Anda di halaman 1dari 6

BAB.

III
KEBERAGAMAN DALAM HIDUP MASYARAKAT

A. PENGANTAR .
Keberagaman dalam masyarakat merupakan sebuah anugerah yang besar dari Tuhan bagi
umat manusia. Namun keberagaman itu harus dikelola dengan baik, agar menghasilkan
keharmonisan. Tetapi jika tidak justru dapat menyebabkan konflik. Dan ini sering timbul di bumi
Indonesia belakangan ini.

Beberapa teori konflik :


1. Teori hubungan masyarakat;
berpandangan bahwa konflik yang sering muncul ditengah masyarakat disebabkan polarisasi
yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda,
perbedaan bisa dilatarbelakangi sara bahkan pilihan ideologi politiknya.
2. Teori identitas;
Berpandangan bahwa konflik yang mengeras di masyarakat tidak lain disebabkan identitas yang
terancam yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan masa lalu yang tidak
terselesaikan.
3. Teori kesalahpahaman antarbudaya;
Berpandangan bahwa konflik disebabkan ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di
antara budaya yang berbeda.
4. Teori transformasi
yang memfokuskan pada penyebab terjadi konflik berpandangan bahwa ketidaksetaraan dan
ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial budaya dan ekonomi.

B. KEBERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASALI HIDUP MANUSIA

1. Arti Keberagaman.
Menurut Kamus Besar Bahasa Iindonesia (KBBI), Keragaman berasal dari kata ragam,
yang berarti (1) sikap, tingkah laku, cara; (2) macam, jenis; (3) musik, lagu, langgam;
(4) warna, corak ; (5) laras (tata bahasa), keragaman menunjukan adanya banyak
macam.

2. Unsur-unsur keragaman dalam masyarakat


antara lain:
a. Suku bangsa dan ras.
Indonesia terdiri dari berbagai suku dan ras yang memiliki ciri khas tersendiri.
b. Agama dan keyakinan.
berfungsi edukatif : ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan melarang,
berfungsi penyelamat, berfungsi sebagai perdamaian, berfungsi sebagai sosial control,
berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, berfungsi transformatif, dan sebagainya.
c. ideologi dan politik,
Ideologi adalah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi
khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental.
Sedangkan politik bermakna usaha dalam menegakkan ketertiban sosial.
Fungsi ideologi adalah untuk memperkuat landasan moral dalam suatu tindakan.
Adanya banyak partai di Indonesia merupakan bukti keragaman dalam hal ideologi dan
politik.
d. adat dan tatakrama,
adalah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah
atau norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu.
e. Kesenjangan ekonomi dan sosial.
Dalam hal ini terlihat jelas bahwa terdapat penggolongan orang berdasarkan status
sosial ( pangkat, golongan,dan strata sosial ).

3. Pengaruh / dampak keberagaman dalam masyarakat :


a) Didalam kelompok-kelompok sering kali terjadi segmentasi karena memiliki
kebudayaan yang berbeda.
b) Struktur sosial terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat non
komplemeter.
c) Kurang adanya pengembangan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang
nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
d) Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang
lainnya, karena adanya perbedaan.
e) Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan
didalam bidang ekonomi.
f) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

4. Masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.


a. Terjadinya disharmonisasi, dimana tidak ada penyesuaian atas keragaman
antara manusia dengan dunia lingkungannya.
b) Terjadi diskriminatif terhadap suatu kelompok masyarakat tertentu yang akan
memunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang
merugikan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
c) Terjadi eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat
bermacam-macam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrati ras/sukunya
kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain, menganggap kelompok lain
derajatnya lebih rendah dari pada kelompoknya sendiri.

5. Usaha memperkecil pengaruh negativef karena keberagaman , antara lain :


a) Memperkuat semangat Religius; b) memperkuat semangat Nasionalisme;
c)Memperkuat semangat Pluralisme; d) memperkuat semangat Humanisme; e) Dialog
antar umat beragama; f) Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun
konfigurasi hubungan antar agama, media, masa, dan harmonisasinya.
6. Tantangan terhadap Bhineka Tunggal Ika.
Masih terjadi kekerasan dalam hidup bersama,dengan alasan :
= ada suku/daerah atau pemeluk agama tertentu merasa diperlakukan secara tidak adil.
Jika orang, suku, etnis, atau pemeluk agama tertentu diperlakukan secara tidak adil,
maka akan muncul semangat primordialisme dan fanatisme suku atau agama, yang
dapat menjurus kepada tuntutan untuk memisahkan diri dari suatu lembaga, bahkan
negara.
= Ketidakadilan di bidang politik dan ekonomi, mungkin juga budaya yang secara
berlarut-larut terjadi di beberapa wilayah konflik dapat memunculkan bahaya
disintegrasi bangsa.

7. Mendalami Ajaran Agama-agama tentang keberagaman

a. Islam
Di dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan” Wahai para manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal”. Dari ayat Al Qur’an tadi,
itu menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan keberagaman, artinya
keberagaman didunia ini mutlak adanya. Maka setiap umat muslim harus menghargai dan
memelihara keberagaman itu.
Islam juga mengajarkan untuk menegakkan keadilan secara obyektif terlepas dari rasa suka
atau tidak suka (like and dislike). Seperti yang diterangkan dalam QS. Al-Maidah ayat 8,”hai
orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena adil itu lebih dekat kepada
taqwa”
Menjadikan keragaman agama sebagai tempat untuk melakukan kebaikan. ”Dan bagi tiap-tiap
umat ada kiblatnya yang mereka menghadap kepadanya, maka berlomba-lombalah dalam
berbuat kebajikan” QS. Al Baqarah ayat 148.

b. Buddha

Dalam Upali Sutta, diceritakan bahwa Sang Buddha menerima Upali sebagai muridnya dengan
mengucapkan: “Kami terima anda sebagai umatku, sebagai muridku, dengan harapan anda
tetap menghargai bekas agamamu dan menghormati bekas gurumu itu, serta membantunya”.
Dari cerita tersebut Nampak bahwa Sang Buddha menunjukkan sikap toleransi
terhadap keyakinan atau agama lain.
Atau dalam “Prasasti Batu Kalinga No. XXII Raja Asoka”yang beragama Buddha, antara lain
dikatakan :
“Janganlah kita hanya menghormati agama sendiri dan mencela agama orang lain tanpa suatu
dasar yang kuat. Sebaliknya agama orang lain pun hendaknya dihormati atas dasar-dasar
tertentu” .
Disini menunjukkan bahwa agama Buddha sangat menghargai keberagaman dan memupuk
sikap toleransi dengan menghargai agama lain.
C. Hindu
Dalam kitab Suci Veda bagian Atharvaveda XII.1.4.5 dikatakan : “ Bumi pertiwi yang memikul
beban, bagaikan sebuah keluarga, semua orang berbicara dengan bahasa yang brbeda-beda
dan yang memluk kepercayaan ( agama ) yang berbeda, semoga Ia melimpahkan kekayaan
kepada kita,tumbuhkan penghargaan di antara anda seperti seekor sapi betina ( kepada anak-
anaknya”.
Dimaksudnya agar tidak terpecah belah oleh karena adanya perbedaan. Tapi tetap memupuk
persatuan sebagai sebuah keluarga.

d. Kong Hu Cu
Dalam Agama Kong Hu Cu diajarkan juga sikap untuk menghargai keberagaman, tenggang
rasa( tepasalira ) terhadap orang lain. Tanpa memandang agama, suku dan bangsanya. Hal ini
dapat kita ketahui dari sabda nabi Kong Zi berikut ini….
”Tiap hari aku memeriksa diri dalam tiga hal : sebagai manusia apakah aku sampai tidak satya.
Bergaul dengan kawan dan sahabat apakah aku sampai berlaku tidak dapat dipercaya ? Dan
apakah ajaran Guru sampai tidak kulatih “( Lun Gi I : 4 ).

e. Kristen dan Katolik.


= Pesan Kitab Suci : Kej. 35 : 1-15 : ketika Yakob berada di tanah yang baru Tuhan menamakan
dia Israel, dan dia hidup di tengah bangsaa-bangsa lain.
Yoh 4:1 – 42: bahwa Yesus ingin menyapa semua orang, tanpa memandang suku dan
bangsanya, baik orang Yahudi mau pun orang Samaria.
= Ajaran Gereja dari NA ( Nostra Aetate ), yang mengatakan bahwa sebagai citra allah, manusia
memiliki hak dan martabat yang sama. Maka Gereja mengecam setiap dikriminasi antara orang-
orang atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama,
sebagai berlawanan dengan semangat kristus.
Atau dari GS ( Gaudium et Spes ) : tentang adanya sifat kebersamaan panggilan manusia dalam
rencana Allah.

Kesimpulan:
Dari Pandangan agama-agama di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang sikap-sikap
POSITIF yang harus dikembangkan dalam mengatasi konflik keberagaman, al :
= Setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu rahmat, sesuatu yang indah
dan memperkaya hidup. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi
menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama.
= Perlu dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati, dan rasa
solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis, dan dinamis.
= Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur, dan
sejahtera.
= Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab.
= Mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama,
dan ras.
C. MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN PERSATUAN BANGSA

A. Pemikiran Dasar

Pada era Orde baru.


Konflik yang terjadi di Indonesia lebih banyak bersifat vertical yaitu antara pemerintah dengan
rakyat. Misalnya konflik antara TNI dengan pendukung Organisasi Papua Merdeka (OPM) di
Papua . Pada waktu itu TNI (ABRI), memiliki peran sangat menonjol; baik secara territorial
maupun secara politis karena mereka juga mendapat jatah kursi di lembaga legislative dan
berbagai posisi di pemerintahan.. Kontrol sosial politik militer yang sangat kuat memang
menghasilkan kehidupan berdemokrasi yang lemah. Tetapi konflik horisontal dapat
dikendalikan dengan baik. Kondisi persatuan dan kesatuan masyarakat cukup kokoh dan
terkendali, meski terkesan semu bila dikaitkan dengan semangat demokrasi.

Pada era reformasi


Bergulir, kehidupan menjadi lebih demokratis. Kebebasan berserikat (antara lain mendirikan
partai politik), berkumpul dan menyatakan pendapat (misalnya melalui demonstrasi) lebih
semarak. Tetapi kebebasan tersebut sering kebablasan, menimbulkan sikap anarkis, tanpa
mempedulikan hukum yang berlaku.
Sikap penegak hukum juga sering tidak tegas, misalnya terhadap kelompok sosial keagamaan
yang melakukan tindakan anarkis dan penuh kekerasan. Hal ini dapat dimaklumi karena
penegak hukum dihadapkan pada situasi dilematis. Mereka tidak mau dituduh melanggar HAM
sementara masyarakat yang dirugikan menuntut mereka bertindak tegas.

Menurut Aryanto Sutadi (2009), konflik mengandung spectrum pengertian yang sangat luas,
mulai dari konflik kecil antar perorangan, konflik antar keluarga sampai dengan konflik antar
kampung dan bahkan sampai dengan konflik masal yang melibatkan beberapa kelompok besar,
baik dalam ikatan wilayah ataupun ikatan primordial. Dalam hal ini dapat dibedakan antara
konflik yang bersifat horisontal dan vertikal, dimana keduanya sama-sama besarnya
berpengaruh terhadap upaya pemeliharaan kedamaian di negara ini.

Semua agama di Negara ini berusaha agar perdamaian dan persatuan tetap terjalin baik. Sikap
toleransi terus dikembangkan, dan didengungkan oleh para pemimpin Negara maupun agama.
Kerjasama antara lembaga agama terus digalakkan, demi menciptakan perdamaian dan
menghilangkan konflik horizontal.

B. Mengamati Kasus
1. Mengamati kasus pertikaian antara suku.
2. mendalami kasus lewat beberapa pertanyaan penuntun :
a) Mengapa terjadi konflik antar masyarakat?
b) Apa akibat dari konflik itu?
c) Bagaimana mengatasi sebuah konflik?
d) Konflik-konflik apa saja dalam masyarakat yang membahayakan
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia?
E ) Apa yang dapat Anda lakukan bila terjadi konflik di sekitar Anda?
3. Peneguhan :
Apa yang harus dilakukan agar konflik itu tidak perlu terjadi ? Beberapa usaha a.l:
a. Konflik tidak perlu terjadi jika semua orang menjunjung tinggi nilai persaudaraan yang
diajarkan oleh agama masing-masing.
b. keberagaman menimbulkan konflik, tetapi jika semua potensi dikelola dengan baik,
maka akan menghasilkan khazanah budaya yang luar biasa.
c. Kata kunci mengelola konflik adalah hidup berdampingan dalam keberagaman ,
tetapi tetap memiliki semangat persatuan. Apalagi kita memiliki semboyan Bhineka
Tunggal Ika mengedepankan persatuan dan kesatuan, musyawarah – mufakat dalam
bentuk komunikasi dialogis serta menjauhkan diri dari fanatisme sempit dan kekerasan.
Kita juga punya Pancasila yang merupakan way of life harus dijadikaan sebagai
pemersatu bangsa.
.

Anda mungkin juga menyukai