III
KEBERAGAMAN DALAM HIDUP MASYARAKAT
A. PENGANTAR .
Keberagaman dalam masyarakat merupakan sebuah anugerah yang besar dari Tuhan bagi
umat manusia. Namun keberagaman itu harus dikelola dengan baik, agar menghasilkan
keharmonisan. Tetapi jika tidak justru dapat menyebabkan konflik. Dan ini sering timbul di bumi
Indonesia belakangan ini.
1. Arti Keberagaman.
Menurut Kamus Besar Bahasa Iindonesia (KBBI), Keragaman berasal dari kata ragam,
yang berarti (1) sikap, tingkah laku, cara; (2) macam, jenis; (3) musik, lagu, langgam;
(4) warna, corak ; (5) laras (tata bahasa), keragaman menunjukan adanya banyak
macam.
a. Islam
Di dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan” Wahai para manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal”. Dari ayat Al Qur’an tadi,
itu menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan keberagaman, artinya
keberagaman didunia ini mutlak adanya. Maka setiap umat muslim harus menghargai dan
memelihara keberagaman itu.
Islam juga mengajarkan untuk menegakkan keadilan secara obyektif terlepas dari rasa suka
atau tidak suka (like and dislike). Seperti yang diterangkan dalam QS. Al-Maidah ayat 8,”hai
orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena adil itu lebih dekat kepada
taqwa”
Menjadikan keragaman agama sebagai tempat untuk melakukan kebaikan. ”Dan bagi tiap-tiap
umat ada kiblatnya yang mereka menghadap kepadanya, maka berlomba-lombalah dalam
berbuat kebajikan” QS. Al Baqarah ayat 148.
b. Buddha
Dalam Upali Sutta, diceritakan bahwa Sang Buddha menerima Upali sebagai muridnya dengan
mengucapkan: “Kami terima anda sebagai umatku, sebagai muridku, dengan harapan anda
tetap menghargai bekas agamamu dan menghormati bekas gurumu itu, serta membantunya”.
Dari cerita tersebut Nampak bahwa Sang Buddha menunjukkan sikap toleransi
terhadap keyakinan atau agama lain.
Atau dalam “Prasasti Batu Kalinga No. XXII Raja Asoka”yang beragama Buddha, antara lain
dikatakan :
“Janganlah kita hanya menghormati agama sendiri dan mencela agama orang lain tanpa suatu
dasar yang kuat. Sebaliknya agama orang lain pun hendaknya dihormati atas dasar-dasar
tertentu” .
Disini menunjukkan bahwa agama Buddha sangat menghargai keberagaman dan memupuk
sikap toleransi dengan menghargai agama lain.
C. Hindu
Dalam kitab Suci Veda bagian Atharvaveda XII.1.4.5 dikatakan : “ Bumi pertiwi yang memikul
beban, bagaikan sebuah keluarga, semua orang berbicara dengan bahasa yang brbeda-beda
dan yang memluk kepercayaan ( agama ) yang berbeda, semoga Ia melimpahkan kekayaan
kepada kita,tumbuhkan penghargaan di antara anda seperti seekor sapi betina ( kepada anak-
anaknya”.
Dimaksudnya agar tidak terpecah belah oleh karena adanya perbedaan. Tapi tetap memupuk
persatuan sebagai sebuah keluarga.
d. Kong Hu Cu
Dalam Agama Kong Hu Cu diajarkan juga sikap untuk menghargai keberagaman, tenggang
rasa( tepasalira ) terhadap orang lain. Tanpa memandang agama, suku dan bangsanya. Hal ini
dapat kita ketahui dari sabda nabi Kong Zi berikut ini….
”Tiap hari aku memeriksa diri dalam tiga hal : sebagai manusia apakah aku sampai tidak satya.
Bergaul dengan kawan dan sahabat apakah aku sampai berlaku tidak dapat dipercaya ? Dan
apakah ajaran Guru sampai tidak kulatih “( Lun Gi I : 4 ).
Kesimpulan:
Dari Pandangan agama-agama di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang sikap-sikap
POSITIF yang harus dikembangkan dalam mengatasi konflik keberagaman, al :
= Setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu rahmat, sesuatu yang indah
dan memperkaya hidup. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi
menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama.
= Perlu dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati, dan rasa
solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis, dan dinamis.
= Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur, dan
sejahtera.
= Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab.
= Mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama,
dan ras.
C. MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN PERSATUAN BANGSA
A. Pemikiran Dasar
Menurut Aryanto Sutadi (2009), konflik mengandung spectrum pengertian yang sangat luas,
mulai dari konflik kecil antar perorangan, konflik antar keluarga sampai dengan konflik antar
kampung dan bahkan sampai dengan konflik masal yang melibatkan beberapa kelompok besar,
baik dalam ikatan wilayah ataupun ikatan primordial. Dalam hal ini dapat dibedakan antara
konflik yang bersifat horisontal dan vertikal, dimana keduanya sama-sama besarnya
berpengaruh terhadap upaya pemeliharaan kedamaian di negara ini.
Semua agama di Negara ini berusaha agar perdamaian dan persatuan tetap terjalin baik. Sikap
toleransi terus dikembangkan, dan didengungkan oleh para pemimpin Negara maupun agama.
Kerjasama antara lembaga agama terus digalakkan, demi menciptakan perdamaian dan
menghilangkan konflik horizontal.
B. Mengamati Kasus
1. Mengamati kasus pertikaian antara suku.
2. mendalami kasus lewat beberapa pertanyaan penuntun :
a) Mengapa terjadi konflik antar masyarakat?
b) Apa akibat dari konflik itu?
c) Bagaimana mengatasi sebuah konflik?
d) Konflik-konflik apa saja dalam masyarakat yang membahayakan
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia?
E ) Apa yang dapat Anda lakukan bila terjadi konflik di sekitar Anda?
3. Peneguhan :
Apa yang harus dilakukan agar konflik itu tidak perlu terjadi ? Beberapa usaha a.l:
a. Konflik tidak perlu terjadi jika semua orang menjunjung tinggi nilai persaudaraan yang
diajarkan oleh agama masing-masing.
b. keberagaman menimbulkan konflik, tetapi jika semua potensi dikelola dengan baik,
maka akan menghasilkan khazanah budaya yang luar biasa.
c. Kata kunci mengelola konflik adalah hidup berdampingan dalam keberagaman ,
tetapi tetap memiliki semangat persatuan. Apalagi kita memiliki semboyan Bhineka
Tunggal Ika mengedepankan persatuan dan kesatuan, musyawarah – mufakat dalam
bentuk komunikasi dialogis serta menjauhkan diri dari fanatisme sempit dan kekerasan.
Kita juga punya Pancasila yang merupakan way of life harus dijadikaan sebagai
pemersatu bangsa.
.