Anda di halaman 1dari 21

1

PENGANTAR

Bahan Pertemuan Orang Muda Katolik

Tema umum Aksi Puasa Pembangunan Nasional (APPN) 2023-2025


adalah Keterlibatan Gereja Dalam Mewujudkan Gerakan Sosio-
Ekonomi Berkeadilan Ekologis. Tema umum ini kemudian dibagi lagi
dalam tiga sub-tema untuk jangka waktu tiga tahun. Di tahun 2023 sub
tema yang diambil adalah: Keadilan Eko-Sosial: Peduli Pada Sesama &
Alam Ciptaan. Untuk tahun 2024 fokus APP, yang seterusnya dijadikan
sebagai tema adalah: Mengembangkan Ekonomi Berkeadilan Ekologis.
Sedangkan sub tema tahun 2025, yang bertepatan dengan 10 tahun
Laudato Si berbunyi: Membangun Pertobatan Ekologis.
Tema APPN 2023, KEADILAN EKOLOGIS BAGI SELURUH
CIPTAAN (SEMAKIN MENGASIHI DAN LEBIH PEDULI, sebenarnya
secara tidak langsung menjawabi dua tujuan Laudato Si yaitu: merespon
jeritan bumi (Response to the Cry of the Earth) dan merespon jeritan
kaum miskin/terpinggirkan (Response to the Cry of the Poor).
Dalam Laudato Si, Paus Fransiskus menggambarkan hubungan antara
alam dan manusia demikian:
 Perubahan iklim merupakan masalah global dengan dampak
buruk untuk lingkungan, masyarakat, ekonomi, perdagangan dan
politik (LS 25).
 Krisis ekologis, dan perusakan besar-besaran keanekaragaman
hayati, dapat mengancam keberadaan spesies dan manusia.
Dampak perubahan iklim akan terus memburuk jika tidak ada
usaha yang besar dan transformatif (bdk. LS 26).
 Eksploitasi terhadap planet (bumi) sudah melebihi batas
maksimal padahal kita masih belum memecahkan masalah
kemiskinan dan kesenjangan sosial yang ada (LS 27).

Katekese Prapaskah 2023


2

Jadi, ada dua krisis yang dihadapi dan saling terkait satu sama lain yakni
krisis ekologis sekaligus krisis kemanusian. Yang terkena dampak dan
menjadi korban adalah bumi dan manusia yang paling lemah atau paling
rentan.
Jelas terlihat bahwa keberpihakan Gereja terhadap orang miskin tidak
pernah terlepas dari keberpihakan pada alam ciptaan yang juga miskin
dan tertindas. Dengan kata lain, Gereja menyadari perutusannya, bukan
saja untuk memperjuangkan dan berpihak pada orang miskin (prefential
option for the poor), tetapi juga pada lingkungan hidup (prefential option
for the creation-ecology). Gereja dipanggil untuk menyelamatkan orang
miskin sekaligus lingkungan hidup yang sedang berteriak dalam
penderitaannya.
Ada dua kata penting yang juga menjadi perhatian di dalam tema APP
tahun ini: keadilan dan ekologi. Menurut Ajaran Sosial Gereja, keadilan
adalah “kehendak yang teguh untuk memberikan kepada Allah dan juga
kepada sesama apa yang menjadi hak mereka“ (Katekismus Gereja
Katolik (KGK) 1807). Sementara, ekologi berasal dari bahasa Yunani,
oikos yang artinya ‘rumah’ (bumi, bahkan alam raya beserta seisinya) dan
logos yang berarti pengetahuan tentang sesuatu. Sebagai sebuah ilmu,
ekologi berjuang untuk memahami bagaimana alam terorganisir dan
berfungsi. Keadilan ekologis, karena itu, dapat didefinisikan sebagai
usaha manusia untuk memberikan kepada alam dan semua yang ada di
dalamnya, apa yang menjadi hak mereka. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana manusia menjalin relasi yang selaras dan seimbang dengan
spesies non-manusia dan alam.
Keadilan ekologis setidaknya sejalan dan dapat menjawabi keprihatinan
Laudato Si. Perlakuan yang seimbang dan benar kepada alam dan isinya,
juga memberi efek bagi kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Alam
akan kembali memberikan kepada manusia apa yang menjadi hak
manusia juga secara gratis. Pemurnian air secara alami, penyaringan
radiasi sinar ultra violet, pembersihan udara secara natural; semuanya itu
adalah contoh pengembalian yang adil oleh alam bagi manusia. Jika alam
dikelolah secara baik dan terhormat, maka tingkat kesejahteraan manusia

Katekese Prapaskah 2023


3

akan meningkat. Sebaliknya jika alam diperlakukan secara serampangan,


secara nyata, hasil alam akan berkurang, dan semua itu berpengaruh pada
kesejahteraan hidup manusia.
Sambil memperhatikan tema APP Nasional, dan sesuai dengan amanat
MUSPAS VIII Keuskupan Agung Ende, maka dipilihlah tema APP
Keuskupan Agung Ende tahun 2023 sebagai berikut: Keluarga Katolik
Keuskupan Agung Ende yang semakin mengasihi dan lebih peduli
pada lingkungan hidup. Semua komponen dalam keluarga Katolik –
anak, remaja, OMK dan pasutri, kiranya mengambil bagian dalam
gerakan bersama: mencintai dan makin peduli pada alam.
Sebagai bagian dari gerakan bersama ini, seperti kebiasaan setiap tahun di
Masa Prapaskah, dilaksanakanlah juga Katekese Umat di wilayah
Keuskupan Agung Ende. Tentang Katekese Umat ini dapatlah
diinformasikan beberapa hal berikut:
Pertama, Katekese Umat diselenggarakan untuk tiga kelompok sasar
yang berbeda yaitu anak – remaja, Orang Muda Katolik dan umat dewasa
di KUB-KUB.
Kedua, Katekese Umat dibuat dalam tiga pertemuan berbeda yang saling
berhubungan. Yang menjadi pertimbangan adalah prinsip dasar biblis-
pastoral Gereja: to see – to judge – to act. Secara praktis, tiga pertemuan
Katekese Umat kali ini akan dimulai dengan usaha untuk melihat dan
menyadari situasi, dilanjutkan dengan membangkitkan kepedulian dan
diakhir dengan usaha pertobatan secara nyata.
Ketiga, metode yang dipakai dalam proses Katekese Umat kali ini adalah
metode deduktif. Metode ini coba menampilkan alur pikir yang cukup
jelas: dari Pendasaran Biblis, berpindah ke Pengalaman Hidup dan
diakhiri dengan Rencana Tindak Lanjut. Hal ini juga nampak dalam
Pokok Pikiran atau Gagasan Dasar setiap pertemuan. Pendasaran biblis
menggunakan tiga perikope yang kiranya sesuai dengan sub tema setiap
pertemuan. Pendasaran biblis dengan mendalami teks Kitab Suci kiranya
menginspirasi sharing pengalaman hidup. Sementara itu, rencana tindak
lanjut kiranya berbasis pada promosi spiritualitas lingkungan hidup yang

Katekese Prapaskah 2023


4

dianjurkan Laudato Si. Spiritualitas ini tercermin dalam mengupayakan


hidup yang sederhana, penghematan sumber daya dan energi di rumah,
mengurangi penggunaan produk plastik sekali pakai dan mengelola
limbah rumah tangga.
Kami mengucapkan selamat berkatekese, selamat berkomunikasi iman.
Tuhan memberkati.

Puspas KAE, Februari 2023


Komisi Kateketik KAE

Katekese Prapaskah 2023


5

BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS UNTUK


FASILITATOR
Pada prinsipnya Katekese Umat adalah komunikasi iman yang seimbang
dan sejajar antar semua yang hadir; bukan sebuah komunikasi guru –
murid. Hal itu sedapat mungkin nampak dalam beberapa hal praktis yang
dapat dibuat selama kegiatan katekese:
a. Seandainya memungkinkan, maka sangat dianjurkan agar semua
yang hadir duduk membentuk lingkaran atau setidaknya setengah
lingkaran. Posisi duduk guru – murid seperti dalam kelas sedapat
mungkin dihindari.
b. Fasilitator hendaknya membedakan diri dengan narasumber.
Fasilitator adalah pelancar pertemuan dan karena itu hendaknya
tidak dalam posisi menggurui. Ia duduk di antara para peserta
dan menjadi salah satu peserta sharing dengan tugas tambahan
sebagai pelancar.
c. “Pokok Pikiran” dalam setiap pertemuan BUKAN untuk
dibacakan saat Katekese Umat berlangsung, melainkan hanya
sebagai pegangan atau pengetahuan dasar untuk Fasilitator.
Karena itu, sangat dianjurkan agar Pokok Pikiran sudah dibaca
oleh Fasilitator sebelum pertemuan, sebagai persiapan untuk
memperlancar proses pertemuan.
d. Ada kesan yang cukup kuat, bahwa pertemuan Katekese Umat
menjadi semacam Ibadat Sabda. Tanpa bermaksud mengurangi
unsur-unsur doa di dalamnya, alangkah baiknya Katekese Umat
dibuat senyaman mungkin sebagai bincang-bincang atau
komunikasi iman.

Katekese Prapaskah 2023


6

Secara praktis misalnya dapat ditempuh jalan berikut:


Setelah doa pembuka, Fasilitator dapat langsung membuat
Tanda Salib untuk menutup bagian pembuka. Pertemuan
kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Kitab Suci, Sharing
Pengalaman dan Rencana Tindak Lanjut. Setelah Rencana
Tindak Lanjut, Fasilitator bersama dengan umat dapat membuat
Tanda Salib lagi, lalu Doa Umat secara spontan (jika ada),
dilanjutkan dengan Bapa Kami dan Doa Penutup.
e. Untuk mengaktifkan sebanyak mungkin orang selama
pertemuan, dapat dibuat hal-hal praktis misalnya: teks Kitab Suci
dibaca bersama atau bergiliran (satu orang satu ayat), setelah
pembacaan Kitab Suci, dapat diberi kesempatan kepada masing-
masing orang untuk mendalami bacaan secara pribadi, atau
sharing berdua-dua, lalu dilanjutkan dengan sharing umum.
f. Sangat dianjurkan juga penggunakan media-media yang sesuai,
misalnya gambar atau video dari Youtube, teristimewa dalam
pertemuan anak – remaja dan OMK. Tentu gambar atau video
yang dipilih kiranya cocok dengan tema yang direnungkan.

Terima kasih.

Katekese Prapaskah 2023


7

PERTEMUAN I
Alam Sebagai Tanda Cinta Allah Bagi Manusia
Teks Inspirasi: Kejadian 1: 1-31

POKOK PIKIRAN (Sebagai pegangan untuk Fasilitator)


Allah adalah kasih sejati (1 Yoh. 4: 8). Dia menciptakan alam semesta dan
segala isinya serta menganugerahkan hidup bagi manusia ciptaanNya
(Kej. 1:1-31). Penciptaan itu terjadi atas inisiatif Allah sendiri, atas
kemurahan hati-Nya. Allah melakukan karyaNya yang agung ini sebagai
ungkapan cinta dan belaskasihNya kepada manusia.
Kitab Kejadian menulis bahwa kisah penciptaan terjadi selama enam hari
berturut-turut dan Allah beristirahat pada hari ketujuh. Pada hari pertama
Allah menciptakan bumi. Di hari kedua, Allah menciptakan cakrawala.
Selanjutnya, berturut-turut, di hari ketiga Allah menciptakan daratan dan
lautan; hari keempat Ia menciptakan benda-benda di langit yaitu
matahari, bulan dan bintang-bintang; hari kelima Ia menciptakan segala
jenis tumbuhan dan binatang. Dan, setiap hari, Allah melihat semua yang
diciptakanNya itu baik adanya (Kej. 1: 25).
Manusia, secara khusus dan melalui proses yang istimewa, diciptakan
langsung melalui tangan Allah sendiri. Berbeda dengan ciptaan lain, Allah
menciptakan manusia sesuai gambar dan rupaNya. Pada hari yang

Katekese Prapaskah 2023


8

keenam, setelah seluruh alam semesta selesai dan siap, barulah manusia
diciptakan. Alam disiapkan sedemikian rupa bagi manusia, sebagai
tempat yang layak agar manusia dapat hidup dan tidak mengalami
kesulitan. Di satu sisi, proses ini menunjukkan betapa istimewanya
manusia. Jika hari-hari sebelumnya dikatakan “baik”, maka pada saat
penciptaan manusia, Allah berfirman secara istimewa: “…sungguh amat
baik” (Kej. 1:31). Di sisi lain, proses penciptaan juga berarti: manusia
tanpa jerih lelah yang berlebihan, tinggal menikmati apa yang telah
disiapkan oleh Allah untuknya.
Setelah menciptakan alam semesta, Allah memberi kepercayaan kepada
manusia untuk memelihara, merawat dan bertanggung jawab atas ciptaan
(Kej. 2:15). “Beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah dan
taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di
udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej. 1:28b).
Manusia, dengan demikian, hendaknya menjaga kelangsungan hidup
alam semesta dan isinya.
Ensiklik Laudato Si menegaskan bahwa „:..cerita-cerita penciptaan dalam
Kitab Kejadian mengandung ajaran mendalam tentang eksistensi manusia
dan realitas sejarah. Cerita-cerita ini menunjukkan bahwa eksistensi
manusia didasarkan pada tiga relasi dasar yang terkait: hubungan dengan
Allah, dengan sesama, dan dengan bumi“ (LS 66). Tanggung jawab
terhadap bumi yang telah diciptakan Allah, menyiratkan bahwa manusia
yang diberkati dengan akal budi, hendaknya menghormati hukum alam
dan menjaga keseimbangan yang lembut di antara makhluk-makhluk
dunia ini. „Dia memberikan semuanya untuk seterusnya dan selamanya
dan memberi ketetapan yang tidak dapat dilanggar (Mzm. 148:5b-6).”
Untuk itu, manusia semestinya mengatur dan mengelolah alam semesta
ini secara sadar dan bertanggung jawab. Cinta Allah kepada segala
makhluk, hendaknya terus dikembangkan lebih lanjut oleh manusia;
terutama dengan usaha manusia untuk menghargai seluruh ciptaan. Allah
mencipta karena cintaNya. Dan manusia merawat, menjaga dan
memanfaatkan alam atas dasar cinta yang sama.

Katekese Prapaskah 2023


9

Tema APP Nasional tahun ini adalah: “Keadilan Ekologis Bagi Seluruh
Ciptaan-Semakin Mengasihi Dan Lebih Peduli.” Sementara itu, sesuai
dengan amanat MUSPAS VIII Keuskupan Agung Ende, tema APP
Keuskupan kita adalah: Keluarga Katolik Keuskupan Agung Ende yang
semakin mengasihi dan lebih peduli pada lingkungan hidup.
Orang Muda Katolik, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
keluarga, diharapkan menjadi pelopor pemelihara lingkungan hidup. Di
pundak kaum muda digantungkan harapan agar keutuhan ciptaan benar-
benar terjaga dan terpelihara. Dalam pesannya kepada orang muda, di
hari Hari Orang Muda Sedunia ke-35 (2020), Paus Fransiskus
menggambarkan betapa besarnya aksi-aksi yang sudah diberikan oleh
kaum muda, juga dalam menjaga bumi. ”Di mana ada kekacauan, gempa
bumi, banjir, di situ selalu ada barisan sukarelawan anak muda yang siap
sedia untuk membantu. Demikian juga gerakan besar orang-orang muda
yang ingin membela ciptaan memberi kesaksian akan kemampuan kalian
untuk mendengarkan jeritan bumi”, begitu kata Paus Fransiskus.
Fokus dari pertemuan pertama ini adalah: PENYADARAN AKAN
CINTA ALLAH bagi manusia, yang secara nyata ditunjukanNya, melalui
bumi dan segala isinya. Orang Muda Katolik kiranya menyadari sungguh
bahwa hadirnya alam adalah bentuk pernyataan cinta Allah kepada
manusia. Mencintai dan merawat alam, hendaknya juga menjadi usaha
Orang Muda Katolik, untuk menjaga dan melanjutkan cinta Allah
tersebut. Karena itu, tema yang akan direnungkan pada pertemuan
pertama ini adalah: Alam Sebagai Tanda Cinta Allah Bagi Manusia.
JALANNYA PERTEMUAN
1. Lagu Pembuka: Madah Bakti no. 160, Kelana.
2. Tanda Salib dan Salam
F: Dalam Nama Bapa dan Putera dan Rohkudus
U: Amin
F: Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan
persekutuan Roh Kudus beserta kita sekalian
U: Sekarang dan selama-lamanya

Katekese Prapaskah 2023


10

3. Pengantar oleh Fasilitator


F: Teman-teman Orang Muda Katolik yang terkasih...
Sebagai orang-orang muda, kita sedang menikmati masa-masa dengan
penuh kegembiraan. Sebagai bagian dari kegembiraan kita, Allah
memberikan kepada kita alam dan isinya. Alam ciptaan dan segala
isinya adalah tanda bahwa Allah benar-benar mencintai kita.
Pada pertemuan pertama katekese Prapaskah ini, kita dipanggil,
sebagai Orang Muda Katolik, untuk menyadari kebaikan dan cinta
Allah yang kita terima, terutama melalui bumi dan isinya. Tema kita
pada pertemuan ini adalah: Alam Sebagai Tanda Cinta Allah Bagi
Manusia.

4. Doa Pembuka
F: Marilah kita berdoa
Ya Allah yang Mahakuasa, kami bersyukur atas karya ciptaanMu yang
mengagumkan. Engkau telah menciptakan segala sesuatu dan
menganugerahkan semuanya bagi kami umat manusia. Buatlah, agar
sebagai orang muda, kami sungguh menyadari karya agungMu ini dan
ikut serta melestarikan alam semesta demi kelangsungan hidup kami
di dunia ini. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.
U: Amin.
5. Bacaan Kitab Suci: Kej. 1:1-31
6. Pendalaman Kitab Suci
F: Teman-teman terkasih, kita telah mendengarkan Kisah Penciptaan.
Mari kita mendalami bacaan ini. Ada beberapa pertanyaan penuntun
yang kiranya membantu kita:
a. Bagaimana proses penciptaan sejak hari pertama sampai hari
terakhir ?
b. Bagaimana Allah memberi penilaian terhadap semua hasil
ciptaannya? (Allah melihat semuanya baik adanya. Dan
terhadap penciptaan manusia disebutkan kata “sungguh amat
baik”).

Katekese Prapaskah 2023


11

c. Kalau kita melihat proses penciptaan, kita melihat bahwa,


manusia diciptakan pada hari keenam, setelah alam dan segenap
isinya siap. Bagaimana komentar teman-teman terhadap hal ini?
7. Sharing Pengalaman Hidup
Kita telah mencoba mendalami teks Kisah Penciptaan. Sekarang,
sambil terus mengingat isi dan pesan Kitab Suci yang baru saja kita
dengar, mari kita sharingkan pengalaman hidup kita. Beberapa
pertanyaan berikut kiranya dapat menuntun kita.
a. Bagaimana cara kita menyadari dan merasakan bahwa alam dan
isinya, yang kita pakai dan manfaatkan setiap hari,
sesungguhnya adalah tanda cinta Allah bagi kita?
b. Apakah ada usaha-usaha nyata yang dapat kita buat, teristimewa
sebagai Orang Muda Katolik, supaya kita makin sadar, bahwa
alam adalah tanda cinta Allah untuk kita manusia?
8. Rencana Tindak Lanjut
9. Doa Penutup
F: Ya Allah yang maha baik, kami bersyukur atas Penyertaan-Mu
selama pertemuan kami ini. Kiranya Engkau menuntun kami agar
mampu menjaga keutuhan alam ciptaan dan semakin menyadari
tanggung jawab untuk merawat bumi rumah kami bersama. Dengan
pengantaraan Kristus Tuhan kami.
U: Amin.
10. Lagu Penutup: Madah Bakti no. 452, Roh Allah bangkitkan kami.

Katekese Prapaskah 2023


12

Pertemuan II
Orang Muda yang Peduli Merawat Alam
Teks Inspirasi: Yohanes 2: 1-12

POKOK PIKIRAN (Sebagai pegangan untuk fasilitator)


Anggur memiliki arti yang luar biasa bagi hidup manusia. Dalam
Perjanjian Lama, anggur melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran
dan Tanah Terjanji dipuji sebagai „tanah anggur“ (Ul. 8:8). Ketika Israel
masuk ke sana, mereka digambarkan sebagai bangsa yang berdiam
dengan tentram di bawah pohon anggur dan arah.
Nuh, salah satu nenek moyang Israel, disebutkan sebagai orang pertama
di bumi ini yang menanam anggur atau mengusahakan kebun anggur
(Kej. 9:20). Lebih dari itu, anggur adalah lambang Israel sendiri sebagai
bangsa pilihan (Mzm. 80:8, Yes 5: 1-5), yang kesejahteraannya dijamin
Allah sendiri. Anggur, dalam dunia Perjanjian Lama, atau juga dalam
Perjanjian Baru, selalu dihubungkan dengan pesta dan acara-acara
gembira (1 Sam. 25:36, Yoh. 2). Anggur mendatangkan sukacita dan
kegembiraan.

Katekese Prapaskah 2023


13

Injil Yohanes 2: 1-12 menggambarkan kekurangan anggur dalam pesta


pernikahan. „Mereka kehabisan anggur“, begitu kata Maria, Ibu Yesus
(Yoh 2:3). Kekurangan anggur, seperti yang terjadi di Kana, tentu
mengurangi kegembiraan dan sukacita pesta. Secara tidak langsung,
kekurangan anggur juga mengindikasikan kurangnya kesejahteraan dan
kemakmuran di masa depan.
Dalam situasi demikian, Ibu Yesus, sebagai kerabat terdekat dari tuan
pesta, tergerak dan berusaha mencari solusi yang terbaik (Yoh. 2 : 3-5).
Maria menyampaikan masalah tersebut kepada Putranya. Dia yakin, anak
kesayangannya mampu mengatasinya. Bersamaan dengan itu, Maria juga
meminta kerelaan dan kecekatan para pelayan pesta, untuk melakukan
apa yang diminta oleh Yesus (Yoh. 2: 6). Dan seperti kata Maria, para
pelayan pun menjalankan apa yang diperintahkan Yesus (Yoh. 2 :7-8).
Kisah ini memilik happy ending: anggur yang baik tetap tersedia “sampai
sekarang” (Yoh 2: 10).
Perubahan air menjadi anggur merupakan mujizat pertama yang dibuat
Yesus. Nyata terlihat, Yesus tidak sendirian bekerja dalam mendatangkan
kembali kegembiraan pesta. Bersama BundaNya, Maria, dan para
pelayanan mereka bekerjasama dan menunjukkan apa yang dikenal
dengan kata: kepeduliaan.
Hanya kepedulian semua anggota keluargalah, yang dapat membuat
kegembiraan dan sukacita bersama tetap bertahan sampai akhir. Sukacita
sejati ada, tidak saja karena orang datang pada Yesus, tetapi juga karena
banyak pihak mengambil bagian, bekerjasama dan turut
bertanggungjawab. Berkat dari Tuhan pun, tetap membutuhkan kerjasama
dari manusia.
Dalam perayaan Ekaristi, saat persiapan persembahan, semua orang
Katolik pun selalu disadarkan bahwa roti dan anggur adalah „hasil dari
bumi dan usaha manusia“. Roti dan anggur, di satu sisi, merupakan
kemurahan Tuhan yang diperoleh melalui alam, di sisi lain, adalah hasil
usaha manusia.

Katekese Prapaskah 2023


14

Kehabisan anggur merupakan simbol kurangnya kesejahteraan,


kurangnya kegembiraan. Kehabisan anggur tidak lain adalah tanda krisis
yang sedang menimpa manusia. Alam dan lingkungan, yang pada
dasarnya selalu menyediakan hal baik bagi manusia, malah sering
dikelolah secara tidak bertanggungjawab oleh manusia. Keserakahan
dalam diri manusia telah menciptakan ketidakselarasan pada alam, yang
berdampak pada munculnya berbagai bencana alam yang mengancam
keberlangsungan hidup manusia dan seluruh ciptaan. Manusia sering
kehabisan anggur, kehabisan kesejahteraan dan kegembiraan, justeru
karena keserakahannya yang berlebihan.
Dalam bagian pertama Ensiklik Laudato Si, Paus Fransiskus merangkum
beberapa krisis yang sedang melanda bumi ini: pertama; polusi dan
perubahan iklim; kedua, masalah air; ketiga, hilangnya keanekaragaman
hayati; keempat, penuruan kualitas hidup manusia dan kemerosotan
sosial; dan kelima, ketimpangan global (LS 20-52). Paus juga
mengingatkan bahwa saat ini alam sedang berduka akibat dari ulah
manusia yang tidak bertanggungjawab.
Anggur, kegembiraan, kesejahteraan, yang dihasilkan bumi, perlahan-
lahan berkurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Untuk
menggembalikan kegembiraan itu, tidak ada yang dapat dilakukan
meningkatkan kembali kepedulian semua pihak.
Fokus pertemuan kedua ini adalah upaya meningkatkan kesadaran dan
kepedulian terhadap alam. Seperti Maria dan para pelayan yang peduli
dan siap bekerjasama, begitu pun kiranya masing-masing kita, sebagai
Orang Muda Katolik.
JALANNYA PERTEMUAN
1. Lagu Pembuka: Madah Bakti no. 471, Alangkah Megah KaryaMu
2. Tanda Salib dan Salam
F: Dalam Nama Bapa dan Putera dan Rohkudus
U: Amin
F: Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan
persekutuan Roh Kudus beserta kita sekalian.

Katekese Prapaskah 2023


15

U: Sekarang dan selama-lamanya


3. Pengantar oleh Fasilitator
F. Teman-teman Orang Muda Katolik terkasih…
Dalam pertemuan minggu lalu, kita telah membahas bersama sub tema
pertama: Alam sebagai tanda cinta Allah bagi manusia. Kita telah
diajak untuk melihat alam sebagai bentuk ungkapan kasih Allah bagi
umat manusia. Pada pertemuan kedua ini, kita akan mendalami sub
tema yang berikut: Orang Muda Yang Peduli Merawat Alam. Di
dalam pertemuan ini, Orang Muda Katolik diajak untuk merenungkan
dan membangun sikap peduli terhadap alam.
4. Doa Pembuka
F: Marilah kita berdoa
Bapa di dalam surga, sebagai Orang Muda Katolik kami bersyukur
untuk segala berkat dan anugerah-Mu bagi kami melalui alam. Namun
kami juga menyadari bahwa keserakan dan sikap tidak peduli kami
telah merusakan alam ciptaanMu. Anugerahkanlah kami sikap tobat
yang benar untuk membangun kepedulian terhadap alam ciptaanMu.
Utuslah pula RohMu dan bimbinglah kami agar melaksanakan
katekese ini dengan baik Demi Yesus Kristus PuteraMu, yang bersama
dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini
dan sepanjang segala masa.
U: Amin.
5. Bacaan Kitab Suci: Yohanes 2: 1-12
6. Pendalaman Kitab Suci
F: Teman-teman terkasih, kita telah mendengarkan cerita Injil tentang
Perkawinan di Kana. Mari kita coba melihat kisah ini dengan lebih
mendalam. Beberapa pertanyaan akan menuntun kita:
a. Mujizat apa yang dilakukan Yesus dalam peristiwa
perkawinan di Kana? (Perubahan air menjadi anggur).
b. Siapa saja yang ikut berperan dalam mujizat tersebut? (Yesus,
Maria, Para Pelayan).
c. Apa yang diminta Bunda Maria kepada para pelayan pesta ?
(Melakukan apa yang diperintahkan Yesus)

Katekese Prapaskah 2023


16

d. Apa arti kehabisan anggur dalam konteks hidup Orang Muda


Katolik? (Anggur adalah simbol sukacita pesta, juga simbol
kesejahteraan dan kemakmuran. Kehabisan anggur berarti
kehilangan sukacita akibat berbagai krisis hidup yang
dialami. Krisis nilai, krisis iman, krisis lingkungan hidup
dapat mengancam masa depan).
7. Sharing Pengalaman Hidup
F: Teman-teman Orang Muda Katolik yang terkasih…
Kita sering mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi. Dalam bagian
persiapan persembahan imam sering menyebutkan bahwa roti dan
anggur adalah hasil dari bumi dan usaha manusia. Anggur,
kegembiraan dan sukacita tidak hanya berasal dari alam ciptaan Allah,
tetapi juga mesti diusahakan oleh manusia sendiri. Maria dan para
pelayanan tadi, memberikan contoh bagaimana usaha manusia itu ikut
serta mendukung karya Allah sendiri.
Mari kita sharingkan pengalaman kita:
a. Sikap apa yang harus dimilki oleh setiap Orang Muda Katolik
sebagai bentuk tanggungjawabnya terhadap alam ciptaan?
b. Bagaimana cara kita meningkatkan kepedulian terhadap alam
yang sedang menderita dan juga sesama yang berkekurangan?
8. Rencana Tindak Lanjut

9. Doa Penutup
F: Marilah kita berdoa:
Allah bapa yang Mahabijaksana, sebagai Orang Muda Katolik, kami
bersyukur untuk alam ciptaan yang Engkau berikan kepada kami,
yang menjadi sumber makanan dan minuman serta rezeki hidup kami.
Kami mohon, penuhilah hati kami dengan karunia Roh KudusMu agar
kami memiliki sikap tobat yang benar. Tanamkanlah sikap peduli
terhadap alam ciptaanMu dalam hati kami. Kiranya kami mampu
melestarikan alam cipataan-Mu dengan penuh rasa tanggungjawab.
Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U: Amin

Katekese Prapaskah 2023


17

10. Lagu Penutup: Madah Bakti no. 477, Semua Bunga Ikut Bernyanyi.

Pertemuan III
PERTOBATAN EKOLOGIS:
Allah memulihkan alam sebagai buah dari pertobatan manusia
Teks Inspirasi: 2 Tawarikh: 7:12-16

POKOK PIKIRAN (Sebagai pegangan bagi Fasilitator).


Dalam kisah penciptaan, Allah menumbuhkan tunas muda, tumbuh-
tumbuhan berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan
buah berbiji supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi. Dan Allah melihat

Katekese Prapaskah 2023


18

bahwa semua itu baik (Kej. 1:11-13). Penciptaan dunia dan segala isinya
menunjukkan cinta Allah yang nyata kepada segenap ciptaanNya: kepada
manusia, kepada alam dan segenap isinya. Cinta Allah kepada ciptaan itu
juga nyata dalam pemberian kepercayaan dan tanggungjawab kepada
manusia untuk mencintai dan merawat alam.
Bersamaan dengan tugas dan kepercayaan tersebut, Allah memberikan
juga pilihan bagi manusia. Jika manusia merawat alam dengan baik dan
merendahkan diri di hadapan Allah, maka bumi akan dipulihkan dan
menjadi rumah yang ramah selamanya (2 Taw. 7: 16). Sementara itu,
ketidaksetiaan pada tugas untuk merawat alam mengakibatkan langit
tanpa hujan, hasil bumi yang berkurang, serta hama yang menyerang (2
Taw. 7: 13).
Pencemaran alam dan lingkungan yang terjadi dewasa ini menjadi bukti
dari ketidakpatuhan manusia terhadap perintah Allah untuk merawat
alam. Alam bereaksi terhadap ketidakpatuhan manusia dengan caranya
sendiri: ada tanah longsor, banjir bandang, gempa bumi, hama belalang,
wabah covid, dan sebagainya.
Masihkah ada harapan bahwa manusia kemudian berbalik? Jawabannya:
YA. Allah selalu memberikan kesempatan bagi manusia untuk berbalik
dan bertobat (metanoia). Sebagai mahkluk yang bisa berpikir jernih serta
memiliki hati nurani, manusia dapat menjadi panglima yang memimpin
seluruh alam semesta untuk bertobat.
Manusia dapat memulihkan kembali alam sekitar menjadi “rumah” yang
nyaman bagi semua, dengan memperbaiki kebiasaan hidupnya.
Ada beberapa langkah yang dianjurkan, misalnya:
a. Menerapkan prinsip 4R: Reduce: mengurangi pemakaian barang
yang tidak berguna; Reuse: memakai ulang barang yang masih bisa
digunakan; Recycle: mendaur ulang barang atau sampah untuk
menjadi barang yang berguna; Replant: menimbun sampah
organik untuk dijadikan kompos.
b. Menggalakan kembali reboisasi hutan.

Katekese Prapaskah 2023


19

c. Menerapkan bioremidiasi atau penertiban limbah; baik limbah


industri maupun limbah rumah tangga.
d. Mengerjakan rehabilitasi lahan.
Cara-cara ini akan mudah atau gampang dilakukan jika ada hasrat hati
setiap pribadi manusia, untuk menjadi patuh, taat dan mau
melakukannya. Paus Fransiskus dalam Ensiklik LAUDATO SI menyebut
perubahan pola perilaku ini dengan nama: Pertobatan Ekologis.
Pertobatan ekologis berarti:
a. Membiarkan diri berjumpa dengan Yesus Kristus, lalu
menghasilkan buah dalam kata dan karya nyata yang baik dan
berguna untuk kelestarian alam sekitar.
b. Lebih dari itu, setiap orang mesti menghayati panggilannya untuk
melindungi Karya Allah sebagai bagian penting dari kehidupannya
yang saleh.
c. Pertobatan batin yang mendalam amat dibutuhkan dalam hal ini.
Fokus pertemuan ketiga ini adalah usaha pertobatan ekologis. Usaha ini
didasarkan pada dua tahap, yang sudah direnungkan dan disharingkan
dalam dua pertemuan sebelumnya yaitu: sadar dan peduli. Kedasaran dan
kepedulian kiranya mendorong pertobatan; dalam langkah-langkah
konkret.
Selanjutnya, perlulah juga disadari bahwa semua bentuk pertobatan ini
juga memerlukan gabungan kekuatan atau gerakan bersama. Gerakan
bersama ini mesti didasari sebuah spiritualitas berdasarkan Injil yang
tertanam dalam diri orang beriman dan kesatuan usaha dalam satu
dinamisme perubahan yang berkelanjutan (Laudato Si, 219).
JALANNYA PERTEMUAN
1. Lagu Pembuka: Yubilate no. 414, Sudilah Tuhan Ampuni Kami.
2. Tanda Salib dan Salam
F: Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U: Amin
F: Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan
persekutuan Roh Kudus beserta kita sekalian

Katekese Prapaskah 2023


20

U: Sekarang dan selama-lamanya


3. Pengantar oleh Fasilitator
F: Saudara-saudari, rekan-rekan muda yang terkasih…
Kita telah menjalankan dua kali pertemuan katekese. Pada pertemuan
pertama, kita telah mencoba untuk menyadari tentang alam sebagai
tanda cinta Allah bagi manusia. Di pertemuan kedua, kita telah
berusaha membangun kesadaran dan kepedulian serta niat untuk
merawat alam. Bermodalkan kesadaran dan kepedulian itu, kini kita
diajak setingkat lebih jauh: melakukan upaya-upaya merawat alam.
Upaya nyata yang dapat kita buat adalah bentuk pertobatan ekologis:
mengubah sikap dan perlakuan kita terhadap alam, dengan mencintai
dan merawatnya secara benar.
4. Doa Pembuka
F: Marilah kita berdoa
Allah Bapa yang Mahabaik, dalam kasih Engkau telah menciptakan
alam raya, manusia dan segala sesuatu menjadi sungguh amat baik.
Namun saat ini, alam yang indah dan subur itu telah mengalami
kerusakan akibat ulah kami manusia yang dibelenggu oleh hasrat hati
yang bertentangan dengan kehendak KudusMu. Kami mohon ampun
dari padaMu, dan berilah kami kekuatan untuk berbalik dari kesalahan
dan dosa-dosa kami. Dengan Pengantara Kristus Tuhan kami.
U: Amin.
5. Bacaan Kitab Suci: 2 Tawarikh 7:12-16
6. Pendalaman Kitab Suci
F: Kita telah mendengarkan dan membaca bersama Sabda Tuhan.
Sekarang saatnya kita mendalami Sabda ini. Beberapa pertanyaan
menuntun kita dalam proses pendalaman ini:
a. Kepada siapakah Tuhan berfirman dalam bacaan tadi? (Salomo,
ay.12)
b. Apa saja bahaya atau ancaman yang Tuhan sampaikan kepada
Salomo? (ay.13)
c. Apa saja hal baik yang Tuhan janjikan kepada umat Israel? (ay.15
dan 16).

Katekese Prapaskah 2023


21

d. Bagaimana cara supaya hal buruk dapat dihindarkan dan hal baik
itu bisa diperoleh? (Menyebut nama Allah, merendahkan diri,
berdoa, mencari wajah Allah, berbalik dari jalan dan cara hidup
yang jahat, ay, 14).
7. Sharing Pengalaman Hidup
F: Sekarang kita diberi kesempatan untuk sharing pengalaman hidup.
Pertanyaan berikut kiranya membantu kita dalam sharing:
a. Kita menjumpai kenyataan saat ini, bahwa alam raya yang indah
ini telah mengalami kerusakan yang hebat: terjadi kemarau
panjang, cuaca ekstrim yang menyebabkan banjir bandang dan
tsunami, tanah longsor, dan sebagainya. Boleh jadi ini suatu
hukuman, karena manusia “tega berbuat nista” dengan merusakan
alam. Sharingkan pengamatan dan pengalaman, tentang “ulah
manusia” merusakan alam ciptaan!
b. Kira-kira pertobatan ekologis yang dapat Orang Muda Katolik
lakukan?
8. Rencana Tindak Lanjut
9. Doa Penutup
F: Marilah kita berdoa
Allah Bapa yang Mahabaik, terima kasih, Engkau telah menyapa kami
melalui FirmanMu dan kami boleh menyadari dan menyesali dosa
ketidakpatuhan kami untuk menjaga, merawat dan mencintai alam
ciptaanMu, serta memohon ampun dari padaMu. Bantulah kami agar
sungguh-sungguh bertobat dan siap sedia dengan hasrat hati yang
baru mencintai alam ciptaanMu, seperti Engkau sendiri telah
mencintainya. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.
U: Amin.
10. Lagu Penutup: Yubilate no. 430, Lihatlah Salib.

Katekese Prapaskah 2023

Anda mungkin juga menyukai