Anda di halaman 1dari 6

3.11.

1 menjelaskan pengaruh masing-masing jenis obat psikotropika


terhadap fisiologis tubuh manusia
Psikotropika adalah zat atau obat yang bekerja menurunkan fungsi otak serta
merangsang susuan syaraf pusat sehingga menimbulkan reaksi berupa halusinasi, ilusi,
gangguan cara berpikir, perubahan perasaan yang tiba-tiba, dan menimbulkan rasa kecanduan
pada pemakainya. Jenis obat-obatan ini bisa ditemukan dengan mudah di apotik, hanya saja
penggunaannya harus sesuai dengan resep dokter. Efek kecanduan yang diberikan pun memiliki
kadar yang berbeda-beda, mulai dari berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan hingga
ringan.

 Jenis Jenis obat psikotropika terhadap tubuh

a. Psikotropika Golongan 1
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini memiliki potensi yang tinggi
menyebabkan kecanduan. Tidak hanya itu, zat tersebut juga termasuk dalam obat-obatan
terlarang yang penyalahgunaannya bisa dikenai sanksi hukum. Jenis obat ini tidak untuk
pengobatan, melainkan hanya sebagai pengetahuan saja.
Contoh dari psikotropika golongan 1 diantaranya adalah LSD, DOM, Ekstasi, dan lain-lain
yang secara keseluruhan jumlahnya ada 14. Pemakaian zat tersebut memberikan efek
halusinasi bagi penggunanya serta merubah perasaan secara drastis. Efek buruk dari
penyalahgunaannya bisa menimbulkan kecanduan yang mengarah pada kematian jika
sudah mencapai level parah.

b. Psikotropika Golongan 2
Golongan 2 juga memiliki risiko ketergantungan yang cukup tinggi meski tidak separah
golongan 1. Pemakaian obat-obatan ini sering dimanfaatkan untuk menyembuhkan
berbagai penyakit. Penggunaannya haruslah sesuai dengan resep dokter agar tidak
memberikan efek kecanduan. Golongan 2 ini termasuk jenis obat-obatan yang paling sering
disalahgunakan oleh pemakaianya, misalnya adalah Sabu atau Metamfeamin, Amfetamin,
Fenetilin, dan zat lainnya yang total jumlahnya ada 14.
c. Psikotropika Golongan 3
Golongan 3 memberikan efek kecanduan yang terhitung sedang. Namun begitu,
penggunaannya haruslah sesuai dengan resep dokter agar tidak membahayakan kesehatan.
Jika dipakai dengan dosis berlebih, kerja sistem juga akan menurun secara drastis. Pada
akhirnya, tubuh tidak bisa terjaga dan tidur terus sampai tidak bangun-bangun.
Penyalahgunaan obat-obatan golongan ini juga bisa menyebabkan kematian. Contoh dari
zat golongan 3 diantaranya adalah Mogadon, Brupronorfina, Amorbarbital, dan lain-lain
yang jumlah totalnya ada 9 jenis.

d. Psikotropika Golongan 4
Golongan 4 memang memiliki risiko kecanduan yang kecil dibandingkan dengan yang
lain. Namun tetap saja jika pemakaiannya tidak mendapat pengawasan dokter, bisa
menimbulkan efek samping yang berbahaya termasuk kematian. Penyalahgunaan obat-
obatan pada golongan 4 terbilang cukup tinggi. Beberapa diantaranya bahkan bisa dengan
mudah ditemukan dan sering dikonsumsi sembarangan. Adapun contoh dari golongan 4
diantaranya adalah Lexotan, Pil Koplo, Sedativa atau obat penenang, Hipnotika atau obat
tidur, Diazepam, Nitrazepam, dan masih banyak zat lainnya yang totalnya ada 60 jenis.

3.11.2 menjelaskan efek samping psikotropika bagi para penggunanya


Meski memberikan efek kecanduan, namun penggunaan zat-zat tersebut diperbolehkan
asalkan sesuai dengan resep dokter. Namun sayang, saat ini pemakaiannya justru berlebih dan
melewati dosis normal sehingga manfaat yang diberikan justru memberikan dampak buruk bagi
kesehatan. Ada banyak bahaya dan efek penyalahguaan psikotropika, beberapa diantaranya
adalah:

a. Stimulan
Fungsi tubuh akan bekerja lebih tinggi dan bergairah sehingga pemakainya lebih terjaga.
Kerja organ tentu menjadi berat dan jika si pemakai tidak menggunakan obat-obatan
tersebut, badan menjadi lemah. Efek kecanduan ini menyebabkan penggunanya harus
selalu mengkonsumsi zat tersebut agar kondisi tubuh tetap prima. Contoh stimulan yang
sering disalahgunakan adalah ekstasi dan sabu-sabu.
b. Halusinogen
Ini adalah efek yang sering dialami oleh pemakai dimana persepsinya menjadi berubah
dan merasakan halusinasi yang berelebihan. Contoh zat yang memberikan efek halusinogen
salah satunya adalah ganja.

c. Depresan
Efek tenang yang dihasilkan disebabkan karena zat tersebut menekan kerja sisten syaraf
pusat. Jika digunakan secara berlebihan, penggunanya bisa tertidur terlalu lama dan tidak
sadarkan diri. Bahaya yang paling fatal adalah menyebabkan kematian. Contoh zat yang
bersifat depresan salah satunya adalah putaw.

3.11.3 Mencari informasi baham makanan minuman dan obat yang


mengandung psikotropika
Bukan cuma obat-obatan dan herba dengan kandungan psikotropika yang bisa
menyebabkan ketagihan, makanan pun bisa menghasilkan reaksi yang mirip dengan adiksi.
Pasalnya, konsumsi sejumlah bahan pangan bisa menimbulkan reaksi kimia yang sama dengan
obat-obatan terlarang.

 Contoh Bahan Makanan dan Minuman yang Mengandung Psikotropika:

a. Daging
Daging termasuk sumber protein hewani yang baik. Kadang sulit membedakan antara
kecanduan daging dan kebutuhan protein. Daging mengandung hypoxanthine, stimulan mirip
kafein yang bisa menimbulkan rasa puas setelah menyantapnya. Kandungan guanylic dan
inosinic yang dimilikinya juga memiliki efek serupa. Daging yang disimpan lama mengandung
lebih banyak hypoxanthine, sehingga orang yang ketagihan daging bisa menunjukkan reaksi
kecanduan jika tidak mengonsumsinya selama beberapa waktu.

b. Gandum
Konsumsi gandum secara berlebihan juga bisa menyebabkan kecanduan, bahkan
meskipun yang Anda konsumsi adalah gandum bebas gluten. Selain gluten, gandum juga
mengandung pati dan protein adiktif. Pasalnya, gandum yang dibudidayakan untuk
konsumsi saat ini adalah hasil rekayasa genetik.
Tubuh akan mencerna protein gandum dan memecahnya menjadi polypeptides yang
bisa merangsang sensasi ketagihan layaknya candu. Orang-oran yang ketagihan gandum
bahkan dirawat dengan obat-obatan untuk penderita morfin atau heroin.

c. Oreo
Sebuah penelitian yang dilakukan Jamie Honohan of Connecticut College menemukan
bukti bahwa tikus yang diberi suntikan kokain dan diberi makan Oreo menunjukkan reaksi
otak yang hampir sama. Honohan menguji protein di dalam tubuh tikus dan menemukan
bukti bahwa nucleus accumbens, 'pusat sensasi bahagia dan kesenangan' di otak tikus
mengalami ekstasi yang lebih tinggi saat menyantap Oreo jika dibandingkan kokain.

d. Es krim
Es krim juga bisa merangsang bagian otak manusia yang menyantapnya dengan
perasaan bahagia seperti narkoba. Lalu individu tersebut jadi harus menyantap lebih banyak
es krim untuk mencapai tingkat kepuasan yang sama. Temuan ini didapatkan oleh Kyle S.
Burger dan Eric Stice dari Oregon Research Institute. Penelitian dilakukan terhadap 151
remaja dengan konsumsi es krim dan milkshake. Pengukuran terhadap aktivitas otak
menunjukkan kelompok yang mengonsumsi es krim sebelum penelitian membutuhkan lebih
banyak milkshake untuk mencapai level ekstasi yang sama dengan konsumsi es krim.

e. Keju
Keju mengandung kasein dan casomorphins. Casomorphins adalah pecahan kasein dan
memiliki efek yang sama dengan morfin saat memasuki tubuh. Dua molekul ini menempel
pada reseptor otak seperti morfin dan heroin. Kemudian otak melepaskan dopamin dengan
cara yang sama seperti ketika seseorang menggunakan narkoba. Keju tidak akan
menjadikan Anda seorang pecandu, karena reaksi yang ditimbulkan masih lebih ringan jika
dibandingkan narkoba. Namun Anda tetap bisa ketagihan makanan yang satu ini.

f. Kopi
Amerika Serikat termasuk negara yang paling banyak mengonsumsi kopi dan fenomena
ini mungkin saja disebabkan karena kecanduan. Kafein disebut sebagai zat paling adiktif
yang dikonsumsi dengan bebas. Konsumsi kafein memicu pelepasan dopamin, membuat
kita merasa senang seperti halnya narkoba.
g. Gula
Tubuh manusia membutuhkan asupan gula. Namun konsumsi gula berlebihan juga bisa
menyebabkan reaksi layaknya kecanduan. Riset yang dilakukan para peneliti dari
Queensland University of Technology menemukan bukti bahwa gula menghasilkan efek
yang sama pada tubuh seperti kokain. Konsumsi gula memicu pelepasan dopamin.
Sayangnya, tingkat kepuasan yang dihasilkan tidak berbanding lurus dengan jumlah gula
yang dikonsumsi. Karena itulah mereka yang kecanduan gula bakal membutuhkan lebih
banyak gula terus-menerus.

h. Cokelat
Sebutir cokelat memiliki banyak kandungan yang bisa membuat tubuh ketagihan, antara
lain gula, theobromine, dan enkephalin. Theobromine dan enkephalin adalah stimulan yang
berkhasiat layaknya obat penenang.
Para peneliti menemukan bukti bahwa tikus yang diberi makan permen cokelat
mengalami lonjakan sekresi enkephalin. Reaksi ini juga ditunjukkan oleh orang yang
mengonsumsi heroin dan morfin. Reaksi yang ditimbulkan enkephalin ini juga membuat
tikus menginginkan lebih banyak cokelat.

i. Keripik kentang
Menurut sebuah studi, konsumsi keripik kentang juga bisa merangsang pelepasan
dopamin. Penelitian yang dilakukan Dr. Tony Goldstone dari Imperial College London
menunjukkan gambar keripik kentang dan junk food menimbulkan ekstasi pada bagian
tertentu otak seperti halnya gambar minuman keras bagi alkoholik dan narkoba bagi para
pecandu.

j. Soda
Minuman bersoda biasanya juga mengandung kafein. Kafein di dalam kola misalnya,
akan memasuki aliran darah dan otak. Lantas 'mengganggu' reseptor adenosin yang
bertugas menenangkan saraf otak. Jika hal ini terjadi, tubuh akan melepaskan adrenalin
yang biasanya terjadi saat sinyal bahaya memasuki otak.
Setelah menyadari kalau tidak ada bahaya, tubuh akan memerintah lebih banyak
reseptor adenosin untuk memblokir efek yang ditimbulkan kola. Orang yang mengonsumsi
kola pada titik ini sudah mengalami gejala ketagihan. Jadi mereka akan meminum lebih
banyak minuman bersoda untuk mencapai tingkatan reaksi yang sama.
3.11.4 Memprediksi pengaruh penggunaan psikotropika dalam jangka
panjang bagi generasi penerus bangsa
Menurut WHO remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa. Sedangkan batasanusia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun,
namun jika pada usia remaja telah menikah maka tergolong dalam remaja. Sedangkan dalam
ilmu psikologi, rentang usia remaja dibagi menjadi tiga yaitu: Remaja Awal (10-13 tahun),
remaja pertengahan (14-16 tahun) dan remaja akhir (17-19 tahun).
Pada umumnya masa para remaja adalah mencari jati diri, saat mencari jati diri inilah
terjadi individu ingin bersosoialisasi dengan individu yang lain. Remaja ini akan mudah mencari
pergaulan. Inilah hal-hal yang sangat dikhawatirkan oleh orang tua. Karena para remaja belum
mempunyai pikiran yang matang dan belum bisa berpikir panjang, jadinya para remaja mencari
teman bergaul tanpa melihat baik buruknya teman yang diajak bergaul. Bila dia mendapatkan
teman yang memiliki latar belakang keluarga yang salah dan kebetulan teman gaulnya adalah
pecandu narkoba, tidak menutup kemungkinan anak yang polos tadi akan terkena bujuk rayu
oleh teman bergaulnya untuk menggunakan narkoba bersama-sama. Danalasan lain para
remaja menggunakan narkoba adalah alasan diantaranya untuk mengatasi stress, untuk
bersenang-senang, atau untuk bersosialisasi.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani
proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-
kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan
perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja
merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-
kanak maupun remaja. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan
kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi
lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.

3.11.5 Membedakan narkoba dan psikotropika


Dari sudut pandang medis, psikotropika merujuk pada zat kimia yang bekerja pada
pikiran, yaitu pada kehidupan mental sadar atau tidak sadar seseorang. Sedangkan narkotika
yaitu zat yang menyebabkan pingsan, relaksasi otot, dan pengurangan atau penghapusan
kepekaan

Anda mungkin juga menyukai