereja di dunia telah terjadi banyak
86
J. van Baal, Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya,PT. Gramedia,
Jakarta.1987,hlm.51
87
J van Baal,Op.Cit.,hlm.51.
letak geografis, budaya, sosiologi, nilai-nilai religius dimana masyarakat itu berada.
Begitu juga dengan gereja dalam menapaki jaman, gereja dan teologiapun diharapkan
Teologi Kontekstual. Sebuah karya selalu diciptakan dalam konteksnya, tidak hanya
teologi dan dogma, musik juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan jaman,
gereja setidaknya akan sangat bergantung kepada kemampuan yang saya lakukan
menyampaikan Injil Yesus melalui musik sebagai berita agamawi yang isinya khusus
dan jelas melalui lintas budaya. Istilah kontekstualisasi telah digunakan secara luas
dalam berbagai disiplin pada dekade-dekade akhir di abad ke-20. Untuk memahami
dan menerapkan musik gereja dalam konsep kontekstualisasi maka sangat diperlukan
88
Kristian Feri Arwanto dalam www.gkj.or.id
kebutuhan teologis yang dituntut oleh Firman yang telah menjadi daging di dunia.
keadilan, yang menjadi ciri saat ini dala sejarah bangsa-bangsa Dunia Ketiga. 89
sifat terus-menerus berubah dari setiap situasi manusia dan kemungkinan akan
89
David J. Hesselgrave & Edward Rommen, Kontekstualisasi-Makna, Metode dan
Model,BPK Gunung Mulia,1995.hlm.51
90
David J. Hesselgrave, Ibid.,hlm.53
diangkat dari kata Latin “Contextere” yang artinya menenun atau menghubungkan
bersama (menjadikan satu). Kata benda “Contextus” menunjuk kepada apa yang telah
menjadi satu. Agar lebih memahami istilah ini, maka masih ada beberapa istilah yang
saling berhubungan antara lain: Teks dan Konteks. Mengenai kedua istilah tersebut,
Konteks adalah suatu kesatuan atau kumpulan kalimat di mana didalamnya terdapat
teks. 92
penginjilan, termasuk melalui musik. Sehingga musik gereja juga memiliki berbagai
jenis genre musik. Tidak merujuk kepada salah satu genre musik tertentu, musik
91
Dalam David J. Hesselgrave, Op.Cit.,hlm.54
92
Yopie Tomatala.,M.Div,M.I.S.,Penginjilan Masa Kini,1988,hlm.63.
art (seni mutlak). Musik gereja adalah musik dengan tujuan memuliakan Tuhan dan
Menurut Bapak Obed Sembiring tidak semua musik dapat “diterima” dan
layak dalam ibadah pujian dan penyembahan. Menurut Beliau, musik yang berkenan
dihadapan Tuhan adalah musik yang dilakukan dengan hati “menyembah” saat
dilakukan penyembahan dan musik yang “berdoa” saat dilakukan doa serta musik
yang “memuji” saat dilakukan pujian. 94 Dalam konteks ini beliau tidak berbicara
tentang genre musik, namun lebih kepada muatan musik itu sendiri. Sebagian orang
Kristen menilai musik yang tidak berkenan kepada Tuhan adalah musik setan, tetapi
harus diingat bahwa dalam pandangan teologi, setan tidak menciptakan musik karena
musik berasal dari Allah dan musik diciptakan untuk memuliakan nama-Nya. 95
Genre musik bukan menjadi masalah mendasar dalam musik gereja, tetapi
lebih kepada muatan musik tersebut. Dalam gereja, musik bisa saja berasal dari genre
musik tertentu, seperti pop, gamelan, musik gendang Karo, dan sebagainya,
sepanjang musik itu ditujukan untuk memuliakan Tuhan dan mendatangkan berkat
manusia untuk menciptakan musik. Oleh karena itu janganlah kita membatasi musik
93
http://gema.sabda.org
94
Disampaikan dalam wawancara dengan penulis pada tanggal 15 Maret 2011, pukul 09:46
WIB di GBI Medan Plaza
95
Segala sesuatu yang berasal dari Allah memiliki sifat baik. Menurut pandangan Kristiani
Allah adalah Allah dari keberagaman, Ia tidak berdiri di atas keberagaman, sebab itu Allah tidak bisa
diukur sesuai selera pribadi, karena hal itu menjadikannya sombong karena membatasi dan
merendahkan Allah (Saragih, Op.Cit.,hlm.75)
tidak ada musik yang merasa lebih layak dan unggul antara satu genre musik dengan
genre musik yang lain, musik akan indah di mata Tuhan ketika kita mengembalikan
musik itu untuk kemuliaan nama Tuhan. Kristian Feri menuliskan bahwa kita tidak
melalui pujian dan kita memandangnya dengan sebuah penghakiman hanya oleh
karena musik itu, yang belum tentu Tuhan merasa hal itu tidak layak.
kenyataannya, bagian pokok keberadaan musik gereja saat ini tidak memiliki
pada penggunaanya. 96
Sebuah ibadah dengan “goal” penginjilan itu sendiri akan dipenuhi jemaat ketika
sarana kebenaran keselamatan besar melalui Yesus Kristus, dimana pada saat
karena itu perbedaan kualitas musik rohani dengan musik sekuler adalah sebagai
berikut:
96
John F Wilson, Op.Cit.,hlm.17
Melalui diagram di atas jelas, bahwa yang membedakan musik gereja, musik
rohani Kristen, atau lagu rohani dengan musik sekuler atau musik “dunia” adalah
memiliki muatan pesan dari Tuhan. Saya mengkaitkan dengan musik Kristen
kontemporer dalam tradisi Kharismatik agar menjadi jelas, bahwa musik gereja tidak
berbicara tentang genre musik, seperti gospel, himne dan sebagainya selama ia
memiliki ketiga hal pokok di atas dan mendatangkan berkat bagi jemaat yang
menyanyikan dan mendengar maka musik itu menjadikannya berkenan bagi Tuhan.
Namun akhir-akhir ini menurut Pdt. R. Bambang Jonan industri musik rohani
sudah mulai “kacau” dan menjauh dari pesan-pesan Firman Tuhan. Sehingga beliau
mulai “menegur” Jonathan Prawira karena ia sebagai salah seorang pelaku dalam
industri musik rohani yang cukup produktif, Jonathan mengatakan dirinya tidak bisa
menghindar dari keinginan industri musik yang menginginkan musik rohani yang
mengikuti selera pasar dibanding dengan menyampaikan Firman Tuhan, “Jika tidak
duit dan mau jadi orang terkenal. Sehingga Pdt. R. Bambang Jonan mulai mendorong
para penulis lagu untuk menciptakan lagu-lagu yang tidak bertujuan untuk
menyejukkan jiwa, tetapi saya mulai mendorong para penulis lagu untuk menuliskan
Firman Tuhan melalui lagu-lagu mereka. Sehingga lagu tersebut bukan sekedar kata-
kata fakir dari lagu, tetapi merupakan Firman Tuhan yang dinyanyikan. 97
duniawi yang sekuler dan bagi mereka yang mendidikasikan pelayanan sakral dalam
musik, yaitu: motif dan cara mereka melaksanakan. Kedua pelaku tidak memiliki
keraguan untuk memulainya dengan satu tujuan yang diatur dengan jelas kepada
siapa mereka ingin melayani: “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu ingin
beribadah” (Josua 24:15). Keduanya akan diteruskan untuk menggunakan media yang
sama, yakni musik. Keduanya mungkin bahkan memiliki derajat yang sama dalam
97
Disampaikan Pdt. R. Bambang Jonan pada pertemuan Departemen Musik 9 Agustus 2011 di
GBI Medan Plaza Lantai 7
penafsiran dan persentasi. Pada kedua hal di atas sebuah ibadah bisa berakhir
menjadi sebuah pertunjukan seni, yang mana aspek dari musiknya tetap berhubungan
mereka sendiri secara langsung berlawanan. Bagi musisi sekuler akan melakukan
penampilan dengan sepenuh hati kepada manusia, sementara bagi imam musik akan
memberikan pelayanan: “Kesatuan hati kepada Kristus; tidak dengan pelayanan mata
untuk kesenangan para lelaki; tetapi sebagai hamba Kristus, yang melakukan perintah
pertama jika lagu-lagu yang memiliki pesan Tuhan digunakan untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan, maka musik tersebut berfungsi (function) sebagai kesinambungan
memelihara hubungan yang intim dengan Tuhan. Sedangkan jika lagu-lagu yang
bermuatan pesan Tuhan tersebut dilihat dari penggunaannya (use) maka hanya untuk
bukanlah lagu yang tercipta dari hasil pemikiran logis seorang komposer. Roh Kudus
yang memampukan serorang komposer untuk menulis mana yang secara spiritual
dapat ditampilkan dengan efektif. Seorang imam musik dan komposer yang terlibat
penyajian pesan kerohanian yang mampu dipahami oleh jemaat. Dan seorang
pendengar secara fisik dan mental dipersiapkan untuk merespon terhadap pesan yang
diberikan padanya. Kekuatan Roh Kudus merupakan kekuasaan yang agung dan
sebuah kekuasaan yang besar yang jauh lebih penting dari kemampuan alamai,
juga membangun tabernakel ketiga (Bait Salomo) seperti petunjuk yang diberikan
Daud ayahnya kepada dia. Dalam pandangan teologia apa yang dilakukan Daud dan
Salomo tersebut adalah keajaiban, karena musik pada masa itu dianggap demikian
tangga nada microtonic intervals 98 sehingga amat sulit untuk didengar sebagai satu
kesatuan suara yang utuh. 99 Nada-nada yang digunakan pun “anggun” dan menghiasi
syair-syair dalam musik, ditampilkan dengan jumlah pemusik dan penyanyi yang
banyak merupakan suatu keajaiban bisa menghasilkan satu musik yang harmonis.
alat musik dan penyanyi tidak digunakan sebagai media penyembahan, hal ini
mendapat larangan dari kaum Farisi. 100 Sehingga pada masa itu di dalam gereja yang
terdengar hanya firman yang dilagukan oleh Pendeta dan lagu-lagu yang
terjadi setelah penghancuran Bait Allah tahun 70 s.M. Selama ribuan tahun, telah
banyak terjadi kontroversi di tubuh gereja tentang pemakaian alat musik, musik dan
Dari hal ini kita bisa melihat bahwa kesadaran Daud akan pergerakan musik
dalam konteks sudah dikerjakan pada masa itu. Dalam teologia jelas sekali bahwa
Daud menerima wahyu Ilahi tentang musik yang sekarang kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam musik gereja ketika berkomunikasi dengan Allah.
Kitab Perjanjian Baru memberi petunjuk tentang apa saja yang telah diwahyukan
98
Interval nada mikro yang lebih kecil dari setengah nada
99
Mike & Viv Hibbert, Op.Cit.,hlm.32.
100
Satu golongan dari para rabi dan ahli Taurat yang sangat berpengaruh. Mereka berpegang
pada Taurat Musa dan pada adat istiadat nenek moyang (Matius 15:2). Seluruh hukum dan peraturan
mereka taati secara mutlak.
terjadi sepanjang perjalanan gereja itu sendiri. Akar dari perubahan ini tentunya
sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan oleh Ambrosius dan Gregorius Agung
yang telah mempengaruhi perkembangan musik Barat dan khususnya musik gereja
dianggap berasal dari “dunia” (sekuler). Ini terjadi disebabkan dimasa kekaisaran
Nero yang kerap melakukan pembantaian terhadap jemaat sambil diiringi organ. Juga
cara memasukkan ke kandang singa sambil diiringi organ, tarian dursila. Dan
Bait Allah, jemaat kehilangan penghargaan terhadap pemanfaatan alat musik popular
ratusan bahkan ribuan tahun telah menggunakan musik berupa mazmur dan himne.
Hingga akhirnya reformasi yang dilakukan Marthin Luther ±500 tahun yang lalu
Tuhan. Luther berkata “Kita tidak boleh membiarkan iblis sendiri yang menggunakan
101
Stanley Sadie, The New Grove-Dictionary of Music and Musicians-Volume VII,hlm.696
yang terpenting dalam gereja. John Knox memulai suatu usaha untuk menggunakan
organ sebagai alat musik di gereja pada masa itu, sebelumnya organ dikenal sebagai
siulan iblis.
Saya kemudian menelaah dimasa sekarang ini, apa yang terjadi ribuan tahun
yang lalu juga sebenarnya masih terjadi di dalam gereja di Indonesia khususnya.
Masih banyak perselisihan pada awal terbentuknya gereja di Indonesia yang melarang
musik tradisional digunakan dalam ibadah di gereja. Bandingkan pula ketika terjadi
perselisihan paham perihal masuknya alat band dalam gereja yang dianggap tabu,
tidak mencerminkan identitas, euphoria belaka, sensual, dan sebagainya. Dari tidak
bahwa jemaat pada masanya menyadari bahwa bukan musiknya yang tidak indah,
tetapi ketika manusia itu tidak memanfaatkan musik dengan baik, maka ia sedang
Apa yang terjadi dalam tubuh gereja dalam penggunaan musik dan instrumen
dalam ibadah selalu menunjukkan sesuatu yang baru terhadap sejarah musik gereja
itu sendiri. Ketika sebuah gereja mengizinkan satu alat musik masuk ke dalamnya,
tentu akan merubah gaya musik dalam ibadahnya. Perubahan itu tentu akan sangat
mempengaruhi terhadap pola pikir jemaat di dalamnya ketika memaknai Tuhan yang
102
Djohan E. Handojo, The Fire of Praise and Worship, Andi Offset Yogyakarta,2007. hlm. 5
103
Kristian Feri Arwanto, Op.Cit.,dalam http://gkj.org
dalam teologi yang ada. Proses perubahan itu akan terus berlanjut seiring
dunia dengan keadaan jemaat masa kini setelah 2000 tahun. Transformasi dalam
musik gereja merupakan bukti adanya keterbukaan jemaat pada masanya. Jemaat mau
mengaplikasi budaya lokal dan asing sebagai bagian integral dalam ibadah, begitu
juga terhadap pola musik yang kontekstual dan kontemporer dimasanya. Jika Daud
perkembangan teologi dan ajaran membawa perkembangan pola musikal serta cara
diperhatikan agar musik yang kontekstual tersebut tetap merefleksikan Firman Allah.
Tidak harus mengacu kepada genre musik atau instrumen tertentu, tetapi tetap
mendorong jemaat dalam penyembahan lebih baik. Firman Allah sebagai alat untuk
menuntun orang Kristen dalam menelaah musik yang tepat pada jamannya. (Lihat
dikarenakan kondisi masyarakat gereja tidak dapat dilepaskan dari konteks budaya
ibadahnya. Sesungguhnya tidak ada yang salah secara spiritual maupun teologis
penginjilan di setiap daerah yang berbeda, hal ini dianggap lebih efektif selama hal
tersebut tidak bertentangan dengan firman Tuhan. Seperti halnya Gereja Katolik
yang menggunakan alat musik Karo dalam ibadah misa, atau Gereja Kristen Jawa
(GKJ) menggunakan perangkat gamelan dalam ibadah mereka. Namun ada juga
gereja yang menolak musik dalam gereja sebagai musik, sehingga mereka
Ada dua hal penting dalam ibadah Kristiani, yakni (1) pujian dan
penyembahan, (2) pelayanan firman. Musik merupakan syarat mutlak dalam pujian,
karena umat Kristen meyakini bahwa Allah bertakhta di atas pujian umat-Nya 105 .
Saya merasa perlu mengingatkan bahwa musik dalam gereja dapat dikategorikan
dalam dua bagian, yaitu musik musik instrumen dan musik vokal. Bagi gereja-gereja
tradisional yang ibadahnya bersifat liturgis, peranan musik instrumental dalam ibadah
104
Wilfred J. Samuel, Op.Cit.,hlm.67
105
Lihat Mazmur 66:17 dan Efesus 5:19
dalam gereja tradisional ibadah masih dapat berlangsung dengan lancar dan hikmat
tanpa iringan alat musik. Berbeda dengan ibadah kontemporer yang menuntut
Saya menemukan dalam sebuah ibadah pemuda (youth service) di salah satu
cabang GBI Medan Plaza, tidak ada seorang imam musik pun yang datang melayani
musik dengan berbagai alasan yang “sengaja diciptakan”. Setelah waktu ibadah lewat
30 menit dari jadwal semula, dan gereja telah terisi oleh jemaat muda-mudi yang
memadati ruang ibadah, namun ibadah belum juga dimulai karena tidak ada
bidang musik. Lalu koordinator pemuda106 menghubungi saya agar segera membantu
melayani musik agar ibadah dapat segera dimulai. Saya kemudian berhipotesa
‘sedikit’, bahwa ibadah kontemporer tidak berjalan “mulus” tanpa iringan alat musik?
Kharismatik bubar, jika tidak ada musik? (instrumen yang mengiringi) Kemudian
saya mengarahkan pertanyaan ini ke dalam konteks GBI Medan Plaza. Tetapi
merupakan fakta yang saya temukan bahwa musik menjadi sebuah “urgensi” bagi
kalangan GBI Medan Plaza. Sebenarnya musik dan gereja merupakan satu kesatuan
yang tidak dipisahkan. Tidak ada gereja Tuhan yang dapat lepas dari peran musik.
Menurut Bapak Pdp. Obed Sembiring, satu yang perlu diperhatikan, bahwa setiap
106
Pelayanan yang bertanggung jawab terhadap kelancaran akan berlangsungnya ibadah
pemuda.
misinya masing-masing. GBI Medan Plaza dengan misi yang diberikan Tuhan untuk
memulihkan pondok Daud yang didalamnya ada pujian dan penyembahan, maka
pondok Daud dan tidak melakukan pola-pola ibadah seperti yang dilakukan Daud,
sehingga ibadah mereka lebih bersifat liturgis. Gereja Kharismatik dalam setiap
menjadi perhatian serius. Sudah menjadi sebuah komitmen bagi imam musik yang
pelayanan Tuhan.
tentu tidak ada arti jika dilakukan tanpa musik. Sebuah perayaan tanpa musik hadir
didalamnya tentu akan kehilangan makna. Suasana selebratif ini saya yakini menjadi
salah satu faktor yang sangat berkontribusi dan dalam menarik kaum muda datang
beribadah, khususnya saat ini terhadap bentuk ibadah kontemporer seperti yang
terdapat di GBI Medan Plaza dengan musik yang hidup (live music). Gereja ini
anak-anak muda mengaku menjadi tertarik dan ikut beribadah di GBI Medan Plaza
dengan alasan musik dan khotbah yang ada dalam ibadah tidak membuat mereka
Saya sendiri tanpa sengaja mendengar di bangku gereja, salah seorang jemaat yang
mutlak bagi GBI Medan Plaza. Ketika gereja ini mulai berdiri tahun 1993, gereja ini
tidak memiliki tim musik yang bisa melayani dalam ibadah. Karena begitu
pentingnya musik bagi gereja ini, hingga Bapak Gembala Pdt. R Bambang Jonan
mengunjungi night club untuk mencari pemusik yang akan direkrut untuk melayani di
gereja. Pdt. Bambang berkata “mungkin tidak ada Pendeta yang pernah memiliki
pengalaman seperti saya”. Yang beliau lakukan adalah mendatangi sebuah night club
yang paling terkenal di Kota Medan yaitu night club d’Paris. Ketika di dalam night
club, kemudian Pdt. Bambang duduk sendirian dibangku sofa dan disebelah kiri dan
kanan beliau adalah hostest (PSK: Pekerja Seks Komersil). “Saya kira tidak ada
tersebut, setelah melalui pendekatan, pergumulan dan doa, lambat laun mulai
menampakkan hasil yang baik. Mereka mulai bersedia melayani untuk bermain musik
di gereja, walaupun mereka belum bisa meninggalkan kehidupan night club secara
total. Sehingga tidaklah heran, jika malam minggu atau hari lainnya para pemusik
tampil di night club, maka hari minggunya mereka tampil di gereja.108 Pdt. R.
107
Disampaikan dalam mata kuliah Pujian dan Penyembahan di STT Misi Internasional Pelita
Kebenaran, Sumatera Resort pada tanggal 25 Maret 2011.
108
Situasi ini sempat menjadi bahan pergunjingan dijemaat maupun pengerja, mereka
mengganggap bahwa gereja bisa tercemar oleh orang-orang yang demikian jika dibiarkan tetap
gereja ini untuk memulihkan pondok Daud, dimana musik dan puji-pujian menjadi
sangat identik dengan gereja ini. Sehingga orang-orang berpendapat dan mengatakan
kepada beliau, “Gereja ini bisanya cuma memuji Tuhan saja, ibadahnya banyak
Medan Plaza, bahkan saat khotbah (Firman Tuhan) disampaikan musik tetap
dimainkan secara lembut. Sehingga tidak heran jika sejak menit pertama ibadah
dimulai hingga kita pulang kita akan terus mendengarkan bunyi musik dalam ibadah
di GBI Medan Plaza. Menurut Wilfred sikap memainkan musik sepanjang ibadah,
doa, dan khotbah merupakan sikap sebagai keranjingan musik yang berlebihan.
Baginya, gereja harus bisa secara hati-hati membedakan antara “musik dalam ibadah”
keranjingan musik yang berlebihan dalam ibadah, memasukkan musik keras yang
ekstrem, tidak mampu membedakan musik dengan berisik (noise), musik yang
dimainkan hanya semata-mata untuk menggerakkan emosi yang akan berakhir kepada
melayani di gereja. Karena tidak mungkin sesudah “melayani” di night club pada sabtu malam, yang
bisa saja mereka mengkonsumsi alkohol, terlibat narkoba, seks bebas, dan sebagainya, lalu minggu
paginya mereka melayani di gereja dengan tangan mereka yang “tercemar”.
GBI Medan Plaza menuturkan, bahwa musik yang dimainkan sepanjang ibadah bukan
sebagai sikap keranjingan terhadap musik. Tugas imam musik itu sesungguhnya
adalah pengangkat “senjata”. Dalam konteks saat ini, imam musik tidak lagi
namun yang menjadi tanggung jawab imam musik secara Alkitabiah adalah
Menurut Pdt. R. Bambang Jonan imam musik bertugas untuk melawan dan
orang yang dikuasai oleh roh dan kuasa kegelapan (iblis) akan dicengkram sehingga
akan menjadi lemah dan miskin (Lihat Galatia 4:9). Dibalik kelemahan dan
kemiskinan ada satu kekuatan dan satu spirit yang tidak terlihat yang menjebak dan
kegelapan dan penghulu-penghulu di udara (iblis) yang dilakukan oleh gereja ini
beserta imam musik adalah dengan memuliakan Tuhan melalui pujian dan
109
Wilfred J. Samuel, Op.Cit.,hlm.69
110
Iblis: Si jahat yang melawan Allah serta rencana keselamatan-Nya. Juga disebut “yang
jahat” (Matius 6:13). Kata asli dalam bahasa Ibrani dan Yunani berarti: pendakwa (Lihat Ayub 1). ia
adalah “pembunuh manusia sejak semula…di dalam dia tidak ada kebenaran dan ia adalah pendusta
dan bapa segala dusta”(Yohanes 8:44). Pada akhir jaman kuasanya akan meningkat (Wahyu 12), tetapi
akhirnya ia akan dikalahkan oleh kuasa Firman Allah (Wahyu 19;11-20:6) juga disebut sebagai setan.
111
Disampaikan Pdt. R. Bambang Jonan pada pertemuan Departemen Musik 9 Agustus 2011
di GBI Medan Plaza Lantai 7
dasar kekuatan kepada setiap kita sejak masih kecil, yaitu Tuhan menyediakan puji-
pujian. Karena ketika pujian dan penyembahan dinaikkan maka kekuatan akan
Peranan imam musik menurut Pdt. R. Bambang Jonan bukan hanya bertugas
melayani puji-pujian dengan kemampuan bermain instrumen yang baik atau dengan
bernyanyi dengan suara yang baik, maka hal itu sudah dianggap sebagai pelayanan
musik. Beliau menegaskan bahwa pujian dan penyembahan yang ada di GBI Medan
Plaza berbeda dengan pujian dan penyembahan yang ada di beberapa gereja lain yang
menggunakannya sebagai pengisi waktu jeda. GBI Medan Plaza menggunakan musik
sebagai sarana (medium), kendaraan (vehicle), alat (tools) yang tugasnya mengantar
pesan dimana goal bagi gereja ini bukan sebagai pelayan musik. Tetapi pelayanan
sebagai kerjasama tim, jadi disini tidak ada superhero atau one man show, jadi
apapun yang dilakukan untuk mengangkat pujian dan penyembahan sebisa mungkin
melayani dengan kerjasama tim, jadi oleh karena kerjasama tim inilah kita melayani
112
Pdt. R. Bambang Jonan, Ibid.,dalam pertemuan Departemen Musik 9 Agustus 2011
113
Banyak imam musik yang lebih memberikan perhatian dan waktunya untuk mencari
popularitas, uang , dan “pelayanan” hiburan untuk memanjakan oranag Kristen yang kaya. Pelayanan
musik bukan suatu permainan. Imam musik memiliki tanggung jawab dan panggilan Kudus untuk
musik sebagai orang yang mendukung ketika firman itu disampaikan. Jadi musik itu
sebagai pendukung dalam penyembahan, artinya selalu ada atmosfir menyembah. Hal
ini lazim dilakukan agar ketika firman itu disampaikan suasana penyembahan itu
tetap ada. Bapak Obed mengatakan bahwa Firman Tuhan yang disampaikan dalam
suasana penyembahan melalui musik akan sampai dan bertumbuh dengan baik dalam
(anointing) 115 dan kuasa Allah. Ketika Daud melayani Raja Saul dengan musik, telah
membawa kelepasan yang besar dari suatu tekanan (1 Samuel 16:23), sedangkan
dalam kitab Kisah Para Rasul 16:25 tertulis kuasa Allah dinyatakan ketika Paulus dan
Silas menyanyi untuk memuji Tuhan. Dengan demikian musik yang dimainkan
sepanjang khotbah di GBI Medan Plaza, khususnya ketika Pdt. R. Bambang Jonan
terhadap musik. Karena bunyi-bunyi musik yang dimainkan akan memberi suatu
dipenuhi, dan sekaranglah waktunya bagi imam musik untuk memasuki pelayanan yang Tuhan telah
tentukan. (Mike &Hibbert, Op.Cit.,hlm.20)
114
Disampaikan dalam wawancara dengan Pdp. Obed Sembiring pada tanggal 15 Maret 2011,
pukul 09:46 WIB di GBI Medan Plaza
115
Dalam Perjanjian Lama pengurapan bisa menyangkut orang, tapi juga benda. Tujuan
pengurapan atas benda-benda adalah penyucian (benda itu disucikan karena digunakan untuk tujuan
suci dan atas ketetapan Tuhan). sebab itu pengurapan harus dilakukan dengan minyak khusus
(Keluaran 30:22-25) dan oleh orang yang khusus, yang ditunjuk Tuhan. pengurapan atas orang berlaku
bagi pengurapan Raja (1 Samuel 16:12-13, 2 Samuel 2:4), kemudian pengurapan atas Imam Besar
(Keluaran 28:41), dan pengurapan atas Nabi (1 Raja-Raja 19:16).
Tetapi penting untuk diperhatikan bahwa musik yang dimainkan dalam ibadah
menekankan dinamik dalam salah satu aspek musik. Keras lembutnya musik yang
dimainkan sangat mutlak berpengaruh kepada atmosfir yang dibangun dalam ibadah.
Sebagai pemimpin dalam tim musik di GBI Medan Plaza, saya melihat Bpk Obed
menerapkan dinamik yang sangat baik dalam setiap ibadah dilakukan. Sering musik
tetap dimainkan dengan lembut diawal dan diakhir lagu, sehingga worship leader
tidak merasa ditinggalkan, dan Bapak Obed Sembiring tetap memainkan piano
Bambang Jonan berkhotbah Bapak Obed tetap memainkan piano dengan dinamik
yang lembut, dan sesekali menaikkan volume hanya jika khotbahnya juga bersorak-
sorai 117 —dengan demikian, Allah dapat bekerja dalam gelombang yang lain dalam
penyembahan.
jemaat yang terbatas, pikiran yang secara terus menerus berusaha mengurangi bahkan
mendiskreditkan Firman Tuhan yang tidak dapat dimengerti. Allah bisa menggunakan
berbagai jenis alat musik yang berfungsi sebagai media untuk menyampaikan firman-
Nya kepada umat-Nya yang tidak mendengar melalui sarana-sarana lain karena masih
adanya prasangka dan kepahitan dalam diri mereka. Karena musik bukan hanya
116
Mike & Hibbert, Op.Cit.,hlm.71.
117
Bersorak-sorai merupakan teriakan-teriakan yang mengajak jemaat bersuka cita seperti
“Halleluya!”, “Yeaaa…!”, “Woohooo….!” dan sebagainya, teriakan tersebut direspon oleh permainan
musik secara tutti (bersama) dengan menirukan ritmis teriakan tersebut. (Lihat bab III)
Menurut beberapa worship leader, musik dan lagu yang “dinyanyikan” 118
dengan Roh yang hidup 119 tidak akan membuat jemaat jenuh, bosan dengan lagu yang
diulang-ulang hingga beberapa kali dalam ibadah. Lagu penyembahan dalam ibadah
interlude:
tetap dinyanyikan, namun dengan mengubah satu kata dalam setiap stanza. 120
Contoh, dalam kalimat ”Tak akan gentar ku melangkah, S’bab Engkau besertaku”
Dalam sebuah ibadah kontemporer lagu tersebut bisa dinyanyikan ±8-10 kali
118
Dinyanyikan bukan dalam arti harafiah bernyanyi, melainkan lebih mengarah kepada
konteks teologia yaitu nyanyian yang berdoa. “Sesungguhnya tugas worship leader bukan
menyanyi—dalam arti harafiah—melainkan memimpin jemaat agar masuk dalam hadirat Tuhan”.
(Pdt. R.Bambang Jonan, disampaikan dalam pertemuan Apostolik dan Profetik pada tanggal 29 Juni
2011 di GBI Medan Plaza)
119
Artinya nyanyian tersebut dipimpin oleh Roh Kudus yang menuntun setiap orang yang
menyembah-Nya dengan sungguh-sungguh.
120
Gilbert Chase, America’s Music From the Pilgrims to the Present,1992.,hlm.201
dan bosan, karena lagu tersebut dinyanyikan dipimpin dalam Roh. Namun jika
dipimpin oleh jalan pikiran atau logika menurut Pdt. R. Bambang Jonan, jemaat akan
merasa bosan dan kemungkinan terburuk jemaat berhenti bernyanyi dan seolah-olah
Hal ini menurut Beliau karena roh dan jiwanya tidak dilayani dengan benar.
Musik yang dimainkan merupakan sebuah doa yang dilakukan atas tuntunan Roh
Kudus sehingga musik yang dipanjatkan untuk melayani roh dan jiwa jemaat
kehidupan kerajaan Allah dan pengenalan yang dalam akan Firman Allah. Sebagai
imam musik, penyanyi maupun worship leader harus mencari Allah tidak hanya pada
hari minggu saja, melainkan sepanjang minggu, setelah itu baru mereka layak datang
untuk melayani Tuhan dan mengalir di dalam aliran Roh Kudus yang sama. Jadi apa
yang di lakukan sepanjang kebaktian sangat ditentukan dengan perilaku imam musik,
membuat alat musiknya dapat “berbicara”. Oleh karena itu dituntut tanggung jawab
yang sangat besar kepada imam musik. Tidaklah heran bila setiap imam musik harus
menjadi penyembah Allah dan berjalan dalam cara hidup dengan prinsip yang disebut
seseorang bisa berubah hidupnya dari yang tidak baik menjadi baik. Pada suatu hari
seorang pemuda yang saat itu sebagai juara dalam kompetisi drum se-kota Medan dan
merupakan seorang musisi yang sangat bagus juga berbakat, ia lalu menghampiri Pdt.
R. Bambang Jonan dalam satu ibadah—saat itu di Hotel Tiara—dan anak muda itu
berkata “Saya mendengar ada Pendeta yang senang musik, saya mau lihat apa
hebatnya musik gereja, apa hebatnya pujian penyembahan, apa yang dimaksud
Kemudian anak muda itu duduk dibarisan tengah dalam ibadah tersebut dan
yang sedikit ‘angkuh’. Lalu yang dilakukan Pdt. Bambang adalah mulai menaikkan
pujian dalam ibadah dan menyanyikan sebuah lagu dengan lirik: “ubah hatiku
menjadi baru, ubah hatiku s’perti diri-Mu, Engkau pecunan….bentuklah aku, ini
lalu bahunya naik turun karena terisak-isak oleh tangisnya. Menurut Pdt. R.
Bambang Jonan bukan hanya air mata yang tercurah, tetapi “air” hidung juga. Secara
ajaib, kemudian anak itu mulai bertobat dan menerima Yesus. Hal ini membuktikan,
“ketika korban puji-pujian dinaikkan, maka banyak orang akan bertobat”, kata Beliau.
Sementara itu kajian dari sisi prinsip-prinsip Psikologi, Clarke (2003) 121
dalam kajiannya tentang musik dan perilaku menjelaskan berbagai fenomena yang
terjadi dalam musik. telah lama ditelaah bahwa musik dan perilaku memiliki
pengaruh timbal balik (mutual influence) terhadap si pendengar dan pelaku. De Nora
menegaskan bahwa musik dapat menjadi dan merupakan “cermin” bagi diri
sendiri. 122 Artinya musik yang dinyanyikan dalam ibadah melalui teks-teks memberi
pengaruh yang kuat dan diyakini memiliki dampak khusus terhadap perilaku jemaat,
karena jenis musik tertentu dianggap dapat membawa respons yang berbeda dari
perilaku manusia.
Pada sub-bab 2. 6. 2 saya akan melihat lebih dalam, bagaimana musik dalam
mempengaruhi fisik dan roh hingga mencapai sebuah manifest atau Spirit possession.
121
Djohan,Psikologi Musik,Best Publisher, Yogyakarta,2009, hlm.50.
122
T. De Nora, Aesthetic Agency and Musical Practice: New Directions on the Sociology of
Music Emotion. 2001 dalam Djohan,Ibid.
Pada tahun 1980-an Pdt. R. Bambang Jonan pernah melayani bersama Bapak
membuka sebuah ibadah yang diberi nama Surabaya Pray Centre, lalu kemudian dari
sini lahirlah pray centre yang lain seperti Jakarta Pray Centre, Medan Pray Centre
dan lain-lain. Kemudian Pdt. R. Bambang Jonan juga pernah melayani bersama
Bapak Johan Handojo yang diberi nama Diciple dan beribadah di Jalan Pintu Air
Jimmy Oentoro dan Johannes Oentoro saat itu baru saja kembali dari Fresno,
San Fransisco, Amerika dan ia membawa pembaharuan dalam musik gereja. Dimana
sebuah ibadah yang menekankan kepada Praise Lord (Pujilah Tuhan). Sehingga pola
ibadah yang diambil dari Mazmur Daud pasal 100 itulah yang dikembangkan oleh
Tetapi kepada GBI Medan Plaza (dibawah Gembala Pdt. DR. Ir.Niko
Njotorahardjo) Tuhan berkata, pujian saja tidak cukup. Pujian (praise) harus
oleh Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo dilakukan perubahan nama Surabaya Pray
Centre menjadi Surabaya Praise and Worship Centre. Mulai saat itulah kemudian
gereja ini mulai diberi beban oleh Tuhan untuk merestorasi pondok Daud yaitu
berpedoman kepada Kitab Yesaya 54:2-3. Sejak saat itu segala sesuatu yang
penyembahan.
Lalu pada tahun 1995 Tuhan memberi tuntunan baru, bahwa pujian dan
penyembahan saja tidak cukup, lalu “dikawinkan” kembali pujian, penyembahan dan
doa. Kemudian pada tahun 1999 melalui pertemuan doa di Yerussalem, maka
diputuskan doa, pujian dan penyembahan tidak cukup jika tidak ditambah dengan
keintiman (intimacy). Lalu pada tahun 2010 bahwa doa, pujian dan penyembahan
yang dilakukan dengan keintiman tidak cukup, seperti yang dilakukan Salomo dalam
Kitab 2 Tawarikh 7 yaitu doa, pujian dan penyembahan harus “dikawinkan” dengan
Dengan hal-hal yang ajaib para hamba Tuhan melihat banyak contoh yang terjadi,
123
Disampaikan oleh Pdt. R. Bambang Jonan pada doa pengerja pada tanggal 7 Juli 2011 di
GBI Medan Plaza lantai 6.
hampir setiap minggu ada orang yang tiba-tiba roboh dan tiap minggu petugas
yang merasakan manifest. Pdt. Bambang mengatakan, saat itu ketika saya berkhotbah
dan penyembahan mulai dinaikkan, ada orang yang kemudian berjalan dengan
perutnya menyerupai ular, begitu mulai didoakan dan pujian terus dinaikkan
diawal berdirinya GBI Medan Plaza, suatu kali ada seorang pemuda tiba-tiba
kesurupan, dan kemudian dilepaskan oleh Tuhan. Melihat kejadian tersebut, salah
seorang temannya takut dan berlari ke depan menuju arah altar, begitu sampai ke
depan tiba-tiba temannya itu langsung terhempas, kemudian manifest dan kesurupan.
Kisah yang begitu populer adalah tentang Daud saat ia memainkan kecapi
untuk menenangkan Saul yang sedang kesurupan, dan sering dianggap sebagai cerita
yang paling dikenal tentang pengusiran setan dengan cara musikal. Curt Sach
“obat” untuk kesurupan (possession) yang dialami Saul. Begitu juga dengan
124
Dalam literatur Perancis disebut dengan extase yakni sebagai keadaan mental dengan
karakteristik merenung hingga dibawah sadar diikuti hilangnya sensitivitas dan “motricity”. Hingga
orang tersebut disebut transe, kalangan yang lain menyebutnya sebagai extase (Gilbert Rouget,Music
and Trance: a theory of relations between music and possession,The University of Chicago
Press,Chicago,1985)
musik yang dimainkan Daud kemudian memberikan dampak baik kepadanya. 125
terhadap beberapa jenis trans. Keadaan trans menurutnya dapat dicapai karena adanya
pukulan drum yang keras, tempo yang semakin cepat, dan kalimat melodi yang
membuktikan secara terbalik, “mystery” dari efek drum dalam trans yang semata-
lanjutan, bahwa efek musisi mengalami trans sebagai hasil dari refleksi situasi saat
itu. Kemudian saya melihat teori yang di ungkapkan Rouget kedalam musik yang
digunakan di GBI Medan Plaza. Sebuah lagu penyembahan akan dimulai dengan
piano, drum, bas, dengan dinamik yang lembut, kemudian lagu tersebut akan diulang-
ulang ±8-10 kali dengan kalimat melodi yang sama namun dengan dinamik yang
berangsur-angsur keras dan cepat. Hingga akan mencapai klimaks kepada sebuah
suasana sorak-sorai dimana pukulan drum dan bunyi cymbal trilling akan menjadi
sangat dominan.
puncak dari penyembahan juga diikuti oleh perubahan dinamik oleh imam musik
yang lain. Tahap pertama, pada awal lagu di bagian verse drum dimainkan dengan
125
Gilber Rouget, Op.Cit.hlm.154
Tahap kedua, ketika lagu di bagian chorus, snare drum dipukul pada kulit,
dan hi-hat tetap dimainkan pukulan ritem 1/16 dan kick drum tetap memainkan 16
Tahap ketiga disebut juga dengan mars, dimainkan pada bagian chorus lagu
serta dilakukan pengulangan dengan pukulan drum dan iringan musik yang semakin
keras. Drum dimainkan dengan kick drum 1/4, tangan kiri memainkan cymbal dengan
trilling yang panjang dan tangan kiri dan kick drum memainkan kombinasi snare
drum pada ketukan dua dan empat, seperti contoh di bawah ini:
dimainkan dengan nilai 1/8 dan snare drum dipukul pada ketukan kedua dan
kemudian leader musik pada piano akan memimpin imam musik yang lain menuju
Menurut Rouget, musik tidak dapat dipisahkan dari pola kebersamaan dan
tingkah laku. Dalam sebuah ibadah, jemaat secara komunal akan secara ekspresif
mengundang agar dirinya dipenuhi Roh Kudus. Saya melihat ketika seseorang duduk
dalam sebuah ibadah, maka orang didekatnya yang juga telah berbahasa Roh secara
transformatif dapat mempengaruhi jemaat yang lain hingga mencapai trans oleh Roh
Kudus. Hal ini dapat terlihat dari lidah yang bergetar-getar mengeluarkan suara
(bahasa Roh), tangan yang bergetar-getar, bahkan mencapai suatu keadaan manifest.
angin. Menurut kesaksian jemaat (Ibu Intan Simamora) yang mengalami manifest
akibat lawatan Roh Kudus yang ia undang hadir dalam dirinya agar dirinya
“dipenuhi” oleh Roh Kudus, beliau merasakan seperti ada aliran listrik yang mengalir
dari kepala keseluruh tubuh mereka. Saat hal itu terjadi ia tidak dapat berdiri,
sehingga ia terjatuh dan rebah di lantai (seorang pengerja wanita akan menahan agar
tidak jatuh dengan keras di lantai) dan merasakan lidahnya bergetar, bergerak tidak
ketika ia diangkat oleh beberapa pengerja dan dibawa keladam ruang doa, lalu
didoakan oleh beberapa pengerja diruangan itu. Ibu Simamora juga merasakan
kepalanya bergerak-gerak di lantai ke arah kiri dan kanan dengan mata tertutup.
Beliau mengaku sadar apa yang terjadi, tetapi ia tidak dapat mengendalikan lidahnya
agar berhenti bergetar dan kepalanya berhenti bergerak. Para pengerja kemudian
berdoa disebelah Ibu Simamora, dan mendengar bisikan oleh para pengerja yang
untuk diam bergerak oleh pengerja, “anehnya saya turut dengan perintah tersebut,
ujar Beliau”.
kehidupan orang-orang, dalam kaitannya dengan hal ini beberapa bentuk komunikasi
dapat terjadi dalam kondisi pemindahan pikiran (thought) dan perasaan (feeling).
sebuah mekanisme untuk Roh Kudus dapat berkomunikasi secara langsung dengan
setiap kita. Ini merupakan konsep Alkitabiah: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu
adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Korintus 3:16).
pengalaman hubungan fungsional dengan Roh Kudus oleh sebuah mekanisme yang
trance). Mekanisme ini juga ia yakini dapat melepaskan kuasa roh iblis yang terjadi
dalam kesurupan roh voodoo (dukun); atau ahli hipnotis dapat mengganggu dalam
Dalam topik ini saya harus menggunakan klasifikasi yang dibuat oleh Rouget
terhadap trans berdasarkan tampilan luarnya. Dalam tulisan ini saya membedakan
kondisi seseorang yang sedang mengalami kepenuhan Roh Kudus yang menurut
yang mengalami kuasa roh 128 (ditulis dengan huruf kecil) di luar dirinya sebagai
126
Education,209 dalam artikel Dr. Juanita McElwain, Demon Possession and Music.,hal.1
(www.temcat.com)
127
T. E. Wade, Spirit Possession, Gazelle Publications, Auburn, CA,1991.hlm.47.
128
Dalam teologi Kristen penulisan roh dan Roh memiliki arti yang berbeda. roh berarti roh-
roh jahat yang dapat menguasai, memasuki dan mempengaruhi seorang sehingga ia melakukan dosa
atau jatuh sakit. Yesus dan murid-murid-Nya mempunyai kuasa untuk mengusir roh-roh jahat dari
saya lakukan berdasarkan pemahaman Rouget bahwa hubungan musik dan trans
juga dibedakan dari tingkah laku orang yang mengalaminya. Pdt R. Bambang Jonan
mengatakan orang yang mengalami trans dalam sebuah ibadah di gereja, ia akan
gerakan-gerakan hewan seperti, harimau, ular, dan lain-lain, artinya orang tersebut
tidak sedang dalam kuasa Roh Kudus, melainkan kuasa kegelapan (iblis) yang tidak
tahan dengan kuasa darah Yesus melalui Roh Kudus 129 sehingga roh tersebut ingin
melepaskan diri dari tubuh orang tersebut. Kedua, seseorang yang mengalami
manifest atau Spirit possesion dalam sebuah ibadah akan menunjukkan tanda-tanda
terdengar ritmis (bahasa Roh atau bahasa lidah), tangan bergetar-getar, tubuh yang
rubuh ke lantai, sesekali mengucapkan nama Yesus, Halleluya dan sebagainya, yang
menandakan orang tersebut sedang dikuasai oleh Roh Kudus. Karena salah satu ciri-
ciri seseorang dikuasai Roh Kudus adalah mengalami Spirit possession dengan wujud
orang yang kerasukan itu. Dalam kamus Alkitab roh setara dengan setan. Sementara Roh itu Roh
Allah, Roh Yesus.
129
Dalam teologia Kristen, Darah Yesus di kayu salib merupakan bukti kemenagan Yesus
mengalahkan iblis dan menebus dosa-dosa manusia.
Ada trans yang terjadi karena seorang pemain musik yang merasa dirinya menyatu
dengan musik yang ia mainkan; trans yang lebih ringan terjadi oleh pendengar yang
memberikan perhatian besar dan fokus terhadap musik; possession trance yakni,
dimana sesuatu diluar dirinya (roh) hadir dan mengambil alih tubuh seorang yang
Bagi Becker, trans hampir menyerupai bahasa alami dengan berbagai kategori
yang dimiliki. Ketika trans terjadi dapat dikenali dari tingkah lakunya. Orang Bali
mengalami trans yang berbeda dengan orang Dagomba di Ghana, atau dengan trans
Sementara itu dalam musik sekuler, musik trans (trance music) hampir selalu
Secara elektronis memungkinkan dihasilkan suara akustik yang lebih baik. Sejumlah
alat seperti sound generator digunakan untuk menghasilkan musik baik dengan cara
synthesizer maupun alat musik akustik. Musik yang disajikan tersebut kemudian
diatur melalui mixer stereo yang mengatur suara menjadi dua channel—kiri dan
130
Judith Becker, Sounding the Mind, Music and Trance, Leonardo Music Journal,
Vol.4.(1994), hlm.41-45
jarak dan posisi yang seimbang—antara kiri dan kanan—dari kedua loudspeaker
Electro Voice (EV) yang tergantung sebanyak 24 buah termasuk 4 buah subwoofer
dan 12 loudspeaker yang berada di altar gereja. Beserta Allen & Heath mixer stereo
32 channel yang siap mengatur keseimbangan suara kiri dan kanan. Sehingga setiap
orang yang hadir dalam ibadah akan dengan mudah memperoleh dan menerima bunyi
yang dialirkan secara stereo dan ditangkap oleh telinga jemaat. 132
Judith Becker menuliskan ini sebagai sebuah peristiwa dalam teori pikiran
(mind theory) yang disebut sebagai connectionism atau emergent behavior yang
mengulas tentang berbagai jenis metafor yang menjadi pegangan dalam melihat
kompleksitas hubungan musik dan trans. Teori ini juga Becker harapkan dapat lebih
diterima dan disetujui dalam membahas hubungan antara musik dan trans daripada
dalam otak, tetapi hasil dari semua aktivitas yang simultan yang tidak terhitung
jumlahnya disatukan oleh syaraf yang dihubungkan oleh jaringan interkoneksi yang
sangat luas. Apa yang kita lihat dan dengar adalah hasil dari pekerjaan jaringan
syaraf atau teori global bahwa bukan satu syaraf yang menentukan pikiran dan
tingkah laku, melainkan sekelompol sel syaraf yang di sebut “maps”. Maps ini berada
di wilayah spesifik di otak, dan menjadi terhubung dengan tindakan yang telah lalu
memanggil kembali memori yang lalu, merasakan kembali emosi yang lalu, di waktu
dan tempat yang lalu. Ketika nyanyian dalam ibadah kontemporer yang dilakukan
syaraf yang kemudian akan menyusun secara khusus pengelompokan syaraf yang
lain, sehingga kita akan menjadi lebih mudah membayangkan mekanisme dari
dengan lirik-lirik yang “menyentuh”, musik yang semaki keras, tempo yang semakin
cepat, kick drum yang semakin cepat, akan mempengaruhi dan membawa jemaat
modern, khususnya musik gospel dari wilayah selatan adalah musik yang dimainkan
Program tersebut merupakan media produksi yang sangat profesional dengan musik
yang memasukkan banyak elemen dari gaya musik populer dan rock. Kegunaan
siaran TV “Revival Meetings” dan “The Oldtime Religion” hanya satu: untuk
Musik mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan dan “gaya” baru dari
dilakukan melalui toko buku Kristen dan program Kristen di radio dan televisi,
hasil dari perjalanan panjang musik yang berakar pada musik religius Amerika (The
Roots of American Religious Music) seperti musik gospel 134 dan musik religius
133
David Willoughby,Op.Cit.,hlm.53.
134
Istilah musik gospel dasarnya mengacu kepada himne dan lagu yang liriknya berkaitan
dengan Pekabaran Injil, dibandingkan kepada Mazmur. Terminologi tersebut muncul untuk
menjelaskan bahwa secara luas himne evangelical dan lagu-lagu digunakan dalam ibadah kebangkitan,
camp meeting, Sekolah Minggu, dan gereja-gereja. (David Willoughby,Ibid.,hlm.52.)
adakalanya disebut “inspirational music”) adalah genre dari musik populer modern
yang secara lirik fokus kepada persoalan iman Kristen. Saat ini, istilah tersebut
khusus digunakan mengacu kepada pop, rock Nashville, Tennesee dan industri
musik dalam seremoni ibadah Kristen. Musisi seperti Avalon, Barlow Girl, Jeremy
Camp, Casting Crowns, Amy Grant, Jars of Clay, Michael W Smith, Toby Mac,
Rebecca St. James dan lain-lain bebarapa yang mewakili dari genre ini hingga
sekarang. Pada tahun 1960-an dianggap sebagai awal perpaduan musik modern
dengan pelayanan Kristen. Bentuk musik ini dipelopori dan didukung para musisi
Yesus melalui musik yang bergaya sekuler. Saat itu merupakan awal dari musik
Kristen kontemporer mulai dikenal sebagai sebuah genre musik secara resmi.
135
Pengaruh ragtime, blues, jazz kedalam ekspresi musik religius dari Afro-Amerika di awal
abad 20 menghasilkan yang disebut dengan black gospel music. Black gospel adalah sebuah
emosional, vocal, fisik, teatrikal, dan mahir secara musikal, dan secara mengstimulasi antusias fisik
dan secara emosi merespons pendengar. (David Willoughby,Op.Cit.,hlm.54)
136
“Negro spiritual” merupakan versi dari Eropanisasi lagu rakyat religius pada kaum hitam
selatan yang muncul pada awal abad 19. Lagu-lagu tersebut diciptakan oleh para budak atau telah
diadaptasi menjadi himne atau lagu rakyat dari budaya kulit putih. (David Willoughby,Ibid.,hlm.45)
137
White gospel termasuk seperti, psalm tunes, spiritual songs, dan anthem. Musik white
gospel mula-mula
waktu tertentu. 138 Bila merujuk kata kontemporer adalah contemporare (Italia) dan
contemporary (Inggris) yang secara harafiah berarti semasa atau sezamannya justru
akan menimbulkan kebingungan bagi banyak orang awam. Istilah musik kontemporer
hanya dapat dimengerti dalam konteksnya, berikut kutipan yang menjelaskan musik
Dalam transformasi sebuah zaman bila kita hubungkan dengan istilah kontemporer,
Tetapi yang perlu dipahami bahwa subyek dari musik kontemporer terletak pada
wacana dan ciri-ciri musik masa kini tersebut. Musik kontemporer hanyalah
sekelumit dari efek ‘transformasi sebuah zaman’ yang sedang berlalu, sosoknya
138
Suka Hardjana, Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini, Ford Foundation dan
MSPI, Jakarta.2003
139
Suka Hardjana, Memahami Musik Kontemporer, Kompas Minggu,1992,hlm.6
140
Suka Hardjana, Op.Cit.,hlm.255.
Presiden Kennedy. Rakyat Amerika sudah dikecewakan dengan kedamaian, kasih dan
keterbukaan palsu, demikian tulis John Fischer seorang kolumnis majalah Christian
rohani kepada mereka yang “lapar”. Yesus menjadi sosok yang menyelamatkan bagi
kalangan muda (kaum hippies) Amerika yang saat itu sangat dekat dengan kehidupan
seks bebas, narkoba, dan politik radikal. Mereka diubahkan hidupnya menjadi fokus
141
Saragih, Op.Cit.,hlm.77
Yesus saat itu menjadi awal perubahan dan musik rohani Kristen menjadi sebuah
industri dengan sendirinya. Tahun 1970-an ditandai sebagai tahun dimana pengaruh
musik rock telah ada di level musik gereja, gaya musik rock menjadi begitu familiar
dimasyarakat, ritme rock yang berlebihan menjadi berkurang, dan tanggapan awal
yang menyatakan genre musik ini diasosiasikan dengan musik sekuler mulai
dilupakan. 142 Pada dekade 70-an juga mulai bermunculan grup-grup musik Kristen
yang mengaku bahwa Tuhan telah memakai mereka untuk melantunkan musik yang
baru bagi kemuliaan nama-Nya. Mereka seperti Randy Stonehill, 2nd Chapter of Acts,
The Archer, The Imperials, Pat Terry, Randy Matthew, Barry McCeire yang telah
menginspirasi dan pengaruh melalui nyanyian baru bagi kemuliaan Tuhan, kepada
banyak artis seperti Bob Dylan, Donna Summer, Cliff Richard sehingga artis tersebut
Bagi orang-orang yang saat itu maupun sekarang ini aktif dalam musik
Kristen kontemporer masih terus memperjuangkan apa yang dahulu dirintis oleh
tokoh pendirinya seperti, Larry Norman dan 2nd Chapter of Acts, yakni menjembatani
antara musik gereja tradisional dengan musik kontemporer. Hal ini tampak mulai
“malu-malu?” Saya teringat pengalaman saya ketika akan melayani ibadah Natal di
tetapi panitia mengatakan bahwa gereja melarang alat musik drum masuk dalam
gereja. Solusi yang diambil adalah menggantikan drum tersebut dengan synthesizer
yang memainkan suara-suara drum dan perkusi secara manual. Artinya secara fisik
tidak ada alat musik drum di gereja, namun secara “roh” suara drum hadir di gereja,
dan tidak dipermasalahkan oleh pengurus gereja. Walaupun saya mulai menjumpai
beberapa gereja tradisional di Medan sudah memiliki alat musik combo band yang
lengkap dan digunakan dalam ibadah. Gaya dari musik Kristen kontemporer
dipengaruhi oleh musik populer dan tidak sesuai dengan organ gereja tradisional.
Banyak gereja mengadopsi ibadah kontemporer, oleh karena itu mereka memiliki
worship band atau praise band untuk digunakan selama ibadah mereka.
Istilah lainnya dikenal worship team, worship group, praise team atau music
group juga digunakan. Worship band adalah paling biasa digunakan dalam
Kebanyakan worship band berpusat di gereja dan jarang bermain di luar gereja
sebagai worship band dalam acara-acara tertentu diluar gereja, karena musik
Kristen yang memiliki pasar cukup besar, seperti di Indonesia perusahaan rekaman
musik rohani Kristen yang cukup terkenal adalah Maranatha Records, Harvest Music,
dan lain-lain
Di era 70-an dan 80-an, gaya musik folk populer sehingga sangat lumrah
masa itu, yang dimanfaatkan musisi Kristen memasukkan kaidah dan nilai
Musik Kristen kontemporer yang sering digunakan di GBI Medan Plaza lebih
banyak berasal dari musisi Kristen kontemporer generasi yang baru seperti Doen
Moen, Michael W Smith, (Amerika) dan Hillsong, Darlene Zschech, (Australia) dan
sebagian karya-karya mereka telah banyak diadaptasi kedalam bahasa Indonesia dan
digunakan dalam ibadah. Saat ini lagu puji-pujian tidak hanya berasal dari luar
negeri, setelah banyak kebangunan rohani dan anak-anak Tuhan Indonesia mulai
pengalaman, dan mudah mereka serap. Seperti yang dihasilkan oleh Symphony
Prawira, Pdt. DR.Ir. Niko Njotorahardjo, Ir. Welyar Kauntu, Ir. Djohan E. Handojo,
rohani di atas. Namun belakangan ini GBI Medan Plaza sendiri secara mandiri (indie
label) telah mengeluarkan album rohani baik yang dikerjakan secara personal oleh
143
Saragih,Op.Cit., hlm.91.
interpretasi baru dalam ibadah. Tak seorangpun tahu dan mungkin tidak akan bisa
tahu seperti apa dan kearah mana musik Kristen kontemporer akan terus mengalir dan
hanya menerima dan memahami bahwa musik dalam gereja juga tidak dapat
terelakkan tidak hanya sekedar ekspresi manusia terhadap sang pencipta, bukan
sekedar keindahan, tetapi musik juga bagian dari bahasa kode-kode hubungan dan
kenyataan keseharian, bahasa industri pergaulan tanpa batas. 144 Musik Kristen
kontemporer sebagai aksi maupun reaksi tumbuh dan berkembang dalam suasana dan
lingkungan gereja, lintas denominasi dan komunitas Kristen tanpa batas dan untuk
semuanya di jaman yang terus mengalami perubahan dan penuh kontroversi ini.
kemunculannya di tahun 1960-an. Sebuah kampus Kristen yang bernama Bob Jones
pendapat mengatakan bahwa konsep musik Kristen pop/rock adalah sebuah fenomena
yang tidak biasa, semenjak musik rock secara historis selalu diasosiasikan dengan
tema-tema seperti seks bebas, pemberontakan, narkotik dan penggunaan alkohol, dan
144
Suka Hardjana, Op.Cit.,hlm.257
telah ditemukan dalam berbagai gereja-gereja secara luas, termasuk oleh banyak
gereja yang tidak berjalan dalam teologi kharismatik. Ibadah kontemporer umumnya
yang lebih informal. Jemaat menyanyi dengan ‘khas’ dan dalam porsi yang lebih
liturgikal dalam bereka dengan tradisi liturgis, elemen dari liturgi sangat sedikit
digunakan.
ibadah kontemporer muncul dari Gerakan Bagi Yesus (Jesus Movement) di Amerika
Utara pada tahun 1960-an dan gerakan Charismatic Renewal Movement di Australia
dan New Zealand sepanjang tahun 1970-dan 1980-an. Fungsi musik dalam
berisi teologi, dan teologi menyatakan secara tidak langsung melalui aspek-aspek
tersebut, hal ini yang membedakan ibadah kontemporer (contemporary worship) dari
ibadah tradisional (traditional worship) dalam praktek dan latar belakang teologi.
ibadah dan ada pengulangan kalimat-kalimat yang menguatkan isi teologis dalam
ibadah. Pengaruhnya yang kuat akan meningkatkan iman keyakinan seseorang juga
sangat jarang menggunakan doa-doa yang formal (doa liturgikal). Secara teologis,
musik dalam ibadah kontemporer dipengaruhi oleh aliran Pentakosta dan Evangelical