Sosial Gereja ARDAS KAJ 2022-2026 Refleksi Gereja atas kenyataan dalam Apakah ASG? hidup bermasyarakat dan mendunia dengan terang iman dan tradisi Gereja.
ASG merupakan bagian dari iman
dan perutusan Gereja untuk mewartakan kabar sukacita Injil. Gema kenabiannya adalah membangun komitmen atas keadilan serta mengecam kejahatan dan ketidakadilan. SEJARAH ASG • Refleksi ASG dimulai sejak tahun 1891 oleh Paus Leo XIII dalam ensiklik Rerum Novarum sampai dengan ensiklik Paus Fransiskus, Fratelli Tutti (2020) • ASG terlahir dari situasi kontekstual saat dokumen disampaikan. Ajaran ini mencoba memberikan jawaban atas situasi yang ada pada saat itu. ASG muncul bersamaan dengan keprihatinan dan keterlibatan Gereja dalam bidang sosial. • Penyebutan ASG bukan tanpa kontroversi, istilah ”ajaran sosial Gereja” ditolak dalam Vatikan II. Istilah tersebut dikritik karena memberi kesan menyindir “corpus” ajaran dogmatis, dan memberi kesan bahwa Gereja memiliki 2 jenis ajaran: dogma dan ajaran sosial. • Dalam perumusan Gaudium et Spes ada perintah agar istilah tersebut tidak digunakan. Namun dalam GS No.76 mencoba mempertahankannya: “Tetapi selalu dan di mana-mana hendaknya ia diperbolehkan dengan kebebasan yang sejati mewartakan iman, menyampaikan ajaran sosialnya...” • GS No. 76 dipungut suara dan cuma disetujui secara individual oleh peserta Konsili; tetapi atas permintaan kelompok Uskup dari Brasil, sebutan ASG tetap digunakan dalam GS. Ajaran Sosial Gereja • “Yesus dahulu datang untuk membawa keselamatan yang utuh, suatu keselamatan yang mencakup seluruh diri pribadi dan semua manusia, yang menyingkapkan suatu harapan yang mengagumkan tentang keputraan ilahi.” (Yohanes Paulus II, Ensiklik Redemptoris Missio, ; AAS 83 (99), 260.) • Ketika Gereja “mewartakan Injil, maka ia memperlihatkan kepada manusia, atas nama Kristus, martabat dan panggilannya untuk persekutuan pribadi. Gereja mengajarkan kepadanya keadilan dan cinta kasih yang sesuai dengan kebijaksanaan ilahi” • Dengan mengetahui bahwa manusia dikasihi Allah, orang-orang akan membawa diri menjumpai sesamanya dalam jejaring relasi yang benar-benar semakin manusiawi. Ajaran Sosial Gereja • Cinta kasih Kristen mendesak untuk mencela pelbagai ketidakberesan, memberikan berbagai anjuran dan suatu komitmen terhadap proyek-proyek budaya dan sosial; ia mendesak kegiatan efektif yang mengilhami semua orang yang sungguh merindukan kebaikan insani, agar memberi andil mereka. (kompendium) • Seorang Kristen mengetahui bahwa dalam ajaran sosial Gereja dapat ditemukan prinsip-prinsip untuk refleksi, kriteria untuk penilaian dan pedoman- pedoman untuk tindakan, yang menjadi titik tolak untuk memajukan sebuah humanisme yang terpadu dan solider. • Oleh karena itu, menjadikan ajaran ini dikenal merupakan sebuah prioritas pastoral yang sejati, sehingga semua orang akan tercerahkan olehnya dan dengan demikian mampu untuk menafsir kenyataan dewasa ini dan mencari cara-cara bertindak yang tepat: “Pengajaran dan penyebaran ajaran sosialnya merupakan bagian dari tugas perutusan penginjilan Gereja.” (Yohanes Paulus II, Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis, 4; AAS 80 (988), 57-572) DOKUMEN ASG 1. Rerum Novarum (1891) - Dokumen ini membahas masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat industri modern, termasuk hak-hak pekerja, kepemilikan kekayaan, dan peran pemerintah dalam menjamin keadilan sosial. 2. Quadragesimo Anno (1931) - Dokumen ini merupakan revisi dari Rerum Novarum yang mengevaluasi perkembangan sosial dan ekonomi selama 40 tahun terakhir dan menyajikan rekomendasi bagi cara terbaik untuk memperbaiki keadilan sosial. 3. Mater et Magistra (1961) - Dokumen ini membahas masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat modern, termasuk kemiskinan, hak asasi manusia, dan perdamaian. Ia merupakan penegasan terhadap 2 dokumen terdahulu. 4. Pacem in Terrir (1963) – Dokumen ini membahas perdamaian di dunia. Tema yang dibahas adalah hak-hak manusia, seperti hak untuk hidup, mengembangkan diri, dihargai. Juga memuat kewajibang manusia dan tanda-tanda jaman. 5. Gaudium et Spes (1965) - Dokumen ini merupakan bagian dari Konsili Vatikan II yang membahas peran gereja dalam dunia modern dan menyajikan rekomendasi tentang bagaimana gereja dapat bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat lainnya untuk memperbaiki keadilan sosial. DOKUMEN ASG 6. Populorum Progressio (1967) - Dokumen ini membahas masalah kemiskinan dan ketidaksetaraan ekonomi di dunia, serta rekomendasi tentang cara untuk mengatasinya. 7. Octogesima Adveniens (1971) - Dokumen ini merupakan revisi dari Rerum Novarum yang membahas perkembangan sosial dan ekonomi selama 80 tahun terakhir dan menyajikan rekomendasi tentang bagaimana memperbaiki keadilan sosial. 8. Evangelli Nuntiandi (1975) – Dokumen ini membahas tentang misi pewartaan Gereja. Pewartaan kabar gembira kepada dunia dan peran aktif seluruh umat Kristiani dalam menegakkan keadilan dunia. 9. Redemptor Hominus (1979) – Dokumen ini membahas tentang Penebusan Umat Manusia. Tema yang diangkat adalah tentang misteri penebusan dan hubungannya dengan manusia di era modern, serta misi Gereja dan tujuan hidup manusia. 10. Laborem Exercens (1981) - Dokumen ini membahas hak-hak pekerja dan peran pemerintah dalam menjamin keadilan sosial. 11. Sollicitudo Rei Socialis (1987) - Dokumen ini membahas masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat modern, termasuk kemiskinan, hak asasi manusia, dan perdamaian. 12. Centesimus Annus (1991) - Dokumen ini merupakan revisi dari Rerum Novarum yang membahas perkembangan sosial dan ekonomi selama 100 tahun terakhir dan menyajikan rekomendasi tentang bagaimana memperbaiki keadilan sosial. Maksud Gereja dengan Dokumen ASG • Maksudnya dengan dokumen tentang ajaran sosialnya untuk menyajikan kepada manusia sebuah humanisme yang memenuhi standar-standar rencana cinta kasih Allah di dalam sejarah, sebuah humanisme yang terpadu dan solider yang mampu menciptakan sebuah tatanan sosial, ekonomi dan politik yang baru yang dilandaskan pada martabat dan kemerdekaan setiap pribadi manusia, agar menghasilkan perdamaian, keadilan serta kesetiakawanan. • Melalui ajaran sosialnya Gereja berupaya mewartakan Injil dan menghadirkannya di tengah jejaring relasi sosial yang serba rumit. Ini bukan sekadar perkara menjangkau manusia di tengah masyarakat – manusia sebagai penerima warta Injil – melainkan ihwal memperkaya dan meresapi masyarakat itu sendiri dengan Injil. (Bdk. Konsili Vatikan II, Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, 40: AAS 58 (966), 057-059.) • Melalui ajaran sosialnya Gereja bermaksud “membantu manusia dalam perjalanannya menuju keselamatan” (Yohanes Paulus II, Ensiklik Centesimus Annus, 54: AAS 83 (99), 860.) Prinsip Kesejahteraan Bersama • Prinsip kesejahteraan umum, padanya setiap segi kehidupan sosial mesti dikaitkan agar ia dapat menggapai maknanya yang paling penuh, berasal dari martabat, kesatuan serta kesetaraan semua orang. • Pribadi manusia tidak dapat menemukan kepenuhannya di dalam dirinya sendiri, artinya terlepas dari kenyataan bahwa ia berada “bersama” yang lain dan “untuk” yang lain. • Tak ada satu pun bentuk kehidupan sosial – mulai dari keluarga hingga kelompok-kelompok sosial perantara, paguyuban-paguyuban, usaha-usaha yang bercorak ekonomi, kota-kota, wilayah-wilayah, negara-negara hingga masyarakat bangsa-bangsa – yang bisa meloloskan diri dari persoalan menyangkut kesejahteraan umumnya sendiri. Tanggung Jawab Setiap Orang • Tuntutan-tuntutan menyangkut kesejahteraan umum bergantung pada kondisi-kondisi sosial dari setiap kurun historis dan terkait secara erat dengan penghormatan terhadap serta penggalakan atas pribadi dan hak-hak dasarnya. (Bdk. Yohanes XXIII, Ensiklik Pacem in Terris: AAS 55 (963), 272) • Tuntutan-tuntutan ini terutama nian bersangkut paut dengan komitmen pada perdamaian, penataan berbagai kekuasaan negara, sistem peradilan yang sehat, perlindungan terhadap lingkungan hidup serta penyediaan berbagai pelayanan yang hakiki bagi semua orang, yang beberapa dari antaranya pada saat yang sama merupakan hak asasi manusia: makanan, perumahan, pekerjaan, pendidikan dan akses kepada kebudayaan, transportasi, perawatan kesehatan dasar, kebebasan berbicara dan me- nyatakan pendapat, serta perlindungan terhadap kebebasan beragama. Tuntutan terkait Kesejahteraan Umum • Perdamaian, • Penataan berbagai kekuasaan negara, • Sistem peradilan yang sehat, • Perlindungan terhadap lingkungan hidup, serta • Penyediaan berbagai pelayanan yang hakiki bagi semua orang • makanan, perumahan, pekerjaan, pendidikan dan akses kepada kebudayaan, transportasi, perawatan kesehatan dasar, kebebasan berbicara dan me- nyatakan pendapat, serta perlindungan terhadap kebebasan beragama. ASG terkait Kesejahteraan Umum Ajaran Paus Pius XI masih tetap relevan: “Pemerataan harta benda tercipta yang, seperti tiap orang bernalar tahu, dewasa ini mengalami situasi yang buruk sekali akibat perbedaan amat besar antara kelompok kecil yang kaya raya dan mereka yang serba tak empunya dan tak terbilang jumlahnya, harus dikembalikan kepada kesesuaian dengan norma-norma kesejahteraan umum, yakni keadilan sosial.” (Pius XI, Ensiklik Quadragesimo Anno: AAS 23 (93), 97.) Pertanyaan Reflektif 1. Bagaimana realitas iman Katolik dan Kesejahteraan bersama yang ada saat ini di dalam hidup umat dan Gereja? 2. Apa yang terjadi di tengah Lingkungan – Wilayah – Komunitas – Kategorial – Paroki? Pertanyaan ini perlu dikaitkan dengan Nilai Kesejahteraan Bersama yang diperjuangkan dalam Ardas KAJ 2022-2026 dan ASG. Terima kasih