Anda di halaman 1dari 56

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM YANG TERKANDUNG

DALAM ACARA TRADISI-TRADISI DI DESA KERSO KECAMATAN


KEDUNG KABUPATEN JEPARA
M Faiz Maulana
Aflahmaulana3@gmail.com
Fakultas Tarbiyah, Prodi PAI
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk memahami nilai-nilai dalam tradisi-tradisi yang sudah
dilaksanakan selama bertahun-tahun dari sudut pandang Pendidikan Agama Islam.
Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data dan penulisan artikel ini
dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara. Di Indonesia ada banyak
macam-macam tradisi yang biasa dilakukan di masyarakat setempat, seperti Haul
dan Sedekah Bumi. Tradisi Haul adalah suatu penghormatan yang dilakukan
kepada para orang-orang Sholih yang telah memperjuangkan agama di tempat ia
tinggal, sedangkan tradisi Sedekah Bumi adalah suatu tradisi berupa perayaan
adat yang ditujukan pada bumi sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas nikmat
dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT. Berdasarkan hasil penelitian baik
tradisi Haul maupun Sedekah Bumi didalamnya mengandung nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam yang sangat banyak, seperti nilai keteladanan, nilai
terpuji, nilai syukur, nilai silaturrahmi, dan nilai sedekah.
Kata Kunci: Nilai-nilai, Pendidikan Agama Islam, Tradisi-Tradisi
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan wilayah negara yang mempunyai beraneka ragam
suku bangsa, dari banyaknya keanekaragaman suku bangsa, maka setiap suku
pastinya mempunyai ciri-ciri khusus yang bisa membedakan antara suku yang
satu dengan suku yang lainnya, seperti suku jawa yang memiliki keunikan
tersendiri dalam tradisi-tradisinya. Tradisi atau kebiasaan ialah salah satu bentuk
perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Tradisi yang
sering dilakukan oleh orang-orang dari suku jawa biasanya yang mengandung
nilai bermanfaat bagi mereka, jika tidak bermanfaat maka akan mereka
tinggalkan. Karena dinilai bermanfaat inilah kemudian mereka melestarikannya
hingga sampai sekarang.
Seperti halnya di Desa Kerso, tepatnya di Kecamatan Kedung Kabupaten
Jepara, Desa ini memiliki beberapa tradisi dari peninggalan para pendahulu
mereka. Meskipun zaman semakin modern tapi tradisi yang sudah diturunkan dari
pendahulu mereka tidak pernah mereka lupakan dan tidak mereka tinggalkan. Hal
ini tidak lepas dari apa alasan warga desa kerso mengadakannya, serta bagaimana
proses dalam acaranya sehingga bisa terlaksana dengan baik, dan apa saja nilai-
nilai pendidikan yang didapat dari acara tradisi-tradisinya sehingga bisa tetap
terlaksana hingga sampai sekarang.
METODE PENELITIAN
Kata Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang artinya cara
atau jalan yang ditempuh.1 Metode merupakan suatu prosedur atau cara untuk
1
Setiawan Topan, Pengertian dan Definisi Metode, Penelitian dan Metode Penelitian, dalam
http://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-metode-penelitian/ (25
mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.2 Sedangkan
penelitian atau reset berasal dari bahasa Inggris “Research” yang berarti proses
pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan, memodifikasi, atau
mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok penyelidikan.3 penelitian
ialah suatu langkah terencana dan sistematis dalam sebuah penelitian yang
tujuannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru maupun asli berupa jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu yang timbul di masyarakat. 4 Agar
penelitian yang dilakukan memiliki bobot yang cukup dan memberikan
kesimpulan yang tidak meragukan maka dalam pelaksanaan penelitiannya
membutuhkan rangkaian langkah-langkah yang tepat dan saling mendukung
antara langkah satu dengan langkah yang lain. adapun metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif
yang dimana peneliti melakukan sebuah penelitian langsung dilokasi, Dalam
pengumpulan datanya menggunakan teknik Observasi. Dalam buku Meleong
(2007) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata maupun lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati, metode ini berusaha mengungkap berbagai
keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, dan/atau
organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 5 lokasi dalam penelitian ini
tepatnya yaitu di Desa Kerso Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara.
Dikarenakan di Desa tersebut terdapat dua macam tradisi yang sering
dilakukan di setiap tahunnya, yaitu Haul dan Sedekah Bumi. Kedua Tradisi ini
sudah menjadi kebiasaan di Masyarakat tersebut, hal ini dilakukan sebagai
sebuah bentuk rasa syukur Kepada Allah SWT atas melimpahnya panen yang
diberikan Olehnya, dan penghormatan untuk para pendahulu mereka yang
mereka anggap Waliyulloh yang telah berjuang dan mengajarkan ajaran
Agama Islam di Desa Kerso menjadi manusia yang agamis.
B. Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data primer yang
dimana data yang didapatkan secara langsung dari sumber utamanya, yakni
dari para pihak yang dijadikan objek dari penelitian ini. Data primer ini dalam
penelitiannya yaitu data yang didapatkan oleh pihak peneliti dengan melakukan
sebuah wawancara secara langsung dengan pihak informan, yang utamanya
pihak informan merupakan pelaku tradisi Haul dan Sedekah Bumi terutama
seperti tetua Desa, Tokoh Pemuka Agama, maupun Perangkat Desa.
C. Metode Pengumpulan Data
Guna mencari dan mengolah datanya, demi melancarkan proses
penelitiannya, maka peneliti menggunakan beberapa metode, yakni:
Oktober 2021), 3
2
I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogyakarta: ANDI, 2006), hal 69
3
Setiawan Topan, Pengertian dan Definisi Metode, Penelitian dan Metode Penelitian, dalam
http://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-metode-penelitian/ (25
Oktober 2021), 3
4
Sukandarummidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2006), hal 111
5
Sandu, Ali, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, Literasi Media Publishing, 2015), hal 28
1. Observasi
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan
menggunakan teknik observasi non partisipan, Yang dimaksud dalam
observasi non partisipan disini, yakni pengamat hanya melakukan suatu
fungsi, yaitu mengadakan pengamatan.6 Teknik observasi non partisipan
digunakan karena dalam proses penelitian nya tidak ikut serta dalam
kegiatannya, akan tetapi hanya berperan mengamati saja. Disini peneliti
langsung terjun ke lokasi dengan berkunjung ke salah satu rumah tetua Desa
Kerso yang biasanya merupakan tokoh pelaku tadisi-tradisi yang ada di desa
tersebut. Kegunaan observasi disini ialah merupakan awal permulaan
peneliti sebagai tahap pengenalan untuk mencari tahu lebih dalam tentang
tradisi-tradisi yang ada di Desa Kerso sehingga nantinya peneliti bisa
melanjutkan dengan metode berikutnya, yakni metode wawancara.
2. Wawancara
Wawancara merupakan proses untuk memperoleh sebuah penjelasan
dari subjek yang diteliti untuk sebuah tujuan penelitian dengan melakukan
tanya jawab antara pihak pewancara dengan informan sambil bertatap muka
dilokasi.7
Wawancara ialah sebuah dialog yang dilakukan peneliti untuk
memperoleh sebuah informasi data dari yang diwawancarai. Dengan begitu,
teknik yang dilakukan dalam pengumpulan datanya secara langsung
berhubungan dengan objek yang diteliti, yang dimana peneliti melakukan
wawancara secara langsung kepada tetua Desa yang biasanya seorang
pelaku Tradisi-tradisi di Desa Kerso pada umumnya, sehingga dengan
begitu mengenai tradisi-tradisi yang ada di Desa Kerso dapat diketahui oleh
peneliti.
HASIL
A. Tradisi Haul
Hasil penelitian berupa observasi dan wawancara yang peneliti lakukan
dengan bapak Kunderin tentang tradisi Haul menunjukkan bahwa: Pertama,
dalam tradisi Haul yang dilakukan di Desa Kerso berkaitan dengan para
Waliyullah mereka, yaitu Mbah Shoffin dan Mbah Sikangkrang. Dikarenakan
mereka adalah tokoh ulama besar yang pada zamannya telah memperjuangkan
serta mengajarkan Agama Islam di Desa tersebut hingga jadilah masyarakat
yang agamis seperti sekarang ini.
Kedua, dalam pelaksanaan tradisi Haul terdiri dari beberapa tahap: 1)
Tahap persiapan, yaitu rapat koordinasi yang dilakukan oleh para tetua-tetua
masyarakat Desa Kerso, seperti pemerintah Desa dan Kyai. 2) Tahap Inti, yaitu
terdiri dari: a) Acara Selametan terlebih dahulu, acara ini biasanya dilakukan di
Balai Desa. b) Acara Pengajian, acara ini dilakukan di makam para Waliyullah
Mereka.
Ketiga, dalam tradisi Haul ada pihak yang memperoleh manfaatnya,
diantaranya yaitu: a) Manfaat Bagi yang Dihaulkan, dan b) Manfaat Bagi Pihak
yang Mengadakan Haul. Keduanya sama-sama mendapatkan manfaatnya,
bukan hanya itu saja, tetapi karena diadakannya tradisi Haul tersebut akan

6
Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal 162
7
M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hal 193-194
Memperkuat Silaturrahim dan Ukhuwah antar Warga dan Tradisi Haul sebagai
Ibrah atau Pelajaran atau Hikmah Bagi Umat.
B. Tradisi Sedekah Bumi
Hasil penelitian berupa wawancara yang peneliti lakukan dengan bapak
Kunderin tentang Tradisi Sedekah Bumi menunjukkan bahwa: Pertama, dalam
tradisi Sedekah Bumi merupakan tradisi tahunan yang dilakukan warga Desa
Kerso, tepatnya pada bulan Dzul Qo`dah, untuk harinya ditentukan oleh pihak
kecamatan, sedangkan tanggalnya ditentukan oleh perangkat Desa dan BPD.
Kedua, dalam pelaksanaan tradisi nya terdiri dari: 1) Tahap Persiapan,
yaitu rapat koordinasi yang dilakukan oleh pemerintah Desa dan Tokoh
Masyarakat dalam rangka mempersiapkan konsep acara dengan matang, 2)
Acara inti yang dilaksanakan di Balai Desa Kerso, acara tersebut terdiri dari: a)
penyiapan tempat acara, b) warga sekitar membawa lauk pauknya ke Balai
Desa untuk dimakan bersama-sama, c) sebelum acara dimulai didahului dengan
Tahlil yang akan dipimpin oleh Kyai atau Ulama setempat.
Ketiga, tujuan dari digelarnya acara tradisi Sedekah Bumi yaitu: 1)
Sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap hasil bumi yang melimpah,
2) Untuk menghormati jasa para leluhur, 3) Untuk memperkuat solidaritas
antar masyarakat Desa.
Keempat, manfaat dari digelarnya acara tradisi Sedekah Bumi yaitu:
masyarakat desa merasakan rasa lebih dekat dengan sang pencipta, terhindar
dari segala musibah (bala`), penyakit, dan hasil panen lebih baik.
Kelima, dalam acara tradisi Sedekah Bumi di Desa bukan hanya para
Perangkat Desa dan Tokoh-tokoh Masyarakat saja yang menyiapkan acara
tersebut, tetapi pemuda-pemudi pun juga ikut andil dalam membantu
mempersiapkan segala kebutuhan dalam acara tradisi yang ada di Desa Kerso.
Seperti organisasi IPNU dan IPPNU Desa Kerso.
PEMBAHASAN
Tradisi merupakan suatu kebiasaan turun temurun yang masih dilakukan
di masyarakat. Sebab dari munculnya kebiasaan di tengah-tengah masyarakat
tetangga yang dilakukan ini kemudian tersebar dan akhirnya menjadi sebuah adat
dan budaya atau kebiasaan kemudian dijadikan sebuah model kehidupan.8
Masyarakat hidup dengan berbagai adat dan budaya yang akan terus
dikembangkan sesuai dengan apa yang dilakukan disekitar penduduk. Selain itu,
banyak masyarakat diseluruh dunia terutama di negara indonesia mempunyai
corak budaya adat istiadat dan tradisi yang berbeda-beda. Banyak suku dengan
adat yang khas sesuai dengan apa yang ditinggalkan oleh orang terdahulu yang
mana merupakan tradisi yang khas untuk masyarakat atau suku sesuai dengan
pendahulu -pendahulu yang membuat tradisi.
1. Alasan diadakannya Tradisi-tradisi di Desa Kerso
Masyarakat desa Kerso dalam melakukan kegiatan bersama selalu lebih
mengutamakan kegiatan keagamaan. Apa saja yang berkaitan dengan
keagamaan masyarakat sangat antusias. Jika kegiatan yang tidak diarahkan
dengan keagamaan atau yang memiliki nilai ibadah, masyarakat kurang cocok
dalam segi pembangunan dan kegiatan yang lain. Jika, yang diarahkan ke segi
8
Syaikh Mahmud Syaltut, Fatwa-fatwa Penting Syaikh Shaltut (Dalam Hal Aqidah Perkara
Ghaib dan Bid`ah), (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2006), hal 121
keagamaan masyarakat desa kerso sangat setuju dikarenakan masyarakat yang
agamis dan semuanya menganut ahlussunnah wal jama’ah. (Bapak Kunderin,
2021)
Salah satu kearifan lokal masyarakat yang ada di desa Kerso yaitu
tradisi. Tradisi atau kebiasaan merupakan sebuah bentuk perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Secara umum, tradisi
dikenal sebagai suatu bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa
sejarah kuno. Setiap tradisi dikembangkan untuk beberapa tujuan seperti tujuan
politis atau tujuan budaya dalam beberapa masa. Ada beberapa tradisi di desa
Kerso yang berkaitan dengan keagamaan yaitu:
a) Haul
Haul berasal dari bahasa Arab “hawl” yang artinya adalah “tahun”.
Sedangkan yang dimaksud dengan perayaan haul sebagaimana yang sering
dilaksanakan oleh umat muslim Indonesia ialah acara peringatan hari ulang
tahun kematian. Acara ini biasanya diselenggarakan dihalaman maupun sekitar
kuburan mayit yang diperingati, ada juga yang diselenggarakan di masjid,
rumah, dan lain-lain.9
Haul adalah peringatan yang diadakan setiap setahun sekali serta tidak
harus tepat di tanggal tertentu alias tidak bersifat sakral. Misal dalam satu
tahun tidak dilaksanakaan haul maka tidak ada efeknya (tidak malati). Menurut
narasumber, alasan diadakannya peringatan Haul ini yaitu untuk menghormati
waliyullah atau sebuah penghormatan kepada waliyullah karena waliyullah
yang telah memperjuangkan agama di desa ini. Kegiatan haul waliyulloh di
desa Kerso ada dua yang diperingati, yaitu :
1) Mbah Shoffin (yang berkaitan dengan Masjid Kerso)
Haul Mbah Shoffin diperingati setahun sekali setiap jum’at legi bulan
Muharram. Pada tradisi ini seluruh masyarakat warga desa kero berbondong
bondong untuk memperingati haul yang diadakan setahun sekali dimakam
waliyullah mbah shoffin seperti selametan yang mana diikuti oleh semua
warga desa kerso
2) Mbah Sikangkrang
Mbah Sikangkrang merupakan tokoh cikal bakal desa Kerso. Haul
mbah Sikangkrang diperingati setiap bulan Syawwal. Tradisi yang
dilakukan warga desa kerso untuk memperingati haul mbah sikangkrang
yaitu selametan dan pengajian. Pada peringatan selametan ini, warga desa
kerso berbondong bondong datang ke makam waliyullah mbah sikangkrang
yang bertempat di makam islam desa kerso. Pada peringatan pengajian pun
juga digelarkan untuk umum, pada pengajian ini seluruh masyarakat yang
mengetahui haul mbah sikangkrang kebanyakan datang untuk memperingati
haul dan memperoleh pengetahuan dan manfaat yang besar tentang sejarah
para sesepuh desa kerso.
Menurut cerita orang zaman dahulu, Mbah Shoffin itu kaitannya
dengan ajudan Mbah Datuk Singaraja Mayong, mendirikan masjid di kerso
kemudian diteruskan waliyullah Mbah Shoffin. Selanjutnya Mbah Datuk
Singaraja melanjutkan perjalanannya menyebarkan agama islam dan
mendirikan masjid di Mayong. Sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan

9
Imron AM, Kupas Tuntas Masalah Peringatan Haul (Surabaya: Al-Fikar, 2005), hal 13
kyai atau ulama zaman sekarang mengikuti waliyullah dahulu seperti
pembangunan masjid.
Adapun manfaat haul bagi penyelenggaranya maupun yang
dihaulkan adalah :
1) Manfaat Bagi yang Dihaulkan
Orang yang sudah dikubur seperti orang yang tenggelam di laut
dikasih apa saja tidak akan mau. Yang dia perlukan hanya kiriman doa
dari orang yang hidup.
Allah berfirman dalam QS Al-Hasyr : 10 yang artinya :
“dan orang-orang yang datang sesudah mereka (muhajirin dan anshor)
mereka berdoa : “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara
kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau
tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman”.
2) Manfaat Bagi Pihak yang Mengadakan Haul
Bagi yang mengadakan haul, supaya ingat kembali pada tokoh yang
dihaulkan bahkan orang tua atau leluhur yang sudah mendahului.
Sungguh kematian itu tidak mengenal usia, baik yang muda apalagi yang
tua. Kesehatan terjamin janganlah bangga dengaan umur muda, wajah
tampan atau cantik, jangan mengira akan jauh dari kematian.
3) Manfaat Haul untuk Memperkuat Silaturrahim dan Ukhuwah antar
Warga
Dalam acara haul kita dapat bertemu saudara, teman, senang dan
bahagia kumpul bersama-sama. Setelah acara, jama’ah pulang membawa
bingkisan yang dibagikan oleh panitia acara haul. Dengan silaturahim,
maka mempermudah rizki dan memperpanjang umur sebagaimana hadist
Nabi SAW. Yang artinya : “barang siapa yang ingin dikekalkan dalam
rezekinya dan ingin dipanjangkan umurnya maka supaya menyambung
silaturahim.”
4) Manfaat Haul sebagai Ibrah atau Pelajaran atau Hikmah Bagi Umat
Dengan acara haul menjadi ibrah atau pelajaran bagi umat bahwa
setiap orang akan berniat atau berusaha menjadi figur yang memberikan
kesan baik supaya menjadi perbincangan baik bagi orang-orang yang
ditinggalkan.
Alangkah bahagianya sang tokoh yang dihaulkan atau orang tua
yang sudah wafat melihat anak yang mendoakannya bersama sahabat,
tetangganya, bahkan banyak orang lainnya. Semoga almarhum/ah tenang,
terang dan luas di alam kuburnya setta dijadikan kuburnya taman dari
taman surganya Allah SWT. Aamiin.
b) Sedekah Bumi
Sedekah Bumi adalah tradisi yang rutin digelar setiap satu tahun
sekali. Tradisi ini diyakini masyarakat setempat mengandung unsur
kesakralan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sedekah bumi di desa Kerso dilaksanakan di bulan Dzul Qo’dah. Untuk
tanggalnya tidak menentu karena yang menentukan pihak kecamatan. Yang
menentukan hari sedekah bumi yaitu pak petinggi dengan BPD. Sebelum
pandemi sedekah bumi ada pagelaran wayang, pengajian dan juga ada
keramaian-keramaian yang menganut pak petinggi-petinggi jaman dahulu.
Kegiatan sedekah bumi dilaksanakan di Balai desa dan jika ada keramaian
dilakukan setelah dhuhur. Yang melaksanakan terutama ketua ketua RT,
tetangga dan lingkungan sekitar. Yang dibawa saat sedekah bumi yaitu nasi
beserta lauk pauknya dan yang memimpin Kyai atau Ulama. Saat pendemi
kegiatan sedekah bumi hanya selametan, yang melakukan hanya ketua RT
beserta perangkatnya.
Tujuan dari di adakannya tradisi Sedekah Bumi yaitu:
1) Sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap hasil bumi yang
melimpah dan menjadikan masyarakat desa kerso lebih bersyukur. Dan
tradisi Sedekah Bumi juga dijadikan sebagai lambang kesejahteraan dan
keselamatan agar segala urusan dan hasil panen selalu melimpah dan aman
dari segala apapun yang menjadikan gagal panen.
2) Untuk menghormati jasa para leluhur yang telah membukakan lahan
sebagai tempat perhunian masyarakat Desa Kerso sekaligus sebagai tempat
untuk mencari kehidupan.
3) Untuk memperkuat solidaritas antar masyarakat Desa Kerso dengan yang
lainnya.
Adapaun manfaat yang diperoleh dari diadakannya tradisi Sedekah
Bumi yang ada di Desa Kerso selama ini yaitu masyarakat desa merasakan
rasa lebih dekat dengan sang pencipta, terhindar dari segala musibah (bala`),
penyakit, dan hasil panen lebih baik.
Di desa kerso juga ada organisasi anak-anak muda yang masih duduk
di bangku sekolah yang bernama IPNU dan IPPNU, organisasi tersebut selalu
ikut serta dalam membantu acara tradisi-tradisi yang diselenggarakan oleh
tetua-tetua desa agar bisa berjalan dengan baik, teratur, dan lancar. Hal yang
dilakukan oleh organisasi IPNU dan IPPNU sudah sesuai dengan tujuan dari
awal dilantiknya mereka sebagai kader-kader muda NU di desa tersebut agar
bisa memberikan kontribusi kepada secara nyata bagi masyarakat luas.
Mengingat anak-anak muda zaman sekarang di suatu daerah sangat minim
memperhatikan tradisi-tradisi yang sudah turun temurun sejak zaman
leluhurnya. Akibat dari kurangnya perhatian dari anak-anak muda yang ada di
Desa menjadikan tradisi tersebut hanya di laksanakan oleh para orang tua
yang memang sudah memahami tentang sejarah desa sehingga para orang tua
mau menjalankan tradisi yang ada di Desa tersebut.
Tradisi lain yang masih melekat di desa Kerso yaitu orang yang akan
khitan, menikah dan mendirikan rumah. Biasanya melakukan selametan atau
syukuran. Dan juga orang yang sedang hamil, hamil 4 bulan (mapati), hamil 7
bulan (mitoni) ini merupakan tradisi yang dikaitkan dengan agama yang
mensyukuri si jabang bayi dengan membaca al-Qur’an dan do’a. Dengan
harapan apa yang dilakukan pasangan suami istri berpengaruh pada si jabang
bayi yang baik baik. Jika tidak melakukan mapati atau mitoni tidak apa apa,
hal ini sudah merupakan sunnah. Masyarakat kerso suka melakukan kegiatan
sunnah seperti selametan / syukuran. Karena masyarakat percaya kalau orang
yang bersyukur itu nikmatnya akan ditambah seperti melakukan syukuran /
selametan tersebut.
2. Proses acara Tradisi-tradisi di Desa Kerso
a) Proses kegiatan acara tradisi Haul
Dalam mengadakan kegiatan acara Haul Mbah Shoffin dan Mbah
Sikangkrang ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh warga Desa Kerso.
Tahapan-tahapan dalam melaksanakan kegiatan tersebut, yakni: yang
Pertama, ialah Tahap Persiapan, yaitu rapat koordinasi yang dilakukan oleh
para tetua-tetua masyarakat Desa Kerso, seperti pemerintah Desa dan Kyai
di Balai Desa Kerso, mulai dari penyiapan tempat acara dalam
memperingati Haul, hingga sampai selesainya acara. Tahap yang Kedua,
yaitu Tahap Inti, yaitu terdiri dari: 1) Acara Selametan terlebih dahulu, acara
ini biasanya dilakukan di Balai Desa yang dipimpin oleh Kyai dan Ulama
setempat. 2) Acara Pengajian, acara ini dilakukan di makam para
Waliyulloh Mereka, yaitu di makam Mbah Shoffin dan Mbah Sikangkrang.
b) Proses kegiatan acara tradisi Sedekah Bumi
Dalam mengadakan kegiatan acara Sedekah Bumi ada beberapa
tahapan yang dilakukan oleh warga Desa Kerso. Tahapan-tahapan tersebut,
yakni: yang pertama, ialah Persiapan, yaitu berupa rapat koordinasi yang
dilakukan oleh pemerintah Desa dan Tokoh Masyarakat dalam rangka
mempersiapkan konsep acara dengan matang, yang Kedua, Acara inti yang
dilaksanakan di Balai Desa Kerso, pelaksanaannya yaitu dari: 1) penyiapan
tempat acaranya, biasanya dilakukan di Balai Desa Kerso, 2) warga sekitar
berkumpul dengan membawa lauk pauknya ke Balai Desa untuk dimakan
bersama-sama, 3) sebelum acara makan-makan bersama dimulai dengan
bacaan Tahlil dan Doa bersama yang akan dipimpin oleh Kyai atau Ulama
setempat.
Setelah acara tersebut sudah selesai dilaksanakan, biasanya ada
keramaian-keramaian yang ditempatkan disekitar Balai Desa, seperti
contohnya tontonan Wayang.
3. Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi-tradisi di Desa Kerso dari Sudut
Pandang Pendidikan Agama Islam
Kata nilai dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai hal-hal
yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. 10 Selain hal itu ada pengertian
yang lain dari nilai, yaitu nilai adalah sesuatu yang baik dan yang selalu
didinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting bagi seluruh anggota
masyarakat. Maka dari itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna
dan berharga nilai kebenarannya, indah nilai estetikanya, baik nilai moral dan
estetisnya, religius nilai agamanya.11
a) Tradisi Haul Desa Kerso dari sudut pandangan Pendidikan Agama Islam
Dalam sudut pandang Pendidikan Agama Islam, tradisi Haul yang
diadakan dua kali setiap tahunya yaitu Haul Mbah Shoffin dan Haul Mbah
Sikangkrang merupakan suatu amalan yang tidak dilarang oleh Agama
Islam. Karena didalamnya mengandung sedikitnya tiga hal: 1) Ziarah Qubur
berupa bacaan tahlil maupun bacaan ayat-ayat suci Al-Qur`an setelah itu
berdoa, 2) sedekah makanan dan minuman, dan 3) ada acara Pengajiannya
berupa nasehat keagamaan, kadang dituturkan juga biografi semasa
hidupnya orang yang dihauli. Berziarah kemakam para Waliyulloh maupun
orang-orang sholeh sudah menjadi tradisi para ualama salaf. Diantaranya
ialah Imam Syafi`i, beliau mencontohkan berziarah kemakam laits bin
10
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal 1074
11
Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2006), hal 31
sa`ad dan membaca Al-Qur`an sampai khatam 30 Juz disana. 12 Harapannya
dengan cara yang biasanya dilakukan dalam acara Haul ini akan mendorong
masyarakat Desa Kerso untuk: 1) Mengambil teladan dengan kematian
seseorang, bahwa kita pada akhirnya akan meninggal dunia. Sehingga akan
menimbulkan dampak pada diri kita sendiri untuk selalu meningkatkan
ketakwaan dan beramal sholeh. 2) Untuk mengikuti jalan terpuji yang telah
dilakukan oleh Waliyulloh mereka semasa mereka hidup di dunia untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.13 Sehingga tertanamlah
pendidikan Akidah Akhlaq pada diri kita melalui peringatan acara tradisi
Haul mbah Shoffin dan Haul Mbah Sikangkrang dalam satu tahun dua kali.
Akidah Akhlaq dalam Islam harus berpengaruh dalam segala aktivitas yang
dilakukan manusia, sehingga berbagai aktivitas yang dilakukan oleh setiap
manusia bernilai ibadah. 3) Untuk memohon keberkahan hidup kepada
Allah melalui wasilah (media) keberkahan-Nya yang telah diberikan pada
ulama, sholihin, waliyulloh yang dihauli. 4) Sebagai sarana silaturrahmi
untuk memperkuat persatuan umat Islam.14
Selama acara haul tidak disertai dengan kemusyrikan maka
hukumnya boleh-boleh saja diadakan, karena dalam acara tersebut yang
dilakukan warga Desa Kerso juga merupakan salah satu upaya mengingat
kematian bagi mereka. Semakin mereka mengingat kematian maka akan
semakin membuat mereka maksimal dalam berbuat kebaikan yang nantinya
akan menjadi bekal bagi mereka kelak di akhirat nanti.
b) Tradisi Sedekah Bumi Desa Kerso dari sudut pandangan Pendidikan Agama
Islam
Dalam sudut pandang Pendidikan Agama Islam, tradisi Sedekah
Bumi yang diadakan setiap tahunya ditemukan beberapa nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam, diantaranya yaitu:
Pertama, nilai Syukur, Syukur ialah sikap yang penuh rasa terima
kasih dan penghargaan, hal ini dilakukan atas segala banyaknya pemberian
berupa nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah kepada kita. 15
Pelaksanaan tradisi sedekah bumi yang diadakan warga Desa Kerso
merupakan bentuk rasa syukur atas limpahan rizqi yang diberikan Allah
SWT melalui kegiatan selametan, memanjatkan doa, dan makan bersama.
Nilai syukur tenpancar dalam acara tersebut karena termasuk dalam nilai
ilahiyah, sebab berhubungan langsung dengan Allah SWT yang sebagai
pemberi nikmat.
Kedua, nilai silaturrahmi. Nilai silaturrahmi merupakan pertalian
rasa cinta kasih antara sesama umat manusia, khususnya antara saudara,
kerabat, tetangga, dan seterusnya.16 Nilai tersebut dapat kita lihat dalam
tradisi sedekah bumi, disini peran masyarakat sangat aktif terlibat mulai dari
persiapan, pelaksanaan, hingga akhir acara tradisi tersebut.

12
Muhyiddin Abdussomad, Hujjah NU: Aqidah-Amaliyah-Tradisi, hal 92
13
http://muslimnas.blogspot.com/2009/3/apa-dan-bagaimana-haul-itu.html
14
Ibid
15
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2017), hal 94
16
Ibid, hal 95
Ketiga, nilai sedekah. Sedekah dapat didefinisikan sebagai suatu
pemberian yang diberikan oleh seseorang muslim kepada orang lain secara
sukarela tanpa dibatasi jumlah tertentu dan itu dilakukan sebagai bentuk
implementasi pengakuan dan bukti kebenaran iman seseorang sedang
mengharap ridho dan pahala semata dari Allah SWT.17 Terlihat pada saat
tradisi sedekah bumi dilaksanakan, warga yang mempunyai rizqi lebih dari
hasil panen mereka sisanya diberikan dan dibawa ke Balai Desa untuk
dinikmati bersama-sama. Hal ini mengajarkan kepada kita untuk tidak
memiliki sifat kikir, akan tetapi mau membagikan sebagian harta kita dari
hasil panennya untuk acara Sedekah Bumi. Sehingga pembelajaran yang
disampaikan dari acara Sedekah Bumi yang diadakan di Desa Kerso
tersebut berupa pelajaran kepada manusia untuk rela menyisakan sebagian
hartanya untuk bersedekah.
Dari sini kita tahu bahwa tujuan niat ibadah dalam acara tradisi
Sedekah Bumi yang diadakan warga Desa Kerso sama dengan halnya tujuan
rohani dan agama yang dalam pendidikan Agama Islam yang dimana tujuan
rohani dan Pendidikan Agama Islam itu ialah bertujuan untuk meningkatkan
kesetiaan mereka terhadap Allah SWT semata. Jadi bisa dibilang tujuan dari
diadakannya tradisi Sedekah Bumi yaitu untuk mewujudkan kesetiaan dan
ketakwaan mereka pada Allah SWT. Sebab sebagai seorang hamba yang
beragama Islam harus mempercayai bahwa tiada wujud apapun yang bisa
memberikan kenikmatan kepada mereka selain Allah SWT.
KESIMPULAN
Banyak suku dengan adat yang khas sesuai dengan apa yang ditinggalkan
oleh orang terdahulu yang mana merupakan tradisi yang khas untuk masyarakat
atau suku sesuai dengan pendahulu -pendahulu yang membuat tradisi.
Di Desa Kerso Jika kegiatan tradisi yang tidak diarahkan dengan keagamaan
atau yang memiliki nilai ibadah, masyarakat kurang cocok dalam segi
pembangunan dan kegiatan yang lain. Menurut narasumber, alasan diadakannya
peringatan Haul ini yaitu untuk menghormati waliyullah atau sebuah
penghormatan kepada waliyullah karena waliyullah yang telah memperjuangkan
agama di desa ini. Sedangkan Sedekah Bumi diadakan dengan alasan
mengungkapkan rasa sykur. Sedekah Bumi adalah tradisi yang rutin digelar setiap
satu tahun sekali. Kegiatan sedekah bumi dilaksanakan di Balai desa dan jika ada
keramaian dilakukan setelah dhuhur. Yang melaksanakan terutama ketua ketua
RT, tetangga dan lingkungan sekitar. Yang dibawa saat sedekah bumi yaitu nasi
beserta lauk pauknya dan yang memimpin Kyai atau Ulama. Dan tradisi Sedekah
Bumi juga dijadikan sebagai lambang kesejahteraan dan keselamatan agar segala
urusan dan hasil panen selalu melimpah dan aman dari segala apapun yang
menjadikan gagal panen.
Dalam sudut pandang Pendidikan Agama Islam, tradisi Haul yang diadakan
dua kali setiap tahunya yaitu Haul Mbah Shoffin dan Haul Mbah Sikangkrang
merupakan suatu amalan yang tidak dilarang oleh Agama Islam. Sehingga
tertanamlah pendidikan Akidah Akhlaq pada diri kita melalui peringatan acara
tradisi Haul mbah Shoffin dan Haul Mbah Sikangkrang dalam satu tahun dua kali.
17
Firdaus, Sedekah Dalam Perspektif Al-Qur`an (Suatu Tinjauan Tafsir Maudlu`i), Jurnal Ash-
Shahabah, Vol 3, No. 1, 2017, hal 93
Sedangkan tradisi Sedekah Bumi dalam sudut pandang Pendidikan Agama Islam,
ditemukan beberapa nilai-nilai Pendidikan Agama Islam, diantaranya yaitu:
Pertama nilai Syukur, kedua nilai Silaturrahmi, dan ketiga nilai Sedekah. Dari sini
kita tahu bahwa tujuan niat ibadah dalam acara tradisi Sedekah Bumi yang
diadakan warga Desa Kerso sama dengan halnya tujuan rohani dan agama yang
dalam pendidikan Agama Islam yang dimana tujuan rohani dan Pendidikan
Agama Islam itu ialah bertujuan untuk meningkatkan kesetiaan mereka terhadap
Allah SWT semata.

DAFTAR PUSTAKA
Setiawan Topan, Pengertian dan Definisi Metode, Penelitian dan Metode
Penelitian,dalamhttp://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/met
ode-penelitian-dan-metode-penelitian/ ,2021
I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: ANDI,
2006
Sukandarummidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006
Sandu, Ali, Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta, Literasi Media Publishing,
2015
Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011
M. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003
Syaikh Mahmud Syaltut, Fatwa-fatwa Penting Syaikh Shaltut (Dalam Hal Aqidah
Perkara Ghaib dan Bid`ah), Jakarta: Darus Sunnah Press, 2006
Imron AM, Kupas Tuntas Masalah Peringatan Haul, Surabaya: Al-Fikar, 2005
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008
Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2006
Muhyiddin Abdussomad, Hujjah NU: Aqidah-Amaliyah-Tradisi
http://muslimnas.blogspot.com/2009/3/apa-dan-bagaimana-haul-itu.html
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2017
Firdaus, Sedekah Dalam Perspektif Al-Qur`an (Suatu Tinjauan Tafsir Maudlu`i),
Jurnal Ash-Shahabah, Vol 3, No. 1, 2017
Tradisi Khaul dan Kabumi Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Islam
di Desa Kerso Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara.
(Analisis Fungsi Pendidikan)
Umi Dwi Damayanti
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Agama Islam Negeri Kudus
Ummi.dwie343@gmail.com
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam di masa modern haruslah mampu menghadapi berbagai
tantangan yang ada di depannya. Apabila masyarakat seringkali
mengesampingkan pendidikan berbasis Islam apabila dibandingkan dengan
dengan pendidikan umum. Karenanya pendidikan Islam memiliki banyak
tantangan termasuklah di dalamnya tantangan dalam menghadapi tradisi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebuah lembaga pendidikan
Islam memperjuangkan keberadaannya ditengah berbagai tantangan yang ada di
zaman modern ini.
Sebuah lembaga pendidikan harus mampu berdiri di tengah tradisi yang
hidup dan tumbuh di tengah masyarakat. Belum lagi di Indonesia yang hidup
dengan beragam tradisi di dalamnya yang telah ada selama bertahun-tahun yang
merupakan sebuah perbuatan yang diterima dan dilakukan secara terus-menerus
dan dianggap sebagai warisan dari nenek moyangnya yang seringkali kita
temukan di dalamnya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Masa modern ini
lembaga-lembaga pendidikan saling berusaha memberikan pelayanan sebaik
mungkin untuk masyarakat dengan menumbuh kembangkan kualitas pendidikan
di dalamnya. Melalui lingkungan dan kondisi lembaga-lembaga pendidikan
berusaha melakukan pengelolaan pendidikan seprofesional mungkin untuk
menjadikan lembaga pendidikan mereka sebagai yang paling efektif, berkualitas,
maju, unggul serta diminati oleh masyarakat.
Melalui berbagai cara dan strategi lembaga-lembaga pendidikan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaannya agar mampu tetap eksis
dalam bersaing dan berkompetensi dengan lembaga pendidikan lainnya. Beberapa
cara yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan untukmemenangkan
kompetisi ini adalah: meningkatkan kualitas fasilitas pembelajaran, memberikan
biaya yang relatif terjangkau seluruh kalangan, memperkenalkan dan memperluas
jangkauan lembaga mereka melalui berbagai media, memberikan pendekatan pada
beberapa tokoh masyarakat, menujukkan peningkatan mutu SDM para pengelola
atau tenaga pendidik di dalamnya, memberikan bantuan pendidikan kepada siswa
melalui pemberian beasiswa, memperbaiki lokasi bangunan, membangun dan
menunjukkan citra lembaga pendidikannya dan lain sebagainya.Hal ini tentu akan
berpengaruh terhadap implikasi lembaga pendidikan Islam itu sendiri ditengah-
tengah masyarakat. Dimana lembaga pendidikan Islam haruslah mampu melawan
dan tetap berdiri kokoh dalam menyikapi tradisi, transisi, dan modernisasi di era
globalisasi saat ini, dengan tetap tidak melupakan bahwa lembaga pendidikan
Islam tetap harus mampu mengikuti tuntutan, harapan, dan keinginan masyarakat.
Sehingga tetap mampu bersaing dengan lembaga pendidikan umum dengan tetap
tidak tertinggal baik dari segi kemajuan, kedisiplinan, isi pembelajaran, dan juga
ketakwaan terhadap Allah SWT karena itulah hakikatnya sebab dilaksanakannya
pendidikan Islam itu sendiri.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dapat dideskripsikan , dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan
pengetahuan, teori untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah
dalam kehidupan manusia. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif narrative research. Metode penelitian ini menggunakan metode
wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mendukung temuan penelitian, maka akan dipaparkan beberapa teori
penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian, sebagaimana yang dijelaskan di
baawah ini:
1. Pendidikan Islam
Pada hakikatnya pendidikan Islam memiliki tujuan yang sama dengan
alasan mengapa agama Islam itu diturunkan, yaitu untuk membentuk manusia
yang muttaqin yang berdimensi infinitum (tidak terbatas jangkauan manusia), baik
itu secara linier maupun algoritmik (berurutan secara logis) tetap berada pada
garis mukmin-muslim-muhsin dengan masing-masing perangkat komponen,
variabel, dan parameternya yang secara kualitatif bersifat kompetitif. Karenanya
tujuan pendidikan Islam dapat dipecah menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Sebuah usaha membentuk manusia muslim yang dapat dan selalu
melaksanakan ibadah maghdah.
b. Membentuk manusia muslim yang bukan hanya melaksanakan ibadah
maghdah namun juga ibadah muamalah sebagai bentuk kedudukannya sebagai
makhluk sosial atau anggota masyarakat dalamlingkungan tertentu.
c. Membentuk rasa tanggung jawab kepada lingkungan sosial dan bangsanya
sebagai bentuk rasa tanggung jawab kepada Allah sebagai seorang warga
negara.
d. Membentuk dan mengembangan tugas sebagai tenaga profesional yang siap
dan terampil untuk memasuki teknostruktur dalam masyarakat.
e. Mengembangankan diri menjadi tenaga ahli di bidang ilmu-ilmu agama dan
Islami.(Feisal, 1995).
2. Tradisi
Tradisi merupakan kata yang berasal dari Bahasa Latin yaitu “traditio”,
sebuah kata yang dibentuk dari kata kerja “traderere” atau “trader” yang
mempunyai makna mentransmisikan, menyampaikan, dan mengamankan. Sebagai
sebuah nomina, kata “traditio” ini memiliki makna yaitu kebiasaan yang
disampaikan secara turun temurun dan akan membutuhkan waktu lebih lama lagi.
Secara umum istilah tradisi dapat dirumuskan sebagai bentuk praktek dan
kepercayaan yang dilakukan oleh kelompok sosial yang bertransmisikan dari
masa lalu, dapat pula disebut sebagai kepercayaan, kebiasaan, yang diturunkan
oleh sebuah generasi kepada generasi berikutnya, dan berlanjut seterusnya.
Praktek dan kepercayaan dipandang memiliki otoritas pada zaman sekarang
karena berasal dari masa lalu. Seringkali konsep ini memiliki nuansa “lisan”
dalam arti tradisi yang bersifat tidak tertulis. Oleh karena itu dipahami sebagai
sebuah pewarisan (passing on), pengertian tradisi secara umum juga
menimbulkan persepsi bahwa tradisi bersifat abadi dan tidak berubah sepanjang
masa (Tjaya 2005).
Seringkali tradisi disebut sebagai sebagian unsur dari sistem budaya yang
tumbuh di masyarakat. Sehingga, tradisi sering diartikan sebagai sebuah bentuk
warisan budaya nenek moyang, yang telah melewati kurun waktu ratusan tahun
dan tetap eksis dilaksanakan oleh orang-orang atau individu yang lahir
belakangan. Tradisi menjadi sebuah warisan nenek moyang yang diikuti karena
dianggap sebagai semacam pedoman dari nenek moyang bagi yang masih hidup.
Tradisi dinilai sebagai sesuatu yang sangat baik oleh kelompok sosial atau
individu yang memilikinya, bahkan di beberapa kelompok sosial mereka
menganggap bahwa tradisi tidak dapat diubah atau ditinggalkan. Pada beberapa
negara Timur Jauh, seperti Tiongkok, Thailand, Jepang, Filipina, dan
Indonesiasebagian tradisi mereka mengandung nilai-nilai religi di dalamnya
(Simanjuntak 2016).
Pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan dengan tradisi, begitu pula ia tidak
bisa menutup diri akan modernisasi. Tradisi bukan untuk ditinggalkan begitu saja,
nilai-nilai mulia dari sebuah warisan sejarah harus tetap dipertahankan, agar
generasi penerus tidak kehilangan jati dirinya. Sebaliknya, tradisi dapat dijadikan
modal bagi terbangunnya sebuah tradisi baru. Tradisi dalam pendidikan Islam
yang dimaksud disini adalah khazanah keilmuan yang diwariskan oleh ulama
terdahulu, terlebih ulama pada zaman keemasan (The Golden Age) Islam.
Pendidikan Islam di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari tradisi yang
dibangun oleh nenek moyang. Jika menilik sejarah, bagaimana pendidikan Islam
di masa lalu mampu melahirkan generasi-generasi yang bukan hanya alim di
bidang keagamaan, melainkan juga memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Hal
ini tentu haruslah menjadi sebuah tradisi yang harus dilanjutkan oleh generasi
berikutnya (Kholik 2020).
TRADISI DI DESA KERSO
Salah satu tokoh agama di desa Kerso yaitu Bapak Khudrin, beliau mengatakan
“masyarakat hidup dengan berbagai adat budaya yang akan terus dikembangkan
sesuai dengan apa yang dilakukan disekitar penduduk. Selain itu, banyak
masyarakat diseluruh dunia terutama di negara indonesia mempunya corak
budaya adat istiadat dan tradisi yang berbeda-beda. Banyak suku dengan adat
yang khas sesuai dengan apa yang ditinggalkan oleh orang terdahulu yang mana
merupakan tradisi yang khas untuk masyarakat atau suku sesuai dengan
pendahulu -pendahulu yang membuat tradisi”.
Masyarakat desa Kerso lebih mengutamakan kegiatan keagamaan. Apa saja
yang berkaitan dengan keagamaan masyarakat sangat antusias. Jika kegiatan yang
tidak diarahkan dengan keagamaan atau yang memiliki nilai ibadah, masyarakat
kurang cocok dalam segi pembangunan dan kegiatan yang lain.Jika, yang
diarahkan ke segi keagamaan masyarakat desa kerso sangat setuju dikarenakan
masyarakat yang agamis dan semuanya menganut ahlussunnah wal jama’ah.
Salah satu kearifan lokal masyarakat yang ada di desa Kerso yaitu tradisi.
Tradisi atau kebiasaan merupakan sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang dengan cara yang sama. Secara umum, tradisi dikenal sebagai
suatu bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno. Setiap
tradisi dikembangkan untuk beberapa tujuan seperti tujuan politis atau tujuan
budaya dalam beberapa masa. Ada beberapa tradisi di desa Kerso yang berkaitan
dengan keagamaan yaitu :
a) Haul
Haul adalah peringatan yang diadakan setiap setahun sekali serta tidak
harus tepat di tanggal tertentu alias tidak bersifat sakral. Misal dalam satu
tahun tidak dilaksanakaan haul maka tidak ada efeknya (tidak malati).
Menurut narasumber, haul merupakan kegiatan orang-orang yang
menghormati waliyullah atau sebuah penghormatan kepada waliyullah karena
waliyullah yang telah memperjuangkan agama di desa ini. Kegiatan haul di
desa Kerso ada dua waliyullah, yaitu :
1. Mbah Shoffin (yang berkaitan dengan Masjid Kerso)
Haul Mbah Shoffin diperingati setahun sekali setiap jum’at legi bulan
Muharram. Pada tradisi ini seluruh masyarakat warga desa kero
berbondong bondong untuk memperingati haul yang diadakan setahun
sekali dimakam waliyullah mbah shoffin seperti selametan yang mana
diikuti oleh semua warga desa kerso.
2. Mbah Sikangkrang
Mbah Sikangkrang merupakan tokoh cikal bakal desa Kerso. Haul mbah
Sikangkrang diperingati setiap bulan Syawwal. Tradisi yang dilakukan
warga desa kerso untuk memperingati haul mbah sikangkrang yaitu
selametan dan pengajian. Pada peringatan selametan ini, warga desa kerso
berbondong bondong datang ke makam waliyullah mbah sikangkrang
yang bertempat di makam islam desa kerso. Pada peringatan pengajian
pun juga digelarkan untuk umum, pada pengajian ini seluruh masyarakat
yang mengetahui haul mbah sikangkrang kebanayakan datang untuk
memperingati haul dan memperoleh pengetahuan dan manfaat yang besar
tentang sejarah para sesepuh desa kerso
Menurut cerita orang zaman dahulu, Mbah Shoffin itu kaitannya dengan
ajudan Mbah Datuk Singaraja Mayong, mendirikan masjid di kerso kemudian
diteruskan waliyullah Mbah Shoffin. Selanjutnya Mbah Datuk Singaraja
melanjutkan perjalanannya menyebarkan agama islam dan mendirikan masjid
di Mayong. Sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan kyai atau ulama
zaman sekarang mengikuti waliyullah dahulu seperti pembangunan masjid.
Adapun manfaat haul bagi penyelenggaranya maupun yang dihaulkan
adalah :
1) Manfaat Bagi yang Dihaulkan
Orang yang sudah dikubur seperti orang yang tenggelam di laut dikasih
apa saja tidak akan mau. Yang dia perlukan hanya kiriman doa dari orang
yang hidup.
Allah berfirman dalam QS Al-Hasyr : 10 yang artinya :
“dan orang-orang yang datang sesudah mereka (muhajirin dan anshor)
mereka berdoa : “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara
kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau
tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman”.
2) Manfaat Bagi Pihak yang Mengadakan Haul
Bagi yang mengadakan haul, supaya ingat kembali pada tokoh yang
dihaulkan bahkan orang tua atau leluhur yang sudah mendahului. Sungguh
kematian itu tidak mengenal usia, baik yang muda apalagi yang tua.
Kesehatan terjamin janganlah bangga dengaan umur muda, wajah tampan
atau cantik, jangan mengira akan jauh dari kematian.
3) Manfaat Haul untuk Memperkuat Silaturrahim dan Ukhuwah antar Warga
Dalam acara haul kita dapat bertemu saudara, teman, senang dan bahagia
kumpul bersama-sama. Setelah acara, jama’ah pulang membawa bingkisan
yang dibagikan oleh panitia acara haul. Dengan silaturahim, maka
mempermudah rizki dan memperpanjang umur sebagaimana hadist Nabi
SAW. Yang artinya : “barang siapa yang ingin dikekalkan dalam rezekinya
dan ingin dipanjangkan umurnya maka supaya menyambung silaturahim.”
4) Manfaat Haul sebagai Ibrah atau Pelajaran atau Hikmah Bagi Umat
Dengan acara haul menjadi ibrah atau pelajaran bagi umat bahwa setiap
orang akan berniat atau berusaha menjaadi figur yang memberikan kesan
baik supaya menjadi perbincangan baik bagi orang-orang yang
ditinggalkan. Alangkah bahagianya sang tokoh yang dihaulkan atau
orangtua yang sudah wafat melihat anak yang mendoakannya bersama
sahabat, tetangganya, bahkan banyak orang lainnya. Semoga almarhum/ah
tenang, terang dan luas di alam kuburnya serta dijadikan kuburnya taman
dari taman surganya Allah SWT. Aamiin.
b) Sedekah Bumi
Sedekah Bumi adalah tradisi yang rutin digelar setiap satu tahun sekali.
Tradisi ini diyakini masyarakat setempat mengandung unsur kesakralan
sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedekah bumi di
desa Kerso dilaksanakan di bulan Dzul Qo’dah. Untuk tanggalnya tidak
menentu karena yang menentukan pihak kecamatan. Yang menentukan hari
sedekah bumi yaitu pak petinggi dengan BPD. Sebelum pandemi sedekah
bumi ada pagelaran wayang, pengajian dan juga ada keramaian keramaian
yang menganut pak petinggi-petinggi jaman dahulu. Kegiatan sedekah bumi
dilaksanakan di Balai desa dan jika ada keramaian dilakukan setelah dhuhur.
Yang melaksanakan terutama ketua ketua RT, tetangga dan lingkungan
sekitar. Yang dibawa saat sedekah bumi yaitu nasi beserta lauk pauknya dan
yang memimpin Kyai ulama Ulama. Saat pendemi kegiatan sedekah bumi
hanya selametan, yang melakukan hanya RT beserta perangkatnya.
Tujuan dari di adakannya tradisi Sedekah Bumi yaitu:
 Sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap hasil bumi yang
melimpah dan menjadikan masyarakat desa kerso lebih bersyukur. Dan
tradisi Sedekah Bumi juga dijadikan sebagai lambang kesejahteraan dan
keselamatan agar segala urusan dan hasil panen selalu melimpah dan aman
dari segala apapun yang menjadikan gagal panen.
 Untuk menghormati jasa para leluhur yang telah membukakan lahan
sebagai tempat perhunian masyarakat Desa Kerso sekaligus sebagai
tempat untuk mencari kehidupan.
 Untuk memperkuat solidaritas antar masyarakat Desa Kerso dengan yang
lainnya.
Adapun manfaat yang diperoleh dari diadakannya tradisi Sedekah Bumi
yang ada di Desa Kerso selama ini yaitu masyarakat desa merasakan rasa lebih
dekat dengan sang pencipta, terhindar dari segala musibah (bala`), penyakit,
dan hasil panen lebih baik.
Tradisi lain yang masih melekat di desa Kerso yaitu orang yang akan khitan,
menikah dan mendirikan rumah. Biasanya melakukan selametan atau
syukuran. Dan juga orang yang sedang hamil, hamil 4 bulan (mapati), hamil 7
bulan (mitoni) ini merupakan tradisi yang dikaitkan dengan agama yang
mensyukuri si jabang bayi dengan membaca al-Qur’an dan do’a. Dengan
harapan apa yang dilakukan pasangan suami istri berpengaruh pada si jabang
bayi yang baik baik. Jika tidak melakukan mapati atau mitoni tidak apa apa,
hal ini sudah merupakan sunnah. Masyarakat kerso suka melakukan kegiatan
sunnah seperti selametan / syukuran. Karena masyarakat percaya kalau orang
yang bersyukur itu nikmatnya akan ditambah seperti melakukan syukuran /
selametan tersebut.

KESIMPULAN
Pendidikan islam itu pada hakikatnya adalah memiliki tujuan yang sama
dengan alasan mengapa agama Islam itu diturunkan. Sedangkah tradisi adalah
sebuah bentuk warisan budaya nenek moyang, yang telah melewati kurun waktu
ratusan tahun dan tetap eksis dilaksanakan oleh orang-orang atau individu yang
lahir belakangan. Tradisi menjadi sebuah warisan nenek moyang yang diikuti
karena dianggap sebagai semacam pedoman dari nenek moyang bagi yang masih
hidup. Tradisi dinilai sebagai sesuatu yang sangat baik oleh kelompok sosial atau
individu yang memilikinya, bahkan di beberapa kelompok sosial mereka
menganggap bahwa tradisi tidak dapat diubah atau ditinggalkan. Didesa Kerso
Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara terdapat tradisi diantaranya yaitu haul dan
kabumi (sedekah bumi). Haul didesa kerso ada 2 waliyullah yaitu haul mbah
shaffin dan mbah sikangkrang.
DAFTAR PUSTAKA
Feisal, Jusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. 1st ed. Jakarta: Gema
Insani Press.
Ichsan, Ahmad Shofiyuddin dkk. 2020. PENDIDIKAN ISLAM MENGHADAPI
TRADISI, TRANSISI, DAN MODERNISASI. Yogyakarta: Institut Ilmu Al
Qur'an An Nur.
Kholik, Nur dkk. 2020. Never Dies: Alternative Islamic Education (Internalisasi
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Ruang Publik). edited by A. Zubaidi.
Tasikmalaya: Edu Publisher.
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2016. Tradisi, Agama, dan Akseptasi
Modernisasi Pada Masyarakat Pedesaan Jawa. 1st ed. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Tjaya, Th. Hidya dan J. Sudarminta, ed. 2005. Menggagas Manusia Sebagai
Penafsir. 1st ed. Yogyakarta: Kanisius.
Tradisi Kearifan Lokal dan Sosial Ekonomi di Desa Kerso
Fadia Lutfi Amara (1820610098)
Akuntansi Syariah

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang
harus dilestarikan. Masyarakat hidup dengan berbagai adat budaya yang akan
terus dikembangkan sesuai dengan apa yang dilakukan disekitar penduduk. Selain
itu, banyak masyarakat diseluruh dunia terutama di negara Indonesia mempunya
corak budaya adat istiadat dan tradisi yang berbeda-beda. Banyak suku dengan
adat yang khas sesuai dengan apa yang ditinggalkan oleh orang terdahulu yang
mana merupakan tradisi yang khas untuk masyarakat atau suku sesuai dengan
pendahulu - pendahulu yang membuat tradisi. Untuk mengantisipasi lunturnya
pelestarian tradisi atau adat-istiadat, masyarakat Indonesia memakai nilai-nilai
budaya sebagai penyaringan dalam berperilaku untuk menyikapi pengaruh
globalisasi. Pengaruh globalisasi bisa berdampak negatif yaitu, masyarakat
mengalami distorsi pola pikir dan perilaku yang menimbulkan tercabutnya mereka
dari akar budaya yang telah membentuknya atau mulai lunturnya pola pikir dalam
pelestarian. Era globalisasi merupakan zaman dimana kemajuan teknologi
semakin berkembang pesat yang telah menyebabkan batas-batas suatu negara dan
bangsa.18 Adapun dampak positif dari kemajuan teknologi mendorong
perekonomian lebih pesat. UMKM sangat berperan penting dalam perkembagan
ekonomi, oleh sebab itu diharapkan di era teknologi ini memberikan dampak yang
luar biasa bagi perekonomian negara.
Dapat dilihat dari pendahuluan yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik
untuk membahas “Hubungan Tradisi Kearifan Lokal Dan Sosial Ekonomi Di
Desa Kerso” dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
PEMBAHASAN
Tradisi
Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang
harus dilestarikan. Tradisi yang masih melekat dan dilestarikan oleh masyarakat
desa Kerso yaitu yang ada unsur keagamaan. Karena antusiasismenya masyarakat
lebih ke dalam kegiatan yang berunsur keagamaan. Salah satu budaya lokal
masyarakat yang ada di desa Kerso yaitu tradisi. Secara umum, tradisi dikenal
sebagai suatu bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno.
Setiap tradisi dikembangkan untuk beberapa tujuan seperti tujuan politis atau
tujuan budaya dalam beberapa masa. Ada beberapa tradisi di desa Kerso yang
berkaitan dengan keagamaan yaitu :
1. Haul
Haul berasal dari bahasa Arab “hawl” yang artinya adalah “tahun”.
Sedangkan apa yang dimaksud denga haul merupakan perayaan haul
sebagaimana yang sering dilaksanakan oleh umat muslim Indonesia adalah
acara peringatan ulang tahun kematian yang diadakan setiap setahun sekali
serta tidak harus tepat di tanggal tertentu alias tidak bersifat sakral. Acara
18
Nanik Hindaryatiningsih, Model Proses Pewarisan Nilai-Nilai Budaya Lokal Dalam
Tradisi Masyarakat Buton, Sosiohumaniora, Volume 18 No. 2 Juli 2016 : 108 - 115
tersebut biasanya diselengarakan di pelataran makam sesepuh yang sudah
berjasa pada Desa atau Dusun, halaman masjid atau balaidesa dan lain-lain.
Haul berbeda dengan ziarah kubur yang dilakukan untuk medoakan orang
yang sudah meninggal. Haul lebih ke tradisi yang mengalir atau melestarikan
sejarah, mereka yang melaksanakan kegiatan haul mencoba menghadirkan
kembali tokoh masyarakat atau cikal bakal desa yang sudah meninggal terbih
dahulu dengan berbagai perjuangan yang dapat menginspirasi masyarakat.
Misal dalam satu tahun tidak dilaksanakaan haul maka tidak ada efeknya
(tidak malati). Menurut narasumber, haul merupakan kegiatan orang-orang
yang menghormati waliyullah atau sebuah penghormatan kepada waliyullah
karena waliyullah yang telah memperjuangkan agama di desa ini. Biasanya
tradisi haul ini diselenggarakan berlangsung hingga tiga hari dengan berbagai
variasi acara. Di Desa Kerso sendiri penyelenggaraan haul dengan kegiatan
pengajian yang dihadiri oleh masyarakat umum yang khususnya masyarakat
Desa Kerso. Dalam acara haul tersebut, tidak lupa hidangan yang disuguhkan,
hidangan haul yang disuguhkan dalam acara haul adalah hidangan yang
diniatkan khusus untuk selamatan atau sedekah dari mayit tersebut.19
Meskipun secara garis besarnya, haul lebih ke dalam kegiatan keagamaan,
namun tetap merefleksi sejarah yang pernah dilakukan oleh waliyullah dahulu
kala. Selain kegiatan ini sebagai tindakan keagamaan, haul juga merupakan
tindakan sosial. Tujuan dari diadakan haul yaitu memperbaiki kualitas agama,
menjadikan masyarakat lebih rukun dalam bersosial karena pada dasarnya
manusia merupakan makhluk sosial yang haruss bisa menerima sebagaimana
adanya.
Kegiatan haul di desa Kerso ada dua waliyullah, yaitu :
1) Mbah Shoffin (yang berkaitan dengan Masjid Kerso)
Haul Mbah Shoffin diperingati setahun sekali setiap jum’at legi bulan
Muharram. Pada tradisi ini seluruh masyarakat warga desa kero
berbondong bondong untuk memperingati haul yang diadakan setahun
sekali dimakam waliyullah mbah shoffin seperti selametan yang mana
diikuti oleh semua warga desa kerso
2) Mbah Sikangkrang
Mbah Sikangkrang merupakan tokoh cikal bakal desa Kerso. Haul mbah
Sikangkrang diperingati setiap bulan Syawwal. Tradisi yang dilakukan
warga desa kerso untuk memperingati haul mbah sikangkrang yaitu
selametan dan pengajian. Pada peringatan selametan ini, warga desa kerso
berbondong bondong datang ke makam waliyullah mbah sikangkrang
yang bertempat di makam islam desa kerso. Pada peringatan pengajian
pun juga digelarkan untuk umum, pada pengajian ini seluruh masyarakat
yang mengetahui haul mbah sikangkrang kebanayakan datang untuk
memperingati haul dan memperoleh pengetahuan dan manfaat yang besar
tentang sejarah para sesepuh desa kerso
Menurut cerita orang zaman dahulu, Mbah Shoffin itu kaitannya dengan
ajudan Mbah Datuk Singaraja Mayong, mendirikan masjid di Kerso kemudian
diteruskan waliyullah Mbah Shoffin. Selanjutnya Mbah Datuk Singaraja
melanjutkan perjalanannya menyebarkan agama Islam dan mendirikan masjid
19
Abdulloh Hanif, Tradisi Peringatan Dalam Pendekatan Sosiologi pengetahuan Peter
L. Berger, mahasiswa filsafat pasca sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal.49-52
di Mayong. Sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan kyai atau ulama
zaman sekarang mengikuti waliyullah dahulu seperti pembangunan masjid.
Adapun manfaat haul bagi penyelenggaranya maupun yang dihaulkan
adalah :
a. Manfaat Bagi yang Dihaulkan
Orang yang sudah dikubur seperti orang yang tenggelam di laut
dikasih apa saja tidak akan mau. Yang dia perlukan hanya kiriman doa
dari orang yang hidup.
Allah berfirman dalam QS Al-Hasyr : 10 yang artinya :
“dan orang-orang yang datang sesudah mereka (muhajirin dan anshor)
mereka berdoa : “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara
kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau
tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman”.
b. Manfaat Bagi Pihak yang Mengadakan Haul
Bagi yang mengadakan haul, supaya ingat kembali pada tokoh yang
dihaulkan bahkan orang tua atau leluhur yang sudah mendahului. Sungguh
kematian itu tidak mengenal usia, baik yang muda apalagi yang tua.
Kesehatan terjamin janganlah bangga dengaan umur muda, wajah tampan
atau cantik, jangan mengira akan jauh dari kematian.
c. Manfaat Haul untuk Memperkuat Silaturrahim dan Ukhuwah antar Warga
Dalam acara haul kita dapat bertemu saudara, teman, senang dan
bahagia kumpul bersama-sama. Setelah acara, jama’ah pulang membawa
bingkisan yang dibagikan oleh panitia acara haul. Dengan silaturahim,
maka mempermudah rizki dan memperpanjang umur sebagaimana hadist
Nabi SAW. Yang artinya : “barang siapa yang ingin dikekalkan dalam
rezekinya dan ingin dipanjangkan umurnya maka supaya menyambung
silaturahim.”
d. Manfaat Haul sebagai Ibrah atau Pelajaran atau Hikmah Bagi Umat
Dengan acara haul menjadi ibrah atau pelajaran bagi umat bahwa setiap
orang akan berniat atau berusaha menjaadi figur yang memberikan kesan
baik supaya menjadi perbincangan baik bagi orang-orang yang
ditinggalkan.
2. Sedekah bumi
Sedekah Bumi adalah tradisi yang rutin digelar setiap satu tahun sekali.
Tradisi ini diyakini oleh masyarakat setempat mengandung unsur kesakralan
sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedekah bumi di
desa Kerso dilaksanakan di bulan Dzul Qo’dah. Untuk tanggalnya tidak
menentu karena yang menentukan pihak kecamatan. Yang menentukan hari
sedekah bumi yaitu pak petinggi dengan BPD. Sebelum pandemi sedekah
bumi ada pagelaran wayang, pengajian dan juga ada keramaian keramaian
yang menganut pak petinggi-petinggi jaman dahulu. Kegiatan sedekah bumi
dilaksanakan di Balai desa dan jika ada keramaian dilakukan setelah dhuhur.
Yang melaksanakan terutama ketua ketua RT, tetangga dan lingkungan
sekitar. Yang dibawa saat sedekah bumi yaitu nasi beserta lauk pauknya dan
yang memimpin Kyai ulama Ulama. Saat pendemi kegiatan sedekah bumi
hanya selametan, yang melakukan hanya RT beserta perangkatnya.
Antusiasisme masyarakat Desa Kerso sangat luar biasa apabila ada acara-
acara keramaian yang mengandung unsur keagamaan.20 Apabila ada acara
sedekah bumi masyarakat berbondong-bondong mengikuti serangkaian acara
di balaidesa dalam acara sedekah bumi baik di kalangan dewasa maupun
anak-anak. Acara yang dipimping sesepuh desa atau Bapak Modin
mengintruksikan kepada masyarakat dalam serangkaian acara sedekah bumi
supaya berjalan dengan khidmat dan lancar. Sebagai penghormatan
masyarakat kepada leluhur yang telah wafat, maka pinisepuh memimpin doa
bersama untuk almarhum dan almarhumah leluhur di makam. Makam leluhur
yang terkenal dan sering dikunjungi dalam pelaksanaan sedekah bumi yaitu
makam “Mbah Sikangkrang” dan “Mbah Shoffin”.
Tujuan dari di adakannya tradisi Sedekah Bumi yaitu:
 Sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap hasil bumi yang
melimpah dan menjadikan masyarakat desa kerso lebih bersyukur. Dan
tradisi Sedekah Bumi juga dijadikan sebagai lambang kesejahteraan dan
keselamatan agar segala urusan dan hasil panen selalu melimpah dan
aman dari segala apapun yang menjadikan gagal panen.
 Untuk menghormati jasa para leluhur yang telah membukakan lahan
sebagai tempat perhunian masyarakat Desa Kerso sekaligus sebagai
tempat untuk mencari kehidupan.
 Untuk memperkuat solidaritas antar masyarakat Desa Kerso dengan yang
lainnya.
Adapaun manfaat yang diperoleh dari diadakannya tradisi Sedekah Bumi
yang ada di Desa Kerso selama ini yaitu masyarakat desa merasakan rasa lebih
dekat dengan sang pencipta, terhindar dari segala musibah (bala`), penyakit,
dan hasil panen lebih baik.
Di Desa Kerso juga ada organisasi anak-anak muda yang masih duduk di
bangku sekolah yang bernama IPNU dan IPPNU, organisasi tersebut selalu
ikut serta dalam membantu acara tradisi-tradisi yang diselenggarakan oleh
ketua-ketua desa agar bisa berjalan dengan baik, teratur, dan lancar. Hal yang
dilakukan oleh organisasi IPNU dan IPPNU sudah sesuai dengan tujuan dari
awal dilantiknya mereka sebagai kader-kader muda NU di desa tersebut agar
bisa memberikan kontribusi kepada secara nyata bagi masyarakat luas.
Mengingat anak-anak muda zaman sekarang di suatu daerah sangat minim
memperhatikan tradisi-tradisi yang sudah turun temurun sejak zaman
leluhurnya. Akibat dari kurangnya perhatian dari anak-anak muda yang ada di
Desa menjadikan tradisi tersebut hanya di laksanakan oleh para orang tua
yang memang sudah memahami tentang sejarah desa sehingga para orang tua
mau menjalankan tradisi yang ada di Desa tersebut.
3. Selametan kematian
Selametan merupakan ajaran Jawa untuk menyelamatkan jiwa yang sudah
meninggal dunia.21 Masyarakat Jawa adalah orang-orang yang hidup
kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai karakter secara
turun temurun. Selametan kematian merupakan ritual mendoakan orang yang
20
Ichmi Yani Arinda R, Sedekah Bumi (Nyadran) Sebagai Konvensi Tradisi Jawa Dan
Islam Masyarakat Sraturejo Bojonegoro, el Harakah Vol.16 No.1 Tahun 2014, hal.3
21
Dinia Agustia Artika Sari, Selametan Kematian Di Desa Jaweng Kabupaten Boyolali,
Haluan Sastra Budaya, Vol. 1, Number 2 December 2017, hal.148
baru saja meninggal, biasanya setelah mayit sudah disucikan dan dimakamkan
para pelayat mendoakan bersama. Dalam acara tersebut biasanya dinamakan
selametan kematian, ada beberapa ritual yang harus dilaksanakan yaitu apabila
kematiannya jatuh pada “segara- asat” dan “ gunung- jungkur” masing-masing
memiliki makna tersendiri. Gunung artinya baik, jungkur artinya jelek, segara
artinya baik, asat artinya jelek. Dapat dimaknakan apabila setiap orang
meninggal di hari gunung setelah dilakukan perhitungan, pertanda baik dan
akan menempati tempat tertinggi. Jungkur artinya didorong (jatuh) itu
pertanda jelek. Dan segara artinya laut, pertanda baik orang yang meninggal
akan mendapatkan keluasan seperti luasnya samudra atau laut. Asat artinya
tidak ada air itu dimaknakan bahwa orang yang meninggal dihari itu maka
orang yang ditinggal akan sempit rejekinya. Tradisi selametan setelah
kematian tersebut sampai sekarang masih banyak masyarakat karena hal itu
didorong oleh sistem keyakinan dan kepercayaan yang kuat terhadap sistem
nilai dan adat istiadat yang sudah berjalan turun temurun.
Setelah selametan kematian hari berikutnya dilaksanakannya tahlilan doa
bersama dengan saudara dan masyarakat sekitar untuk mendoakan orang yang
telah meninggal biasanya dilaksanakan sampai 7hari. Kebanyakan dari
msyarakat Desa Kerso dihari ke 7 itu tahlilan dan maidhlo khasanah yang
didatangkan Kyai. Tujuan dari didatangkan kyai selain mendoakan orang yang
mneinggal juga mengucapkan rasa terimakasih dari pihak keluarga kepada
orang yang telah mendoakan.
Analisis ekonomi sosial
1. Ekonomi Sosial
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu tingkatan yang diatur secara sosial
dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat,
pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang
harus dimainkan oleh si pembawa status (Sumardi,2001:21).
Desa Kerso terletak pada pesisir pantai di Kabupaten Jepara. Karakteristik
sosial ekonomi masyarakat Desa Kerso yaitu mayoritas berbisnis meuble
furnitur dari kayu Jati. Adapun potensi yang dimiliki oleh masyarakat yaitu
ada yang menukang kayu, memahat atau mengukir, ada yang mefinishing.
Potensi tersebut bisa memberikan dampak positif untuk perekonomian Desa
mensejahterakan perekonomian. Apabila tradisi yang masih dilestarikan dan
dikelola oleh pemerintah Desa dengan menjadikan wisata kearifan budaya
lokal akan menjadikan Desa dengan pemberdayaan ekonomi lebih maju.
Meuble merupakan karya seni rupa dalam bentuk perabot rumah tangga
seperti; meja, kursi, almari dan lain-lain yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam berumah tangga atau aktivitas manusia dalam sehari-hari.
Meubel juga dapat diberikan aksen ukiran yang akan menambah keestektikan
atau keindahan suatu produk. Dalam pengembangan usaha masyarakat
berorientasi jangkauan masa depan yang jauh hingga memungkinkan
interaksi secara efektif dengan lingkungan dalam menyikapi persaingan.
Adapun tahapan strategi dalam pengembangan usaha:
a. Perumusan strategi
Yaitu suatu penyusunan strategi atau menyusun bagaimana melangkah ke
depan untuk membangun visi dan misi, menentapkan tujuan usaha.
b. Perencanaan tindakan
Yaitu langkah untuk mengimplementasikan suatu strategi yang telah
dirumuskan dalam membuat perencanaan strategi. Biasanya berisikan
mengenai bagaimana membuat perencanaan pencapaia, rencana kegiatan
dan strategi yang lainnya.
c. Implementasi
Supaya suatu strategi dapat berjalan sesuai yang diharapkan maka untuk
menjamin keberhasilan strategi harus ada tindakan yaitu
mengimplementasikan yang cermat.
d. Evaluasi
Yaitu suatu strategi yang telah diimplementasikan dalam suatu lingkungan
yang terus menerus berubah. Maka diperlukan evaluasi strategi supaya
tindakan-tindakan yang dilakukan kedepannya ada perbaikan yang tepat.
Dari beberapa strategi tersebut, UMKM Meuble di Desa Kerso dapat
memanfaatkan kekuatan untuk mendapatkan peluang:
a. Mempertahankan kualitas produk yang telah dimiliki, dan
memaksimalkan era digital dijaman sekarang ini untu sarana promosi.
b. Serta melakukan pengembangan usaha dengan melayani penjualan baik
dalam maupun luar daerah.
2. Peninggalan walliyullah
Ada sebuah masjid besar yang terletak di Desa Kerso Kedung Jepara
“Masjid Datuk Singaraja” konon katanya masjid peninggalan dari walliyullah
Datuk Singaraja yang ada sumber mata air atau sumur didalam air tersebut
dipercayai masyarakat sekitar bahkan masyarakat luar yang ingin
mengonsumsi sumber mata air yang konon katanya bisa menyembuhkan
segala penyakit. Hal itu menjadikan daya tarik masyarakat luar untuk
berdatang ke masjid dan mengonsumsi sumber mata air. Menurut pengurus
masjid tersebut sumur tersebut sudah ada sebelum masjid ini dibangun
sebagus sekarang. Banyak jurnalistik yang meliput dari berbagai daerah
dengan adanya sumber mata air peninggalan mbah datuk singaraja. Namun,
saat ini dalam perawatan sumur tersebut kurang terlalu di rawat secaraintensif
masih perawatan biasa. Apabila sumur tersebut dijadikan wisata religi
peninggalan walliyullah akan menjadikan desa kerso lebih dikenal oleh
khalayak masyarakat luar lebih luas.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan materi diatas dapat disimpulkan bahwa: Tradisi
merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang harus
dilestarikan. Tradisi yang masih melekat dan dilestarikan oleh masyarakat desa
Kerso yaitu yang ada unsur keagamaan. Tradisi yang ada di desa kerso masih
dilestarikan oleh masyarakat. Adapun tradisi yang masih dilestarikan yaitu: haul,
selamatan kematian, dan sedekah bumi. Kearifan budaya lokal dengan sosial
ekonomi di desa kerso sangan berhubungan. Sehingga bilamana kearifan tradisi
lebih di aktifkan dan potensi-potensi masyarakat di gali akan menjadi lebih baik
kedepannya. Dalam meningkatkan perekonomian UMKM Meuble yang ada di
Desa Kerso harus bisa berinovasi dan mempertahankan kualitas produk sehingga
bisa mempercepat perkembangan perekonomian desa.

Berikan referensi nggeh…


Analisis Kajian Etnomatematika terhadap Tradisi Mapati dan Mitoni di
Desa Kerso, Kedung Jepara
Anisa (1810610042)
Pendidikan Matematika Institut Agama Islam Negeri Kudus
anisa353912@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini mengkaji etnomatematika pada tradisi yang berkembang di
masyarakat Desa Kerso Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Mapati dan mitoni
merupakan salah satu tradisi keagaman di Desa Kerso yang dilakukan dengan cara
mengundang tetangga sekitar untuk mendoakan ibu hamil dan sang jabang bayi
agar diberi keselamatan sampai melahirkan. Data diperoleh dari sumber
dokumentasi dan wawancara beberapa tokoh masyarakat. Selanjutnya penelitian
disajikan secara deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Merujuk aktivitas
fundamental matematis menurut Bishop, diperoleh bahwa tradisi mapati dan
mitoni memuat lima dari aktivitas fundamental matematis yang ada, yaitu
counting, locating, designing, playing dan explaining.
Kata kunci : Etnomatematika, Mapati, Mitoni, Aktivitas fundamental matematis
Abstract
This study examined ethnomamatics on the traditions that developed in the
community of Kerso Village, Kedung District, Jepara Regency. Mapati and
mitoni is one of the religious traditions in Kerso Village which is done by inviting
neighbors around to pray for pregnant women and the baby to be given safety
until giving birth. The data was obtained from documentation sources and
interviews of several public figures. Furthermore, the research is presented
descriptively with a qualitative approach. Referring to mathematical fundamental
activities according to Bishop, it is obtained that the mapati and mitoni tradition
contains five of the existing mathematical fundamental activities, namely
counting, locating, designing, playing and explaining.
Keywords: Ethnomathematics, Mapati, Mitoni, Basic math activities
Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan dasar yang wajib
dikuasai oleh manusia. Matematika ialah suatu bentuk aktifitas manusia, yaitu
aktifitas berpikir manusia dalam usaha untuk menerjemahkan keadaan
lingkungannya secara terstruktur dan sistematis (Putrawangsa, 2017). Dengan
demikian, matematika adalah suatu produk budaya, yaitu merupakan hasil karya
buah pikiran manusia dalam usaha mengkuantifikasi dan mendeskripisikan bentuk
objek yang ada dalam kehidupan nyata di sekitar mereka. Matematika lebih
dikenal sebagai ilmu menghitung yang berbaur dan melebur ke dalam berbagai
kegiatan di kehidupan sehari-hari, seperti transaksi jual beli, penentuan diskon
atau potongan harga, perencanaan pembangunan suatu gedung, dan masih banyak
lainnya. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan ilmu matematika. Namun
demikian, tidak sepenuhnya siswa di sekolah memahami manfaat matematika
dalam berbagai bidang. Para siswa tidak menyadari bahwa aktivitas mereka
sehari-hari telah memanfaatkan ilmu matematika. Hal ini disebabkan karena
pembelajaran matematika saat ini masih lemah dikarenakan peserta didik yang
kesulitan dalam menghubungkan konsep yang di dapat di sekolah dengan
pengalaman dari aktivitas sehari-hari. Selain itu, peserta didik juga sering
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Tradisi mapati dan mitoni sudah ada sejak zaman kerajaan hindu berjaya di
nusantara dan mayoritas masyarakat Jawa masih menganut kepercayaan hindu
yang kemudian berlanjut saat agama Islam masuk ke nusantara dengan
kepandaian para wali sembilan menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang
mengakulturasiakan kebudayaan lama orang Jawa yang merupakan ajaran agama
hindu dengan memasukkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam
yang kemudian menghasilakn suatu kebudayaan Jawa baru tanpa menghilangkan
tradisi-tradisi yang di dalamnya terkandung filosofi orang Jawa yang sangat
mendalam, hal itu pula yang membuat orang Jawa sebelumnya enggan
meninggalkan kepercayaan dan tradisi mereka.
Pada konteks pendidikan, studi tentang budaya matematika suatu kelompok
masyarakat memiliki peranan penting dalam pendidikan matematika. Hal ini
disebabkan karena memahami cara berpikir matematika suatu kelompok
masyarakat akan membantu dalam menemukan cara mendidik matematika yang
terbaik bagi kelompok masyarakat tersebut. terkait dengan hal gersebut,
D’Ambrosio (2007) memperkenalkan istilah etnomatematika, yaitu suatu
pendekatan penelitian yang mengkaji tentang budaya matematika suatu kelompok
masyarakat, yang meliputi sejarah dan filosofi keberadaan konsep matematika
tertentu di kelompok tersebut, serta implikasinya terhadap pembelajaran
matematika. Dalam hal ini tujuan kajian etnomatematika adalah untuk memahami
sistem keyakinan, pemikiran dan perilaku matematika suatu kelompok yang
kemudian dapat dijadikan sebagai dasar untuk menghadirkan pembelajaran
matematika yang bermakna bagi siswa. Hal yang senada ditegaskan oleh
Freudenthal, yakni pembelajaran harus dimulai dari hal yang dapat dibayangkan
oleh siswa, dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa (Putrawangsa,
2017). Akan tetapi, menghubungkan antara pengalaman hidup siswa dengan dunia
matematika formal menjadi tantangan besar bagi pendidikan matematika saat ini.
Untuk memperrmudah mengkaji nilai-nila budaya matematika pada suatu budaya,
kita dapat menggunakan kajian etnomatematika yang merupakan suatu kajian
mempelajari matematika yang ditemukan pada suatu budaya yang ada di tengah-
tengah masyarakat. Hal ini diperlukan agar para siswa lebih mengenal budaya
atau tradisi tersebut. Jadi, diharapkan selain lebih mengenal tradisinya, siswa juga
akan menyadari besarnya kontribusi ilmu matematika pada kehidupan sehari-hari.
Berbagai riset menunjukkan hubungan yang erat antara kajian etnomatematika
dan pembelajaran matematika. Misalnya Irawan & Kencanawaty (2017), yang
melaporkan bahwa penerapan pembelajaran matematika realistic berbasis
etnomatematika dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika
dan menumbuhkan karakter cinta pada tradisi dan kebudayaan lokal. Selain itu,
terdapat peneliti lain yang juga menggunakan kajian etnomatematika.
Diantaranya, etnomatematika terhadap kerajinan batik di pulau Jawa (Risdiyanti
& Prahmana, 2017) (Hardian,2018). Banyak pula eksplorasi etnomatematika yang

melingkupi berbagai bidang mulai dari etnomatematika terhadap permainan


tradisional anak-anak berupa kelereng (Pratiwi & Pujiastuti, 2020), jajanan pasar
(Huda, 2018) hingga etnomatematika terhadap tempat ibadah umat muslim
(Lusiana et al., 2019). Sementara itu kajian lain juga membahas tentang manfaat
pembelajaran berbasis etnomatematika dalam meningkatkan berbagai kemampuan

siswa (Yulfitri et al., 2019) (Melisa et al., 2019) (Lubis & Widada, 2020).
Penelitian ini mencoba mengungkap tradisi penalaran dan bertindak matematis
dari sekelompok masyarakat lokal di Indonesia dimana penalaran dan tindakan
tersebut merupakan perwujudan dari pikiran dan tindakan yang didasari atau
mendasari pemahaman mereka tentang konsep matematika tertentu. Dalam hal
ini, penelitian ini difokuskan pada tradisi yang berkembang di masyarakat Desa
Kerso Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Hasil penelitian ini diharapkan
berkontribusi pada tataran baik teoritis maupun praktis. Pada tataran teoritis, hasil
penelitian ini dapat menjadi landasan teori yang menegaskan bahwa konsep
matematika merupakan bagian dari budaya manusia yang tumbuh dan
berkembang yang bentuknya tidak hanya berupa produk budaya yang sifatnya
kongkrit seperti artefak, bangunan, perkakas, dan sebagainya, melainkan juga
berupa cara berpikir atau bernalar yang sifatnya abstrak dan cara bertindak yang
didasari pada penalaran matematika tertentu. Sedangkan pada tataran praktis, hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan informasi bagi guru dan
penelitian pendidikan matematika lainnya dalam melaksankan dan
mengembangkan intervensi pembelajaran matematika.
Metode Penelitian
Jenis penilitian ini adaalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pada penelitian ini, peneliti mengupas terlebih dahulu tradisi yang berkembang di
masyarakat Desa Kerso kemudian melakukan analisis dengan mengkaji
etnomatematika yang terkandung pada tradisi tersebut. agar memperoleh data
yang valid, peneliti melakukan triangulasi data baik dari sumber maupun teknik
pengumpulan data. Secara keseluruhan, data yang diperoleh berasal dari hasil
dokumentasi dan wawancara beberapa tokoh masyarakat sekitar. Dari data yang
diperoleh, peneliti melakukan analisis dan mendeskripsikan dengan kata-kata
terkait korelasi antara tradisi dan matematika.
Hasil dan Pembahasan
Kajian etnomatematika dalam penelitian ini berupa analisis aktivitas
fundamental matematis yang termuat dalam tradisi di Desa Kerso. Dari sekian
banyak tradisi yang berkembang di masyarakat Desa Kerso, peneliti mengambil
tradisi mapati dan mitoni ibu hamil. Aktivitas fundamental matematis terdiri atas
counting, locating, measuring, designing, playing dan explaining (Bishop, 1994).
Counting (menghitung/membilang) menjelaskan mengenai aktivitas membilang
yang lebih dikaitkan dengan kata tanya “berapa banyak”. Locating (penentuan
lokasi) adalah penentuan suatu posisi titik/objek tertentu. Aktivitas measuring
(mengukur) lebih dikaitkan dengan kata tanya “berapa” seperti panjang, berat,
luas, tinggi, dan sebagainya. designing (mendesain) merupakan aktivitas membuat
rancang bangun. Aktivitas playing (bermain) merupakan kegiatan yang sifatnya
menyenangkan, mempunyai pola tertentu dan mendorong seseorang untuk
mengatur strategi. Explaining (menjelaskan) merupakan aktivitas yang biasanya
dikaitkan dengan kata tanya “mengapa” dalam membaca fenomena alam.
1. Explaining
Tradisi mapati dan mitoni sudah ada sejak zaman kerajaan hindu Berjaya
di nusantara dan mayoritas masyarakat Jawa masih menganut kepercayaan
hindu yang kemudian berlanjut saat agama Islam masuk ke nusantara dengan
kepandaian para wali Sembilan menyebarkan agama islam di tanah Jawa yang
mengakulturasikan kebudayaan lama orang Jawa baru tanpa menghilangkan
tradisi-tradisi yang di dalamnya terkandung filosofi orang Jawa yang sangat
mendalam, hal tersebut yang menyebabkan orang Jawa sebelumnya enggan
meninggalkan kepercayaan dan tradisi mereka.
Tradisi mapati adalah tradisi yang diselenggarakan pada saat bulan
keempat masa kehamilan, biasanya pelaksanaan yang dilakukan tidak terlalu
banyak, hanya sekedar melakukan selametan untuk mendoakan sang jabang
bayi dan sang perempuan yang sedang mengandung. Tradisi mapati di dalam
islam dilaksanakan saat usia kandungan memasuki usia empat bulan dimana
sang jabang bayi sudah ditiupkan ruhnya, saat janin atau embrio berusia 120
hari atau 4 bulandimulailah kehidupan dengan ruh, dan saat itulah ditentukan
bagaimana kehidupannya selanjutnya baik di dunia maupun di akhirat. Oleh
sebab itu, hendaknya diadakan acara ngapti yaitu berdoa sebagai sikap
bersyukur, ketundukan, kepasrahan untuk mengajukan permohonan kepada
Allah agar nanti ketika anaknya lahir sebagai manusia yang utuh sempurna,
sehat, dianugerahi rezeki yang baik dan lapang, berumur panjang yang penuh
dengan nilai-nilai ibadah, beruntung di dunia dan akhirat. Begitu pula
hendaklah bersedekah. Doa dan sedekah adalah dua kekuatan yang yang bisa
menembus takdir. Indah sekali apabila tradisi ngupati atau mapati sebagai
tradisi untuk meminta kepada sejumlah orang untuk berdoa dan mendoakan
tetapi juga terdapat sebuah bentuk sedekah didalamnya.
Tradisi tingkeban atau mitoni adalah tradisi yang diselenggarakan pada
bulan ke tujuh masa kehamilan. Tradisi ini dimaksudkan untuk memohon
keselamatan baik bagi ibu yang mengandung maupun calon bayi yang akan
dilahirkan. Awal mula adanya tradisi tingkeban bermula pada zaman Kediri.
Pada saat itu, diceritakan bahwa ada seorang wanita bernama Niken Satingkeb
bersuamikan Sadyo yang hidup pada zaman kerajaan Widarbo Kundari. Pada
waktu itu atas perintah Sang Prabu Jayapursa, Niken satingkeb diperintahkan
untuk mengadakn upacara. Mengenai pelaksanaan upacar tingkeban dipilih
hari selasa atau sabtu setelah tanggal 15 dalam perhitungan kalender Jawa.
Mitoni atau selametan tujuh bulanan dilakukan setelah kehamilan seorang ibu
genap berusia 7 bulan atau lebih. Dengan demikian terdapat aktivitas
menjelaskan/explaining dalam menjawab mengapa tradisi mapati dan mitoni
muncul.
2. Designing
Jenis makanan dalam tradisi mapati dan mitoni bervariasi. Diantaranya
yaitu apem conthong. Apem adalah panganan tradisional yang dimasak
dengan pemanggang yang ada cetakannya. Apem conthong adalah apem yang
menggunakan wadah berbentuk conthong, sebentuk kerucut dalam geometri
yang terbuat dari daun buah nangka, tetapi ada juga yang dibungkus dengan
daun pisang atau daun kelapa yang digulung berbentuk kerucut. Jika diukur
panjang atau tinggi dari clorot ini juga agak bervariasi tapi secara umum 10
cm dengan diameter bawahnya 2 cm. Jika dihitung menggunakan rumus
kerucut maka dapat diperoleh volumenya. Dalam hal ini terjadi proses rancang
bangun/designing bangun ruang. Conthong adalah simbol wadah yang
dimiliki wanita. Wanita itu wadah, tempat, atau disebut odara (ruang-tempat-
isi, semacam rahim). Geometri conthong, yang kerucut, setelah jladren
dimasukkan, bentuknya seperti ‘susu’ atau buah dada wanita yang muncu-
muncu: seakan-akan akan muncrat sarinya, air jladren-nya. Dan pada
prakteknya, jladren apem yang dimasukkan ke conthong dhong nangka
banyak yang keluar dari pucuk conthong, karena waktu disujeni (suji:
pengunci daun nangka yang ditelusupkan di pertemuan dua ujung daun
nangka, biasanya dari batang lidi yang dipotong pendek-pendek) kurang rapat.
Conthong daun nangka yang telah ‘dikunci’ itu seperti topinya manusia yang
hidup di bawah tanah, di dalam dongengnya orang Jerman. Sementara di
dunia mikro, geometri conthong-nangka ini seperti bentuk sel-kerucut (cone
cells) di dalam retina, sebagai sel penerima sinar dan penampung sinar. Mata
manusia memiliki kurang lebih enam juta sel-kerucut. Merekalah para
pembeda warna. Jika mata mengalami kerusakan pada sel ini, manusia akan
buta. Jika nalar menusia mengalami kerusakan tentang penggolongan
geometri, manusia mengalami kebutaan: buta aksara. Jika buta aksara (buta
aksara biasanya dirujukkan pada buta Aksara Latin, sementara jika buta
Aksara Lokal-nya masing-masing tak disebut buta-aksara), paling-paling
secara salah-kaprah disebut manusia pra-sejarah. Kemudian, manusia secara
umum yang perannya banyak diaku (diwakili) oleh Lelaki, adalah pengaduk
semesta: pengadhuk jladren. Sudhi atau suji itu lanang, daun nangka-nya
wadon. Ini ibarat adonan sperma lan sel telur. Yang dalam bentuk material-
makro adalah tepung beras, santen, ragi (tape), gula, garam sedikit, dan
parutan daging kelapa. Kelak, jika telah terfragmentasi, jalinan bahan-bahan
ini menciptakan rahsa panganan yang disebut apem.
Selain apem conthong terdapat jenis makanan lain yaitu ketupat. Kupat
atau ketupat adalah makanan berbahan dasar beras. Kupat dibungkus dengan
pembungkus dari anyaman janur. Janur adalah daun kelapa muda. Bentuk
geometris ketupat biasanya berbentuk belah ketupat. Perkiraan pembuatan
ketupat yaitu janur yang berbentuk belah ketupat tersebut diisi beras
seperempetnya agar ketika matang tidak tumpah kemana-mana. Ketupat
dimasak kira-kira selama 45 menit. Dalam hal ini terjadi proses rancang
bangun/designing bangun datar dan terdapat aspek matematika perbandingan
bahan yang digunakan. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa adalah
singkatan dari ‘Ngaku Lepat’. Kata ‘Ngaku lepat’ memiliki arti mengakui
sebuah kesalahan. Ada empat filosofi yang terkandung dalam ketupat. Yang
pertama adalah ketupat mencerminkan kesalahan manusia. Hal ini dapat
dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat yang belum tentu semua orang
bisa membuatnya dengan mudah. Filosofi yang kedua yaitu kemurnian hati.
Setelah ketupat dipotong maka akan terlihat nasi putih yang diibaratkan
sebagai kebersihan dan kemurnian hati seseorang setelah meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan. Filosofi yang ketiga yaitu sebagai cerminan
ksempurnaan. Dan filosofi yang terakhir yaitu permintaan maaf. Ketupat
disajikan dalam tradisi mapati atau mitoni dimaksudkan sebagai permintaan
maaf ibu hamil dan juga suami kepada masyarakat sekitar agar nantinya tidak
ada kesulitn dan diberi kelancaran ketika melahirkan anaknya.
3. Locating
Tradisi mapati dilaksanakan ketika janin berusia 120 hari atau 4 bulan.
Tetapi untuk tempat pelaksanaannya tidak dikhususkan di suatu tempat seperti
pelaksanaan mitoni, sehingga tempat pelaksanaan selametan mapati dilakukan
di kediaman yang bersangkutan. Sedangkan untuk tradis mitoni atau tingkeban
pada umumnya dilakukan serangkaian upacara, seperti siraman, ganti pakaian,
brojolan, dan selametan. Tetapi untuk di Desa Kerso ini pelaksanaan tradisi
mitoni atau tingkaban hanya dilakukan selametan saja. Selamtean tujuh
bulanan ini dilakukan setelah kehamilan seorang ibu genap berusia 7 bulan
atau lebih dan tidak boleh kurang dari 7 bulan sekalipun itu kurang satu hari.
Belum ada neptu atau weton (hari masehi + hari Jawa) yang dijadikan sebagai
patokan pelaksanaan, yang penting mengambil hari selasa atau sabtu.
Sedangkan tempat untuk melaksanakannya biasanya dipilih di depan suatu
tempat yang biasa disebut dengan pasren yaitu senthong tengah (tempat
memuja Dewi Sri, Dewi Padi). Karena kebanyakan masyarakat sekarang tidak
memiliki senthong, maka pelaksanaan mitoni diselenggarakan di ruang
keluarga atau ruang yang cukup luas. Dalam hal ini secara tidak langsung
terjadi aktivitas fundamental matematis berupa penentuan lokasi (locating).
4. Counting
Tradisi mapati dan mitoni biasanya dilakukan dengan cara mengundang
bapak-bapak warga sekitar untuk datang melakukan selametan di rumah yang
bersangkutan. Dalam acara tersebut akan dilakukan pembacaan doa-doa yang
diaksudkan agar ibu hamil dan calon anaknya diberi keselamatan hingga
melahirkan nanti. Setelah acara selesai, tamu undangan tersebut akan
dibawakan besek yang berisi makanan yang disiapkan oleh tuan rumah. Pada
proses ini terjadi aktivitas counting. Aktivitas fundamental matematis
counting merupakan aktivitas membilang yang biasanya dikaitkan untuk
menjawab kata tanya ‘berapa banyak’. Hal ini dimaksudkan pada berapa
banyaak tamu yang diundang, sehingga tuan rumah bisa menyiapkan besek
sesuai jumlah tamu yang diundang agar nantinya tidak kekurangan. Selain itu,
terdapat aktivitas counting lainnya, yaitu berapa banyak jenis jajanan dalam
setiap besek. Keadaan demikian juga merupakan aplikasi dari prinsip
matematika yaitu membilang atau menghitung berapa jenis makanan, jumlah
setiap jenis makanan, jumlah besek, dan jumlah seluruhnya.
5. Playing
Aktivitas mempersiapkan besek hingga mengunjungi rumah satu per satu
tetangga sekitar untuk mengundangnya dalam acara mapati/mitoni cukup
menghabiskan tenaga. Namun hal tersebut lebih praktis dibandingkan harus
memberikan besek satu per satu ke rumah tetangga sekitar dan memintanya
untuk mendoakan ibu hamil dan jabang bayi yang dikandungnya. Dalam
kegiatan ini terdapat aktivitas fundamental matematis playing yang tergambar
pada strategi untuk mengundang tetangga sekitar melakukan selametan di
rumahnya daripada harus meminta doa ke rumah tetangga kemudian
membagikan beseknya.
Simpulan
Mapati dan mitoni merupakan salah satu tradisi keagaman di Desa Kerso yang
dilakukan dengan cara mengundang tetangga sekitar untuk mendoakan ibu hamil
dan sang jabang bayi agar diberi keselamatan sampai melahirkan. Merujuk
aktivitas fundamental matematis menurut Bishop, diperoleh bahwa tradisi mapati
dan mitoni memuat lima dari aktivitas fundamental matematis yang ada, yaitu
counting, locating, designing, playing dan explaining.
Jangan lupa berikan referensinya….
Nilai-nilai Dakwah dalam Tradisi Lokal di Desa Kerso
Miftahul Abid (1840310053)
Manajemen Dakwah Institut Agama Islam Negeri Kudus
Pendahuluan
Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang
harus dilestarikan. Masyarakat hidup dengan berbagai adat budaya yang akan
terus dikembangkan sesuai dengan apa yang dilakukan disekitar penduduk. Selain
itu, banyak masyarakat diseluruh dunia terutama di negara Indonesia mempunya
corak budaya adat istiadat dan tradisi yang berbeda-beda. Banyak suku dengan
adat yang khas sesuai dengan apa yang ditinggalkan oleh orang terdahulu yang
mana merupakan tradisi yang khas untuk masyarakat atau suku sesuai dengan
pendahulu - pendahulu yang membuat tradisi. Untuk mengantisipasi lunturnya
pelestarian tradisi atau adat-istiadat, masyarakat Indonesia memakai nilai-nilai
budaya sebagai penyaringan dalam berperilaku untuk menyikapi pengaruh
globalisasi. Pengaruh globalisasi bisa berdampak negatif yaitu, masyarakat
mengalami distorsi pola pikir dan perilaku yang menimbulkan tercabutnya mereka
dari akar budaya yang telah membentuknya atau mulai lunturnya pola pikir dalam
pelestarian. Era globalisasi merupakan zaman dimana kemajuan teknologi
semakin berkembang pesat yang telah menyebabkan batas-batas suatu negara dan
bangsa.22 Perkembangan zaman yang demikian pesat menuntut dakwah islam
terus memformulasi bentuknya yang tepat, dakwah merupakah bagian yang
esensiel dalam kehidupan seorang muslim dimana esensinya berada pada ajakan,
dorongan, serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran islam
dngan penuh kesadaran.23
Dakwah juga dimaknai dengan upaya menciptakan kondisi yang kondusif
untuk terjadinya perubahan pemikiran, keyakinan, sikap dan perilaku yang lebih
Islami. Oleh karena itu dakwah hendaklah dikemas dengan baik sehinga mampu
menarik perhatian mad’u, misalnya dengan nilai-nilai dan ajaran Islam dengan
nilai-nilai tradisi local. Dalam konteks sekarang, pada pelaksanaannya, dakwah
akan selalu berhadapan, bertemu, bersinggungan dengan tradisi masyarakat di
mana dakwah dilaksanakan. Oleh karena itu meskipun dakwah itu berhasil,
namun hasil dakwah itu tetap akan dipengaruhi oleh budaya masyarakat.24
Pembahasan
Tradisi
Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang
harus dilestarikan. Tradisi yang masih melekat dan dilestarikan oleh masyarakat
desa Kerso yaitu yang ada unsur keagamaan. Karena antusiasismenya masyarakat
lebih ke dalam kegiatan yang berunsur keagamaan. Salah satu budaya lokal
masyarakat yang ada di desa Kerso yaitu tradisi. Secara umum, tradisi dikenal
sebagai suatu bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno.
22
Nanik Hindaryatiningsih, Model Proses Pewarisan Nilai-Nilai Budaya Lokal Dalam
Tradisi Masyarakat Buton, Sosiohumaniora, Volume 18 No. 2 Juli 2016 : 108 – 115.
23
Ibid, h. 245-247.
24
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 150.
Setiap tradisi dikembangkan untuk beberapa tujuan seperti tujuan politis atau
tujuan budaya dalam beberapa masa. Ada beberapa tradisi di desa Kerso yang
berkaitan dengan keagamaan yaitu :
1. Haul
Haul berasal dari bahasa Arab “hawl” yang artinya adalah “tahun”.
Sedangkan apa yang dimaksud denga haul merupakan perayaan haul
sebagaimana yang sering dilaksanakan oleh umat muslim Indonesia adalah
acara peringatan ulang tahun kematian yang diadakan setiap setahun sekali
serta tidak harus tepat di tanggal tertentu alias tidak bersifat sakral. Acara
tersebut biasanya diselengarakan di pelataran makam sesepuh yang sudah
berjasa pada Desa atau Dusun, halaman masjid atau balaidesa dan lain-lain.
Haul berbeda dengan ziarah kubur yang dilakukan untuk medoakan orang
yang sudah meninggal. Haul lebih ke tradisi yang mengalir atau melestarikan
sejarah, mereka yang melaksanakan kegiatan haul mencoba menghadirkan
kembali tokoh masyarakat atau cikal bakal desa yang sudah meninggal terbih
dahulu dengan berbagai perjuangan yang dapat menginspirasi masyarakat.
Misal dalam satu tahun tidak dilaksanakaan haul maka tidak ada efeknya
(tidak malati). Menurut narasumber, haul merupakan kegiatan orang-orang
yang menghormati waliyullah atau sebuah penghormatan kepada waliyullah
karena waliyullah yang telah memperjuangkan agama di desa ini. Biasanya
tradisi haul ini diselenggarakan berlangsung hingga tiga hari dengan berbagai
variasi acara. Di Desa Kerso sendiri penyelenggaraan haul dengan kegiatan
pengajian yang dihadiri oleh masyarakat umum yang khususnya masyarakat
Desa Kerso. Dalam acara haul tersebut, tidak lupa hidangan yang disuguhkan,
hidangan haul yang disuguhkan dalam acara haul adalah hidangan yang
diniatkan khusus untuk selamatan atau sedekah dari mayit tersebut.25
Meskipun secara garis besarnya, haul lebih ke dalam kegiatan keagamaan,
namun tetap merefleksi sejarah yang pernah dilakukan oleh waliyullah dahulu
kala. Selain kegiatan ini sebagai tindakan keagamaan, haul juga merupakan
tindakan sosial. Tujuan dari diadakan haul yaitu memperbaiki kualitas agama,
menjadikan masyarakat lebih rukun dalam bersosial karena pada dasarnya
manusia merupakan makhluk sosial yang haruss bisa menerima sebagaimana
adanya.
Kegiatan haul di desa Kerso ada dua waliyullah, yaitu :
1. Mbah Shoffin (yang berkaitan dengan Masjid Kerso)
Haul Mbah Shoffin diperingati setahun sekali setiap jum’at legi bulan
Muharram. Pada tradisi ini seluruh masyarakat warga desa kero
berbondong bondong untuk memperingati haul yang diadakan setahun
sekali dimakam waliyullah mbah shoffin seperti selametan yang mana
diikuti oleh semua warga desa kerso
2. Mbah Sikangkrang
Mbah Sikangkrang merupakan tokoh cikal bakal desa Kerso. Haul mbah
Sikangkrang diperingati setiap bulan Syawwal. Tradisi yang dilakukan
warga desa kerso untuk memperingati haul mbah sikangkrang yaitu
selametan dan pengajian. Pada peringatan selametan ini, warga desa kerso
berbondong bondong datang ke makam waliyullah mbah sikangkrang yang
25
Abdulloh Hanif, Tradisi Peringatan Dalam Pendekatan Sosiologi pengetahuan Peter
L. Berger, mahasiswa filsafat pasca sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal.49-52
bertempat di makam islam desa kerso. Pada peringatan pengajian pun juga
digelarkan untuk umum, pada pengajian ini seluruh masyarakat yang
mengetahui haul mbah sikangkrang kebanayakan datang untuk
memperingati haul dan memperoleh pengetahuan dan manfaat yang besar
tentang sejarah para sesepuh desa kerso.
Menurut cerita orang zaman dahulu, Mbah Shoffin itu kaitannya dengan
ajudan Mbah Datuk Singaraja Mayong, mendirikan masjid di Kerso kemudian
diteruskan waliyullah Mbah Shoffin. Selanjutnya Mbah Datuk Singaraja
melanjutkan perjalanannya menyebarkan agama Islam dan mendirikan masjid
di Mayong. Sehingga kegiatan- kegiatan yang dilakukan kyai atau ulama
zaman sekarang mengikuti waliyullah dahulu seperti pembangunan masjid.
Adapun manfaat haul bagi penyelenggaranya maupun yang dihaulkan
adalah :
a. Manfaat Bagi yang Dihaulkan
Orang yang sudah dikubur seperti orang yang tenggelam di laut
dikasih apa saja tidak akan mau. Yang dia perlukan hanya kiriman doa
dari orang yang hidup.
Allah berfirman dalam QS Al-Hasyr : 10 yang artinya :
“dan orang-orang yang datang sesudah mereka (muhajirin dan anshor)
mereka berdoa : “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara
kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau
tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman”.
b. Manfaat Bagi Pihak yang Mengadakan Haul
Bagi yang mengadakan haul, supaya ingat kembali pada tokoh
yang dihaulkan bahkan orang tua atau leluhur yang sudah mendahului.
Sungguh kematian itu tidak mengenal usia, baik yang muda apalagi yang
tua. Kesehatan terjamin janganlah bangga dengaan umur muda, wajah
tampan atau cantik, jangan mengira akan jauh dari kematian.
c. Manfaat Haul untuk Memperkuat Silaturrahim dan Ukhuwah antar Warga
Dalam acara haul kita dapat bertemu saudara, teman, senang dan
bahagia kumpul bersama-sama. Setelah acara, jama’ah pulang membawa
bingkisan yang dibagikan oleh panitia acara haul. Dengan silaturahim,
maka mempermudah rizki dan memperpanjang umur sebagaimana hadist
Nabi SAW. Yang artinya : “barang siapa yang ingin dikekalkan dalam
rezekinya dan ingin dipanjangkan umurnya maka supaya menyambung
silaturahim.
d. Manfaat Haul sebagai Ibrah atau Pelajaran atau Hikmah Bagi Umat
Dengan acara haul menjadi ibrah atau pelajaran bagi umat bahwa
setiap orang akan berniat atau berusaha menjaadi figur yang memberikan
kesan baik supaya menjadi perbincangan baik bagi orang-orang yang
ditinggalkan.
2. Sedekah bumi
Sedekah Bumi adalah tradisi yang rutin digelar setiap satu tahun sekali.
Tradisi ini diyakini oleh masyarakat setempat mengandung unsur kesakralan
sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedekah bumi di
desa Kerso dilaksanakan di bulan Dzul Qo’dah. Untuk tanggalnya tidak
menentu karena yang menentukan pihak kecamatan. Yang menentukan hari
sedekah bumi yaitu pak petinggi dengan BPD. Sebelum pandemi sedekah
bumi ada pagelaran wayang, pengajian dan juga ada keramaian keramaian
yang menganut pak petinggi-petinggi jaman dahulu. Kegiatan sedekah bumi
dilaksanakan di Balai desa dan jika ada keramaian dilakukan setelah dhuhur.
Yang melaksanakan terutama ketua ketua RT, tetangga dan lingkungan
sekitar. Yang dibawa saat sedekah bumi yaitu nasi beserta lauk pauknya dan
yang memimpin Kyai ulama Ulama. Saat pendemi kegiatan sedekah bumi
hanya selametan, yang melakukan hanya RT beserta perangkatnya.
Antusiasisme masyarakat Desa Kerso sangat luar biasa apabila ada acara-
acara keramaian yang mengandung unsur keagamaan.26 Apabila ada acara
sedekah bumi masyarakat berbondong-bondong mengikuti serangkaian acara
di balaidesa dalam acara sedekah bumi baik di kalangan dewasa maupun
anak-anak. Acara yang dipimping sesepuh desa atau Bapak Modin
mengintruksikan kepada masyarakat dalam serangkaian acara sedekah bumi
supaya berjalan dengan khidmat dan lancar. Sebagai penghormatan
masyarakat kepada leluhur yang telah wafat, maka pinisepuh memimpin doa
bersama untuk almarhum dan almarhumah leluhur di makam. Makam leluhur
yang terkenal dan sering dikunjungi dalam pelaksanaan sedekah bumi yaitu
makam “Mbah Sikangkrang” dan “Mbah Shoffin”.
Tujuan dari di adakannya tradisi Sedekah Bumi yaitu:
o Sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap hasil bumi yang
melimpah dan menjadikan masyarakat desa kerso lebih bersyukur. Dan
tradisi Sedekah Bumi juga dijadikan sebagai lambang kesejahteraan dan
keselamatan agar segala urusan dan hasil panen selalu melimpah dan
aman dari segala apapun yang menjadikan gagal panen.
o Untuk menghormati jasa para leluhur yang telah membukakan lahan
sebagai tempat perhunian masyarakat Desa Kerso sekaligus sebagai
tempat untuk mencari kehidupan.
o Untuk memperkuat solidaritas antar masyarakat Desa Kerso dengan yang
lainnya.
Adapaun manfaat yang diperoleh dari diadakannya tradisi Sedekah Bumi
yang ada di Desa Kerso selama ini yaitu masyarakat desa merasakan rasa lebih
dekat dengan sang pencipta, terhindar dari segala musibah (bala`), penyakit,
dan hasil panen lebih baik.
Di Desa Kerso juga ada organisasi anak-anak muda yang masih duduk di
bangku sekolah yang bernama IPNU dan IPPNU, organisasi tersebut selalu
ikut serta dalam membantu acara tradisi-tradisi yang diselenggarakan oleh
ketua-ketua desa agar bisa berjalan dengan baik, teratur, dan lancar. Hal yang
dilakukan oleh organisasi IPNU dan IPPNU sudah sesuai dengan tujuan dari
awal dilantiknya mereka sebagai kader-kader muda NU di desa tersebut agar
bisa memberikan kontribusi kepada secara nyata bagi masyarakat luas.
Mengingat anak-anak muda zaman sekarang di suatu daerah sangat minim
memperhatikan tradisi-tradisi yang sudah turun temurun sejak zaman
leluhurnya. Akibat dari kurangnya perhatian dari anak-anak muda yang ada di
Desa menjadikan tradisi tersebut hanya di laksanakan oleh para orang tua

26
Ichmi Yani Arinda R, Sedekah Bumi (Nyadran) Sebagai Konvensi Tradisi Jawa Dan
Islam Masyarakat Sraturejo Bojonegoro, el Harakah Vol.16 No.1 Tahun 2014, hal.3
yang memang sudah memahami tentang sejarah desa sehingga para orang tua
mau menjalankan tradisi yang ada di Desa tersebut.
3. Selametan kematian
Selametan merupakan ajaran Jawa untuk menyelamatkan jiwa yang sudah
meninggal dunia.27 Masyarakat Jawa adalah orang-orang yang hidup
kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai karakter secara
turun temurun. Selametan kematian merupakan ritual mendoakan orang yang
baru saja meninggal, biasanya setelah mayit sudah disucikan dan dimakamkan
para pelayat mendoakan bersama. Dalam acara tersebut biasanya dinamakan
selametan kematian, ada beberapa ritual yang harus dilaksanakan yaitu apabila
kematiannya jatuh pada “segara- asat” dan “ gunung- jungkur” masing-masing
memiliki makna tersendiri. Gunung artinya baik, jungkur artinya jelek, segara
artinya baik, asat artinya jelek. Dapat dimaknakan apabila setiap orang
meninggal di hari gunung setelah dilakukan perhitungan, pertanda baik dan
akan menempati tempat tertinggi. Jungkur artinya didorong (jatuh) itu
pertanda jelek. Dan segara artinya laut, pertanda baik orang yang meninggal
akan mendapatkan keluasan seperti luasnya samudra atau laut. Asat artinya
tidak ada air itu dimaknakan bahwa orang yang meninggal dihari itu maka
orang yang ditinggal akan sempit rejekinya. Tradisi selametan setelah
kematian tersebut sampai sekarang masih banyak masyarakat karena hal itu
didorong oleh sistem keyakinan dan kepercayaan yang kuat terhadap sistem
nilai dan adat istiadat yang sudah berjalan turun temurun.
Setelah selametan kematian hari berikutnya dilaksanakannya tahlilan doa
bersama dengan saudara dan masyarakat sekitar untuk mendoakan orang yang
telah meninggal biasanya dilaksanakan sampai 7 hari. Kebanyakan dari
msyarakat Desa Kerso dihari ke 7 itu tahlilan dan maidhlo khasanah yang
didatangkan Kyai. Tujuan dari didatangkan kyai selain mendoakan orang yang
mneinggal juga mengucapkan rasa terimakasih dari pihak keluarga kepada
orang yang telah mendoakan.
Nilai-nilai Dakwah Dalam Tradisi
Tradisi merupakan warisan leluhur yang masih dilaksanakan secara turun-
menurun. Meskupun dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang mengalami
perubahan, sehingga mengalami pergeseran nilai dalam tradisi tersebut. Nilai-nilai
dakwah yang terdapat dalam tradisi pada desa Kerso yang memiliki manfaat bagi
masyarakat desa Kerso, sebagai berikut:
1. Kerja sama atau gotong royong
Karena manusia merupakan makhluk sosial maka manusia membutuhkan
rasa kerja sama, membantu dan bahu-membahu satu dengan yang lainnya.
Goting-royong merupakah salah satu hal terpenting dalam tradisi, seperti
dalam pelaksanaannya tentu memerlukan kerja sama yang baik sehingga
dalam proses pelaksanaan acara dapat berjalan dengan lancer dan baik. Nilai
gotong-royong yang selalu menampkkan kebersamaan dan solidaritas antara
masyarakat dengan panitia pelaksana dalam tradisi yang ada di desa Kerso
tersebut, seperti saling membantu satu sama lain untuk mempersiapkan
peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dalam tradisi tersebut.

27
Dinia Agustia Artika Sari, Selametan Kematian Di Desa Jaweng Kabupaten Boyolali,
Haluan Sastra Budaya, Vol. 1, Number 2 December 2017, hal.148
2. Silaturrahmi
Silaturrahmi artinya tali persahabatan atau tali persaudaraan. Sedangkan
bersilaturrahmi yaitu mengikat tali persaudaraan. Sebagai umat Islam, kita
dianjurkan oleh Allah swt untuk menjaga tali silaturrahmi antar umat. Hal ini
disimpulkan dalam firman-Nya pada Qs An-Nissa ayat 1 yang artinya:
“ Hai sekalian manusia, berdakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
maupun perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan hubungan silaturrahim
sesunnguhnya Allah slalu menjaga dan mengawasi kamu”.28
Jika dilihat dari pelaksanaannya, tradisi terdapat silaturrahmi didalamnya,
karena semua masyarakat yang dekat maupun yang jauh dari lokasi acara bisa
berkumpul dan memberikan do’a dan tetap menjalin hubungan silaturrahmi
yang baik.
Penutup
Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang
harus dilestarikan. Masyarakat hidup dengan berbagai adat budaya yang akan
terus dikembangkan sesuai dengan apa yang dilakukan disekitar penduduk. Selain
itu, banyak masyarakat diseluruh dunia terutama di negara Indonesia mempunya
corak budaya adat istiadat dan tradisi yang berbeda-beda. Banyak suku dengan
adat yang khas sesuai dengan apa yang ditinggalkan oleh orang terdahulu yang
mana merupakan tradisi yang khas untuk masyarakat atau suku sesuai dengan
pendahulu - pendahulu yang membuat tradisi. Dakwah juga dimaknai dengan
upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk terjadinya perubahan pemikiran,
keyakinan, sikap dan perilaku yang lebih Islami. Oleh karena itu dakwah
hendaklah dikemas dengan baik sehinga mampu menarik perhatian mad’u,
misalnya dengan nilai-nilai dan ajaran Islam dengan nilai-nilai tradisi local.
Tradisi desa Kerso masih dilestarikan masyarakat desa Kerso antara lain yaitu:
haul, selametan krmatian, dan sedekah bumi. Tradisi yang mempunyai nilai
dalam dakwah tersebut. Seperti, gotong-royong atau kerja sama dan silaturrahmi.

Berikan referensinya….

28
M. quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-qu’an (Cet X; Jakarta:
Lentea Hati, 2007), h. 330.
Pelestarian Tradisi Sebagai Upaya Menumbuhkan Kecintaan Terhadap
Budaya Lokal Pada Masyarakat Desa Kerso Kecamatan Kedung Kabupaten
Jepara
Liyana Alief Iftitah Rizqi (1840410055)
Prodi Pengembangan Masyarakat Islam, Institut Agama Islam Negeri Kudus
Liyanaaliefiftitahrizqi@gmail.com
Pendahuluan
Kajian ini menjelaskan tentang pelestarian tradisi sebagai upaya
menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal pada masyarakat desa kerso. Di
Desa Kerso memili beberapa tradisi yang sudah di jalankan sejak zaman leluhur
dan masih terlaksana sampai sekarang karena masyarakat Desa Kerso sangat
menjaga tradisi tersebut dengan melaksanakan suatu kegiatan agar tradisi tersebut
tetap utuh dan tidak pernah luntur sampai kapanpun.
Tradisi merupakan adat atau suatu kebiasaan yang sudah turun temurun
dari zaman nenek moyang dan masih dijalankan dalam suatu masyarakat. 29 Dalam
pandangan masyarakat tradisi memiliki makna penting yang terkandung dan
memiliki nilai-nilai tersendiri yang dimana tradisi memang wajib dilaksanakan
dan di pertahankan sampai sekarang dan seterusnya.
Sejalan dengan pengertian tradisi diatas, budaya yang dilakukan secara
berulang-ulang atau menjadi sebuah kebiasaan itu merupakan suatu tradisi. Adat
istiadat atau sering disebut dengan budaya sangat berpengaruh terhadap
kehidupan terutama dalam segi keagamaan dan kerap dijumpai dengan berbagai
ritual yang memang sudah turun temurun dari leluhur yang sudah sangat kental
terutama pada masyarakat Jawa. Kebudayaan merupakan peranan penting dalam
kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Sebagaimana yang selama ini sudah kita
ketahui bahwa peradaban manusia di bumi merupakan hasil dari kebudayaan.
Tercatat sudah bahwa negara Indoesia merupakan negara yang memiliki ragam
budaya lokal terkaya di dunia.
Istilah dari Kebudayaan adalah Culture yang berasal dari colere yang
artinya: mengolah, mengerjakan. Dari uraian tersebut maka Koentjaraningrat
mendefinisikan kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan,
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang di jadikan
milik diri manusia denngan belajar.30 Berdasarkan dari pengertian tersebut dapat
di pahami bahwa budaya mejadikan seluruh tingkah laku manusia yang sudah di
dapatkan dengan belajar sehingga dapat tersusun dengan baik di kehidupan
masyarakat.
Budaya lokal merupakan budaya asli dari sebuah kelompok masyarakat
tertentu dan menjadi ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal. Budaya
lokal di Indonesia sangat beragam karena Indonesia memiliki beragam
kebudayaan di berbagai daerah. Dengan adanya kebudayaan yang beragam ini dan
memiliki nilai-nilai luhur memang seharusnya di lestarikan agar dapat mencegah
terjadinya pergeseran budaya dan tidak tergerus oleh zaman era globalisasi
sekarang ini.
29
Erni, Siti Nur Haliza Muhlis Dkk, Riset Budaya Mempertahankan Tradisi di Tengah Krisis
Moralitas (Sulawesi Selatan: IAIN Parepare Nusantara Press, 2020) 07.
30
Mudjahirin Thohir, Memahami Kebudayaan: Teori, Metodologi, dan Aplikasi (Semarang:
Fasindo Press, 2007) 19.
Berbagai macam warisan budaya yang sudah ada sejak zaman nenek
moyang memberikan kesempatan untuk kita generasi muda agar mau mempelajari
tentang budaya lokal dan mengetahui baik dari sejarah atau asal usul
dilaksanakannya tradisi tersebut. jika budaya seringkali di abaikan maka akan
berdampak yaitu lapuknya warisan budaya yang sudah di wariskan oleh nenek
moyang. Untuk itu kita generasi muda harus bisa melestarikan kebudayaan atau
tradisi yang yang ada di daerah tempat tinggal kita agar budaya di Indonesia tidak
luntur dan tetap terjaga dari zaman nenek moyang sampai sekarang dan berjalan
seterusnya sampai kapanpun. Selain itu kita tetap harus memperhatikan setiap ada
masalah yang dihadapai oleh budaya lokal seperti sekarang ini, yang dimana bisa
kita lihat bahwa masih sangat lemah peran generasi muda dalam melestarikan dan
menjaga kebudayaan yang ada di setiap tempat tinggal mereka.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan bentuk penelitian studi kasus.
Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian ilmu sosial. Dalam penelitian
ini peneliti mengumpulkan data dan menganalisis agar lebih terarah. Pada
penelitian ini kasus yang akan dikaji adalah pelestarian tradisi sebagai upaya
menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal pada masyarakat desa Kerso.
Pelestarian tradisi di Desa Kerso merupakan hal yang memang sudah biasa
dilakukan karena sifat kepedulian masyarakat terhadap sejarah peninggalan nenek
moyang mereka yang memang harus di jalankan setiap tahunnya. Masyarakat
Desa Kerso menjalankan tradisi tersebut sebagai bentuk upaya persembahkan
rasa syukur mereka terhadap apa yang sudah diberikan dengan segala bentuk
peninggalan baik dari segi kebudayaan maupun yang lainnya.
Hasil dan pembahasan
Tradisi merupakam suatu kata benda yang memiliki dua pengertian:
pertama, suatu adat kebiasaan yang turun temurun dari nenek moyang dan masih
di jalankan oleh masyarakat setempat, kedua, suatu penilaian atau anggapan
bahwa cara-cara yang sudah ada merupakan baik dan benar. 31 Dan budaya adalah
hasil dari kegiatan dan penciptaan bati atau akal budi dari manusia seperti
kesenian, kepercayaan dan adat istiadat atau pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial agar memahami lingkungannya serta pengalaman yang menjadi
pedoman bagi tingkah lakunya. Ada pendapat lain yang berdapat bahwa
kebudayaan merupakan sebuah hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang
memang menghasilkan teknonologi dan budaya kebendaan yang dibutuhkan oleh
manusia agar dapat mengguasai alam sekitar, agar kekuatan dan hasilnya bisa
diabadikan oleh masyarakat setempat.32
Desa Kerso memiliki ragam tradisi yang sangat terjaga keasliannya baik dari
potensi lokal maupun budaya lokal . Desa Kerso Kecamatan Kedung Kabupaten
Jepara merupakan desa yang dekat dengan pantai yang memiliki luas wilayah 132,
77 Ha dengan jumlah penduduk 4.680. Dengan warga yang ramah membuat Desa
kerso menjadikan semakin erat dengan persaudaraan mereka, masyarakat desa
kerso hidup dengan berbagai adat budaya yang akan terus dikembangkan sesuai
31
Qonita, Aliya, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar ( PT. Indahjaya Adipratama:
2008).
32
Hakim, Atang Abd, Metodologi Studi Islam (Bandung: Remaja Rosda Kirya 1998) 29.
dengan apa yang dilakukan disekitar penduduk. Selain itu, banyak masyarakat
diseluruh dunia terutama di negara indonesia mempunya corak budaya adat
istiadat dan tradisi yang berbeda-beda terutama di Desa Kerso. Banyak suku dan
adat yang khas sesuai dengan apa yang ditinggalkan oleh para leluhur dan nenek
moyang. Mayoritas warga desa Kerso beragama islam dan mengikuti paham
ahlussunnah waljamaah yang dan warganya pun sangat kental agamanya, jadi
apabila terdapat kegiatan-kegiatan yang berbau keagaaman yang mengandung
nilai ibadah maka warga Desa Kerso sangat antusias untuk ikut andil dalam
kegiatan tersebut.
Desa Kerso memili potensi yaitu industri mebel. Industri mebel ini sudah
turun temurun dari zaman dahulu dan dapat mewarisi masyarakat desa Kerso
sampai sekarang, warga desa Kerso mayoritas bekerja sebagai tukang kayu dan
buruh tani. Banyak dari warga yang bekerja sebagai tukang kayu karena mereka
memang mempunyai usaha mebel sendiri dan banyak juga yang bekerja sebagai
karyawannya. Selain potensi lokal desa Kerso juga memiliki ragam budaya lokal
yang khas dari Desa Kerso yaitu Haul dan Sedekah bumi.
A. Tradisi Haul
Tradisi Haul merupakan tradisi wajib Desa Kerso yang selalu
diselenggarakan selama satu tahun sekali dan memang tidak menuntut untuk
harus tepat di tanggal tertentu karena kegiatan tersebut tidak bersifat sakral.
Tetapi jika memang terdapat kendala bahwasannya tidak dapat melaksanakan
kegiatan tersebut tidak manimbulkan efek apapun. Menurut bapak Khudrin
selaku narasumber, melaksanakan kegiatan haul merupakan kegiatan sebuah
penghormatan kepada waliyullah karena telah memperjuangkan agama dan
menuntun kejalan yang benar di desa Kerso. Desa Kerso memiliki 2 tokoh
yaitu waliyullah yang merupakan cikal bakal Desa Kerso dan masyarakat
Desa Kerso menjadikan momen berharga untuk menghormati tokoh tersebut
dengan melaksanakan haul.
1. Mbah Shoffin
Haul Mbah Shoffin diperingati setahun sekali pada hari jum’at legi bulan
Muharram. Pada tradisi ini seluruh masyarakat warga Desa Kerso sangat
antusias dan berbondong bondong untuk memperingati haul yang diadakan
dimakam waliyullah Mbah Shoffin yaitu dengan selametan yang mana
diikuti oleh semua warga desa Kerso.
2. Mbah Sikangkrang
Mbah Sikangkrang merupakan tokoh cikal bakal desa Kerso. Haul Mbah
Sikangkrang diperingati setiap bulan Syawwal. Tradisi yang dilakukan
warga desa Kerso untuk memperingati haul mbah sikangkrang yaitu acara
selametan dan pengajian. Pada peringatan selametan ini, warga desa kerso
sangat antusias dan bersama-sama datang ke makam Mbah Sikangkrang
yang bertempat di makam islam desa Kerso. Tidak hanya selametan tetapi
setiap peringatan haul juga pasti ada pengajian, masyarakat Desa Kerso
selalu menghadiri setiap pengajian haul Mbah Sikangkrang karna selain
ingin mendapat keberkahan masyarakat Desa Kerso juga mendapatkan
ilmu tentang sejarah sesepuh Desa Kerso.
B. Tradisi sedekah bumi
Sedekah bumi merupakan bentuk rasa syukur atas keselamatan dan
keberhasilan atas segala rizqi yang telah diterima selama di bumi. Tradisi
sedekah bumi di Desa kerso dilaksanakan di bulan Dzul Qo’dah dan
dilaksanakan sesuai dengan yang sudah ditentukan dari pihak perangkat desa
Kerso yaitu Bapak Petinggi dan BPD. Kegiatan sedekah bumi dilaksanakan di
balai desa Kerso dan ada pertunjukan wayang. Saat memperingati sedekah
bumi di balai desa masyarakat desa Kerso membawa nasi dan lauk pauknya
agar mendapat keberkahan karna di doakan oleh para ulama’ dan para kyai.
Tujuan dari diadakannya sedekah bumi di Desa Kerso yaitu Sebagai
ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap hasil bumi yang melimpah dan
menjadikan masyarakat desa kerso lebih bersyukur. Dan tradisi Sedekah Bumi
juga dijadikan sebagai lambang kesejahteraan dan keselamatan agar segala
urusan dan hasil panen masyarakat desa Kerso selalu melimpah, sebagai rasa
hormat kepada para leluhur desa Kerso karna telah memberikan lahan sebagai
tempat tinggal untuk masyarakat Desa Kerso dan sekeligus sebagai tempat
untuk mencari rizqi.33
Sebagai generasi bangsa dengan jejak perjalanan sejarah yang sangat panjang
sehingga menjadi kaya akan keanekaragaman budaya maka dengan seharusnya
sebagai generasi harus melestaikan warisan budaya yang sudah sampai pada kita
sampai saat ini. Melestarikan berarti menjaga atau memeilihara dengan waktu
yang lama. Pelestarian budaya tidak akan bertahan jika tidak di dukung oleh
masyarakat sendiri. Pelestarian budaya akan dapat berjalan dengan berkelanjutan
jika berbasis pada kekuatan dalam, kekuatan swadaya dan kekuatan lokal. Karena
upaya pelestarian budaya sangat di butuhkan pelaku penggerak, pemerhati,
pecinta dan pendukung dari masyarakat itu sendiri. Maka dari itu sangat di
perlukan upaya dengan memberikan motivasi agar masyarakat mau ikut andil
dalam pelestarian budaya, antara lain:
1. Motivasi agar mau menjaga dan mempertahankan warisab budaya yang sudah
di wariskan dari leluhur.
2. Motivasi untuk meningkatkan kecintaan dan pengetahuan generasi penerys
bagsa terhadap nilai sejarah bangsa melalui warisan budaya dan nilai budaya
secara nyata yang dapat dikenang.
3. Memotivasi tentang perekonomian bahwa nilai-nilai pada budaya lokal dapat
meningkat apabila terjaga dan terpelihara dengan baik sehigga memiliki nilai
komersial untuk meningkatkan kesejahteraan.
4. Motivasi simbolis bahwa budaya lokal merupakan manifestasi dari jatidiri
sebuah kelompok atau masyarakat sehingga dapat menumbuhkan kebanggaan
tersendiri.
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkna bahwa melestarikan budaya lokal
juga mempunyai muatan ideologis yaitu gerakan untuk mengukuhkan budaya,
identitas dan sejarah, selain itu juga dapat menumbuhkan rasa empati masyarakat
agar mau melestarikan budaya lokal.34
Kesimpulan
Tradisi merupakan suatu adat atau kebiasaan yang sudah diwariskan sejak
zaman nenek moyang, tradisi memiliki makna penting yang terkandung dan

33
Puji Rahayu, Tradisi-Tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan
( Semarang: Forum Muda Cendekia, 2019) 234.
34
Ana Irhandayaningsih, Pelestarian Kesenian Tradisional Sebagai Upaya Dalam Menumbuhka
N Kecintaan Budaya Lokal Di Masyarakat Jurang Blimbing Tembalang, Vol.2No.26 Tahun 2018
(26).
memiliki nilai-nilai tersendiri dimana tradisi tersebut memang wajib dilaksanakan
dan di pertahankan sampai sekarang dan sampai kapanpun. Desa kerso merupakan
salah satu contoh dari salah satu daerah yang memiliki ragam budaya lokal dan
potensi lokal. Masyarakat desa Kerso sangat antusias dalam melaksanakan
kegiatan bkebudayaan seperti tradisi khas yang ada di Desa Kerso adalah haul dan
sedekah bumi dan lain-lain. Para pemuda di Desa Kerso juga ikut andil dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut. Maka dari itu tradisi yang ada di desa Kerso sangat
terjaga karna setiap tahun pasti terdapat perayaan acara tersebut.

Daftar Pustaka
Siti Nur Haliza, Erni, Dkk, Riset Budaya Mempertahankan Tradisi di Tengah Krisis
Moralitas (Sulawesi Selatan: IAIN Parepare Nusantara Press, 2020).
Mudjahirin Thohir, Memahami Kebudayaan: Teori, Metodologi, dan Aplikasi (Semarang:
Fasindo Press, 2007) 19.
Aliya, Qonita, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar ( PT. Indahjaya
Adipratama: 2008).
Atang Abd, Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung: Remaja Rosda Kirya 1998).
Puji Rahayu, Tradisi-Tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan
( Semarang: Forum Muda Cendekia, 2019).
Ana Irhandayaningsih, Pelestarian Kesenian Tradisional Sebagai Upaya Dalam
Menumbuhka N Kecintaan Budaya Lokal Di Masyarakat Jurang Blimbing Tembalang, Vol.2
No.26 Tahun 2018 (26).
HUBUNGAN ISLAM DAN TRADISI LOKAL DI DESA KERSO
KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA
Alfia Ilfa (1830210019)
Akidah dan Filsafat Islam
PENDAHULUAN
Tradisi adalah kebenaran atau prinsip-prinsip yang berasal dari Tuhan yang
diwahyukan melalui perantaraan berbagai tokoh, Utusan, Nabi, atau Cahaya dari
langit, untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia di dunia dan kepada
seluruh isi alam dengan konsekuensi serta prinsip-prinsip di alam yang berbeda
dengan sarana untuk mencapainya.35
Tradisi berasal dari kata traditium yang berarti segala sesuatu yang diwarisi
dari masa lalu yang berupa adat, kepercayaan dan kebiasaan, yang kemudian
menjadi ajaran turun temurun dari para pendahulu kepada generasi-generasi yang
akan datang. Beberapa kelompok menganggap bahwa agama merupakan wujud
dari tradisi itu sendiri sehingga tradisi memiliki hubungan dengan agama, ada juga
kelompok yang menganggap bahwa agama dan tradisi tidak memiliki hubungan
satu sama lain.36 Islam mendorong masyarakat untuk memiliki tradisi, tetapi jauh
sebelum adanya islam tradisi sudah terlebih dahulu ada, tradisi tersebut ada yang
bersifat positif, ada juga yang negatif, ada yang diterima oleh masyarakat, tetapi
ada juga yang ditolak mentah-mentah oleh masyarakat.
Masyarakat hidup dengan berbagai adat budaya dan tradisi yang akan terus
dikembangkan sesuai dengan apa yang dilakukan disekitar penduduk. Selain itu,
banyak masyarakat diseluruh dunia terutama di negara indonesia mempunya
corak budaya adat istiadat dan tradisi yang berbeda-beda. Banyak suku dengan
adat yang khas sesuai dengan apa yang ditinggalkan oleh orang terdahulu yang
mana merupakan tradisi khas untuk masyarakat atau suku sesuai dengan
pendahulu -pendahulu yang membuat tradisi.
Namun seiring perkembangan zaman tradisi mengalami perubahan yang
terjadi karena tidak seimbangnya tradisi yang sudah ada dengan tradisi yang baru
ada atau dengan tradisi yang lain.
PEMBAHASAN
Masyarakat desa Kerso lebih mengutamakan kegiatan keagamaan. Apa saja
yang berkaitan dengan keagamaan masyarakat sangat antusias. Jika kegiatan yang
tidak diarahkan dengan keagamaan atau yang memiliki nilai ibadah, masyarakat
kurang cocok dalam segi pembangunan dan kegiatan yang lain. Jika, yang
diarahkan ke segi keagamaan masyarakat desa kerso sangat setuju dikarenakan
masyarakat yang agamis dan semuanya menganut ahlussunnah wal jama’ah.
Salah satu kearifan lokal masyarakat yang ada di desa Kerso yaitu tradisi.
Tradisi atau kebiasaan merupakan sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang dengan cara yang sama. Secara umum, tradisi dikenal sebagai
suatu bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno. Setiap
tradisi dikembangkan untuk beberapa tujuan seperti tujuan politis atau tujuan

35
Husna Amin, https://jurnal.ugm.ac.id, Makna Agama sebagai Tradisi dalam bingkai Filsafat
Parrenial,(2013).
36
Rosita Eka Mardiana, Kompasiana, Hubungan Antara Islam dan Tradisi, (November 2018).
budaya dalam beberapa masa. Ada beberapa tradisi di desa Kerso yang berkaitan
dengan keagamaan yaitu :
a) Haul
Haul adalah peringatan yang diadakan setiap setahun sekali serta tidak
harus tepat di tanggal tertentu alias tidak bersifat sakral. Misal dalam satu
tahun tidak dilaksanakaan haul maka tidak ada efeknya (tidak malati).
Menurut narasumber, haul merupakan kegiatan orang-orang yang
menghormati waliyullah atau sebuah penghormatan kepada waliyullah karena
waliyullah yang telah memperjuangkan agama di desa ini. Kegiatan haul di
desa Kerso ada dua waliyullah, yaitu :
1) Mbah Shoffin
Haul Mbah Shoffin diperingati setahun sekali setiap jum’at legi bulan
Muharram. Pada tradisi ini seluruh masyarakat warga desa kero
berbondong bondong untuk memperingati haul yang diadakan setahun
sekali dimakam waliyullah mbah shoffin seperti selametan yang mana
diikuti oleh semua warga desa kerso.
2) Mbah Sikangkrang
Mbah Sikangkrang merupakan tokoh cikal bakal desa Kerso. Haul mbah
Sikangkrang diperingati setiap bulan Syawwal. Tradisi yang dilakukan
warga desa kerso untuk memperingati haul mbah sikangkrang yaitu
selametan dan pengajian. Pada peringatan selametan ini, warga desa kerso
berbondong bondong datang ke makam waliyullah mbah sikangkrang yang
bertempat di makam islam desa kerso. Pada peringatan pengajian pun juga
digelarkan untuk umum, pada pengajian ini seluruh masyarakat yang
mengetahui haul mbah sikangkrang kebanayakan datang untuk
memperingati haul dan memperoleh pengetahuan dan manfaat yang besar
tentang sejarah para sesepuh desa kerso.
Menurut cerita orang zaman dahulu, Mbah Shoffin itu kaitannya dengan
ajudan Mbah Datuk Singaraja Mayong, mendirikan masjid di kerso kemudian
diteruskan waliyullah Mbah Shoffin. Selanjutnya Mbah Datuk Singaraja
melanjutkan perjalanannya menyebarkan agama islam dan mendirikan masjid
di Mayong. Sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan kyai atau ulama
zaman sekarang mengikuti waliyullah dahulu seperti pembangunan masjid.
Adapun manfaat haul bagi Masyarakat sekitar maupun yang dihaulkan
adalah :
 Manfaat Bagi yang Dihaulkan
Orang yang sudah dikubur seperti orang yang tenggelam di laut dikasih
apa saja tidak akan mau. Yang dia perlukan hanya kiriman doa dari orang
yang hidup. Allah berfirman dalam QS Al-Hasyr : 10 yang artinya :“dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (muhajirin dan anshor) mereka
berdoa : “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami
yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau
tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman”.
 Manfaat Bagi Masyarakat yang mengikuti Haul
Mengikuti haul bukan semata-mata hanya sebagai kebiasaan atau ikut-
ikutan aja, tetapi mengikuti haul juga memiliki manfaat dan pesan yang
mendalam bagi mereka yang mau mengerti dan meyakini bahwa tradisi
tersebut sangat berkaitan dengan agama Islam, agama yang mengajarkan
tentang kematian. Dengan mengikuti haul masyarakat dapat sedikit
mengingat tentang kematian yang sudah menjadi ketetapan bagi setiap
orang. Sungguh kematian itu tidak mengenal usia, baik yang muda apalagi
yang tua. Kesehatan terjamin janganlah bangga dengaan umur muda,
wajah tampan atau cantik, jangan mengira akan jauh dari kematian.
 Manfaat Haul untuk Memperkuat Silaturrahim dan Ukhuwah antar Warga
Dalam acara haul kita dapat bertemu saudara, teman, senang dan bahagia
kumpul bersama-sama. Setelah acara, jama’ah pulang membawa
bingkisan yang dibagikan oleh panitia acara haul. Dengan silaturahim,
maka mempermudah rizki dan memperpanjang umur sebagaimana hadist
Nabi SAW. Yang artinya : “barang siapa yang ingin dikekalkan dalam
rezekinya dan ingin dipanjangkan umurnya maka supaya menyambung
silaturahim.”
 Manfaat Haul sebagai Ibrah atau Pelajaran atau Hikmah Bagi Umat
Dengan acara haul menjadi ibrah atau pelajaran bagi umat bahwa setiap
orang akan berniat atau berusaha menjaadi figur yang memberikan kesan
baik supaya menjadi perbincangan baik bagi orang-orang yang
ditinggalkan. Alangkah bahagianya sang tokoh yang dihaulkan atau
orangtua yang sudah wafat melihat anak yang mendoakannya bersama
sahabat, tetangganya, bahkan banyak orang lainnya. Semoga almarhum/ah
tenang, terang dan luas di alam kuburnya setta dijadikan kuburnya taman
dari taman surganya Allah SWT. Aamiin.
b) Sedekah Bumi
Sedekah Bumi adalah tradisi yang rutin digelar setiap satu tahun sekali.
Tradisi ini diyakini masyarakat setempat mengandung unsur kesakralan
sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedekah bumi di
desa Kerso dilaksanakan di bulan Dzul Qo’dah. Untuk tanggalnya tidak
menentu karena yang menentukan pihak kecamatan. Yang menentukan hari
sedekah bumi yaitu pak petinggi dengan BPD. Sebelum pandemi sedekah
bumi ada pagelaran wayang, pengajian dan juga ada keramaian keramaian
yang menganut pak petinggi-petinggi jaman dahulu. Kegiatan sedekah bumi
dilaksanakan di Balai desa dan jika ada keramaian dilakukan setelah dhuhur.
Yang melaksanakan terutama ketua ketua RT, tetangga dan lingkungan
sekitar. Yang dibawa saat sedekah bumi yaitu nasi beserta lauk pauknya dan
yang memimpin Kyai ulama Ulama. Saat pendemi kegiatan sedekah bumi
hanya selametan, yang melakukan hanya RT beserta perangkatnya.
Tujuan dari di adakannya tradisi Sedekah Bumi yaitu:
1. Sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan yang maha Esa
terhadap hasil bumi yang melimpah dan menjadikan masyarakat desa
kerso lebih bersyukur. Dan tradisi Sedekah Bumi juga dijadikan sebagai
lambang kesejahteraan dan keselamatan agar segala urusan dan hasil panen
selalu melimpah dan aman dari segala apapun yang menjadikan gagal
panen.
2. Untuk menghormati jasa para leluhur yang telah membukakan lahan
sebagai tempat perhunian masyarakat Desa Kerso sekaligus sebagai tempat
untuk mencari kehidupan.
3. Untuk memperkuat solidaritas antar masyarakat Desa Kerso dengan yang
lainnya.
Adapaun manfaat yang diperoleh dari diadakannya tradisi Sedekah Bumi
yang ada di Desa Kerso selama ini yaitu masyarakat desa merasakan rasa lebih
dekat dengan sang pencipta, terhindar dari segala musibah (bala`), penyakit,
dan hasil panen lebih baik.
Di desa kerso juga ada organisasi anak-anak muda yang masih duduk di
bangku sekolah yang bernama IPNU dan IPPNU, organisasi tersebut selalu
ikut serta dalam membantu acara tradisi-tradisi yang diselenggarakan oleh
tetua-tetua desa agar bisa berjalan dengan baik, teratur, dan lancar. Hal yang
dilakukan oleh organisasi IPNU dan IPPNU sudah sesuai dengan tujuan dari
awal dilantiknya mereka sebagai kader-kader muda NU di desa tersebut agar
bisa memberikan kontribusi kepada secara nyata bagi masyarakat luas.
Mengingat anak-anak muda zaman sekarang di suatu daerah sangat minim
memperhatikan tradisi-tradisi yang sudah turun temurun sejak zaman
leluhurnya. Akibat dari kurangnya perhatian dari anak-anak muda yang ada di
Desa menjadikan tradisi tersebut hanya di laksanakan oleh para orang tua
yang memang sudah memahami tentang sejarah desa sehingga para orang tua
mau menjalankan tradisi yang ada di Desa tersebut.
Tradisi lain yang masih melekat di desa Kerso yaitu orang yang akan khitan,
menikah dan mendirikan rumah. Biasanya melakukan selametan atau syukuran.
Dan juga orang yang sedang hamil, hamil 4 bulan (mapati), hamil 7 bulan
(mitoni) ini merupakan tradisi yang dikaitkan dengan agama yang mensyukuri si
jabang bayi dengan membaca al-Qur’an dan do’a. Dengan harapan apa yang
dilakukan pasangan suami istri berpengaruh pada si jabang bayi yang baik baik.
Jika tidak melakukan mapati atau mitoni tidak apa apa, hal ini sudah merupakan
sunnah. Masyarakat kerso suka melakukan kegiatan sunnah seperti selametan /
syukuran. Karena masyarakat percaya kalau orang yang bersyukur itu nikmatnya
akan ditambah seperti melakukan syukuran / selametan tersebut.
PENUTUP
Jadi Tradisi adalah kebenaran atau prinsip-prinsip yang berasal dari Tuhan
yang diwahyukan melalui perantaraan berbagai tokoh, Utusan, Nabi, atau Cahaya
dari langit, untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia di dunia dan kepada
seluruh isi alam dengan konsekuensi serta prinsip-prinsip di alam yang berbeda
dengan sarana untuk mencapainya. sehingga tradisi memiliki hubungan dengan
agama.
Ada beberapa tradisi di desa Kerso yang berkaitan dengan keagamaan yaitu :
1. Haul Sesepuh desa Kerso (Mbah Shoffin & Mbah Sikangkrang)
2. Sedekah Bumi
3. Tradisi lain yang masih melekat di desa Kerso yaitu orang yang akan khitan,
menikah dan mendirikan rumah. Biasanya melakukan selametan atau
syukuran. Dan juga orang yang sedang hamil, hamil 4 bulan (mapati), hamil 7
bulan (mitoni) ini merupakan tradisi yang dikaitkan dengan agama yang
mensyukuri si jabang bayi dengan membaca al-Qur’an dan do’a. Dengan
harapan apa yang dilakukan pasangan suami istri berpengaruh pada si jabang
bayi yang baik baik. Jika tidak melakukan mapati atau mitoni tidak apa apa,
hal ini sudah merupakan sunnah. Masyarakat kerso suka melakukan kegiatan
sunnah seperti selametan / syukuran. Karena masyarakat percaya kalau orang
yang bersyukur itu nikmatnya akan ditambah seperti melakukan syukuran /
selametan tersebut.

Referensinya nggeh, jangan lupa


PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL
TINGKEBAN (MITONI) DALAM TRADISI ADAT JAWA
Desa Kerso Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara
Oleh
Nasikhatul Ulwiyah
Prodi apa?

IAIN KUDUS
A. Pendahuluan
Agama islam lahir di tengah masyarakat Indonesia menyerap tradisi dan
budaya dari Arab, yaitu agama dan budaya islam sebagai landasan dalam
bermasyarakat. Agama disebut sebagai sistem budaya yang dipengaruhi oleh
berbagai perubahan sosial sehingga mampu mempengaruhi sistem budaya.
Masyarakat jawa diikat oleh norma hidup akibat sejarah, tradisi, maupun agama.
Dalam hal ini tradisi dalam masyarakat jawa sudah menjadi budaya masyarakat
sehingga sulit untuk dihilangkan. Masyarakat jawa juga sering melakukan tradisi
dan upacara-upacara adat misalnya tradisi perkawinan, tradisi kehamilan, dan
tradisi kematian.
Salah satu tradisi ritual dalam adat Jawa yang saat ini masih diyakini dan
dipercaya oleh masyarakat jawa yaitu ritual mitoni. Mitoni merupakan upacara
adat yang dilakukan oleh ibu yang sedang mengandung anak pada usia kandungan
yang memasuki 7 bulan. Siklus kehidupan yang akan lahir kedunia dalam
masyarakat Jawa digunakan sebagai tujuan untuk menghadapi tahap kelahiran,
dimana upacara adat mitoni ini dianggap sakral sehingga dilakukan ketika bayi
masih berada dalam kandungan dan pada usia tujuh bulan.
Acara selametan 7 bulanan juga diajarkan oleh para ulama’ terdahulu kepada
masyarakat islam tidak secara asal. Dalam ritual mitoni terdapat beberapa
rangkaian yang harus dilakukan diantaranya sungkeman, siraman, brojolan telur
ayam kampung, memutuskan benang/janur, membelah kelapa muda, ganti busana
7 kali, jualan rujak dan kenduri. Tradisi mitoni disetiap daerah berbeda-beda
karena adanya budaya yang menyebar luas, sehingga ritual mitoni ada yang
mempunyai banyak rangkaian dan ada pula yang hanya mempunyai beberapa
rangkaian saja. Hal ini sudah dianggap wajar karena sudah menjadi suatu
keharusan atau kewajiban yang akan dilaksanakan oleh masyarakat jawa
dikemudian hari.
Desa Kerso merupakan daerah yang ditempati oleh orang-orang Jawa, mereka
juga mempunyai kebudayaan yang masih sangat kental dan kuat dalam kehidupan
sehari-harinya. Selain itu, terdapat solidaritas yang tertuju pada adat istiadat
secara turun-temurun yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya. Di Desa Kerso
Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara, tradisi mitoni mengandung nilai
kepercayaan dan simbol serta penghayatan magis terhadap warisan nenek moyang
mereka. Masyarakat Desa Kerso masih percaya bahwa apabila tidak
melaksanakan upacara adat mitoni akan mengakibatkan adanya gangguan
terhadap keselamatan ibu dan bayi yang ada dalam kandungan, dan juga
mengakibatkan celaan terhadap nama buruk keluarga yang bersangkutan di mata
kelompok masyarakat.
Sedangkan dalam islam mengajarkan bahwa manusia hanya boleh meminta
pertolongan dan perlindungan kepada Allah SWT. Meskipun telah menerima
ajaran dan kepercayaan dalam islam, mereka tetap masih melestarikan dan
menjujung tinggi budaya warisan nenek moyangnya. Hal ini bisa dilihat melalui
kehidupan sehari-hari mereka, yaitu tradisi tingkeban (mitoni).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
guna mengetahui maksud dan tujuan tradisi ritual tingkeban (mitoni) yang telah
mentradisi dikalangan masyarakat Jawa. Selain itu, penelitian ini dilakukan
karena menjadi salah satu tugas akhir penulis dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata
Terintegrasi Kompetensi (KKN-IK) yang telah dilakukan selama satu bulan di
Desa Kerso Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara oleh Institut Agama Islam
Negeri Kudus.
Kajian tradisi atau adat istiadat ini membahas mengenai pandangan hukum
islam terhadap ritual tingkeban (mitoni). Pokok bahasan ini diambil karena
memiliki keterkaitan dengan program studi penulis yaitu Hukum Keluarga Islam.
Tujuan dari penulisan ini agar dapat memberikan sumbangan pikiran kepada
berbagai pihak yang ingin mengkaji tradisi masyarakat Desa Kerso mengenai
proses tingkeban (mitoni).
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Teknik penelitian kajian tradisi dan adat istiadat
di Desa Kerso yang terbagi atas dua sumber, yaitu sumber primer dan sumber
sekunder.
a. Sumber Primer
Sumber primer merupakan metode penelitian dengan mendatangi langsung
sumber informasi yang berkaitan. Sumber primer lebih bisa dipertanggung
jawabkan dari pada sumber sekunder. Teknik-teknik dalam penelitian ini
melalui beberapa cara, antara lain:
1) Pengamatan (Observasi)
Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui pengamatan
dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian.
Penggalian informasi melalui teknik observasi di lapangan bertujuan untuk
mengetahui konsep, makna, atau nilai dan pengaruh dari perilaku dan
tradisi budaya masyarakat desa Kerso terhadap proses mitoni.
2) Wawancara
Wawancara merupakan suatu usaha pengumpulan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara
langsung oleh narasumber. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
pendapat dari para responden mengenai suatu proses tradisi mitoni.
Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka, serta
dalam penentuan narasumber dilakukan dengan terlebih dahulu menuju
kepada sesupuh desa Kerso. Kemudian dari narasumber tersebut
diusahakan mencari narasumber lain sebagai pendukung kebenaran
informasi yang telah didapatkan dari narasumber sebelumnya. Teknik
wawancara ini dilakukan secara terstruktur berdasarkan sejumlah
pertanyaan yang telah disusun sebelum wawancara dan wawancara bebas.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan suatu metode penelitian dengan mengambil
informasi melalui sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan kepentingan
dalam penelitian tradisi mitoni ini. Sumber-sumber ini didapatkan melalui
pusataka buku, Pustaka jurnal, artikel, skripsi bahkan dari sumber internet
yang berhubungan dengan tradisi tersebut.

C. Hasil Pembahasan
a. Ritual Tingkeban (Mitoni) Desa Kerso
Mitoni berasal dari Bahasa Jawa “pitu” yang artinya tujuh. Angka
tujuh dimaksudkan bahwa mitoni adalah ritual yang dilaksanakan pada
saat bayi menginjak usia tujuh bulan dalam kandungan. Selain kata
mitoni, masyarakat jawa juga menyebutnya dengan sebutan tingkeban.
Tingkeb artinya tutup, sehingga tingkeban diartikan sebagai upacara
penutup selama kehamilan sampai bayi dilahirkan. Upacara adat
tingkeban atau mitoni merupakan upacara yang diselenggarakan pada
bulan ke tujuh masa kehamilan. Hal ini tidak terlepas dari anggapan dan
keyakinan masyarakat jawa bahwa tujuh dalam Bahasa jawa adalah pitu
yang berarti pituduh (petunjuk), pitulung (pertolongan). Salah satu tujuan
dari dilakukannya upacara adat mitoni ini adalah memohon pertolongan
kepada Allah dan untuk memohon keselamatan bagi ibu yang
mengandung maupun bayi yang dikandungnya (Prabawa, 2012).
Mitoni merupakan rangkaian upacara siklus hidup sampai saat ini
masih dilakukan oleh Sebagian masyarakat Jawa terutama masyarakat
Desa Kerso Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Upacara kehamilan
mitoni ini lebih sering dilakukan oleh masyarakat jawa dari pada upacara
kehamilan lainnya. Prosesi tata cara pelaksanaan mitoni pada setiap
daerah berbeda-beda, tergantung pelaksana dan pemangku adat yang ada
didaerah tersebut. Ada yang hanya menggunakan tradisi Jawa saja, ada
yang hanya mengundang orang agar dibacakan tujuh surat dalam Al-
Qur’an saja, dan ada pula yang melaksanakan keduanya. Pada upacara
adat mitoni terdapat beberapa rangkaian acara seperti siraman, kenduri,
pantes-pantes, pembacaan surat-surat al-Qur’an dan lain sebagainya. Pada
acara ini biasanya dihadiri oleh sanak keluarga, tetangga, para sesepuh
serta tokoh agama.
Menurut Fitroh (2014) secara teknis, penyelenggaraan upacara ini
dilaksanakan oleh dukun atau anggota keluarga yang dianggap sebagai
tertua. Kehadiran dukun ini lebih bersifat seremonial, dalam arti
mempersiapkan dan melaksanakan upacara-upacara adat kehamilan.
Serangkaian upacara adat yang diselenggarakan pada ritual mitoni ini
secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Membuat rujak
Dalam tradisi jawa membuat rujak dilakukan oleh ibu jabang bayi.
Jika bumbu rujak rasanya asin, biasanya jabang bayinya lahir
perempuan. Bila tidak asin biasanya lahir laki-laki. Akan tetapi karena
teknologi medis pada zaman sekarang ini sudah canggih, sampai
ditemukan USG empat dimensi. Jadi jenis kelamin bayi sudah dapat
diketahui sebelum dilahirkan.
2. Siraman calon ibu
Dalam tradisi jawa upacara siraman dilakukan oleh sesepuh atau
keluarga dari pemilik hajat sebanyak tujuh orang. Hal ini bertujuan
untuk memohon do’a restu, supaya suci lahir dan batin. Selain itu
calon ibu dianjurkan memakai kain 7 batik yang dililitkan (kemben)
pada tubuhnya. Dalam keadaan duduk, calon ibu pertama kali disirami
suaminya, kemudian orang tua dan keluarga lainnya yang
bersangkutan.
3. Memasukkan telur ayam kampung
Setelah selesai siraman, telur ayam kampung dimasukkan ke dalam
kain calon ibu oleh sang suami melalui atas perut lalu telur dilepas
sehingga pecah. Upacara ini dilakukan ditempat siraman sebagai
simbol harapan agar bayi lahir dengan lancar dan selamat.
4. Pantes-pantes atau ganti busana 7 kali
Upacara ini dilakukan dengan tujuh kain batik yang berbeda-beda,
motif kain batik dan kemben yang akan dipakai dipilih yang terbaik
dengan harapan si bayi kelak memiliki kebaikan. Tujuan dari ganti
busana ini berkaitan dengan pengharapan, dan keselamatan lahirnya
sang bayi.
5. Membelah kelapa gading
Selanjutnya dua butir kelapa gading digambari Dewa Kamajaya
dan Dewi Ratih, mereka merupakan tokoh wayang yang dilambangkan
do’a, agar nantinya si bayi jika lahir laki-laki akan setampan Dewa
Kamajaya dan jika lahir perempuan akan secantik Dewi Ratih. Dewa
dan Dewi ini merupakan lambang kasih sayang sejati. Oleh si calon
ibu, kedua butir kelapa diserahkan kepada suaminya yang akan
membelah kedua butir kelapa gading menjadi dua bagian dengan
bendo. Dalam hal ini diartikan bahwa apapun jenis kelamin si bayi
kelak diserahkan kepada kekuasaan Allah.
6. Selametan
Selametan dilaksanakan pada malam hari setelah rangkaian acara
diatas sudah dilalui. Dalam acara selametan ini biasanya masyarakat
mengundang para warga serta bapak Kyai atau Ustadz untuk datang ke
rumah. ada beberapa surat yang biasanya dipilih dalam pembacaan al-
Qur’an antara lain: Surat Yusuf, surat Luqman, Surat Maryam, surat
Yasin, surat al-Wa’qiah, surat Ar-Rahman, surat Al-Mulk, Surat At-
thoha, dan surat an-Nur. Surat-surat tersebut memiliki makna dan
harapan-harapan tersendiri kepada bayi yang akan dilahirkan.
Masyarakat di Desa Kerso umumnya melaksanakan kegiatan upacara
mitoni tidak menggunakan semua rangkaian upacara seperti yang
dijelaskan diatas. Namun di Desa ini cenderung melaksanakannya dengan
acara sederhana dan ringkas bahkan hanya selametan saja yang dilakukan
dengan memanggil tetangga, kerabat, para Ustadz untuk menghadiri
selametan tersebut sesuai dengan jam yang telah ditentukan. Meskipun
demikian dalam acara selametan lebih condong ke jenis makanan yang
dibuat selametan, misalnya seperti adanya Kupat dan lepet, rujak, punar,
gemblong, ikan bandeng, Srondeng, dan biasanya disisipi jarum di wadah
tempat makanan yang diberikan. Hal tersebut sudah dianggap cukup untuk
melestarikan tradisi warisan nenek moyang. Selain itu, upacara selametan
ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas calon bayi yang sudah
diamanahkan dan sebagai harapan untuk keselamatan ibu dan calon bayi
yang akan dilahirkan.
b. Pandangan Hukum Islam Terhadap Ritual Mitoni
Secara luas agama memliki aspek fundamental (dasar) yaitu aspek
kepercayaan atau keyakinan, terutama kepercayaan terhadap sesuatu yang
sakral, suci atau ghaib. Kearifan hukum islam ditunjukkan dengan
beberapa ketentuan hukum dalam al-Qur’an yang merupakan pelestarian
terhadap tradisi masyarakat pra-islam. Islam sangat memperhatikan tradisi
masyarakat untuk dijadikan sumber yurisprudensi hukum islam dengan
penyempurnan dan Batasan-batasan tertentu. Prinsip tersebut selalu
dijalankan oleh Nabi Muhammad saw. Kebijakan yang yang berkaitan
dengan hukum tertuang dalam sunahnya yang mencerminkan kearifan
beliau terhadap tradisi para sahabat maupun masyarakat.
Islam dan tradisi (ritual) merupakan dua hal yang berlainan, tetapi
dalam perwujudannya dapat saling berhubungan, saling mempengaruhi,
saling mengisi, dan saling mewarnai perilaku seseorang. Tradisi sendiri
merupakan suatu hasil budidaya manusia yang bersumber dari ajaran
nenek moyang, adat istiadat, dan budaya tersebut merupakan khasanah
sosial yang memiliki nilai positif dalam masyarakat tradisional. Adat
istiadat telah menjadi alasan komunikasi sosial dan sekaligus sebagai
perekat antara individu maupun antar masyarakat adat.
Dalam literatur fiqih, istilah adat dan ‘urf merupakan dua kata yang
sudah relevan dalam kehidupan sehari-hari. Kata ‘Urf berasal dari kata
‘arafa, ya’rifu sering diartikan al-ma’ruf dengan arti sesuatu yang dikenal,
dikenal dalam arti ini berarti dikenal diakui oleh orang lain. Kata ‘urf juga
terdapat dalam al-Qur’an dengan arti ma’ruf yang berarti kebijakan
(berbuat baik). Sedangkan adat berasal dari Bahasa arab ‫ﻋﺎﺪﺓ‬, akar katanya
ada-yaudu yang berarti perulangan (Syarifuddin, 1999: 363). Oleh karena
itu, sesuatu yang baru dilakukan satu kali belum dinamakan adat.
Perbedaan antara adat dan ‘urf juga dapat dilihat dari segi kandungan
artinya, menurut fuqoho adat diartikan sebagai tradisi secara umum tanpa
memandang apakah dilakukan oleh individu maupun sekelompok orang.
Sedangkan banyak ulama fiqh mengartikan ‘urf sebagai kebiasaan yang
dilakukan oleh kelompok dan timbul dari kreatifitas manusia dalam
membangun nilai-nilai budaya.
‘Urf jika dilihat dari segi keabsahannya terbagi menjadi dua yaitu
Al-‘Urf al-sahih yang berarti kebiasaan yang berlaku ditengah-tengah
masyarakat yang tidak bertentangan dengan nas al-Qur’an dan sunah,
tidak menghilangkan kemaslahatan dan tidak pula mendatangkan
kemudharatan dan Al-‘Urf al-fasid yang berarti kebiasaan yang
bertentangan dengan dalil-dalil syara’ dan kaidah-kaidah dasar yang ada
dalam syara’. (Bakry, 2003: 237).
Berdasarkan pelaksanaan tujuh bulanan (mitoni) sebenarnya diangkat
dari hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhori, yang menjelaskan
tentang proses perkembangan janin dalam Rahim seorang perempuan.
Dalam hadits tersebut dinyatakan bahwa pada saat janin berusia 4 bulan
ditiupkan ruh dan ditentuka 4 perkara yaitu umur, jodoh, rejeki dan
nasibnya. Meskipun dalam hadits tidak ada perintah untuk melakukan
ritual mitoni, tetapi melakukan permohonan pada saat itu tidak dilarang
(Khalaf: 134-135).
Dengan dasar hadits tersebut maka kebiasaan atau tradisi Desa Kerso
mengadakan tradisi mitoni untuk melakukan permohonan agar janin yang
ada didalam Rahim seorang istri lahir selamat dan menjadi anak yang
sholeh dan sholehah. Jadi, pada prinsipnya islam tidak mengenal tradisi
tingkeban atau mitoni, dan jika ada dinamakan selametan. Meskipun
demikian dalam pelaksanaannya tidak boleh berlebihan dan tetap berada
dalam konteks ajaran islam.
D. Kesimpulan
1. Tradisi mitoni atau tingkeban merupakan suatu upacara adat yang
diselenggarakan pada bulan ke tujuh masa kehamilan. Tradisi ini bertujuan
untuk memohon agar diberikan keselamatan dan kelancaran pada saat
melahirkan, dan meminta do’a agar bayi yang akan lahir menjadi bayi yang
diharapkan keluarga nantinya. tradisi mitoni atau tingkeban dilaksanakan
dengan menggunakan serangkaian tata cara yaitu membuat rujak, siraman
calon ibu, memasukkan telur ayam kampung, pantes-pantes atau ganti busana
7 kali, membelah kelapa gading, dan selametan. Namun di Desa Kerso tidak
semua bentuk rangkaian tata cara tersebut dilaksanakan. Secara umum hanya
selametan saja yang dilaksanakan dengan berbagai jenis makanan yang
ditentukan, seperti kupat dan lepet, rujak, punar, gemblong, ikan bandeng,
srondeng dan lain-lainnya.
2. Tradisi mitoni yang berkembang di Desa Kerso merupakan sebuah adat
istiadat, dalam hukum islam dikenal dengan istilah ‘Urf yang merupakan
penetapan hukum islam berdasarkan adat istiadat yang berkembang, dalam
hukum islam tradisi itu dibolehkan selama tidak bertentangan dengan kaidah
hukum islam. Dalam hal ini tradisi mitoni yang berjalan dan berkembang di
Desa Kerso, dalam praktek pelaksanaannya, tidak ditemukan adanya hal-hal
yang melanggar hukum islam. Dan tradisi tersebut merupakan ‘Urf shahih,
dalam hukum islam tradisi itu diperbolehkan selama tidak bertentangan
dengan kaidah dan nilai-nilai hukum islam.

Berikan referensinya nggeh…


CATATAN:

1. SILAHKAN SESUAIKAN DENGAN HASIL REVIEW YANG TELAH ADA DI


SETIAP PAPER
2. SILAHKAN SERAGAMKAN BENTUK TEMPLETE PENULISANNYA
3. UNTUK PENGUTIPAN, SILAHKAN DISERAGAMKAN MENGGUNAKAN
BODY NOTE SEMUA
4. SILAHKAN UBAH PAPER SAUDARA MENJADI LEBIH RINGKAS
ANTARA 3-7 HALAMAN SAJA YANG MENCAKUP JUDUL SAMPAI
DENGAN DAFTAR PSUTAKA

Anda mungkin juga menyukai