Anda di halaman 1dari 9

Isu-Isu Global Kontemporer yang dihadapi Gereja Masa

Kini
Oleh : Dr. John Stott

1: Keterlibatan Orang Kristen Dalam Masyarakat: Apakah Perlu?

John Stott secara tegas menyatakan bahwa kita tidak boleh lari dari tanggung jawab
sosial kita, bahkan pemberitaan Injil maupun tanggung jawab sosial seharusnya
menjadi gaya hidup kita dengan kayakinan bahwa Kristuslah yang mengutus kita ke
dalam dunia.

Lebih lanjut, penulis menyatakan lima doktrin sebagai dasar mengapa kita mempunyai
tanggung jawab sosial:

Doktrin yang lebih genap tentang Allah.
Allah kita adalah Allah atas alam maupun agama, bahkan Allah atas seluruh ciptaan
(tidak hanya bagi umat pilihan) dan Allah itu baik atas keadilan maupun atas
pembenaran (Allah benci ketidak-adilan dan cinta keadilan di manapun juga).

• Doktrin yang lebih genap tentang manusia.


Semakin tinggi nilai manusia bagi kita, semakin tinggi minat kita untuk melayani
kepentingannya. Pelayanan kita harus mencakup kesejahteraannya secara total, yaitu
kesejahteraan tubuh, jiwa, dan sosialnya.

• Doktrin yang lebih genap tentang Kristus.


Kristus turun ke dunia memberikan teladan bagi kita agar kita masuk ke dunia sesama
agar dapat menyatakan di tempat di mana mereka berada, siapakah Kristus itu
sebenarnya.

• Doktrin yang lebih genap tentang keselamatan.

Kita tidak boleh memisahkan keselamatan dari kerajaan Allah, tidak boleh memisahkan
Yesus sebagai Juruselamat dari Yesus sebagai Tuhan, dan tidak boleh memisahkan
iman dari kasih. Wujud iman yang sejati adalah kasih, dan wujud kasih yang sejati
adalah pelayanan.

• Doktrin yang lebih genap tentang gereja.


Selain sebagai umat yang kudus, yang dipanggil dari dunia menjadi umat Allah, gereja
adalah umat yang diutus kembali ke dalam dunia untuk bersaksi dan melayani.

2: Rumitnya Permasalahan: Apa Jaminan Bahwa Pendapat Kita


Yang Benar?

Kerumitan isu-isu masa kini membuat komitmen kita perlu direfleksikan. Komitmen
tanpa refleksi membuat orang bertindak fanatik, sedang refleksi tanpa komitmen
mematikan setiap minat untuk bertindak. Dalam menyikapi isu-isu, gereja meletakkan
prinsip-prinsipnya dengan mengembangkan akal budi kristiani dan orang percaya
menerapkannya dalam mekanisme negara. Akal budi yang sudah diperbaharui oleh Roh
Kudus selayaknya dilengkapi dengan informasi di segala bidang, terlatih dan terampil
menangani data kontroversi sekuler dalam suatu acuan prinsip-prinsip kristiani.

Dalam memahami sejarah manusia, Alkitab membaginya menjadi empat zaman yang
berpusat pada Allah sendiri yaitu penciptaan, kejatuhan, penebusan, dan akhir
segala sesuatu (consummation). Dalam konteks penyelamatan dan penggenapan,
maka kita dituntut untuk aktif bekerja bagi Kristus di dunia sekaligus pasif menunggu
kedatangan-Nya dari sorga. Aktif bekerja bagi Kristus di dunia mempunyai batas-batas
pencapaian tertentu. ‘Melayani’ dan ‘menantikan’ adalah sejalan. Dalam melakukan hal
ini, Allah memberikan akal budi, Alkitab, Roh Kudus, dan jemaat kristiani.

3. Pluralisme: Apakah Harus Kita Paksakan Pandangan-


Pandangan Kita?

Dewasa ini pluralisme berkembang pesat dalam dunia barat. Paling tidak ada dua faktor
yang menyebabkannya yaitu proses sekulerisasi yang membuat pengaruh gereja
semakin berkurang dan akibat maraknya imigrasi dari negara-negara non-kristen.
Dalam menyikapi masalah imigrasi, ada dua alternatif yaitu dengan memaksakan cara
kristiani melalui undang-undang dan dengan membiarkan setiap orang dengan
kepercayaannya. Sejarah telah menjadi saksi gagalnya kedua alternatif di atas. Penulis
buku memberikan alternatif ketiga yaitu dengan strategi ‘persuasi’ melalui argumentasi.
Strategi ini lahir sebagai implikasi dari doktrin Allah dan doktrin manusia. Strategi ini
berusaha untuk mendidik dan mengarahkan hati nurani rakyat untuk mengenal dan
merindukan Allah. Dengan kata lain gereja harus berusaha untuk menjadi hati nurani
bangsa. Oleh karenanya, yang dibutuhkan dewasa ini adalah pemikir-pemikir kristen
yang terjun dalam kancah isu-isu yang sedang dialami oleh masyarakat masa ini.

4. Alienasi atau Keterasingan: Apakah Kita Mempunyai Pengaruh?


Alienasi adalah perasaan ketidakberdayaan ekonomi dan politik. Perasaan ini eksis
dalam kalangan kristiani dalam perjuangan menegakkan keadilan sosial. Kemerosotan
moral, peliknya isu-isu dan semangat pluralisme membuat kita sulit untuk
mempengaruhi masyarakat. Walaupun demikian, sejarah membuktikan bahwa
pengaruh kristen telah menjadi berbagai perubahan sosial di berbagai negara. Selain
itu, perumpamaan garam dan terang mengingatkan kita beberapa kebenaran yaitu
bahwa orang kristen berbeda secara asasi dengan non-kristen, orang kristen harus
masuk ke dalam masyarakat non-kristen, orang kristen harus mempengaruhi
masyarakat non-kristen, dan orang kristen harus mempertahankan keunikan imannya.
Untuk mempengaruhi masyarakat, penulis memberikan beberapa aplikasi secara praktis
sebagai berikut:
• Doa dan pemberitaan Injil.
Memasuki medan konflik spiritual dengan menaikkan doa syafaat dan melakukan
pemberitaan Injil bagi transformasi masyarakat.
• Kesaksian dan protes.
Semua orang percaya dipanggil untuk memeberi kesaksian tentang kebenaran secara
positif dan melakukan protes terhadap kebodohan, kecurangan, dan kejahatan.
• Memberikan contoh dan membentuk kelompok-kelompok.
Memberikan contoh dan membentuk persekutuan kelompok kecil yang efektif dalam
mempengaruhi anggotanya.

5. Ancaman Nuklir
Ancaman nuklir adalah masalah yang paling serius dalam problema global masa kini.
Daya rusak setiap kepala nuklir adalah dua belas kali lipat dari bom Hirosima. Biaya
yang dikeluarkan dunia bagi persenjataan pada tahun 1982 mencapai 650 milyar dolar.
Jadi ancaman nuklir adalah kematian yang sangat mengerikan secara kuantitas dan
penggunaan uang yang sangat besar, yang seharusnya dapat digunakan untuk
kesejahteraan sosial.
Dari sudut pandang teologi dan moral, ada beberapa pandangan terhadap isu nuklir:
• Paham pasifisme total.
Penganut paham ini menolak semua tindakan kekerasan dan menolak untuk melawan
kekerasan dengan kekerasan.
• Tradisi ‘perang yang benar’.
Pandangan ini membenarkan suatu perang jika memenuhi kriteria-kriteria tertentu yaitu
bila dilakukan demi suatu tujuan yang sejati, melalui mekanisme cara dan sarana yang
rterkontrol, dan dengan harapan yang baik akan keberhasilannya.
• Pasifisme relatif (atom nuklir).
Pandangan ini menganggap adalah sah untuk melawan suatu bangsa yang datang
menyerang dengan menganggap tentara sebagai wakilnya tetapi penduduk sipil tidak
boleh diperangi secara membabi buta dan menolak pemakaian senjata yang non-
didkrimatif seperti senjata kimia, senjata biologis dan senjata nuklir atau atom.
Di pihak lain, penulis menekankan pentingnya peran kita sebagai anak-anak Allah untuk
menjadi pembawa damai. Untuk mencapai hal itu, semangat juang sebagai pembawa
damai haruslah pulih, berdoa, menjadi contoh suatu masyarakat yang damai,
berkontribusi dalam membangun rasa saling percaya, dan mendukung peningkatan
proses tukar menukar pendapat secara terbuka dan damai.

6: Lingkungan Hidup Manusia


Permasalahan yang menimbulkan keprihatinan dalam pengelolaan lingkungan hidup
disebabkan oleh paling tidak oleh pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, penipisan
sumber daya, dan perkembangan teknologi yang tidak terkendali. Ketiga hal ini
digabung dengan masalah persediaan makanan, penanaman modal dan polusi menjadi
sebuah isu yang sangat pelik.

Untuk menjawab isu di atas, penulis memulai dengan menyatakan bahwa bumi ini
adalah milik Allah (Mzm. 24:1) sekaligus milik manusia (Mzm. 115:16). Melalui eksposisi
Kej. 1:11-12; 24-28), penulis menyatakan bahwa kekuasaan manusia atas bumi adalah
pendelegasian oleh Allah dalam rangka suatu kerja sama dengan-Nya dan pembagian
hasil dengan orang lain.

Hal ini membawa implikasi kita harus bertanggung jawab terhadap Tuhan atas cara kita
mengelola bumi (tidak merusak) dan punya tanggung jawab menghidupi anggota-
anggota masyarakat yang lebih lemah. Jadi penyebab utama krisis ekologi adalah
keserakahan manusia yang mengejar laba ekonomis melaluikerusakan (kerugian)
ekologi. Hal inilah yang harus dihindari sebelum terlambat.

7. Ketimpangan Ekonomi

Dewasa ini ketimpangan ekonomi yang begitu jelas terjadi antara negara-negara di
kawasan dunia Utara dan kawasan Selatan. Negara-negara di dunia ketiga digambarkan
mempunyai jumlah penduduk setengah dari penduduk dunia namun hidup dengan
hanya 20% dari pendapatan dunia. Pada tahun 1980, komisi Brandt melukiskan
keadaan ini sebagai tantangan terbesar bagi umat manusia selama sisa abad ini dan
berupaya untuk mengambil laqngkah-langkah untuk menolong kawasan Selatan. Tentu
saja ada pendapat pro dan kontra akan komisi Branth. Salah satu pendapat kontra
menyoroti perilaku manusia yang koruptif, sistem ekonomi yang dipilih, perilaku hidup
mewah, dll yang menyebabkan negara tersebut terpuruk. Beberapa tahun kemudian,
komisi Brandt mengeluarkan pernyataan yang baru walau secara esensi sama dengan
laporan yang lalu.

Di pihak yang lain, penulis memberikan dua prinsip alkitabiah yang fundamental dalam
memandang masalah kesenjangan ekonomi ini yaitu:

• Prinsip ketunggalan.
Bumi diperuntukkan untuk dikelola bersama oleh semua umat manusia untuk
kepentingan bersama. Prinsip keadilan distributif ini masih berlaku sampai hari ini walau
banyak diselewengkan.

• Prinsip keseimbangan.
Penulis mendasarkan pemikirannya pada 2 Kor. 8:8-15. Secara ringkas prinsip-
prinsipnya adalah: Allah sudah menyediakan cukup kebutuhan setiap orang,
kesenjangan yang lebar bukan kehendak-Nya, bila terjadi, harus dikoreksi demi
keadilan, motivasi kristiani dalam keadilan adalah kasih karunia, dan Kristus adalah
teladan kita.

8. Hak-hak Asasi Manusia

Abad 21 adalah abad yang penuh kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia.
Pandangan kristen sangat jelas: hak-hak manusia adalah hasil kejadian di mana
manusia telah memilikinya dari awal penciptaannya oleh Allah. Hak-hak itu inheren dan
diberikan oleh Allah. Alkitab memberikan pedoman mengenai topik ini yaitu kesamaan
martabat (karena diciptakan segambar dengan Allah), kesederajatan (mempunyai hak
yang sama), dan mengakui tanggung jawab untuk mengasihi dan melayani sesama.

9. Masalah Kerja dan Pengangguran

Definisi kerja adalah pengeluaran tenaga dalam pelayanan terhadap orang lain, yang
membuahkan kepuasan diri bagi sang pekerja, manfaat bagi masyarakat, dan
kemuliaan Allah.
Pekerjaan dan kerja adalah salah satu bagian terpenting dalam hidup manusia sehingga
penting untuk mengetahui pola pikir kristiani tentang kerja dan pengangguran. Ada
berbagai pandangan tentang kerja. Ada yang bersikap negatif dan menghindari kerja,
ada yang menganggap kerja sebagai kutukan, ada yang menganggapnya sebagai
keharusan. Penulis berpendapat bahwa pengertian kerja adalah sarana bagi kemajuan
diri seorang pekerja dan kerja adalah pelayanan terhadap sesama manusia dan Allah.
Jadi di sini manusia adalah co-workernya Allah dalam mengelola dunia ini.
Karena begitu sentralnya kedudukan kerja dalam tujuan Allah bagi manusia,
pengangguran adalah pelanggaran dalam kemanusiaan. Bagi yang tidak mempunyai
tunjangan pengangguran, artinya adalah kelangsungan hidup. Bagi yang mempunyai
tunjangan, lebih bersifat psikologis.
Dalam menyikapi masalah pengangguran, gereja mempunyai peran aktif untuk
mengubah sikap terhadap pengangguran, mengambil inisiatif untuk memfasilitasi para
penganggur, dan melibatkan para penganggur pada berbagai macam kegiatan yang
membangun.

Bab 10: Hubungan-hubungan Industrial


Dalam dunia kerja, pekerja dan pimpinan bisa saja bermotivasi tinggi namun saling
bertentangan dan bertolak belakang. Dalam menyikapi hal ini, penulis memberikan
sebuah prinsip yaitu prinsip kebersamaan dalam Alkitab. Hal ini berarti melakukan kerja
dengan prinsip pelayanan timbal balik, prinsip pelayanan timbal balik berdasar saling
menghormati (keadilan sejati). Bila prinsip ini dilakukan maka akan berdampak pada
hapusnya pendiskriminasian, meningkatkan tingkat partisipasi, dan meningkatkan kerja
sama. Secara praktis, prinsip ini akan meniadakan pandangan ‘mereka-kita’ dan gereja
adalah masyarakat pertama yang harus berada di garis depan memperjuangkan hal ini.
11: Mimpi Tentang Masyarakat Multi Rasial

Mimpi tentang masyarakat yang multi rasial yang non-diskriminasi dan kerukunan rasial
yang disuarakan oleh Martin Luther King adalah mimpi orang kristen juga. Problem
rasial sudah eksis sejak dahulu dan dilakukan juga oleh orang kristen yang bahkan
mengembangkan pembelaan atas dasar kebutuhan sosial dan ekonomi untuk
membenarkan perbudakan. Selain perbudakan, semangat anti semit di Jerman dan
apartheid di Afrika Selatan adalah contoh kelam yang dicatat oleh sejarah.
Paulus dalam Kis. 17:22-31 menyatakan sikap terhadap situasi multi rasial, multi
kulturasl, dan multi religius sbb:

• Memproklamasikan kesatuan ras manusia atau Allah sebagai Tuhan atas ciptaan.
• Memproklamasikan kebinekaan kultur-kultur etnik atau Allah sebagai Tuhan atas
sejarah.
• Memproklamasikan finalitas Yesus Kristus atau Allah sebagai Tuhan atas penyataan.
• Memproklamasikan kemuliaan gereja Kristus atau Allah sebagai Tuhan atas
keselamatan.

12. Kemiskinan, Kekayaan dan Hidup Sederhana

Kesenjangan pendapatan antara kaum kaya dan kaum miskin semakin hari semakin
nyata. Hal ini diperparah dengan korupsi yang sering menyelusup dan menguasai
perilaku dan pola pikir banyak orang dalam pemerintahan dan profesi. Dengan kata
lain, hampir setiap orang dan bangsa menunjukkan jati dirinya sebagai entitas yang
didominasi oleh nafsu untuk memperkaya dirinya sendiri.

Dalam rangka menyikapi masalah kemiskinan ada beberapa alternatif yaitu dengan
mengedepankan rasionalitas, emosionalitas, atau mencari kebenaran prinsip-prinsip
Alkitab. Kemiskian sendiri dapat dimengerti melalui segi ekonomi, segi sosial, dan segi
spiritual. Kabar baiknya adalah bahwa Allah memperhatikan dan menganggap penting
semua orang miskin. Hal ini membawa implikasi ada sesuatu yang harus dilakukan bagi
mereka oleh gereja dan orang percaya yang ‘kaya’. Penulis menyatakan ada tiga pilihan
yaitu menjadi miskin, mempertahankan kekayaan, dan memupuk kemurahan hati,
kesederhanaan dan rasa cukup. Jelas pilihan pertama dan kedua tidak Alkitabiah.
Paulus mengatakan seharusnya kita bermurah hati dan merasa cukup (1 Tim. 6: 6-
10;17-19). Ikrar Lausanne 1974 menyatakan perlunya untuk hidup lebih sederhana dan
Yohanes juga memerintahkan untuk bermurah hati bagi saudara yang kekurangan (1
Yoh. 3:17).

13 : Wanita, Pria dan Allah

Selama berabad-abad kebudayaan dunia merendahkan harkat dan martabat wanita.


Sementara itu abad ke 20 mencatat proses ‘restorasi’ hak-hak kaum wanita dan
gerakan feminisme mendapat momentum pada tahun 1960-an. Hanya saja gerakan
feminisme berkembang tak terkendali sehingga menimbulkan kekacauan.
Pertanyaannya apa peran dan kedudukan wanita di mata Allah? Kej 1: 26-28 jelas
menyatakan kesamaan fundamental pria dan wanita. Hanya saja walau sederajat, pria
dan wanita bukanlah serupa. Kej. 2:18-22 menyatakan pria dan wanita ‘sepadan’
(bukan serupa) yang artinya ‘saling mengisi’ (komplementer). Dalam Ef. 5:23, Paulus
menambahkan sebuah prinsip bahwa suami adalah kepala istri. Sebagai kepala, suami
berkewajiban untuk mengayomi daripada otoritas. Suami menyerahkan dirinya bagi
istrinya dalam kasih seperti kristus menyerahkan diri-Nya bagi jemaat-Nya. Sampai di
sini, timbul pertanyaan apakah wanita boleh menjadi imam dan mengajar pria. Jawaban
dari penulis adalah boleh sepanjang ajarannya Alkitabiah, konteksnya adalah pelayanan
secara tim, dan gayanya adalah gaya pengabdian diri.

15: Perkawinan dan Perceraian

Perkawinan adalah sebuah lembaga (perjanjian) yang diprakarsai dan dibentuk oleh
Allah sendiri. Allah bermaksud menggunakan perkawinan sebagai sarana untuk
‘beranak-cucu dan bertambah banyak’ (Kej. 1:28), sarana untuk menyatakan kasih
sayang dalam segala situasi (Kej. 1: 18), menjadi ikatan kasih sayang timbal balik pria
dan wanita dalam satu daging (Kej. 2:24).
Sayang sekali data statistik menunjukkan tingkat perceraian yang semakin lama
semakin tinggi. Perkawinan yang seharusnya berlangsung seumur hidup sudah
direduksi menjadi pernyataan bahwa perkawinan dapat menjadi usang sehingga
perceraian menjadi sebuah kewajaran.

Dalam menanggapi isu perceraian, Yesus memberikan beberapa prinsip (Mat. 19:3-12)
sbb:
• Yesus menggaris-bawahi berlangsungnya perkawinan itu untuk selama-lamanya.
• Yesus menyatakan ketentuan yang ditetapkan Musa dalam hal perceraian sebagai
suatu konsekuensi yang bersifat sementara terhadap dosa manusia.
• Yesus menyebut perkawinan kedua sesudah perceraian sebagai ‘zinah’.
• Yesus mengizinkan perceraian dan perkawinan kedua hanya karena zinah.
Dalam realitas hidup sehari-hari, penulis memberikan empat kebutuhan pastoral yang
sangat penting sbb:
• Ikut merasakan besarnya kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman yang
mendalam tentang apa yang diajarkan Alkitab mengenai perkawinan dan rekonsiliasi.
• Dibutuhkan persiapan matang bagi pasangan yang hendak menikah.
• Dibutuhkan pelayanan khusus yang membidangi rekonsiliasi.
• Dibutuhkan pelayanan pastoral bagi mereka yang sudah bercerai.

15 : Masalah Aborsi, Suatu Dilema


Masalah aborsi adalah sebuah masalah yang sangat pelik karena melibatkan berbagai
aspek seperti legal, teologis, etis, sosial, dan personal. Bagaimanapun peliknya,
masalah aborsi perlu dibicarakan karena menyangkut ajaran iman (doktrin) Allah dan
manusia dan meningkat tajamnya kasus aborsi di berbagai negara.
Pendukung aborsi menitik-beratkan pada hak ibu untuk memilih aborsi dengan
menganggap aborsi sebagai pencegahan kehamilan secara restropektif. Penentang
aborsi bertitik-berat pada hak bayi untuk hidup dengan menganggap aborsi sebagai
pembunuhan bayi yang belum dilahirkan.

Ada tiga pendapat mengenai status indung telur (janin) yang sudah mengalami
pembuahan yaitu:
• Menganggap janin belum menjadi manusia.
• Menganggap janin menjadi manusia pada satu titik antara penghamilan dan kelahiran,
sekitar 4-5 hari setelah pembuahan di mana indung telur turun ke dalam rahim dan
melekat pada dindingnya.
• Menganggap saat pembuahan sebagai saat yang menentukan atau pada saat
pembuahan, saat itulah seorang anak manusia eksis.

Pandangan Alkitabiah setuju dengan poin ketiga. Penulis mendasarkan pendapatnya


pada Mazmur 139. Ada tiga kebenaran yang penting yaitu:
• Ciptaan.
Ayat 13 memberikan dasar bahwa proses pertumbuhan janin adalah karya kreatif Allah.
• Kontinuitas.
Pemazmur merujuk dirinya sebelum maupun sesudah dilahirkan dengan kata ganti
‘aku’.
• Persekutuan atau perjanjian.
Pemazmur bersaksi akan hubungan yang diprakarsai oleh Allah ketika masih berada di
kandungan ibunya.

16: Pasangan Hidup Homoseksual/LGBT?

Dalam menyikapi perilaku homoseksual, harus dibedakan antara ‘dosa’ dan ‘melanggar
hukum’. Perbuatan zinah menurut hukum Allah selalu dosa tetapi dalam banyak negara,
zinah bukanlah perbuatan yang melanggar hukum. Selanjutnya penulis memberikan
pembahasan yang sangat menarik akan penafsiran ulang teks-teks yang secara
tradisional dikaitkan dengan homoseksual (hal. 434-443).

Ada teks yang memang berbicara tentang homoseksual tetapi ada pula yang secara
tradisional dikaitkan dengan homoseksual ternyata tidak berbicara tentang hal itu.
Kisah penciptaan dalam Kej. 2 selain menegaskan sifat saling melengkapi antara pria
dan wanita, juga memberikan tiga kebenaran fundamental sbb:
• Kebutuhan manusia akan seorang manusia.
• Upaya Allah untuk memenuhi kebutuhan insani dengan menciptakan seorang
perempuan.

• Pelembagaan perkawinan sebagai hasil penciptaan perempuan (ayat 24).


Berdasarkan terang seluruh penyataan Allah, praktek homoseksual merupakan
penyimpangan dari norma yang ditetapkan Allah. Selanjutnya penulis memberikan
saran dalam mengaplikasikan iman, pengharapan dan kasih sebagai dasar untuk
melayani orang yang berorientasi homoseksual.

17: Kepemimpinan Gereja

Dewasa ini dunia terancam oleh paling tidak tiga bahaya yaitu bahaya global
(persenjataan nuklir, pelanggaran HAM), bahaya secara sosial (pengangguran, masalah
ekonomi, masalah rasial, moralitas), dan bahaya secara spiritual berupa meluasnya
pengaruh materialisme dan minimnya kualitas dan kuantitas kepemimpinan.
Penulis memberikan lima unsur esensi kepemimpinan sbb (hal. 461-478):
• Visi.
• Kerajinan bekerja.
• Ketekunan.
• Pelayanan.
• Disiplin.

Sebagai penutup, penulis menyatakan bahwa kita perlu bertobat dari dua dosa yang
istimewa fatal yaitu sikap pesimis dan mentalitas ‘adem ayem’.

Anda mungkin juga menyukai