Konflik antarsuku adalah konflik yang terjadi antara dua atau lebih suku
yang berbeda. Konflik antarsuku ini dapat terjadi karena adanya
perbedaan pandangan, gaya hidup, kebiasaan, dan unsur kebudayaan
lainnya yang dimiliki oleh masing-masing suku.
1
PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK
Indonesia dengan beragam suku yang memiliki karakteristik budaya
yang berbeda-beda. Budaya mempunyai peran besar dalam memicu
konflik.
Dibalik keanekaragaman indonesia juga rawan terhadap konflik.
Konflik itu sendiri adalah sesuatu yang muncul antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.
Akibat adanya kesalahpahaman, dan berlangsung dalam suasana saling
menantang dengan ancaman.
1. Primordialisme
Primordialisme merupakan paham kesetiaan yang dibawa sejak lahir
pada suku bangsa, agama maupun adat istiadatnya. Pada hubungan
antar suku bangsa, sikap primordialisme terwujud dalam tindakan yang
selalu mengunggulkan dan membela suku bangsanya walaupun dengan
cara kekerasan.
2. Kesenjangan Ekonomi
Dalam hubungan antar suku bangsa kesenjangan ekonomi dapat dilihat
dalam pola relasi masyarakat pendatang dan pribumi di sebuah daerah.
Masyarakat pendatang merasa jauh dari tempat asalnya, sehingga
mereka akan berjuang dan bekerja lebih keras, sementara masyarakat
pribumi merasa sudah nyaman dengan keadaannya sehingga tidak
2
perlu bekerja keras. Dari kerja keras yang dilakukan masyarakat
pendatang, mereka ada dalam kondisi ingkat ekonomi yang lebih tinggi
sehingga memperoleh kehidupan yang lebih baik dibanding masyarakat
pribumi. Hal inilah yang sering kali menyebabkan kecemburuan dan
mengakibatkan munculnya konflik.
3
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan
yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang
sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh,
misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para
tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang
menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan
tidak boleh ditebang. Para petani menebang pohon-pohon karena
dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau
ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon- pohon ditebang dan
kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka
pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian
dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada
perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.
Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi
antar individu dari suku bangsa yang berbeda, yang dapat
memperbesar cakupan konflik dengan melibatkan komunitas mereka
masing-masing.
4
akanmenyebabkan hubungan yang tidak harmonis dan dapat
berkembang menjadi konflik terbuka antar suku bangsa.
5
Pemerintah langsung bertindak tegas melalui TNI dan aparat
kepolisian. Pihak tersebut membawa kedua suku untuk melakukan
perundingan.
Pada akhirnya, perundingannya menghasilkan keputusan yang
membuat kondisi kondusif sampai sekarang ini.
6
Tepat pada 19 Agustus 1999, sekitar 300 warga Madura dari Desa Sari
Makmur menyerang warga Melayu di Desa Parit Setia.
Akibatnya, tiga orang meninggal, di antaranya dua orang Melayu dan
satu orang Dayak.
Melihat kejadian tersebut, Camat Tebas berusaha mendamaikan
keduanya, tetapi warga Melayu tidak menerimanya.
Masih di bulan yang sama, di Selakau, Kalimantan Barat, terjadi aksi
pembakaran dan penyerangan ke kampung orang Madura. Sekitar
1.000 orang mendatangi kampung Madura tersebut dan membakar
rumah-rumah di sana.
Demi menyelesaikan konflik antara kedua suku tersebut, pemerintah
Kabupaten Sambas memutuskan untuk memindahkan warga Madura
dari Kambas ke Kotamadya Pontianak.
Dari Kerusuhan Sambas sekitar 1.189 orang tewas dan sebanyak
58.544 warga Madura mengungsi dari Kabupaten Sambas ke Pontianak.
3. Kerusuhan lampung
Kerusuhan Lampung 2012 adalah serangkaian kerusuhan yang terjadi
di Lampung Selatan tanggal 27 Oktober hingga 29 Oktober 2012.
Kerusuhan ini bermula dari program transmigrasi yang diadakan
pemerintah, ketika warga asal Bali masuk ke Lampung dan ditempatkan
di Lampung Selatan.
Di Lampung Selatan, mereka kemudian mendirikan perkampungan
Balinuraga, Baliagung, dan Balinapal.
Kronologi terjadinya konflik tanggal 27 Oktober hingga 29 Oktober
2012 disebabkan kesalahpahaman. Saat itu, terdapat sekitar 10
7
pemuda dari Desa Balinuraga sedang bersepeda melintas di jalan
menuju ke sebuah desa.
Dari arah berlawanan, tanpa sengaja rombongan ini menyerempet
pengendara motor yang sedang dinaiki oleh dua orang gadis. Kedua
gadis ini adalah warga Desa Agom.
Setelah kecelakaan terjadi, para pemuda berniat untuk menolong
kedua gadis tersebut.
Ketika sedang menolong, para pemuda ini harus menyentuh mereka
yang justru menimbulkan kesalahpahaman.
Warga lain yang melihat kejadian tersebut beranggapan bahwa para
pemuda ini sedang melecehkan kedua gadis itu.
Buntut dari kesalahpahaman tersebut adalah warga Balinuraga
didatangi oleh sekitar 50 orang dari Desa Agom dengan membawa
senjata tajam.
Akibat dari peristiwa bentrok antara warga Desa Agom dan Desa
Balinuraga, total terdapat 14 orang tewas. Selain itu, ratusan rumah
dan puluhan kendaraan bermotor juga rusak. Bentrokan yang terjadi
sejak 27 Oktober hingga 29 Oktober 2012 ini menyebabkan ratusan
orang dari Desa Balinuraga mengungsi.
Pascakerusuhan, warga Desa Agom dan Desa Balinuraga melakukan
kesepakatan damai untuk tidak saling menuntut secara hukum.
4. Konflik Sampit
Konflik Sampit adalah kerusuhan antaretnis yang terjadi di Sampit
pada awal Februari 2001.
8
Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah yang kemudian
meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya.
Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura.
Kala itu, para transmigran asal Madura telah membentuk 21 persen
populasi Kalimantan Tengah.
Akibatnya, Kalimantan Tengah merasa tidak puas karena terus merasa
disaingi oleh Madura.
Konflik Sampit sendiri diawali dengan perselisihan antara dua etnis ini
sejak akhir 2000. Pertengahan Desember 2000, bentrokan antara etnis
Dayak dan Madura terjadi di Desa Kereng Pangi, membuat hubungan
keduanya menjadi bersitegang.
Pada 18 Februari 2001 suku Dayak berhasil menguasai Sampit. Polisi
menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu dalang
di balik serangan ini.
Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk
memprovokasi kerusuhan di Sampit. Kemudian, ribuan warga Dayak
mengepung kantor polisi di Palangkaraya sembari meminta
pembebasan para tahanan.
Permintaan mereka dikabulkan oleh polisi pada 28 Februari 2001,
militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan.
Dari Konflik Sampit ini sedikitnya 100 warga Madura dipenggal
kepalanya oleh suku Dayak. Konflik Sampit sendiri mulai mereda
setelah pemerintah meningkatkan keamanan, mengevakuasi warga,
dan menangkap provokator.
9
Dampak Terjadinya Konflik Antarsuku
10
Menurut Brown terdapat 5 dampak yang langsung kelihatan akibat
terjadinya konflik:
11
Kesimpulan
Di Indoneisa terdapat banyak keberagaman cara menyikapi
keberagaman adalah dengan menerapkan toleransi. Toleransi adalah
cara menghargai dan menerima perbedaan atas berbagai perilaku,
budaya, agama, dan ras yang ada di dunia ini. Toleransi adalah
keniscayaan bagi bangsa majemuk dengan berbagai latar
belakang suku, agama dan ras seperti Indonesia.
12