Anda di halaman 1dari 15

Sociology of

Music: Breaking
into a World of
Perfection
Kelompok 10
Breaking into a World of Perfection
Jurnal artikel ini ditulis oleh Karin Bijsterveld dan Marten Schulp, membahas hal-hal sebagai berikut:

1. Bagaimana komposer, pelaku musik menghadapi inovasi instrumen yang berhubungan erat dengan teknologi
2. Diskusi-diskusi terkait pemahaman para pembuat alat musik terkait konservatisme dalam pembuatan instrumen
3. Sebuah upaya untuk memahami bagaimana strategi para pembuat instrument tersebut dalam usahanya terkait
membangun ulang sebuah tradisi dalam inovasi dan hubungannya dengan teknologi.
Introduction to Musical
Classical Innovation
Dalam penelitiannya, Bijsterveld dan Schulp memilih pembuat
instrument yang memiliki bisnis kecil, daripada perusaahn besar
untuk kepentingan praktis dan simbolis. Pembuat instrument dalam
bisnis kecil ini mengakui bahwa mereka mendapatkan sedikit atau
bahkan tidak sama sekali pendidikan formal terkait keahlian
tersebut.
01.
Terlepas dari kepercayaan tiap individu, dunia musik klasik sangat
dekat dengan kebaruan dan inovasi

Organ sebagai contoh, mengalami banyak


pembaruan, tetapi sulit untuk membaharui
model instrument mainstream yang sudah ada
seperti biola.
What is this topic about?

Ketika Liszt menekan piano dengan sangat keras,


hal tersebut memacu inovasi di kalangan para
pembuat pianoforte untuk menaikkan bobot dari
tuts. Tetapi ketika para komposer menolak untuk
merubah bentuk musikal dengan kemungkinan-
kemungkinan dari instrumen baru, instrumen
yang inovatif tersebut akan dianggap sebagai
‘kegagalan’ atau opsi lainnya adalah menerima
pengakuan yang telat. Komposer berperan
sebagai sumber perkembangan seperti ini.
Menurut Libin ekonomi, tekonologi, politik
dan kekuatan sosial jauh lebih penting dalam
perkembangan inovasi alat musik daripada
permintaan dalam komposisi. inovasi
terhambat oleh sistem abad pertengahan,
pertimbangan politik, dan bagaimana
instrument-instrumen diasosiasikan dengan
pemberontakan publik.
Pada perang dunia ke-2, senar-senar bass
piano menggunakan bahan besi sebagai
pengganti tembaga, karena kekurangan bahan
tembaga. “keras dan mudah untuk diarahkan”
yaitu Violin Stroh, yang dipatenkan pada
tahun 1900, menjawab permintaan dari studio
rekaman akustik yang baru (Clements, 1995;
Libin, 2000: 199).
02.
Tradisionalisme
Tradisionalisme / konvensional Pemain orkestra cenderung memilih
adalah konsekuensi dari ikatan repertoire klasik dan instrumennya
tertentu antara instrument dan dibandingkan musik-musik baru, karena
pemainnya sudah ditanamkan kedalam jati dirinya
oleh pendidikan tersebut.
Ikatan semacam ini dapat juga
terbentuk dari edukasi yang
melatarbelakangi.
Beberapa pembuat instrumen Pemain pemula terlihat lebih terbuka
mengatakan bahwa pemain untuk mencoba hal baru penuh
professional justru bersikap lebih
‘kuno’ dalam hal memilih
instrument dibandingkan pemain
amatir.
02.
Terdapat juga beberapa permintaan pemain viola yang terluka
akibat ukuran instrumen konvensional ataupun posisi tangan,
ataupun postur dalam bermain instrumen tersebut

Beberapa contoh ada di halaman berikutnya


>>>>>>>>>
Contoh-contoh inovasi

David Rivinus
David Rivinus membuat sebuah viola yang
berbentuk asimetris dan nyaman, bernama
Pallegrina
Joseph Curtin
membuat sebuah viola dengan materi utama
fingerboard resin phenolic dibandingkan ebony,
punggung yang miring, dan sisi-sisi yang
disederhanan, neck yang dapat disesuaikan, tipe
berbeda dari soundpost dan sebuah scroll dengan
satu putaran.

Curtin mengakui bahwa bereksperimen dan


berinovasi dalam alat musik ini sulit karena bioal
merupakan sebuah ikon kebudayaan.
Dalam sebuah workshop, hanya ada 1 atau 2 orang
yang benar-benar tahu bagaimana membuat sebuah
bassoon.

Problem Beberapa pembuat instrument mengakui bahwa


sistem yang dipantenkan tidak membantu untuk
perubahan.
Di Jerman, anak magang dalam sebuah perusahaan
instrument seringkali hanya diperbolehkan menggosok,
mengikir dan memoles instrument, bukan membuat.
TRADISIONALISASI

Inti dari tradisionalisasi terletak dalam hubungan antara pemain


musik dan instrumennya, termasuk juga dengan investasi waktu
dan rasa kebanggaan dalam meguasai instrumen tersebut. Imitasi
dalam pendidikan musik, strategi penjualan yang terfokus kepada
guru, dan budaya orkestra maupun konser yang terbilang ‘kaku’.
Bahkan salah satu pembuat instrumen mengakui bahwa
kekurangannya dalam hal pendidikan formal adalah sebuah
kelebihan.
Daftar Pustaka

Bijsterveld, K., & Schulp, M. (2014). Breaking into a World of


Perfection Innovation in Today’s Classical Musical Instruments.
SAGE, Vol. 34 No. 5. https://doi.org/10.1177/0306312704047171

Anda mungkin juga menyukai