Anda di halaman 1dari 5

Resume Agama

Glen Christian

 Ajaran gereja

Sebutan ‘ajaran sosial Gereja’ muncul bersamaan dengan keprihatinan dan keterlibatan Gereja dalam
bidang sosial, tetapi nama atau sebutan tersebut bukanlah tanpa kontroversi, sebelum akhirnya
nama/sebutan ‘ajaran sosial Gereja menjadi umum dikenal.

Sebutan yang kurang lebih konvesional “ajaran sosial Gereja” bukanlah suatu istilah (nama) dengan
makna tunggal. Leo XII misalnya menyebutnya dengan: “doktrin” yang digali dari Injil dan dari
“filsafat Kristiani”. Pius XI menggunakan nama “filsafat sosial” dan “doktrin dalam bidang ekonomi
dan sosial”. Baru Pius XII yang pertama kali menyebut Ajaran Sosial Gereja yang kemudian selalu
digunakan sampai sekarang.

Yang menarik adalah bahwa istilah ‘ajaran sosial Gereja’ ditolak dalam Vatikan II. Istilah atau
sebutan tersebut dikritik karena memberi kesan menyindir “corpus” ajaran dogmatis, dan memberi
kesan bahwa Gereja mempunyai dua jenis ajaran: dogma dan ajaran sosial. Karena itu penggunaan
sebutan “ajaran sosial Gereja” dihindari.

Sebutan “ajaran sosial Gereja” muncul juga dalam dua dokumen lain dari Konsili yaitu dalam
Apostolicam Actuositatem 31 (AA) dan Inter Merifica 15 (IM). Selebihnya sebutan itu muncul
kembali dalam surat Apostolik Octogesima Adveniens no. 1.4.42.

Sebagai alternatif untuk istilah “ajaran sosial Gereja” digunakan istilah “pemikiran sosial kristiani”,
“pengajaran sosial Gereja”, “magisterium sosial”. Kemudian, setelah pidato Yohanes Paulus II dalam
Sinode III Uskup Amerika Latin di Puebla tahun 1979, sebutan “Ajaran Sosial Gereja” digunakan
secara resmi dan tidak lagi dapat ditolak.

 Pokok-pokok ajaran sosial gereja

1. Perjuangan demi keadilan merupakan bagian Integral pelaksanaan Iman kristiani.


Iman harus terlaksana dalam cinta kepada sesama dan cinta kepada sesama hanyalah
nyata apabila memperjuangkan keadilan dan hormat terhadap martabat manusia.

2. Tatanan kehidupan masyarakat dalam dimensl politis, sosial, ekonomis dan budaya
harus menunjang perkembangan segenap orang dan kelompok orang dalam
keutuhannya sesuai dengan martabat mereka sebagai manusia sebagai persona.
Martabat manusia itu berdasarkan ke¬nyataan bahwa manusia diciptakan menurut
citra Allah hal mana sepenuhnya hanya dapat diketahui dalam iman.

3. Hormat terhadap martabat manusia tercermin dan hormat terhadap hak-hak asasi
manusia. Di situ termasuk hak atas hidup, hak atas kehidupan keluarga yang sehat,
hak para pekerja, hak atas kebebasan mengikuti suara hati, hak kebebasan beragama,
hak-hak politis, sosial dan ekonomis, seperti hak untuk bergerak bebas, hak atas
makanan, tempat tinggal, pekerjaan dan pendidikan. Hak-hak itu wajib dilindungi
oleh masyarakat melalui lembaga lembaganya.

4. Gereja mendukung patisipasi demokratis ma¬syarakat dalam pengambilan keputusan


politik.
5. Hubungan kerja/perburuhan harus ditata menurut keadilan. Pekerjaan [kepentingan
manusia pekerja] mempunyal prioritas terhadap kepentingan modal. ASG terutama
menegaskan empat hal: (1) Upah yang wajar dan fasilitas sosial lain; (2) hak buruh
untuk membentuk serikat mereka sendiri dan memperjuangkan hak-hak mereka; hak
mogok sebagai “senjata” terakhir dibenarkan; (3) buruh ambil bagian dalam
pengambilan keputusan tentang kebijakan perusahaannya; (4) buruh menerima bagian
dari keuntungan yang dicapai oleh perusahaannya; ia ikut memiliki perusahaan
tempat ia kerja.

6. Solidaritas dengan mereka yang miskin, lemah dan tertindas. Kaum miskin dalam
segala arti harus diberi cinta den perhatian utama, karena mereka yang paling dekat
pada hati Allah. Kemiskinan yang paling mendesak dewasa ini adalah
keterbelakangan ekonomis yang untuk sebagian besar berdasarkan struktur-struktur
kekuasaan yang tidak adil.

7. Tujuan negara dan lembaga-lembaga sosial lain adalah pemajuan keselahteraan


umum. Kesejah¬teraan umum adalah keseluruhan syarat-syarat hidup masyarakat –
ekonomis, politis, kultural – yang memungkinkan orang-orang merealisasikan
kema¬nusiaan mereka secara gampang dan utuh.

8. Prinsip subsidiaritas: Tanggung jawab dan hak pengambilan keputusan satuan-satuan


sosial kecil jangan diambil alih oleh negara. Negara membantu satuan-satuan sosial
dalam masyarakat.

9. Bidang ekonomi harus mengabdi pada penyediaan kondisi-kondisi yang perlu deml
perkembangan seluruh anggota masyarakat sebagal manusia utuh deml
perkembangan semua bangsa. Hak dan fungsi pasar diakui, tetapi pasar tidak boleh
menjadi hukum satu-satunya. Kekuatan-kekuatan sosial, seperti serikat buruh, dan
terutama negara harus menjamin agar ekonomi menunjang pemenuhan kebutuhan
dasar seluruh anggota masya¬rakat, memberikan perlindungan sosial, melayani
masyarakat sebagai keseluruhan dan komunitas internasional. Hak milik pribadi
memiliki keterikatan sosial.

10. Perlu dibangun jalur-jalur solidaritas Internasional yang efektif.

11. Mendukung perdamaian lnternasional dan men¬cegah perang dan konflik bersenjata
merupakan salah satu tugas utama dewasa ini.

12. Dalam usaha membangun dunia yang lebih adil dan lebih sesuai dengan martabat
manusla semua agama dan semua fihak diajak berusaha bersama.

 Nilai-nilai ajaran sosial gereja

1. Pewartaan

a) ASG diajarkan dan menjadi bagian integral dalam katekese dasar umat di
paroki kita (katekumenat, persiapan-persiapan penerimaan komunis pertama,
krisma, dsb.); dalam pembinaan-pembinaan iman kategorial paroki, seperti
bina iman, remaja Katolik, mudika, dst.; dalam pelajaran agama Katolik di
sekolah-sekolah Katolik maupun negeri di wilayah paroki.
b) Dalam pertemuan-pertemuan umat (dewan paroki, kelompok kategorial,
lingkungan, misalnya), pendalaman-pendalaman iman, doa-doa lingkungan,
pertemuan-pertemuan kelompok atau organisasi Katolik (legio Maria,
misdinar, SSV, dsb.) prinsip-prinsip ASG, kepedulian kepada sesama yang
menderita, dan semangat menegakkan keadilan sosial menjadi bagian dari
renungan dan refleksi umat.

2. Liturgi

a) Liturgi paroki mencerminkan kepekaan dan kepedulian terhadap penderitaan


sesama serta kehendak untuk menegakkan keadilan dan perdamaian.
Misalnya, ketika ada bencana longsor di daerah lain beberapa hari
sebelumnya, doa lingkungan malam ini diintensikan bagi para korban
bencana tersebut.

b) Umat disambut dengan baik dalam perayaan-perayaan liturgi kita, khususnya


para pendatang baru, mereka dengan kesulitan fisik (mis. cacat), orang tua,
dsb.

3. Pelayanan

a) Seksi sosial paroki maupun lingkungan berjalan dan berkoordinasi dengan


baik, tidak hanya karitatif dan reaktif, tetapi disemangati oleh keprihatinan
dan kepedulian akan kemiskinan dan penderitaan manusia, memiliki
program-program pemberdayaan, inklusif, dan melibatkan sebanyak mungkin
umat, tidak hanya menunggu laporan atau orang datang untuk meminta
bantuan.

b) Di saat terjadi bencana alam, kerusuhan, penggusuran secara tidak adil, dsb.
paroki dengan sigap bergerak, bukan hanya dengan mengumpulkan dan
mengirimkan barang-barang kebutuhan, tetapi juga banyak umat terlibat
dalam menemani dan menghibur korban.

4. Kesaksian

a) Umat, pastor, dan biarawan/wati terlibat aktif dalam kehidupan publik di


tempat mereka tinggal (dengan RT & RW sekitar, misalnya). Keterlibatan ini
diapresiasi dan terus dimotivasi melalui kotbah, renungan, pelajaran agama,
dsb.

b) Dari cara keluarga-keluarga Katolik mencari nafkah, menginvestasikan uang,


memelihara dan mendidik anak, berelasi dengan tetangga, melaksanakan
tanggung jawab di tempat kerja, dsb. orang lain dapat melihat bagaimana
keadilan Allah dipahami dan dihayati dalam hidup sehari-hari.

5. Komunitas

a) Para pegawai dan karyawan Gereja atau paroki menerima gaji atau upah yang
cukup untuk hidup layak sebagai manusia.
b) Anggota-anggota Gereja yang paling kekurangan, lemah, dan menderita
mengalami bahwa saudara-saudari mereka di paroki dan lingkungan memberi
perhatian secara konkret, bukan sekedar kata-kata penghiburan, dan itu
tampak dari berkurangnya secara signifikan penderitaan mereka.

c) Proses pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik internal dilakukan


dengan menghormati perbedaan pendapat dan perbedaan nilai di antara
pribadi dan kelompok.

 Dokumen-dokumen ajaran sosial gereja

1. Dokumen-dokumen sosial utama dari para Paus dan Vatikan II yang amat terkenal
adalah:

a) Rerum Novarum dari Leo XIII : “dikeluarkan 15 Mei 1891, merupakan salah
satu karya/dokumen terkenal dalam Gereja. Lima Paus sesudahnya terus
menerus memperingati dokumen tersebut: Pius XI tahun 1931 dengan
ensiklik QA; Pius XII dengan pidato Penetekosta tahun 1941; Yohanes XXIII
1961 dengan MM; Paulus VI tahun 1971 dengan OA; Yohanes Paulus II
dengan CA 1991. “Pengumuman RN 15 Mei 1891, menandai momentum
penting tidak saja dalam dunia perburuhan, tetapi juga dalam Gereja serta
dalam sejarah kemanusiaan. Tanpa berlebihan, boleh dikatakan bahwa
sesudah Trente hanya sedikit momentum yang penting dalam Gereja sampai
munculnya Rerum Novarum.

2. Quadragesimo Anno dari Pius XI tahun 1931: Pius XI adalah penerus setia dari Leo
XIII yang mempunyai inisiatif meneruskan dan mengaktualkan RN pada masanya
dengan menerbitkan ensiklik sebagai kenangan 40 tahun RN.

3. Pius XII, juga mengajarkan banyak hal berkaitan dengan “ajaran sosial Gereja”,
dalam kotbah Pentekosta tahun 1941 sebagai kenangan 50 tahun RN.

4. Mater et Magistra dari Yohanes XXIII tahun 1961: untuk memperingati 70 tahun RN;

5. Pacem in Terris dari Yohanes XXIII, 1963.

6. Populorum Progressio tahun Paulus VI 1967;

7. Surat Apostolik Octogesima Adveniens Paulus VI 1971.

8. Konstitusi Pastoral GS, Konsili Vatikan II, 1965.

9. Laborem Exercens 1981 Yohanes Paulus II tentang kerja manusia;

10. Sollicitudo Rei Socialis 1987 Yohanes Paulus II untuk memperingati 20 tahun
Populorum Progressio; dan

11. Centesimus Annus 1991 Yohanes Paulus II berbicara tentang problem sosial
kontemporer dan mengenang 100 tahun RN.
Sumber :

• https://jpicofmindonesia.org/2017/02/ajaran-sosial-gereja-sejarah-dokumen-dokumen-serta-
makna/

• https://dokasg.wordpress.com/2008/08/19/pokok-pokok-ajaran-sosial-gereja/

• https://rudher.wordpress.com/2008/10/15/asg-dalam-komunitas/

Anda mungkin juga menyukai