Pada dasarnya, ASG lahir dari kesadaran dan kepedulian akan peristiwa hidup
sesama manusia sebagai gambaran citra Allah. Sebagai lembaga rohani, Gereja
Katolik tidak pernah berdiam diri. Seruan kenabian selalu didengungkan di kala
muncul berbagai tekanan dalam bidang kemanusiaan, ketidakadilan sosial,
diskriminasi dan kekacauan sosial. Nuansa batin serta hati nurani tidak mungkin
terdiam dan membiarkan manusia lain hidup dalam tekanan dan perlakuan yang tak
manusiawi.
Menjelang akhir abad ke XIX, pada tahun 1891 Gereja Katolik kembali
menyuarakan kepedulian dan keprihatinannya atas berbagai masalah sosial,
terutama Eropa Barat. Keadaan hidup buruh pabrik, kesenjangan sosial antara
konglomerat dan kaun proletar, sistem penataan ekonomi yang jauh dari keadilan
dan kesejahteraan.
40 tahun sesudah RN, Paus Pius XI mengedarkan Quadragesimo Anno (15 Mei
1931).
Dalam ensiklik ini, Gereja dengan jelas, tegas, dan resmi menggunakan istilah
ASG. Ensiklik ini menekankan penataan kembali tatanan sosial. Gereja fokus pada
hidup baik bersama dan keadilan sosial dalam masyarakat. Kala itu, gejala
ketidakadilan sosial mendorong Gereja untuk bersuara dan memperjuangkan
kesejahteraan manusia sesuai dengan nilai keadilan.
Menyusul kemudian Pacem in Terris oleh paus yang sama pada 11 April 1963
mengenai perdamaian dunia. Dan Gaudium et Spes sebagai gagasan paling progresif
dalam sejarah Gereja dimana ada perubahan yang mendasar mengenai Konstitusi
pastoral tentang gereja dalam dunia modern. Yang mengubah cara baru hidup
menggereja hingga kini.
Gaudium et Spes lahir dalam periode yang sangat progresif bagi Gereja
Katolik Roma karena berlangsung dari tahun 1962 sampai 1965 tepatnya pada 7
Desember 1965. Yang sangat istimewa dalam momen ini adalah semua uskup di dunia
dikumpulkan di Vatikan kala itu.
Pokok Pokok Penting Ajaran Sosial Gereja dan Beberapa Alasan Ajaran
Gereja Kurang Bergema dalam Kehidupan Nyata
2. Tatanan kehidupan masyarakat dalam dimensl politis, sosial, ekonomis dan budaya
harus menunjang perkembangan segenap orang dan kelompok orang dalam
keutuhannya sesuai dengan martabat mereka sebagai manusia sebagai persona.
Martabat manusia itu berdasarkan ke¬nyataan bahwa manusia diciptakan menurut
citra Allah hal mana sepenuhnya hanya dapat diketahui dalam iman.
6. Solidaritas dengan mereka yang miskin, lemah dan tertindas. Kaum miskin – dalam
segala arti – harus diberi cinta den perhatian utama, karena mereka yang paling
dekat pada hati Allah. Kemiski¬nan yang paling mendesak dewasa ini adalah
keter¬belakangan ekonomis yang untuk sebagian besar berdasarkan struktur-
struktur kekuasaan yang tidak adil.
9. Bidang ekonomi harus mengabdi pada penyedia¬an kondisi-kondisi yang perlu deml
perkembangan seluruh anggota masyarakat sebagal manusia utuh deml
perkembangan semua bangsa. Hak dan fungsi pasar diakui, tetapi pasar tidak boleh
menjadi hukum satu-satunya. Kekuatan-kekuatan sosial, seperti serikat buruh, dan
terutama negara harus menjamin agar ekonomi menunjang peme¬nuhan kebutuhan
dasar seluruh anggota masya¬rakat, memberikan perlindungan sosial, melayani
masyarakat sebagai keseluruhan dan komunitas internasional. Hak milik pribadi
memiliki keterikatan sosial.
12. Dalam usaha membangun dunia yang lebih adil dan lebih sesuai dengan martabat
manusla semua agama dan semua fihak diajak berusaha bersama.
3. Solidaritas, mendukung partisipasi dan kerja sama di dalam kelompok dan antar
kelompok masyarakat.
Dokumen Ajaran Sosial Gereja yang masih ada sampai saat ini
RERUM NOVARUM (KONDISI KERJA) Ensiklik Paus Leo XIII
Promosi martabat manusia lewat keadilan upah pekerja; hak-hak buruh; hak
milik pribadi (melawan gagasan Marxis-komunis); konsep keadilan dalam
konteks pengertian hukum kodrat; persaudaraan antara yang kaya dan miskin
untuk melawan kemiskinan (melawan gagasan dialektis Marxis); kesejahteraan
umum; hak-hak negara untuk campur tangan (melawan gagasan komunisme);
soal pemogokan; hak membentuk serikat kerja; dan tugas Gereja dalam
membangun keadilan sosial.