Anda di halaman 1dari 7

Nama : RF Wina Tenggana Mata Kuliah : Pancasila

NPM : 162899 Dosen : Agustinus Wisnu Dewantara

MEMPERERAT TALI PERSAUDARAAN MELALUI SILA KETIGA PANCASILA

A. Sila Ketiga Pancasila


Indonesia adalah negara yang sangat unik dan istimewah, unik dengan banyaknya
keragaman suku, budaya dan agama serta istimewah dengan negara yang paling banyak
kepulauan dan daerah. Keunikan dan keistimewahan inilah yang membuat Indonesia
memiliki banyak perbedaan dari sabang sampai merauke. Setiap individu memiliki
perbedaan dan ciri khasnya masing-masing dari invidu lainnya. Dengan demikian pastinya
masyarakat bangsa Indonesia ingin hidup rukun, damai bahkan memiliki keinginan untuk
hidup berdampingan dan tidak memandang adanya perbedaan-perbedaan antar individu
yaitu dengan cara hidup bersatu. Namun, apa yang terjadi dengan Indonesia saat ini?
sudahkah warga negara Indonesia bersatu dengan sesamanya warga negara Indonesia?
Indonesia memiliki semboyan yang tepatnya berada dibawah kaki Garuda yang
menjadi lambang negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda
tetapi tetap satu. Jika dipahami dengan sangat teliti sebenarnya semboyan tersebut sangat
menunjukan bahwa walaupun individu-individu warga yang ada di Indonesia berbeda
namun tetap sebagai kesatuan warga Indonesia. Tepat dalam sila ketiga Pancasila yang
berbunyi Persatuan Indonesia, dengan lambang pohon beringin. Jadi walaupun berbeda-
beda namun kita tetap satu kesatuan yaitu Indonesia.
Jika membahas tentang sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia, lalu
bagaimana pula dengan Bhinneka Tunggal Ika sudahkah sekarang kita menjalankannya?
Masalah terbesar yang tidak bisa terhentikan yaitu toleransi, menurut KBBI toleransi yang
bersifat menenggang (menghargai, membiarkan dan membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian
sendiri.
Melihat dari sila ketiga Pancasila yaitu persatuan Indonesa, nampak mudah untuk
menghormati, menghargai atau menerima perbedaan-perbedaan yang ada di Indonesia ini
ternyata sangat sulit untuk dilakukan terutama saat sekarang ini. banyak perkara-perkara
yang telah terjadi diakibatkan dari perbedaan-perbedaan tersebut yang beerujung dengan
kebencian, saling menjatuhkan indivu yang berbeda dan meninggikan invidu sendiri, dsb.
Sudah sangat jelas saat ini masyarakat Indonesia sangat tidak mempunyai sikap
toleran yang mengakibatkan orang lain sulit untuk menerima perbedaan dirinya sendiri
dengan diri orang lain. Bersikap egois yang bisa menjatuhkan orang lain, tidak menghargai
pendapat orang lain karena merasa benar dengan pendapat dirinya sendiri. Menjatuhkan
agama lain dan merasa agamanya paling benar, semua itu akan merusak hakikat dari sila
ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia.
Pertanyaannya, bagaimana masyarakat Indonesia dapat bersatu jika toleransi pun tidak
ada? bagaimana masyarakat Indonesia bisa bertoleransi jika pendapat orang lain tidak dapat
dihargai? Mengapa langkah masyarakat selalu dibatasi jika ingin menyampaikan pendapat?
Inilah yang terjadi di Indonesia, harusnya dengan keaneka ragaman perbedaan suku, ras,
agama dan lain-lain menjadi kunci untuk menciptakan persatuan. Namun semuanya hancur
diakibatkan dari indivu-indivu yang tidak mau terbuka dengan individu lainnya. dengan
demikian yang diperlukan rakyat Indonesia adalah menjadi rakyat yang modern yang tidak
mau memikirkan perbedaan-perbedaan yang ada, meningkatkan pendidikan menjadi
semakin lebih baik sehingga semua rakyat Indonesia memiliki pendidikan.

Dari pernyataan diatas penulis mengangkat sebuah tema yaitu “MEMPERERAT


TALI PERSAUDARAAN MELALUI SILA KETIGA PANCASILA”. Mengajak
pembaca untuk semakin menyadari bahwa persaudaraan sangatlah penting, apalagi dalam
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan perbedaan suku, agama dan ras.

B. Kasus
- Kasus 1 : Pemilu
Pemilu tahun 2019 memiliki ruang tersendiri dihati rakyat Indonesia.
Pemilihan Presiden kali ini diwarnai dengan perbedaan pilihan calon presiden,
perbedaan pendapat dan strategi politik dari masing-masing kubu pasangan calon
presiden (paslon capres). Dari hari kehari masalah demi masalah kian muncul, dari
masing-masing paslon.  Mulai dari paslon 01 difitnah bahwa capresnya dia adalah
antek asing, pki dan melakukan banyak kecurangan saat pemilu. Sedangkan paslon 02
mengeklaim kemenangan sebanyak 62 % suara rakyat.
Hoax  sangat cepat merambat dikalangan masyarakat Indonesia, terutama
kalangan ekonomi  menengah kebawah. Masyarakat Indonesia suka menyebarkan
berita-berita tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu. Hoax adalah sarana
paling ampuh untuk menjatuhkan lawan dalam kompetisi pemilu 2019. Hal ini
diciptakan untuk kepentingan sebagian orang demi menimbulkan persepsi opini
masyarakat tentang pemilu 2019.
Akhir-akhir ini perhatian masyarakat Indonesia sedang dialihkan dari hasil
quick count tim BPN paslon 02 yang mengeklaim kemenangan sebanyak 62%. Hasil
quick count tim BPN Paslon 02 menimbulkan perpecahan antar pendukung kedua
paslon. Kini hadirlah tragedi kerusuhan di wilayah Jatibaru Tanah Abang. Sebanyak 6
orang meninggal dan 200 orang luka-luka akibat kerusuhan yang terjadi di Jakarta.
Kerusuhan ini diadakan untuk menolak hasil keputusan KPU untuk memenangkan
paslon 01. Massa berdatangan dari berbagai penjuru untuk melakukan demo.
Perpecahan terjadi sekitar pukul 9 pagi pada tanggal 22 Mei 2019, massa bergerak
anarkis sehingga timbulah korban jiwa.
- Kasus II Menganggap suku lain lebih baik dari sukunya sendiri :
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku ras, semua suku tentu saja memiliki keunikan dan
kelebihan masing-masing. Membandingkan dan mengangap suku lain remeh tentu saja merupakan
salah satu pelanggaran dari sila ini karena semuanya memang diciptakan berbeda untuk saling
melengkapi. Seringkali kasus ini terjadi terutama di kampung-kampung yang memiliki lebih dari
satu suku, lebih mendukung dan memuji suku lain dan menganggap suku dirinya sendiri tidak
baik.
Ini merupakan pemikiran yang sangat pendek, karena tidak hanya merugikan diri sendiri
namun meliki dampak yang sangat besar nama suku sendiri menjadi rusak dan suku orang lain
pun akan merasa bahwa ada perlindungan bahkan dukungan. Padahal belum tentu yang dilakukan
suku tersebut baik atau bahkan sebaliknya, alangkah baiknya kita jangan untuk memihak suku
mana pun karena akan sangat berbahaya bagi duku bahkan Negara Indonesia ini.
- Kasus III Perang antar suku :

Seperti yang dilihat, makna dari sila ini adalah mempersatukan Indonesia. Jika terjadi perang
suku tentu saja Indonesia akan terpecah dan mungkin tidak menjadi utuh sehingga ini bisa menjadi
salah satu pelanggaran pancasila. Contohnya Konflik Antara Suku Madura dan Suku Dayak
(Perang Sampit) Jelas anda tentu pernah mendengart tentang adanya perang sampit
ini, perseteruan antara suku madura dan suku kalimantan ini tengah beredar
danterpopuler saat terjadinya sekitar pada tanggal 18 februari tahun 2001 peperangan
ini menimbulkan banyak korban sekitar 500 orang terbunuh dalam peperangan ini
yang diperkirakan jumlah korban yang terbunuh banyak dari orang – orang madura,
dan selain itu diperkirakan 100 ribu orang madura kehilangan tempat tinggal dan
hartanya.
Perang ini disebabkan adanya pertikaian antar etnis budaya yaitu dari suku
madura yang meyerang warga dayak, namun hal ini sudah sering suku madura
berbuat semena – mena terhadap suku dayak sejak tahun 1972 dan balas dendam
dilakukan oleh warga dayak yang diikuti oleh suku dayak pedalaman yang
mempunyai ilmu kebal, hal itu dibuktikan setelah tembak, bom atau senjata lainnya
yang diluncurkan oleh suku madura tidak mempn terhadap suku dayak, sehingga tak
heran banyak warga madura yang ketakutan dan berlarian untuk menghindari
serangan dari suku dayak.

- Kasus IV Menjadi provoator etnis atau suku tertentu : 

Yang ketiga adalah ketika ada seseorang yang menjadi seorang provokator dari
suku atau etnis tertentu yang bisa memcicu adanya perang antar suku atau konflik
panas. Kerusuhan Poso (bahasa Inggris: Poso riots) atau konflik komunal
Poso (bahasa Inggris: Poso communal conflict), adalah sebutan bagi
serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia. Peristiwa ini
melibatkan kelompok Muslim dan Kristen. Kerusuhan ini umumnya terbagi menjadi
beberapa fase. Fase pertama berlangsung pada bulan Desember 1998, kemudian
berlanjut pada bulan April 2000, dan yang terbesar terjadi pada bulan Mei hingga Juni
2000.

Fase pertama dan kedua berawal dari serangkaian bentrokan antara kelompok
pemuda Islam dan Kristen. Beberapa faktor berkontribusi terhadap pecahnya
kekerasan, termasuk persaingan ekonomi antara penduduk asli Poso yang mayoritas
Kristen dan para pendatang seperti pedagang Bugis Muslim
dan transmigran dari Jawa, ketidakstabilan politik dan ekonomi
menyusul jatuhnya Orde Baru, persaingan antarpejabat pemerintah mengenai posisi
birokrasi, dan pembagian kekuasaan daerah antara pihak Kristen dan Islam. Situasi
dan kondisi yang tidak stabil, dikombinasikan dengan penegakan hukum yang lemah,
menciptakan lingkungan yang menjanjikan untuk terjadinya kekerasan.

Bulan Mei menandai dimulainya fase ketiga, yang secara luas dipandang sebagai
periode kekerasan terburuk dalam hal kerusakan dan jumlah korban. Fase ini
merupakan ajang balas dendam oleh kelompok Kristen setelah dua fase sebelumnya
yang sebagian besar didominasi oleh serangan dari pihak Muslim, dan berlangsung
sampai bulan Juli 2000. Fase ketiga ini memuncak dalam sebuah
peristiwa pembantaian di sebuah pesantren yang terjadi di Desa Sintuwu Lemba yang
mayoritas penduduknya Islam. Dalam fase ketiga ini, ratusan orang jatuh menjadi
korban, umumnya dari pihak Muslim.

- Contoh kasus penyimpangan sila ketiga :


OPM (Organisasi Papua Merdeka) :Organisasi Papua Merdeka ini sudah beridiri sejak
tahun 1965 dan bahkan masih berdiri sampai sekarang. Gerakan ini merupakan salah satu
organisasi yang bersikeras untuk memisahkan Papua Barat dari wilayah NKRI dan ingin
merdeka sendiri karena merasa jika daerah mereka tidak ada hubungannya dengan bangsa
Indonesia. Ini termasuk pelanggaran sila ketiga karena ingin berpisah dari Bangsa Indonesia.
C. Kesimpulan
Akibat dari kasus ini membuat hancur sila ketiga Pancasila yaitu persatuan
Indonesia. Tentu sangat disayangkan karena telah menganggap sila ketiga ini hanya
sebagai simbol dan tidak dimaknai secara mendalam apa yang ada dalam makna sila
ketiga Pancasila ini. Pertanyaannya sama dengan diatas sudahkah kita menghayati sila
ketiga Pancasila dan merefleksikan semangat Bhineka Tunggal Ika yang selama ini
menjadi dasar yang harusnya digunakan semua rakyat Indonesia. Semua orang
bersifat egois bahkan acuh tak acuh dengan keadaan orang lainnya, tak perduli siapa
itu yang terkaya itulah yang berkuasa. Siapa yang ingin menjadi pemimpin maka ia
berusaha dengan segala cara agar dia bisa menjadi pemimpin.
Kasus inipula membuktikan bahwa Pancasila sama sekali belum menjadi alat
gerak bagi setiap rakyat Indonesia. Karena masih ada kelompok-kelompok yang ingin
menang dan mengusai dengan cara-cara yang tidak baik, sehingga mengakibatkan
kerugian bahkan kehilangan nyawa manusia lainnya. Rakyat dijadikan sebagai babu
dan umpan, yang ingin menjadi pemimpin terus memberi umpan apapun bentuk dan
wujudnya. Inilah yang mengakibatkan tali persaudaraan rakyat Indonesia menjadi
putus, terpisah karena ulah keegoisan manusia yang ingin menjadi pemimpin.
Terpecah belah, kehilangan nyawa, kerugian dari semua pihak terjadi inilah yang
membuktikan bahwa kita gagal untuk memaknai Pancasila dalam kehidupan kita di
Indonesia ini.
Dengan kasus ini, diharapkan semua rakya Indonesia benar-benar mendalami
dan mengarti serta paham makna dari sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia
bukan hanya dihafal atau hanya sebagai tulisan yang selalu ditemukan. Jadikan
Pancasila sebagai panutan atau kunci dari terwujudnya Indonesia menjadi negara yang
aman, nyaman, damai dan tenang serta terwujudnya cita-cita bangsa ini. Kasus-kasus
diatas menjadi dampak kerusuhan yang terlah terjadi di Indonesia ini yang sangat
berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Poso

https://guruppkn.com/contoh-kasus-pelanggaran-pancasila

https://draftgorenh.com/inilah-konflik-terbesar-antar-suku-yang-terjadi-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai