Anda di halaman 1dari 23

MAKNA BHINEKA TUNGGAL IKA

Disusun untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan





Penyusun
ACHMAD RIFAI
270110130072







FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2014
TUGAS : Ke-4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dengan judul Makna Bhineka Tunggal Ika. Terimakasih
kepada dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Bapak Syafrudin MT,
Bapak Dr. Nana Sulaksana selaku dosen pembimbing kwarganegaraan, Tim
Assisten Dosen Radit ST dan Murni ST selaku pengarah dan pembimbingan
dalam tersusunnya makalah ini , serta rekan-rekan yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Demikian makalah ini saya susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraa.
Penulis mengharapkan kritik dan saran pada makalah ini jika terdapat kesalahan.
Penulis bertanggung jawab sepenuhnya atas makalah yang penulis buat.




Bandung, Maret 2014

ACHMAD RIFAI

I
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ...... I
DAFTAR ISI.... ... II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . 1
1.2 Maksud dan Tujuan ....... 2
1.3 Rumusan Masalah ........ 2
BAB II ISI
2.1 Pengertian Bhineka Tunggal Ika ....... 3
2.2 Makna Bhineka Tunggal Ika ..... 3
2.3 Pentingnya Bhineka Tunggal Ika ...... 4
2.4 Bahasa Penerapan Bhineka Tunggal Ika dalam Persatuan Indonesia .. 6
2.5 Nilai-nilai yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika . 10
2.6 Pemahaman Nilai-nilai Ke-Bhinneka Tunggal Ika-an .. 11
2.7 Perwujudan Nilai-Nilai Bhineka Tunggal Ika Dalam Integrasi Nasional 15
2.8 Contoh Kasus yang menyimpang dari Bhineka Tunggal Ika ........ 17
BAB III
3.1 Kesimpulan ..... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................... III




II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bhineka Tunggal Ika merupakan suatu semboyan dari negara Indonesia
sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia, dimana kita
harus dapat menerapkan semboyan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-
hari.
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari kumpulan pulau dimana
setiap daerah memiliki budaya, aturan, dan kebiasaan yang berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya, tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka
tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dimana setiap oarng akan hanya mementingkana dirinya
sendiri atau daerahnya sendiri tanpa peduli terhadap kepentingan bersama.
Banyak kasus seperti kerusuhan yang marak di Indonesia, umumnya disebabkan
karena tidak adanya toleransi terhadap suku bangsa, agama, warna kulit serta
budaya (adat istiadat) sehingga menyebabkan suatu perpecahan, bila hal tersebut
terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah. Oleh karena itu Bhineka
Tunggal Ika sangat dibutuhkan, yaitu dengan cara hidup saling menghargai antara
masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku
bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit dan lain-lain. Sehingga kita dapat
menyatukan dan mempertahankan wilayah republik Indonesia menjadi satu
kesatuan yang utuh dan kuat.
Hal ini yang membuat penulis tertarik tuntuk menyusun makalah dengan
judul Makna Bhineka Tunggal Ika.


1
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, selain itu bermaksud
untuk memberikan informasi kepada pembaca bahwa Bhineka Tunggal Ika sangat
dibutuhkan untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang utuh
dan kuat.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu
Untuk menjelaskan Pengertian dan Makna Bhineka Tunggal Ika.
Untuk menjelaskan Semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Untuk menjelaskan pentingnya Bhineka Tunggal Ika.


1.3 Rumusan Masalah
Apa makna dan pengertian Bhineka Tunggal Ika?
Apa dampak yang ditimbulkan bila Bhineka Tunggal Ika tidak dijadikan
semboyan bernegara?





2
2
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Bhineka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika berarti berbeda-beda tetapi satu jua (kitab
sutasoma) yang berasal dari kitab karangan Mpu Tantular / Empu Tantular.
Pengertian lainnya, bhineka tunggal ika berarti berbeda-beda tetap satu jua
dimana golongan manusia memiliki rasa kebersamaan dan rasa ingin bersatu
untuk mencapai keinginan dan tujuan yang sama sebagai rakyat Indonesia yaitu
Merdeka. Merdeka dalam arti hidup bahagia, mencapai kemakmuran,
kesejahteraan hidup dan merdeka atas kemenangan Indonesia. Golongan yang
beraneka ragam adalah dari berbagai macam suku, budaya, ras maupun agama.
Untuk dapat bersatu kita dapat saling menghargai diantara perbedaan tersebut
yang disebut dengan Toleransi atau saling menhargai untuk mencapai kerukunan
dan perdamaian dunia.Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat pada
lambang negara Republik Indonesia yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki
Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka
Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan : Berbeda-beda tetapi tetap
satu jua. ( Nur Fitryah, 2011)
Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di
Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain
sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air.
Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain
yang sama.

2.2 Makna Bhineka Tunggal Ika
Frasa Bhinneka Tunggal Ika sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno dan
dalam penerjemahannya sehari-hari kedalam bahasa Indonesia bermakna
3
"Berbeda-beda tetapi tetap satu". Bila kata Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
per patah kata, maka akan berarti seperti berikut ini:
Bhinneka yang bermakna "beraneka ragam" atau berbeda-beda.
Tunggal yang bermakna "satu"
Ika bermakna "itu"
Secara harafiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu",
yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa
Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku
bangsa, agama dan kepercayaan.
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika sendiri merupakan kutipan dari sebuah
kakawin Jawa Kuna yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa
kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan
toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.

2.3 Pentingnya Semboyan Bhineka Tunggal Ika
Makna Bhineka Tunggal Ika dalam Persatuan Indonesia Sebagaimana
dijelaskan dimuka bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam
suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang beraneka ragam
namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan. Penjelmaan persatuan bangsa
dan wilayah negara Indonesia tersebut disimpulkan dalam PP. No. 66 tahun 1951,
17 Oktober diundangkan tanggal 28 Nopember 1951, dan termuat dalam
Lembaran Negara No. II tahun 1951.Makna Bhineka Tunggal Ika yaitu meskipun
bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang
memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka
4
ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan
suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia.
Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang
bertentangan namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang
pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara
Indonesia.Dalam praktek tumbuh dan berkembangnya persatuan suatu bangsa
(nasionalisme) terdapat dua aspek kekuasaan yang mempengaruhi yaitu
kekuasaan pisik (lahir), atau disebut juga kekuasan material yang berupa
kekerasan, paksaan dan kekuasaan idealis (batin) yang berupa nafsu psikis, ide-ide
dan kepercayaan-kepercayaan. Proses nasionalisme (persatuan) yang dikuasai
oleh kekuasaan pisik akan tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang bersifat
materialis. Sebaliknya proses nasionalisme (persatuan) yang dalam
pertumbuhannya dikuasai oleh kekuasaan idealis maka akan tumbuh dan
berkembang menjadi negara yang ideal yang jauh dari realitas bangsa dan negara.
Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia prinsip-prinsip nasionalisme itu
tidak berat sebelah, namun justru merupakan suatu sintesa yang serasi dan
harmonis baik hal-hal yang bersifat lahir maupun hal-hal yang bersifat batin.
Prinsip tersebut adalah yang paling sesuai dengan hakikat manusia yang bersifat
monopluralis yang terkandung dalam Pancasila. Di dalam perkembangan
nasionalisme didunia terdapat berbagai macam teori antara lain Hans Kohn yang
menyatakan bahwa :Nasionalisme terbentuk ke persamaan bahasa, ras, agama,
peradaban, wilayah negara dan kewarganegaraan. Bangsa tumbuh dan
berkembang dari analisir-analisir akar-akar yang terbentuk melalui jalannya
sejarah. Dalam masalah ini bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku
bangsa yang memiliki adat-istiadat dan kebudayaan yang beraneka ragam serta
wilayah negara Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu kepulauan. Oleh karena itu
keadaan yang beraneka ragam itu bukanlah merupakan suatu perbedaan yang
saling bertentangan namun perbedaan itu justru merupakan daya penarik kearah
resultan sehingga seluruh keanekaragaman itu terwujud dalam suatu kerjasama
yang luhur yaitu persatuan dan kesatuan bangsa. Selain dari itu dalam kenyataan
5
objektif pertumbuhan nasionalisme Indonesia telah dibentuk dalam perjalanan
sejarah yang pokok yang berakar dalam adat-istiadat dan kebudayaan.

2.4 Penerapan Bhineka Tunggal Ika dalam Persatuan Indonesia
Prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia (Persatuan Indonesia) tersusun
dalam kesatuan majemuk tunggal yaitu:
a) Kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang
dalam suatu proses sejarah yang sama.
b) Kesatuan nasib, yaitu dimana berada dalam satu proses sejarah yang
sama dengan mengalami nasib yang sama yaitu dalam penderitaan
penjajah dan kebahagiaan bersama.
c) Kesatuan kebudayaan; yaitu keanekaragaman kebudayaan tumbuh
menjadi suatu bentuk kebudayaan nasional.
d) Kesatuan asas kerohanian, yaitu adanya ide, cita-cita dan nilai-nilai
kerokhanian yang secara keseluruhan tersimpul dalam Pancasila.
Berdasarkan prinsip-prinsip nasionalisme yang tersimpul dalam sila ketiga
tersebut dapat disimpulkan bahwa naionalisme (Persatuan Indonesia) pada masa
perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia memiliki peranan historis yaitu
mampu mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jadi
Persatuan Indonesia sebagai jiwa dan semangat perjuangan kemerdekaan
Republik Indonesia. Peran Persatuan Indonesia dalam Perjuangan Kemerdekaan
Indonesia menurut Muhammad Yamin Bangsa Indonesia dalam merintis
terbentuknya suatu bangsa dalam panggung politik Internasional melalui suatu
proses sejarahnya sendiri yang tidak sama dengan bangsa lain. Dalam proses
terbentuknya persatuan tersebut bangsa Indonesia menginginkan suatu bangsa
yang benar-benar merdeka, mandiribebas menentukan nasibnya sendiri tidak
tergantung pada bangsa lain.
6
Menurut Muhammad Yamin terwujudnya Persatuan Kebangsaan
Indonesia itu berlangsung melalui tiga fase.
Pertama Zaman Kebangsaan Sriwijaya,
kedua Zaman Kebangsaan Majapahit,
ketiga Zaman Kebangsaan Indonesia Merdeka (yang diplokamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945).
Kebangsaan Indonesia pertama dan kedua itu disebutnya sebagai
nasionalisme lama, sedangkan fase ketiga disebutnya sebagai nasionalisme
Indonesia Modern, yaitu suatu Nationale Staat atau Etat Nationale yaitu suatu
negara Kebangsaan Indonesia Modern menurut susunan kekeluargaan yang
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta kemanusiaan. Pada masa
perjuangan kemerdekaan Indonesia, pengertian Persatuan Indonesia adalah
sebagai faktor kunci yaitu sebagai sumber semangat, motivasi dan penggerak
perjuangan Indonesia. Hal itu tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi sebagai berikut : Dan perjuangan pergerakan Indonesia telah sampailah
pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat
Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Cita-cita untuk mencapai Indonesia
merdeka dalam bentuk organisasi modern baik berdasarkan agama Islam, paham
kebangsaan ataupun sosialisme itu dipelopori oleh berdirinya Serikat Dagang
Islam (1990), Budi Utomo (1908), kemudian Serikat Islam (1911),
Muhammadiyah (1912),Indiche Partij (1911), Perhimpunan Indonesia (1924),
Partai Nasional Indonesia (1929), Partindo (1933) dan sebagainya.
Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama kali tampak
dalam bentuk federasi seluruh organisasi politik/ organisasi masyarakat yang ada
yaitu permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia
(1927).Kebulatan tekad untuk mewujudkan Persatuan Indonesia kemudian
tercermin dalam ikrar Sumpah Pemuda yang dipelopori oleh pemuda perintis
kemerdekaan pada tanggal 28 Oktober 1928 diJakarta yang berbunyi :
7
Pertama. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah darah Satu
Tanah Air Indonesia.
Kedua. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa
Indonesia.
Ketiga. Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa
Indonesia.
Jika kita lihat, Sumpah Pemuda yang mengatakan satu Nusa, satu Bangsa,
dan satu Bahasa Indonesia maka ada tiga aspek Persatuan Indonesia yaitu :
1. Aspek Satu Nusa : yaitu aspek wilayah, nusa berarti pulau, jadi wilayah yang
dilambangkan untuk disatukan adalah wilayah pulau-pulau yang tadinya bernama
Hindia Belanda yang saat itu dijajah oleh Belanda. Ini untuk pertama kali secara
tegas para pejuang kemerdekaan meng-klaim wilyah yang akan dijadikan wilayah
Indonesia merdeka.
2. Aspek Satu Bangsa : yaitu nama baru dari suku-suku bangsa yang berada da
wilayah yang tadinya bernama Hindia Belanda yang tadinya dijajh oleh Belanda
memplokamirkan satu nama baru sebagai Bangsa Indonesia. Ini adalah awal mula
dari rasa nasionalisme sebagai kesatuan bangsa yang berada di wilayah sabang
sampai Merauke.
3. Aspek Satu Bahasa : yaitu agar wilayah dan bangsa baru yang bterdiri dari berbagai
suku dan bahasa bisa berkomunikasi dengan baik maka dipakailah sarana bahasa
Indonesia yang ditarik dari bahasa Melayu dengan pembaharuan yang
bernuansakan pergerakan kearah Indonesia yang Merdaka. Untuk pertama kali
para pejuang kemerdekaan memplokamirkan bahasa yang akan dipakai negara
Indonesia merdeka yaitu bahasa Indonesia.
Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 itulah pangkal tumpuan
cita-cita menuju Indonesia merdeka. Memang diakui bahwa persatuan berkali-kali
mengalami gangguan dan kerenggangan. Perjuangan kemerdekaan antara partai
politik/ organisasi masyarakat pada waktu itu dangan segala strategi dan aksinya
baik yang kooperatif maupun non kooperatif terhadap pemerintahan Hindia
8
Belanda mengalami pasang naik federasi maupun fusi dalam gabungan politik
Indonesia (1939) dan fusi terakhir Majelis Rakyat Indonesia.
Indonesia di jajah BELANDA selama 350 tahun atau 3,5 Abad, maka
untuk itu Indonesia memilih semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA, yang
bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia agar dapat mengusir penjajah
dari bumi ibu pertiwi ini.Tetapi semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada zaman
sekarang sudah tidak berguna lagi di masyarakat Indonesia, karena banyaknya
tawuran antar Desa, Antara pelajar, dan lain-lain sudah menjamur di seluruh
pelosok Indonesia.Jadi Pengorbanan masyarakat dulu sudah tidak berarti lagi di
zaman sekarang, pada zaman dahulu banya peristiwa heroik terjadi setelah
ataupun sebelum kemerdekaan, contoh saja peristiwa besar yang terjadi di kota
SURABAYA pertempuran antara arek-arek SURABAYA dan sekitarnya
melawan para tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali Indonesia, tetapi
dengan gagahnya pemuda-pemuda itu bersatu dan mengusir tentara sekutu.Semua
itu di lakukan agar para anak cucunya di masa depan agar bisa merasakan
kehidupan yang lebih baik dari mereka, maka untuk itu kita harus membangkitkan
rasa NASIONALISME kita terhadap bangsa ini, jangan cuma pada saat Malaysia
mengklaim sesuatu milik kita menjadi kepunyaan mereka, maka kita harus
menghargai jasa para pahlawan zaman dulu, karena tanpa jasanya kita tidak bisa
hidup nyaman seperti sekarang ini.

Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai
dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia,dimana kita haruslah
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai
antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku
bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit dan lain-lain.Indonesia merupakan
negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap daerah
memiliki adat istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga
9
Bhineka tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dimana setiap oarng akan hanya mementingkana dirinya
sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentngan bersama.Bila hal tersebut
terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah.Oleh sebab itu marilah kita
jaga bhineka tunggal ika dengan sebai-baiknya agar persatuan bangsa dan negara
Indonesia tetap terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini
memerlukan perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para pendahulu kita
dalam menyatukan wilayah republik Indonesia menjadi negara kesatuan.

2.5 Nilai-nilai yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika
Nilai adalah kemampuan yang dipercayai, berada pada suatu benda yang
menarik minat seseorang atau kelompok untuk mendapatkan kepuasan (Dictionary
of Sociology and Related Sciences). Nilai nilai Bhinneka Tunggal Ika yang
termaktub dalam Pancasila merupakan suatu kesadaran, cita-cita hukum, serta
cita-cita moral yang luhur, meliputi suasana kejiwaan serta watak bangsa
Indonesia yang secara yuridis formal menjadi dasar filsafat Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Integrasi nasional adalah kesatuan atau persatuan dalam satu wadah atau
negara yang terdiri dari berbagai kondisi wilayah yang berbeda secara geografis,
berbeda budaya, suku/etnik, ras, bahasa, agama, status sosial, dan aspek
kehidupan lainnya di bawah ideologi dan konstitusi yang sama dan memiliki cita-
cita yang sama dalam mewujudkan tujuan nasionalnya.
Multikultural disebut juga kemajemukan budaya yang merupakan upaya
untuk menggali potensi budaya sebagai kapital yang dapat membawa suatu
komunitas dalam menghadapi masa depan yang penuh resiko. Multikulturalisme
diartikan juga sebagai pemahaman, penghargaan, dan penilaian atas budaya
seseorang, serta sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya lain.
10
Konsep nasionalisme sebagai ideologi mencakup prinsip kebebasan,
kesatuan, kesamarataan, serta kepribadian selaku orientasi nilai kehidupan kolektif
suatu kelompok dalam usaha merealisasikan tujuan politik, pembentukan dan
pelestarian nasional (Kartodirjo 1993:3). kondisi dinamik bangsa yang meliputi
segenap aspek kehidupan nasional, yang berintegrasi, berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin
identitas, itegritas kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
mencapai tujuan nasionalnya.

2.6 Pemahaman Nilai-nilai Ke-Bhinneka Tunggal Ika-an
Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang majemuk, dalam membina
dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasional, baik pada aspek
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan rakyat semestanya,
selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam satu wadah/wilayah
yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembinaan dan
penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan negara Indonesia disusun atas dasar
hubungan timbal balik antara falsafah Pancasila, cita-cita dan tujuan nasional,
serta kondisi sosial budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan
kesadaran tentang kemajemukan dan ke-Bhinneka Tunggal Ika-annya dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.
Bangsa Indonesia menyadari bahwa kemajemukan etnik/suku, ras, sosial,
budaya, dan agama, merupakan kepelbagaian yang berbeda satu sama lain, namun
demi kepentingan bersama, menuju masyarakat yang makmur dan sejahtera,
kepelbagaian menjadi penguat sehingga terintegrasi secara nasional sejak
Indonesia merdeka di bawah ideologi Pancasila. Kemajemukan yang terintegrasi
secara nasional menjadi kondisi potensi nasional yang harus dapat menempatkan
11
nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an sebagai landasan dan pedoman dalam
mewujudkan stabilitas nasional dan ketahanan nasional dengan segala aspek-
aspek yang ada didalamnya. Untuk itulah, aktualisasi pemahaman nilai-nilai
Bhinneka Tunggal Ika yang termaktub dalam Pancasila sebagai filsafat dan
pandangan hidup bangsa perlu dipahami dan dikembangkan serta
diimplementasikan dalam berinteraksi sosial, karena nilai-nilai yang terkandung
dalam ke-Bhinneka Tunggal Ika-an mempunyai fungsi sebagai motivasi dan
rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan
perbuatan dalam bermasyarakat, dan berpemerintahan, baik di tingkat pusat dan
daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, berfungsi juga untuk
mewujudkan nasionalisme yang tinggi disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia
yang lebih mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan individu,
kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah, dengan tetap menghormati
kepentingan lain, selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
Pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus dijadikan
arahan, pedoman, acuan dan tuntunan bagi setiap individu dalam bertindak dan
membangun serta memelihara tuntutan bangsa yang terintegrasi secara nasional
demi keutuhan NKRI yang dikenal dengan masyarakat multikultural. Karena itu,
implementasi atau penerapan nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus
tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa
mendahulukan kepentingan bangsa dan NKRI daripada kepentingan pribadi atau
kelompok. Untuk mengaktualisasikan pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka
Tunggal Ika-an agar terintegrasi secara nasional dalam kemajemukan sosial
budaya masyarakat, implementasinya harus tergambar dalam kehidupan politik,
sosial budaya, dan seluruh aspek kehidupan berbangsa dalam penyelenggaraan
negara yang sehat dan dinamis.
Aspek politik misalnya, diarahkan untuk mampu menumbuh kembangkan
rasa dan semangat kebangsaan yang selanjutnya dapat dijadikan landasan bagi
pengembangan jiwa nasionalisme dan pembentukan jati diri bangsa. Sosialisasi
aktualisasi nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus dilaksanakan oleh
12
seluruh komponen nasional untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang
demokratis dan berkeadilan serta mampu menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan golongan dan individu, menghormati Hak Asasi
Manusia (HAM), tidak terjadi kesewenangan kekuasaan tetapi sebaliknya yang
terjadi adalah hubungan yang harmonis, saling menghargai tugas dan wewenang
masing-masing, serta memantapkan keyakinan warga terhadap nilai-nilai ke-
Bhinneka Tunggal Ika-an. Hal tersebut tampak dalam wujudnya pemerintahan
yang kuat, aspiratif dan terpercaya, yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan
rakyat sehingga kepercayaan warga terhadap pelaksana pemerintahan terjamin.
Penerapan aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an
yang terigrasi dalam kehidupan keseharian akan menciptakan tatanan masyarakat
yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara merata dan adil. Untuk itu aktualisasi pemahaman
nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus mampu menumbuhkembangkan
kehidupan bermasyarakat yang saling berinteraksi secara sinergis antara satu
daerah dengan daerah lain yang berbeda budaya, etnik/suku, bahasa, agama, dan
strata sosial dalam mewujudkan sistem integrasi nasional yang mampu
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh warga serta daya saing
bangsa. Seluruh komponen harus mampu memanfaatkan potensi daerah sebagai
sumber daya dan kearifan lokal guna meningkatkan kesejahteraan secara adil dan
mesra merata sebagai wujud rasa nasionalisme bangsa dengan menjaga
kelestarian sumber daya dan potensi yang dimiliki demi generasi penerus bangsa.
Di samping itu, mencerminkan tanggungjawab terhadap pola sikap dan tindakan
yang saling menghormati dan saling menghargai antar daerah, suku, bahasa,
agama, bahkan strata sosial, secara timbal balik demi kelestarian keanekaragaman
budaya yang menjadi kekayaan milik bersama dalam kesatuan dan persatuan
negara bangsa.
Penerapan aktualisasi nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam
kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang
mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan sebagai
13
kenyataan hidup sekaligus sebagai karunia Sang Pencipta. Untuk itu, setiap warga
diarahkan agar mampu mengembangkan budaya daerah yang saling berinteraksi
dan mengisi secara sinergis dengan budaya daerah lainnya atas dasar saling
menghormati dan saling menghargai khasanah masing-masing sehingga terwujud
kehidupan bangsa yang rukun dan bersatu secara integral. Selain itu, harus mampu
mewujudkan kebudayaan nasional yang merupakan perpaduan harmonis alamiah
dari kebudayaan daerah yang dapat dikembangkan sebagai jati diri bangsa,
mampu mewujudkan sistem hukum nasional yang dapat mengakomodasi dan
mengakar pada nilai-nilai dan norma-norma hukum yang berlaku dan berkembang
di tengah-tengah masyarakat dan diabadikan untuk kepentingan nasional.
Kemudian mampu juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diabadikan bagi peningkatan
hakekat dan martabat bangsa. Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membeda-bedakan suku,
asal-usul daerah, agama atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan status
sosialnya.
Penerapan pemaham nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam
kehidupan pertahanan keamanan juga akan menumbuh-kembangkan kesadaran
cinta tanah air untuk lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap
warga negara, yang kemudian akan menjadi modal utama dalam menggerakkan
partisipasi setiap warga menanggapi setiap bentuktantangan, seberapapun kecilnya
dan darimanapun datangnya atau setiap gejala yang membahayakan keselamatan
bangsa dan kedaulatan negara. Untuk itu setiap warga harus mampu menumbuh
kembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa yang selanjutnya akan
menumbuh kembangkan jiwa dan semangat bela negara, dan pada akhirnya dapat
membangun sistem pertahanan negara yang bertumpu pada keterpaduan upaya
seluruh rakyat serta pengerahan segenap potensi nasional secara semesta dengan
semangat pantang menyerah.

14
2.7 Perwujudan Nilai-Nilai Bhineka Tunggal Ika Dalam Integrasi Nasional
Dalam pembinaan aspek kehidupan nasional, aktualisasi pemahaman
nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ikaan yang termaktub dalam Pancasila harus
menjadi nilai yang menjiwai segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku
di seluruh wilayah negara. Untuk itu, harus diimplementasikan ke dalam segenap
pranata sosial yang berlaku di masyarakat dalam nuansa ke-Bhinekaan Tunggal
Ika-an sehingga mendinamisasi kehidupan sosial yang akrab, peduli, toleran,
hormat dan taat hukum. Semua itu menggambarkan sikap paham dan semangat
kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi sebagai identitas atau jati diri bangsa
Indonesia yang diyakini kebenarannya oleh seluruh warga dengan tujuan agar
tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam mencapai dan mewujudkan
cita-cita dan tujuan nasional. Untuk mengaktualisasikan nilai-nilai ke-Bhinneka
Tunggal Ika-an, baik warga maupun pemimpin terutama pelaksana pemerintahan
harus dapat menjadikannya sebagai landasan visional yang terintegrasi dalam
menyelenggarakan kehidupan nasional yang sinergis.
Dalam masyarakat Indonesia yang multikultural-integral, konpsepsi
aspirasinya terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung
arti bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, adat,
bahasa, agama, dan strata sosial tetapi tetap satu (persatuan dalam perbedaan).
Maknanya adalah menghubungkan (menyatukan) daerah-daerah dan suku bangsa
yang berbeda-beda dalam satu wadah/wilayah yang disebut nusantara. Untuk itu
sudah sepatutnya seluruh lapisan masyarakat baik pemerintah, cendikiawan, para
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat harus mengaktualisasikan pemahaman
nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an secara integral dalam kemajemukan sosial
budaya masyarakat Indonesia agar ide, gagasan dan cita-cita dalam
mempertahankan NKRI dapat wujud.
Dengan mewujudkan dan mengaktualisasikan pemahaman nilai-nilai ke-
Bhinneka Tunggal Ika-an, diharapkan setiap warga, pemerintah dan segenap
komponen bangsa dapat mengintegrasikan seluruh kehidupan berkebangsaan
15
dengan menjunjung tinggi nasioanalisme demi mempertahankan NKRI. Masih
segar dalam ingatan, ketika berlangsung jejak pendapat tentang provinsi Timor
Timur yang sekarang menjadi negara lain yaitu Timor Leste harus memisahkan
diri dari wilayah NKRI. Hal ini menunjukkan bahwa perwujudan pemahaman ke-
Bhinneka Tunggal Ika-an dan pemahaman terhadap integrasi nasional dalam
kemajemukan masyarakat Indonesia masih sangat lemah. Oleh karena itu
diharapkan kedepan peristiwa ini tidak terulang lagi, dengan mengupayakan
aktualisasi pemahaman terhadap nilai-nilai ke-Bhinnneka Tunggal Ika-an yang
terintegrasi secara nasional dalam kemajemukan sosial budaya masyarakat
Indonesia yang terbungkus dalam bingkai NKRI. Hal ini akan wujud dengan
membangun manusia secara utuh dan masyarakat secara menyeluruh yang
berpedoman kepada aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-
an sebagai landasan visional secara signifikan.
Berdasarkan pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an,
perwujudan aktualisasinya tampak dalam integrasi nasional. Bila dikaitkan
dengan tata kepemerintahan, kecenderungan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat harus diprioritaskan, yaitu pemerintahan yang mampu menempatkan
kepentingan warga negara sebagai sentral kehidupan dari pemerintahan. Artinya,
kepentingan publik selalu menjadi kriteria utama dalam pengambilan keputusan
oleh pemerintah. Kalau kebijakan publik diambil dengan hanya memerhatikan
kepentingan para pejabat pemerintah dan aparaturnya maka dapat dinilai bahwa
sistem pemerintahan yang dijalankan tidak akuntabel pada publiknya. Sebaliknya,
kalau dalam merumuskan suatu kebijakan publik, para pemimpin yang berasal
dari unsur pemerintah menjadikan kepentingan publik sebagai acuan utamanya,
maka pemerintah maupun aparatur pemerintah dinilai memiliki akuntabilitas yang
tinggi. Kondisi ini akan menjadi sumber kesejahteraan rakyat, yang kemudiannya
menjadi pilar nasionalisme, dan dapat dijadikan sebagai unsur untuk mencapai
cita-cita bangsa sesuai ideologi dan konstitusi nasional.

16
2.8 Contoh Kasus yang menyimpang dari Bhineka Tunggal Ika
Konflik Antar Agama dan Etnis di Poso dan Sampit
Konflik etnis yang terjadi di Sampit dan sekitarnya adalah permusuhan
antara dua suku, yakni Suku Dayak (asli) dan Suku Madura (pendatang).
Peristiwa kerusuhan yang pecah pada 18 Februari 2001 di Jalan Karyabaru,
Sampit dan di Jalan Tidar Cilik Riwut (km 1, Sampit) dipicu oleh serangan yang
dilakukan kelompok suku Madura terhadap suku Dayak. Dalam peristiwa
penyerangan tersebut 7 orang suku Dayak dan 5 orang Madura meninggal. Akibat
dari penyerangan tersebut adalah terjadinya serangan balas dari suku Dayak
terhadap suku Madura yang mengakibatkan 87 orang meninggal, sebagian besar
dari suku Madura.
Rincian jumlah korban yang jatuh dalam kerusuhan ini menurut Polda
Kalteng adalah 388 orang (164 diantaranya tanpa kepala) dari suku Madura dan
dari suku Dayak hanya 16 orang meninggal serta 2 orang suku Banjar. Sedangkan
kerugian material sebanyak 1.234 rumah dibakar dan 748 rumah dirusak.
Sedangkan untuk kendaraan, 16 unit mobil, 48 unit motor, dan 114 becak dibakar.
Ditambah lagi sebuah pasar, 75 kios, 29 ruko, 14 gudang dirusak/dibakar. Selain
itu, polisi pun menyita barang bukti kerusuhan berupa 9 pucuk senjata api rakitan,
98 buah bom rakitan, 410 buah mandau, 374 buah tombak, 455 buah parang, 41
buah kapak, 1 buah samurai, dan 10 buah linggis. Pada kerusuhan Sampit, tercatat
sebanyak 65.134 orang Madura mengungsi dan di- evakuasi ke
Surabaya menggunakan 5 kapal laut.
Kerusuhan yang berlatarbelakang agama, etnis, dan golongan terjadi di
Poso,Sulawesi Tengah pada 17 April 2000. Dalam kerusuhan tersebut terjadilah
saling serang antara desa Nasrani dan desa Islam. Menurut data Polri, kerusuhan
tersebu memakan korban 137 orang meninggal, sedangkan menurut militer 237
orang meninggal, 27 luka-luka, puluhan rumah rusak dan dibakar, 1bus dibom,
beberapa gereja dirusak, dibakar, dan dibom.
17
Kerusuhan ini terjadi pada masa kepemimpinan Kapolri Rusdihardjo.
Kapolri pun bergegas mengatasi kerusuhan ini, alhasil Polri pun berhasil
menangkap 114 tersangka, 77 diantaranya membawa senjata tajam dan senjata
api rakitan, selebihnya terlibat dalam kasus pembakaran, penjarahan, dan
menghasut massa. Lalu mereka pun diajukan ke pengadilan untuk diproses secara
hukum. Kemudian pada masa Kapolri Suroyo Bimantoro terjadi kerusuhan etnis
di daerah Sampit dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah.













18
BAB III
KESIMPULAN

Bhineka tunggal ika berarti berbeda-beda tetap satu jua dimana
golongan manusia memiliki rasa kebersamaan dan rasa ingin bersatu untuk
mencapai keinginan dan tujuan yang sama sebagai rakyat Indonesia yaitu
Merdeka.
Tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal Ika
pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara dimana setiap oarng akan hanya mementingkana dirinya
sendiri atau daerahnya sendiri tanpa peduli terhadap kepentingan bersama.
Banyak kasus seperti kerusuhan yang marak di Indonesia, umumnya
disebabkan karena tidak adanya toleransi terhadap suku bangsa, agama,
warna kulit serta budaya (adat istiadat) sehingga menyebabkan suatu
perpecahan, bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah
belah.








18
DAFTAR PUSTAKA

Darmodihardjo Darji dkk. 1996. Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam
Sistem Hukum Indonesia. Rajawali: Jakarta
Wibisono Siswomihardjo. 1998. Pancasila dalam Perspektif Gerakan
Reformasi: Aspek Sosial Budaya. Makala Diskusi Panel Pada Pusat Studi
Pancasila. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
http://www.museum.polri.go.id/lantai2_gakkum_konflik-poso-sampit.html
(diakses pada 22-03-2014)
http://www.bhinnekatunggalika.org/ (diakses pada 22-03-2014)
http://www.erepublik.com/ei/article/pentingnya-semboyan-bhinneka-tunggal-ika-
1689090/1/20 (diakses pada 22-03-2014)
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/07/bhinneka-tunggal-ika-
semboyan-negara.html (diakses pada 22-03-2014)
http://sejarah.kompasiana.com/2013/10/16/arti-bhineka-tunggal-ika-sebenarnya-
601066.html (diakses pada 22-03-2014)


III

Anda mungkin juga menyukai