Anda di halaman 1dari 7

ENSIKLIK

EVANGELII NUNTIANDI ii

PENDALAMAN AGAMA KATOLIK


SEMESTER VII PRODI ii: iiS1Manajemen

Disusun Oleh ii:


1. Natalia Widha Rastika ii
2. Agus Santoso Halim
3. Roselina Yasinta Abung
4. Beatrix S.Ading
5. Maximillianus OB Lubur
6. Beatris Amus
7. Selvia Medelin
8. Faransiska Ambing
9. Sesilia Opa
10. Caerubim M.Reynalyadi
11. Serafina K.Rumiati
12. Rifaldi E.Rampung
13. Maria Yuliana Lamut
14. Sesiliana Haldifan
15. Maria Yonavalia Katas
16. Maximilianus lolo ole
17. Ronaldo Batistuta
18. Klaudio Krisantus Jehaman
19. Katharina Benedikta Sinta Dasilva
20. Angela Rahayu Gambu
21. Valentina Diliana Lamawitak

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAMiSTUDI S1 MANAJEMEN
TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Evangelii Nuntiandi adalah suatu Nasihat Apostolik yang diterbitkan pada tanggal 8
Desember 1975 oleh Paus Paulus VI melanjutkan karya sinode dengan tema yang sama (7
September 1974 hingga 26 Oktober 1980). Dokumen ini membahas penginjilan, dan
menegaskan peran tiap umat Kristiani (dan tidak hanya para imam yang telah ditahbiskan)
dalam penyebaran agama Katolik.
Sebagai seorang beriman Kristiani dan sebagai bagian dari kelompok religius yang
menjadi salah satu sasaran yang mendapat pesan mengenai isi dokumen tersebut, merasa
bertanggung jawab untuk memahami makna dan harapan dari dokumen tersebut. Dengan
memahami dokumen tersebut,tentu akan membantu pula dalam tugas yang harus dijalankan.
Jika memperhatikan sekilas tentang pokok bahasan yang digambarkan dari dokumen
tersebut,yakni mengenai tentang peran tiap umat katolik dalam penyebaran agama katolik.
Maka dokumen tersebut ditujukan kepada seluruh umat Kristiani tanpa terkecuali.
Seorang religius memang menjadi tujuan sasaran yang perlu memahami tentang
maksud ensiklik tersebut, namun menyimak tentang pokok pembahasan adalah tentang
kehidupan manusia, maka tentu ada kelompok orang yang lebih dekat dengan tanggung
jawab itu. Kelompok tersebut ialah orang-orang beriman,antara lain Paus,para Uskup,para
Imam,biarawan-biarawati dls.
Berhubung kehidupan manusia dekat sekali dengan para orang-orang beriman maka
hal ini sangat menarik untuk diteliti keterkaitannya. Berdasarkan uraian diatas,kami tertarik
untuk menjadikan latar belakang ini menjadi pokok pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang Ensiklik Evangelii Nuntiandi ?
2. Bagaimana masalah-masalah yang sering disorot dan paling dominan?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari adanya masalah tersebut?
4. Bagaimana situasi dan kondisi ideal yang diharapkan oleh pihak Gereja?
5. Bagaimana solusi yang ditawarkan oleh Gereja melalui dokumen tersebut?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Ensiklik Evangelii Nuntiandi.
2. Untuk mengetahui tentang masalah-masalah yang sering disorot dalam dokumen
tersebut.
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya masalah
tersebut.
4. Untuk mengetahui bagaimana situasi dan kondisi ideal yang diharapkan oleh Gereja.
5. Untuk mengetahui bagaimana solusi yang ditawarkan oleh Gereja melalui dokumen
tersebut.
BAB 2
PEMBAHASAN

1. LATAR BELAKANG ENSIKLIK


Evangelii Nuntiandi (EN) merupakan amanat atau anjuran Apostolik yang ditulis
oleh Paus Paulus VI. Dokumen yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia “Pewartaan
Injil dalam Dunia Modern” ini pertama-tama ditulis untuk menanggapi siding umum ketiga
sinode para uskup (1974) yang bertemakan “Pewartaan Injil” atau evangelisasi (EN 3).
Selain itu, Paus Paulus VI mengeluarkan anjuran ini pada tahun 1975 juga untuk
memperingati ulangtahun ke-10 penutupan Konsili Vatikan II. Evangelii Nuntiandi
meneguhkan pengajaran Konsili Vatikan II tentang peranan aktif yang harus dilaksanakan
Gereja sebagai lembaga maupun sebagai anggota umat Allah dalam menegaskan keadilan
dunia (EN 2). Latar belakang lain diterbitkannya anjuran apostolic ini ialah menyajikan
keprihatinan utama Paus Paulus VI tentang misi pewartaan Injil Gereja (EN I).
Adapun misi pewartaan ini khususnya selama abad ke-XX, umat Kristiani secara
berkala menghadapi berbagai rintangan terhadap perutusan ini. Di satu pihak pewartaan ini
mendorong pembaharuan hidup umat manusia tapi di pihak lain muncul perlawanan yang
sengit dari pemerintah-pemerintah, pendiskriminasian hak terhadap para pewarta,
penganiayaan, diancam dan disingkirkan.
Di samping semuanya itu, paus juga prihatin terhadap berbagai metode pewartaan
injil yang sesuai dengan konteks pemikiran manusia-manusia di zaman modern. Misalkan
saja, Paus tidak hanya menekankan pentingnya kotbah atau pengajaran lisan tetapi yang
paling utama adalah kesaksian hidup (EN 41,42).
2. MASALAH YANG DISOROT
Ada tiga rumusan persoalan hangat yang paling dominan disoroti paus dalam
dokumen ini yaitu: pertama, di zaman ini apa yang telah terjadi terhadap daya-kekuatan
tersebunyi atau terselubung warta gembira, yang mampu berdampak kuatatas hati nurani
manusia? Kedua, seberapa jauh dan bagaimana kekuatan injil mampu sungguh merombak
masyarakat abad sekarang? Ketiga, metode-metode manakah yang harus ditempuh, supaya
kekuatan injil dapat membuahkan hasil? (EN 4).
Dari ketiga rumusan permasalahan dominan tersebut, paus pada dasarnya ingin
menjawab persoalan-persoalan dominan dalam Gereja yaitu: pertama, tentang misi
adgentes-misi kepada mereka yang belum mengenal Kristus di abad modern (EN 52).
kedua, pewartan juga mesti diarahkan kepada orang-orang yang sendi-sendi Kristianitasnya
mulai atau sudah kendur. Ketiga, kelompok umat atau jemaat-jemaat berbasis.
3. DAMPAK YANG DITIMBULKAN
Dampak yang ditimbulkan dari adanya ketiga permasalahan tersebut ialah : pertama,
ketikatidakterealisasinyamisiiniantara lain memicukebangkitanatheisme modern,
sekularisme, dankonsumerisme(EN 55). Kedua, dampak yang ditimbulkan ketika tidak
memperhatikan hal ini adalah munculnya orang-orang yang tidak mengamalkan agama EN
56). Ketiga, dampak yang ditimbulkan ketika tidak adanya perhatian khusus terhadap hal ini
adalah munculnya jemaat-jemaat basis dengan semangat kritik yang pedas terhadap Gereja,
yang cepat mereka cap sebagai institusional, yang cepat dipengaruhi oleh paham sosialisme
belaka (EN 58).
4. SITUASI DAN KONDISI IDEAL
Situasi atau kondisi ideal yang diinginkan paus melalui dokumen ini adalah
terwujudnya Gereja semesta yang mewartakan injil kesegala makhluk (EN 59). Maksudnya,
sasaran pewartaan injil tidak hanya difokuskan pada institusi atau lembaga tertentu saja
tetapi kepada perorangan, pribadi-pribadi.
Selain itu, paus juga ingin agar para pewarta injil memiliki situasi ideal seperti diinspirasi
dan dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus (EN 75), semangat menginjil harus muncul dari
kesucian hidup sejati dan khotbah membuat sang pengkhotbah bertumbuh dalam kesucian
(EN 76), memiliki semangat kesederhanaan, semangat doa, kasih saying terhadap semua
orang terutama orang miskin dan tersingkirkan, ketaatan dan kerendahan hati, sikap lepas
bebas dan pengorbanan diri (EN 76), persatuan diantara para pewarta sebagai bukti
kehadiran Bapa (EN 77), pewarta injil menjadi orang yang senantiasa mencari kebenaran
yang harus ia bagikan dengan orang lain, meskipun ia harus menyangkal diri dan berkorban
(EN 78), pewarta injil harus memiliki kasih yang besar terhadap mereka yang menerima
penginjilan (EN 79), semangat rohani diperlukan untuk mengesampingkan segalah dalih
yang menghambat pewartaan injil (EN 80).
5. SOLUSI YANG DITAWARKAN OLEH GEREJA
Gereja semesta bukan pertama-tama dipahami sebagai wilayah teritorial yang memiliki
batasan-batasan pada daerah tertentu. Gereja semesta yang kenyataannya menjelma dalam
Gereja-Gereja setempat (EN 62). Gereja yang dalam dirinya bukan hanya orang-orang,
melainkan juga aspirasi-aspirasi, kekayaan serta sifat terbatasnya, berbagai cara berdoa,
mengasihi, memandang kehidupan dan dunia, yang membedakan pelbagai kelompok
manusia, bertugas mengolah hakikat amanat injil-tanpa sedikit pun menghianati kebenaran
hakiki-menerjemahkannya dan mewartakannya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh
semua kelompok manusia (EN 60,63).
Dalam mewujudkan solusi ini, paus mengusulkan adanya kemajemukan tugas pewartaan
injil sesuai dangan kemampuan dan jabatan masing-masing. Pertama-tama dilihat bahwa
hakikat tugas ini merupakan warisan dari para rasul. Tugas ini kemudian menjadi tanggung
jawab semua orang beriman. Orang-orang yang dimaksud tiada lain adalah para paus (EN
67), para uskup, para imam (EN 68), biarawan-biarawatiataupara religius (EN 69) dan umat
awam (EN 70) yang di dalamnya termasuk keluarga (EN 71), dan generasi muda(EN 72).
Akan tetapi, penekanan pada pembagian tugas sesuai dengan status dan jabatan tersebut
bukan berarti bahwa setiap orang berjalan sendiri-sendiri melainkan berada di bawah
rangkulan Gereja universal (EN 60).
Adapun metode-metode yang diusulkan paus agar pewartaan tersebut lebih efektif dan tepat
sasaran di dunia modern yakni: melalui kesaksian hidup (EN 41), khotbah-khotbah yang
hidup (EN 42), liturgy sabda (EN 43), katekese (EN 44), media massa (EN 44), kontak
pribadi (EN 46), sakramen-sakramen (EN 47), dan kesalehan masyarakat (EN 48).
BAB 3
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan oleh penulis, dapat kita simpulkan
bahwa :
Hal yang melatarbelakangi terciptanya ensiklik evangelii nutiandi adalah adalah rasa
prihatin dari Paus Paulus VI terhadap misi pewartaan injil pada saat ini. Dikarenakan
banyaknya rintangan yang harus dilewati oleh umat kristiani dalam menyebarkan injil.
Mulai dari penolakan dari pemerintah, pendiskriminasian, penganiayaan, diancam, dan
disingkirkan. Selain itu paus juga prihatin terhadap metode pewartaan pada zaman ini.
Ada tiga rumusan permasalahan yang paling hangat dan dominan disoroti paus. Yang
pertama di zaman ini apa yang telah terjadi terhadap daya kekuatan tersembunyi atau
terwelunung warta gembira, yang mampu berdampak kuat atas hati nurani manusia? Yang
kedua seberapa jauh dan bagaimana kekuatan injil mampu sungguh merombak masyarakat
abad sekarang? Yang ketiga metode manakah yang harus ditempuh, supaya kekuatan injil
dapat membuahkan hasil?
Situasi atau kondisi ideal yang diinginkan paus melalui dokumen ini adalah
terwujudnya Gereja semesta yang mewartakan injil ke segala makhluk (EN 59). Maksudnya,
sasaran pewartaan injil tidak hanya difokuskan pada institusi atau lembaga tertentu saja
tetapi kepada perorangan, pribadi-pribadi.
Dalam mewujudkan solusi ini, paus mengusulkan adanya kemajemukan tugas
pewartaan injil sesuai dangan kemampuan dan jabatan masing-masing. Pertama-tama dilihat
bahwa hakikat tugas ini merupakan warisan dari para rasul. Tugas ini kemudian menjadi
tanggungjawab semua orang beriman. Orang-orang yang dimaksud tiada lain adalah para
paus (EN 67), para uskup, para imam (EN 68), biarawan-biarawati atau para religius (EN
69) dan umat awam (EN 70) yang di dalamnya termasuk keluarga (EN 71), dan generasi
muda (EN 72). Akan tetapi, penekanan pada pembagian tugas sesuai dengan status dan
jabatan tersebut bukan berarti bahwa setiap orang berjalan sendiri-sendiri melainkan berada
di bawah rangkulan Gereja universal (EN 60).

2. SARAN
Saran yang dapat penulis berikan adalah :
Dalam melakukan pewartaan injil pada abad XX ini Gereja harus bisa memadukan
perkembangan zaman ini dengan cara gereja dalam mewartakan injil. Pemanfaatan
perkembangan jaman bisa menjadi salah satu opsi untuk semakin mendekatkan diri dengan
umat, dan merangkul mat umat muda di seluruh dunia.
Berbagai rintangan yang menghalangi pewarta injil dapat kita akali dengan metode
yang diusulkan paus agar pewartaan tersebut lebih efektif dan tepat sasaran di dunia modern
yakni: melalui kesaksian hidup (EN 41), khotbah-khotbah yang hidup (EN 42), liturgi sabda
(EN 43), katekese (EN 44), media massa (EN 44), kontak pribadi (EN 46), sakramen-
sakramen (EN 47), dan kesalehan masyarakat (EN 48)

Anda mungkin juga menyukai