Anda di halaman 1dari 8

“PERAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN ISU SARA”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pancasila adalah sebagai dasar Negara Indonesia, yang memegang peranan penting
dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai ideology bangsa
pancasila memegang peranan penting dalam membentuk pola pikir bangsa Indonesia
sehingga dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradap di dunia.

Kita patut bangga dan bersyukur jika kita dilahirkan di tanah Indonesia. Selain
keelokan dan subur alamnya, Indonesia adalah Negara yang paling unik dibandingkan
dengan Negara-negara lainnya di muka bumi. Banyknya hingga ratusan bahkan
mungkin ribuan suku dan etnis yang berada di Indonesia. Dari yang berkulit putih,
sawo matang, coklat hingga hitam. Dari yang bermata sipit, sedang hingga
lebar/belok. Beraneka ragam budaya, adat istiadat, bahasa, agama dan lain
sebagainya.

Indonesia ada karena perjuangan para pahlawan yang berjuang dengan bercucuran
darah dan bertaruh nyawa. Mengorbankan jiwa dan raganya demi mewujudkan
Indonesia Merdeka. Mengingat akan kesadaran keanekaragaman suku dan agama,
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibangun oleh para pendiri bangsa dengan
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dan Pancasila sebagai pondasi dan landasan hidup
berbangsa dan bernegara.  

1.2 Rumusan masalah

      Adapun permasalah dalam makalah “Peran Pancasila Terhadap SARA” adalah


sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan SARA?


2. Contoh kasus terkaitnya isu SARA
3. Penyebab isu SARA
4. Mengetahui cara penyelesaian kasus SARA dengan pancasila
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian SARA

 Isu SARA adalah salah satu isu yang sedang berkembang dengan pesat di Indonesia
belakangan ini. Kepanjangan SARA yaitu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan
telah menjadi salah satu pokok konflik sosial yang rupanya sangat sensitif bagi
sebagian besar publik. Salah satu alasannya adalah karena multikulturalisme yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Keberagaman suku, ras, dan agama menjadi isu sensitif semenjak praktik politik
identitas mulai digunakan oleh para elit politik dalam kampanye-kampanyenya.
Mobilisasi massa menggunakan konten SARA dirasa menjadi salah satu jalan tercepat
dan termudah untuk menarik simpati dan dukungan. Dan pada praktiknya, hal ini
memberikan hasil yang cukup signifikan.

Mengutip dari Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada oleh
Heru Nugroho, kepanjangan SARA merupakan akronim dari Suku, Agama, Ras, dan
Antar Golongan, yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Dalam konsep SARA ada pengertian konflik horisontal yang dimotori oleh suku,
agama dan ras dan juga konflik vertikal yang bersumber pada perbedaan "ekonomi-
politik" antar-golongan (Taufik A.Mullah, 1997).

Dalam sejarahnya, banyak rentetan kerusuhan dan konflik selalu didasarkan pada
sentimen dan konsep SARA. Hal ini dikonstruksikan oleh para pemegang
kekuasaan. Mereka cenderung tidak pernah bergeming dari perspektif lain dalam
memahami penyebab kerusuhan, kecuali SARA yang selalu dijadikan sebagai
tersangka utama dan kausa prima dari gejolak sosial tersebut.

SARA digolongkan menjadi 3 kategori :

Kategori Individual : merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh individu atau


kelompok. Yang termasuk kategori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang
bersifat menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri maupun
golongan. Misalnya membuli teman sekelasnya dan menjauhinya secara tidak

langsung telah mengintimidasinya dengan cara membuli. 

Kategori Institusional : merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh suatu


institusi, termasuk Negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau
tidak sengaja telah membuat peraturan diskriminatif dalam struktur organisasi
maupun kebijakannya.
Kategori Kultural :merupakan penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide diskriminatif
malelaui struktur budaya masyarakat. Contohnya seperti sekarang yang sering
dilakukan masyarakat di desa yang selalu mengadakan bersih desa di setiap tahun
baru islam(suro) dan itu merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang  

Dalam perngertian lain SARA disebut juga diskriminatif yang merujuk kepada


pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat
berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.

Diskriminatif merupakan suatu kejadian yang biasanya dijumpai dalam masyarakat,


yang disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku,
antargolongan, ras, agama dan karakteristik lain yang diduga merupakan dasar dari
tindakan diskriminatif.

Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas


menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan
menghambat adanya peluang yang sama. Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat
peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Yang artinya setiap orang mempunyai
pendirian berbeda dan perasaan yang berbeda antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain. Dari perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik sosial, sebab
dalam menjalin hubungan sosial seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Maka dari itu  kita dapat meredakan konflik dengan cara bersosialisasi dengan cara
lain, seperti berdiskusi atau bermusyawarah dengan yang lain agar kita dapat
mengetahui dan memahami sisi atau pendapat dari orang lain tersebut.

Faktor agama dari SARA hanya menjadi "limbah" suatu masalah yang lebih besar,
seperti masalah penguasaan sumber daya alam, kesiapan bersaing, serta kolusi antara
pejabat dan suatu etnik tertentu. Demikian pula halnya suku dalam SARA.

2.2 Contoh isu SARA

 Sentimen Etnis Berujung Penjarahan

Peristiwa penembakan yang menewaskan empat mahasiswa Trisakti pada 12 Mei


1998 ternyata berbuntut panjang dan menyulut emosi warga. Akibatnya, keesokan
harinya Jakarta menjadi lautan aksi massa yang terjadi di beberapa titik. Penjarahan
dan pembakaran pun tak dapat dihindarkan. Krisis moneter berkepanjangan di tahun
1998 berujung pada aksi kerusuhan hebat pada penghujung rezim Orde Baru
pimpinan almarhum Soeharto. Saat itu, Indonesia dilanda krisisi ekonomi parah
sehingga melumpuhkan seluruh persendian ekonomi dalam negeri. Kerusuhan yang
terjadi malah menular pada konflik antar etnis pribumi dan etnis Tionghoa. Saat itu,
banyak aset milik etnis Tionghoa dijarah dan juga dibakar oleh massa yang kalap.
Massa pribumi juga melakukan tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap para
wanita dari etnis Tionghoa kala itu. Konflik antar etnis itu menjadi catatan kelam di
penghujung pemerintahan rezim Soeharto. Konflik Agama di Ambon Konflik berbau
agama paling tragis meletup pada tahun 1999 silam. Konflik dan pertikaian yang
melanda masyarakat Ambon-Lease sejak Januari 1999, telah berkembang menjadi
aksi kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa dan menghancurkan semua tatanan
kehidupan bermasyarakat. Konflik tersebut kemudian meluas dan menjadi kerusuhan
hebat antara umat Islam dan Kristen yang berujung pada banyaknya orang meregang
nyawa. Kedua kubu berbeda agama ini saling serang dan bakar membakar bangunan
serta sarana ibadah. Saat itu, ABRI dianggap gagal menangani konflik dan merebak
isu bahwa situasi itu sengaja dibiarkan berlanjut untuk mengalihkan isu-isu besar
lainnya. Kerusuhan yang merusak tatanan kerukunan antar umat beragama di Ambon
itu berlangsung cukup lama sehingga menjadi isu sensitif hingga saat ini.

 Tragedi Sampit, Suku Dayak vs Madura

Tragedi Sampit adalah konflik berdarah antar suku yang paling membekas dan bikin
geger bangsa Indonesia pada tahun 2001 silam. Konflik yang melibatkan suku Dayak
dengan orang Madura ini dipicu banyak faktor, di antaranya kasus orang Dayak yang
didiuga tewas dibunuh warga Madura hingga kasus pemerkosaan gadis Dayak. Warga
Madura sebagai pendatang di sana dianggap gagal beradaptasi dengan orang Dayak
selaku tuan rumah. Akibat bentrok dua suku ini ratusan orang dikabarkan meninggal
dunia. Bahkan banyak di antaranya mengalami pemenggalan kepala oleh suku Dayak
yang kalap dengan ulah warga Madura saat itu. Pemenggalan kepala itu terpaksa
dilakukan oleh suku Dayak demi memertahankan wilayah mereka yang waktu itu
mulai dikuasai warga Madura.

2.3 Penyebab isu SARA

Koordinator Staf Ahli Polri Irjen Iza Fadri mengatakan, ada beberapa hal penyebab
konflik agama terjadi. Salah satunya adalah pemahaman yang sempit dari penganut
paham tertentu yang menganggap paham yang dianutnya paling benar.
"Berkembangnya paham ideologi lain yang masuk ke lingkungan pendidikan juga
potensi merusak keberagaman," kata Iza dalam sambutannya saat membuka acara itu
mewakili Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Senin (28/8/2017) Iza menambahkan,
kurangnya pemahaman terhadap UUD 1945 dan Pancasila yang mengatur kebebasan
berkeyakinan dan beragama setiap masyarakat, serta penegakan hukum dan
pengawasan terhadap ormas yang lemah juga menjadi faktor lain penyebab konflik
suku ras agama dan antargolongan (SARA). Lokakarya tersebut diharapkan
menjadikan Polri sebagai garda terdepan dalam menjaga kebhinekaan dan
keberagaman di Indonesia. Sementara Direktur Imparsial Al Araf mengatakan,
menguatnya konflik internal di sebuah negara berpotensi memecah belah bangsa dan
menghancurkan keadulatan negara. "Dulu ada Yugoslavia, tapi sekarang enggak ada.
Itu karena konflik identitas suku dan sara. Kayak di Rwanda juga hancur karena
adanya penyebaran kebencian dan genosida," kata Al Araf dalam acara dihadiri
jajaran Polda Metro Jaya dan Polda Banten. Al Araf melanjutkan, saat ini negara yang
sedang terancam adalah Suriah, karena di sana sedang terjadi perang saudara yang
bisa membuat negara itu pecah. "Indonesia sebagai negara yang plural bisa menjadi
potensi konflik tersebut," ungkapnya. Al Araf tak menutup kemungkinan Indonesia
bisa menjadi negara gagal jika penegakan hukum tak dilakukan dengan baik. "Salah
satu ciri negara gagal menurut PBB jika penegakan hukum gagal. Seperti Somalia
yang dianggap negara gagal," katanya. Dia meminta penegakan hukum harus bisa
berjalan dengan baik, supaya kebebasan beragama dan berkeyakinan dapat dinikmati
seluruh lapisan masyarakat. "Saya percaya institusi Polri bisa menjadi penjaga
kebhinekaan dan menjaga tidak adanya pemecah belah bangsa," kata dia.

2.4 Upaya mengatasi isu SARA dengan pancasila

Berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Doa pada Tuhan sangat penting dalam
kehidupan orang beriman. Melihat dari sila pertama Pancasila saja sudah menyiratkan
akan betapa berharganya campur tangan Tuhan dalam hidup manusia. 

Untuk dapat mengatasi konflik SARA yang semakin pelik ini, kita harus
mengandalkan Tuhan dengan memohon kekuatan dari Nya untuk dapat mengatasi
konflik SARA dan mengendalikan diri. 

Kita harus bersyukur pada Tuhan yang telah menciptakan kita pada suku, agama, ras,
dan golongan tertentu. Seringkali ada orang yang menyalah-nyalahkan Tuhan atas
penempatan dirinya di sebuah keluarga dengan suku tertentu yang sangat berbeda dan
kurang dapat diterima oleh masyarakat setempat. 

Ini sungguh hal yang tidak masuk akal dan memilukan. Pencipta memiliki kedaulatan
penuh atas hidup ciptaan Nya. Kayu tidak tahu kenapa dia harus menjalani proses
yang penjang dan menyakitkan untuk dapat berubah wujud menjadi kursi, kursi lebih
indah ketika diolah oleh tukang kayu. 

Satu hal yang harus kita ingat: di manapun kita ditempatkan oleh Tuhan, kita harus
selalu bersyukur atas hidup kita dan memuliakan nama Tuhan selamanya.

Dengan adanya konflik SARA ini kita tidak hanya bisa menyalahkan orang-orang
yang berkonflik saja tetapi juga peran pemerintah sangat penting  untuk
menyelesaikan permasalahan atau  konflik tersebut. Jika kita lihat dari dasar Negara
kita pada pancasila sila ketiga “Persatuan Indonesia” mengajak semua masyarakat
Indonesia untuk bersatu, menjaga perdamaian antar individu maupun kelompok,
mendukung satu sama lain untuk kebaikan bersama, membentuk tujuan bersama yang
nantinya bisa kita wujudkan dalam tindakan toleransi kepada semua golongan tanpa
melihat adanya perbedaan status. Dan pada sila ketiga digambarkan dengan jelas
pohon beringin yang berdiri kokoh melambangkan Negara yang besar dimana
rakyatnya bisa berlindung dibawah satu pemerintahan yang sangat kuat.  
 
 
 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan  

Berdasarkan fakta yang telah saya jabarkan pada bab sebelumnya, saya dapat
menyimpulkan bahwa Pancasila telah membentuk kehidupan sosial di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Berkaitan dengan konflik SARA yang sering terjadi di
Negara kita, Pancasila menjelaskan bahwa penting adanya peratuan dan kesatuan
bangsa yang dijelaskan pada sila ketiga. Namun rendahnya pemahaman masyarakat
tentang akan arti atau makna sila-sila khususnya sila ketiga yang banyak
menimbulkan konflik SARA yang terjadi. 

3.2 Saran

Melihat kurangnya pemahaman dari masyarakat tentang isi atau makna Pancasila,
kami menyarankan supaya Pemeritah lebih mengedukasi masyarakat tentang isi atau
makna-makna Pancasila secara luas. Bukan hanya pemerintah, orang-orang yang
memiliki pola pikir terbuka juga harus mengingatkan ke sesama masyarakat yang
belum bisa menempatkan dirinya diposisi orang lain, melihat dari sisi orang lain agar
tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat menimbulkan konflik. Dari segi ini kita juga
akan menemukan titik suatu permasalahan dan jalan keluar untuk menyelesaikan
masalah ini dengan baik. 

 
DAFTAR PUSTAKA

http://rudybyo.blogspot.com/2011/04/pengertian-sara-suku-ras-agama-
dan.html

https://www.kaskus.co.id/thread/584c42c2dbd770a2788b4567/kasus-ahok-
dipolitisasi-atas-nama-penistaan-agama/

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

Adhiarso, dkk. (2017). Pemberitaan Hoax Di Media Online Ditinjau dari


Konstruksi Berita dan Respon Netizen. Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Vol. 15 No. 3, 215-225.

Akobiarek, E. M. (2017). Etika Berpancasilais Pembentukan Karakter.

Jakarta: STT-PLN Jakarta.

Setijo, P. (2016). Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan


Bangsa.Jakarta: PT Grasindo.

Hanafi. (2018). Hakikat Nilai Persatuan Dalam Konteks Indonesia (Sebuah


Tinjauan KontekstualPositifSila Ketiga Pancasila). Jurnal Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan,

Anda mungkin juga menyukai