Anda di halaman 1dari 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gantry Crane

Menurut standard ASME B30.2-2011, gantry crane adalah crane yang


terdapat kemiripan dengan crane jenis overhead crane. Namun gantry crane
memiliki empat kaki yang berguna untuk menopang double girder. Double girder
digunakan sebagai penopang landasan trolley untuk melakukan gerakan maju
mundur (traversing ) sesuai kontrol dari operator di ruang kabin. Gantry crane
dioperasikan diluar ruangan dengan dijalankan pada lintasan rel tetap atau
menggunakan jenis lintasan lainnya. Gantry crane dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
:

1. Cantilever gantry crane


2. Wall crane
3. Semi gantry crane

Gambar 2. 1 Cantilever Gantry Crane

Sumber : ASME B30.2-2011. Fig. 2-0,2-1


Gambar 2. 2 Wall Crane

Sumber : ASME B30.2-2011 Fig. 2-0,2-5

Gambar 2. 3 Semigantry Crane

Sumber : ASME B30.2-2011 Fig. 2-0,2-4

Menurut Ach. Muhib Zainuri 2009, berdasarkan jenis konstruksi kaki


penyangga gantry crane diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. 4 Supporting legs
2. 2 Supporting legs
3. Semigantry crane

Pada gantry crane jenis 4 supporting legs, salah satu kaki penyangga double
girder dapat direnggangkan atau dirapatkan sesuai kebutuhan. Untuk gantry crane
jenis 2 supporting legs, kaki penyangga double girder mempunyai konstruksi
yang tetap. Untuk semigantry crane mempunyai satu jenis kaki penyangga yang
terpasang pada runway atau elevated rail.

Pada pelabuhan terminal petikemas, jenis gantry crane yang digunakan untuk
mengangkat dan memindahkan kontainer pada tempat penyusunan kontainer /
container yard adalah gantry crane jenis Rubber Tyred Gantry Crane.

2.1.1 Mekanisme Pergerakan Rubber Tyred Gantry

Rubber Tyred Gantry memiliki tiga skema pergerakan demi mendukung


terjadinya proses bongkar muat. Tiga skema ini adalah :

a. Gerakan Travelling

Gerakan travelling adalah gerakan jalan gantry dimana Rubber Tyred


Gantry berjalan sesuai dengan jalur yang terdapat pada Pelabuhan
Terminal Petikemas. Pada mekanisme travelling, Rubber Tyred Gantry
tidak menggunakan jenis roda pulley yang memerlukan lintasan rel,
namun menggunakan jenis ban rubber yang tidak memerlukan rel dan
lebih fleksibel dalam beroperasi. Gerakan ini digerakkan oleh motor
elektrik yang mentransmisikan dayanya melalui gearbox sehingga
mampu menggerakkan rubber. Pada saat berhenti, arus dari motor
elektrik ini terputus, dan sistem rem bekerja. (Report Life Assesment
RTG PT. Sucofindo (Persero).

Gambar 2. 4 Gerakan Travelling


b. Gerakan Traversing / Trolley
Gerakan traversing adalah gerakan jalan trolley diatas rel yang
tersedia di atas double girder sepanjang jangkauan dari double girder
Rubber Tyred Gantry. Gerakan ini digerakkan dengan menggunakan
motor elektrik penggerak trolley yang terletak pada komponen trolley.
Gerakan ini akan berhenti ketika aliran motor terputus dan sistem rem
bekerja. (Report Life Assesment RTG PT. Sucofindo (Persero)

Gambar 2. 5 Gerakan Traversing

c. Gerakan Hoisting

Gerakan Hoisting adalah gerakan naik dan turun pada pengait crane
guna mengangkat dan menurunkan kontainer. Gerakan ini disebabkan
adanya penggulungan tali baja oleh drum tali baja yang digerakkan oleh
motor penggerak tali baja melalui transmisi pada gearbox. Pada saat kait
berada di ketinggian yang diinginkan, maka motor akan berhenti otomatis
dan pengereman otomatis bekerja. (Report Life Assesment RTG PT.
Sucofindo (Persero). Jenis kait yang digunakan menggunakan kait jenis
spreader. Tujuan menggunakan kait jenis spreader dikarenakan spreader
mempunyai empat pengunci / twist lock yang terdapat disetiap sudutnya
yang berguna untuk mengunci kontainer saat proses pengangkatan. Jika
tetap menggunakan kait jenis hook, maka akan ada penambahan
perlengkapan dalam proses pengangkatannya, seperti penambahan rigger
/ orang yang melakukan pengikatan sling tambahan, dan juga menambah
sling tambahan untuk mengaitkan kontainer pada hook.

Gambar 2. 6 Gerakan Hoisting

Gambar 2. 7 Rubber Tyred Gantry pada Pelabuhan Terminal Petikemas

Sumber : kalmarglobal.com
2.2 Pengertian Perangkat Angkat

Pada Rubber Tyred Gantry Crane, terdapat perangkat angkat yang terpasang
diatas trolley. Trolley ini terpasang diatas rel, terdapat pada double girder yang
ditopang dengan keempat kaki Rubber Tyred Gantry Crane. Perangkat angkat ini
digunakan sebagai alat pengangkat suatu kontainer yang dikaitkan oleh spreader.
Perangkat angkat mempunyai peranan penting dalam pengoperasian disetiap
crane yang digunakan dimanapun berada. Perangkat angkat ini dirancang untuk
memudahkan manusia dalam mengangkat komoditi dalam jumlah besar namun
dalam waktu yang seefisien mungkin. Menurut standard ASME B30.2-2011
Section 2-1.14 yang membahas tentang Hoisting Equipment pada Overhead dan
Gantry Cranes, secara umum perangkat angkat dari Rubber Tyred Gantry Crane
adalah :

1. Tali baja
2. Drum tali baja
3. Pulley
4. Spreader
5. Gearbox Transmisi

GEARBOX
DRUM
TRANSMISI
TALI BAJA

TALI BAJA MOTOR DRUM

TALI BAJA
SPREADER

PULLEY

Gambar 2. 8 Skema Perangkat Angkat


2.2.1 Tali baja

Tali baja adalah tali yang digunakan sebagai alat pengangkatan yang
dibentuk dari kumpulan serat-serat baja / steel wire lalu dipintal hingga
menjadi satu untaian yang disebut strand. Kemudian kumpulan strand
dipintal kembali hingga membentuk tali baja / wire rope (Ir. Syamsir A.
Muin, 1987).

Menurut N. Rudenko 1992, Tali baja memiliki keunggulan dibanding


dengan rantai yaitu :

1. Ringan
2. Tahan terhadap tarikan secara tiba-tiba
3. Keandalan operasional yang tinggi
4. Operasional yang tidak bising pada saat kecepatan tinggi.

Gambar 2. 9 Tali Baja

Sumber : Alibaba.com

2.2.1.1 Elemen Tali baja

Gambar 2. 10 Elemen Tali Baja


Sumber : ASTM A1023 2019 - FIG. 7

Menurut ASME B30.30-2019 yang membahas tentang


Ropes, tali baja memiliki tiga elemen, yaitu :

1. Core
Core adalah komponen tali yang terdapat pada inti tali baja.
Terbuat dari kawat yang bertujuan untuk menopang strand pada
tali baja. Core tidak termasuk sebagai komponen penahan beban
tali baja saat menghitung minimum breaking force.
2. Wire
Wire adalah kawat baja yang panjang, ramping dan lentur.
Berbentuk silinder, digunakan sebagai komponen penahan beban
yang lebih kecil atau tali kawat.
3. Strand
Strand adalah gabungan dari susunan wire yang disusun
secara heliks pada core untuk menghasilkan penampang simetris
pada tali baja.

2.2.1.2 Persyaratan Tali Baja

Menurut standard ASME B30.30-2019 Section 30-1.3 yang membahas


tentang Types of steel wire rope, Tali baja harus memiliki :

1. Tali inti baja / core WSC atau IRWC yang memiliki peletakan
dengan arah yang sama dengan tali baja yang digunakan.
2. Tanpa beban inti
3. Tanpa core
4. Serat sintetis bantalan beban di strand, core, atau keduanya (disebut
dengan hybrid rope)
Dengan catatan tali torsi rendah dianggap sebagai tali baja standard

2.2.1.3 Resistensi Tali Baja


Kategori resistensi rotasi yang berlaku harus di identifikasi oleh
manufaktur tali baja yang terdapat pada sertifikat tali baja Berdasarkan
resistensi tali baja, tali baja diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Tali baja yang dirancang sebanyak 15 outer strand, digunakan


untuk tali baja yang tidak memiliki kecenderungan untuk rotasi
2. Tali baja yang dirancang sebanyak 10 outer strand, digunakan
untuk tali baja yang memiliki ketahanan yang signifikan terhadap
rotasi.
3. Tali baja yang dirancang sebanyak 9 outer strand, digunakan untuk
tali baja yang memiliki ketahanan yang terbatas terhadap rotasi.

2.2.1.4 Jenis-Jenis Tali Baja

Menurut standard ASTM A1023 2009 Table 10 yang menerangkan


tentang klasifikasi tali baja, jenis jenis tali baja yang umum digunakan adalah
:

Gambar 2. 11 Tali Baja tipe 6x7 SC

Sumber ASTM A1023 2009 Table 10 Classification fiber core


Gambar 2. 12 Tali Baja tipe 6x7 FC

Sumber : ASTM A1023 2009 Table 11 Classification fiber core

Gambar 2. 13 Tali Baja tipe 6x19 seale IWRC

Sumber : ASTM A1023 2009 Table 12 Classification fiber core

Gambar 2. 14 Tali baja tipe 6x25 filler wire IWRC

Sumber : ASTM A1023 2009 Table 12 Classification fiber core

Gambar 2. 15 Tali baja tipe 6x37 IWRC

Sumber : hcmaterial.com.my

2.2.1.5 Minimum Breaking Force


Menurut ASME B30.2-2011 Section 2-1.14.3 yang membahas tentang
rope, tali baja harus mendapatkan rekomendasi dari konstruksi crane. Total
beban (yaitu penjumlahan antara beban rata-rata ditambah dengan beban
block) dibagi dengan jumlah line tali baja tidak boleh melebihi 20% dari
minimum breaking force pada tali baja. Menurut ASME B30.30-2019 Section
30-1.4.3 yang membahas tentang Minimum Breaking Force, gaya putus tali
baja yang sebenarnya harus melebihi atau memenuhi minimum breaking force
yang mengacu pada standard ASTM A1023 atau yang sudah disediakan oleh
manufaktur tali baja.

Berikut dilampirkan tabel dari minimum breaking force pada tali baja
tipe IWRC dari PT. Asmarines.

Tabel 2. 1 Tabel tegangan putus maksimum tali baja PT Asmarines


Sumber : katalog PT. Asmarines

2.2.1.6 Perhitungan dan Pemilihan Diameter Tali Baja

Berdasarkan perencanaan beban sebesar 50 Ton, dipilih jenis tali baja


IWRC karena tali baja jenis IWRC terdiri dari wire yang terbuat dari kawat,
sehingga dinilai lebih kuat daripada tali baja jenis FC yang wire-nya terbuat
dari serat fiber yang berasal dari bahan alami.

Gambar 2. 16 Diameter tali baja

Sumber : ASTM A1023 2009

Gambar 2. 17 Pengukuran Diameter Tali Baja

Sumber : steelwirerope.org

Diameter tali baja dapat dihitung dengan rumus :

𝒅 = 𝟏, 𝟓 × 𝜹 × √𝒊
Dimana :

𝑑 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎 (𝑚𝑚)

𝛿 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑡 (𝑚𝑚)

𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎

Sumber : N. Rudenko, 1992 halaman 38

Diameter kawat diketahui dengan cara :

𝟒×𝑨
𝜹=√ (mm)
𝝅×𝒊

Dimana :

𝛿 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑚𝑚

𝐴 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎 (𝑚𝑚2 )

𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎

Sumber : Ir. Syamsir A. Muin, 1987 halaman 63

Luas penampang tali baja diketahui dengan cara :

𝑺
𝑨= (cm2)
𝝈𝒃 𝒅
×𝑬′
𝑲−𝑫𝒎𝒊𝒏

Dimana :

𝐴 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎

𝑆 = 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑙𝑖 (𝑘𝑔)

𝑘𝑔
𝜎𝑏 = 𝑈𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑡 ( )
𝑐𝑚2
𝐾 = 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟𝑠 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎

3
𝐸′ = 𝐸 = 𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
8

Sumber : Ir. Syamsir A. Muin, 1987 halaman 64

2.2.1.7 Menentukan jumlah lengkungan

Jumlah lengkungan dapat dipilih sesuai dengan gambar berikut ini :

Gambar 2. 18 Penentuan Lengkungan dari sistem puli pengangkatan

Sumber : N. Rudenko, 1992 Halaman 38

𝐷𝑚𝑖𝑛
Jumlah lengkungan pada tali baja ini mempunyai rasio sesuai dengan
𝑑

tabel berikut ini.

Tabel 2. 2 Penentuan jumlah rasio lengkungan


Sumber : N. Rudenko, 1992 halaman 38

2.2.1.8 Perhitungan gaya tarik yang terjadi pada Tali baja

𝜺
𝒁= (kg)
𝟏+𝜺

Dimana :

𝑍 = 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑇𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎

𝜀 = ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑙𝑙𝑒𝑦 (𝑁. 𝑅𝑢𝑑𝑒𝑛𝑘𝑜, 𝑇𝑎𝑏𝑒𝑙 8 𝐻𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 41)

Sumber : N. Rudenko, 1992, halaman 60

Tabel 2. 3 efisiensi puli


Sumber : N. Rudenko, 1992 Tabel 8 halaman 41

2.2.1.9 Perhitungan gaya tarik rencana pada tali baja

𝒁𝒓𝒆𝒏𝒄𝒂𝒏𝒂 = 𝒁 × 𝑺𝒇 (kg/cm2)

Dimana :

𝑍𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛

𝑍 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎 (𝑘𝑔)

𝑆𝑓 = 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟𝑠 (𝐴𝑆𝑀𝐸 𝐵30.2 − 2011 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 2 − 2.3.2 𝐿𝑜𝑎𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑡)

Sumber : N. Rudenko, 1992 halaman 39


Gambar 2. 19 Safety Factors tali baja

Sumber : ASME B30.2-2012 section 2-2.3.2 Load Test

2.2.1.10 Perhitungan Gaya Tarik yang diijinkan pada Tali baja

𝑷𝒃
𝑺= (kg/mm2)
𝑲

Dimana :

𝑆 = 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑗𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛

𝑃𝑏 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑡𝑢𝑠 𝑡𝑎𝑙𝑖 (𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎 𝑃𝑇. 𝐴𝑠𝑚𝑎𝑟𝑖𝑛𝑒𝑠)

𝐾 = 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑟𝑜𝑙𝑖

Sumber : N. Rudenko, 1992 halaman 40

Tabel 2. 4 Safety Factor Tali baja


Sumber : N. Rudenko, 1992 halaman 42

2.2.2 Drum tali baja

Menurut standard ASME B30.2-2011 yang membahas tentang pengertian


Hoisting Equipment, drum adalah mesin penggulung berbentuk silinder yang
berfungsi untuk menggulung dan mengulur tali baja / Wire rope pada saat proses
pengangkatan dan penurunan beban. Drum tali baja digerakkan oleh motor
penggerak drum yang dihubungkan dengan suatu transmisi yang terdapat didalam
gearbox. Drum terletak berdampingan dengan motor penggerak drum diatas trolley.
Material dari drum tali baja ini terbuat dari bahan besi tuang (Ir. Syamsir A. Muin,
1987)
Gambar 2. 20 Drum Tali Baja pada Rubber Tyred Gantry di Terminal Petikemas

Sumber : Report Life Assesment RTG PT Sucofindo (Persero)

Menurut ASME B30.30-2019 Section 30-1.7.3 yang membahas tentang drum,


terdapat dua persyaratan dalam perancangan drum, yaitu :

1. Drum harus tidak memiliki cacat pada permukaannya sehingga


menyebabkan kerusakan pada tali baja. Drum tali baja dirancang
mempunyai alur yang pas dengan tali baja yang digunakan.

2. Drum flange harus berukuran memanjang minimal ½ diameter tali baja


dan tidak kurang dari 0,5 in atau 13 mm diatas gulungan tali baja selama
beroperasi.
Pada permukaan silinder drum terdapat pola alur spiral yang bernama helical
groove, berguna sebagai tempat penyusunan gulungan tali baja agar merata dan
mengurangi pergesekan antar tali (Ir. Syamsir A. Muin, 1987). Menurut standard
ASME B30.30-2019 Section 30-1.7.3 yang membahas tentang drum, ukuran
standard groove harus 6% sampai 10% dari ukuran diameter tali baja. Ada dua pola
dalam groove, yaitu left handed drum dan right handed drum. Berikut adalah gambar
dari dua pola groove.
Gambar 2. 21 Groove atau alur drum

Sumber : N. Rudenko, 1992 halaman 74

Tabel 2. 5 Dimensi alur drum

Sumber : N. Rudenko, 1992 Tabel 17 halaman 74


Gambar 2. 22 Rekomendasi arah dari groove drum

Sumber : ASME B30.30-2019 Fig. 30-1.7.3-1

2.2.2.1 Menghitung diameter drum tali baja

Menurut buku N. Rudenko halaman 36, diameter drum dapat


dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

𝑫𝒎𝒊𝒏
= 𝟐𝟎
𝒅 mm
𝑫𝒎𝒊𝒏 = 𝟐𝟎 × 𝒅

Dimana :

𝐷𝑚𝑖𝑛 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎 (𝑚𝑚)

𝑑 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎 (𝑚𝑚)

Diameter drum yang diijinkan menurut buku N. Rudenko halaman 41:

𝑫 ≥ 𝒆𝟏 × 𝒆𝟐 × 𝒅 mm

Dimana :

𝑒1 = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑛


𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

𝑒2 = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑙𝑖

Tabel 2. 6 Harga minimum faktor yang diijinkan

Sumber : N. Rudenko, 1992 Tabel 9 halaman 42

Tabel 2. 7 Konstruksi tali

Sumber : N. Rudenko, 1992 Tabel 10 halaman 42


2.2.2.2 Diameter flange drum
Menurut N. Rudenko 1992 didalam bukunya halaman 74 dijelaskan
bahwa pada penggulungan majemuk, flange drum harus ditambahkan
sekurang-kurangnya satu diameter tali baja diatas lapisan tali terluar. Maka
diameter flange drum dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
𝑫𝒇𝒍𝒂𝒏𝒈𝒆 = 𝑫𝒎𝒊𝒏 + (𝟐 × 𝒅) mm

Dimana :
𝐷𝑚𝑖𝑛 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎 (𝑚𝑚)
𝑑 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎 (𝑚𝑚)

Sumber : N. Rudenko 1992 halaman 74

2.2.2.3 Menghitung ketebalan flange drum


Untuk mendapatkan ketebalan flange drum, digunakan persamaan
yang dikutip dari bahan ajar Elemen Mesin 2 Teknik Mesin UMM sebagai
berikut.
𝒕𝒇 = 𝟏, 𝟓 × 𝝎 + 𝑪 mm

Dimana :
𝜔 = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
𝐶 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑘𝑎𝑛𝑖𝑠
Sumber : Bahan ajar Elemen Mesin 2 Teknik Mesin UMM.
Tabel 2. 8 Tabel kelonggaran mekanis

Sumber : Bahan ajar Elemen Mesin 2 Teknik Mesin UMM

2.2.2.4 Menghitung jumlah lilitan pada drum tali baja


Menurut buku Ir. Syamsir A. Muin, 1987 halaman 81, jumlah lilitan
drum untuk satu tali suspensi dapat dihitung dengan persamaan :

𝑯×𝒊
𝒏= +𝟐 mm
𝝅×𝑫

Dimana :
𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛
𝐻 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 (𝑚𝑚)
𝑖 = 𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖
𝐷 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎 (𝑚𝑚)
2.2.2.5 Menghitung Panjang drum tali baja
Drum alur tunggal :

𝑯 ×𝒊
𝑳=( + 𝟕) × 𝒔 mm
𝝅 ×𝑫

Dimana :
𝐿 = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
𝑠 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 (𝑃𝑖𝑡𝑐ℎ)
𝐷 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
Sumber : Ir. Syamsir A.Muin, 1987 halaman 83
Drum alur ganda :

𝟐×𝑯×𝒊
𝑳=( + 𝟏𝟐) × 𝒔 + 𝒍𝟏 mm
𝝅×𝑫

Dimana :
𝑙1 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑙𝑢𝑟
𝐷 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
Sumber : N. Rudenko, 1992 halaman 75

2.2.2.6 Tebal dinding drum tali baja


Tebal drum tali baja bisa didapatkan dengan persamaan empiris :

𝝎 = 𝟎, 𝟎𝟐 × 𝑫 + (𝟎, 𝟔 𝒄𝒎 𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝟏, 𝟎 𝒄𝒎) (12)

Dimana :
𝐷 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
Sumber : Ir. Syamsir A. Muin, 1987 halaman 84

2.2.2.7 Menghitung diameter dalam drum tali baja


Diameter dalam drum tali baja dapat diperoleh dari persamaan
sebagai berikut.
𝑫𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 = 𝑫𝒎𝒊𝒏 − (𝟐 × 𝝎) mm

Dimana :
𝐷𝑚𝑖𝑛 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
𝜔 = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎

2.2.2.8 Pengujian tegangan drum


Pengujian tegangan drum bisa didapatkan dengan persamaan :

𝒁𝒓𝒆𝒏𝒄𝒂𝒏𝒂
𝝈𝒎𝒂𝒌𝒔 = mm
𝝎×𝒔

𝑍𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖


𝜔 = 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
𝑠 = 𝑎𝑙𝑢𝑟 𝑔𝑟𝑜𝑜𝑣𝑒 (𝑔𝑎𝑚𝑏𝑎𝑟 2.20)
Sumber : N. Rudenko, 1992 halaman 55

2.2.2.9 Menghitung Panjang alur spiral


𝒍 =𝒏 ×𝒔 (15)

Dimana :
𝑙 = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑙𝑢𝑟 𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑙
𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛
𝑠 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ (𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2.4)
sumber : Ir. Syamsir A. Muin, 1987 halaman 83

2.2.2.10 Motor Penggerak drum

Gambar 2. 23 Motor Induksi tiga phase

Sumber : vidiagram.mbreporter.it

Menurut spesifikasi RTG dari Liebherr, motor yang digunakan


sebagai penggerak drum menggunakan motor jenis AC tiga phase. Motor
jenis AC induksi adalah motor yang banyak digunakan di peralatan industri
yang menggunakan sistem kontrol pada pengoperasiannya. Menurut jurnal
karya dari Parekh 2003, motor AC memiliki keuntungan sehingga motor
jenis AC ini banyak digunakan di dunia industri. Kelebihan dari motor ini
adalah :
a. Memiliki desain yang sederhana.
b. Harga yang terjangkau.
c. Perawatan yang mudah.
d. Memiliki koneksi langsung ke sumber daya AC.

Menurut jurnal karya Parekh 2003 yang membahas tentang Basic


construction and operating principle, Motor AC induksi memiliki dua
komponen yaitu stator dan rotor.
1. Stator
Stator adalah suatu bagian yang tidak berputar pada motor AC
[12]. Stator terbuat dari beberapa lapisan tipis dari aluminium atau
besi cor (cast iron). Berikut adalah gambar dari stator.

Gambar 2. 24 Stator pada Motor AC

Sumber : [11] fig. 1

2. Rotor
Rotor adalah bagian yang berputar pada motor AC [12]. Rotor
terbuat dari beberapa lapisan tipis dari baja dengan memiliki bar
dengan jarak yang sama. Bar tersebut terbuat dari aluminium atau
tembaga. Bar ini dihubungan pada tiap ujungnya secara mekanis
dan elektrik dengan menggunakan ring.

Gambar 2. 25 Rotor Pada Squirrel Cage

Sumber : [11] fig. 2


2.2.3 Pulley

Menurut standard ASME B30.2-2011, Sheaves Pulley adalah roda atau katrol
beralur yang digunakan dengan Tali Baja berguna untuk mengubah arah dan titik
penerapan tarik gaya.

Sheave dikelompokkan menjadi dua yaitu Sheave Nonrunning dan Sheave


Running. Sheaves Nonrunning adalah sebuah sheave yang berguna untuk
menyetarakan tegangan pada tali yang berlawanan. Sedangkan Sheave Running
adalah sheave yang berputar saat Spreader sedang dalam proses pengangkatan dan
penurunan (ASME B30.2-2011).

2.2.3.1 Sistem Puli


Sistem puli adalah kumpulan dari beberapa puli bergerak dan puli tetap
(Ach. Muhib Zainuri, ST, MT, 2009). Menurut Ir. Syamsir A. Muin, 1987, ada
dua sistem yang dilakukan pada sistem puli, yaitu sistem yang menguntungkan
kecepatan dan sistem yang menguntungkan gaya. Pada sistem pertama banyak
terdapat pada pengangkat jenis hidrolik dan pneumatik, sedangkan sistem
kedua banyak terdapat pada pesawat angkat.
Menurut Ir. Syamsir A. Muin, 1987, terdapat 3 jenis sistem pada sistem
puli, yaitu :
a. Sistem puli dengan tali penarik dari arah puli tetap / Fixed Pulley
Adalah sistem yang terdiri dari gabungan puli bergerak dan puli
tetap. Berikut contoh transmisi tali pada sistem puli tetap.

Gambar 2. 26 Sistem Puli Tetap

Sumber : Ir. Syamsir A. Muin, 1987, Gambar 3.10


Sistem puli tetap juga diproduksi dengan konstruksi seperti gambar
berikut :

Gambar 2. 27 Konstruksi Sistem Puli Tetap

Sumber : Ir. Syamsir A. Muin, 1987, Gambar 3.11

Dari gambar tersebut disimpulkan bahwa untuk jumlah puli z


terdapat gantungan sejumlah z pula dengan tegangan tali masing-
masing S1,S2, hingga SZ. Dapat dikatakan angka transmisi i = Z. (Ir.
Syamsir A. Muin, 1987)

b. Sistem puli dengan tali penarik dari arah puli penggerak / Movable
Pulley
Menurut Ir. Syamsir A. Muin, 1987, Sistem puli penggerak
digambarkan seperti berikut :

Gambar 2. 28 Sistem Puli Penggerak


Sumber : Ir. Syamsir A. Muin, 1987, Gambar 3.13

Sistem puli penggerak juga diproduksi dengan konstruksi seperti


gambar berikut :

Gambar 2. 29 Konstruksi Sistem Puli Penggerak

Sumber : Ir. Syamsir A. Muin, 1987, Gambar 3.14

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah puli z terdapat


jumlah gantungan sebanyak z + 1 dengan tegangan masing-masing
𝑆1 , 𝑆2 , 𝑆3 … 𝑆𝑧 . Dapat dikatakan angka transmisi i = z + 1. (Ir. Syamsir A.
Muin, 1987)

c. Sistem puli ganda / Multiple Pulley System


Menurut Ach. Muhib Zainuri ST, MT, 2009, Sistem puli ganda
digunakan guna mengantisipasi terhadap kesalahan saat
pengoperasian pengangkatan yang mengaitkan beban langsung pada
ujung tali baja.
Menurut Ir. Syamsir A. Muin, 1987, terdapat tiga permasalahan
utama yang terdapat pada saat operasi pengangkatan. Yaitu :
a. Beban berayun disebabkan bagian-bagian tali baja
berada dalam satu bidang.
b. Besarnya diameter tali baja dan diameter puli
c. Bergeraknya beban yang diangkat dalam arah mendatar
disebabkan gulungan yang terjadi pada puli akan
bergerak sepanjang tali baja.

Berikut adalah beberapa contoh dari sistem puli ganda :

Gambar 2. 30 Sistem Puli Ganda 4 Suspensi

Sumber : Ach. Muhib Zainuri ST. MT, 2009. Gambar 3.12

Gambar 2.20 adalah sistem puli ganda yang didesain dari


gabungan simple pulley. Dimana tali baja digulung pada drum tali
baja dengan groove dari kiri ke kanan.
Sistem puli pada gambar ini memiliki 4 bagian suspensi yang
dirancang untuk mengangkat beban sampai dengan 25 ton, jumlah
transmisi i = 2, Panjang tali yang tergulung pada drum sebesar I = 2
× h. (h = tinggi angkat ), kecepatan tali c = 2 × v ( v = kecepatan
angkat), efisiensi sistem puli 𝜂 = 0,94. (Ach. Muhib Zainuri ST. MT,
2009).
Gambar 2. 31 Sistem Puli Ganda 6 bagian suspensi

Sumber : Ach. Muhib Zainuri ST. MT, 2009. Gambar 3.13

Gambar 2.21 adalah sistem puli ganda yang memiliki 6 bagian


suspensi. Jumlah transmisi i = 3, panjang tali yang tergulung pada
drum sebesar I = 3 × h, kecepatan tali c = 3 × v, efisiensi 𝜂 = 0,92.
(Ach. Muhib Zainuri ST. MT, 2009).

2.2.3.2 Menghitung Diameter Pulley


Diameter pulley bisa didapatkan dengan persamaan yang sama dengan
persamaan diameter drum tali baja sebagai berikut :

𝑫𝒑𝒖𝒍𝒍𝒆𝒚
= 𝟐𝟎
𝒅
mm
𝑫𝒑𝒖𝒍𝒍𝒆𝒚 = 𝟐𝟎 × 𝒅

Dimana :

𝐷𝑝𝑢𝑙𝑙𝑒𝑦 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑢𝑙𝑙𝑒𝑦

𝑑 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎

Diameter pulley yang diijinkan menurut buku N. Rudenko halaman 41:


𝑫 ≥ 𝒆𝟏 × 𝒆𝟐 × 𝒅 mm

Dimana :

𝑒1 = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑔𝑎𝑚𝑏𝑎𝑟 2.17)

𝑒2 = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑙𝑖

2.2.3.3. Kecepatan keliling


Menurut buku N. Rudenko 1992 halaman 60, kecepatan keliling
diperoleh dengan cara sebagai berikut.
𝒄= 𝟐×𝒗 mm

Dimana :
𝑣 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡

2.2.4 Mekanisme Pengangkatan

Dalam menggerakkan drum tali baja, motor menggunakan sistem


transmisi yang diletakkan didalam gear box.

Gambar 2. 32 Mekanisme Pengangkatan dengan Motor Listrik


Sumber : N. Rudenko gambar 176 halaman 233

Berikut beberapa persamaan dalam penentuan sistem transmisi yang


terdapat pada mekanisme pengangkatan menurut buku Ir. Syamsir A. Muin,
1987.

2.2.4.1 Besar putaran pada drum tali baja

𝝅×𝑫×𝒏𝒅𝒓𝒖𝒎
𝒗𝒅𝒓𝒖𝒎 = m/s
𝟔𝟎
Dimana :
𝑣𝑑𝑟𝑢𝑚 = 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
𝐷 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐷𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
𝑛𝑑𝑟𝑢𝑚 = 𝑃𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
Maka besar putaran yang terjadi pada drum tali baja diperoleh
dengan persamaan sebagai berikut.

𝟔𝟎 × 𝒗 Rpm
𝒏𝒅𝒓𝒖𝒎 =
𝝅×𝑫

Dimana :
𝑣 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
𝑑 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
Sumber : Ir. Syamsir A. Muin, 1987 halaman 132

2.2.4.2 Kecepatan tali pada drum tali baja


Kecepatan tali pada drum tali baja perlu diketahui
untuk berapa kecepatan tali baja pada drum pada saat
penggulungan dan penguluran. Menurut buku Ir. Syamsir
A. Muin 1987 halaman 133, kecepatan tali pada drum tali
baja didapatkan dengan cara sebagai berikut.
𝒗𝒅𝒓𝒖𝒎 = 𝒗 × 𝒛 m/s
Dimana :
𝑣 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡
𝑧 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑙𝑙𝑒𝑦 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑑𝑟𝑢𝑚

2.2.4.3 Daya motor penggerak


Sebelum mendapatkan daya motor, perlu dihitung
besarnya torsi yang terjadi pada drum dengan persamaan
seperti berikut.

𝑻 = 𝟐 × (𝒁 × 𝒓𝒅𝒓𝒖𝒎 ) mm

Dimana :
𝑍 = 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎
𝑟𝑑𝑟𝑢𝑚 = 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑟𝑢𝑚 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑎𝑗𝑎

Setelah mendapatkan torsi yang terjadi pada drum tali baja, maka
diperoleh daya pengangkatan drum sebesar :

𝒏𝒅𝒓𝒖𝒎 × 𝑻
𝑵𝒅𝒓𝒖𝒎 = HP
𝟕𝟏𝟔, 𝟐

Dimana :
𝑛𝑑𝑟𝑢𝑚 = 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑟𝑢𝑚
𝑇 = 𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑑𝑟𝑢𝑚

Maka setelah mendapatkan daya pengangkatan drum,


kemudian mencari daya motor dengan menggunakan persamaan
seperti berikut.

𝑵𝒅𝒓𝒖𝒎 HP
𝑵𝒎𝒐𝒕𝒐𝒓 =
𝜼𝒃𝒆𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈 × 𝜼𝒓𝒐𝒅𝒂 𝒈𝒊𝒈𝒊

Dimana :
𝑁𝑑𝑟𝑢𝑚 = 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑟𝑢𝑚
𝜂𝑏𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 = 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 (0,95)
𝜂𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑔𝑖𝑔𝑖 = 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑔𝑖𝑔𝑖 (0,95)

2.2.4.4 Angka transmisi

𝒏𝒎𝒐𝒕𝒐𝒓
𝒊= (20)
𝒏𝒅𝒓𝒖𝒎

Dimana :
𝑖 = 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = 𝑃𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
𝑛𝑑𝑟𝑢𝑚 = 𝑃𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑟𝑢𝑚
Sumber : Ir. Syamsir A. Muin, 1987 halaman 133

2.2.5 Transmisi roda gigi dari motor ke drum

Dalam menggerakkan drum pada proses pengangkatan, daya putaran


yang dihasilkan oleh motor penggerak direduksi oleh transmisi roda gigi yang
terdapat didalam gearbox. Dilgunakannya transmisi dari motor penggerak ke
drum pengangkat dikarenakan putaran yang dihasilkan motor penggerak terlalu
besar jika tidak direduksi terlebih dahulu.
Transmisi ini menggunakan transmisi roda gigi dikarenakan untuk
mentransmisikan daya yang besar dan putaran yang tepat tidak bisa jika
menggunakan roda gesek. Oleh karena itu, kedua roda transmisi tersebut
dirancang dengan bergerigi pada sekeliling roda sehingga transfer daya terjadi
pada gigi-gigi masing-masing roda yang saling bertemu. Roda ini berbentuk
kerucut atau silinder. Karena roda ini memiliki gigi pada sekeliling
permukaannya, roda ini disebut juga dengan roda gigi (Sularso, 1978).
Keunggulan yang didapatkan jika menggunakan transmisi roda gigi
dibanding dengan menggunakan transmisi sabuk dan rantai, karena transmisi
ini lebih sederhana dan menghasilkan daya yang lebih besar dan putaran yang
lebih tinggi (Sularso, 1978)
2.2.5.1 Klasifikasi Roda gigi
Roda gigi diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 2. 33 Klasifikasi roda gigi

Sumber : (Sularso, 1978) gbr 6.1

a. Roda gigi lurus


b. Roda gigi miring
c. Roda gigi miring ganda
d. Roda gigi dalam
e. Pinyon dan batang gigi
f. Roda gigi kerucut lurus
g. Roda gigi kerucut spiral
h. Roda gigi permukaan
i. Roda gigi miring silang
j. Roda gigi cacing silindris
k. Roda gigi cacing globoid
l. Roda gigi cacing hipoid
Roda gigi yang dipilih pada perancangan transmisi roda gigi ini
adalah roda gigi jenis roda gigi lurus.
Gambar 2. 34 bagian dari roda gigi

Sumber : (Sularso, 1978) Gbr. 6.2

2.2.5.2. Nomenklatur roda gigi


Menurut buku Sularso, 1987 yang membahas tentang roda gigi,
nama-nama bagian dari roda gigi beserta rumus perhitungan transmisi
roda gigi sebagai berikut :
1. Diameter lingkaran jarak bagi

𝟐×𝒂 mm
𝒅=
𝟏+𝒊
Dimana :
𝑎 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠
𝑖 = 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Sumber : Sularso, 1978 halaman 216

2. Modul
Modul adalah ukuran praktis dari besarnya jarak bagi lingkar.
Penggunaan modul dilakukan guna menyederhanakan bilangan
jarak bagi lingkar yang selalu mengandung faktor 𝜋. Modul sudah
tersedia dengan tabel yang berkaitan dengan rpm motor di buku
Sularso, 1978 halaman 245.
3. Jumlah gigi
𝒅 mm
𝒛=
𝒎
Dimana :
𝑑 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑔𝑖
𝑚 = 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
Sumber : Sularso 1978 halaman 216

4. Kelonggaran
𝑪𝒌 = 𝟎, 𝟐𝟓 × 𝒎 mm

Dimana :
𝑚 = 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
Sumber : Sularso 1978 halaman 219

5. Diameter kepala
𝑫𝒌 = (𝒛 + 𝟐) × 𝒎 mm

Dimana :
𝑧 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑖𝑔𝑖
𝑚 = 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
Sumber : Sularso 1978 halaman 216
6. Diameter kaki
𝑫𝒇 = (𝒛 − 𝟐) × 𝒎 mm

Dimana :
𝑧 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑖𝑔𝑖
𝑚 = 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
Sumber : Sularso 1978 halaman 248

7. Tinggi gigi
𝑯 = 𝟐 × 𝒎 + 𝑪𝒌 mm

Dimana :
𝑚 = 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
𝐶𝑘 = 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛
Sumber : Sularso, 1978 halaman 219

8. Kecepatan keliling
𝝅 × 𝑫𝒑 × 𝒏𝒎𝒐𝒕𝒐𝒓 mm
𝒗=
𝟔𝟎 × 𝟏𝟎𝟎
Dimana :
𝑣 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
𝐷𝑝 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑃𝑖𝑡𝑐ℎ
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠/𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 (𝑟𝑝𝑚)
Sumber : Sularso, 1987

9. Gaya tangensial

𝟏𝟎𝟐 × 𝑷 kg
𝑭𝒕 =
𝒗
Dimana :
𝑃 = 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛
𝑣 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
Sumber : Sularso 1978 halaman 238
10. Faktor dinamis
Kecepatan rendah (𝑣 = 0,5 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 10 𝑚/𝑠 )

𝟑
𝒇𝒗 =
𝟑+𝒗

Kecepatan sedang (𝑣 = 5 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 20 𝑚/𝑠)

𝟔
𝒇𝒗 =
𝟔+𝒗
Kecepatan cepat (𝑣 = 20 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 50 𝑚/𝑠)
𝟓, 𝟓
𝒇𝒗 =
𝟓, 𝟓 + 𝒗
Dimana :
𝑣 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
Sumber : Sularso 1978 halaman 240

11. Tebal gigi


𝝅 ×𝒎 mm
𝒉=
𝟐
Dimana :
𝑚 = 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
Sumber : Sularso 1978 halaman 215

12. Lebar gear

Gambar 2. 35 Lebar gigi

Sumber : Sularso, 1978 halaman 239

Lebar gear dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut.

𝑭𝒕 × 𝒍
𝝈𝒃 = mm
𝒉𝟐
𝒃× 𝟔
𝟔 × 𝑭𝒕 × 𝒍
𝒃=
𝝈𝒃 × 𝒉𝟐

Dimana :

𝐹𝑡 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙

𝑙 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑔𝑖𝑔𝑖

𝜎𝑏 = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟 𝑖𝑗𝑖𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑔𝑒𝑎𝑟

Sumber : Sularso 1978 halaman 239

13. Berat gear


𝑸 = 𝟎, 𝟏𝟏𝟖 × 𝒛 × 𝒃 × 𝒎𝟐 kg

Dimana :
𝑧 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑖𝑔𝑖
𝑏 = 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑔𝑒𝑎𝑟 (𝑐𝑚)
𝑚 = 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
Sumber : Bahan ajar Elemen Mesin 2 Teknik Mesin UMM

Gambar 2. 36 Nomenklatur dari roda gigi

Sumber : [13]
2.2.6 Spreader

Spreader adalah jenis pengait yang digunakan pada proses pengangkatan


kontainer di pelabuhan terminal petikemas. Pengait ini terletak dibawah
konstruksi trolley yang berbentuk pengait atau penjepit berbentuk persegi
panjang dengan sensor elektromagnetik [14].
Berikut adalah gambar dari sistem pengangkatan pada Rubber Tyred
Gantry yang terdiri dari Trolley dan Spreader :

Gambar 2. 37 Sistem Pengangkatan yang terdiri dari Trolley dan Spreader

Sumber : [14] Fig. 1

2.2.4.1 Komponen pada Spreader

Menurut jurnal karya Suryadi, Ma’ruf, and Siswanto 2018 yang


membahas tentang komponen dari spreader, spreader terdiri dari :

FLIPPER

TWIST

LOCK

TELESCOPIC
BEAM

Gambar 2. 38 Komponen Spreader


Sumber : Brosur Spreader milik BROMMA

a) Flipper
Alat ini berfungsi sebagai penempatan posisi letak spreader supaya
tepat dengan kontainer yang akan diangkat. Jumlah flipper ini berjumlah
sebanyak empat buah yang terletak disetiap sudut spreader, digerakkan
dengan gerakan naik-turun dengan flipper switch melalui operator pada
ruang kendali.

Gambar 2. 39 Flipper pada Spreader

Sumber : brosur spreader milik BROMMA

b) Skewing switch

Alat ini berfungsi sebagai pengatur kemiringan spreader pada saat


operasional.

c) Twist lock
Alat ini berfungsi sebagai pengunci spreader terhadap kontainer agar
aman pada saat pengangkatan. Twist lock ini berjumlah sebanyak empat
buah yang terletak disetiap sudut spreader yang menghadap kontainer.
Gambar 2. 40 Twist lock pada spreader

Sumber : Brosur spreader milik ELME

d) Selection of telescopic beam


Alat ini berfungsi sebagai alat pemanjang dan pemendek dari beam
spreader yang menyesuaikan dengan ukuran kontainer sebesar 20 ft, 40
ft, atau 45 ft sehingga pengunci / twist lock dan flipper tepat dengan
kontainer.

Gambar 2. 41 Telescopic beam pada spreader

Sumber : Brosur spreader milik BROMMA

Anda mungkin juga menyukai