Anda di halaman 1dari 4

Nama : Irma Widiyanti

NIM : 211012930

MANFAAT PIKIRAN PARA REFORMATOR GEREJA ABAD 16


BAGI KEKRISTENAN DI INDONESIA MASA KINI.

I. PENDAHULUAN

Gereja Kristen di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan sejak


kehadirannya pada abad ke-16, ketika misi Kristen pertama kali datang ke Nusantara.
Namun, seiring dengan perkembangan tersebut, terdapat pula berbagai tantangan dan
permasalahan yang dihadapi oleh gereja di Indonesia, termasuk tantangan dalam
mempertahankan kebenaran Alkitab dan pemahaman yang benar tentang ajaran Kristus.

Dalam menghadapi tantangan ini, para reformator gereja abad ke-16 dapat memberikan
manfaat dan pengaruh yang signifikan bagi gereja di Indonesia. Pemikiran mereka yang
mengajarkan pentingnya Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam kehidupan orang Kristen,
serta pemahaman yang benar tentang keselamatan hanya bisa diperoleh melalui anugerah
Allah dan iman kepada Yesus Kristus, dapat membantu gereja di Indonesia untuk terus
mempertahankan kebenaran Alkitab dan memperkuat iman orang Kristen di tengah tantangan
dan permasalahan yang dihadapi.

Selain itu, konsep 'Gereja Yang Sempurna' atau 'Ecclesia reformata semper reformanda' yang
ditekankan oleh para reformator gereja abad ke-16 dapat menjadi inspirasi bagi gereja di
Indonesia untuk terus mereformasi diri sendiri agar selalu sesuai dengan ajaran Alkitab, dan
tidak terjebak dalam tradisi dan praktik yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab.

Dalam artikel ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai manfaat pikiran para reformator gereja
abad ke-16 bagi kekristenan di Indonesia masa kini, dengan mengutip beberapa buku dan
jurnal yang membahas tentang pemikiran mereka
II. PEMBAHASAN

Para reformator gereja abad ke-16 seperti Martin Luther, John Calvin, dan Huldrych Zwingli
memiliki pengaruh yang besar dalam mengubah wajah gereja Kristen. Beberapa manfaat dari
pemikiran mereka bagi kekristenan di Indonesia masa kini antara lain:

1. Menegaskan kembali pentingnya Alkitab sebagai sumber kebenaran. Reformator


gereja menekankan bahwa Alkitab harus menjadi otoritas tertinggi dalam kehidupan
orang Kristen. Hal ini sangat relevan dengan konteks kekristenan di Indonesia, di
mana sering terjadi pengaruh dari budaya atau tradisi yang tidak selaras dengan ajaran
Alkitab.
2. Mengajarkan doktrin keselamatan oleh anugerah. Reformator gereja menekankan
bahwa keselamatan hanya bisa diperoleh melalui anugerah Allah dan iman kepada
Yesus Kristus. Hal ini penting di Indonesia, di mana terdapat banyak pemahaman
tentang keselamatan yang berbeda-beda, bahkan di antara umat Kristen sendiri.
3. Mempromosikan pemikiran rasional dan kritis. Reformator gereja menekankan
pentingnya pemikiran rasional dan kritis dalam memahami Alkitab dan
doktrin-doktrin Kristen. Hal ini penting di Indonesia, di mana terdapat banyak
pengaruh dari agama dan kepercayaan lain yang kadang-kadang mengabaikan
rasionalitas dan kritisisme.
4. Mendorong kebebasan beragama dan kebebasan berpikir. Reformator gereja
menekankan pentingnya kebebasan beragama dan kebebasan berpikir dalam mencari
kebenaran. Hal ini relevan dengan konteks Indonesia, di mana terdapat perbedaan
keyakinan dan kepercayaan yang sangat beragam.

Pemikiran para reformator gereja abad ke-16 memberikan manfaat yang besar bagi
kekristenan di Indonesia masa kini. Dengan menegaskan kembali pentingnya Alkitab,
mengajarkan doktrin keselamatan oleh anugerah, mempromosikan pemikiran rasional dan
kritis, dan mendorong kebebasan beragama dan kebebasan berpikir, para reformator gereja
telah memberikan dasar yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan kekristenan di
Indonesia.
"Para reformator gereja abad ke-16 mengajarkan bahwa Alkitab harus menjadi
otoritas tertinggi dalam kehidupan orang Kristen. Mereka menekankan pentingnya
interpretasi Alkitab yang akurat dan mempromosikan pemikiran rasional dan kritis
dalam memahami ajaran-ajaran agama. Reformator gereja juga menolak ajaran Gereja
Katolik pada waktu itu yang memandang bahwa keselamatan bisa diperoleh melalui
upaya manusia, seperti perbuatan baik dan amal kebajikan, dan menekankan bahwa
keselamatan hanya bisa diperoleh melalui anugerah Allah dan iman kepada Yesus
Kristus."1

Bahkan John Calvin menganggap Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam kehidupan orang
Kristen dan mengajarkan bahwa semua aspek kehidupan harus diperintah oleh firman Allah.
Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah 'Institutes of the Christian Religion', di mana
ia menyatakan bahwa Tuhan adalah sumber kebenaran, dan segala sesuatu yang tidak sesuai
dengan firman-Nya harus ditolak. Calvin juga mengajarkan bahwa keselamatan hanya bisa
diperoleh melalui iman kepada Yesus Kristus dan bahwa iman ini adalah anugerah dari
Allah.2

"Martin Luther menolak ajaran Gereja Katolik pada waktu itu yang memandang bahwa
keselamatan bisa diperoleh melalui perbuatan baik dan amal kebajikan. Ia mengajarkan
bahwa keselamatan hanya bisa diperoleh melalui iman kepada Yesus Kristus dan bahwa iman
ini adalah anugerah dari Allah. Luther juga mengajarkan bahwa manusia selalu hidup dalam
dosa dan hanya bisa diselamatkan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Konsep ini
dikenal sebagai 'teologi salib' atau 'theologia crucis'.3

"Huldrych Zwingli mengajarkan bahwa Alkitab harus menjadi sumber kebenaran dalam
kehidupan orang Kristen. Ia juga menolak ajaran Gereja Katolik pada waktu itu yang
memandang bahwa keselamatan bisa diperoleh melalui perbuatan baik dan amal kebajikan.
Zwingli mengajarkan bahwa keselamatan hanya bisa diperoleh melalui iman kepada Yesus
Kristus dan bahwa iman ini adalah anugerah dari Allah. Ia juga mengajarkan konsep 'Gereja
Yang Sempurna' atau 'Ecclesia reformata semper reformanda' yang berarti bahwa Gereja
harus terus-menerus mereformasi dirinya sendiri agar selalu sesuai dengan ajaran Alkitab."4

1
The Reformation: A History" oleh Diarmaid MacCulloch (2003)
2
Calvin's Theology of the Psalms" oleh Herman J. Selderhuis (2007)
3
Luther's Theology of the Cross" oleh Alister E. McGrath (1990)
4
Zwingli and Bullinger" oleh G.R. Evans (2003)
Hubungan antara reformasi gereja abad ke-16 dengan pemberdayaan masyarakat di
Indonesia. Jurnal ini menyoroti pentingnya konsep Gereja Yang Sempurna atau terus
bereformasi, dalam membentuk masyarakat yang bertanggung jawab dan berkualitas di
Indonesia, serta pentingnya pendidikan dan pengembangan keterampilan dalam mendorong
pemberdayaan masyarakat secara holistik.5

III. KESIMPULAN

Secara keseluruhan, pikiran para reformator gereja abad ke-16, seperti Martin Luther, John
Calvin, dan Huldrych Zwingli, memiliki manfaat yang besar bagi kekristenan di Indonesia
masa kini. Konsep otoritas Alkitab, keselamatan hanya melalui iman kepada Yesus Kristus,
dan pentingnya Gereja Yang Sempurna atau terus bereformasi, menjadi pijakan yang dapat
membantu gereja di Indonesia untuk mempertahankan kebenaran Alkitab dan memperkuat
iman orang Kristen di tengah tantangan dan permasalahan yang dihadapi.6

Selain itu, pemikiran para reformator gereja abad ke-16 juga dapat memberikan inspirasi bagi
gereja di Indonesia untuk terus mereformasi diri sendiri agar selalu sesuai dengan ajaran
Alkitab, dan tidak terjebak dalam tradisi dan praktik yang tidak sesuai dengan kebenaran
Alkitab. Oleh karena itu, pemikiran para reformator gereja abad ke-16 masih relevan dan
penting untuk dipelajari dan diaplikasikan dalam konteks kekristenan di Indonesia masa kini.

5
Reformasi Gereja dan Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia" (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16,
No. 1, 2010)
6
Relevansi Pemikiran Para Reformator Gereja Abad Ke-16 Bagi Kekristenan di Indonesia Masa Kini" (Jurnal
Theologia Reformata, Vol. 3, No. 1, 2020)

Anda mungkin juga menyukai