Anda di halaman 1dari 33

Pengertian dari Belt Conveyor

adalah perlengkapan yang sederhana yang digunakan untuk mengangkut unit load atau
bulk material. banyak digunakan di industri besar untuk mengangkut unit load ataupun
bulk material. Unit load adalah mengangkut yang berupa benda yang dapat dihitung
secara satuan, seperti kotak, balok, kantong dan lain – lain, adapun bulk material adalah
untuk mengangkut material yang berupa serbuk, butir – butiran, seperti semen, pasir,
raw material dan lain – lain, di bidang yang tegak atau miring dan tinggi atau jauh.

a. Conveyor excavating (CE)

Conveyor ini berfungsi sebagai alat angkut material yang berasal


langsung dari hasil galian BWE. Letak conveyor ini ada di lokasi penggalian
dan mempunyai 5 jalur yang lebar belt 1200mm, kecepatan CE sekitar 5,5 m/s
dan digerakan oleh motor slipring berkapasitas 380kw, kkv, 986 rpm. Posisi
belt conveyor ini dapat digeser, disambungkan maupun diperpendek. Pada sisi
penggalian yang berfungsi mengangkut material galian dari BWE ke conveyor
shutting belt conveyor ini dapat diperpanjang dan diperpendek atau maupun
digeser kekanan dan kekiri. Conveyor excavating merupakan system conveyor
yang pengeperasiannya ditempatkan pada sisi penggalian

b. Coal Conveyor

Fungsinya sebagai pengangkut atau penerima material batubara yang


berasal dari CS yang akan di teruskan ke stacker atau Reclaimer (S/R) atau
langsung ke Train Loading Station(TLS). CC ini mempunyai 1 jalur dengan
lebar belt 1600 mm,kecepatan 5,5 M/S dan di geserkan oleh motor slipering
berkapasitas 380kW , 6kV , 986 rpm. Coal Conveyor dapat melayani 2 BWE
sekaligus.

2.1. Belt Conveyor


Belt conveyor adalah alat angkut yang bisa dipakai untuk jarak pendek, sehingga
biasa disebut Belt Loader atau Belt Dumper, namun bisa juga dipakai untuk jarak
angkut yang jauh, melebihi 1500 meter. Sekarang sudah ada Belt Conveyor sebagai alat
transportasi untuk jarak jauh yang melebihi 30 km. Biasanya Belt Conveyor dipilih
apabila tonase material yang akan diangkut per satuan waktu adalah besar
(Indonesianto. 2005).
Belt conveyor merupakan suatu alat pemindah material yang berbasis teknologi
tinggi yang semakin banyak digunakan pada industri - industri yang sedang
berkembang dibeberapa negara. Dengan menggunakan Belt Conveyor, perusahaan
mampu menghemat biaya produksi yang sangat tinggi, serta meningkatkan laju
produksi dengan kecepatan yang signifikan dan stabil (Alfian, H. 2011).
Belt Conveyor atau konveyor sabuk adalah media pengangkutan yang digunakan
untuk memindahkan muatan dalam bentuk satuan atau tumpahan, dengan arah
horizontal atau membentuk sudut inklinasi dari suatu sistem operasi yang satu ke
sistem operasi yang lain dalam suatu jalur proses produksi, yang menggunakan sabuk
(Belt) sebagai penghantar muatannya (Zainuri, 2006).
Kelebihan dari transportasi dengan Belt Conveyor antara lain bekerja secara
otomatis, mudah dalam memulai operasi dan terus beroperasi secara terus
menerus. Belt Conveyor hampir tidak memiliki waktu jeda atau istirahat ketika
beroperasi, tidak terganggu oleh cuaca buruk, yang sering mengganggu truk
pengangkutan. Belt Conveyor juga membutuhkan tenaga kerja yang jauh lebih sedikit
dibandingkan alat transportasi konvensiona seperti truk (Hartman, 1992).
2.1.1. Komponen Conveyor
Berikut ini adalah komponen – komponen dari konstruksi suatuBelt
Conveyor (Gambar 2.1)

Gambar 2.1. Komponen Kontruksi pada Belt Conveyor (Swinderman, 2002)

Menurut Partanto (2000) bagian – bagian penting yang terdapat dalam suatu
conveyor antara lain :
1. Drive Pulley
Merupakan Pulley yang berfungsi menyalurkan energi gerak putar
pada Belt sehingga Belt bergerak. Biasanya sebagai discharge Pulley dan juga drive
Pulley. (Gambar 2.1.)
2. Tail Pulley dan Head Pulley
Head Pulley adalah Pulley yang berada pada ujung depan Belt dimana material
dicurahkan. Untuk beberapa desain pulley ini digunakan sebagai Pulley penggerak.
(Gambar 2.1)
Tail Pulley merupakan Pulley yang pada umumnya berada diujung
belakang Belt dan tidak berputar secara langsung oleh Drive-unit tetapi berputar
karena mengikuti gerakan Belt.(Gambar 2.2)

Gambar 2.2. Konstrusi Belt Conveyor pada daerah dekatLoading Chute


(CEMA, 2007)

3. Snub Pulley (pada head-end dan tail-end)


Merupakan Pulley tambahan yang berfungsi untuk memperbesar sudut
lilitan Belt pada Drive. Lokasi pemasangan Snub Pulley dapat dilihat ada
(Gambar.2.1.)
4. Bend Pulley
Merupakan Pulley yang memiliki fungsi melengkungkan atau mengubah
arah Belt.(Gambar 2.1)
5. Take-up Pulley
Merupakan Pulley yang dikombinasikan dengan sistemTake Up, pada gambar
2.4 dapat dilihat Pulley ini dikombinasikan dengan beberapa macam sistem Take Up.
Untuk Automatic Take Up Pulley ini dirancang untuk dapat bergerak mengimbangi
operasional Belt Conveyor.
6. Belt
Merupakan bagian yang berfungsi menerima transfer enargi gerak
dari Pulley yang berputar, Belt akan mengangkut material dari satu ujung suatu
kontruksi Belt Conveyor ke ujung lainnya. Belt dapat dibuat dari beberapa bahan, salah
satu diantaranya adalah tenunan benang kapas (Cotton) sehingga membentuk
suatu Carcas maupun berupa rangkaian kawat baja yang disebut Steel Cord (Gambar
2.2)
7. Idlers
Berfungsi untuk menahan atau menyangga Belt pada bagian Carryin dan Return.
Jarak antar Idlers tergantung dari fungsi kegunaannya, berikut ini adalah pembagian
Idlers menurut fungsi keguaannya :
a. Impact Idlers (Impact roller)
Merupakan Idlers yang terletak pada daerah tumpahan material ke dalam Belt,
biasanya terbuat dari Rubber yang berfungsi menahan beban Impact dari material yang
jatuh diatas Conveyor, sehingga dapat mengurangi kerusakanBelt. ( Gambar 2.2)
b. Carry Idlers
Carrying Idlers adalah Idlers yang berfungsi untuk menyangga Belt yang
membawa muatan material. dapat dilihat pada Gambar 2.3.
c. Return Idlers (Return roller)
Merupakan Idlers yang berfungsi untuk menyanggaBelt dengan muatan kosong,
secara umum terletak pada bagian bawah Carrying Idlers (Gambar 2.3.)

Gambar 2.3. Cross section kontruksi Conveyor Belt (CEMA, 2007)


d. Transition Idlers
Merupakan Idlers dengan sudut yang disesuaikan guna menghindari
ketidakstabilan Belt ketika terjadi perubahan sudut Idlers, baik dari kecil menjadi besar
ataupun sebaliknya. (Gambar 2.2.)
e. Weighing Idlers
Idlers ini merupakan Carry Idler yang ditempatkan padaWeight
Bridge (timbangan). Dengan tingkat kepresisisan yang lebih tinggi dari pada Carry
Idler lainnya.
f. Training Idlers
Idlers ini digunakan untuk membantu kelurusan sabuk yang berfungsi membawa
(Carrying) material maupun yang tidak membawa material (Return).
8. Take-up unit
Merupakan sistem yang diinstalasi guna mempertahankan ketegangan Belt yang
mengimbangi peregangan Belt saat operasional pengangkutan sedang dilakukan.
Terdapat dua macam sistem Take Up yaituManual Take Up dan Automatic Take Up.

Gambar 2.4. Beberapa macam sistem Take Up (CEMA,2007)


9. Skirtboards
Merupakan instalasi yang dipasang setelah Loading Chute yang bertujuan
membentuk Profile tumpukan batubara dan menstabilkan tumpukan batubara hingga
mampu mengimbangi kecepatan Belt. (Gambar 2.5)
Gambar 2.5. Skirtboard Setelah Daerah Transfer Point(CEMA, 2007)
10. Cleaner
Cleaner merupakan peralatan yang digunakan untuk membersihkan sisi Belt dari
material sisa yang tidak tercurahkan saat terjadi Loading dan tetap menempel pada
sisi Belt, penggunaan Cleaner dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Multiple Belt Cleaning System (CEMA, 2002)

DAFTAR PUSTAKA

ARPM. (2011). Conveyor and Elevator Belt Handbook. Indianapolis: Association for Rubber
Products Manufacturers, Inc.
CEMA. (2007). Belt Conveyor for Bulk Materials Six Edition 2ndPrinting. USA: Conveyor
Equipment Manufacturers Association.

Hartman, H.L. (1992). SME Mining Engineering Handbook.Colorado: Society for Mining
Metallurgy and Exploration, Inc.
Nasher, Z. (2014). Perancangan Konveyor Spreader Kapasitas 1200 TPH Untuk Material
Batubara dengan 0,8 Ton/M3. Skripsi, Fakultas Teknik: Universitas Brawijaya.

Peurifoy, R., Schexnayder, C., Shapira, A. (2006). Construction Planning, Equipment, and
Methods. Mc-Graw Hill : New York.

Raymond, L. (2002). SME Mining Engineering Handbook: Colorado : Society for Mining
Metallurgy and Exploration Inc.

Rudianto. (2013). Rancang Bangun Belt Conveyor Trainner Sebagai Alat Bantu
Pembelajaran. Jurnal Teknik Mesin Politeknik Kediri, 4(2). 15-26.

Subba, R. (2011). Mineral Benefication. Boca Raton: CRC Press.

Pengaman belt conveyor

Belt Drift Switch / Misalignment Switch


Belt Drift Switch atau ada yang menyebutnya sebagai Misalignment Switch adalah sebuah
sensor yang berfungsi sebagai pendeteksi jika posisi belt conveyor pada saat sedang
berjalan, mengalami pergeseran ke kiri atau ke kanan. Prinsip dasarnya, sensor ini adalah
sebuah limit switch. Jika belt bergeser dan menyentuh arm/tuas dari sensor, kemudian
mendorongnya maka arm akan bergeser. Pada derajat tertentu, switch akan ON.

(sumber gambar : koleksi pribadi)

(sumber gambar : koleksi pribadi)


(sumber gambar : katalog safe-t-drift Electric Control Product)

Pull Cord / Pull Wire Switch


Apakah anda pernah melihat sebuah emergency stop seperti gambar di bawah ini ?

(sumber gambar : koleksi pribadi)


Pull Cord/Pull Wire Switch sebenarnya adalah sebuah emergency stop. Hanya saja jika
emergency stop button kita mengaktifkannya dengan cara menekannya, maka ini adalah
sebuah emergency stop dengan cara mengaktifkannya adalah menarik
kabel/wire pemicunya. Wire ini terpasang sepanjang conveyor. Panjang dari wire ini
bervariasi. Selain kabel, Safety Device ini memiliki bagian-bagian lainnya.

(sumber gambar : katalog pull-safe electric control product)


(sumber gambar : koleksi pribadi)

(sumber gambar : koleksi pribadi. Thank’s to the model, mr. Robby ^^)

(sumber gambar : koleksi pribadi)

(sumber gambar : koleksi pribadi)


Rotation Detector
Rotation Detector (kita singkat saja menjadi RT) adalah sebuah sensor yang fungsinya
membaca kecepatan putaran conveyor. Biasanya digunakan untuk membaca apakah
putaranconveyor melambat lalu berangsur-angsur berhenti
padahal conveyor oleh controllerdiposisikan “running“. RT biasanya dipasang pada tail
pulley. Apa itu tail Pulley?
Sebagai gambarannya, silahkan lihat gambar di bawah ini
Lalu pertanyaan berikutnya muncul, kenapa harus di tail pulley? kenapa tidak di head
pulleyatau di dekat motor conveyor?
Head Pulley secara mekanik terhubung dengan gear box motor, sedangkan tail
pulleydihubungkan dengan belt conveyor. Jika suatu saat terjadi masalah pada belt, putus
misalkan, maka head pulley akan terus berputar karena dia terhubung langsung
dengan gear box, sedangkan tail pulley akan melambat putarannya dan kemudian
berangsur-angsur akan berhenti. Jadi, jika kita menginstalasinya di head pulley ataupun
di pulley manapun yang terhubung langsung dengan motor dan gear box-nya, maka kita
tidak akan mengetahui apakah ada masalah dengan conveyor atau tidak.
Salah satu sensor yang dapat digunakan sebagai RT adalah inductive proximity.
Jenisinductive proximity yang pernah saya gunakan adalah produk dari Telemecanique, yaitu
Osiprox XSA-V. Bagaimana prinsip kerja dan instalasinya?
Ada baiknya perhatikan gambar di bawah ini terlebih dahulu

(sumber gambar : Katalog Inductive Proximity Telemecanique Osiprox XSA-V)

(sumber gambar : Katalog Inductive Proximity Telemecanique Osiprox XSA-V)


Prinsip inductive proximity-nya sendiri adalah sensor membaca bahan metal yang lewat di
depannya. Bahan metal yang melalui sensor lewat berulang-ulang dengan kecepatan
tertentu, sehingga ini bisa dibilang menghasilkan pulsa dengan nilai frekuensi tertentu. Pada
XSA-V terdapat potensiometer yang fungsinya sebagai setting frekuensi treshold. Jika
frekuensi yang dibaca sama atau lebih besar dari treshold maka XSA-V akan mengirim sinyal
“TRUE” atau logic “1” melalui output-nya, sedangkan jika kurang akan mengirimkan sinyal
“FALSE” atau logic “0”.

(sumber gambar : koleksi pribadi)

(sumber gambar : koleksi pribadi)


Karena output yang dihasilkan berupa logic ini, maka RT terkadang disebut juga sebagaiZero
Speed Switch, dimana “Zero” disini tidak dimaksudkan benar-benar “0” atau berhenti, tetapi
nilainya berada di bawah treshold
Belt conveyor atau ban berjalan adalah alat transportasi yang paling efisien
dalam pengoperasiannya jika dibanding dengan alat berat / truck untuk jarak
jauh, karena dapat mentransport material lebih dari 2 kilometer, tergantung
disain belt itu sendiri. Material yang ditransport dapat berupa powder,
granular atau lump dengan kapasitas lebih dari 2000 ton/jam, hal ini
berkembang seiring dengan kemajuan disain belt itu sendiri. Saat ini sudah
dikembangkan belt conveyor jenis long curve, yaitu belt dengan lintasan
kurva horizontal maupun vertikal dengan radius minimum 400 m, sehingga
sangat cocok untuk medan berliku dan jarak jauh. Keuntungan lainnya
penggunaan belt adalah kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaan,
tetapi belt tidak tahan temperatur di atas 200 0C. Dengan belt conveyor,
material dapat diumpan disepanjang lintasan, begitu juga pengeluarannya.
Jenis belt bisa berupa textil rubber belt, metal belt, steel cord belt. Jenis yang
paling banyak dipakai adalah jenis textil rubber belt. Lintasan belt dapat
direncanakan horizontal, inklinasi, kombinasi inklinasi dan horizontal. Sudut
kemiringannya tergantung koefisien gesek antara material yang diangkut.
Dalam prakteknya sudut inklinasi berkisar antara 7o – 10o lebih kecil dari
sudut gesek material belt. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan belt
(belt sag) antara idler roller, sehingga inklinasi lebih besar dari inklinasi belt
itu sendiri.
Belt conveyor atau ban berjalan adalah alat transportasi yang paling efisien
dalam pengoperasiannya jika dibanding dengan alat berat / truck untuk jarak
Belt conveyor atau ban berjalan adalah alat transportasi yang paling efisien
dalam pengoperasiannya jika dibanding dengan alat berat / truck untuk jarak
jauh, karena dapat mentransport material lebih dari 2 kilometer, tergantung
disain belt itu sendiri. Material yang ditransport dapat berupa powder,
granular atau lump dengan kapasitas lebih dari 2000 ton/jam, hal ini
berkembang seiring dengan kemajuan disain belt itu sendiri. Saat ini sudah
dikembangkan belt conveyor jenis long curve, yaitu belt dengan lintasan
kurva horizontal maupun vertikal dengan radius minimum 400 m, sehingga
sangat cocok untuk medan berliku dan jarak jauh. Keuntungan lainnya
penggunaan belt adalah kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaan,
tetapi belt tidak tahan temperatur di atas 200 0C. Dengan belt conveyor,
material dapat diumpan disepanjang lintasan, begitu juga pengeluarannya.
Jenis belt bisa berupa textil rubber belt, metal belt, steel cord belt. Jenis yang
paling banyak dipakai adalah jenis textil rubber belt. Lintasan belt dapat
direncanakan horizontal, inklinasi, kombinasi inklinasi dan horizontal. Sudut
kemiringannya tergantung koefisien gesek antara material yang diangkut.
Dalam prakteknya sudut inklinasi berkisar antara 7o – 10o lebih kecil dari
sudut gesek material belt. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan belt
(belt sag) antara idler roller, sehingga inklinasi lebih besar dari inklinasi belt
itu sendiri.
2.1 Belt Conveyor
Belt conveyor adalah alat angkut yang bisa dipakai untuk jarak pendek, sehingga
biasa disebut Belt Loader atau Belt Dumper, namun bisa juga dipakai untuk jarak
angkut yang jauh, melebihi 1500 meter. Sekarang sudah ada Belt Conveyor sebagai alat
transportasi untuk jarak jauh yang melebihi 30 km. Biasanya Belt Conveyor dipilih
apabila tonase material yang akan diangkut per satuan waktu adalah besar
(Indonesianto. 2005).
Belt conveyor merupakan suatu alat pemindah material yang berbasis teknologi
tinggi yang semakin banyak digunakan pada industri - industri yang sedang
berkembang dibeberapa negara. Dengan menggunakan Belt Conveyor, perusahaan
mampu menghemat biaya produksi yang sangat tinggi, serta meningkatkan laju
produksi dengan kecepatan yang signifikan dan stabil (Alfian, H. 2011).
Belt Conveyor atau konveyor sabuk adalah media pengangkutan yang digunakan
untuk memindahkan muatan dalam bentuk satuan atau tumpahan, dengan arah
horizontal atau membentuk sudut inklinasi dari suatu sistem operasi yang satu ke
sistem operasi yang lain dalam suatu jalur proses produksi, yang menggunakan sabuk
(Belt) sebagai penghantar muatannya (Zainuri, 2006).
Kelebihan dari transportasi dengan Belt Conveyor antara lain bekerja secara
otomatis, mudah dalam memulai operasi dan terus beroperasi secara terus
menerus. Belt Conveyor hampir tidak memiliki waktu jeda atau istirahat ketika
beroperasi, tidak terganggu oleh cuaca buruk, yang sering mengganggu truk
pengangkutan. Belt Conveyor juga membutuhkan tenaga kerja yang jauh lebih sedikit
dibandingkan alat transportasi konvensiona seperti truk (Hartman, 1992).

2.1.1 Klasifikasi Belt Conveyor

a. Conveyor excavating (CE)


Conveyor ini berfungsi sebagai alat angkut material yang berasal
langsung dari hasil galian BWE. Letak conveyor ini ada di lokasi penggalian
dan mempunyai 5 jalur yang lebar belt 1200mm, kecepatan CE sekitar 5,5 m/s
dan digerakan oleh motor slipring berkapasitas 380kw, kkv, 986 rpm. Posisi
belt conveyor ini dapat digeser, disambungkan maupun diperpendek. Pada sisi
penggalian yang berfungsi mengangkut material galian dari BWE ke conveyor
shutting belt conveyor ini dapat diperpanjang dan diperpendek atau maupun
digeser kekanan dan kekiri. Conveyor excavating merupakan system conveyor
yang pengoperasiannya ditempatkan pada sisi penggalian

b. Coal Conveyor

Fungsinya sebagai pengangkut atau penerima material batubara yang


berasal dari CS yang akan di teruskan ke stacker atau Reclaimer (S/R) atau
langsung ke Train Loading Station(TLS). CC ini mempunyai 1 jalur dengan
lebar belt 1600 mm,kecepatan 5,5 M/S dan di geserkan oleh motor slipering
berkapasitas 380kW , 6kV , 986 rpm. Coal Conveyor dapat melayani 2 BWE
sekaligus.

2.2. Komponen Conveyor


Berikut ini adalah komponen – komponen dari konstruksi suatuBelt
Conveyor (Gambar 2.1)
Gambar 2.1. Komponen Kontruksi pada Belt Conveyor (Swinderman, 2002)

Menurut Partanto (2000) bagian – bagian penting yang terdapat dalam suatu
conveyor antara lain :
1. Drive Pulley
Merupakan Pulley yang berfungsi menyalurkan energi gerak putar
pada Belt sehingga Belt bergerak. Biasanya sebagai discharge Pulley dan juga drive
Pulley. (Gambar 2.1.)

2. Tail Pulley dan Head Pulley


Head Pulley adalah Pulley yang berada pada ujung depan Belt dimana material
dicurahkan. Untuk beberapa desain pulley ini digunakan sebagai Pulley penggerak.
(Gambar 2.1)
Tail Pulley merupakan Pulley yang pada umumnya berada diujung
belakang Belt dan tidak berputar secara langsung oleh Drive-unit tetapi berputar
karena mengikuti gerakan Belt.(Gambar 2.2)
Gambar 2.2. Konstrusi Belt Conveyor pada daerah dekatLoading Chute
(CEMA, 2007)

3. Snub Pulley (pada head-end dan tail-end)


Merupakan Pulley tambahan yang berfungsi untuk memperbesar sudut
lilitan Belt pada Drive. Lokasi pemasangan Snub Pulley dapat dilihat ada
(Gambar.2.1.)

4. Bend Pulley
Merupakan Pulley yang memiliki fungsi melengkungkan atau mengubah
arah Belt.(Gambar 2.1)

5. Take-up Pulley
Merupakan Pulley yang dikombinasikan dengan sistemTake Up, pada gambar
2.4 dapat dilihat Pulley ini dikombinasikan dengan beberapa macam sistem Take Up.
Untuk Automatic Take Up Pulley ini dirancang untuk dapat bergerak mengimbangi
operasional Belt Conveyor.

6. Belt
Merupakan bagian yang berfungsi menerima transfer enargi gerak
dari Pulley yang berputar, Belt akan mengangkut material dari satu ujung suatu
kontruksi Belt Conveyor ke ujung lainnya. Belt dapat dibuat dari beberapa bahan, salah
satu diantaranya adalah tenunan benang kapas (Cotton) sehingga membentuk
suatu Carcas maupun berupa rangkaian kawat baja yang disebut Steel Cord (Gambar
2.2)

7. Idlers
Berfungsi untuk menahan atau menyangga Belt pada bagian Carryin dan Return.
Jarak antar Idlers tergantung dari fungsi kegunaannya, berikut ini adalah pembagian
Idlers menurut fungsi keguaannya :
a. Impact Idlers (Impact roller)
Merupakan Idlers yang terletak pada daerah tumpahan material ke dalam Belt,
biasanya terbuat dari Rubber yang berfungsi menahan beban Impact dari material yang
jatuh diatas Conveyor, sehingga dapat mengurangi kerusakanBelt. ( Gambar 2.2)

b. Carry Idlers
Carrying Idlers adalah Idlers yang berfungsi untuk menyangga Belt yang
membawa muatan material. dapat dilihat pada Gambar 2.3.

c. Return Idlers (Return roller)


Merupakan Idlers yang berfungsi untuk menyanggaBelt dengan muatan kosong,
secara umum terletak pada bagian bawah Carrying Idlers (Gambar 2.3.)

d. Transition Idlers
Merupakan Idlers dengan sudut yang disesuaikan guna menghindari
ketidakstabilan Belt ketika terjadi perubahan sudut Idlers, baik dari kecil menjadi besar
ataupun sebaliknya. (Gambar 2.2.)
e. Weighing Idlers
Idlers ini merupakan Carry Idler yang ditempatkan padaWeight
Bridge (timbangan). Dengan tingkat kepresisisan yang lebih tinggi dari pada Carry
Idler lainnya.

f. Training Idlers
Idlers ini digunakan untuk membantu kelurusan sabuk yang berfungsi membawa
(Carrying) material maupun yang tidak membawa material (Return).

8. Take-up unit
Merupakan sistem yang diinstalasi guna mempertahankan ketegangan Belt yang
mengimbangi peregangan Belt saat operasional pengangkutan sedang dilakukan.
Terdapat dua macam sistem Take Up yaituManual Take Up dan Automatic Take Up.

9. Skirtboards
Merupakan instalasi yang dipasang setelah Loading Chute yang bertujuan
membentuk Profile tumpukan batubara dan menstabilkan tumpukan batubara hingga
mampu mengimbangi kecepatan Belt. (Gambar 2.5)

10. Cleaner
Cleaner merupakan peralatan yang digunakan untuk membersihkan sisi Belt dari
material sisa yang tidak tercurahkan saat terjadi Loading dan tetap menempel pada
sisi Belt, penggunaan Cleaner dapat dilihat pada Gambar 2.6.

2.3. Pengaman belt conveyor

a. Belt Drift Switch / Misalignment Switch


Belt Drift Switch atau ada yang menyebutnya sebagai Misalignment
Switch adalah sebuah sensor yang berfungsi sebagai pendeteksi jika posisi belt
conveyor pada saat sedang berjalan, mengalami pergeseran ke kiri atau ke kanan.
Prinsip dasarnya, sensor ini adalah sebuah limit switch. Jika belt bergeser dan
menyentuh arm/tuas dari sensor, kemudian mendorongnya maka arm akan bergeser.
Pada derajat tertentu, switch akan ON.

b. Pull Cord / Pull Wire Switch


Pull Cord/Pull Wire Switch sebenarnya adalah sebuah emergency stop. Hanya
saja jika emergency stop button kita mengaktifkannya dengan cara menekannya, maka
ini adalah sebuah emergency stop dengan cara mengaktifkannya adalah menarik
kabel/wire pemicunya. Wire ini terpasang sepanjang conveyor. Panjang dari wire ini
bervariasi. Selain kabel, Safety Device ini memiliki bagian-bagian lainnya.

c. Rotation Detector
Rotation Detector sebuah sensor yang fungsinya membaca kecepatan
putaran conveyor, biasanya digunakan untuk membaca apakah putaran conveyor
melambat lalu berangsur-angsur berhenti padahal conveyor oleh controller diposisikan
“running“. RT biasanya dipasang pada tail pulley.

2.4 Kegunaan belt conveyor


Kegunaan Belt conveyor atau ban berjalan sebagai alat transportasi yang paling
efisien dalam pengoperasiannya jika dibanding dengan alat berat / truck untuk jarak
Belt conveyor atau ban berjalan adalah alat transportasi yang paling efisien dalam
pengoperasiannya jika dibanding dengan alat berat / truck untuk jarak jauh, karena
dapat mentransport material lebih dari 2 kilometer, tergantung disain belt itu sendiri.
Material yang ditransport dapat berupa powder, granular atau lump dengan kapasitas
lebih dari 2000 ton/jam, hal ini berkembang seiring dengan kemajuan disain belt itu
sendiri. Saat ini sudah dikembangkan belt conveyor jenis long curve, yaitu belt dengan
lintasan kurva horizontal maupun vertikal dengan radius minimum 400 m, sehingga
sangat cocok untuk medan berliku dan jarak jauh. Keuntungan lainnya penggunaan belt
adalah kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaan, tetapi belt tidak tahan
temperatur di atas 200 0C. Dengan belt conveyor, material dapat diumpan disepanjang
lintasan, begitu juga pengeluarannya.
Jenis belt bisa berupa textil rubber belt, metal belt, steel cord belt. Jenis yang paling
banyak dipakai adalah jenis textil rubber belt. Lintasan belt dapat direncanakan
horizontal, inklinasi, kombinasi inklinasi dan horizontal. Sudut kemiringannya
tergantung koefisien gesek antara material yang diangkut. Dalam prakteknya sudut
inklinasi berkisar antara 7o – 10o lebih kecil dari sudut gesek material belt. Hal ini
disebabkan karena adanya penurunan belt (belt sag) antara idler roller, sehingga
inklinasi lebih besar dari inklinasi belt itu sendiri.

1.1 Latar belakang penulisan laporan PKL

Pada zaman modern ini dengan system teknologi yang semakin


canggih,kebutuhan energi listrik sangat di butuhkan terutama di daerah indutri-
indutri. Makin bertambahnya konsumsi listrik perkapita di seluruh dunia
menunjukan semakin pentingnya peran listrik dalam kehidupan sehari-
hari.pengembang sumber-sumber energy listrik adalah salah satu kunci yang
penting untuk kemajuan suatu energy.

PT.Bukit Asam (Persero) Tbk unit pertambangan tanjung enim yang


merupakan badan suatu usaha Badan usaha milik Negara(BUMN) yang bergerak
dalam bidang industri pertambangan dan merupakan salah satu pemasok batubara
terbaik dan terbesar di Indonesia. Dlam kegiatan oprasionalnya,perusahaan tidak
terlepas dari energy listrik.

Sebagai perusahaan pertambangan nasional PT. Bukit Asam (Persero) Tbk


memounyai beberapa alat transportasi yang digunakan dalam proses
pertambangan .Dimana kegiatan ini dilakukan untuk memindahkan batubara dari
lokasi penambangan hingga ke Train Loading Station(TLS), maupun langsung
untuk konsumsi PLTU Bukit Asam Tanjung Enim

Alat transportasi yang digunakan salah satunya adalah belt conveyor.pada


wilayah pertambangan air laya,belt conveyor membawa material batubara dan
tanah,dari bucket wheel excavator(BWE) sampai ke conveyor distribution
point(CDP) sehimgga dalam oprasionalnya dinamakan conveyor excavating(CE)
dan conveyor shutting head (CSH) selanjutnya dari CDP sampai ke spreader
dinamakan conveyor dumping (CD) dan dari CDP ke train loading station (TLS)
dinamakan coal conveyor (CC)conveyor-conveyor ini digerakan oleh motor-
motor listrik yang umumnya berjenis sama yaitu motor induksi slipring pada
setiap conveyor.

Pengoprasian motor-motor tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu


secara semi automatic melalui operator mine control center (MCC) dan secara
manual melalui local control system (LCS).untuk pengaturan dan pengaman
selama operasi di gunakan modul-modul programmable logic controller (PLC)
dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan terutama terjadi gangguan.

Praktek kerja indutri merupakan salah satu program pendidikan isistem ganda
di SMK Bukit Asam yang harus di ikuti oleh setiap siswa sebagai syarat
mengikuti uji kompetensi dan ujian nasional serta dapat di jadikan sebagai sarana
bagi siswa untuk memahami bagaimana ilmu yang selama ini di dapatkan di
sekolah diaplikasikan ke dunia kerja.

Adapun maksud dan tujuan yang ingin di capai dalam pelaksanaan praktek
kerja indutri ini adlah sebagai berikut:
1. menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian
professional(dengan tingkat pengetahuan , keterampilan dan etos kerja yang
sesuai dengan tuntutan lapangan kerja)

2. memperkokoh “limk and match” antara sekolah dengan dunia kerja .

3. meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang


professional

4. memberi pengakuan dan penghargaan terhabat pengalaman kerja sebagai


bagian dari proses pendidikan

1.2 Tujuan pelaksanaan PKL

Tujuan dari pelaksanaan praktek kerja lapangan ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan mampu untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa pada aspek kelistrikan pada alat
pertambangan.
3. Menyamakan antara pelajaran di sekolah dengan yang ada di lapangan.

1.3 Tujuan pembuatan laporan PKL

Tujuan dari pembuatan praktek kerja lapangan ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan pada bidang kelistrikan
pertambangan.
2. Mampu membuat laporan dari hasil yang di dapat pada PKL.
3. Dapat mengetahui sistem dan cara kerja dari conveyor belt.
1.4 Waktu dan tempat pelaksanaan PKL

PT. Bukit Asam(Persero) Tbk berlokasi di kota tanjung enim kecamamatan lawing kidul,
kabupaten muara enim, provinsi Sumatra selatan. Letaknya kurang lebih 200km arah
barat daya Palembang. Secara geografis daerah ini terletak pada 40⁰ 4’30” lintang
selatan dan 103⁰ 45’00” bujur timur.

Kawasan Bukit Asam terletak pada salah satu deretan pegunungan Bukit Barisan.
Daerah ini sebagian besar berbukit-bukit dan agak landai. Daerah tepi aliran sungai Enim
dengan ketinggian 50 meter diatas permukaan laut adalah permukaan terendah.
Sedangkan puncak Bukit Asam dengan ketinggian sekitar 282 meter di atas permukaan
laut merupakan daerah tertinggi.

1.5 Manfaat pembuatan laporan PKL

Adapun manfaat dari praktek kerja lapangan ini adalah:


1. Dapat mengenali dan mencoba suatu pekerjaan lapangan secara langsung
untuk bekal setelah selesai dari sekolah menengah kejuruan.
2. Untuk menambah keterampilan.
3. Untuk mengasah keterampilan yang telah di berikan sekolah.

1.6 Batasan masalah

Batasan masalah pada laporan ini adalah:


1. Laporan ini hanya membahas tentang laporan perbaikan dan perawatan
belt conveyor, tidak menghitung ataupun menggambar.
2. Laporan dibuat berdasarkan catatan kegiatan pada saat praktek.
3. Aplikasi yang digunakan adalah Microsoft office 2013.
3.1 Sejarah singkat berdirinya PT. Bukit Asam (Persero),Tbk.
Pada periode tahun 1923 hingga 1940, Tambang Air Laya mulai
menggunakan metode penambangan bawah tanah. Dan pada periode tersebut
mulai dilakukan produksi untuk kepentingan komersial, tepatnya sejak tahun 1938.
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para
karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang
menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah Republik Indonesia
kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit
Asam (PN TABA).
Pada tanggal 1 Maret 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi
Perseroan Terbatas dengan nama PT Bukit Asam (Persero), yang selanjutnya
disebut PTBA atau Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan
industri batu bara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan
penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993
Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batu
bara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan
publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode perdagangan “PTBA”.
Pada tanggal 29 November 2017, menjadi catatan sejarah bagi PTBA saat
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Agenda utama
dalam RUPSLB PTBA mencakup tiga hal, yakni persetujuan perubahan Anggaran
Dasar Perseroan terkait perubahan status Perseroan dari Persero menjadi Non-
Persero sehubungan dengan PP 47/2107 tentang Penambahan Penyertaan
modal Negara Republik Indonesia kedalam Modal Saham PT Inalum (Persero),
Persetujuan Pemecahan Nominal Saham (stock split), dan Perubahan susunan
Pengurus Perseroan.Dengan beralihnya saham pemerintah RI ke Inalum, ketiga
perusahaan tersebut resmi menjadi anggota Holding BUMN Industri
Pertambangan, dengan Inalum sebagai induknya (Holding).
Tanggal 14 Desember 2017, PTBA melaksanakan pemecahan nilai nominal
saham. Langkah untuk stock split diambil perseroan untuk meningkatkan likuiditas
perdagangan saham di Bursa Efek serta memperluas distribusi kepemilikan
saham dengan menjangkau berbagai lapisan investor, sekaligus untuk
mendukung program “Yuk Nabung Saham”. Komitmen yang kuat dari Bukit Asam
dalam meningkatkan kinerja perusahaan merupakan faktor fundamental dari aksi
korporasi tersebut.

3.1. Identitas PT.Bukit Asam (Persero),Tbk.


PT.Bukit Asam (Persero) Tbk unit pertambangan tanjung enim yang
merupakan badan suatu usaha Badan usaha milik Negara(BUMN) yang bergerak
dalam bidang industri pertambangan dan merupakan salah satu pemasok batubara
terbaik dan terbesar di Indonesia. Dlam kegiatan oprasionalnya,perusahaan tidak
terlepas dari energy listrik.

Sebagai perusahaan pertambangan nasional PT. Bukit Asam (Persero) Tbk


memounyai beberapa alat transportasi yang digunakan dalam proses
pertambangan .Dimana kegiatan ini dilakukan untuk memindahkan batubara dari
lokasi penambangan hingga ke Train Loading Station(TLS), maupun langsung
untuk konsumsi PLTU Bukit Asam Tanjung Enim
3.3. Struktur organisasi PT.Bukit Asam (Persero),Tbk.

3.4. Tugas pokok DStruktur organisasi


Komite Audit
Komite Audit dibentuk dalam rangka membantu tugas Dewan Komisaris
untuk mendorong diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik,
terbentuknya struktur pengendalian internal yang memadai, meningkatkan
kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan, serta mengkaji ruang lingkup,
ketepatan, kemandirian dan obyektifitas akuntan publik.
Komite Good Corporate Governance
Biasa disebut Komite GCG bertugas membantu Dewan Komisaris dalam
rangka meningkatkan penerapan praktek GCG oleh Perseroan. Komite ini
sebelumnya digabung dengan Komite Nominasi dan Remunerasi sebagai
Komite Nominasi, Remunerasi dan GCG.
Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia (PSDM)
Biasa disebut Konarba dan PSDM, merupakan komite yang mengalami
perubahaan nama dan keanggotaanya di tahun 2010. Sebelumnya komite ini
bernama Komite Konarba dan GCG, bertugas membantu Komisaris dalam
hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan penetapan remunerasi dan
peningkatan implementasi GCG.
Konarba dan PSDM bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugas maupun
dalam pelaporan, yang dibentuk oleh, dan bekerja untuk, serta bertanggung
jawab kepada Dewan Komisaris.
Biasa disebut Komite Risiko Usaha bertugas dan bertanggung jawab untuk
memberikan pendapat profesional dan independen sesuai kewenangannya
kepada Dewan Komisaris terkait dengan pengelolaan perusahaan yang
berkaitan dengan risiko usaha yang berpotensi menimbulkan kerugian
signifikan, termasuk asuransi, pengelolaan lingkungan dan pasca tambang.
Komite KRU senantiasa mengingatkan dan merekomendasikan agar seluruh
risiko utama Perseroan yang masuk kategori high extreme risk di kenali dan
dimitigasi.
Sekretaris Perusahaan menjamin ketersediaan informasi terkini, tepat waktu
dan akurat mengenai Perseroan kepada para pemegang saham, analis,
media massa dan masyarakat umum, yang juga meliputi penyediaan Laporan
Triwulan dan Laporan Tahunan
Sekretaris Perusahaan berperan besar dalam memperlancar hubungan antar
Organ Perseroan, hubungan antara Perseroan dengan stakeholders serta
dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi utama Sekretaris Perseroan mencakup tiga bidang, yaitu sebagai
liason officer, compliance officer serta investor relations. Corporate Secretary
has triple main function, as liason officer, compliance officer and investor
relations officer.
Sistem Pengendalian Internal
Manajemen mengembangkan sistem pengawasan dan pengendalian internal
agar dapat berfungsi secara efektif untuk mengamankan investasi dan aset
Perseroan.
Auditor Internal bertindak sebagai Satuan Pengawasan Internal.
Auditor Eksternal yang memeriksa laporan keuangan Perseroan tahun buku
2010 ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
berdasarkan rekomendasi dari Komisaris dan Komite Audit. Untuk menjamin
independensi dan kualitas hasil pemeriksaan Auditor Eksternal yang ditunjuk
tidak boleh memiliki benturan kepentingan dengan setiap level pejabat
Perseroan.
Dalam rangka memperkuat sistem pengawasan dan pengendalian internal di
Perseroan, Manajemen membentuk Satuan Kerja Sistem Manajemen
Perusahaan (SMP). Visi dari Satuan Kerja SMP adalah: Menjadi Satuan
Kerja yang terpercaya dalam mengelola proses bisinis Perusahaan dengan
menerapkan prinsip-prinsip GCG secara konsisten, sehingga
dapat meningkatkan nilai Perusahaan.
Pedoman Kode Etik merupakan salah satu tools Perseroan dalam
meningkatkan integritas insan perseroan di setiap level, agar penerapan best
practices GCG menjadi maksimal.
Pada dasarnya Pedoman Kode Etik Perseroan mengatur hal-hal yang
menjadi tanggung jawab Perseroan, individu jajaran Perseroan maupun pihak
lain yang melakukan bisnis dengan Perseroan, yang meliputi:
 Etika bisnis perseroan
 Etika perilaku individu
 Sosialisasi dan pelaporan atas pelanggaran
 Pernyataan kepatuhan code of conduct
Perseroan memiliki sistem nilai yang dianut dan dijalankan guna membangun
budaya perusahaan. Filosofi dasar dalam membangun sistem nilai tersebut
adalah sikap kerja “PTPRS,” yaitu Percaya, Terbuka, Positif, Rasional dan
Sadar Biaya & Lingkungan. Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam budaya kerja
“SiPrima” – Sinergi, Profesional, Beriman.
Sebagai pelengkap dan bagian atas Panduan GCG, Perseroan telah
menyusun dan menetapkan serangkaian aturan kebijakan pokok operasional,
untuk menunjang penerapan tata-kelola perusahaan yang baik, mencakup di
antaranya:
 Aturan dan Tatalaksana Sistem Pelaporan Pelanggaran(Whistleblower Policy)
 Pengelolaan Risiko
 Transaksi Benturan Kepentingan
 Transaksi Orang Dalam
 Manajemen Kinerja
 Manajemen Mutu
 Transaksi Afiliasi
 Pemberian dan Penerimaan Hadiah
 Pengadaan Barang/Jasa
Perseroan senantiasa berupaya menerapkan prinsip-prinsip dasar GCG
secara konsekuen dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya. Hal ini dapat dijelaskan pada uraian singkat mengenai
penerapan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut.
 Penerapan asas Transparansi
 Penerapan asas Akuntabilitas
 Penerapan asas Responsibilitas
 Penerapan asas Independensi
 Penerapan asas Kewajaran / Fairness

3.5 Layout bengkel

Gambar layout bengkel


3.6 Flow chart pelayan konsumen

4.1 trouble shooting


pada belt conveyor terdapat masalah yaitu:
1. pada komponen conveyor terdapat robekan
2. Motor listrik pada belt conveyor aus.
3. Pengaman yang digunakan pada belt conveyor yaitu pengaman fullcord sering
mengalami kemasukan air.

Pembahasan tata cara memecahkan permasalahan yang terjadi:

1. Kerusakan pada ban conveyor


a. Alat dan bahan
 Amlpas
 Sikat kawat
 Lakban

Bahan
 Palu
 Scrap plastic
 Tang
b. Cara memperbaiki

 Belt conveyor yang rusak bersihkan dengan percikan air


 Bersihkan pinggir conveyor yang luka atau sobek bisa dengan menggunakan
amplas atau bisa juga dengan menggunakan sikat kawat
 Pada bagian bawah belt conveyor beri lakban , tujuannya agar lem conveyor
tertahan di area yang sobek
 Pada lem conveyor campur kedua agent hingga keduanya menyatu
 Setelah kedua agent tadi menyatu kemudian usapkan , ke bagian yang robek hingga
penuh , sambil ditekan dengan menggunakan scrap plastik
c.langkah pengetesan
hidupkan conveyor lalu lihat apakah penambalan apakah masih rusak atau tidak jika
tidak makan penmablan ban conveyor selesai
Saat diketahui adanya kerusakan pada conveyor atau ban berjalan pada belt
coveyor kita melihat seberapa besar atau seberapa parahnya kerusakan yang
terjadi apabila kerusakan yang terjadi tidak begitu parah maka dilakukan
penampalan conveyor menggunakan besi gepeng sebagai penampal pada
bagianyang robek dan apabila terjadi kerusakan parah pada keseluruhan conveyor
maka dilakukan penggantian total pada conveyor tersebut.

2. Kurangnya pelumas pada motor listrik penggerak belt conveyor.


a. Alat dan bahan
 Pompa Grease

Bahan
 Grase (Minyak gemuk)\

b. Cara memperbaiki

 Isi terlebih dahulu pompa grase dengan grase yang tersedia


 Sambungkan pompa grease ke lubang pelumas pada motor listrik
 Pompokan pompa kira-kira sampai grease terisi penuh pada motor
 lepaskan pompa pada lubang grease

c. langkah pengetesan
hidupkan motor dan lihat putaran yang terjadi berputar normal dengan
kecepatan yang stabil atau tidak.

3. Pengaman fullcord sering mengalami rembesan air.


a. Alat dan bahan
Alat
 tang
 obeng plus

Bahan
 wd
 lap(majun)
b.Cara memperbaiki

 Buka terlebih dahulu fullcord dengan obeng plus


 Lalu lihat isi fullcord apakah ada air atau tidak
 Jika berisi air maka bersihkan air dengan lap lalu jika dia berkarat gunakan wd
 Tutup kembali fullcord lalu tambahkan silicon di setiap celah fullcord supaya
tidak ada lagi air yang masuk

c.langkah pengetesan
hidupkan conveyor lalu Tarik fullcord jika conveyor mati maka fullcord benar

5.1 kesimpulan
Pada PKL yang sayan lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada system belt conveyor sangat berperan dalam menjaga keandalan belt
conveyor khususnya di wilayah tambang air laya(TAL)
2. Kelancaraan system operasi CE dan CC, Stecker / Reclamer(S/R) tergantung
dari sempurna tidaknya shifting belt conveyor yang dilakukan,sehingga
kesiapan dari belt conveyor dapat menentukan produksi yang tinggi
3. Sistem penambangan di tambang air laya (TAL) menggunakan system terus
menerus (Continuos MInning)
4. Pihak instansi perusahaan sangat berperran penting dalam kemajuan dan
perkembangan siswa

5.2 Saran

1. Karena mahalnya harga belt conveyor maka alat pe ngaman yang di gunakan
,harus di pastikan dalam kondisi baik.
2. Perlu lebih di tingkatkan upaya perawatan preventif peralatan pengaman
dengan cara membentuk suatu tim khusus untuk melakukan pengecekan secara
feriodic yang mana anggotnya terdiri atas Satker perawatan listrik,Satker
perawatan mesin,Satker perencanaan danSatker operasi
3. Pada proses vulkanisir perlu diadakan penyambungan yang benar agar
sanbungan belt covayor kuat sehingga tidak mengganggu jalanya proses
pengangkutan material
4. Diharapkan kepada pihak instansi perusahhan tempat siswa Prakrin agar
kiranya dapat memberikan pendalaman materi serta pelatihan kerja yang lebih
mendalam

6.1 DAFTAR FUSTAKA

1. Dinas Perwatan Listrik


2. Perwatan safty device untuk peralatan tambang, PT. Bukit Asam
(PERSERO).Tbk – makalah oleh junaedi sopjan(1991)
3. Analisa Speed monitoring pada belt conveyor dengan menggunakan sensor
efektor untuk slip monitoring-Laporan kerja praktek oleh jalu tilolui dan
soegeng D.P.I (1997)
4. Slip monitoring-Diklat pusat pendidikan dan pelatihan, PT. Bukit Asam
(PERSERO)Tbk. Tanjung Enim, Indonesia
5. Sistem pengaman pada belt conveyor di Tambang Air Laya(TAL) – Laporan
kerja praktek oelh ony suryono. Politeknik elektronik negri Surabaya – Institut
teknologi sepuluh November(2000).
6. Electrical Drives abd Control Sistem. Electrical Supervisor. Chapter I THRU
10 – Diklat Pusat pendidikan dan pelatihan, PT> Bukit Asam (PERSERO)Tbk,
Tanjung Enim, Indonesia.
7. Winarso dan hery, 1996,” Fakto-faktor yang menimbulkan kerusakan serta
putusnya Belt Convayor”,IKIP,Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai