Anda di halaman 1dari 3

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak nomor 4 dan tidak luput

dari keberagaman mulai dari pulau-pulaunya yang masing-masing pulau terdapat


budaya, suku, agama, dan bahasa yang berbeda-beda. Keberagaman sendiri
memiliki arti penting di negara ini yaitu dimana suatu kondisi dalam
bermasyarakat terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang. Keberagaman
di Indonesia telah lama hadir sebagai realitas empirik yang tak terbantahkan. Oleh
karena itu, Indonesia disebut sebagai bangsa dengan sebutan “mega cultural
diversity” karena Indonesia terdapat tidak kurang dari 250 kelompok etnis dengan
lebih dari 500 jenis ragam bahasa yang berbeda.

Dalam prinsip dasar kehidupan bernegara, keberagaman (pluralisme) menjadi


fenomena kunci, sebab hakikat kehidupan bernegara dalam sebuah bangsa ada
pada transformasi nilai dari heterogenitas teritorial, sosial (SARA), dan budaya ke
dalam homogenitas politik.

Keberagaman inilah yang menyebabkan banyaknya perbedaan pandangan, baik


pandangan positif maupun pandangan negatif. Pandangan inilah yang
menyebabkan beberapa dampak bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dampak positif keberagaman dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dan
kemajuan. Sedangkan dampak negatifnya dapat mengakibatkan
ketidakharmonisan bahkan perpecahan bangsa dan negara.

Perbedaan yang terjadi dalam masyarakat sudah dirangkai dalam Bhinneka


Tunggal Ika. Semboyan ini sudah ada sejak lama dan tertulis pada lambang negara
kita yaitu Garuda Pancasila. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti yaitu,
walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua, maknanya meski kita berbeda-beda
namun pada dasarnya Indonesia tetap satu kesatuan.

Perwujudan Bhineka Tunggal Ika ditandai dengan adanya toleransi sebagaimana


nilai-nilai yang berlaku pada Pancasila. Salah satu wujud nyatanya ialah ketika
hari perayaan idul fitri tiba disaat umat muslim akan melaksanakan ibadah solat
eid maka umat nasrani akan menjaga keamanan sekitar masjid begitu pula dengan
hari Natal. Ketika hari natal tiba semua umat nasrani akan memasuki gereja dan
umat muslim bergantian untuk menjaga keamanan.
Keberagaman di Indonesia sangatah indah dan patut kita banggakan namun
dibalik keindahan terdapat pula konflik-konflik yang terjadi didalam keberagaman
masyarakat . Yayasan Denny JA mencatat selama 14 tahun setelah masa reformasi
setidaknya ada 2.398 kasus kekerasan dan diskriminasi yang terjadi di Indonesia.
Dari jumlah kasus tersebut sebanyak 65 persen berlatar belakang agama.
Sementara sisanya kekerasan etnik sekitar 20 persen, kekerasan gender sebanyak
15 persen, kekerasan seksual ada 5 persen. Dari banyak kasus yang terjadi tercatat
ada beberapa konflik besar yang banyak memakan jatuh korban baik luka atau
meninggal, luas konflik, dan kerugian material.

Salah satu konflik yang terjadi di Indonesia adalah konflik Ambon (Maluku) pada
September 1999 yang merenggut hampir 5.000 nyawa melayang dan
menyebabkan penderitaan berupa kemiskinan, menghancurkan sistem sosial pada
masyarakat yaitu konflik yang terjadi karena berdasarkan atas identitas agama
yaitu agama Islam dengan agama Kristen. Dimana sebenarnya konflik tersebut
berawal dari individu dengan individu bukan antar kelompok, yang kemudian
meluas hingga menjadi konflik antar kelompok.

Konflik ini dimulai ketika dengan perkelahian pemuda keturunan Bugis yang
beragama Islam dengan pemuda asal Mardika beragama Kristen. Pemuda asal
Mardika yang bekerja sebagai supir angkot ini dimintai uang oleh pemuda
keturunan Bugis tadi yang dikenal sebagai preman, kejadian ini terjadi di terminal
Batu Merah. Karena pemuda asal Mardika tersebut tidak dapat memenuhi
keinginan pemuda keturunan Bugis tadi. Kejadian ini terjadi berulang sampai tiga
kali dan tetap pemuda asal Mardika ini tidak dapat memenuhi keinginan pemuda
keturunan Bugis sehingga menimbulkan amarah dan perkelahian diantara mereka.
Mereka adu pukul dan ingin membunuh satu sama lain.

Pemuda asal Mardika ini merasa terancam dan dia pulang kerumah mengambil
parang dan kembali lagi ke terminal Batu Merah untuk menemui preman tersebut.
Kemudian terjadilah aksi kejar-kejaran dimana preman tersebut berlari masuk ke
kompleks pasar Desa Batu Merah. Kemudian preman tersebut ditahan oleh warga
Batu Merah dan ia ditanyai tentang permasalahan yang terjadi, maka preman
tersebut menjawab dengan jawaban bahwa “ia akan dibunuh oleh orang Kristen”.
Jawabannya ini kemudian memicu terjadinya kerusuhan yang terjadi di Ambon
yang dimana antara warga Muslim dengan warga Kristen saling menyerang.
Warga Muslim menyerang warga Kristen dan sebaliknya warga Kristen yang
muncul untuk mempertahankan diri.

Jika dilihat dari keseluruhan, konflik ini hadir dengan adanya isu-isu yang
mengandung SARA, adanya provokator, dan pandangan yang sempit atau mudah
terpancing. Banyak sekali stigma ataupun paradigma masyarakat tentang konflik
diatas. Dengan hadirnya konflik tersebut, seharusnya kita dapat belajar untuk
tidak ikut terprovokasi akan isu-isu yang kurang jelas dari mana asal usulnya serta
kabar burung yang menyebabkan miskomunikasi dan perselisihan. Toleransi dan
saling menghargai adalah kunci utama perdamaian bangsa. Dengan menerapkan
sikap toleransi antar sesama masyarakat memungkinakan tidak terjadinya konflik
antar masyarakat di Indonesia.

Saya tegaskan kembali bahwa Indonesia dapat menjadi negara yang adil dan
sejahtera bila masyarakat mau menghargai dan memberikan toleransi kepada
perbedaan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai