digunakan sebagai bahan bakar boiler, diantaranya nilai kalor bahan bakar, maupun kandungan
moisture/kelembabannya.
(a)
(b)
Gambar 2.12 Alat berat: (a) wheel loader; (b) excavator
dihancurkan hingga berukuran 13 mm. Batubara yang telah berukuran maksimal 1,3 cm akan
dibawa oleh conveyor 4 menuju area coal bunker.
E. Coal bunker
Batubara yang telah melalui proses crushing dibawa oleh conveyor 4 menuju area coal
bunker. Batubara mula-mula akan jatuh dari conveyor 4 menuju conveyor 5 melalui hopper yang
disebut dengan electric tee. Electric tee merupakan hopper yang mempunyai gerbang/damper
yang dapat diatur buka tutupnya oleh sebuah motor. Electric tee berfungsi untuk mengatur arah
jatuhnya batubara dari conveyor 4 A dan B menuju ke conveyor 5 A atau 5 B. Pada area coal
bunker terdapat dua buah electric tee, yakni sabagai hopper untuk conveyor 4 A dan 4 B. Kedua
electric tee tersebut dapat diatur agar menjatuhkan batubara di salah satu conveyor 5 saja (A atau
B) ataupun salah satu untuk menjatuhkan batubara di conveyor 5 A dan lainnya untuk
menjatuhkan batubara di conveyor 5 B.
Batubara yang telah jatuh di conveyor 5 akan diarahkan untuk memasuki coal bunker. PLTU
Bolok memiliki empat buah coal bunker, yang mana untuk setiap unit masing-masing memiliki
dua buah coal bunker. Pengaturan pemilihan bunker yang akan diisi oleh batubara yang diangkut
oleh conveyor 5, apakah itu bunker besar atau kecil maupun bunker untuk unit 1 atau unit 2,
dilakukan dengan bantuan electric plow unloader. Electric plow unloader ini dapat bergerak naik
dan turun. Saat electric plow unloader berada pada posisi naik/terangkat, maka batubara akan
tetap terus berada pada conveyor 5 atau dilewatkan begitu saja. Sedangkan saat electric plow
unloader berada pada posisi turun, maka batubara akan tercurah menuju coal bunker yang berada
di bawahnya dengan masuk melalui lubang coal bunker yang berada tepat disamping electric
plow unloader.
Coal bunker pada unit pembangkitan Bolok terdapat dua buah untuk setiap unit. Salah satu
buah coal bunker disebut sebagai coal bunker besar. Coal bunker tersebut disebut sebagai coal
bunker besar dikarenakan dalam satu coal bunker pada keluarannya terbagi ke dalam dua buah
coal feeder. Sedangkan coal bunker lainnya disebut sebagai coal bunker kecil karena pada
keluarannya batubara hanya bermuara pada sebuah coal feeder.
Coal feeder merupakan komponen yang berfungsi untuk menyuplai batubara ke dalam
furnace. Coal feeder dilengkapi dengan pengatur kecepatan motor feeder. Pengatur kecepatan ini
yang mengatur banyaknya (debit) flow batubara yang akan masuk ke ruang bakar.
Sedikit/banyaknya flow batubara yang disupali oleh coal feeder ini berbanding lurus dengan
pengaturan bukaan flow damper coal feeder yang dilakukan dari ruang kontrol (CCR). Pada coal
feeder juga dilengkapi dengan panel monitor yang akan menunjukkan flow rate coal feeder yang
sedang bekerja. Dari panel tersebut juga diketahui total flow batubara yang masuk ke furnace
melalui coal feeder. Untuk mengatur buka tutup aliran batubara sebelum masuk coal feeder,
peralatan ini dilengkapi dengan katup yang disebut dengan sliding gate. Saat coal feeder tidak
beroperasi, sliding gate pada sisi input coal feeder berada dalam posisi close. Jika coal feeder
akan beroperasi maka gerbang/katup ini dibuka secara manual dengan cara ditari atau digeser
(slide).
Menghemat ruang
Menjaga kualitas lingkungan kerja (tidak berisik dan rendahnya tingkat polusi udara)
Dalam sistem conveyor terdapat beberapa perangkat yang saling berkaitan satu sama lain
dalam fungsinya mendukung pengoperasian sitem transportasi batubara. Perangkat utama dari
sistem conveyor adalah belt conveyor. Belt conveyor merupakan sabuk yang terbuat dari karet
yang berfungsi sebagai pembawa material batubara. Selain itu, terdapat perangkat yang disebut
sebagai idler. Idler adalah perangkat berbentuk tabung yang berputar (roller). Idler berfungsi
sebagai penyangga belt conveyor secara langsung dan mengangkut material pada belt conveyor.
Terdapat beberapa jenis idler yang ada pada sistem conveyor, yaitu:
a) Carrying idler
Carrying idler adalah idler yang berfungsi sebagai penyangga belt conveyor disisi atas.
Selain idler, perangkat sistem conveyor lain yang berperan dalam pergerakan belt conveyor
adalah pulley. Pulley berfungsi untuk memutar, menyangga belt conveyor dan material yang
dibawa. Ada beberapa jenis pulley dalam sistem conveyor, yaitu:
a) Drive pulley
Drive pulley adalah pulley penggerak pada sisi depan conveyor. Drive pulley merupakan
pulley yang langsung berhubungan dengan motor penggerak conveyor, sehingga drive
pulley berfungsi untuk mengirim drive power ke sistem.
c) Take up pulley
Take up pulley adalah pulley yang berfungsi untuk menjaga tensi tegangan belt. Pada
sistem conveyor PLTU bolok, take up pulley dihubungkan dengan pemberat/counter
weight.
Ada beberapa macam pengaman dalam sistem penanganan batubara, diantaranya pull
cord/pull rope switch, belt tracking/miss alignment switch, serta interlock sistem pada
pengoperasian.
1) Pull cord switch adalah komponen pengaman conveyor yang berfungsi memberhentikan belt
conveyor dengan cara menarik tali yang dipasang sepanjang belt sisi kiri dan kanan apabila
ada gangguan atau kelainan peralatan di lokal. Pull cord switch juga diaktifkan pada saat ada
pekerjaan perbaikan/pemeliharaan di daerah conveyor, agar conveyor tidak bisa menyala
yang bisa menyebabkan kecelakaan pada pekerjanya.
2) Belt tracking/miss alignment switch adalah komponen pengaman conveyor yang berfungsi
untuk memberhentikan belt conveyor apabila terjadi unbalance/jogging (belt bergerak ke
kiri/ke kanan tidak pada posisi tengah)
3) Interlock sistem adalah komponen pengamanan yang bersifat elektrik yang diakses dari
computer HMI (human machine interface) dalam ruang kendali coal handling. Interlock
sistem ini diaktifkan sebelum dilakukan pengoperasian coal handling system baik conveyor
maupun perangkat lainnya. Interlock sistem ini berfungsi untuk mencegah penumpukan
batubara pada peralatan akibat salah satu perangkat dalam sistem mengalami kerusakan/trip.
Apabila salah satu perangkat mengalami kerusakan, interlock sistem ini akan otomatis
menghentikan seluruh komponen dalam sistem coal handling. Sistem ini diaktifkan dengan
meng-klik valid pada tab pengoperasian pengkat coal handling pada HMI.
Selain perangkat-perangkat diatas, di area conveyor terdapat alat keamanan lain yang berupa
lampu sirine. Lampu sirine ini diaktifkan sesaat sebelum menjalankan conveyor. Lampu sirine ini
berfungsi untuk memberi peringatan kepada operator lokal sebagai tanda bahwa conveyor akan
berjalan.
room dan panel lokal. Dalam operasi normal pelaksanaan start/stop peralatan dilakukan pada
HMI dari ruang coal handling central control room.
Perangkat dalam sistem penanganan batubara harus dinyalakan melalui suatu langkah urutan
tertentu. Urutan langkah ini harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi tumpukan batubara
pada sisi ujung peralatan yang mana perangkat selanjutnya belum menyala. Urutan penyalaan
peralatan sistem penganan batubara dilakukan dari ujung akhir sistem, yakni pada daerah coal
bunker. Perangkat pertama yang diaktifkan adalah conveyor 5A/5B. Kemudian penyalaan
dilanjutkan dengan conveyor 4A/4B, diikuti oleh perangkat pada daerah crusher building, yaitu
crusher hammer, shiever, dan magnetic separator. Perangkat selanjutnya yang dinyalakan ada
pada area coal yard, yaitu coveyor 3A/3B dan terakhir motor vibrator hopper. Setiap akan
menyalakan peralatan dari komputer HMI, tombol valid harus di-klik terlebih dahulu untuk
pengaman sistem.
Operator lcr bertugas untuk mengoperasikan peralatan pada sistem coal handling dari
monitor HMI. Selain itu, operator lcr juga berkoordinasi dengan operator-operator lokal coal
handling untuk memantau apakah kondisi di lokal telah aman untuk pengoperasian peralatan.
Kondisi aman yang dimaksud adalah tidak adanya kegiatan perbaikan pada peralatan serta tidak
ada orang yang bekerja disekitar peralatan, misal pembersihan sabuk conveyor. Operator lcr juga
berkoordinasi dengan operator lokal coal handling apabila terdapat indikasi alarm saat hendak
penyalaan peralatan. Operator lcr, selain mengoperasikan peralatan juga bertugas untuk
mengamati parameter kerja dari peralatan, misal arus dari crusher batubara. Nilai arus crusher
harus diamati agar tidak terjadi trip pada peralatan. Pada operasi normal arus pada crusher
batubara berkisar antara 85 91 amper. Apabila penunjukan arus mendekati 100 amper, maka
operator lcr harus berkoordinasi dengan operator lokal pada area conveyor 3 untuk mengatur laju
curahan batubara pada conveyor agar flow batubara yang masuk ke crusher lebih sedikit
sehingga mengurangi beban dan arus crusher. Apabila penunjukkan arus lebih dari 100 amper,
maka operator lcr harus melaporkan hal tersebut kepada pihak operator ccr agar ditindaklanjuti.
Tugas dari operator lokal conveyor 5 adalah memastikan batubara masuk menuju ke dalam
coal bunker dengan baik dengan level coal bunker yang memenuhi syarat minimum. Tugas
tersebut dapat dijabarkan menjadi:
a) Memastikan batubara dari conveyor 4 jatuh menuju conveyor yang tepat.
Pada area conveyor 5 terdapat perangkat yang disebut dengan electric tee. Electric tee adalah
perangkat berupa chute dengan motor damper yang akan mengatur arah jatuhnya batubara
menuju conveyor 5A atau B. Tugas operator lokal conveyor 5 adalah berkoordinasi dengan
operator 5 mengenai arah bukaan damper electric tee. Apabila batubara yang dijatuhkan
menuju arah conveyor yang salah, misal pada conveyor yang tidak sedang dioperasikan,
maka akan terjadi penumpukan batubara.
b) Memastikan batubara dari conveyor 5 jatuh pada coal bunker yang tepat.
Di area conveyor 5, tepatnya di sekitar belt conveyor 5 terdapat perangkat yang disebut
dengan electric plow unloader yang berfungsi untuk mengarahkan batubara pada belt
conveyor 5 untuk masuk pada coal bunker. Tugas operator lokal conveyor 5 adalah
berkoordinasi dengan operator lcr untuk melakukan operasi push, yakni membuat posisi
electric plow unloader turun dan mengarahkan batubara menuju coal bunker di bawahnya,
atau operasi pull, yakni membuat posisi electric plow unloader naik dan melewatkan
batubara ke arah coal bunker selanjutnya. Koordinasi yang dilakukan operator local
conveyor 5 adalah mengenai electric plow unloader mana saja yang harus pull atau push.
Pemilihan ini berdasarkan level dari coal bunker
c) Memastikan level coal bunker untuk start/stop pengisian coal bunker pemindahan posisi
electric plow unloader.
Coal bunker yang ada tidak dilengkapi dengan level meter yang mampu beroperasi. Oleh
karena itu, tugas dari operator lokal conveyor 5 adalah mengecek secara manual yakni
dengan menyenter ke arah coal bunker dan memperkirakan ketinggian batubara pada coal
bunker kemudian melaporkan pada operator ccr untuk dicatat dalam logbook dan juga
melaporkan kepada operator ccr untuk melakukan tahapan pengisian coal bunker dengan
nilai berupa persentase level batubara. Apabila level batubara telah mecukupi, maka operator
lokal kembali berkoordinasi untuk pencatatan level dan dilakukannya penghentian pengisian
batubara.
Selain tugas yang telah dijabarkan diatas, tugas dari operator lokal conveyor 5 adalah
melakukan koreksi saat terjadi kesalahan dalam sistem conveyor 5. Kesalahan tersebut antara
lain miringnya tuas pull cord switch akibat pengamanan conveyor atau kawat switch yang tidak
sengaja tertarik saat pembersihan conveyor yang mengakibatkan tidak dapat dioperasikannya
conveyor. Hal ini dapat terindikasi dari HMI pada lcr yaitu munculnya alarm emergency.
Pengkoreksian ini dilakukan dengan menegakkan kembali tuas pull cord switch, kemudian
mengkoordinasikannya dengan operator lcr untuk melakukan reset dari HMI dan menyalakan
ulang conveyor 5. Kesalahan lainnya adalah munculnya sinyal emergency akibat kelebihan arus
pada motor conveyor. Hal ini terjadi apabila conveyor mengalami kelebihan beban, yaitu pada
saat batubara yang diangkut terlalu banyak atau terdapatnya tumpukan batubara disekitar belt
yang mengakibatkan jalannya belt yang semakin berat. Apabila hal ini terjadi maka pada layar
panel lokal operasi motor conveyor akan muncul indikasi thermal fault. Untuk mengatasi hal ini
operator lokal harus membersihkan conveyor terlebih dahulu kemudian menekan tombol reset
pada panel lokal. Kemudian operator lokal berkoordinasi dengan operator lcr untuk kembali
menjalankan conveyor dan operator lcr akan berkoordinasi dengan operator lokal conveyor 3
untuk mengatur laju curahan batubara ke conveyor 3 agar tidak terlalu banyak dan membebani
conveyor.
Gambar 2.152 Layar panel lokal dan tombol reset operasi motor conveyor