SPOOR/TRACK/GAUGE
1.1
Dimensi Spoor
Lebar jalur kereta api atau lebar trak atau lebar sepur adalah lebar antara sisi
dalam kepala rel pada trak kereta api. Hampir enam puluh persen trak kereta api
diseluruh dunia menggunakan trak yang lebarnya 1.435 mm(4 ft 8 in), yang pada
akhirnya disebut sebagai lebar trak standar Internasional. Lebar trak yang kurang dari
itu disebut sebagai lebar trak sempit (narrow gauge) dan yang lebih lebar disebut
sebagai trak lebar (broad gauge).
Di beberapa negara ada yang menggunakan lebar trak yang berbeda sehingga
pada tempat-tempat tertentu digunakan tiga rel dalam satu trak, sehingga lintasan bisa
dipakai bersamaan antara kereta dengan lebar trak yang kecil dan lebar trak yang besar.
1.2
1.668
Nama
Instalasi
Trak India
Trak Iberian
14.337,2 km (2007) + 21
km lebar campuran Spanyol
(Iberian+UIC, tiga rel
dengan bantalan yg sama)
1.600
Trak Irlandia
9.800 km
1.524
Trak Russia
7.000 km
1.520
Trak Russia
220.000 km
1.435
Trak Standard
720.000 km
1.067
112.000 km
1.000
Trak Meter
95.000 km
Note
India (42.000 km),
Pakistan, Argentina, Chile
Portugal, Spanyol
Ireland dan lebar penting
yg minor di Australia Victoria (4,017 km),
Brazil (4,057 km)
Finland, Estonia
Negara2 CIS, Latvia,
Lithuania, Mongolia
Eropa, Amerika Utara,
China, Australia, Timur
Tengah(60% dari KA
dunia)
Africa Selatan dan Tengah,
Indonesia, Japan, Taiwan,
Philippines, New Zealand,
Australia (sebagian)
Asia Tenggara, India
(17.000 km, sebagian
sedang dikonversi ke
Indian gauge, Brazil
(23.489 km)
1.3
BAB
REL
II
2.1
Pengertian Umum
Rel merupakan struktur balok menerus yang diletakkan di atas tumpuan bantalan
yang berfungsi sebagai penuntun/mengarahkan pergerakan roda kereta api. Rel juga
disediakan untuk menerima secara langsung dan menyalurkan beban kereta api kepada
bantalan tanpa menimbulkan defeksi yang berarti pada bagian balok rel diantara
tumpuan bantalan. Oleh sebab itu, rel yang direncanakan harus memiliki nilai kekakuan
balok tertentu sehingga perpindahan beban titik roda dapat menyebar secara baik pada
tumpuan di bantalan.
Rel juga berfungsi sebagai struktur pengikat dalam pembentukan struktur jalan
rel yang kokoh. Oleh sebab itu, bentuk dan geometrik rel dirancang sedemikian
sehingga dapat berfungsi sebagai penahan gaya akibat pergerakan dan beban kereta api.
Pertimbangan yang diperlukan dalam membuat geometrik rel adalah :
1. Permukaan rel harus dirancang memiliki permukaan yang cukup lebar untuk
membuat tegangan kontak diantara rel dan roda sekecil mungkin.
2. Kepala rel harus cukup tebal untuk memberikan umur manfaat yang panjang.
3. Badan rel harus cukup tebal untuk menjaga dari pengaruh korosi dan mampu
menahan tegangan lentur serta tegangan horisontal.
4. Dasar rel harus cukup lebar untuk dapat mengecilkan distribusi tegangan ke
bantalan baik melalui pelat andas maupun tidak.
5. Dasar rel juga harus tebal untuk tetap kaku dan menjaga bagian yang hilang
akibat korosi.
6. Momen inersia harus cukup tinggi, sehingga tinggi rel diusahakan tinggi dan
mencukupi tanpa bahaya tekuk.
7. Tegangan horisontal diusahakan dapat direduksi oleh kepala dan dasar rel
dengan perencanaan geometriknya yang cukup lebar.
8. Stabilitas horisontal dipengaruhi oleh perbandingan lebar dan tinggi rel yang
mencukupi.
9. Titik Pusat sebaiknya di tengah rel.
10. Geometrik badan rel harus sesuai dengan pelat sambung.
11. Jari-jari kepala rel harus cukup besar untuk mereduksi tengangan kontak.
Pertimbangan lainnya adalah perencanaan rel dengan berat yang sama tetapi
memiliki geometrik yang berbeda sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Contohnya,
ARA (American Railways Association) membagi rel menjadi kelas A dan B. Kepala rel
3
jenis A dibuat tipis dengan tujuan agar momen inersia tinggi sehingga rel ini dipakai
untuk kereta api berkecepatan tinggi. Lain halnya dengan kepala rel jenis B yang dibuat
sedemikian sehingga memiliki momen inersia cukup untuk menahan bahaya aus karena
beban gandar yang tinggi dengan kecepatan kereta api sedang.
2.2
sehingga dapat tahan terhadap keausan akibat gesekan akibat roda dan korositas. Dalam
klasifikasi UIC dikenal 3 macam rel tahan aus (wear resistance rails WR), yaitu rel
WR-A, WR-B dan WR-C. Komposisi/kadar kimia bahan karbon (C) dan Mn diberikan
dalam Tabel 2.1 Rel yang digunakan di Indonesia (PJKA) saat ini merupakan rel WRA, dimana termasuk jenis baja dengan kadar yang tinggi (high steel carbon), sedangkan
WR-B dan WR-C merupakan baja dengan kadar C yang sedang dan rendah. Percobaan
di laboratorium (Masutomo et al. 1982) menunjukkan bahwa rel dengan kadar karbon
yang tinggi lebih tahan aus daripada baja berkadar karbon sedang.
Tabel 2.1 Kadar C dan Mn pada rel WR dan PJKA
Jenis Rel
WR-A
WR-B
WR-C
PJKA
C
0,60 0,75
0,50 0,65
0,45 0,60
0,60 0,80
Mn
0,80 1,30
1,30 1,70
1,70 2,10
0,90 1,10
Ketahanan aus rel WR-A hingga mencapai 2 4 kali lebih baik daripada rel
biasa. Keausan rel maksimum yang diijinkan oleh PD 10 tahun 1986 diukur dalam 2
arah yaitu pada sumbu vertikal (a) dan pada arah 45 dari sumbu vertikal (e). Gambar
2.1 menunjukkan ukuran-ukuran keausan rel menurut PD 10 tahun 1986. Nilai-nilai
maksimum tersebut ditentukan berdasarkan :
emaksimum
amaksimum
= 0,54 h 4
= dibatasi oleh kedudukan kasut roda dan pelat sambungan.
(2.1)
Nilai
Gambar 2.2 Perbandingan komposisi kimia rel pengerasan di ujung dan rel standar
kekuatan minimal 13.000 kg/cm2 dan bagian badan berkekuatan 9000 kg/cm2.
Penggunaannya di Indonesia dapat dilihat pada geometrik jalur angkutan batubara
Kereta Api Babaranjang di Sumatera Selatan. Gambar 2.4 di bawah ini menunjukkan
komposisi dan bentuk rel dengan pengerasan di bagian kepala.
2.3
a. Permukaan Rel untuk pergerakan kereta api atau disebut sebagai running surface
(rail thread),
b. Kepala Rel (head),
c. Badan Rel (web),
d. Dasar Rel (base).
Gambar 2.4 Komposisi kimia dan bentuk rel dengan pengerasan di kepala
Tipe
Berat
(kg/ m)
Tinggi
(mm)
Lebar
Kaki
(mm)
Lebar
Kepala
(mm)
Tebal Badan
(mm)
Panjang Standar/
normal (m)
R2/
R25
25,74
110
90
53
10
6,80-10,20
R3/
R33
33,40
134
105
58
11
11,90-13,60
R14/
R41
41,52
138
110
68
13,5
11,90-13,60-17,00
R14A/
R42
42,18
138
110
68,5
13,5
13,60-17,00
R50
50,40
153
127
63,8
15
17,00
UIC 54/
R54
54,40
159
140
70
16
18,00/ 24,00
R60
60,34
172
150
74,3
16,5
Masing-masing profil rel memiliki dimensi momen inersia, jarak terhadap garis netral
luas penampang yang berbeda untuk keperluan perencanaan dan pemilihan dimensi
yang tepat untuk struktur jalan rel sebagaimana dijelaskan dalam Tabel 2.3 PD 10 tahun
1986.
2.4
dasar rel akibat beban dinamis roda kendaraan (Sbase). Tegangan ini tidak boleh
melebihi tegangan ijin lentur baja (Si). Jika suatu dimensi rel dengan beban roda
tertentu menghasilkan Sbase < Si, maka dimensi ini dianggap cukup.
Tabel 2.4 Dimensi profil R 42, R 50, R 54 dan R 60
10
Tegangan Ijin
Tegangan ijin tergantung pada mutu rel yang digunakan. Untuk perencanaan
dimensi rel yang akan digunakan, Perumka (Indonesia) menggunakan dasar kelas jalan
untuk menentukan tegangan ijinnya. Tabel 2.4 menjelaskan tegangan ijin setiap kelas
jalan dan tegangan dasar rel untuk perhitungan dimensi rel.
foundation". Secara umumnya, alur perhitungan dimensi rel dapat dijelaskan dalam
Gambar 2.8 di bawah. Pada dasarnya, pembebanan untuk roda tunggal dengan jarak
roda yang jauh saat ini hampir tidak ada. Sebagian besar roda digabung dalam satu
bogie yang memiliki 2 atau 3 roda. Oleh karena itu, akan terjadi reduksi momen
maksimum yang terjadi pada titik di bawah beban roda akibat superposisi dan
konfigurasi roda.
Tabel 2.5 Tegangan ijin profil rel berdasarkan kelas jalan di Indonesia
11
Traffic Design,
Speed Design
Calculate Ps
Rail Parameters:
Rail Type,
Rail Moment of Inertia,
Rail Modulus of Elasticity,
Section Modulus Base,
Track Stiffness
Calculate Pd
Calculate
Ma = 0.85 Mmax
= (Ma y)/Ix
Sbase = Ma/Wb
P x
e coso sini
i 1 4
P
Ma 0,75
4
4
Ma
b.
(2.2)
P x
e coso sini
i 1 4
P
Ma 0,82
4
6
Ma
(2.3)
Jika konfigurasi roda tidak diperhitungkan maka digunakan persamaan reduksi momen
sebagai berikut :
P
Ma 0,85
4
(2.4)
12
2.5
Umur Rel
Panjang pendeknya umur rel ditentukan oleh mutu rel (berkaitan dengan
komposisi bahan kimia penyusun rel), keadaan lingkungan dan beban yang bekerja
(daya angkut lintas).
diperlukan untuk memperkirakan umur aus, pemeliharaan dan tahun penggantian rel.
Ini akan berkaitan dengan perencanaan keselamatan pergerakan kereta api di atas rel.
Dalam proses perencanaan umur rel, dapat dilakukan dengan pendekatan analisis
melalui tiga aspek, yaitu :
a. Kerusakan pada ujung rel,
b. Keausan rel, baik pada bagian lurus maupun tikungan,
c. Lelah.
1. Kerusakan pada ujung rel
Sebelum digunakannya rel panjang dan menerus, biasanya digunakan rel pendek
dengan panjang 6,8 hingga 10 meter pada struktur jalan rel. Oleh karena itu, jalur rel
yang panjang diperlukan batangan rel dan konstruksi sambungan diantara rel yang lebih
banyak. Salah satu indikasi yang menentukan batasan umur rel disini adalah kerusakan
rel pada sambungan. Beberapa kerusakan yang ditimbulkan diantaranya diakibatkan
oleh :
Beban gandar yang berlebihan (overload),
Lebar celah yang terlalu besar,
Mutu rel,
Beda tinggi diantara rel-rel di konstruksi sambungan,
Diameter roda yang kecil,
Kondisi kendaraan rel,
Jari-jari permukaan rel,
Kekakuan jalan rel dan
Kecepatan kendaraan rel.
Kerusakan pada ujung rel di sambungan di atas akan mengakibatkan adanya
kerusakan terhadap struktur jalan rel oleh hantaman roda pada sambungan. Beberapa
contoh implikasi kerusakan struktur jalan rel tersebut adalah :
a. Tercabutnya tarpon dari bantalan,
b. Retaknya pelat sambungan rel,
13
Meskipun
demikian, semakin meningkatnya beban gandar (untuk lalu lintas tinggi), umur rel tidak
hanya diukur berdasarkan keausan melainkan dipertimbangkan pula masalah kelelahan
dan shelling.
Persamaan Umur Rel
AREA (American Railway Engineering Association) menurunkan model persamaan
empirik umum yang digunakan untuk menentukan umur rel berdasarkan keausan yaitu :
T = K W D0.565
Dimana:
(2.5)
: 0,9538
: 0,9810
CWR
: 1,3544 1,3930
: 1,4210 1,4616
D = daya angkut lintas (juta ton/tahun atau million gross tons, mgt),
dimana 1 mgt = 0.909 juta ton
Percobaan Keausan
Selain menggunakan persamaan di atas (Persamaan 5.5), digunakan pula metode
perhitungan keausan dengan percobaan di laboratorium maupun lapangan.
Beberapa
contoh spesifikasi keausan yang dihasilkan dari percobaan ini adalah pembatasan
keausan 0,056 in/100 mgt untuk rel 115RE dan 0,058 in/100 mgt untuk 132 RE
(University of Illinois), 0,028 in/mgt untuk 136 RE (Zarembski & Abbot), dan lain-lain.
Tabel 2.5 Hubungan diantara jari-jari lengkung terhadap nilai K
15
Sl
(2.6)
dimana,
Sl = tegangan lentur
M = momen lentur
Wa = tahanan momen atas
2. Tegangan Kontak (Sk), Rumus HR. Thomas :
1
Sk
23500 P 3
R
2 1
R2
0,271
R 23
(2.7)
dimana,
Sk
AE
E
E L
Ss
E (t t P )
L
(2.8)
dimana,
L
= panjang rel
tp
= suhu pemasangan(C)
Tegangan
St1
St2
Stn
Sf
N1
N2
Nn
107
Siklus
Ne
1
Sti k
Sf
D 1 2 3 ... n i
N1 N2 N3
Nn
Ni
1
umur rel L tahun
D
(2.9)
dimana,
Ni = siklus penyebab failure pada tegangan Sti (siklus)
k
2.6
meliputi :
1. Rel Standar, dengan panjang 25 meter (sebelumnya 6 10 meter)
2. Rel Pendek, dengan panjang maksimum 100 meter atau 4 x 25 meter
3. Rel Panjang, adalah rel yang mempunyai panjang statis, yaitu daerah yang tidak
terpengaruh pergerakan sambungan rel, biasanya dengan panjang minimal 200
meter
Sambungan rel adalah titik-titik perlemahan dan jika terjadi beban kejut yang
besar pada sambungan akan dapat merusak struktur jalan rel. Oleh karena itu, rel dari
pabrik akan diproduksi 25 meter dan selanjutnya akan dilas dengan flash butt welding
untuk mendapatkan rel-rel pendek dan di lapangan dapat disambung lagi dengan las
thermit welding sehingga akan menjadi rel panjang.
Dalam perencanaan, rel panjang perlu diperhatikan panjang minimum dan
stabilitasnya terutama akibat pengaruh Bahaya Tekuk (buckling) oleh gaya longitudinal
dan perubahan suhu.
berkembang bebas dan hanya akan dihambat oleh perkuatan pada bantalan dan balas.
Penentuan Panjang Minimum Rel Panjang
Permasalahan yang ditimbulkan dalam rel panjang adalah penentuan panjang minimal
rel panjang yang diakibatkan oleh dilatasi pemuaian sebagaimana dituliskan dalam
persamaan berikut :
L = L T
(2.10)
dimana :
L
= Kenaikan temperature ( C)
18
Menurut hukum Hooke, gaya yang terjadi pada rel dapat diturunkan menjadi persamaan
sebagai berikut
(2.11)
L E A
L
dimana :
E
(2.12)
M'
F = E A T = r l
O'
= OM =
(2.13)
(2.14)
Untuk mendapatkan panjang minimum rel panjang digunakan persamaan 2.13 dan 2.14
sebagai berikut :
L
(2.15)
19
(2.16)
Dimana :
P : gaya longitudinal akibat perubahan suhu,
E : modulus elastisitas baja
tp : suhu pemasangan
Dalam penentuan suhu pemasangan, PD. No.10 tahun 1986 memberikan aturan
bahwa untuk rel ukuran standar dan rel pendek yang panjangnya 50 m ditentukan
sebesar 20C yaitu suhu terendah yang pernah diperoleh pada pengukurannya di
Semarang sedangkan rel lainnya diambil suhu tertinggi yang menghasilkan besar celah
maksimum 16 mm (Penjelasan PD.10 tahun 1986 hal. 3-17 s.d. 3-18). Batas suhu
20
maksimum untuk semua jenis rel ditentukan sebagai suhu tertinggi yang menghasilkan
celah sebesar 2 mm.
Pergerakan sambungan (Gap)
Jika suhu mulai meningkat, rel merayap yang ditahan oleh bantalan dan balas
sampai menutup sambungan. Ada bagian yang bergerak (breathing length) dan ada
bagian yang tidak bergerak/tetap (static, unmovable). Oleh karena itu, diperlukan gap
(celah) dengan batasan terukur supaya struktur ujung rel tidak cepat rusak.
Untuk rel pendek dan standar digunakan persamaan untuk menghitung celah/gab
sebagai berikut :
G = L (40 t) + 2
(2.17)
(2.18)
untuk :
dG1 = .t.dx
(2.19)
R (X) dx
dG2 =
(2.20)
EA
R (X) dx
EA
(2.21)
Ps
EA
(2.22)
sehingga :
Ps - R (X)
dG =
EA
dx
(2.23)
1 Xb
( Ps R( x ) ) dx
EA 0
(2.24)
(2.25)
E A T
r
(2.26)
Maka :
G =
1
E A T
E.A..T
EA
r
G = E A 2 (t-tp)2/ 2r
(2.27)
(2.28)
22
Oleh karena itu besar celah untuk rel panjang dapat juga ditentukan menggunakan
persamaan:
G =
E A 2 (50 t)2
2
2r
(2.29)
Pb
2
2C l
Wl 2
EI
s
16D Qb D 2Qb
l2
(5.30)
Dimana :
Is
Rel 25 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 25 kilogram (kg).
Rel 33
Rel 41
Rel 42
Rel 50
Rel 54
Rel 60
25
BAB III
BANTALAN REL
3.1
Pengertian Umum
Bantalan rel adalah landasan tempat rel bertumpu dan diikat dengan penambat
rel oleh karena itu harus cukup kuat untuk menahan beban kereta api yang berjalan di
atas rel. Bantalan dipasang melintang rel pada jarak antara bantalan dengan bantalan
sepanjang 0,6 meter.
3.2
kereta
digunakan
di
api,
serta
jembatan
Kelemahan
kayu
lama
terutama
tinggi.
Bantalan kayu digunakan pada jalan rel, karena bahannya mudah didapat dan
mudah dibentuk.
26
Secara umum, syarat bahan bantalan kayu adalah utuh dan padat, tidak
bermata, tidak ada lubang bekas ulat dan tidak ada tanda-tanda mulai lapuk, kadar
air maksimum 25%. Bantalan kayu harus terbuat dari kayu mutu A, dengan kelas
kuat I atau II dan kelas awet I atau II.
Ukuran bantalan kayu, dengan toleransinya adalah sebagai berikut:
Bantalan kayu jalan lurus
:
Panjang
:L
= 2000 (+40, -20) mm
Lebar
:b
= 220 (+20, -10) mm
Tinggi
:t
= 130 (+10, -0) mm
Bantalan kayu jembatan :
Panjang
:L
Lebar
:b
Tinggi
:t
Bantalan kayu pada bagian tengah maupun bagian bawah rel harus mampu
menahan momen maksimum sebesar:
Kelas kayu
I
II
: lt = 83 kg/cm2
27
Pemakaian angker ini, biasanya pada lalu lintas berat, lengkung dengan radius kecil
dan pada pemakaian rel panjang menerus.
Kerusakan bantalan kayu lebih banyak diakibatkan karena terjadinya
penurunan kekuatan akibat melapuknya kayu, beberapa kerusakan juga diakibatkan
oleh tingginya beban, sehingga alat penambat kendor dan beban langsung menekan
kepada kayu baik vertikal maupun lateral. Kerusakan lainnya adalah karena
susutnya kayu, sehingga untuk ini perlu dipasang pelat pengaman, yang dipasang
pada ujung bantalan.
b. Bantalan Besi
Bantalan besi digunakan dalam jalan rel karena umurnya panjang dan
ringan
sehingga
memudahkan
maupun
longitudinal,
Berat
gesekan
antara
dengan
balas
sendirinya
kecil
permukaan
relative
dan
bantalan
lebih
kecil,
renda
dan
komponen-komponennya
lebih sedikit. Berat sendiri
bantalan beton cukup besar
(160-200
menahan
lateral
kg),
gaya
dan
dapat
vertikal,
longitudinal
29
Pada proses pretension, penyaluran gaya dari kabel ke beton melalui tegangan
geser antara kabel dan beton, sedangkan pada proses post tension melalui suatu
sistem penjangkauan di ujung kabel, sistem penjangkauan ini biasanya dipatenkan.
Bantalan Beton Pratekan Blok Tunggal dengan Proses Pretension
1. Ukuran bantalan
Pada jalur lurus, bantalan beton pratekan dengan proses pretension, mempunyai
ukuran panjang:
Di mana:
l = jarak antara dua sumbu vertikal rel (mm)
= 80 -160
= diameter kabel baja prategang (mm)
2. Mutu campuran beton harus mempunyai kuat tekan karakteristik tidak kurang
dari 500 kg/cm2, mutu baja untuk tulangan geser tidak kurang dari U-24 dan mutu
baja prategang ditetapkan dengan tegangan putus minimum sebesar 17000
kg/cm2.
3. Bantalan beton pratekan dengan proses pretension harus dapat memikul momen
minimum sebagai berikut:
Bagian
Bawah rel (Mr)
Tengah bantalan (Mc)
4. Pada setiap titik potong vertikal pada dudukan rel, tegangan minimum adalah
3,5 Mpa pada kondisi pratekan awal.
5. Gaya cabut shoulder minimum 5500 kg/buah, pada kondisi uncrack.
6. Bentuk penampang bantalan beton arus menyerupai trapesium.
7. Pusat berat baja prategang diusahakan sedekat mungkin dengan pusat berat
beton.
8. Perhitungan kehilangan tegangan pada gaya prategang cukup diambil sebesar
25% gaya prategang awal, kecuali jika diadakan hitungan teoritis, maka dapat
diambil lain dari 25%.
9. Pusat berat baja prategang harus selalu terletak pada daerah galih sepanjang
tubuh bantalan.
tarik dan tekan, tegangan izin tarik beton sangat rendah, maka untuk menjadikan
30
tegangan tarik yang bekerja tetap di bawah tegangan izin tarik, maka pada balok
diberikan gaya tekan, sehingga dapat dihitung dengan persamaan:
Gaya tekan N dihasilkan oleh kabel yang ditarik lebih dahulu sehingga kabel
bertambah panjang, dan apabila dilepas akan berusaha memendek yang ditahan oleh
beton, sedangkan M dihitung berdasarkan teori balok di atas tumpuan elastis.
Kehilangan Tegangan (Prestressing Loose)
Bermacam-macam kejadian fisik menyebabkan gaya tekan N yang bekerja pada
beton menjadi lebih kecil dari gaya P yang ditegangkan. Berkurangnya gaya tekan ini
disebut kehilangan tegangan dan umumnya disebabkan oleh perpendekan elastis,
rangkak beton, susut beton, dan relaksasi baja.
Bantalan Beton Biblok
- Pada jalur lurus, satu bantalan blok ganda mempunyai ukuran sebagai berikut:
Panjang
: 700 mm
Lebar
: 300 mm
Tinggi rata-rata : 200 mm
- Pada bagian jalur lain, dengan pelebaran sepur, panjang batang
penghubungnya diatur atau komponen penambatnya diatur.
- Mutu campuran beton harus mempunyai kuat tekan karakteristik minimal 385
kg/cm2, mutu baja tulangan lentur minimal U-32, dan mutu baja penghubung
minimal U-32.
- Panjang batang penghubung harus dibuat sedemikian rupa, sehingga cukup
untuk meletakkan angker penambat.
Pengujian
Pada akhirnya kekuatan bantalan dalam menerima beban harus dibuktikan di
lapangan, dan sebelum ini dilakukan diperlukan uji laboratorium, yang meliputi:
Uji beban statis
Uji cabut
Uji dinamis
sehingga jika roda anjlog, maka tidak akan bergerak jauh, sehingga tidak akan fatal.
Fungsi utama lainnya untuk mencegah keausan rel, jika dipasang pada jalan
lengkung dan pada rel dalam maka pergerakan flens roda rel luar akan terhambat
gerakan flens roda rel dalam, sehingga keausan rel luar akan berkurang.
31
d. Slab-Trak
Adalah bantalan yang langsung menjadi satu dengan badan jalan yang dicor
dalam bentuk slab. Pengerjaan
harus
sangat
teliti
mendapatkan
untuk
kualitas
baja
perawatannya
tetapi
biaya
jauh
lebih
rendah. Digunakan untuk membangun lintasan kereta api cepat, lintasan yang
arus lalu lintas kereta apinya tinggi. Pemilihan jenis bantalan umumnya ditentukan
oleh karakteristik beban, umur rencana, harga bantalan serta kondisi tanah
dasarnya.
Pada bantalan slab juga memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri.
Kekurangan dan kelebihan tersebut antara lain :
Kelebihan bantalan slab :
1. Memiliki kualitas yang sangat tinggi.
2. Lebih nyaman dari pada bantalan yang lain.
3. Perawatannya sangat mudah.
Kekurangan bantalan slab :
1. Membutuhkan tenaga khusus dalam pengerjaannya.
2. Memiliki tinggkat ketelitian yang sangat tinggi.
3. Membutuhkan dana yang sangat besar.
32
BAB IV
BALLAST
4.1
Pengertian Umum
Batu kerikil atau dikenal juga sebagai batu ballast memang sengaja disebar di
bawah rel kereta api. Fungsinya adalah sebagai pemberat (Ballast). Dengan adanya
lapisan batu kerikil ini rel dapat tetap stabil. Batu ballast ini juga mengimbangi berat
dan menyerap getaran kereta api yang lewat. Fungsi lainnya adalah menghindari
pengikisan tanah oleh air hujan, memperlancar aliran air hujan dan memperlambat
tumbuhnya sabangsaning rerumputan di sekitar rel. Pada prakteknya, batu ballast ini
semakin lama semakin rapat posisinya, berkurang jumlahnya, sehingga perlu dilakukan
perawatan. Biasanya PT. Kereta Api akan menurunkan rangkaian Profile Ballast
Regulator untuk merawat rel kereta beserta pendukungnya.
Lapisan ini disebut pula sebagai Tack Bed, karena fungsinya sebagai tempat
pembaringan trek rel KA. Lapisan Ballast merupakan suatu lapisan berupa batu-batu
berukuran kecil yang ditaburkan di bawah trek rel, tepatnya di bawah, samping, dan
sekitar bantalan rel (sleepers). Bahkan terkadang dijumpai bantalan rel yang
tenggelam tertutup lapisan ballast, sehingga hanya terlihat batang relnya saja.
Fungsi lapisan ballast adalah:
1. untuk meredam getaran trek rel saat rangkaian KA melintas.
2. menyebarkan axle load dari trek rel ke lapisan landasan di bawahnya, sehingga
trek rel tidak ambles.
3. menjaga trek rel agar tetap berada di tempatnya.
4. sebagai lapisan yang mudah direlokasi untuk menyesuaikan dan meratakan
ketinggian trek rel (Levelling).
5. memperlancar proses drainase air hujan, serta
6. mencegah tumbuhnya rumput yang dapat mengganggu drainase air hujan.
Ballast yang ditabur biasanya adalah batu kricak (bebatuan yang dihancurkan
menjadi ukuran yang kecil) dengan diameter sekitar 28-50 mm dengan sudut yang
tajam (bentuknya tidak bulat). Ukuran partikel ballast yang terlalu kecil akan
mengurangi kemampuan drainase, dan ukuran yang terlalu besar akan mengurangi
kemampuannya dalam mentransfer axle load saat rangkaian KA melintas. Dipilih yang
sudutnya tajam untuk mencegah timbulnya rongga-rongga di dalam taburan ballast,
sehingga lapisan ballast tersebut susunannya menjadi lebih rapat.
Ballast ditaburkan dalam dua tahap. Pertama saat sebelum perakitan trek rel,
yakni ditaburkan diatas formation layer dan menjadi track bed atau kasur bagi
bantalan rel, agar bantalan tidak bersentuhan langsung dengan lapisan tanah. Akan
tetapi jika bantalan langsung bersentuhan dengan tanah (formation layer), bantalan
tersebut akan ambles, karena axle load yang diterima bantalan langsung menekan
frontal ke bawah karena ketiadaan ballast untuk menyebarkan axle load. Kedua ketika
trek rel selesai dirakit, untuk menambah ketinggian lapisan ballast hingga setinggi
bantalan, mengisi rongga-rongga antarbantalan, dan di sekitar bantalan itu sendiri.
Ballast juga ditabur disisi samping bantalan hingga jarak minimal 50 cm dengan
kemiringan (slope) tertentu sehingga membentuk bahu ballast yang berfungsi
menahan gerakan lateral dari trek rel.
Pada kasus tertentu, sebelum ballast, ditaburkan terlebih dahulu lapisan subballast, yang berupa batu kricak yang berukuran lebih kecil. Fungsinya untuk
34
memperkuat lapisan ballast, meredam getaran saat rangkaian keretap api lewat, dan
sekaligus menahan resapan air dari lapisan blanket dan subgrade di bawahnya agar
tidak merembes ke lapisan ballast.
Ketebalan lapisan ballast minimal 150 mm hingga 500 mm, karena jika kurang
dari 150 mm menyebabkan mesin pecok ballast (Plasser and Theurer Tamping
Machine) justru akan menyentuh formation layer yang berupa tanah, sehingga
bercampurlah ballast dengan tanah, yang akan mengurangi elastisitas ballast dalam
menahan trek rel dan mengurangi kemampuan drainasenya. Secara periodik, dilakukan
perawatan terhadap lapisan ballast dengan dibersihkan dari lumpur dan debu yang
mengotorinya, dipecok, atau bahkan diganti dengan yang baru. Untuk itu, dilakukan
perawatan dengan mesin khusus yang diproduksi oleh Plasser and Theurer Austria. Di
Indonesia
ada
mesin
pemecok
ballast
(Ballast
Tamping
Machine)
untuk
4.3
yang memenuhi syaratsyarat yang tercantum dalam Peraturan Bahan Jalan rel
35
Indonesia (PBJRI) lapisan ini berfungsi sebagai lapisan penyaring (filter) antara tanah
dasar dan lapisan balas atas dan harus dapat mengalirkan air dengan baik. Tebal
minimum lapisan balas bawah adalah 15 cm.
4.4
4.5
1. Ukuran
2. Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan balas bawah dihitung
dengan persamaan-persamaan:
-
Pada tikungan
k1d = k1
36
k1 l = b+ 2 d 1+ m+2 e
E = (b+ 1/2) x h/l + t
3. Pada tebing lapisan balas bawah dipasang konstruksi penahan yang dapat
menajmin kemantapan lapisan itu.
BAB V
RUANG BEBAS
5.1
Pengertian Umum
Ruang bebas adalah ruang diatas sepur yang senantiasa harus bebas dari segala
rintangan dan benda penghalang. Ruang ini disediakan untuk lalu lintas rangkaian
kereta api. Ukuran ruang bebas untuk jalur tunggal dan jalur ganda, baik pada bagian
lintas yang lurus maupun yang melengkung, untuk lintas elektrifikasi dan non
elektrifikasi, adalah seperti yang tertera pada gambar 5.1, gambar 5.2, gambar 5.3 dan
gambar 5.4. Ukuran-ukuran tersebut telah memperhatikan dipergunakannya gerbong
kontener/ peti kemas ISO (Iso Container Size) tipe Standard Height.
Ruang bangun adalah ruang disisi sepur yang senantiasa harus bebas dari segala
bangunan tetap seperti antara lain tiang semboyan, tiang listrik dan pagar. Batas ruang
bangun diukur dari sumbu sepur pada tinggi 1 meter sampai 3,55 meter. Jarak ruang
bangun tersebut ditetapkan sebagai berikut :
a. Pada lintas bebas :
2,35 sampai 2,53 m di kiri kanan sumbu sepur.
37
b. Pada emplasemen :
1,95 m sampai 2,35 di kiri kanan sumbu sepur
c. Pada jembatan :
2,15 m di kiri kanan sumbu sepur.
Keterangan :
Batas I
Gambardengan
5.1 Ruang
bebas pada
bagian
lurus
: Untuk jembatan
kecepatan
sampai
60 km/jam
Batas II
Batas III
Batas IV
38
Gambar 5.3 Ruang bebas pada jalur lurus untuk jalan ganda
39
Gambar 5.4 Ruang bebas pada jalur lengkung untuk jalan ganda
BAB VI
SEMBOYAN ATAU RAMBU
6.1
Pengertian Umum
Dalam rangka terselenggaranya pengoperasian perjalanan kereta api yang aman,
tertib
dan
lancar,
maka
semua
Rambu
kereta
api
adalah
pada
suatu
tempat
tertentu dan memberikan isyarat dengan arti tertentu untuk mengatur dan mengontrol
pengoperasian kereta api.
Menurut Peraturan Dinas 3 (PD 3) sebagai perubahan dan perbaikan serta
penyesuaian dari Reglemen 3 (R 3) dalam BAB I, Pasal 1, Ayat (1), yang dimaksud
dengan Semboyan adalah pesan yang bermakna bagi petugas yang berkaitan dengan
perjalanan kereta api sebagai :
40
tanda.
Pemberitahuan tentang kondisi jalur, pembeda batas, dan petunjuk tertentu yang
ditunjukkan melalui marka.
Ayat (2),
Isyarat adalah semboyan yang disampaikan oleh pengatur perjalanan kereta api atau
petugas atau pihak lain dalam bentuk peragaan, bunyi, atau alat tertentu.
Ayat (3),
Sinyal adalah semboyan tetap yang diperagakan melalui alat berupa wujud, warna
dan/atau cahaya.
Ayat (4),
Tanda adalah semboyan berupa alat atau benda untuk memberikan petunjuk yang berada
pada jalur kereta api atau melekat pada sarana.
Ayat (5),
Marka adalah semboyan tetap yang meberitahukan kondisi jalur, pembeda, batas, dan
petunjuk tertentu.
41
6.2
Semboyan tangan/sementara
a) Semboyan 1
Semboyan 1 adalah semboyan sementara sebagai isyarat kondisi siap yang
berupa:
petugas yang berdiri tegak;
petugas yang berdiri tegak membawa bendera atau lampu semboyan (di
malam hari) yang dijinjing sejajar paha petugas (yang tidak digerakgerakkan);
bendera putih; atau
rambu-rambu putih polos berbentuk bundar; atau
berupa sinyal lampu yang berwarna putih terang.
Semboyan 1 mengisyaratkan bahwa jalur yang akan dilewati oleh
kereta api berstatus aman, kereta api boleh berjalan seperti biasa dengan
kecepatan yang telah ditetapkan dalam peraturan perjalanan.
Maksud petugas PPKA berdiri di peron:
peralatan pengamanan keselamatan tidak akan dilayani pada saat kereta api
lewat di stasiun, karena mengoperasikan peralatan pengamanan lebih cepat
dari seharusnya dapat menimbulkan bahaya;
mengawasi kereta api yang lewat terutama semboyan-semboyan yang
diperlihatkan oleh kereta api tersebut;
mengawasi kondisi rangkaian terutama peralatan yang terdapat di bawah
kereta (rangka bawah) terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan yang
membahayakan keselamatan perjalanan KA.Masinis melihat PPKA berdiri di
peron.
42
b) Semboyan 2
Semboyan 2 adalah semboyan sementara sebagai tanda pembatas
kecepatan yang mengisyaratkan bahwa jalur kereta api yang akan dilewati
berstatus kurang aman, atau kereta api berjalan dengan kecepatan yang
tidak melebihi batas kecepatan yang ditunjukkan demi keselamatan.
Semboyan 2A
Semboyan 2A adalah semboyan sementara yang berupa satu
bendera hijau atau satu rambu berbentuk bulat yang berwarna hijau yang
mengisyaratkan bahwa jalur kereta api yang akan dilewati berstatus
kurang aman, kereta api yang melewatinya harus berhati-hati dengan
pembatasan kecepatan maksimal 40 kilometer per jam.
Semboyan 2A1
Semboyan 2A1 adalah semboyan sementara sebagai isyarat berjalan
hati-hati, yakni kereta rel listrik/lokomotif listrik diperbolehkan melewati
bagian jaringan listrik aliran atas yang dilindungi dengan kecepatan
kecepatan tidak diperbolehkan lebih dari 40 km/jam.
Semboyan 2A1 berupa:
Petugas memperlihatkanm bendera warna kuning.
Petugas memperlihatkan papan bundar kuning bertepi hitam di atas
papan hitam bergaris putih tegak.
Petugas memperlihatkan lentera bercahaya kuning pada malam hari.
Ketentuan tentang pemasangan semboyan 2A1
- Semboyan 2A1 harus dipasang atau diperlihatkan pada jarak 100 meter dari
bagian jaringan listrik aliran atas yang hanya boleh dilalui dengan kecepatan
paling tinggi 40 km/jam dan harus dapat terlihat oleh masinis dari jarak 300
meter
- Apabila jarak tampak 300 meter tidak tercapai karena lengkung jalan,
pemasangan semboyan harus digeser ke muka hingga dapat terlihat oleh
masinis dari tempat paling sedikit 400 meter jauhnya dari bagian jalan
tersebut di atas.
43
sementara
yang
44
Semboyan 2C
Semboyan 2C adalah semboyan sementara yang berupa petugas
yang membawa bendera hijau atau lampu semboyan yang diayun-ayunkan
yang mengisyaratkan bahwa jalur kereta api yang akan dilewati berstatus
kurang aman, kereta api yang melewatinya harus berhati-hati dengan
pembatasan kecepatan maksimal 5 kilometer per jam.
c) Semboyan 3
45
6.3
Semboyan Tetap
a) Semboyan 5
46
yang
47
- lampu pada tiang sinyal bercahaya merah ke arah kereta api dan
bercahaya putih ke arah stasiun;
- dua lampu bersusun yang keduanya bercahaya merah ke arah kereta api
dan bercahaya putih ke arah stasiun.
Semboyan 7 mengisyaratkan bahwa jalur kereta api yang akan dilewati
berstatus tidak aman, kereta api yang akan melewatinya diharuskan untuk
berhenti.
d) Semboyan 8
48
BAB VII
EMPLASEMEN
7.1
Pengertian Umum
Emplasemen adalah tempat
terbuka atau tanah lapang yang
disediakan untuk jawatan atau
satuan bangunan (tanah lapang
didekat stasiun untuk keperluam
jawatan kereta api).
Jenis-Jenis Emplasemen :
7.2
atau
Eplasemen
Penumpang
gunanya
untuk
Letaknya harus dekat daerah indrustri, peniagaan harus mengingat kelancaran lalu lintas
umum (jalan raya).
7.4
Emplasemen Langsir
Emplasemen Langsir mengatur sambil menggandengkan gerbong kereta api,
berjalan mondar-mandir, sehingga letaknya harus jauh dari perdiaman atau kantorkantor, sekolah-sekolah dan sebagainya.
49
7.5
memperbaiki
BAB VIII
LANGSIR
8.1
Pengertian Umum
Langsir adalah pergerakan rangkaian kereta, gerbong, atau hanya lokomotif
untuk berpindah jalur rel. Perpindahan jalur
terutama diperlukan untuk memisahkan atau
merangkaikan kereta atau gerbong.
50
8.3
Tujuan langsir
Untuk kepentingan operasi kereta api dilaksanakan langsiran guna :
menghapuskan rangkaian, bagi kereta yang akan kembali ke depo kereta api.
Batas langsiran di luar wilayah stasiun ditentukan sampai dengan tanda batas
yang tercantum dalam peraturan pengamanan setempat.
8.4
siapapun yang tidak berhak termasuk kepada juru motor. Langsir menggunakan lok
kecil / sedang (lok dengan tenaga 800 PK ke bawah) diperkenankan tanpa juru motor
apabila pandangan dari masinis tidak terhalang.
8.5
Selanjutnya masinis harus mentaati segala perintah dan semua semboyan yang
diberikan dengan jelas dan oleh yang berwenang untuk itu. Masinis dapat menolak
perintah semboyan yang diberikan dalam hal :
51
terlarang
Menurut pendapatnya tidak akan dapat dilaksanakan dengan aman
Semboyan langsir tidak jelas
Yang memberikan semboyan lebih dari seorang secara bersamaan
Dalam kedua hal yang terakhir ini masinis harus menunggu hingga semboyan
diulangi lagi dengan jelas oleh juru langsir yang bersangkutan. Untuk tiap gerakan
langsir diperlukan suatu semboyan langsir tersendiri. Masinis bertanggung jawab atas
kerusakan yang disebabkan oleh keteledoran sendiri pada waktu langsir. Waktu malam,
semboyan harus diulangi dengan lampu semboyan tangan oleh yang memerintahkan,
sedang pada siang hari semboyan itu sedapat mungkin dijelaskan dan dikuatkan dengan
semboyan tangan. Kecepatan langsir maksimum 30 km / jam. Kecepatan tersebut
dibawah ini dapat dikurangi sampai sebesar yang diperlukan :
penolakan peluncuran dan begitu pula melakukan sendal pancing, dalam keadaan
bagaimanapun tetap dilarang untuk :
penyambung
jika gerakan langsir itu ditujukan ke arah kereta /gerbong yang sedang
Dalam langsiran gerbong yang akan ditempati oleh pelayan rem abar harus dalam
keadaan baik. Sebelum langsiran bergerak, para pelayan rem yang dibutuh kan harus
sudah menempati kereta / gerbong yang akan ditolak (stoot) atau di langsir sendal
pancing". Bagian langsir harus selalu diantar, jika bagian itu didorong, melalui lintasan,
terdiri dari kereta atau gerbong berisi penumpang atau binatang. Untuk keamanan
langsiran, jika perlu juru langsir harus memberitahukan kepada masinis tentang jalannya
langsiran yang akan dikerjakan terutama mengenai langsir "setut" dan sendal-pancing".
Jika di lin cabang bagian langsir menabrak dari belakang " wesel yang bergerak
sendiri" dalam kedudukan normal maka bagian langsir itu tidak boleh berjalan kembali
sebelum seluruh bagian langsir itu meliwati wesel tersebut, oleh karena gerakan kembali
itu dapat mengakibatkan jatuhnya materiel dari rel di wesel itu. Guna mencegah
kecelakaan, maka kereta api yang mengangkut penumpang setelah berhenti hanya boleh
bergerak maju atau mundur atas perintah PPKA dan setelah masinis memperdengarkan
semboyan 35. Untuk jalan penumpang, rangkaian kereta api yang sedang berhenti di
stasiun dapat dipisahkan menjadi dua bagian. Jarak antara kedua bagian itu sedikitnya
53
20 meter. Kedua bagian kereta api tersebut hanya boleh digandeng lagi atas perintah
PPKA. Sewaktu langsir menggandengkan kedua bagian yang terpisah itu bagian yang
bergerak harus didahului seorang pegawai yang memperlihatkan bendera merah.
Gerakan langsir di stasiun ke arah sinyal masuk dibatasi dengan tiang batas
langsiran sejauh 50 meter dibelakang sinyal masuk. Pada tiang batas langsir dipasang
papan dengan tulisan "Batas langsiran". Di stasiun pada lintas sepur tunggal yang
memakai sistim blok atau tidak, langsir ke luar batas langsiran hanya dilakukan dalam
keadaan yang memaksa. Untuk itu PPKA menuliskan perintah dalam LHM yang
bersangkutan dengan keterangan ke arah petak jalan mana batas langsiran boleh dilalui
langsiran.
Perintah tertulis untuk langsir ke luar batas langsir itu berarti bahwa langsiran
diperkenankan juga untuk melalui sinyal masuk pada jarak paling jauh 200 meter.
Untuk kembalinya langsiran ke emplasemen tidak perlu dipergunakan perintas MS.
Langsir meliwati sinyal masuk dilarang pada petak jalan yang kurang dari 2 km
panjangnya. Di sepur kembar, langsiran pada sepur berangkat boleh melalui sinyal
masuk sejauh 200 meter. Sewaktu langsir di sepur masuk di lintas sepur kembar yang
melalui batas langsiran berlaku peraturan seperti pada sepur tunggal. Sewaktu
perhubungan kawat terganggu dan pada waktu jalan kereta api terhalang, dilarang
langsir ke luar batas langsiran.
Setelah langsiran selesai materiel harus ditempatkan dalam preipal dan abarnya
diikat. Perlintasan yang berpintu yang akan dilalui langsiran harus di tutup pintunya. Di
lintasan sepur simpang yang tidak dijaga, pada waktu dilalui langsiran harus
diperlihatkan semboyan 3 untuk memberhentikan lalu lintas jalan raya. Langsir di sepur
simpang di jalan bebas harus dilakukan dibawah pimpinan dan tanggung jawab KP.
Melepas dan menggandeng gerbong oleh pelayan rem hanya boleh dilakukan atas
perintah yang tegas dari KP yang diberikan pada waktu itu juga. Perintah melepas atau
menggandeng gerobak sebelum kereta api berhenti di sepur simpang tidak boleh
dilakukan. Pelayanan alat pengaman sepur simpang harus dilakukan oleh KP sendiri.
Jika kereta api berhenti di stasiun yang terletak ditanjakan atau di dekat tanjakan
maka gerbong yang tergandeng di belakang hanya boleh dilepas dari rangkaian setelah
diterima perintah dari PPKA. Melepas gerbong tersebut hanya boleh dilakukan, jika
langsiran dibagian muka telah selesai dan gerobak yang akan dilepas itu telah direm
atau telah diganjal dengan stopblok kayu. Tanjakan di stasiun yang lebih dari 2,5 per mil
54
hanya boleh di pergunakan untuk meluncurkan materiel, jika tanjakan itu bersambungan
dengan tanah datar di emplasemen dengan panjang sedikitnya 300 meter atau jika tidak
ada kemungkinan gerbong yang diluncurkan itu akan menggelundung keluar batas
stasiun.
8.6
sernboyan yang diberikan oleh juru langsir, kecuali bila masinis sewaktu langsir
mempergunakan rem otomatis. Selama lokomotip berjalan harus melakukan pekerjaan
sebagaimana yang dilakukan oleh masinis, senantiasa berjaga-jaga dan tidak
diperkenankan melakukan pekerjaan lain. Juru motor wajib memberitahukan kepada
masinis, jika mengetahui keadaan yang dapat mempengaruhi jalannya langsiran.
8.7
semboyan yang sangat perlu saja dengan pendek dan jelas. Mengulangi semboyan
langsir dengan klakson pada waktu langsir dengan rangkaian pendek tidak perlu
dilakukan. Pada waktu langsir dengan rangkaian yang panjang serta di emplasemen
yang mempunyai pandangan kurang luas, bila dianggap perlu masinis dapat mengulangi
semboyan langsir dengan klakson. Jika dalam rangkaian yang dilangsir itu terdapat
kereta / gerbong berisi penumpang, maka masinis harus selalu mengulangi semboyan
langsir dengan klakson.
Semboyan untuk memperingatkan penjaga jalan lintasan (yang diberikan pada
waktu hendak langsir melalui lintasan yang dijaga), oleh masinis selalu diulangi dengan
klakson. Sewaktu langsir melalui daerah yang ramai (misalnya dekat pasar atau dekat
jalan raya) maka masinis wajib sering kali memberikan semboyan "minta perhatian"
dengan klakson (kecepatan dibatasi maksimum 5 km / jam dan jika perlu didahului oleh
seorang pegawai yang mengibarkan bendera merah).
Gerakan Langsir Majemuk Dan Langsir Sendal Pancing
Masinis dilarang melakukan gerakan-gerakan langsir majemuk sebelum :
mengetahui dengan jelas jenis dan besarnya (omvang) dari gerakan-gerakan itu
55
yakin bahwa penjaga wesel dan pelayan rem yang telah ditentukan untuk
bagian rangkaian yang akan di sendal-pancing, semuanya telah ada di
tempatnya
Sejauh hal ini dapat dilakukan dari lokomotip, langsiran dapat dilakukan tanpa
menimbulkan bahaya.
BAB IX
STASIUN
9.1
Pengertian Umum
Stasiun kereta api adalah menaikkan dan menurunkan penumpang yang
menggunakan
jasa
transportasi
Keselamatan;
Keamanan;
Kenyamanan;
Naik turun penumpang;
Penyandang cacat;
Kesehatan;
Fasilitas umum.
Fasilitas kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang disesuaikan dengan kelas
Keselamatan;
Keamanan;
Fasilitas umum.
Untuk kepentingan bongkar muat barang di luar stasiun dapat dibangun jalan rel
yang menghubungkan antara stasiun dan tempat bongkar muat barang. Stasiun kereta
api untuk keperluan pengoperasian kereta api harus dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan kepentingan pengoperasian kereta api. Di stasiun kereta api dapat
dilakukan kegiatan usaha penunjang angkutan kereta api dengan syarat tidak
mengganggu fungsi stasiun. Kegiatan usaha penunjang adalah aktivitas usaha untuk
mendukung pengusahaan perkeretaapian, antara lain usaha pertokoan, restoran,
perkantoran, dan perhotelan.
Stasiun kereta api dikelompokkan dalam :
Kelas Besar;
Kelas Sedang;
Kelas Kecil.
Fasilitas operasi;
Frekuensi lalu lintas;
Jumlah penumpang;
Jumlah barang;
Jumlah jalur;
57
Fasilitas penunjang.
Stasiun kereta api dapat menyediakan jasa pelayanan khusus yang dikenai tarif jasa
pelayanan tambahan berupa :
kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api,
seperti ruang tunggu (VIP ber AC), restoran, toilet, mushola, area parkir, sarana
keamanan (polisi khusus kereta api), sarana komunikasi, dipo lokomotif, dan sarana
pengisian bahan bakar. Pada papan nama stasiun yang dibangun pada zaman Belanda,
umumnya dilengkapi dengan ukuran ketinggian rata-rata wilayah itu dari permukaan
laut, misalnya Stasiun Bandung di bawahnya ada tulisan plus-minus 709 meter.
Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur rel kereta api yang menyatu
pada ujung-ujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur
yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api,
stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antar kereta api sementara jalur lainnya
digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir. Pada stasiun besar, umumnya
memiliki lebih dari 4 jalur yang juga berguna untuk keperluan langsir. Pada halte
umumnya tidak diberi jalur tambahan serta percabangan. Pada masa lalu, setiap stasiun
memiliki pompa dan tangki air serta jembatan putar yang dibutuhkan pada masa kereta
api masih ditarik oleh lokomotif uap.
Karena keberadaan stasiun kereta api umumnya bersamaan dengan keberadaan
sarana kereta api di Indonesia yang dibangun pada masa zaman Belanda, maka
kebanyakan stasiun kereta api merupakan bangunan lama yang dibangun pada masa itu.
Sebagian direstorasi dan diperluas, sedangkan sebagian yang lain ditetapkan sebagai
58
bangunan cagar budaya. Kebanyakan kota besar, kota kabupaten, dan bahkan kecamatan
di Jawa dihubungkan dengan jalur kereta api sehingga di kota-kota tersebut selalu
dilengkapi dengan stasiun kereta api. Pada zaman Belanda, jalur rel selalu bermuara di
Pelabuhan (Tj. Priok dan Tj, Perak, Belawan) karena dimaksudkan lebih utama
mengangkut hasil bumi. Sedangkan stasiun kecil di pedalaman merupakan pusat
pengumpul hasil bumi. Sekarang kereta api lebih diutamakan untuk angkutan
penumpang
9.2
Peron stasiun
Peron adalah tempat naik-turun para penumpang di stasiun, jadi peron adalah
lantai pelataran tempat para penumpang naik-turun dan jalur rel melintas di stasiun.
Sekarang ada dua macam konstruksi lantai peron, yaitu yang dibuat sebelum Perang
Dunia II umumnya dengan lantai rendah; sedangkan bentuk kedua adalah yang
dibangun setelah Proklamasi umumnya dengan lantai modifikasi yang ditinggikan.
Dewasa in pada stasiun besar umumnya ada dua macam lantai peron, yang asli berlantai
rendah dan yang telah disesuaikan dengan lantai tinggi. Memang pada waktu itu belum
ada pemikiran peron tinggi yang memudahkan para penumpang naik-turun kereta. Di
stasiun Tanah Abang, seperti halnya kebanykan stasiun kereta di jepang, para
penumpang tidak dapat menyeberang jalur begitu saja, harus melalui jembatan
penyeberangan (dalam hal stasiun Tanah Abang stasiun berada di atas jalur rel).
59
DAFTAR PUSTAKA
SPOOR
http://id.wikipedia.org/wiki/Lebar_jalur_kereta_api
http://thebigrocks.com/great-soda-pop-debate/train-tracks/
http://kids-myshot.nationalgeographic.com/photos/view/42434/traintrack-shot-by-nature-lover
REL
http://id.wikipedia.org/wiki/Rel
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=bab+V+komponen+rel&source=web&cd=1&cad=rja&ve
d=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fatmaja.staff.umy.ac.id%2Ffiles
%2F2012%2F03%2FBAB-V-KOMPONENREL.doc&ei=CsXEUKzRD9DPrQfz9YDYCg&usg=AFQjCNENW6MZ
sfx99ivZacuf8yYAyiJe1g
BANTALAN REL
http://id.wikipedia.org/wiki/Bantalan_rel
60
http://infokomrailfans17.wordpress.com/2011/08/31/bantalan-rel-kereta-api/
http://fadlysutrisno.wordpress.com/2010/07/19/bantalan-rel/
http://atmaja.staff.umy.ac.id/files/2012/03/BAB-VII-BANTALAN-REL.pdf
BALLAST
http://kmbusu.forumotion.com/t62-kenapa-di-bawah-rel-kereta-api-disebarbatu-kerikil
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=galery+Konstruksi+Rel+Kereta+Api+Indonesia&source=we
b&cd=1&ved=0CC4QFjAA&url=http%3A%2F
%2Fgallery.sttsaptataruna.ac.id%2F%3Fpage_id
%3D407&ei=NsjEUIv2GYzIrQeStIHwBQ&usg=AFQjCNGCxwGpVStT9x
qsEGQnFR_sy_R_KA
http://www.scribd.com/doc/21375761/PD-10-Perencanaan-Konstruksi-JalanRel
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:jwA6C-WRrwJ:perkeretaapian.dephub.go.id/index.php%3Foption%3Dcom_docman
%26task%3Ddoc_download%26gid%3D36%26Itemid
%3D77+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESi3bFhcMF3stw5FDlddlPX
vAKbokihmb_pqWrBsgzmJoeUBKE2e1UhGAW9ldoaXDSK4M2VgrfoeB
LwcmC_5qwlrPj_InHU24mNh4Z0uL911NcgdGI2kKmcxhuR7XHyWjEiCM0Q&sig=AHIEtbR2kiLl8vVauDHr-u4J9FA5UOIUA
RUANG BEBAS
http://www.scribd.com/doc/21375761/PD-10-Perencanaan-Konstruksi-JalanRel
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:jwA6C-WRrwJ:perkeretaapian.dephub.go.id/index.php%3Foption%3Dcom_docman
%26task%3Ddoc_download%26gid%3D36%26Itemid
%3D77+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESi3bFhcMF3stw5FDlddlPX
vAKbokihmb_pqWrBsgzmJoeUBKE2e1UhGAW9ldoaXDSK4M2VgrfoeB
LwcmC_5qwlrPj_InHU24mNh4Z0uL911NcgdGI2kK-
61
mcxhuR7XHyWjEiCM0Q&sig=AHIEtbR2kiLl8vVauDHr-u4J9FA5UOIUA
SEMBOYAN / RAMBU
http://subdipobanyuwangi.wordpress.com/2012/08/11/semboyan-keretaapi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Semboyan_kereta_api
http://rel-keretaapi.blogspot.com/2011/11/semboyan-ka.html
EMPLASEMEN
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:14fnRQN0TAJ:2sriwiyanti.files.wordpress.com/2010/10/jalanrel.doc+emplasemen+kereta+api&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEE
Si8bMp_HdWMpTHNa3w0lTCBD3042cX0zGzaQ1s2zfeFIaEGRHtwp
T9zcOChNX8nZ7zOVX_0Ghk3fAFCwtaaaaSPPqE67eaXQxfsvdpBCkbJFNWUUZfNvilJ_FjaAi554GCz
LwE&sig=AHIEtbSaMBZcolakWIq1qsJHax5tAUlHBA
http://www.scribd.com/doc/38000970/WESEL-Dan-Emplasemen
http://www.google.co.id/imgres?
q=emplasemen+kereta+api&hl=id&newwindow=1&tbo=d&tbm=isch&t
bnid=I0uALDyjU9vNHM:&imgrefurl=http://www.pelauts.com/bdmelintas-di-areal-emplasemen-stasiun-kereta-api-cibungurpurwakarta/farm5.staticflickr.com*4002*4565240180_4111f02c9c_z.jpg
/&docid=6k17UC5nE4et_M&imgurl=http://farm5.staticflickr.com/4002/
4565240180_4111f02c9c_z.jpg&w=640&h=479&ei=kc_EUPbiOM3Mr
Qetj4HABA&zoom=1&iact=hc&vpx=218&vpy=303&dur=1475&hovh
=194&hovw=260&tx=167&ty=182&sig=105606183396162354771&pa
ge=1&tbnh=130&tbnw=164&start=0&ndsp=20&ved=1t:429,r:8,s:0,i:10
4&biw=1366&bih=610
LANGSIR
http://id.wikipedia.org/wiki/Langsir
62
https://sites.google.com/a/semboyan35.com/kakominfo/home/reglemen/r
16a/bab-1
STASIUN
https://sites.google.com/a/semboyan35.com/kakominfo/uu23/bab63
http://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_kereta_api
https://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:oaNjuqz0gNoJ:perkeretaapian.dephub.go.id/index.php
%3Foption%3Dcom_docman%26task%3Ddoc_download%26gid
%3D37%26Itemid%3D77+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESj9nwRjDUR4OzvsHegs8IsmBAmFs52i8D27mbtCK_7nKdWMfmHjYxSLS0pPijzaBedjWyYE6YDiL3l
ZcJ5PROoKYTplPqkn6oKZ15B59uR1QQYPrNYRyjJuag5fIo1_DN6q
MD&sig=AHIEtbTSUsbrpf6b3G_EM68nQdLcx6-osw
63