Anda di halaman 1dari 8

CANDRA ADI PURNAMA

0321013981
BUDIDAYA PERAIRAN

1. Carilah kasus 2 seputar " konflik bernuansa agama" sumber infonya dari apa
Koran, majalah, dll.
2. Apa pandangan mu ttg konflik itu
3. Apa saran dan kesimpulanmu.
4.carilah peneguhan dari kesimpulanmu itu pada sabda Tuhan

1. Konflik Ambon
Konflik horizontal antar umat beragama Islam dengan umat beragama Kristen,
Merupakan sebuah konflik berdarah antara kaum muslim dan nasrasi yang menghuni
wilayah tersebut. diawali dengan adanya kerusuhan pada tanggal 19 Januari 1999
bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Konflik tersebut dipicu oleh insiden pemalakan
yang dilkukan oleh 2 orang muslim terhadap warga nasrani, Yang diawali dengan
perkelahian pemuda keturunan Bugis yang beragama Islam dengan pemuda asal
Mardika beragama Kristen. Pemuda asal Mardika yang bekerja sebagai supir angkot
ini dimintai uang oleh pemuda keturunan Bugis tadi yang dikenal sebagai preman,
kejadian ini terjadi di terminal Batu Merah. Karena pemuda asal Mardika tersebut
tidak dapat memenuhi keinginan pemuda keturunan Bugis tadi. Kejadian ini terjadi
berulang sampai tiga kali dan tetap pemuda asal Mardika ini tidak dapat memenuhi
keinginan pemuda keturunan Bugis sehingga menimbulkan amarah dan perkelahian
diantara mereka. Mereka adu pukul dan ingin membunuh satu sama lain.
Konflik ini terjadi dengan latar belakang yang berbeda yang mana terjadi dalam
empat babak yaitu:
1. Januari-Maret 1999
Peristiwa sepele, dan dianggap biasa oleh masyarakat, yaitu konflik antara preman
Batu Merah yang beragama Muslim dengan supir angkot yang beragama Kristen.
Yang kemudian menyebabkan pertikaian antar kelompok agama dan suku bangsa
yang kemudian meledak menjadi kerusuhan yang besar di Ambon. Akhirnya
kerusuhanpun meluas keseluruh pulau Ambon tanpa dapat terkendali. Kota dan desa-
desa di Ambon dibakar dan diratakan dengan tanah. Kerusuhan yang berlarut-larut itu
memakan banyak korban jiwa.. Kota Ambon dan sebagian desa-desa sekitarnya
tersegregasi ketat dan terbagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah Islam dan Kristen.
Masyarakat dan wilayah Kristen disebut dengan merah, dan yang Muslim disebut
dengan putih. Pemerintah daerah, aparat keamanan, pemuka-pemuka agama dan adat
kemudian sibuk melakukan rekonsiliasi dengan berbagai gebrakan. Upacara Panas
Pela dilakukan disana-sini, sehingga pada akhir Maret sampai dengan pertengahan
Juli 1999, Ambon mulai reda dari kerusuhan besar.
2. Juli-November 1999
Suasana Ambon dalam keadaan tenang-tenang tegang bersamaan dengan adanya
kampanye menjelang pemilu. Setelah pemilu ketegangan pun meningkat dan pecah
didaerah Poka dan kemudian meluas di bagian lain di ambon. Segregasi semakin
ketat. Di Ambon hanya tersisa satu desa yang masyarakatnya masih tetap berbaur
yaitu Wayame. Masyarakat semakin mempersenjatai diri dengan berbagai bentuk
senjata, mulai dari parang.
3. Akhir Desember 1999-Pertengahan Januari 2000
Pada saat itu konflik mereda namun kesiap siagaan masih tinggi. Hal ini terjadi di
Pulau Seram dan Pulau Buru. Tanda-tanda akan meledaknya kerusuhan menguat
setelah adanya kunjungan dari presiden dan wakil presiden konflik kembali memanas
dan terjadi lagi kerusuhan diberbagai wilayah. Akibatnya banyak korban jiwa yang
berjatuhan.
4. April-Agustus 2000
Situasi di Ambon sudah kembali tenang sedangkan upaya rekonsiliasi dilakukan di
berbagai tempat. Tapi gerakan Jihad yang berpusat di Yogyakarta, Jakarta, Bogor
mulai meresahkan masyarakat Ambon. Isu-isu tentang ancaman Jihad mulai muncul
dan pernolakan kedatangan Jihad muncul juga dari masyarakat Muslim, apalagi
Kristen. Setelah wakil presiden berkunjung di Ambon dalam acara SBJ, yang juga
dihadiri oleh kelompok Milisia Batumerah yang beragama muslim dengan Kudamati
yang beragama kristen, meyebabkan kerusuhan mulai merebak dan menjadi
berkepanjangan.
Ketidak mampuan pemerintah untuk menangani konflik menyebabkan kebangkitan
Front Kebangkitan Maluku (FKM) pada 2000 yang merupakan sebuah gerakan yang
mengangkat warisan Republik Rakyat Maluku (RMS). RMS kemudian dianggap
sebagai gerakan Kristen yang memperburuk dinamika konflik antar Agama.
Pandangan saya tentang konflik di Ambon ini,
Konflik ini awalnya hanya gara gara sebuah kasus pemalakan yang seharusnya tidak
perlu terjadi. Konflik yang awalnya antara Pemuda asal Mardika (kristen) yang di
mintai uang oleh pemuda keturunan Bugis (Islam).Yang kemudian menyebabkan
pertikaian antar kelompok agama dan suku bangsa yang kemudian meledak menjadi
kerusuhan yang besar di Ambon. Akhirnya kerusuhanpun meluas keseluruh pulau
Ambon tanpa dapat terkendali. Dari awal sebenarnya masalah ini tidak perlu dibesar
besarkan, karena jika dari awal pemuda keturunan bugis tidak memalak pemuda asal
Mardika maka konflik di Ambon tidak akan pernah ada. Dan menurut pandangan saya
pemuda keturunan bugis salah karena melakukan tindak kriminal mepalakan dan
kekerasan yang dilakukan kepada supir angkot, seharusnya polisi setempat segera
menyelesaikan masalah dengan cepat agar kejadian seperti ini tidak terulangi lagi.
Saran dan kesimpulan
a. Saran
Dengan adanya kerusuhan ini seharusnya menjadi pelajaran bagi masyarakat
Ambon. Seharusnya tradisi Pela Gandong tetap diadakan guna menyatukan
masyarakat atas dasar perbedaan yang ada. Dan sesama masyarakat baik itu
berbeda agama, suku, ras itu jangan ada prasangka buruk yang kemudian akan
memicu terjadinya konflik. Setiap ada konflik harus diselesaikan sevara
musyawarah dengan menghadirkan pihak-pihak yang berkonflik, pemuka agama,
dan aparat keamanan sehingga tidak ada keputusan sepihak.
b. Kesimpulan
Konflik yang terjadi di Ambon pada dasarnya adalah konflik yang disebabkan
karena adanya kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi pada jaman penjajahan
yang kemudian dipicu dengan adanya pertikaian antara preman yang beragama
Islam dengan supir angkot yang beragama Kristen. Dalam pertikaian disertai
dengan isu-isu SARA yang dilakukan oleh orang-orang atau kelompok yang
berkepentingan sehingga menimbulkan konflik ini semakin luas.
Tradisi Pela Gndong yang sebagai media persatuan masyarakat Ambon atas dasar
perbedaan agama, ras, suku, dan adat ini sudah tidak dapat berfungsi lagi karena
sudah luntur seiring dengan banyaknya pendatang yang datang ke Ambon. Selain
itu dari pihak aparat keamanan juga tidak berfungsi dengan baik karena pada
kenyataannya masih ditemukan adanya kerja sama antara pihak yang bertikai
secara sepihak.
1kor 14:3 Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan,
3 tetapi damai sejahtera.
Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan
1kor 1:3
dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
“Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan
Ef 4:3
damai sejahtera”

2. Konflik Tolikara-Papua
konflik agama pembakaran Masjid yang terjadi di Kabupaten Tolikara, Papua.
Adapun pemicu terjadinya konflik tersebut adalah adanya kepentingan politik lokal
yang memanfaatkan simbol Agama pada saat menjelang pemilihan Kepala daerah.
Serta terjadi suatu kesalah pahaman antara Kelompok Agama yang sedang melakukan
upacara agama masing-masing di kabupaten Tolikara tersebut selain itu Konflik
Agama yang terjadi di Tolikara bukan hanya disebabkan konflik agama melainkan
terjadi karena suatu Konflik ekonomi antar pendatang dan penduduk lokal.Dijelaskan
bahwa papua memiliki kekayaan Sumber Daya Alam yang melimpah sehingga
menimbulkan suatu kerawanan terjadinya suatu konflik. berawal dari salah paham
antara kelompok agama yang sedang mengadakan acara keagamaan masing-masing di
daerah itu (papua). Awal mulanya adalah masalah pengeras suara dimana keamanan
sama sekali tidak antisipatif (karena pemimpin Gidi sudah membuat surat yang
melarang umat islam melaksanakan sholat Ied di lapangan dengan memasang
pengeras suara),namun Haji Ali mengaku bahwa umat muslim tidak mengetahui
adanya surat edaran tentang himbauan agar menggelar sholat di mushollah, bukan
dilapangan terbuka. Akan tetapi surat edaran tersebut tidak sampai ke Haji Ali bahkan
Haji Ali mengucapkan jika surat edaran tentang larangan untuk sholat dilapangan
sampai kepadanya maka dia sebagai tokoh muslim di Kabupaten Tolikara akan
melaksanakan edaran tentang larangan tersebut. Karena kesalah pahaman tersebut
umat muslim melaksanakan solat idul fitri dilapangan dimana kronologis alur
kejadiannya adalah konflik berawal dari kedatangan sejumlah pemuda yang hendak
membubarkan para jamaah sholat ied di lapangan karena mereka merasa imbauan
mereka tidak di dengarkan. Umat muslim yang mengadakan solat id tidak
mendengarkan imbauan sejumlah pemuda yang hendak menyerang karena
menganggap bahwa ibadah merupakan suatu Hak Asasi Manusia. Pada saat itu juga
umat muslim melaksanakan sholat id di lapangan dan tidak jauh dengan kegiatan lain
yaitu kegiatan Kepemudaan Tingkat Nasional yang didakan oleh pengurus GIDI yang
bejarak 200 meter dari kegiatan sholat id. Namun karena terjadi miskomunikasi maka
terjadilah sebuah serangan ratusan warga yang melempari jamaah yang hendak
melaksanakan sholat id (sholat hari raya idul fitri) dan terjadi suatu penembakan yang
menelan banyak korban. Karena adanya penyerangan tersebut membuat para jamaah
sholat id menjadi bubar karena mereka takut terkena serangan ratusan warga tersebut.
Penyerangan penembakan terhadap jamaah tersebut kemudian berlanjut yaitu dengan
menembak beberapa jamaah hingga menewaskan beberapa korban dan tembakan
tersebut juga mengenai bangunan rumah atau salah satu kios yang jaraknya
berdekatan dengan masjid Tolikara sehingga kios yang mudah terbakar menjadi
terbakar dan merembet hingga 53 kios yang ikut terbakar pembakaran tersebut juga
membuat masjid Tolikara ikut terbakar.
Konflik yang terjadi di Tolikara berakar dari terjadinya suatu konflik Politik Lokal
pada Februari 2015 dimana para pejabat dan para calon Kepala Daerah banyak yang
melakukan pertemuan dan memanfaatkan simbol Agama pada saat menjelang
kepemilihan kepala daerah tersebut. Dimana sebelum terjadinya serangan yang
bernuansa agama, situasi yang terjadi di Kabupaten Tolikara adalah pernah
mengalami ketegangan Politik akibat persaingan antara kandidat dalam pemilihan
Kepala Daerah. Dimana pada saat itu, pendukung calon Bupati petahana(John Tabo)
yang bersaing dengan Calon Bupati penantang (Usman Wanibo). Kerusuhan terjadi
dan pecah karena melibatkan dua kelompok massa dari partai Golkar yang
bersebrangan dengan partai Demokrat. Yang akhirnya mengakibatkan 6 orang tewas,
puluhan orang luka-luka dan sedikitnya 30 rumah warga rusak.
Konflik Ekonomi antar Pendatang dan Masyarakat Lokal Masyarakat di kabupaten
Tolikara masyarakat Tolikara merasa tidak mampu bersaing di bidang ekonomi. Dan
pada kenyataannya perekonomian di Tolikara Papua seringkali dikuasai oleh para
pendatang dibandingkan penduduk asli Tolikara dimana penjajahan ekonomi yang
berupa pengurasan tambang emas yang diakui sebagai tambang tembaga dimana
penjajahan ekonomi tersebut di pelopori oleh pendatang yaitu para jamaah GIDI yang
di pelopori oleh Israil terbukti bahwa disana banyak bedera Israel dan lambang
bintang Daud, sehingga Akibat kecemburuan sosial inilah yang memicu masyarakat
Tolikara untuk berkonflik, karena masyarakat Tolikara merasa di eksploitasi Sumber
Daya Alamnya oleh para pendatang. Selain itu masyarakat Tolikara juga merasa
bahwa selama ini masyarakat Tolikara merasa dianak tirikan oleh pemerintah,
sehingga mengundang kemarahan masyarakat Tolikara dan membuat masyarakat
Tolikara mengamuk dan menyerang para jamaah yang sedang melaksanakan sholat id
di halaman masjid yaitu dilapangan sehingga menyebabkan banyak korban dan 53
kios yang terbakar dan masjid Tolikara itu juga ikut terbakar.

Pandangan saya tentang Konflik Tolikara-Papua


Konflik Tolikara Papua ini didasari atas kesalah pahaman, pemimpin Gidi sudah
membuat surat yang melarang umat islam melaksanakan sholat Ied di lapangan
dengan memasang pengeras suara, namun Haji Ali mengaku bahwa umat muslim
tidak mengetahui adanya surat edaran tentang himbauan agar menggelar sholat di
mushollah, bukan dilapangan terbuka. Karena kesalah pahaman ini terjadilah sebuah
serangan ratusan warga yang melempari jamaah yang hendak melaksanakan sholat id
(sholat hari raya idul fitri) dan terjadi suatu penembakan yang menelan banyak
korban. Karena adanya penyerangan tersebut membuat para jamaah sholat id menjadi
bubar karena mereka takut terkena serangan ratusan warga tersebut. Pandangan saya
terhadap konflik ini , sebenarnya jika kedua tokoh bisa membicarakannya dengan
kepala dingin konflik ini tidak akan terjadi. Dan akibat dari konflik kesalah pahaman
tersebut munculah seseorang yang memanfaatkan kejadian tersebut. Akhirnya muncul
dua konflik yang mengatasnamakan agama, konflik politik yang mengatas namakan
agama yang menyebabkan Kerusuhan, terjadi dan pecah karena melibatkan dua
kelompok massa dari partai Golkar yang bersebrangan dengan partai Demokrat. Yang
akhirnya mengakibatkan 6 orang tewas, puluhan orang luka-luka dan sedikitnya 30
rumah warga rusak. Dan konflik ekonomi antara pendatang dan masyarakat lokal,
masyarakat Tolikara juga merasa bahwa selama ini masyarakat Tolikara merasa
dianak tirikan oleh pemerintah, sehingga mengundang kemarahan masyarakat
Tolikara dan membuat masyarakat Tolikara mengamuk dan menyerang para jamaah
yang sedang melaksanakan sholat id di halaman masjid yaitu dilapangan sehingga
menyebabkan banyak korban dan 53 kios yang terbakar dan masjid Tolikara itu juga
ikut terbakar.

kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Konflik yang terjadi di
kecamatan karubaga kabupaten Tolikara, Papua adalah tidak hanya disebabkan
karena miskomunikasi antara kelompok penduduk lokal( kelompok GIDI) dengan
penduduk umat islam lokal dan pendatang yang sedang melaksanakan upacara
keagamaan masing-masing. Pada saat itu umat islam menggunakan pengeras
suara saat solat id padahal sebelumnya kelompok GIDI telah mengirim surat
tentang larangan menggunakan pengeras suara saat melakukan upacara
keagamaan, namun umat islam tetap melaksanakan solat id dilapangan karena dia
merasa mempunyai Hak Asasi manusia karena beribaah merupakan HAM, selain
itu terdapat konflik Politik Lokal yang menggunakan simbol keagamaan, serta
terjadi suatu konflik Ekonomi, kabupaten Tolikara, Papua sangatlah kaya akan
sumber Daya Alam yaitu logam emas yang sangat melimpah, dan memiliki
tempat pariwisata yaitu: obyek wisata danau biuk, Cagar alam dan Taman
Nasional Lorenz, Tunung Timoni serta kekayaan sumber daya alam akan
pertanian, dan mempunyai Freeport yang sebagian besar dikuasai oleh orang
asing karena mayoritas masyarakat Tolikara masih terbelakang dan masih rendah
akan pendidikan sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan
muncul suatu kecemburuan sosial Karena masyarakat Tolikara merasa tidak
mampu bersaing di bidang ekonomi. Dari sinilah timbul suatu konflik Agama di
kecamatan Karubaga kabupaten Tolikara, Papua. Dan menimbulkan dampak
negatif yaitu banyak korban serta banyak kios yang terbakar dan menimbulkan
Masjid Tolikara juga terbakar.

B. Saran
Dari permasalahan yang ada di Tolikara dapat di simpulkan saran sebagai
berikut:
1) Meningkatkan sumber daya manusia di tolikara yaitu dengan cara meningkatkan
kualitas dan kuantitas pendidikan anak- anak di tolikara, serta menanamkan
pendidikan karakter dan rasa cinta terhadap kesatuan dan persatuan bangsa dan negara
sehingga masyarakat Tolikara tidak menjadi terbekang dan rendah akan pendidikan
lagi melainkan berubah untuk maju,
2) .Sering melakukan interaksi dan bersilaturrahim untuk memper erat tali
persaudaraan dan tidak membedakan penduduk lokal dan pendatang sehingga timbul
rasa persaudaraan yang erat dan akan timbul kehidupan yang harmonis,
3) Mewujudkan suatu keadilan ekonomi agar tidak terjadi kesenjangan ekonomi,
4) Memupuk rasa toleransi karena negara kita sangatlah menjunjung tinggi rasa
persatuan yang bersemboyan BHINEKA TUNGGAL IKA , yaitu berbeda-beda tetapi
tetap satu jua. Kita tidak boleh membedakan suku, etnis, budaya serta agama akan
tetapi jadikan perbedaan tersebut sebagai keanekaragaman bangsa yang bisa membuat
negara kita bersatu, Jika kita saling memupuk rasa toleransi maka kita akan bersatu
dan mudah untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan,
5) Seharusnya pemerintah mengadakan mediasi antara pihak yang berkonflik agar
konflik bisa cepat teratasi dan tidak timbul suatu kesalah fahaman lagi antar penduduk
lokal dan pendatang, baik umat beragama islam maupun kristen,
6) Selain itu pemerintah seharusnya menyalurkan bantuan untuk Renovasi kios-kios
yang terbakar serta membangun masjid baru untuk mengganti masjid yang terbakar
Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya,
1yoh 3:11
yaitu bahwa kita harus saling mengasihi;
Dan kalau seseorang mengasihi kebenaran, maka kebajikan
adalah hasil jerih payah kebijaksanaan. Sebab ia
Keb 8:7 mengajarkan menahan diri dan berhati-hati, keadilan dan
keberanian; dari pada semuanya itu tidak ada sesuatupun
dalam kehidupan yang lebih berguna bagi manusia.

Anda mungkin juga menyukai