Anda di halaman 1dari 12

BAB VI

MASYARAKAT

I. Latar Belakang Masalah


- Umat Kristen adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat.
Makanya jika terjadi pergumulan dalam masyarakat tidak boleh tidak,
umat Kristen harus terlibat didalamnya.
- Tetapi kadang-kadang sebagai umat Kristen kurang menyadari posisi
kehadirannya dalam masyarakat ; di satu pihak ada umat Kristen yang
bersikap ekslusif (tertutup) dalam masyarakat dan dipihak lain ada
umat Kristen bersikap terlalu melarut (menyatu) dalam masyarakat,
sehingga timbullah perilaku-perilaku umat Kristen yang fanatik ekstrim
di satu pihak. Tetapi dipihak lain timbul juga perilaku yang kehilangan
jati diri kristiani dalam pergaulan masyarakat.
- Memang Yesus Berkata bahwa Kristen disatu pihak bukan berasal dari
dunia, tetapi umat Kristen harus hidup didunia, harus hidup dalam
masyarakat (Yohanes 17 : 14-19). Umat Kristen harus menjadi garam
dan terang dalam masyarakat (Matius 5 : 13-16).
- Topik kajian ini sangat penting untuk mencegah sikap egois dan apriori
pada mahasiswa prinsip kristiani dalam hidup bermasyarakat.

II. Kajian Materi


1. PENGERTIAN MASYARAKAT SECARA UMUM
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dimaksud masyarakat
adalah ”kesatuan orang-orang yang dibangun atas unsur-unsur kesamaan”.
Unsur-unsur kesamaan itu sangat banyak macamnya. Hendropuspito dalam
buku ”Sosiologi Agama” (1983 ) membagi atas lima macam unsur kesamaan
yang dapat menciptakan kesatuan sosiologis (masyarakat).
a) Kesatuan orang-orang (masyarakat) yang dibangun atas dasar kesamaan
etnis, meliputi persamaan darah, bahasa, daerah dan nasib yang sama.
Masyarakat suku, masayarakat bangsa, adalah contoh nyata dari kesatuan
ini
b) Kesatuan orang-orang (masyarakat) yang dibangun atas persamaan
ideologi, misalnya masyarakat liberalisme, sosialisme, sosialisme,
komunisme, marhaenisme.
c) Kesatuan orang-orang (masyarakat) yang dibangun oleh penerimaan
sistem politik yang sama. Masyarakat negara-negara kesatuan, negara-
negara federasi, seperti NKRI, negara Malaysia, Amerika Serikat dan lain-
lain.
d) Kesatuan orang-orang atas dasar pragmatis yaitu atas dasar persamaan,
profesi, hobby, bakat, keilmuan, misalnya ; masyarakat (organisasi) ikatan
dokter, persatuan olahraga, pecinta alam, organisasi sarjana ilmu-ilmu
tertentu.
e) Kesatuan orang-orang ( masyarakat ) yang dibangun atas kesamaan iman,
keagamaan misalnya keagamaan Kristen, masyarakat Islam, masyarakat
Hindu, dan lain-lain.
Menurut Hendropuspito diantara kesatuan sosiologis ( masyarakat ) diatas,
kesatuan masyarakat karena kesamaan iman dan agamalah yang terkuat dan
tertinggi. Terciptalah masyarakat karena kesamaan iman dan agama, ternyata
lebih tangguh dari jenis masyarakat lain. Kesatuaan orang-orang karena
kesamaan iman dan agama, telah melibatkan seluruh pribadinya. Manusia
selalu mencari sesamanya yang seiman.
Manusia dapat mengungkapkan (perasaan yang terdalam dan terkuat pada
dirinya ). Dari beberapa contoh jenis masyarakat di atas hal-hal yang kita
garis bawahi adalah :
- Unsur pokok dalam masyarakat adalah adanya orang-orang yang bersatu,
orang-orang yang terikat satu dengan yang lain
- Orang-orang bersatu itu menyadari bahwa diantara mereka terdapat
unsur-unsur kesamaan
- Masyarakat bangsa Indonesia adalah masyarakat yang paling dekat
dengan kehidupan kita

Namun, disamping faktor kesamaan-kesamaan tertentu yang terdapat dalam


masyarakat, tidak dapat dipungkiri juga bahwa selalu terdapat perbedaan.
Perbedaan-perbedaan dalam masyarakat tidak serta merta menjadi
pendorong untuk saling mengisi dan saling melengkapi antar orang-orang
dalam kesatuan masyarakat itu.
Perbedaan-perbedaan dalam masyarakat yang perlu kita hargai
misalnya :
- perbedaan suku, bangsa, ras
- perbedaan agama, keyakinan, aliran
- perbedaan tingkat pendidikan, adat istiadat
- perbedaan status sosial ekonomi
- dan lain-lain.
Semua perbedaan-perbedaan itu dapat menjadi pendorong bagi kita untuk
berbuat apa yang terbaik bagi kehidupan bersama.

2. Pergumulan Masyarakat Secara Umum


Jhon scott dalam artikelnya yang berjudul : kepemimpinan kristiani,
pada buku : isu-isu global (1994) menggariskan bahwa ada beberapa kategori
bahaya yang mengancam dunia dan masyarakat masa kini :
a. kategori global, yaitu bahaya persenjataan nuklir, pelanggaran terhadap
hak-hak azasi manusia, krisis lingkungan dan energi, kepincangan
ekonomi utara-selatan
b. kategori sosial : yaitu tragedi pengangguran yang berkepanjangan,
konflik dalam hubungan indusrtial, kekerasan rasial yang tidak terduga.
c. Kategori moral : yang meliputi kekuatan yang berusaha merongrong
stabilitas perkawinan dan kehidupan keluarga, tantangan terhadap tata
susila seksual. Pergaulan bebas, aborsi sesuka hati, narkoba,
penyimpangan dan pelecehan seksual.
d. Kategori spiritual : yaitu bahaya meluasnya materialisme sehingga
hilangnya kepekaan realitas yang transendent dan rohani. Kurangnya
minat masyarakat pada soal-soal iman dan agama.
Keadaan masyarakat yang sedang diancam oleh gejala seperti diatas,
tidak terlepas dari kehidupan orang Kristen.walaupun disatu pihak dikatakan,
orang Kristen itu berbeda secara azasi dari orang-orang non Kristen dalam
masyarakat tetapi dari pihak lain harus kita akui bahwa orang Kristen adalah
bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Malahan
dapat dikatakan, orang-orang Kristen sering menjadi subjek dan objek gejala-
gejala yang terjadi dalam masyarakat.
Sebagai bagian yang integral dari masyarakat, orang Kristen wajar turut
bergumul dengan masyarakat lainnya. Menurut iman Kristen bahwa dunia ini
adalah satu kesatuan hidup yang saling berkaitan ; Firman Tuhan berkata ;
Dalam joh 3 : 16 ” karena demikian besar kasih Allah akan dunia
ini....demikianlah seluruh dunia adalah sasaran kasih Allah”. Yesus juga telah
berkata :” kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri ( Matius 22: 39).
Pergumulan masyarakat dunia secara global seperti ancaman nuklir,
pelanggaran HAM dan lain-lain adalah bagian dari pergumulan orang Kristen
juga. Pergumulan masyarakat kategori konflik sosial antar anggota dan
kelomok masyarakat yang satu dengan yang lainnya, tindakan-tindakan
kekerasan juga menjadi bagian dari keprihatinan orang Kristen.
Apalagi ancaman-ancaman moral dan spiritual dalam masyarakat
menjadi topik pergumulan yang sangat dekat dengan wacana keimanan
kristiani. Orang Kristen dengan didasari oleh iman Alkitabiah tidak pantas
membelakangi dunia dan masyarakat yang sedang bergumul, dan mencoba
cuci tangan atau tidak mau tahu terhadap persoalan-persoalan yang terjadi,
memang bisa saja orang Kristen merasa tidak pernah berbuat sesuatu yang
menimbulkan pergumulan dalam masyarakat, tetapi itu bukan alasan bagi
orang untuk berpaling dari masyarakat. Orang Kristen harus ikut bergumul
dalam kehidupan masyarakat, baik dalam sektor sektoral, regional nasional,
maupun global.

3. Prinsip Hidup Bermasyarakat Kristiani


Ada beberapa prinsip hidup bermasyarakat Kristiani yang dapat
dikemukakan, sebagai landasan sikap bertindak umat Kristen dalam
masyarakat ; baik dalam konteks hidup bermasyarakat secara lokal. Prinsip-
prinsip hidup itu adalah sebagai berikut:
a. Manusia Tidak Baik Hidup Sendiri
Menurut iman Kristen, berdasarkan Alkitab bahwa pada dasarnya
manusia itu diciptakan Allah adalah sebagai makhluk bermasyarakat,
makhluk yang harus berhubungan dengan ciptaan lainnya. Sesuai dengan
rancangan Allah pada mulanya, manusia itu diciptakan harus berteman.
Tuhan Allah berfirman ; Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja ”Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.(Kejadian 2 :
18)
Maksud pernyataan ini tidak hanya dikaitkan dengan konsep hidup
manusia yang berkeluarga, yaitu : Hubungan suami-istri, tetapi juga memberi
makna manusia itu harus hidup bermasyarakat, manusia hidup membutuhkan
satu dengan yang lain. Manusia tergantung kepada manusia lain.
Menurut Alkitab, manusia menerima tugas dari Allah untuk menguasai,
menguasahai dan memelihara Taman Eden (Kejadian 2 : 15). Tugas ini tidak
mungkin dilaksanakan dengan baik, jika manusia seorang diri. Allah
menyadari bahwa manusia membutuhkan teman, maka diciptakan
perempuan itu. Konsep hubungan suami-istri, kemudian berkembang menjadi
konsep keluarga beranak cucu. Allah berfirman kepada manusia : ”Beranak
cuculah dan bertambah banyak ; penuhilah bumi” (Kejadian 1 : 28) dari semula
Allah sudah memprogramkan kehidupan manusia yang bermasyarakat yaitu
kehidupan kebersamaan (Living together).
Hidup bersama dengan orang lain diarahkan pada pelaksanaan tugas
yang diberikan Allah kepada manusia. Allah yang membentuk lembaga suami-
istri. Allah yang memberkati terciptanya keluarga sebagai masyarakat inti,
dan Allah juga yang telah memanggil dan memilih umatNya, supaya
menampakkan kerajaan Allah dalam dunia ini.
b. Mengasihi Sesama Seperti Diri Sendiri
Menurut Alkitab manusia memiliki dua arah hubungan yaitu : Hubungan
dengan Allah secara vertikal dan hubungan dengan secara manusia dan alam
secara horizontal. Allah sendiri telah berkata kepada umarNya : “Kasihilah
Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap
kekuatanmu” (Ulangan 6 : 5) dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri
(Imamat 19 :18). Dan Yesus sendiri menegaskan bahwa pada kedua hukum
inilah tergantung seluruh hukum taurat dari kitab para nabi (Matius 22 : 40).
Mengasihi sesama seperti diri sendiri adalah prinsip hidup
bermasyarakat yang paling hakiki dalam iman Kristen. Mengasihi sesama
seperti diri sendiri bermakna : “Menghargai hidup manusia lain seperti
menghargai hidup diri sendiri”. Jika masing-masing manusia secara pribadi
mampu menghargai orang lain, maka kehidupan bersama yang harmonis,
seimbang, selaras, dan serasi akan terwujud.
Menurut iman Kristen, setiap manusia memiliki Hak azasi dan kewajiban
azasi yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, maka sejalan dengan itu
setiap manusia harus menerapkan hak dan kewajiban secara seimbang.
Dietriech Bonhoffer pernah mengatakan “hak atau kebebasan tanpa
kewajiban adalah kekacauan, tetapi kewajiban tanpa kebebasan adalah
penindasan” ; artinya jika masing-masing manusia mengutamakan haknya,
tetapi melaksanakan kewajibannya, maka kehidupan masyarakat akan kacau,
dan sebaliknya, jika dalam kehidupan masyarakat dituntut kewajiban, tetapi
tidak ada hak dan kebebasan, maka kehidupan seperti inilah yang disebut ;
penjajahan atau penindasan.
Yesus pernah berkata “Apa yang engkau kehendaki diperbuat orang lain
kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka, itulah isi seluruh hukum
taurat dan kitab para nabi”. (Matius 7 12). Mengasihi sesama seperti diri
sendiri tidak hanya menyangkut sesama teman, tetapi juga sesama manusia
yang memusihi dan menganiaya kita. Yesus berkata : “Kasihilah musuhmu, dan
berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5 : 44).
Dalam konteks bermasyarakat, orang Kristen berkewajiban mengahargai
hidup manusia lain, termasuk orang-orang yang menjadi sendiri, bukan
berarti menyetujui perbuatan-perbuatan dan perilaku yang tidak benar, tetapi
maksudnya menjauhkan diri sikap dan tindakan-tindakan yang merusak
kehidupan orang lain. Mengasihi sesama seperti diri sendiri meliputi : sikap
membela kebenaran, menghormati hak-hak azasi manusia lain, menegor apa
yang salah dan menolak tindakan dan perbuatan-perbuatan kekerasan.
c. Jadilah Garam Dan Terang Dalam Masyarakat
Orang Kristen yang merupakan bagian integral dalam kehidupan
masyarakat mendapat fungsi yang sangat khas. Fungsi itu ialah menjadi
”Garam dan Terang”. Yesus berkata : ”Kamu adalah garam dan terang
dunia”.(Matius 5 :1-16).
Menjadi garam berarti : ”Orang Kristen berguna untuk menjadi kebutuhan
pokok dalam masyarakat: Orang Kristen menjadi disukai oleh masyarakat”
(Kisah 2 : 4) menjadi garam juga berarti orang Kristen berguna untuk
memberi nilai tambah meningkatkan kualitas kehidupan dalam kehidupan
masyarakat.
Sebagai garam orang Kristen harus melarutkan diri dalam kehidupan
masyarakat. Orang Kristen harus bergaul dalam masyarakat. Konsekwensi
melarutkan dalam masyarakat seperti garam, bisa saja kehilangan existensi
diri, tetapi tidak dengan esensi diri. Esensi diri kristiani inilah yang berfungsi
memberi nilai tambah dalam kehidupan masyarakat.
Menjadi terang, berarti orang Kristen harus mampu menciptakan
suasana kehidupan yang jelas dan terbuka. Seperti terang dalam
kehidupan sehari-hari berguna untuk membuat suasana sekitar terang
benderang, sehingga orang yang berbeda pada sekitar terang yang bersinar
akan dapat melihat kehidupan secara jelas dan nyata. Dalam suasana terang,
orang dapat membedakan hal-hal yang seharusnya berbeda ; orang dapat
membedakan, mana yang baik dan mana yang buruk. Orang Kristen menjadi
motivator sikap hidup terbuka jelas, dan jujur. Orang Kristen berfungsi
sebagai terang dalam masyarakat itu sendiri. Mendorong masyarakat dapat
melihat apa yang baik dan apa yang tidak baik, dan apa yang seolah-olah baik.
d. Orang Kristen Harus Cerdik, Tulus dan Waspada Dalam Masyarakat
Prinsip hidup cerdik tulus dan waspada dikaitkan dengan kehidupan
masyarakat yang berpotensi berbahaya. Orang Kristen ada kalanya
berhadapan dengan kehidupan masyarakat yang berbahaya. Yesus pernah
berkata kepada murid-muridnya ”Lihat aku mengutus kamu” Seperti domba
ketengah serigala : sebab itu, hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus
seperti merpati, tetapi waspadalah terhadap sesama orang, karena ada yang
akan menyerahkan (Matius 10 : 16-17).
Disatu sisi orang yang Kristen menajdi kesukaan banyak orang dalam
masyarakat, tetapi disisi lain, orang Kristen dapat saja dibenci oleh orang-
orang tertentu dalam masyarakat. Orang Kristen tidak boleh terlena ddengan
sikap hidup yang merasa aman dan disukai banyak orang, masyarakat bisa
saja berubah menjadi sarang serigala.
Oleh karena itu orang Kristen harus cerdik, artinya orang Kristen harus
memakai otak dan berpikir rasional. Dan kalau perlu boleh bergaya Lihay
dalam hidup bermasyarakat. Namun demikian pada saat orang Kristen
bergaya hidup lihay seperti ular (bukan licik), orang Kristen sekaligus harus
menjadi orang tulus seperti merpati.
Bagaimana gaya hidup lihay dapat dipadukan dengan gaya hidup tulus.
Gaya hidup lihay tapi tulus, adalah gaya hidup yang cerdas. Orang Kristen
tidak harus mengatakan apa saja yang diketahui dalam masyarakat (itu adalah
sikap lihay), tetapi orang Kristen juga harus mengetahui (mengerti) apa saja
yang dikatakan dalam masyarakat (sikap hidup tulus, jujur).
Selajutnya prinsip waspadalah dalam masyarakat, menggambarkan sikap
hidup yang hati-hati,tidak terlalu mudah percaya pada gekala-gejala dalam
masyarakat.
Dunia ini pennuh dengan serigala dan sikap kepura-puraan, oleh karena
itu, kecerdasan, ketulusan dan kewaspadaan hidup dalam masyarakat
menjadi modal dasar kita untuk dapat mengasihi sesama kita seperti diri
sendiri.

4. Partisipasi Umat Kristen dalam Pergumulan Masyarakat (Tangguh


jawab Kristiani).
Sesuai dengan prinsip hidup bermasyarakat Kristen yaitu:
- Orang Kristen adalah integral dari masyarakat sekitarnya
- Orang Kristen menghargai dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.
- Orang Kristen terpanggil menjadi garam dan terang masyarakat sekitar.
- Orang Kristen harus bersikap cerdik, tulus dan waspada terhadap
masyarakat sekitarnya
Maka orang Kristen wajar ikut berpartisipasi dalam pergumulan
masyarakat : Pergumulan masyarakat yang dimaksud meliputi bahaya yang
mengancam, baik secara global, regional maupun lokal. Jenis-jenis
pergumulan masyarakat seperti, pergumulan sosial, moral dan spiritual juga
bagian dari pergumulan orang Kristen sama seperti yang dihadapi masyarakat
umum. Konflik sosial, dekadensi moral dan spiritual adalah fokus pergumulan
yang sangat relevan untuk diberikan oleh orang Kristen.
Ada dua sikap yang dipilih umat Kristen terhadap pergumulan masyarakat:
- Pertama, ialah umat Kristen melarikan diri atau menghindari dari
pergumulan masyarakat
- Kedua, umat Kristen concern, iku serta dalam setiap pergumulan
masyarakat.
Didalam melaksanakan partisipasinya di tengah-tengah pergumulan
masyarakat menurut John Scott harus disadari, bahwa:
a. Orang Kristen adalah berbeda secara azasi dari masyarakat non Kristen.
b. Orang Kristen harus masuk (bergaul) dalam masyarakat non Kristen.
c. Orang Kristen harus dapat berpengaruh dalam masyarakat.
d. Orang Kristen mampu mempertahankan jati dirinya dalam masyarakat.

Orang Kristen berbeda secara asasi dari masyarakat non Kristen,


bukan maksudnya membuat posisi orang Kristen menjadi eksklusive dari
masyarakat lain. Berbeda secara asasi artinya bahwa orang Kristen sudah
menerima pembaharuan dari Kristus (Yohanes 17 : 16). Orang Kristen harus
masuk (bergaul) dalam masyarakat non Kristen, artinya orang Kristen tidak
boleh menghindarkan diri dari masyarakat. Orang Kristen harus mampu
hidup berdampingan dengan masyarakat. Orang Kristen harus dapat
berpengaruh dalam masyarakat itu bukan berarti, orang Kristen bersikap
aroan, atau memaksakan kehendak dalam masyarakat. Tetapi maksudnya
orang Kristen dapat memberi nilai tambah pada masyarakat sekitarnya, dapat
memberi sesuatu yang berguna untuk membangun dan memperbaiki
kehidupan masyarakat. Orang Kristen juga didalam melaksanakan
partisipasinya ditengah-tengah masyarakat, jangan kehilangan identitas dan
jati dirinya sehingga betulah dia menjadi garam dan terang masyarakat
sekitarnya.

5. Bentuk-Bentuk partisipasi umat Kristen dalam masyarakat


Menurut Alkitab banyak bentuk partisipasi orang percaya didalam
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Beberapa dari bentuk partisipasi
itu dapat diketengahkan sebagai berikut.
a. Mendoakan Bangsa, Masyarakat dan Pemerintah
Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Timotius berkata : Pertama-
tama aku menasihatkan : naikkanlah permohonan doa dan ucapan syukur
untuk semua orang, untuk raja-raja, dan untuk semua pembesar agar kita
dapat hidup tenang dan tentram dalam segala kesalehan dan kehormatan.
Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, juru selamat kita, yang
menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan
akan kebenaran” (1 Timotius 2:1-4).
Mendoakan orang lain adalah salah satu bentuk mengasihi dan
memperdulikan orang lain, dengan mendoakan secara tulus dan ikhlas
menjadi pertanda, kita berpartisipasi dalam pergumulan bangsa, dan
masyarakat seiman dan seagama sendiri, melainkan semua orang, termasuk
raja-raja dan pembesa-pembesar (pemerintah).
Untuk apa kita mendoakan pemerintah, bangsa, masyarakat sekitar kita?
Paulus menggaris bawahi, supaya semua orang diselamatkan dan
memperoleh: pengetahuan dan kebenaran. Jika semua orang termasuk unsur-
unsur pemerintahan sudah mengetahui kebenaran ; maka peluang untuk
menikmati kehidupan yang tenang dan tentram dalam segala kesalehan dan
kehormatan akan semakin besar. Berdoalah untuk kemakmuran hidup
masyarakat.
J.Verkuyl mengatahan : Doa umat Kristen, jika dilakukan dengan
kejujuran hati dan dengan iman, sangatlah besar artinya, doa terhadap negara
adalah pelayaran politis yang paling dasar yang dilakukan oleh gereja dan
tiap-tiap orang Kristen untuk bangsa, negara dan masyarakat.
b. Menaati Hukum dan Peraturan yang Berlaku
Menanti hukum dan peraturan yang berlaku bagi Kristen adalah
penjabaran dari prinsip hidup kristiani ”Menjadi garam dan terang
masyarakat sekitar”. Jika orang Kristen setiap saat berusaha menaati hukum
dan peraturan yang berlaku maka sekaligus orang Kristen telah turut serta
menciptakan ketertiban hidup dan memberi contoh yang bagi masyarakat
lain, jika kita berbicara tentang hukum dan peraturan berlaku dalam
masyarakat itu tidak hanya berkaitan dengan hukum-hukum tertulis dan
peraturan-peraturan formal, tetapi juga norma-norma dan kebiasaan hidup
(tradisi) yang diwarisi oleh masyarakat tertentu.
Paulus telah memberikan sebagai contoh bentuk ketaatan kepada hukum
dari peraturan yang berlaku antara lain:
1) Tidak melawan pemerintah, yang sah,
2) Membayar pajak kepada yang berhak menerima pajak (bukan
pungutan liar).
3) Membayar cukai kepada yang berhak menerima cukai (Bukan sogok,
suap, pelicin).
4) Memberi rasa takut dan hormat kepada orang berhak menerima rasa
takut dan hormat (Roma.1:1-7).

Yesus sendiri juga mengajarkan :”Berikanlah kepada kaisar apa yang


wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah, apa yang wajib kamu
berikan kepada Allah” (Lukas 20:25). Tetapi harus diingat bahwa ketaatan
kepada Hukum dan peraturan yang berlaku di masyarakat, tidak boleh
bertentangan dengan ketaatan kita kepada Allah dan Yesus Kristus. Bahkan
harus dikatakan bahwa ketaatan kepada Allah adalah menjadi pedoman kita
menaati hukum dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat, atau dengan
kata lain, ketaatan kita kepada hukum dan peraturan yang berlaku, haruslah
merupakan manifentasi ketaatan kita kepada Allah didalam Yesus Kristus
(moral yang tunggal).
c. Mengatakan Ya Kalau Ya, Tidak Kalau Tidak
Jikalau orang Kristen wajib menaati hukum dan menghargai norma-
norma tradisi yang berlaku dalam masyarakat, tetapi Yesus meminta supaya
kita jujur dan tegas pada kebenaran. Yesus meminta supaya kita jujur dan
tegas pada kebenaran. Yesus berkata : ”Jika ya, hendaklah kamu katakan ya,
jika tidak, hendaklah kamu berkata tidak, apa yang lebih daripada itu, berasal
dari si jahat” (Matius 5 : 37).
Orang Kristen terpanggil untuk melayani bersekutu dan bersaksi dalam
masyarakat, tetapi semua pelayan, persekutuan dan kesaksian itu harus selalu
berdasarkan kebenaran Allah.
Paulus dalam suratnya kepada Timotius, memberikan beberapa sikap
dan tindakan kristiani dalam kebenaran masyarakat antara lain:
1) Jauhilah tahyul dan dongeng nenek-nenek tua
2) Beritakan dan ajarkanlah kebenaram injil
3) Jagalah kemurnian dirimu
4) Nyatakan apa yang salah, tegor dan nasihatilah
5) Dengan segala kesabaran dan pangajaran (II Tim. 4)
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan dengan perilaku-
perilaku dan prinsip-prinsip hidup yang bertentangan dengan kebenaran
Allah misalnya :
1) Katakanlah apa yang baik-baik saja tetapi jangan katakan yang
sebenarnya.
2) Kebencianlah yang mengatakan kebenaran
3) Suara rakyat (mayoritas) adalah suatu Tuhan (Lat : ’vox populi vox deo’),
sedang suara segelintir (minoritas) adalah suara jahat.
4) Boleh berbohong asal untuk kebaikan
5) Boleh mencuri asal tidak ketahuan
6) Memang iblis mempunyai kekuatan
Tetapi sebagai orang Kristen yang ikut berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat, kita harus membela, dan mempertahankan kebenaran.
Di satu pihak orang Kristen tidak menjadi orang-orang ekslusif, arogan
dan ekstrim, tapi di pihak lain, orang Kristen tidak akan menjadi orang-orang
yang munafik, berpura-pura dalam masyarakat: Katakanlah ya, kalau ya, tidak,
kalau tidak.

III. Pokok-pokok Pikiran Kristiani


1. Umat Kristen adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat
sekitarnya. Oleh karena itu umat Kristen wajar terlibat dalam pergumulan
dan dinamika masyarakat.
2. Namun demikian, umat Kristen haruslah menunjukkan jati dirinya sebagai
garam dan terang masyarakat sekitarnya.
3. Umat Kristen sebagai anak-anak Allah dapat memberikan contoh yang baik
dalam masyarakat melalui sikap dan perilaku kristiani yang benar.
4. Di satu pihak umat Kristen tidak boleh melarikan diri atau menghindar
dari pergumulan masyarakat, tetapi dipihak lain umat Kristen tidak harus
sama dengan masyarakat sekitarnya.

IV. Latihan Mahasiswa


1. Ringkaslah materi kajian dengan 10 pokok pikiran
2. Daftarkan masalah-masalah sosial yang aktual disekitarmu (2 Kasus)
3. Buat pendapatmu yang berbeda dengan materi kajian
4. Cari 2 point isi Alkitab yang berkaitan dengan permasalahan sosial
(kasus susila atau kriminal)
5. Rumuskan suatu komitmen pribadi dalam berperilaku dalam masyarakat
(prinsip-prinsip yang akatual)

V. Test Formatif
1. Sebutkan tiga contoh kasus masalah dalam masyarakat
2. Tunjukkan sikap kristiani terhadap pergumulan-pergumulan dalam
masyarakat
3. Sebutkan beberapa tindakan nyata kristiani sebagai manifestasi umat
Kristen dalam pergumulan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai