Anda di halaman 1dari 35

RESUME

DESAIN MANUAL BELT CONVEYOR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Transportasi Bawah Tanah,
Semester VII, Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung

Disusun Oleh :
Mohamad Zaidan Idris
100.701.16.106
Kelas B

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1441 H / 2019 M
RESUME
DESAIN MANUAL BELT CONVEYOR

1. KATA PENGANTAR
Sistem belt conveyor adalah alat transportasi material yang paling nyaman
dan ekonomis dalam jumlah besar. Karena, belt conveyor sendiri membutuhkan
15-50% dari total biaya belt coneyor itu sendiri, perhatian besar harus diberikan
pada desain dan pemilihan belt conveyor, sehingga akan sangat cocok untuk
digunakan dan menjadi lebih ekonomis, seperti dalam pengoperasiaannya.
Apabila terjadi penekanan secara berlebih untuk langkah-langkah keselamatan,
conveyor ini tidak akan hanya naik biaya, namun juga akan gagal dalam
membenarkan biaya yang lebih tinggi dalam hal kinerja.
Oleh karena itu, yang paling penting adalah desain dan pemilihan
pengaturan belt yang cocok untuk dipelajari dan diteliti dari setiap sudutnya.
Pada dasarnya untuk mencapai desain yang ideal yaitu dengan cara mengetahui
secara menyeluruh mengenai desain dari belt conveyor itu sendiri.

1.1 Tipikal pengaturan belt conveyor


Untuk lebih jelasnya mengenai tipikal pengaturan dari belt conveyor dapat
ditinjau pada (Gambar 1), seperti dibawah ini :

Gambar 1
Struktur Pendukung Dirancang Agar Sesuai Dengan Elemen Normal Belt Conveyor

1.2 Pengaturan Drive


Pada umumnya untuk pengaturan drive terbagi menjadi 7 bagian,
diantaranya :

1
a. Drive tunggal
Drive tunggal (ɵ = 180°), (tanpa menggunakan snub pulley). Agar lebih
jelas dapat dilihat pada (Gambar 2).

Gambar 2
Drive Tunggal

b. Drive tunggal dengan snub pulley


Snub pulley digunakan untuk memperbesar sudut yang ditinjau (ɵ = 190° -
240°). Agar lebih jelas dapat dilihat pada (Gambar 3).

Gambar 3
Drive Tunggal Dengan Snub Pulley

c. Drive tunggal jenis tandem


Meskipun dua katrol digunakan, tetapi hanya satu yang bertindak sebagai
katrol drive (ɵ = 190° - 240°). Agar lebih jelas dapat dilihat pada (Gambar
4).

Gambar 4
Drive Tunggal Jenis Tandem
d. Tandem drive
Dari dua katrol drive yang ditempatkan berdekatan satu sama lain, namun
hanya satu drive yang secara langsung menjadi porosnya. Poros katrol

2
3

digerakkan dengan rantai dan v belt. (ɵ = 360° - 420°). Agar lebih jelas
dapat dilihat pada (Gambar 5).

Gambar 5
Tandem Drive
e. Dual drive
Pada sistem ini digunakan dua katrol drive, masing-masing digerakkan
dengan menggunakan motor yang terpisah. Agar lebih jelas dapat dilihat
pada (Gambar 6).

Gambar 6
Dual Drive
f. Multipel drive
Dimungkinkan untuk menggerakkan belt conveyor lebih dari satu tempat
sepanjang-panjangnya. Dua atau lebih katrol, masing-masing digerakkan
oleh motor yang terpisah. Pengaturan ini adalah kabel yang paling aplikatif
untuk jarak jauh dan pengangkutan volume karena mengurangi conveyor
pada tegangan maksimum dan menyelamatkan motor dari tenaga yang
berlebihan. Agar lebih jelas dapat dilihat pada (Gambar 7).
4

Gambar 7
Multipel Drive

1.3 Sistem pengambilan sabuk


Dalam sistem pengambilan sabuk terbagi menjadi beberapa bagian,
diantaranya :
a. Screw type

Gambar 8
Screw Type
b. Vertical gravity type

Gambar 9
Vertical Gravity Type
5

c. Horizontal gravity type

Gambar 10
Horizontal Gravity Type
d. Power system type

Gambar 11
Power System Type

1.4 Lembar analisis belt conveyor dan belt conveyor record


Berikut ini merupakan lembar analisis dari belt conveyor dan belt conveyor
record, ditinjau pada (Gambar 12).
6

Gambar 12
Lembar Analisis Belt Conveyor dan Belt Conveyor Record

1.5 Ukuran material dan lebar belt minimum


Lebar dari belt conveyor bervariasi sesuai dengan kapasitas transportasi
conveyor serta ukuran bahan yang akan dipindahkan. Ini berarti bahwa jika
ukuran gumpalan material yang akan diangkut besar, lebar belt harus
proposional lebih luas, dan sebaliknya. Tabel menunjukkan lebar minimum belt
untuk ukuran material tertentu yang akan diangkut. Kolom (A) menunjukan
tumpukan berukuran hampir seragam dan kolom (B) menunjukan tumpukan
dengan ukuran campuran. Dalam belt (B) lebar telah dihitung dengan asumsi
bahwa ukuran tumpukan maksimum tidak lebih dari 10% dari keseluruhan. Untuk
lebih jelasnya lagi ditinjau pada (Tabel 1).
7

Tabel 1
Ukuran Bahan Transportasi dan Lebar Belt Minimum

1.6 Sudut kemiringan atau kemunduran belt conveyor


Sudut kemiringan atau sudut kemunduran diatur oleh karakteristik dan
bentuk material yang akan dipindahkan. Sebagai contoh, kemiringan yang relatif
curam dapat dengan aman diadopsi untuk mengangkut granular dan material
stabil lainnya, sedangkan kemiringan yang lebih lembut lebih disukai untuk
mengangkut material yang tidak stabil seperti batubara. Sudut maksimum
diperbolehkan dari kemiringan atau kemunduran untuk mengangkut bahan
dengan karakteristik dan bentuk berbeda pada belt conveyor ditinjau pada
(Tabel 2). Perhatikan poin-poin dibawah ini :
a. Ketika penimbang digunakan, lebih disukai untuk sudut
kemiringan/penurunan untuk dibatasi hingga kurang dari 18 terlepas dari
angka yang diberikan pada (Tabel 2).
b. Ketika kondisi dilokasi pemasangan atau faktor lainnya membuatnya tidak
mungkin untuk tetap berada dalam nilai sudut kemiringan
maksimum/penurunan yang diijinkan.
c. Nilai sudut kemiringan/penurunan yang diberikan pada (Tabel 2) berlaku
untuk operasi dalam kondisi dimana permukaan belt dipertahankan dalam
8

kondisi yang relatif bersih. Jika permukaan basah atau kotor, sudut
kemiringan/penurunan harus dikurangi 2-5° dari nilai yang diberikan.
Tabel 2
Sudut Kemiringan atau Penurunan Belt Conveyor

1.7 Kecepatan Belt


Kecepatan belt dibatasi tidak hanya oleh kapasitas transport conveyor,
tetapi juga oleh lebar belt dan karakteristik bahan yang dibawa. Paling ekonomis
menggunakan belt sempit pada kecepatan tinggi, tetapi umumnya lebih mudah
untuk mengoperasikan lebar belt pada kecepatan tinggi daripada lebar belt yang
sempit.

2. KAPASITAS ANGKUT
Kapasitas transportasi belt conveyor per unit waktu diatur oleh kecepatan
belt, jenis sudut kemiringan/penurunan, karakteristik dan bentuk bahan yang
9

akan diangkut, dan lain-lain. Tetapi untuk keperluan umum kapasitas dapat
dihitung dengan rumus yang diberikan seperti dibawah ini :

2.1 Rumus perhitungan


Berikut ini merupakan rumus persamaan yang digunakan menghitung
kapasitas, yaitu :
Qt = 60. A.v.y.s
Keterangan :
Qt = Kapasitas pengangkutan (ton/jam)
A = Area penampang beban (m2)
V = Kecepatan belt (m/mnt)
y = Gravitasi bahan tertentu yang tampak (ton/m2)
s = Cukup efisien dengan sudut kemiringan/penurunan.

2.2 Luas lintas sectional dari beban “A”


Luas penampang bebas adalah seperti yang ditunjukkan pada diagram
dibawah ini. Biasanya dihitung dari bagian atas bebas, yang disebut “busur”, dan
bagian dasar disebut “trapesium”, tetapi karena sistem perhitungan ini sangat
rumit, formula yang lebih sederhanan diberikan disini.
A = K (0.9B – 0.05)2
Keterangan :
A = Luas penampang (m2)
K = Koefisien luas penampang (m/mnt)
B = Lebar belt (m)

Gambar 13
Diagrams
10

2.3 Sudut surcharge material


Sudut surcharge berarti sudut material yang akan diangkut saat berada
dalam posisi istirahat. Secara umum, sudut biaya tambahan material selama
pengangkutan kurang dari saat berada dalam kondisi yang tidak stabil.

2.4 Gravitasi spesifik material yang jelas “Y”


Gravitasi spesifik yang tampak dari setiap material adalah beratnya per
satuan volume, termasuk ruang diantara gumpalan individual material yang
diangkut. Perhatikan bahwa gravitasi spesifik jelas berbeda dari gravitasi spesifik
aktual material. Gravitasi spesifik nyata “Y”.

2.5 Koefisien dengan sudut kemiringan/tolak “S”


Kapasitas transportasi bervariasi dalam kaitannya dengan sudut
kemiringan/penurunan. Semakin curam lereng, semakin sedikit jumlah material
yang bisa diangkut.

2.6 Hasil perhitungan untuk Cross-Section Area beban “A” dan


kapasitas transportasi “QT”
a. Luas penambang beban
Catatan : Untuk belt pada pembawa 3-roller dan dengan sudut tambahan
20.
b. Kapasitas pengangkutan
Catatan :
 Gravitasi spesifik nyata = 1,0 ton/m3
 Pembawa 3 roller
 Kecepatan belt 100m/mnt
 Kemiringan/kemiringan sudut = 0°.

3. PERHITUNGAN KEKUATAN MENGEMUDI BELT CONVEYOR


Daya gandar yang diperlukan untuk menggerakan belt conveyor “P”
dihitung sesuai dengan rumus berikut :
11

3.1 Formula perhitungan


P = P1 + P2 + P3 + P4
f ( l+lo ) W-v
P1 =
6,120
f ( l+lo ) Qt f ( l+lo ) Wm.v
P2 = =
367 6,120
H x Qt H x Wm x v
P3 = =
367 6,120
Keterangan :
P = Kekuatan poros yang dihitung dari katrol penggerak (kw)
P1 = Daya poros tanpa beban horizontal (kw)
P2 = Kekuatan poros horizontal dibawah beban (kw)
P3 = Kekuatan poros vertikal dibawah beban (kw)
Pt = Daya dorong tripper atau stacker (kw)
F = Koefisien gesekan
W = Berat bagian yang bergerak selain dari bahan yang diangkut
(kg/m)
Wm = Berat material per meter dimuat pada konveyor (kg/m)
V = Kecepatan belt (m/mnt)
H = Lift (termasuk naiknya tinggi tripper) (m)
L = Panjang horizontal konveyor (m)
Lo = Panjang konveyor horizontal yang disesuaikan (m)
Qt = Kapasitas transportasi (ton/hr).
Rumus perhitungan formula :
Wc Wr
W = + + 2W1
lc lr
H = l x tanα
Qt
Wm =
0,06 x v
Keterangan :
W1 = Berat sabuk per meter (kg/m)
Wc = Berat bagian yang berputar dari satu set rol pengangkut (kg)
Wr = Berat bagian yang berputar dari satu set rol yang kembali (kg)
lc = Rol pembawa (m)
12

lr = Pitch of return roller (m)


α = kemiringan sudut konveyor miring (°)

3.2 Data Tambahan


3.2.1 Koefisien gesekan idler “panjang konveyor horizontal yang
disesuaikan “lo”
Factor “f” and “lo” terkait satu sama lain dan nilai standart diberikan
dibawah ini pada (Tabel 3).
Tabel 3
Koefisien Gesekan Idler & Panjang Horisontal Konveyor Yang Disesuaikan

3.2.2 Kekuatan mengemudi Tripper “Pt”


Tripper dapat stasioner (tetap) atau dapat dipangkas, dan nilai standart
yang diterima untuk daya penggerak tripper “Pt” diberikan pada (Tabel 4).
Namun, harus dicatat bahwa daya angkat tripper tidak termasuk dalam nilai yang
diberikan.
Tabel 4
Tripper Driving Power “Pt”
13

3.2.3 Berat bagian bergerak selain bahan transportasi “W”


Saat merancang konveyor, nilai-nilai yang diberikan dalam (Tabel 5),
umumnya digunakan untuk memperoleh berat bagian bergerak selain bahan
yang diangkut “W” ketika diperlukan nilai yang lebih akurat.
Tabel 5
Berat Bagian Bergerak Selain Bahan Trasnportasi “W”

3.2.4 Berat bagian berputar dari pengangkut “Wc”dan rol pengembalian


“Wr”
14

Nilai standart untuk berat bagian yang berotasi dari satu set carrier dan rol
ulang ditinjau pada (Tabel 6).

Tabel 6
Bobot Rotasi Bagian Carrier dan Rol Return “Wr”

Catatan :
a. Untuk rol baja saja.
b. Bobot yang diberikan adalah bobot rata-rata dan ini dapat bervariasi.
Bobot aktual yang diberikan dalam katalog pabrikan atau data teknis
harus digunakan dalam perhitungan desain akhir.
3.2.5 Pitch of carrier “lc” dan Return idler “lr”
Nilai-nilai yang diberikan pada (Tabel 7) untuk pitch carrier dan return idler
diterima sebagai standar.
Tabel 7
Pitch Of Carrier “lc” dan Return Idler “lr”
15

3.2.6 Berat belt standart “W1”


Nilai-nilai yang diberikan pada (Tabel 8) umumnya digunakan untuk bobot
belt. Untuk belt dengan ketebalan lain, tambahkan atau kurangi dari nilai berat
yang ditentukan.
Tabel 8
Berat Belt Standart “W1”

4. PERHITUNGAN TEGANGAN BELT


4.1 Konveyor secara umum
16

Pada umumnya konveyor secara umum terbagi menjadi 7 bagian,


diantaranya :
1. Tegangan efektif (Fp)
2. Tegangan sisi-ketat “F1” dan tegangan sisi-kendur “F2”
3. Tegangan karena kemiringan “F3 dan F3”
4. Tegangan minimum (F4c & F4r)
5. Tegangan maksimum (Fmax)
6. Data tambahan :
a. Sudut belt (ɵ)
b. Koefisien gesekan (u)
c. Faktor penggerak
7. Kekuatan dan tegangan poros

4.2 Rumus perhitungan untuk multi-pulley drive (drive tunggal)


Ketika perhitungan untuk perancangan belt standart dibuat menggunakan
rumus yang disediakan sejauh ini, ada kecenderungan tegangan maksimum atau
kapasitas motorik (dalam beberapa kasus). Saat merancang belt untuk jarak jauh
dan kapasitas besar, jawaban untuk masalah ini terletak pada sistem banyak
drive. Untuk parameter meninjau pada (Gambar 14).
Rumus untuk sistem dua drive tunggal adalah sebagai berikut :

Gambar 14
Parameter Multi-pulley Drive

Wc
Fc = f (l + lo) (W1 + + Wm) + h (W1 + Wm)
lc
Wr
Fr = f (l + lo) (W1 + + Wm) – h.W1
lr
Fl = Fc + Fr = Fp1 + Fp2
17

Catatan :
Untuk konveyor kemiringan lereng, balikkan faktor plus dan minus (h)
diatas, gantikan dengan (h), (W1 + Wm) dan + (h.W1), masing-masing.
Didalam perhitungan untuk multi-pulley drive (drive tunggal) terdapat
parameter-parameter yang penting untuk diketahui, diantaranya :
1. Distribusi teoritis dari tegangan efektif.
2. Distribusi tegangan efektif antar motor.
3. Perbandingan antara metode teoritis dan metode distribusi.

4.3 Diagram distribusi tegangan pada belt


Pemahaman tentang tegangan yang dikenakan pada belt dapat paling
balik dicapai melalui penggunaan diagram distribusi tegangan. Diagram dibawah
ini (Gambar 15) menunjukkan tegangan yang berasal dari setiap bagian
kemiringan konveyor yang umum.

Gambar 15
Diagram Distribusi Tegangan Pada Belt

Fp = Fc + Fr
F1 = Fp + F2 or Fp + F3 + F4
1
F2 = Fp or F3 + F4
e.l
F3 = W1 x h x Fr
F4 = F4C or F4r
18

Dimana :
Fp = Tegangan efektif (kg)
Fe = Tegangan pada carrier idler side (kg)
Fr = Tegangan pada return idler side (kg)
F1 = Tegangan sisi ketat (kg)
F2 = Tegangan sisi kendur (kg)
F3 = Tegangan kemiringan belt (kg)
F4 = Tegangan minimum (kg)
Selain itu, didalam distribusi tegangan pada belt, terdapat parameter-
parameter yang penting untuk diketahui, diantaranya :
1. Konveyor horisontal
2. Kemiringan menanjak pada konveyor
3. Konveyor lereng menurun
a. Saat pengereman tidak diperlukan (Fp > 0)
b. Saat pengereman diperlukan (Fp > 0).

4.4 Konveyor Darat


4.4.1 Prosedur perhitungan
Ketika ada bagian menanjak dan menurun dalam satu rentang konveyor,
hitung tegangan belt dengan cara berikut :
1. Prosedur 1
Hitung R1, R2, R3, dan R4 untuk setiap bagian (Hitung R1 dan R4, disisi
pembawa dan sisi balik).
2. Prosedur 2
Hitung R5, R6, R7, R8, R9, dan R10 sesuai dengan kondisi dari beban yang
ditinjau.
3. Prosedur 3
a. Tegangan efektif (Fp) terjadi pada kondisi dibawah beban ketika nilai
total (R7), disetiap tabel mencapai maksimum. Nilai tertinggi (R7)
sama dengan (Fpmax).
b. Nilai tentatif untuk tegangan maksimum (Fmax) terjadi pada (R 10)
disetiap tabel. Namun dalam hal ini, perhitungan hanya berlaku untuk
tail drive. Tegangan maksimum sebenarnya diperoleh dengan
19

mempertimbangkan tegangan sisi kendur (R2) dan tegangan efektif


(Fp).
c. Ketika sistem drive selain tail drive diadopsi, perlu untuk menghitung
(Fpmax) melalui penggunaan tabel yang menunjukkan tegangan
maksimum tentatif. Tegangan maksimum sebenarnya dapat dihitung
dengan cara berikut : hitung (Fp2) dari masing-masing bagian drive
untuk memenuhi (R4). Dan untuk mengakumulasikan nilai (R7)
disetiap bagian.
4.4.2 Contoh perhitungan dengan media komputer
Berikut ini merupakan perhitungan konveyor dengan menggunakan media
komputer, untuk lebih jelasnya lagi ditinjau pada (Gambar 16).

Gambar 16
Layout Konveyor

4.5 Akselerasi Tegangan dan Akselerasi Waktu


Tegangan yang diperlukan untuk memulai konveyor dalam posisi diam
kira-kira 135% dari tegangan berjalan maksimum dibawah beban. Rumus berikut
ini harus digunakan dalam menyesuaikan waktu akselerasi (t) sehingga total
tegangan saat mulai adalah 135% dari tegangan maksimum berjalan dibawah
beban (Fmax).
v (l + lo) (W + Wm)
FA = (kg)
588 t
Didalam akselerasi tegangan dan akselerasi waktu terdapat beberapa
parameter-parameter yang penting untuk diketahui, diantaranya :
1. Konveyor horisontal
2. Konveyor menanjak
3. Konveyor menurun
20

4.6 Tegangan Pengereman dan Waktu Pengereman


Didalam tegangan pengereman dan waktu pengereman terdapat
beberapa parameter-parameter yang penting untuk diketahui, diantaranya :
1. Waktu pengereman
2. Penentuan kapasitas pengereman
a. Kapan Fp > 0
b. Kapan Fp <0
3. Konveyor menurun

4.7 Resistensi Tambahan


Didalam resistensi tambahan terdapat beberapa parameter-parameter
yang penting untuk diketahui, diantaranya :
1. Pull-out resistensi dari Hopper
Ketika ada kebutuhan untuk mempertimbangkan resistensi dari hopper
(seperti dalam kasus belt pengumpan), rumus yang digunakan sebagai
berikut :
1000
Fh = xu–b–c–h–t
3
Dimana :
Fh = Pull-out resistensi dari hopper (kg)
u = Koefisien gesekan antara bahan transportasi
b = Lebar dasar hopper (m)
c = Panjang dasar hopper (m)
t = Gravitasi spesifik material yang akan diangkut (ton/m3)
h = Ketinggian dari hopper (m)
Catatan :
H < 3b
2. Resistensi gesekan papan
Ketika skirt disediakan sepanjang belt konveyor, resistensi gesekan dari
papan skirt harus diperbolehkan.

4.8 Desain Of Bucket Elevator Belt


21

Untuk mendesain bucket elevator belt terdapat beberapa parameter-


parameter yang penting untuk diketahui, diantaranya :
1. Rumus perhitungan untuk volume transportasi
2. Perhitungan tegangan belt maksimum
3. Tambahan data
a. Penyesuaian angkat karena gaya scooping “ho”
b. Koefisien drive
c. Efisiensi pemuatan bucket

5. PENENTUAN SPESIFIKASI BELT


5.1 Perhitungan Kekuatan Tarik Karkas
Kekuatan tarik karkas sabuk dihitung dari tegangan maksimum (Fmax) :
1. Steel Cord Belt
2. Fabric Conveyor Belt
5.2 Pemilihan Karkas Multi-lapis
Ketebalan penuh sabuk Fmax SFz F TS Hasil perhitungan kekuatan
karkas (ST-NO) atau kekuatan tarik kain (F-TS atau TS) digunakan untuk
memilih dari kekuatan karkas standar Bridgestone pada (Tabel 9) di bawah.

Tabel 9
Pemilihan Karkas Multi lapis
22

5.2.1 Peringkat Ketegangan


Peringkat tegangan adalah tegangan operasi maksimum yang diijinkan
(atau tegangan kerja) belt. Ini dinyatakan sebagai beban (kg) per satu sentimeter
lebar pada ketebalan penuh (kg / cm-w), atau sebagai beban (kg) per 1
sentimeter dari satu lapis (kg / cm-lapis). Secara internasional, Kilo Newton
standar per meter (kN / m) digunakan.
5.2.2 Jumlah Minimum Lapisan yang Berhubungan dengan Dukungan
Beban
Dukungan beban (Wm) diperoleh dari rumus berikut:
Qt
Wm =
0,06V
Di mana :
Qt = Volume Transportasi (ton/jam)
V = Kecepatan belt (m/min)
Rumus ini dapat digunakan untuk menentukan jumlah lapisan minimum
untuk semua jenis kain dan lebar sabuk.
5.2.3 Kemampuan
23

Untuk membuat sabuk paling mudah beradaptasi dengan semua sudut


bak, jumlah lapisan maksimum harus ditentukan sehubungan dengan lebar
sabuk, sudut bak dan jenis kain yang digunakan.
5.3.2 Standar keamanan desain
1. Sabuk Tali Baja
Bahan yang diangkut telah dibagi menjadi beberapa kelompok, dengan
mempertimbangkan karakteristik dampak dan sifat bahan yang
bersangkutan. Kelompok tersebut dapat dibedakan menjadi :
a. Butir, bubur. kertas, keripik, abu soda, abu batubara, tanah liat
tembikar, tanah liat, arang, kapur. pasir, garam, pasir cetak, semen,
boraks
b. Batubara, kayu, batu kapur. kerikil, klinker (dingin), kokas, pecahan
kaca, terak, bijih tembaga, bijih besi. batu posphate. bijih manula,
dolomit, bijih disinter.
5.4 Menentukan Tebal Penutup Karet
Sulit untuk memberikan metode yang tepat untuk menentukan ketebalan
tutup karet karena ada begitu banyak faktor yang harus diperhitungkan, termasuk
jenis dan ukuran gumpalan material untuk diangkut, siklus waktu, sistem
pemberian makan sabuk, ketinggian saluran, dan apakah sistem termasuk
pengikis atau tidak.

5.4.1 Menentukan Ketebalan Penutup Karet Bawah


Ada kecenderungan umum untuk penutup karet bawah terlalu sedikit
diperhatikan. Faktanya, yang terpenting adalah penutup karet bawah memiliki
ketebalan yang cukup, dengan mempertimbangkan katrol, pengangkut pembawa
dan pengembalian selip pemalas, robekan dan cidera yang tidak disengaja serta
pengoperasian dalam kondisi yang tidak menguntungkan Umumnya, ketebalan
penutup karet bawah harus antara 30 ~ 70% dari tebal penutup karet atas.
Dalam hal sabuk konveyor kabel baja, ketebalan penutup karet bawah harus
minimum 4mm, ketebalan standar 60% dari penutup karet atas. Keputusan akhir
dibuat dengan mengambil nilai-nilai di atas sebagai standar dan
mempertimbangkan faktor-faktor khusus lainnya seperti kondisi di mana
24

konveyor akan dioperasikan. Sebagai tindakan pencegahan tambahan. evaluasi


akhir dapat disesuaikan, bila perlu, dengan menambah atau mengurangi 1 ~
2mm Ketebalan penutup karet bawah untuk sabuk konveyor khusus, seperti
tahan panas. tahan ol. sabuk konveyor kasar atas dan cleated memerlukan
pertimbangan khusus.

5.6 Splicing
5.6.1 Cord Steel Belt
Metode splicing untuk belt conveyor kabel baja ditentukan oleh hubungan
antara pitch dan diameter kabel baja, sesuai dengan rumus yang diberikan di
bawah ini. Gunakan yang lebih besar dari dua nilai yang diperoleh. Untuk lebih
jelasnya lagi ditinjau pada (Gambar 17, 18, 19) & (Tabel 10).

Gambar 17
One Step Splicing Methode

Gambar 18
Two Step Splicing Methods
25

Gambar 19
Special Splicing Methods

Tabel 10
Ketentuan Splicing Methodes

5.7 Packing
5.7.1 Dimensi Untuk Packing Drum
Rumus standar yang digunakan untuk menghitung dimensi packing drum
belt conveyor brigestone adalah sebagai berikut :
D = 1,233 √ T x L + 0,15
d = 0,396 √ T x L
W = B + 0,3
Dimana :
D = Diameter luar drum (m)
d = Diamter luar drum (m)
W = lebar drum (m)
26

T = Ketebalan sabuk (cm)


L = Panjang Sabuk (m)
B = Lebar sabuk (m)

Gambar 20
Dimensi Packing Drum

6. DESAIN BELT CONVEYOR


Desain bagian-bagian komponen conveyor belt terutama ditentukan oleh
pabrikan, bekerja dalam kerja sama yang erat dengan pelanggan. Namun, agar
konveyor dan ikat pinggang menjadi sangat cocok satu sama lain desain total
konveyor dan bagian komponennya dan untuk memperluas layanan, kami sangat
menganjurkan bahwa konsep dan nilai-nilai dasar desain Bridgestone
sehubungan dengan desain conveyor belt ditambahkan di sini.

6.1 Penentuan Sabuk Tali Baja Diameter


6.1.1 Baja Katrol
Digunakan rumus sebagai berikut ini :
D1 = 1.000 x d1
20 FW
D2 =
Ps
20 FW x P
D3 =
Ps1 x d
Di mana :
D1 = Diameter katrol minimum dalam kaitannya dengan diameter
filamen kabel baja. (mm)
D2 = Tekanan muka rata-rata katrol minimum. (mm)
27

D3 = Diameter katrol minimum hubungan dengan tekanan permukaan


d1 = Diameter filamen (mm)
Fw = Ketegangan kerja maksimum (kg / cm)
Ps = Tekanan permukaan rata-rata (7 kg / cm)
Ps1 = Tekanan permukaan di bawah kabel (14 kg / cm)
d = Diameter kabel baja (mm) diame kaitannya dengan pitch kabel
P = Steel (mm)

6.2 Perubahan Jarak Transisi Pada Troughing


Perubahan jarak transisi troughing minimum sesuai dengan level
pembawa dan katrol.
6.2.1 Ketika Muka Katrol Berada Disetengah Kedalaman Troughing
Untuk lebih jelasnya lagi muka katrol berada disetengah kedalam
troughing ditinjau pada (Gambar 21).

Gambar 21
Muka Katrol Berada disetengah Kedalaman Troughing
Digunakan rumus sebagai berikut ini :
100 B
b = x √ 2 ¿¿ ¿
6
∈2 =0
5B 1−cos ∅
b =
3
x
√ ϵ
Di mana :
b = Jarak transisi Troughing (m)
B = Lebar sabuk (m)
e = Sudut Troughing (derajat)
e = Perpanjangan maksimum yang diijinkan dari tepi sabuk (%)
Catatan
28

Sabuk tali baja = 0,2%


Sabuk kain = 0,8%
Tabel 11
Determination Of Pulley Diameter

6.4 Penentuan Jarak Perputaran (panjang)


Untuk menjaga rol dan katrol yang kembali dengan baik dan bersih, dapat
digunakan "sistem pergantian untuk korveyor jarak jauh atau untuk konveyor
yang mengangkut bahan yang lengket. Dalam "sistem pergantian",
pengangkutan - sisi sabuk membuat setengah putaran (berbalik dari idler) pada
putaran kembali. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa tahapan seperti :
1. Mendukung Bagian Menengah dengan Rol Datar
2. Mendukung Seluruh Panjang Jarak Perputaran dengan Rol Dukungan

6.5 Penentuan Panjang Take-up


Panjang take-up travelling bervariasi sesuai dengan konstruksi belt
conveyor, tetapi rumus perhitungan berikut umumnya digunakan :
6.5.1 Sabuk Tali Baja

L (f1 + f2 +f3)
S1 =
100

L (f1 + f2 +f3)
S2 = +G+α
100

Di mana :
S1 = Perjalanan take-up minimum (m)
S2 = Panjang perjalanan take-up yang disarankan (m)
L = Panjang tanjakan konveyor (m)
29

f1 = Pemanjangan elastis ( 0,1%)


f2 = Pemanjangan permanen (0,15%)
f3 = Tunjangan lendutan antara (0,1%)
G = Panjang diperlukan untuk satu sambungan (tm)
α = Margin ekstra untuk penyambungan (0 5 m)

6.6 Penentuan Take-up Counterweight (WT)


Take-up counterweight yang diperlukan umumnya diperoleh dari rumus
berikut:
WT = 2 (FT ±FM)

Di mana
WT = Bobot counterweight (kg)
FT = Ketegangan pada titik take up (kg)
FM = Pengaruh peralatan take-up (kg)
Ketegangan pada titik take up mungkin ditentukan dengan tepat
menggunakan diagram rinci distribusi tegangan, tetapi umumnya diperoleh dari
formula pada (Tabel 11) di bawah ini :

Tabel 11
Tension At The Take Up Point
30

7. KONVERSI TABEL
Berikut ini konversi tabel yang digunakan untuk beberapa parameter yang
ditinjau, diantaranya :
1. Panjang
Tabel 12
Konversi Tabel Panjang

2. Berat
Tabel 13
Konversi Tabel Berat

3. Horsepower
Tabel 14
31

Konversi Tabel Horsepower

4. Tekanan
Tabel 15
Konversi Tabel Tekanan

5. Densitas
Tabel 16
Konversi Tabel Densitas

6. Temperatur
Tabel 17
Konversi Tabel Temperatur

7. Trigonometrical function
Tabel 18
Konversi Tabel Trigonometrical Function
32

8. Sudut
Tabel 19
Konversi Tabel Sudut

9. Multipel of SI unit
Tabel 20
Konversi Tabel Multipel Of SI Unit
33

10. Fibres
Tabel 21
Konversi Tabel Fibres
DAFTAR PUSTAKA

1. Bridgestone, 2019.“Conveyor Belt Design Manual”. Indonesia.

33

Anda mungkin juga menyukai