DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAJAR :
DWI WULAN TITIK ANDARI, A. Ptnh, M. Pd.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka dirumuskan
permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud SARA?
2. Apa perbedaan suku dan ras agama?
3. Apa saja tindakan-tindakan SARA?
4. Apa contoh konflik yang ada di Indonesia secara umum?
5. Bagaimana cara mengatasi konflik tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
Pasal 16
Setiap orang yang dengan sengaja menunjukkan kebencian atau rasa benci
kepada orang lain berdasarkan diskriminasi ras dan etnis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf b angka 1, angka 2, atau angka 3, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000
(lima ratus juta rupiah).
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konflik sebagai kategori sosiologis bertolak belakang dengan pengertian
perdamaian dan kerukunan. Yang terakhir ini merupakan hasil dari proses
assosiatif, sedangkan yang pertama dari proses dissosiatif Proses assosiatif adalah
proses yang mempersatukan; dan proses dissosiatif sifatnya menceraikan atau
memecahkan. Fokus kita tertuju kepada masalah konflik atau bentrokan yang
berkisar pada agama. Dalam konteks ini konflik sebagai fakta sosial melibatkan
minimal dua pihak (golongan) yang berbeda agama, bukannya sebagai konstruksi
khayal (konsepsional) melainkan sebagai fakta sejarah yang masih sering terjadi
di zaman sekarang. Misalnya: bentrokan antara umat Kristen Gereja Purba dengan
umat Yuhudi, benturan umat Kristen dengan penganut agama Romawi (agama
kekaisaran) dalam abad pertama sampai dengan ketiga. Dalam penyorotan
sekarang ini kita hanya ingin mengkhususkan pada suatu sumber bentrokan saja,
yaitu : perbedaan iman. Dan berkaitan dengan iman juga perbedaan mental setiap
umat beragama. Bahwa perbedaan iman (dan doktrin) de facto menimbulkan
bentrokan tidak perlu kita persoalkan, tetapi kita menerimanya sebagai fakta dan
mencoba untuk memahami, dan mengambil hikmahnya. Semua pihak umat
beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing terutama dari
benturan itu.
Faktor-faktor penyebab konflik diantaranya perbedaan doktrin dan sikap
mental, perbedaan suku dan ras beragama dan perbedaan tingkat kebudayaan.
Perbedaan iman menimbulkan bentrokan yang tidak perlu kita persoalkan, tetapi
kita menerimanya sebagai fakta dan mencoba untuk memahami dan mengambil
hikmahnya.